pengaruh pemberian diet rendah indeks glikemik dan diet tinggi kalsium terhadap penurunan berat...

Upload: kristine-dwi-puspitasari

Post on 02-Jun-2018

213 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

  • 8/10/2019 Pengaruh Pemberian Diet Rendah Indeks Glikemik Dan Diet Tinggi Kalsium Terhadap Penurunan Berat Badan Pen

    1/6

    1

    PENGARUH PEMBERIAN DIET RENDAH INDEKS GLIKEMIKDAN DIET TINGGI KALSIUM TERHADAP

    PENURUNAN BERAT BADAN PENDERITA OBESITAS(Studi kasus pada Klub Jantung Sehat RS. Tk. II dr. Soepraoen Malang)

    Sri Andarini*, Asmika**, Kris Setiowati***

    Abstrak

    Obesitas adalah salah satu masalah gizi, yang ditandai oleh pertambahan jumlahlemak tubuh dan kenaikan berat badan. Metode diet penurunan berat badan antara lain dietrendah indeks glikemik dan diet tinggi kalsium. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahuiperbedaan pengaruh pemberian diet rendah indeks glikemik dan diet tinggi kalsiumterhadap penurunan berat badan penderita obesitas di Klub Jantung Sehat RS.Tk.II dr.

    Soepraoen Malang. Desain penelitian Eksperimental dengan pendekatan replikasi dankontrol. Sampel dibagi menjadi 3 kelompok yaitu: kontrol (n=9), diet rendah indeks glikemik(n=9) dan diet tinggi kalsium (n=9). Hasil penelitian menunjukkan bahwa pada terapi dietrendah indeks glikemik, tinggi kalsium maupun pengurangan kalori sebagai kontrol terdapatperubahan penurunan berat badan secara signifikan sebelum dan sesudah perlakuan (t-test,p

  • 8/10/2019 Pengaruh Pemberian Diet Rendah Indeks Glikemik Dan Diet Tinggi Kalsium Terhadap Penurunan Berat Badan Pen

    2/6

    2

    PENDAHULUAN

    Masalah obesitas bukanlah hal baru

    dalam masyarakat kita, masalah obesitas ini

    tidak saja dilihat dari segi kesehatan namunjuga dapat mengganggu penampilan dan

    penyakit-penyakit yang diakibatkannya

    (Soegih, 1995).

    Prevalensi obesitas menurut WHO

    meningkat sangat tajam di seluruh dunia

    yang mencapai tingkatan yang

    membahayakan (Albert, 2003). Penelitian

    yang dilakukan oleh Himpunan Studi

    Obesitas Indonesia (HISOBI) tahun 2004

    angka prevalensi obesitas dengan Indeks

    Massa Tubuh (IMT) 30 kg/m2 pada laki-

    laki 9,16 % dan perempuan 11,02 %.

    Prevalensi lingkar pinggang pada laki-laki

    90 cm sebesar 41,2% dan lingkar pinggang

    pada perempuan 80 cm sebesar 53,3%.

    (Merdikaputro, 2004).

    Mekanisme dasar terjadinya

    obesitas adalah masukan kalori yang

    melebihi pemakaian kalori untuk memelihara

    dan memulihkan kesehatan yang

    berlangsung cukup lama. Kelebihan kalori

    tersebut akan disimpan dalam jaringan

    lemak, yang lama kelamaan akan

    mengakibatkan obesitas baik sebagai

    penyebab tunggal maupun bersama dengan

    penyakit lain (Soegih, 1995).

    Beberapa faktor utama penyebab

    obesitas antara lain genetik dan lingkungan,

    faktor lingkungan yang berperan sebagai

    penyebab yaitu nutrisional, aktifitas fisik,

    sosial ekonomi (Syarif, 2003). Pola makan

    yang tidak seimbang dan perilaku (gaya

    hidup) aktifitas fisik yang kurang merupakan

    faktor yang memberi konstribusi paling

    utama dalam terjadinya obesitas. Pola

    makan yang tinggi kalori dan lemak

    menyebabkan keseimbangan energi positif

    (terjadi penimbunan energi dalam bentuklemak), hal ini diperberat dengan kurangnya

    aktifitas fisik (Jequier E dan Tappy L, 1999).

    Dasar pengelolaan obesitas pada

    prinsipnya adalah merubah gaya hidup

    dengan meningkatkan latihan fisik,

    pengaturan diet, farmakoterapi dan

    pembedahan. Berbagai metode diet untuk

    penurunan berat badan saat ini telah banyak

    dikembangkan, tidak hanya berfokus pada

    pembatasan energi (energy restriction)

    tetapi dikembangkan ke arah nutrient

    spesifik termasuk modulasi makronutrien

    maupun mikronutrien, namun penanganan

    terapi dengan menggunakan nutrient

    spesifik dituntut cara pandang keseluruhan

    konsep secara holistik (Lukito, 2005).

    Salah satu metode penurunan berat

    badan yang dilakukan adalah diet Rendah

    Indeks Glikemik (RIG). Indeks Glikemik (IG)

    pangan adalah tingkatan pangan menurut

    efeknya terhadap kadar gula darah. Pangan

    yang menaikkan kadar gula darah dengan

    cepat memiliki IG tinggi. Sebaliknya, pangan

    yang menaikkan kadar gula darah dengan

    lambat memiliki IG rendah. Suatu studi di

    Afrika Selatan terhadap dua kelompok

    relawan, satu kelompok mengkonsumsi

    pangan dengan IG tinggi dan lainnya

    mengkonsumsi pangan dengan IG rendah.

    Kandungan karbohidrat, lemak, protein, dan

    serat kedua jenis pangan tersebut adalah

    sama, yang berbeda hanya IG-nya. Setelah

    12 minggu, mereka yang mengkonsumsi

    pangan dengan IG rendah kehilangan berat

  • 8/10/2019 Pengaruh Pemberian Diet Rendah Indeks Glikemik Dan Diet Tinggi Kalsium Terhadap Penurunan Berat Badan Pen

    3/6

    3

    badan rata-rata sebesar 9 kg, yaitu 2 kg

    lebih tinggi daripada kelompok yang

    mengonsumsi pangan dengan IG tinggi

    (Miller et al., 1996).Metode lain yang saat ini mulai

    berkembang adalah diet Tinggi Kalsium

    (T Ca), karena konsumsi kalsium tinggi

    dalam menu sehari akan memperlambat

    penimbunan lemak dalam tubuh sehingga

    tidak memicu timbulnya kegemukan dan

    obesitas. Menurut Zemel (2002) konsumsi

    kalsium yang tinggi dalam menu sehari-

    hari pada 32 sampel yang diteliti

    menyebabkan penurunan berat badan

    sebesar 11,07 kg (p < 0,01) selama 24

    minggu. 1,25 dihidroxy vitamin D (Calcitriol)

    dapat meningkatkan produksi lemak.

    Calcitriol akan meningkat bila intake kalsium

    rendah sebaliknya calcitriol akan ditekan bila

    intake kalsium tinggi. Hal ini berarti intake

    kalsium yang tinggi dapat menekan calcitriol

    dan mengurangi stimulasi adiposit Ca2+

    konsekuensinya penurunan produksi lemak

    adiposit sehingga lemak tubuh dibakar dan

    berat badan menjadi berkurang karenanya.

    Hasil survey pendahuluan yang

    dilakukan pada tanggal 28 maret 2006 di

    klub jantung sehat yang berlokasi di RS.

    Tk. II dr. Soepraoen Malang, diketahui

    peserta klub jantung sehat berjumlah 348

    orang dengan jumlah peserta yang obesitas

    sebanyak 65 orang terdiri dari 9 orang laki-

    laki dan 56 orang perempuan. Selama ini

    pengelolaan obesitas pada klub jantung

    sehat hanya dengan latihan fisik saja tanpa

    diikuti pengaturan diet. Berdasarkan uraian

    diatas perlu diteliti pengelolaan obesitas

    yang diikuti pengaturan diet dengan

    pengurangan kalori dikombinasi dengan

    modulasi makronutrien dan mikronutrien

    yaitu perbedaan pengaruh pemberian diet

    rendah indeks glikemik dengan diet tinggikalsium terhadap penurunan berat badan

    penderita obesitas di klub jantung sehat RS.

    Tk.II dr. Soepraoen Malang.

    Penelitian ini bertujuan mengetahui

    perbedaan pengaruh pemberian diet

    rendah indeks glikemik dan diet tinggi

    kalsium terhadap penurunan berat badan

    penderita obesitas di klub jantung sehat

    RS.Tk.II dr. Soepraoen Malang.

    METODE PENELITIAN

    Penelitian ini adalah penelitian

    Eksperimental dengan menggunakan

    pendekatan replikasi dan kontrol. Sampel

    dibagi menjadi 3 kelompok yaitu:

    kelompok kontrol yang mendapatperlakuan hanya pengurangan kalori

    (PK), 1 kelompok diberi perlakuan

    pengurangan kalori dan diet rendah

    indeks glikemik (RIG), kelompok lainnya

    diberi perlakuan pengurangan kalori dan

    diet tinggi kalsium (Tca). Penelitian ini

    dilakukan di Klub Jantung Sehat RS. Tk. II

    dr Soepraoen Malang.

    HASIL PENELITIAN

    Hasil analisa berat badan

    responden sebelum dan sesudah

    penelitian dapat dilihat pada Tabel 1.

  • 8/10/2019 Pengaruh Pemberian Diet Rendah Indeks Glikemik Dan Diet Tinggi Kalsium Terhadap Penurunan Berat Badan Pen

    4/6

    4

    Berdasarkan tabel diatas hasil analisa

    menggunakan uji t-test menunjukkan

    p (0,00) < (0,05) yang berarti terdapat

    perbedaan berat badan secara signifikansebelum dan sesudah menjalani terapi

    diet Rendah Indeks Glikemik, Terapi diet

    T Ca maupun kelompok terapi PK.

    Berdasarkan uji statistik Anova satu

    arah dengan tingkat signifikansi = 0,05

    yang bertujuan untuk mengetahui

    pengaruh terapi diet rendah indeks

    glikemik dan diet tinggi kalsium terhadappenurunan berat badan diperoleh hasil

    seperti pada Tabel 2.

    Berdasarkan Tabel 2. menunjukkan p

    (0,025) < (0,05) yang berarti terdapat

    pengaruh pemberian terapi diet rendah

    indeks glikemik dan terapi diet tinggi

    kalsium maupun terapi pengurangan kalori

    terhadap penurunan berat badan secara

    signifikan. Hasil Uji LSD menunjukkan

    bahwa perbedaan rata-rata penurunan

    antara terapi diet RIG dibandingkan terapidiet PK dengan nilai p (0,009) < (0,05)

    yang berarti berbeda secara signifikan.

    Perbedaan rata-rata antara terapi diet

    T Ca dibandingkan terapi diet PK dengan

    nilai p (0,049) < (0,05) yang berarti

    berbeda secara signifikan sedangkan

    perbedaan rata-rata penurunan antara

    terapi diet RIG dengan terapi diet T Ca p

    (0,445) > (0,05) yang berarti tidak

    terdapat perbedaan pengaruh pemberian

    terapi diet RIG dan terapi diet T Ca

    terhadap penurunan berat badan secara

    signifikan.

    PEMBAHASAN

    Rata-rata penurunan berat badan

    pada pemberian diet RIG sebesar 3,8 kg

    dimungkinkan karena konsumsi indeks

    glikemik yang rendah pada kelompok ini

    memberi dampak rasa kenyang yang lebih

    lama tanpa perlu menahan rasa lapar

    sepanjang waktu sehingga cenderung

    untuk tidak mengkonsumsi energi melebihi

    kecukupan. Hal ini sesuai pendapat

    Rimbawan (2004) yang mengatakan dua

    keunggulan pangan yang memiliki IG

    rendah yaitu mengenyangkan dalam

    waktu yang cukup lama serta membantu

    membakar lebih banyak lemak tubuh dan

    lebih sedikit massa otot. Rata-rata

    penurunan berat badan pada pemberian

    diet T Ca sebesar 3,5 kg. Penurunan

    sebesar ini dimungkinkan karena

    pengaruh konsumsi kalsium sehari-hari

    yang tinggi pada kelompok ini mempunyai

    efek mengurangi lemak adiposit sehingga

    berat badan berkurang meskipun angka

  • 8/10/2019 Pengaruh Pemberian Diet Rendah Indeks Glikemik Dan Diet Tinggi Kalsium Terhadap Penurunan Berat Badan Pen

    5/6

    5

    penurunan berat badannya lebih rendah

    dari terapi RIG. Hal ini sesuai pendapat

    Zemel (2002) yang mengemukakan

    dengan asupan kalsium yang tinggi

    menyebabkan ion Ca plasma meningkat.

    Peningkatan asam lemak menekan atau

    menurunkan konsentrasi Hormon Calsitriol

    sehingga menghambat masuknya Ca

    melalui membran vitamin D reseptor yang

    berakibat menurunnya Ca intraselluler.

    Penurunan ini menghambat asam lemak

    sintase (enzim kunci lipogenesis) dan

    mendorong lipolisis Triasil Gliserol (TG)

    menjadi asam lemak dan gliserol, Asam

    lemak ini akan berubah menjadi asam

    lemak bebas dan dioksidasi sebagai

    bahan bakar, akibatnya TG di jaringan

    adiposa menurun sehingga berat

    badanpun menurun. Rata-rata penurunan

    berat badan pada kelompok PK sebesar

    2,6 kg. Penurunan tersebut dimungkinkan

    karena pengurangan energi yang masuk

    sebesar 500 kkal/hr dari kebutuhan total

    energi. Sebagaimana yang dianjurkan

    oleh WHO (2000) bahwa penurunan berat

    badan diwujudkan dengan mengurangi

    konsumsi energi sebesar 500 kkal dari

    kebutuhan total sehari. Namun rata-rata

    angka penurunan berat badan pada

    kelompok ini lebih rendah dari kedua

    perlakuan lainnya dimungkinkan karena

    terapi yang diberikan hanya membatasi

    kalori yang masuk tanpa memodulasi zat

    gizi makro atau mikro sehingga angka

    penurunannya lebih kecil. Berdasarkan uji

    statistik Anova satu arah terdapat

    pengaruh pemberian terapi diet rendah

    indeks glikemik dan diet tinggi kalsium

    terhadap penurunan berat badan secara

    signifikan. Selisih rata rata penurunan

    berat badan antara terapi RIG dengan

    terapi PK berbeda secara signifikan, terapi

    Tca dengan PK berbeda secara signifikan

    dan RIG dengan Tca tidak berbeda secara

    signifikan oleh karena itu terapi diet yang

    baik digunakan adalah terapi diet RIG dan

    Tca karena kedua perlakuan mempunyai

    pengaruh yang sama terhadap penurunan

    berat badan, meskipun rata-rata

    penurunan berat badan pada terapi

    rendah indeks glikemik (3,8 kg) lebih

    besar bila dibandingkan terapi tinggi

    kalsium (3,5 kg).e

    KESIMPULAN

    1. Berat badan responden sebelum

    penelitian pada kelompok terapi diet

    RIG terendah 71 kg dan tertinggi 99,5

    kg; terapi T Ca terendah 68 kg dan

    tertinggi 78 kg sedangkan terapi PK

    terendah 67,5 kg tertinggi 89,5 kg.

    2. Berat badan responden sesudah

    penelitian pada terapi diet RIGterendah 68 kg tertinggi 95,5 kg; terapi

    diet T Ca terendah 64 kg tertinggi

    76 kg sedangkan terapi PK terendah

    63,5 kg tertinggi 87,5 kg.

    3. Terdapat perbedaan berat badan

    secara signifikan sebelum dan

    sesudah menjalani terapi diet RIG,

    T Ca dan PK.

  • 8/10/2019 Pengaruh Pemberian Diet Rendah Indeks Glikemik Dan Diet Tinggi Kalsium Terhadap Penurunan Berat Badan Pen

    6/6

    6

    4. Terdapat pengaruh yamg sama pada

    pemberian terapi diet RIG maupun

    terapi diet TCa terhadap penurunan

    berat badan secara signifikan.

    SARAN

    a. Mengingat efektifitas terapi diet RIG

    maupun T Ca sama oleh karena itu

    dalam program diet penurunan berat

    badan akan lebih berhasil bila

    pengurangan kalori dikombinasi diet

    RIG karena terapi diet RIG memberi

    dampak rasa kenyang yang lebih lama

    tanpa perlu menahan rasa lapar

    sepanjang waktu sehingga cenderung

    untuk tidak mengkonsumsi energi

    melebihi kecukupan selain itu dari segi

    ekonomi lebih menguntungkan dengan

    memperhatikan asupan kalsium yang

    cukup untuk mencegah osteoporosis.

    b. Perlu dilakukan penelitian lanjutan

    dengan menggunakan parameter

    antropometri pengukuran tebal lemak,

    jumlah responden yang lebih besar

    dan waktu penelitian yang lebih lama

    untuk mengetahui efektifitas kedua

    terapi penurunan berat badan dalam

    pelaksanaan jangka panjang.

    c. Bagi Instansi terkait penatalaksanaan

    obesitas selain olah raga perlu diikuti

    dengan program diet penurunan berat

    badan.

    DAFTAR PUSTAKA

    1. Albert J. 2003. Obesitas, Tubuh KelebihanLemak,(online),(www.suaramerdeka.

    com/harian/0307/28/ragam 1.htm 7k - , diakses 11 Juli 2006).

    2. Bray GA. 1989. Genetic and HipothalamicMechanism for Obesity: Finding theNeedle in the Haystack, Am J ClinNutr., Vol. 50:891-902.

    3. Departemen Kesehatan RI. 1994.Pedoman Praktis Memantau StatusGizi Orang Dewasa, Jakarta, hal. 4-16.

    4. Jequier E., Tappy L. 1999. Regulation ofBody Weight in Human,Physiological Reviews, Vol.79:451-480.

    5. Lukito W. 2005. Nutritional Pendulum inthe Management of Obesity in JohnMF (ed) The 4th National ObesitySymposium II, Makasar, p.53-54.

    6. Merdikoputro. 2004. Mampu menurunkan100 kg, (online), (http://www.suaramerdeka.com/ragam01.htm,diakses 3 Mei 2006).

    7. Miller JB., Colagiuri S., Crossman S., AllenA., Robert DC., Truswell AS. 1991.Low Glycemic Index Food improvelong Term Glycemic Control inNIDDM, Diabetes Care, Vol.14:95-101.

    8. Rimbawan S A. 2004. Indeks GlikemikPangan ( Cara Mudah MemilihPangan yang Menyehatkan ),Penebar Swadaya , Jakarta, hal 71-81.

    9. Soegih R. 1995. Kegemukan dan akibatyang ditimbulkan, Tropicana Slim,Jakarta .

    10. Zemel M., Thompson W., Milstead A.,Morris K., Campbell P. 2002.

    Calcium and Dairy Acceleration ofWeight and Fat Loss During EnergyRestriction in Obese Adults, ObesityResearch 12, (online), (http://www.Foodnavigator.com, diakses 18Desember 2005).