pengaruh open-ended terhadap peningkatan kreativitas matematik
TRANSCRIPT
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Matematika merupakan salah satu mata pelajaran pokokyang diajarkan mulai dari jenjang pendidikan dasar hinggapendidikan menengah. Dalam standar isi untuk satuanpendidikan dasar dan menengah mata pelajaran matematika(Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 22 Tahun 2006tentang standar isi), telah disebutkan bahwa mata pelajaranmatematika perlu diberikan untuk membekali siswa dengankemampuan berpikir logis, analitis, sistematis, kritis, dan kreatif,serta kemampuan bekerjasama.
Pengembangan berpikir kreatif merupakan salah satufokus utama dalam dunia pendidikan matematika modernsebagaimana yang menjadi tujuan utama dari penerapanKurikulum 2013.
Hal ini disebabkan karena berpikir kreatif merupakan
salah satu kemampuan yang saat ini dikehendaki dalam dunia
kerja (Mahmudi, 2010). Oleh karena itu, pembelajaran
matematika perlu dirancang sedemikian rupa sehingga menjadi
sarana yang tepat dalam mengembangkan kemampuan berpikir
kreatif. Rancangan ini dapat dibantu dengan pemilihan model
atau pendekatan pembelajaran yang tepat dalam mengajarkan
matematika.
Peran aktif dari siswa sangat penting dalam rangka
pembentukan generasi yang kreatif, yang mampu menghasilkan
sesuatu untuk kepentingan dirinya dan orang lain.
Metode latihan terstuktur adalah salah satu metode
yang ditawarkan peneliti ini disebabkan karena dengan metode
ini, siswa lebih aktif dalam belajar karena prinsip dari metode ini
adalah guru memberikan hal-hal yang terstruktur yaitu dari hal-
hal yang mudah atau sederhana ke hal-hal yang lebih
kompleks Kreatif juga dimaksudkan agar guru menciptakan
kegiatan belajar yang beragam sehingga memenuhi berbagai
tingkat kemampuan siswa (Sofyan, 2007:43). Kenyataan yang
terjadi saat ini adalah baik guru maupun siswa sulit untuk
mengembangkan kemampuan berpikir kreatif dalam
matapelajaran matematika. Guru pada umumnya tidak
menyajikan latihan kepada siswa untuk berpikir kreatif karena
setiap latihan yang diberikan hanya berorientasi pada hasil
tanpa melihat bagaimana proses yang dijalankan oleh siswa.
Sedangkan siswa sendiri tidak terbiasa dengan latihan
atau soal-soal yang membutuhkan kreativitas berpikir untuk
menjawabnya. Salah satu penyebab terjadinya hal ini adalah
guru belum melakukan pendekatan pembelajaran yang tepat
untuk meningkatkan kemampuan berpikir kreatif siswa.
Getlezs dan Jackson mengemukakan bahwa, salah satu cara
untuk meningkatkan kemampuan berpikir kreatif matematik
adalah dengan soal-soal terbuka atau open-ended problem
(Mahmudi, 2010:4). Pengertian open-ended problem menurut
Sudiarta dapat dirumuskan sebagai masalah atau soal-soal
matematika yang dirumuskan sedemikian rupa sehingga
memiliki beberapa atau bahkan banyak solusi yang benar, dan
terdapat banyak cara untuk mencapai solusi itu (Japar, 2007:
54).
Berdasarkan permasalahan dalam matematika yang
berbentuk open-ended problem telah dikembangkan suatu
pendekatan pembelajaran yaitu Pendekatan open-ended.
Tujuan pembelajaran berbasis open-ended problem menurut
Nohda adalah untuk membantu mengembangkan kegiatan
kreatif dan pola pikir matematik siswa melalui pemecahan
masalah secara simultan (Paduppai dan Nurdin, 2008:912).
Pendekatan ini memberikan masalah terbuka yang memberi
kesempatan bagi siswa untuk menyelesaikan permasalahan
matematik menggunakan berbagai cara, sehingga
kemampuan berpikir kreatif matematik siswa bisa meningkat.
Tujuan utamanya bukan untuk mendapatkan jawaban tetapi
lebih menekankan pada bagaimana cara sampai pada suatu
jawaban.
Sejalan dengan itu, menurut Sofyan danAmiruddin (2007:46), tugas guru adalahmengembangkan kemampuan berpikir kreatif siswa,antara lain dengan sering-sering memberikan tugasatau mengajukan pertanyaan yang terbuka (Open-ended). Pertanyaan yang dimulai dengan kata-kata“Apa yang terjadi jika…” lebih baik daripada yangdimulai dengan kata-kata “Apa, berapa, kapan”, yangumumnya tertutup (jawaban betul hanya satu).Sehingga, dengan meningkatnya kemampuan berpikirkreatif matematik siswa diharapkan akan memberikanefek positif terhadap hasil belajar yang diperolehnya.
Keberhasilan pendekatan open-ended dalam
meningkatkan kemampuan berpikir kreatif matematik siswa
dapat dilihat dari mengukur beberapa aspek dalam proses
menyelesaikan permasalahan. Aspek-aspek tersebut adalah
kelancaran (fluency), keluwesan (flexibility), keaslian
(originality), dan keterincian (elaboration). Pembelajaran
dengan pendekatan open-ended ini akan digunakan pada
siswa kelas XI sekolah menengah atas (SMA), karena pada
jenjang ini siswa telah dapat dilatih untuk berpikir kreatif
sebagai dasar untuk melanjutkan kejenjang yang lebih tinggi.
Berdasarkan pemaparan di atas, maka peneliti bermaksud
untuk mengadakan penelitian eksperimen dengan judul
“Pengaruh metode Open-Ended dan Latihan Soal
Terstruktur Terhadap Peningkatan Kemampuan Berpikir
Kreatif Matematik”.
B. Batasan Masalah
Dari uraian latar belakang di atas, maka permasalahan
penelitian dibatasi hanya pada peningkatan kemampuan
berpikir kreatif matematik yang meliputi kelancaran (fluency),
keluwesan (flexibility), keaslian (originality), dan keterincian
(elaboration) dengan menggunakan pendekatan open-ended
dan latihan soal terstruktur, yakni masalah atau soal-soal
yang memiliki beberapa atau bahkan banyak solusi yang
benar, dan terdapat banyak cara untuk menyelesaikannya
serta dengan menggunakan pendekatan pembelajaran
konvensional, yakni proses pembelajaran yang umumnya
dilakukan oleh guru kepada siswa, di kelas XI semester 2
pada siswa SMA Negeri 5 Kendari.
C. Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian latar belakang di atas, dapat dirumuskanbeberapa masalah dalam penelitian ini sebagai berikut:
1. Apakah ada pengaruh metode open-ended dan latihansoal terstruktur termasuk interaksinya secara bersama-sama terhadap peningkatan kemampuan berpikir kreatifmatematik?
2. Apakah ada pengaruh metode open-ended dan interaksimetode open-ended dan latihan soal terstruktur secarabersama-sama terhadap peningkatan kemampuan berpikirkreatif matematik?
3. Apakah ada pengaruh metode latihan soal terstruktur daninteraksi metode open-ended dan latihan soal terstruktursecara bersama-sama terhadap peningkatan kemampuanberpikir kreatif matematik?
4. Apakah ada perbedaan rerata kemampuan berpikir kreatifmatematik siswa yang diajar dengan metode open-endedyang dibandingkan dengan siswa yang diajar denganpembelajaran konvesional khusus untuk siswa yang diajardengan tanpa latihan terstruktur ?
5. Apakah ada perbedaan rerata kemampuan berpikir kreatifmatematik siswa yang diajar dengan latihan soalterstruktur yang dibandingkan dengan siswa yang diajardengan tanpa latihan soal terstruktur khusus untuk siswayang diajar dengan metode open-ended?
6. Apakah ada perbedaan rerata kemampuan berpikir kreatifmatematik siswa yang diajar dengan latihan soalterstruktur yang dibandingkan dengan siswa yang diajardengan tanpa latihan soal terstruktur khusus untuk siswayang diajar dengan pembelajaran konvesional?
7. Apakah ada perbedaan rerata kemampuan berpikir kreatif
matematik siswa yang diajar dengan latihan soal
terstruktur yang dibandingkan dengan siswa yang diajar
dengan tanpa latihan soal terstruktur khusus untuk siswa
yang diajar dengan pembelajaran konvesional?
8. Apakah ada perbedaan rerata kemampuan berpikir kreatif
matematik siswa yang diajar dengan metode open-ended
yang dibandingkan dengan siswa yang diajar dengan
pembelajaran konvesional khusus untuk siswa yang diajar
dengan latihan terstruktur ?
9. Apakah ada perbedaan rerata kemampuan berpikir kreatif
matematik siswa yang diajar dengan metode open-ended
yang dibandingkan dengan siswa yang diajar dengan
pembelajaran konvesional khusus untuk siswa yang diajar
dengan tanpa latihan terstruktur ?
D. Tujuan Penelitian
Berdasarkan pada masalah yang diteliti maka tujuan
penelitian ini adalah:
1. Untuk mempelajari pengaruh metode open-ended dan
latihan soal terstruktur termasuk interaksinya secara
bersama-sama terhadap peningkatan kemampuan
berpikir kreatif matematik.
2. Untuk mempelajari pengaruh metode open-ended dan
interaksi metode open-ended dan latihan soal terstruktur
secara bersama-sama terhadap peningkatan kemampuan
berpikir kreatif matematik.
3. Untuk mempelajari pengaruh metode latihan soal
terstruktur dan interaksi metode open-ended dan latihan
soal terstruktur secara bersama-sama terhadap
peningkatan kemampuan berpikir kreatif matematik.
4. Untuk mempelajari perbedaan rerata kemampuan berpikirkreatif matematik siswa yang diajar dengan metode open-ended yang dibandingkan dengan siswa yang diajardengan pembelajaran konvesional khusus untuk siswayang diajar dengan tanpa latihan terstruktur ?
5. Untuk mempelajari perbedaan rerata kemampuan berpikirkreatif matematik siswa yang diajar dengan latihan soalterstruktur yang dibandingkan dengan siswa yang diajardengan tanpa latihan soal terstruktur khusus untuk siswayang diajar dengan metode open-ended.
6. Untuk mempelajari perbedaan rerata kemampuan berpikirkreatif matematik siswa yang diajar dengan latihan soalterstruktur yang dibandingkan dengan siswa yang diajardengan tanpa latihan soal terstruktur khusus untuk siswayang diajar dengan pembelajaran konvesional.
7. Untuk mempelajari perbedaan rerata kemampuan berpikirkreatif matematik siswa yang diajar dengan latihan soalterstruktur yang dibandingkan dengan siswa yang diajardengan tanpa latihan soal terstruktur khusus untuk siswayang diajar dengan pembelajaran konvesional.
8. Untuk mempejari perbedaan rerata kemampuan berpikirkreatif matematik siswa yang diajar dengan metode open-ended yang dibandingkan dengan siswa yang diajardengan pembelajaran konvesional khusus untuk siswayang diajar dengan latihan terstruktur .
9. Untuk mempelajari perbedaan rerata kemampuan berpikirkreatif matematik siswa yang diajar dengan metode open-ended yang dibandingkan dengan siswa yang diajardengan pembelajaran konvesional khusus untuk siswayang diajar dengan tanpa latihan terstruktur .
BAB II TINJAUAN PUSTAKAA. Kajian Teori
1.Kemampuan Berpikir Kreatif Matematik
a. Pengertian Kreativitas
Kreativitas merupakan bagian dari aktivitas mental yang
dimiliki seseorang (Paduppai dan Nurdin, 2008:909). Menurut
Solso, kreativitas adalah aktifitas kognitif yang menghasilkan
cara pandang baru terhadap suatu masalah atau situasi
(Ghufron dan Risnawati, 2011:102). Sedangkan Sriraman,
mendefinisikan kreativitas sebagai proses yang dihasilkan
tidak biasa, solusi yang dalam dari persoalan yang diberikan
dan terlepas dari tingkat kompleksitas. Sriraman juga
menyarankan supaya kreativitas dapat diterapkan di kelas
dengan menyelesaikan soal-soal yang rutin, kompleks, dan
terstruktur (Lambertus, 2010:155).
Selanjutnya Torrence, memandang kreativitas sebagai
suatu kemampuan yang mencerminkan kelancaran,
keluwesan (fleksibilitas), orisinalitas dalam berpikir serta
kemampuan untuk mengelaborasi (mengembangkan,
memperkaya, dan memerinci) suatu gagasan (Ghufron dan
Risnawati, 2011:102).
Suharnan dalam Ghufron dan Risnawati (2011:104-
106) mengatakan bahwa terdapat aspek dalam kreativitas
yang dapat dijelaskan sebagai berikut:
1). Aktivitas berpikir
Aktivitas ini bersifat kompleks karena melibatkan sejumlah
kemampuan kognitif seperti persepsi, atensi, ingatan,
imajiner, penalaran, imajinasi, pengambilan keputusan, dan
pemecahan masalah.
2). Menemukan atau menciptakan sesuatu yang baru
Aktivitas menemukan sesuatu, berarti melibatkan proses
imajinasi yaitu, kemampuan memanipulasi sejumlah objek
atau situasi di dalam pikiran sebelum sesuatu yang baru
diharapkan muncul.
3). Sifat baru atau orisinal
Sifat baru yang terkandung dalam kreativitas memiliki ciri-ciri
sebagai berikut:
a. Produk yang bersifat baru dan belum pernah ada
sebelumnya.
b. Produk yang memiliki sifat baru sebagai hasil kombinasi
beberapa produk yang sudah ada sebelumnya.
c. Produk yang memilki sifat baru sebagai hasil
pembaruan (inovasi) dan pengembangan dari hasil
yang sudah ada.
4). Produk yang berguna atau bernilai
Berguna atau bernilai, yaitu karya yang dihasilkan dari
kreativitas harus memiliki kegunaan atau manfaat
tertentu.
b. Pengertian Berpikir Kreatif
Purwanto (1998:43) mendefinisikan bahwa berpikir
adalah salah satu keaktifan pribadi manusia yang
mengakibatkan penemuan yang terarah kepada suatu tujuan.
Nazir (1988:10) juga menjelaskan bahwa proses berpikir
adalah suatu refleksi yang teratur dan hati-hati. Proses
berpikir lahir dari suatu rasa sangsi akan sesuatu dan
keinginan untuk memperoleh suatu ketentuan, yang
kemudian tumbuh menjadi suatu masalah yang khas. Ditinjau
dari tingkat berpikirnya, siswa kelas VII berada pada tahap
operasi formal awal (formal-operational stage). Pada tahap
ini, anak atau siswa sudah mampu berpikir secara logis tanpa
kehadiran benda-benda konkret; dengan kata lain, sudah
mampu melakukan abstraksi (mampu berpikir tentang hal-hal
yang abstrak) (Piaget dalam DSLTP, 2002:18).
Menurut McGregor, berpikir kreatif adalah
berpikir yang mengarah pada pemerolehan wawasan
baru, pendekatan baru, perspektif baru, atau cara baru
dalam memahami sesuatu (Mahmudi, 2010:2).
Sedangkan menurut Johnson berpikir kreatif bukanlah
suatu proses terorganisasi, melainkan sebuah
kebiasaan dari pikiran yang dilatih dengan
memperhatikan intuisi, menghidupkan imajinasi,
mengungkapkan kemungkinan-kemungkinan baru,
membuka sudut pandang yang menakjubkan, dan
membangkitkan ide-ide yang tidak terduga.
Hal ini berarti untuk mengembangkan
kemampuan berpikir kreatif siswa, dibutuhkan adanya
latihan secara terus-menerus, ketekunan, disiplin diri,
dan perhatian penuh, yang meliputi aktivitas mental
seperti: mengajukan pertanyaan; membangun
keterkaitan, khususnya antara hal-hal yang berbeda;
menghubung-hubungkan berbagai hal dengan bebas;
menerapkan imajinasi pada setiap situasi untuk
menghasilkan hal baru dan berbeda; dan
mendengarkan intuisi (Lambertus, 2010:154).
c. Pengertian Berpikir Kreatif Matematik
Guilford mengemukakan bahwa kreativitas atauberpikir kreatif merupakan kemampuan untuk melihatbermacam-macam kemungkinan penyelesaian terhadap suatumasalah (Paduppai dan Nurdin, 2008). Menurut Pehnoken,kreativitas tidak hanya terjadi pada bidang-bidang tertentu,seperti seni, sastra, atau sains, melainkan juga ditemukandalam berbagai bidang kehidupan, termasuk matematika.Pembahasan mengenai kreativitas dalam matematika lebihditekankan pada prosesnya, yakni proses berpikir kreatif. Olehkarena itu, kreativitas dalam matematika lebih tepatdiistilahkan sebagai berpikir matematik. Meski demikian,istilah kreativitas dalam matematika atau berpikir kreatifmatematik dipandang memiliki pengertian yang sama,sehingga dapat digunakan secara bergantian (Mahmudi,2010:3).
Istilah berpikir matematik (mathematical
thingking) diartikan sebagai cara berpikir berkenaan
dengan proses matematika (doing math) atau cara
berpikir dalam menyelesaikan tugas matematik
(mathematical taks) baik yang sederhana maupun yang
kompleks (Sumarmo, 2010:4).
Wardani dalam Asriah (2011:25), menyatakan
Kreativitas matematik siswa adalah kemampuan
matematik yang mencerminkan kemampuan
kefasihan/kelancaran, keluwesan, hal yang relatif baru
dan keterincian/elaborasi.
Penjelasan dari setiap indikator diungkapkan
oleh Wardani, yakni sebagai berikut:
1. Kefasihan adalah kemampuan dalam mengajukan
sejumlah masalah atau pertanyaan matematika
dan jawaban yang tepat.
2. Keluwesan adalah kemampuan menghasilkan
jawaban yang bervariasi/beragam/beberapa cara.
3. Keaslian/hal yang relatif baru adalah kemampuan
memberikan gagasan atau jawaban dengan
bahasa dan cara sendiri.
3. Keterincian/elaborasi adalah kemampuan
menjelaskan, mengembangkan, memperkaya atau
menguraikan lebih rinci jawaban atau gagasan yang
diberikan.
Pentingnya kreativitas dalam matematika
dikemukakan oleh Bishop yang menyatakan bahwa
seseorang memerlukan dua keterampilan berpikir
matematik yaitu, berpikir kreatif yang sering diidentikkan
dengan intuisi dan kemampuan berpikir analitik yang
diidentikkan dengan kemampuan berpikir logis.
Sementara Kiesswetter menyatakan bahwa
kemampuan berpikir fleksibel yang merupakan salah
satu aspek kemampuan berpikir kreatif, merupakan
kemampuan penting yang harus dimiliki siswa dalam
menyelesaikan masalah matematika. Pendapat ini
menegaskan eksistensi kemampuan berpikir kreatif
matematik. Selanjutnya, Krutetski mendefinisikan
kemampuan berpikir kreatif matematik sebagai
kemampuan menemukan solusi masalah matematika
secara mudah dan fleksibel (Mahmudi, 2010:3).
2. Pendekatan Pembelajaran Open-Ended
Menurut Becker dan Shigeru, pendekatan open-ended
pada awalnya dikembangkan di Jepang pada tahun 1970-an
(Mahmudi, 2008:2). Antara tahun 1971 dan 1976, para ahli
pendidikan matematika Jepang melakukan serangkaian
penelitian yang berfokus pada pengembangan metode
evaluasi keterampilan berpikir tingkat tinggi dalam pendidikan
matematika dengan menggunakan soal atau masalah terbuka
(open-ended) sebagai tema (TPIP FIP-UPI, 2007). Secara
konseptual open-ended problem dalam pembelajaran
matematika adalah masalah-masalah matematika yang
dirumuskan sedemikian rupa, sehingga memiliki beberapa
atau bahkan banyak solusi yang benar, dan banyak cara
untuk mencapai solusi itu.
Pendekatan ini memberikan kesempatan pada
siswa untuk "experience in finding something new in
the process" (Schoenfeld dalam I Gusti Putu Sudiarta,
2006:1135).
Shimada berpendapat bahwa, pendekatan open-
ended adalah pendekatan pembelajaran yang
menyajikan suatu permasalahan yang memiliki metode
atau penyelesaian yang benar lebih dari satu (Syaban,
2011). Shimada juga mengatakan bahwa, soal-soal
open-ended merupakan soal-soal yang dirancang dan
disusun sedemikian rupa sehingga memiliki banyak
jawaban yang benar (Paduppai dan Nurdin, 2008).
Pendekatan open-ended merupakan pendekatanpembelajaran yang menggunakan masalah terbuka yangdapat dijawab dengan banyak cara/metode penyelesaianatau jawaban benar yang beragam. Dengankeberagaman cara penyelesaian dan jawaban tersebut,maka memberikan keleluasaan kepada siswa dalammenyelesaikan masalah (Fadillah, 2011:104). Sejalandengan itu, Hancock dan Berenson menyatakan bahwasoal open-ended adalah soal yang memiliki lebih darisatu penyelesaian dan cara yang benar (Syaban, 2011).Selanjutnya, Menurut Takahashi, soal terbuka (open-ended problem) adalah soal yang mempunyai banyaksolusi atau strategi penyelesaian (Mahmudi, 2008:3).
Pembelajaran dengan problem (masalah) terbuka
(open-ended) artinya pembelajaran yang menyajikan
permasalahan dengan pemecahan berbagai cara (flexibility)
dan solusinya juga bisa beragam (multi jawab, fluency).
Pembelajaran ini melatih dan menumbuhkan orisinilitas
(originality) ide, kreativitas, kognitif tinggi, kritis, komunikasi-
interaksi, sharing, keterbukaan, dan sosialisasi. Siswa
dituntut untuk berimprovisasi mengembangkan metode, cara,
atau pendekataan yang bervariasi dalam memperoleh
jawaban siswa beragam. Selanjutnya siswa juga diminta
untuk menjelaskan proses mencapai jawaban tersebut.
Dengan demikian, model pembelajaran ini lebih
mementingkan proses daripada produk yang akan
membentuk pola pikir, keterpaduan, keterbukaan, dan ragam
berpikir (Suherman, 2004:3).
Pendekatan open-ended dalam pembelajaranmatematika bertujuan menciptakan suasanapembelajaran agar siswa memperoleh pengalamandalam menemukan sesuatu yang baru melalui prosespembelajaran. Tujuan pembudayaan pembelajaranmatematika dengan open-ended adalah membantumengembangkan aktivitas dan berpikir matematik siswasecara serempak dalam pemecahan masalah (Hudiono,2008:23). Menurut Suherman, Tujuan pendekatanopen-ended bukan untuk mendapatkan jawaban tetapilebih menekankan pada cara bagaimana sampai padasuatu jawaban. Dengan demikian, bukanlah hanya satucara dalam mendapatkan jawaban, namun beberapaatau banyak cara (Asriah, 2011:10).
Tujuan lain dari pendekatan open-ended yaitu, agar
kemampuan berpikir matematika siswa dapat
berkembang secara maksimal, dan pada saat yang
sama kegiatan-kegiatan kreatif setiap siswa
terkomunikasikan melalui proses pembelajaran. Itulah
yang menjadi pokok pikiran pembelajaran dengan
pendekatan open-ended problem, yaitu pembelajaran
yang membangun kegiatan interaktif antara
matematika dan siswa, sehingga mengundang mereka
untuk menjawab permasalahan melalui berbagai
strategi (Paduppai dan Nurdin, 2008).
Model aktivitas Siswa yang dikembangkan dalam pendekatan open-ended secara garis besarnya disajikan dalam gambar sebagai berikut:
Sumber: Suryadi dalam Asriah (2011:14).
Gambar 2.1 Model Aktivitas Siswa yang Dikembangkan dalam Pendekatan Open-Ended
3. Pendekatan Pembelajaran Konvensional
Berdasarkan Kamus Besar Bahasa Indonesia (2007)konvensional artinya berdasarkan persetujuan umum(tradisional). Pendekatan konvensional memandang bahwaproses pembelajaran yang dilakukan sebagaimana umumnyaguru mengajarkan materi kepada siswanya. Gurumentransfer ilmu pengetahuan kepada siswa, sedangkansiswa lebih banyak sebagai penerima (Gora dan Sunarto,2011:7).
Menurut Philip R. Wallace, pendekatan pembelajaran dikatakan sebagai pendekatan pembelajaran yang konvensional apabila mempunyai ciri-ciri berikut:
a. Otoritas seorang guru lebih diutamakan dan berperansebagai contoh bagi murid-muridnya.
b. Perhatian kepada masing-masing individu atau minat siswa sangat kecil.
c. Pembelajaran di sekolah lebih banyak dilihat sebagaipersiapan akan masa depan, bukan sebagaipeningkatan kompetensi siswa di saat ini.
d. Penekanan yang mendasar adalah pada bagaimanapengetahuan dapat diserap oleh siswa dan penguasaanpengetahuan tersebutlah yang menjadi tolak ukurkeberhasilan tujuan, sementara pengembangan potensisiswa diabaikan.
Selanjutnya, Ujang Sukandi mendeskripsikan bahwaPendekatan Konvensional ditandai dengan guru mengajarlebih banyak mengajarkan konsep-konsep bukankompetensi, tujuannya adalah siswa mengetahui sesuatubukan mampu melakukan sesuatu, dan pada saat prosespembelajaran, siswa lebih banyak mendengarkan (Gora danSunarto, 2011:7).
4. Metode Latihan Terstruktur
Metode Latihan Terstruktur merupakan suatu
cara mengajar dengan memberikan latihan-latihan
terstruktur terhadap apa yang dipelajari oleh siswa
sehingga memperoleh keterampilan tertentu
(Roestiyah dalam Kasmiati dan La Sahara, 2006: 9).
Pemberian latihan ini dilakukan dengan cara guru
memberikan soal-soal latihan yang akan di kerjakan
oleh siswa yang di mulai dari soal-soal yang
sederhana ke soal-soal yang lebih kompleks dengan
bimbingan guru. Pemberian soal-soal tersebut di
susun oleh guru secara terstruktur sehingga siswa
akan merasa terbimbing dengan baik.
Slameto dalam Kasmiati dan La Sahara (2006:
9) menjelaskan tujuan dari metode latihan terstruktur
secara khusus sebagai berikut :
a. Siswa memiliki keterampilan motorik/gesit seperti
menghafal, menggunakan alat-alat dan lain-lain.
b. Mengembangkan kecakapan intelektual seperti
mengalikan, membagi menjumlahkan dan
membagi.
c. Memiliki kemampuan menghubungkan antara
suatu keadaan dengan hal yang lain seperti
hubungan sebab akibat tujuan belajar.
B. Tinjauan Kurikulum
Berdasarkan panduan yang disusun oleh Badan
Standar Nasional Pendidikan (BSNP), materi turunan
fungsi yang dipelajari di SMU kelas XI terdiri dari
turunan fungsi aljabar, turunan fungsi trigonometri dan
aplikasinya.Kanginan (2007: 150) mengemukakan
bahwa Turunan fungsi aljabar yang dipelajari di SMU
kelas XI terdiri dari :Turunan fungsi konstan, turunan
fungsi identitas, turunan fungsi eksponen, turunan
hasil kali konstanta dengan fungsi, turunan jumlah dan
selisih fungsi dan turunan perkalian dan pembagian
C. Hasil penelitian yang relevan
Beberapa hasil penelitian yang relevan dengan penelitian
ini, antara lain:
1. Penelitian yang dilakukan oleh Asri Nurlaelatul Asriah
pada tahun 2011 yang menyimpulkan bahwa
kemampuan berpikir kreatif matematik siswa kelas VII
SMP Negeri 1 Kawali T.A. 2010/2011 dapat
ditingkatkan melalui penerapan pendekatan
pembelajaran Open-Ended.
2. Penelitian yang dilakukan oleh Syarifah Fadillah, yang
menyimpulkan bahwa kemampuan representasi
multipel matematika siswa kelas VIII SMP dapat
ditingkatkan melalui pembelajaran dengan pendekatan
Open-Ended.
D. Kerangka Berpikir
Pembelajaran matematika merupakan usahamembantu siswa mengkontruksi pengetahuan melaluiproses. Proses tersebut dimulai dari pengalaman,sehingga siswa harus diberi kesempatan seluas-luasnyauntuk mengkontruksi sendiri pengetahuan yang harusdimiliki dengan mengembangkan kemampuan berpikirkreatif matematik siswa. Proses pembelajaran dapat diikutidengan baik dan menarik perhatian siswa apabilamenggunakan pendekatan pembelajaran yang sesuaidengan tingkat perkembangan siswa dan sesuai denganmateri pembelajaran. Dalam pembelajaran matematikaharus mampu mengaktifkan siswa selama prosespembelajaran dan mengurangi kecenderungan guru untukmendominasi proses pembelajaran tersebut, sehingga adaperubahan dalam hal pembelajaran matematika yaitu,pembelajaran yang berpusat pada guru sudah sewajarnyadiubah menjadi berpusat pada siswa.
Selain itu, siswa juga mendapat kebebasan untukberpikir kreatif. Untuk melakukan itu, guru perlu menyusunpendekatan yang dapat memperbaiki pembelajaranmatematika tersebut. Salah satu alternatif pendekatan yangdimaksud adalah dengan menggunakan pendekatan open-ended, yakni suatu pendekatan pembelajaran yang dapatmembuat siswa berpikir lebih aktif dalam pembelajaran dansering mengekspresikan idenya; siswa memiliki kesempatanlebih banyak dalam memanfaatkan pengetahuan danketerampilan matematik secara komprehensif; siswa dengankemampuan matematika rendah dapat meresponpermasalahan dengan cara mereka sendiri; siswa secaraimplinsik termotivasi untuk memberikan bukti ataupenjelasan; dan siswa juga memiliki pengalaman banyakuntuk menemukan sesuatu dalam menjawab permasalahan.
Sehingga dengan pendekatan ini, selain dapatmengembangkan kemampuan kognitif siswa, juga dapatmeningkatkan kemampuan berpikir kreatif matematiksiswa, yaitu dengan pemberian masalah atau soal-soalyang terbuka kepada siswa dapat memberikankesempatan bagi siswa untuk menyelesaikanpermasalahan matematik dengan banyak jawaban yangbenar dan dengan menggunakan berbagai cara. Sehingga,indikator kemampuan berpikir matematik dapat terpenuhi,yaitu kelancaran (fluency) yakni, kemampuan dalammemecahkan masalah matematika dengan jawaban yangtepat; keluwesan (flexibility) yakni, kemampuanmenghasilkan jawaban yang beragam; keaslian (originality)yakni, kemampuan memberikan jawaban dengan carasendiri; dan keterincian (elaboration) yakni, kemampuanmenjelaskan, mengembangkan menguraikan lebih rincijawaban atau gagasan yang diberikan.
Maka, dengan meningkatnya kemampuanberpikir kreatif matematik siswa, diharapkan hasilbelajar siswa juga akan meningkat.
E. Hipotesis Penelitian
Setelah uraian di atas peneliti mencoba mengajukanhipotesis sebagai berikut :
Hipotesis-1 Penggunaan metode open-ended danlatihan soal terstruktur termasuk interaksinya secarabersama-sama mempunyai pengaruh yang signifikanterhadap peningkatan kemampuan berpikir kreatifmatematik. Secara statistik:
H0: Ai = Bj = (AB)ij= 0 vs H1: Bukan H0
Hipotesis-2 Penggunaan metode open-ended daninteraksi metode open-ended dan latihan soalterstruktur secara bersama-sama mempunyaipengaruh yang signifikan terhadap peningkatankemampuan berpikir kreatif matematik. Secara statistik:
H0: Ai = (AB)ij= 0 vs H1: Bukan H0
Hipotesis-3 Penggunaan metode latihan soalterstruktur dan interaksi metode open-ended danlatihan soal terstruktur secara bersama-samamempunyai pengaruh yang signifikan terhadappeningkatan kemampuan berpikir kreatif matematik.Secara statistik:
H0: Bj = (AB)ij= 0 vs H1: Bukan H0
Hipotesis-4 Secara signifikan rerata kemampuanberpikir kreatif matematik siswa yang diajar denganmetode open-ended lebih tinggi dibandingkan dengansiswa yang diajar dengan pembelajaran konvesionalkhusus untuk siswa yang diajar dengan tanpa latihanterstruktur. Secara statistik:
H0: α1 ≤ 0 vs H1: α1 > 0
Hipotesis-5 Secara signifikan rerata kemampuanberpikir kreatif matematik siswa yang diajar denganlatihan soal terstruktur lebih tinggi dibandingkan dengansiswa yang diajar dengan tanpa latihan soal terstrukturkhusus untuk siswa yang diajar dengan metode open-ended. Secara statistik:
H0: α2 ≤ 0 vs H1: α2 > 0
Hipotesis-6 Secara signifikan rerata kemampuanberpikir kreatif matematik siswa yang diajar denganlatihan soal terstruktur lebih tinggi dibandingkandengan siswa yang diajar dengan tanpa latihan soalterstruktur khusus untuk siswa yang diajar denganpembelajaran konvesional. Secara statistik:
H0: α3 ≤ 0 vs H1: α3 > 0
Hipotesis-7 Secara signifikan rerata kemampuanberpikir kreatif matematik siswa yang diajar denganlatihan soal terstruktur lebih tinggi dibandingkandengan siswa yang diajar dengan tanpa latihan soalterstruktur khusus untuk siswa yang diajar denganpembelajaran konvesional. Secara statistik:
H0: β1 ≤ 0 vs H1: β1 > 0
Hipotesi-8 Secara signifikan rerata kemampuan berpikirkreatif matematik siswa yang diajar dengan metodeopen-ended lebih tinggi dibandingkan dengan siswayang diajar dengan pembelajaran konvesional khususuntuk siswa yang diajar dengan latihan terstruktur .Secara statistik:
H0: β2 ≤ 0 vs H1: β2 > 0
Hipotesis-9 Secara signifikan rerata kemampuanberpikir kreatif matematik siswa yang diajar denganmetode open-ended lebih tinggi dibandingkan dengansiswa yang diajar dengan pembelajaran konvesionalkhusus untuk siswa yang diajar dengan tanpa latihanterstruktur . Secara statistik:
H0: β3 ≤ 0 vs H1: β3 > 0
A.Tempat dan Waktu Penelitian
Penelitian eksperimen ini dilaksanakan di SMA Negeri5 Kendari. Sedangkan waktu pelaksanaannya dilakukan padasemester genap tahun ajaran 2013/2014. Tahapanpengambilan data pree test pada kelas eksperimendilaksanakan pada tanggal 12 Maret 2014, sedangkan padakelas kontrol dilaksanakan pada tanggal 14 Maret 2012.Tahapan pelaksanaan pembelajaran pada kelas kontroldilakukan pada tanggal 26 Maret 2014 sampai 5 Mei 2014,sedangkan pelaksanaan pembelajaran pada kelaseksperimen dilakukan pada tanggal 27 Maret 2014 sampai 2Mei 2014. Pembelajaran dilakukan sebanyak delapan kalipertemuan pada masing-masing kelas. Tahapan pengambilandata post test pada kelas eksperimen dilaksanakan padatanggal 9 Mei 2014, sedangkan pada kelas kontroldilaksanakan pada tanggal 7 Mei 2014.
BAB III METODE PENELITIAN
B. Populasi dan Sampel Penelitian
1. Populasi
Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh siswakelas XI SMA Negeri 5 Kendari yang tersebar dalam 7 kelasparalel yaitu XIA – XIG dan terdaftar pada semester genaptahun ajaran 2013/2014.
2. Sampel
Pengambilan sampel pada penelitian ini dilakukansecara Purposive, dengan desain pertimbangan mengambildua kelas yang memiliki kemampuan yang relatif sama. Daricara tersebut diperoleh kelas XID dan kelas XIF. Penentuankelas yang akan diajar dengan model pembelajaran Open-ended dan pembelajaran konvensional serta latihan soalterstruktur dilakukan secara random, dari hasil prosespengacakan diperoleh kelas XIF sebagai kelas eksperimenyang diajar dengan model pembelajaran Open-ended dankelas XID sebagai kelas kontrol yang diajar denganpembelajaran konvensional.
C. Variabel dan Desain Penelitian
1. Variabel Penelitian
Penelitian ini mempunyai dua variabel, yaitu:
a. Variabel bebas yaitu perlakuan berupa pembelajaran denganmenggunakan pendekatan pembelajaran Open-ended (A=1) dankontrol berupa pendekatan pembelajaran konvensional (A=2).
b. Variabel bebasyaitu perlakuan berupa pembelajaran denganmenggunakan latihan soal terstruktur (B=1) dam kontrol berupatanpa latihan soal terstruktur (B=2).
c. Variabel terikat yaitu kemampuan berpikir kreatif matematik siswayang diajar dengan menggunakan pendekatan pembelajaranOpen-ended dan latihan soal terstruktur (Y1), kemampuan berpikirkreatif matematik siswa yang diajar dengan menggunakanpembelajaran konvensional dan latihan soal terstruktur (Y2),kemampuan berpikir kreatif matematik siswa yang diajar denganmenggunakan pendekatan pembelajaran Open-ended dan tanpalatihan soal terstruktur (Y3) dan kemampuan berpikir kreatifmatematik siswa yang diajar dengan menggunakan pembelajarankonvensional dan tanpa latihan soal terstruktur (Y4).
2. Desain Penelitian
Penelitian ini menggunakan desain penelitian
Randomized Control Group Pretest-Posttes. Desain ini dalam
bentuknya yang sederhana, terdiri dari perlakuan eksperimen
dan sebuah kontrol. Prosedurnya dapat digambarkan sebagai
berikut:
(Nazir, 1988:289).
Kelompok
Percobaan (E)T0 X T1
Kelompok
Kontrol (K)T0 __ T1
Dalam desain ini terdapat dua kelompok yang dipilih secararandom. Kemudian diberi pree test untuk mengetahuikeadaan awal adakah perbedaan antara kelompokeksperimen dan kelompok kontrol (Sugiyono, 2011:76).
D. Instrumen Penelitian
Penelitian ini mempunyai dua instrumen, yaitu instrumenberupa lembar observasi dan instrumen kemampuan berpikirkreatif matematik siswa.
1. Lembar Observasi
Untuk mengukur tingkat aktivitas/partisipasi guru dansiswa dalam proses pembelajaran matematika denganmenggunakan pendekatan open-ended dan latihan soalterstruktur dalam penelitian ini digunakan instrumen berupalembar observasi yakni, lembar observasi untuk guru danlembar observasi untuk siswa. Lembar observasi inidigunakan pada setiap pertemuan yaitu, sebanyak 8 kalipertemuan.
Lembar pengamatan yang dibuat terdiri atas beberapaaspek observasi yang bertujuan untuk mengontrol setiaptindakan/aktivitas yang dilakukan oleh guru dan siswa dalamkelas, selama proses pembelajaran berlangsung, persiapanmateri pelajaran, serta teknik yang digunakan guru dalammenerapkan pendekatan pembelajaran open-ended danlatihan terstruktur.
2. Instrumen Kemampuan Berpikir Kreatif MatematikSiswa
Dalam penelitian ini untuk mengukur kemampuanberpikir kreatif matematik, digunakan instrumen penelitianberupa tes tertulis dalam bentuk uraian sebanyak 12 nomorpada materi bangun datar yang disusun oleh peneliti bekerjasama dengan guru bidang studi matematika kelas XI SMANegeri 5 Kendari dan telah dikonsultasikan serta disetujuiterlebih dahulu oleh dosen pembimbing. Sebelum digunakan,instrumen tersebut terlebih dahulu dianalisis melalui panelis,kemudian diuji cobakan untuk mengetahui validitas danreliabilitasnya.
Instrumen kemampuan berpikir kreatif matematik untuk
uji panelis ini terdiri dari: (1) definisi konsep, (2) definisi
operasional, (3) kisi-kisi dan (4) pernyataan (soal essay) (Djali
dan Muljono, 2004: 139). Instrumen kemampuan berpikir
kreatif matematik sebelum digunakan pada penelitian
sesungguhnya, terlebih dahulu dianalisis validitas dan
reliabilitasnya melalui panelis. Jumlah panelis yang dibutuhkan
dalam pengujian validitas dan reliabilitas ini terdiri dari antara
20-40 orang (Djali dan Muljono, 2004: 96). Jumlah panelis
yang ada dalam penelitian ini terdiri dari 4 orang dosen, 6
orang guru matematika dan 10 orang mahasiswa yang telah
mengetahui pengisian instrumen penilaian panelis.
Format isian penilaian panelis dari instrumenkemampuan berpikir kreatif matematik adalah mencocokkansetiap butir soal dengan kompetensi dasar dan standarkompetensi dengan skor penilaian 1 sampai 5 denganketentuan, skor 1 jika dalam pernyataan tidak satupun kriteriayang muncul, skor 2 jika dalam pernyataan hanya ada satukriteria yang muncul, skor 3 jika dalam pernyataan hanya adadua kriteria yang muncul, skor 4 jika dalam pernyataan ada tigakriteria yang muncul dan skor 5 jika dalam pernyataan adasemua kriteria muncul. Skor butir-butir tersebut diberikan olehpanelis sesuai dengan kesesuaian antara butir pernyataandengan indikator, standar kompetensi dan kompetensi dasaruntuk variabel kemampuan berpikir kreatif matematik siswa.Adapun kriteria penilaian panelis adalah sebagai berikut: (a)Kesesuaian antara butir soal dengan kompetensi dasar danstandar kompetensi, (b) Kesesuaian antara butir soal denganaspek dan indikator kemampuan berpikir kreatif matematik, (c)Penggunaan bahasa Indonesia yang benar dan (d) Tidakbermakna ganda. Definisi konsep, definisi operasional dan kisi-kisi instrument.
a. Uji Validitas dan Reliabilitas Instrumen penelitian
1). Validitas dan reliabilitas penilaian panelis
Analisis validitas penilaian panelis digunakan untukmengetahui validitas konsep instrumen melalui penilaianpanelis dengan menggunakan rumus dari Aiken:
(Aiken, 1996: 91)
dimana :
V = Indeks validitas isi
ni = Cacah dari titik skala hasil penilaian rater
i = Titik skala ke-I (I = 1,2,3,4,5)
lo = Titik skala terendah
N = Jumlah rater (Σni)
c = banyaknya titik skala
Nilai V terletak antara 0 dan 1 (valid ≥ 0,6).
Untuk Reliabilitas tes ditentukan dengan menggunakanrumus Alpha yaitu:
(Basir, 1988: 65-73)
Keterangan:
α11 = koefisien reliabilitas (reliabel ≥ 0,6)
k = banyak butir
si2 = varians skor butir
st2 = varians skor total.
Berdasarkan analisis reliabilitas diperoleh reliabilitastes yaitu 0,807 ≥ 0,6, sehingga dapat diambil kesimpulanbahwa semua instrumen yang dinilai oleh panelis memenuhikriteria, artinya instrumen tersebut dapat digunakan sebagaialat ukur untuk dapat mengukur apa yang hendak diukur.
2). Validitas dan reliabilitas uji coba instrumen
Uji validitas adalah suatu ukuran yang menunjukankeshahihan atau tingkat kevalidan suatu instrumen, dan inimutlak dilakukan oleh peneliti untuk mencapai tujuan yangtelah ditetapkan. Untuk tes uraian, validitas butir tesnyadihitung dengan menggunakan rumus korelasi productmoment dengan angka kasar sebagai berikut:
(Arikunto, 2005:72)
Keterangan :
rxy = koefisien korelasi antara variabel X dan Y
X = skor item
Y = skor total
N = jumlah subjek
Adapun kriteria pengujian sebagai berikut:
Jika ≥ dengan α = 0,05 maka item tersebut valid
Jika < dengan α = 0,05 maka item tersebut tidak valid.
Berdasarkan perhitungan dengan menggunakanprogram SPSS 15, dan rtabel= 0,244 pada α = 0,05, ataudengan melihat nilai sig.nya < α = 0,05 diperoleh kedelapanbutir soal yang diujicobakan tersebut valid. Maka, kedelapanbutir soal inilah yang kemudian dijadikan soal pre test danpost test kemampuan berpikir kreatif matematik siswa.Selanjutnya, suatu tes dikatakan reliabel jika hasil testersebut menunjukkan ketetapan untuk beberapa kali tes.Reliabilitas merupakan suatu ketetapan alat ukur dalamjangka waktu tertentu. Reliabilitas menunjukkan pada suatupengertian bahwa suatu instrumen cukup dapat dipercayauntuk digunakan sebagai alat pengumpul data.
Untuk mengetahui reliabilitas tes uraian digunakan rumus Alpha Cronbach sebagai berikut:
(Arikunto, 2005:109)
Keterangan:
r11 = reliabilitas,
n = Jumlah Item
∑σi2 = jumlah varians skor tiap item,
σt2 = varians total.
Selanjutnya dalam pemberian interpretasi terhadap
koefisien reliabilitas tes ( ) pada umumnya digunakan
patokan :
r11 ≤ 0,20 reliabilitas : sangat rendah
0,20 < r11 ≤ 0,40 reliabilitas : rendah
0,40 < r11 ≤ 0,70 reliabilitas : sedang
0,70 < r11 ≤ 0,90 reliabilitas : tinggi
0,90 < r11 ≤ 1,00 reliabilitas : sangat tinggi.
Setelah dilakukan analisis reliabilitas dengan menggunakan
program SPSS 15 terhadap butir soal yang valid diperoleh
r11 = 0,645, yang artinya kedelapan soal ini memiliki
reliabilitas yang sedang.
F. Teknik Pengumpulan Data
Pengumpulan data dalam penelitian ini dilakukandengan pemberian instrumen penelitian berupa lembarobservasi dan tes kemampuan berpikir kreatif matematikberbentuk tes uraian. Observasi dilakukan pada setiappertemuan yaitu sebanyak delapan kali pertemuan. Padasaat proses pembelajaran dengan menggunakan pendekatanopen-ended dan latihan soal terstruktur berlangsung di kelas,maka dilakukan observasi. Hasilnya dipergunakan untukmemperoleh data tentang aktivitas/partisipasi guru dansiswa. Untuk tes kemampuan berpikir kreatif matematik,dilakukan sebanyak dua kali yaitu pada pree test dan posttest. Sebelum kegiatan pembelajaran dengan menggunakanpendekatan open-ended dan latihan soal terstrukturdilaksanakan di kelas, maka terlebih dahulu dilakukan preetest mengenai materi bangun datar di kelas kontrol dan dikelas eksperimen untuk mengetahui kemampuan awalberpikir kreatif matematik siswa.
Setelah kegiatan pembelajaran dengan pendekatan open-
ended dan latihan soal terstruktur dilakukan, maka
diadakan post test pada kelas kontrol dan kelas eksperimen
untuk mengetahui peningkatan yang diperoleh pada kedua
kelas. Kemudian tes tersebut dikerjakan oleh siswa,
masing-masing soal yang telah dikerjakan diberikan skor
disesuaikan berdasarkan sistematika proses
pengerjaannya, serta jenis aspek kemampuan berpikir
kreatif matematik yang diberikan dalam soal. Selanjutnya,
hasil pekerjaan siswa dikumpulkan oleh peneliti untuk
diperiksa dan dikoreksi serta diberi nilai. Nilai dari hasil
pekerjaan siswa tersebut sebelumnya telah dikonversi yang
kemudian dijadikan data dalam penelitian ini.
G. Teknik Pengolahan dan Analisis Data
Penelitian eksperimen ini menggunakan dua teknikanalisis data yaitu analisis deskriptif dan inferensial. Analisisdeskriptif digunakan untuk memperoleh data tentangaktivitas/ partisipasi guru dan siswa. Analisis deskriptif jugadimaksudkan untuk mendeskripsikan kemampuan berpikirkreatif matematik siswa melalui skor rata-rata dari masing-masing sel yang dibentuk oleh pendekatan pembelajaranopen-ended dan latihan soal terstruktur dan pendekatanpembelajaran konvensional dan tanpa latihan terstruktur .Analisis inferensial dimaksudkan untuk menguji hipotesisperbedaan kemampuan berpikir kreatif matematik siswasebelum dan sesudah perlakuan, serta perbedaankemampuan berpikir kreatif matematik antar siswa yangdiajar dengan pendekatan pembelajaran open-ended danpendekatan pembelajaran konvensional.
Data yang akan dianalisis dalam penelitian ini dariskor pretes dan postes kemampuan berpikir kreatifmatematik siswa, dihitung N-Gainnya (gainternormalisasinya), dengan persamaan:
𝑵 − 𝑮𝒂𝒊𝒏 =𝑺𝒑𝒐𝒔𝒕 − 𝑺𝒑𝒓𝒆
𝑺𝒎𝒂𝒙 − 𝑺𝒑𝒓𝒆
Keterangan :
Spost = Skor postes,
Spre = Skor pretes, dan
Smax = Skor maksimum yang mungkin dapatdiperoleh siswa.
Dengan kriteria nilai N-Gain sebagai berikut:
Tabel . Kriteria Gain Ternormalisasi (N-Gain)Perolehan N-Gain Kriteria
N-Gain > 0,70 Tinggi
0,30 ≤ N-Gain ≤ 0,70 Sedang
N-Gain < 0,30 Rendah
(Archambault dalam Duda, 2010:32).
Perhitungan N-Gain ini dilakukan dengan maksud untukmenghilangkan faktor tebakan siswa dan efek nilai tertinggisehingga terhindar dari kesimpulan yang bias (Hake danHeckler dalam Lambertus, 2010:95). Rentang nilai N-Gainadalah 0 sampai dengan 1. Selanjutnya, nilai N-Gain inilahyang diolah, dan pengolahannya disesuaikan denganpermasalahan dan hipotesis yang diajukan. Pengolahan datadalam penelitian ini dilakukan dengan mempergunakanprogram siap pakai SPSS versi 15.0 melalui :
1. Statistika Deskriptif
a. Membuat distribusi frekuensi dan distribusi frekuensi relatif(Sudjana, 2005:46-53) dan klasifikasi Normalized Gainkemampuan berpikir kreatif matematik siswa.
b. Menentukan ukuran data statistika, yaitu: banyak data (n),data terbesar (db), data terkecil (dk), rata-rata 𝑥 , median(Me), modus (Mo), Varians, dan standar deviasi (ds).
2. Uji Prasyarat Analisis
a. Uji normalitas
Uji normalitas data dimaksudkan untuk mengetahui apakah datayang diperoleh berasal dari populasi yang berdistribusi normalatau tidak. Untuk keperluan ini maka statistik yang digunakanadalah uji Kolmogorov-Smirnov.
Adapun langkah-langkah yang diperlukan dalam pengujian iniadalah sebagai berikut:
1) Data hasil pengamatan variabel Y diurutkan mulai daridata yang terkecil sampai data yang terbesar,
2) Menentukan proporsi distribusi frekuensi kumulatif relatifsetiap data variabel yang sudah diurutkan dan diberisimbol Fa (Y),
3) Menghitung nilai Z dengan rumus :
Keterangan :
= skor rata-rata (digunakan )
= standar deviasi (digunakan Sx)
4) Menentukan proporsi distribusi frekuensi kumulatifteoritis (luas daerah di bawah kurva normal) darivariabel Y dinotasikan Fe (Y),
5) Menentukan nilai mutlak dari selisih Fa (Y) dan Fe (Y),yaitu :
6) Membandingkan nilai Dmaks = maks dengan nilai Dtabelpada taraf kesalahan = 0,05.
7) Kriteria untuk pengambilan keputusan adalah :
Jika Dmaks Dtabel maka data berasal dari populasiyang berdistribusi normal.
Jika Dmaks > Dtabel maka data berasal dari populasiyang tidak berdistribusi normal (Djarwanto, 1995:50).
Pasangan hipotesis :
H0 : sampel berasal dari populasi berdistribusi normal
H1 : sampel berasal dari populasi berdistribusi tidaknormal.
b.Uji homogenitas
Uji homogenitas data dimaksudkan untuk mengetahui apakahvarians data kedua kelompok yang diteliti mempunyai variansyang homogen atau tidak. Pengujian homogenitas variansdilakukan dengan uji-F dengan rumus berikut.
𝐹ℎ𝑖𝑡 =𝑣𝑎𝑟𝑖𝑎𝑛𝑠 𝑡𝑒𝑟𝑏𝑒𝑠𝑎𝑟
𝑣𝑎𝑟𝑖𝑎𝑛𝑠 𝑡𝑒𝑟𝑘𝑒𝑐𝑖𝑙Dalam hal ini berlaku ketentuan, bila harga F hitung lebih kecilatau sama dengan F tabel (Fhit ≤ Ftabel), maka Ho diterima danH1 ditolak (Fhit>Ftabel). Ho diterima berarti varians homogen(Sugiyono, 2010:140).
Pasangan hipotesis:
H0 : 𝜎12 = 𝜎2
2
H1 : 𝜎12 ≠ 𝜎2
2.
Keterangan:
H0= Kedua variansi kelompok data homogen
H1= Kedua variansi kelompok data tidak homogen.
3. Uji Hipotesis
a. Uji perbedaan rata-rata (uji peningkatan KBKM siswapada kedua kelas)
Untuk menguji perbedaan rata-rata suatu variabeldengan konstanta tertentu atau nilai yang dhipotesiskan. Dalamhal ini untuk mengetahui apakah terdapat peningkatankemampuan berpikir kreatif matematik (KBKM) siswa setelahdiajar dengan menggunakan pendekatan open-ended dansetelah diajar dengan menggunakan pendekatan konvensional,digunakan rumus uji-t satu sampel berikut:
t = 𝑋− 𝜇𝑜𝑆𝑑
𝑛
(Iskandar, 2010:113)
Dimana:t = Nilai t yang dihitung 𝑋 = Rerata nilai gain
𝜇𝑜 = Nilai yang dihipotesiskan (0,00)
Sd = Standar deviasi (simpangan baku)
n = Jumlah sampel.
Pasangan hipotesis:
Untuk kelas eksperimen:
H0 : 𝜇 = 0,00 vs H1 : 𝜇 > 0,00.
Keterangan:
𝜇 = Rata-rata gain KBKM siswa yang diajar dengan pendekatanpembelajaran
open-ended dan latihan soal terstruktur.
Untuk kelas kontrol:
H0 : 𝜇 = 0,00 vs H1 : 𝜇 > 0,00.
Keterangan:
𝜇 = Rata-rata gain KBKM siswa yang diajar dengan pendekatanpembelajaran Konvensional dan tanpa latihan terstruktur.
Hipotesis yang diajukan untuk kelas eksperimen :
H0 = Tidak terdapat peningkatan kemampuan berpikir kreatifmatematik siswa yang signifikan setelah diajar denganmenggunakan pendekatan pembelajaran open-ended danlatihan soal terstruktur.
H1 = Terdapat peningkatan kemampuan berpikir kreatifmatematik siswa yang signifikan setelah diajar denganmenggunakan pendekatan pembelajaran open-ended danlatihan soal terstruktur.
Hipotesis yang diajukan untuk kelas kontrol :
H0 = Tidak terdapat peningkatan kemampuan berpikir kreatif
matematik siswa yang signifikan setelah diajar dengan
menggunakan pendekatan pembelajaran konvensional dan
tanpalatihan soal terstruktur..
H1 = Terdapat peningkatan kemampuan berpikir kreatif matematik
siswa yang signifikan setelah diajar dengan menggunakan
pendekatan pembelajaran konvensional dan tanpa latihan soal
terstruktur.
b. Uji perbedaan peningkatan KBKM siswa antar kedua kelompok
Uji perbedaan peningkatan dengan t-test untuk mengetahui
lebih lanjut perbedaan peningkatan KBKM dari pemberian perlakuan
pendekatan Open-ended (A=1) dan latihan soal terstruktur (B=1)
kontrol yaitu pendekatan pembelajaran konvensional (A=2) dan tanpa
latihan soal terstruktur (B=2) secara terpisah terhadap kemampuan
berpikir kreatif matematik siswa (Y).
Namun, uji lanjutan tersebut hanya dilakukan jika secara
keseluruhan signifikan atau signifikan lewat uji F. Untuk
menguji perbedaan rata-rata peningkatan kemampuan berpikir
matematik siswa kelas eksperimen dan kelas kontrol,
digunakan uji beda rata-rata atau uji–t.
a. Jika ditemukan data terdistribusi normal dan varians
homogen, maka pengujian hipotesis yang digunakan adalah
uji perbedaan dua rata-rata atau statistik uji–t dengan Rumus
t-test yang digunakan adalah :
t hitung = 𝑋1− 𝑋2
𝑆𝑔𝑎𝑏1
𝑛1+
1
𝑛2
dengan Sgab =𝑛1−1 𝑆1
2+(𝑛2−1)𝑆22
𝑛1+𝑛2−2(Sudjana, 2005: 239)
Keterangan:
𝑋1 = Rerata gain kelas eksperimen
𝑋2 = Rerata gain kelas kontrol
𝑆12 = varians kelas eksperimen
𝑆22 = varians kelas kontrol
𝑛1 = banyaknya subyek kelas eksperimen
𝑛2 = banyaknya subyek kelas kontrol.
Dengan kriteria pengujian: terima H0 jika t < t1-α (tabel) , dimana
t1-α diperoleh dari daftar distribusi t dengan dk = (n1 + n2 – 2).
Untuk harga-harga t lainnya H0 ditolak (Sudjana, 2005: 243).
Pasangan hipotesis:
H0: lawan H1:
Keterangan:µ1 = Parameter rerata kelompok eksperimen
µ2 = Parameter rerata kelompok kontrol.
Hipotesis yang diajukan :
H0= Kemampuan berpikir kreatif matematik siswa yangdiajar dengan menggunakan pendekatan pembelajaranopen-ended secara signifikan sama dengan kemampuanberpikir kreatif matematik siswa yang menggunakanpendekatan pembelajaran konvensional.
H1= Kemampuan berpikir kreatif matematik siswa yangdiajar dengan menggunakan pendekatan pembelajaranopen-ended lebih baik secara signifikan peningkatannya darikemampuan berpikir kreatif matematik siswa yangmenggunakan pendekatan pembelajaran konvensional.
b. Jika berdistribusi normal dan varians tidak homogen, makaalat uji yang tepat adalah uji t* :
(Sudjana, 2005: 243)
Keterangan : 𝑋1 = Rerata gain kelas eksperimen 𝑋2 = Rerata gain kelas kontrol
𝑆12 = Varians kelas eksperimen
𝑆22 = varians kelas kontrol
𝑛1 = jumlah sampel kelas eksperimen
𝑛2 = jumlah sampel kelas kontrol.
Pengujian dilakukan pada α = 0,05 dengan kriteria pengujianyang berlaku adalah:
Terima H0 jika t* ≤𝑊1𝑡1+𝑊2𝑡2
𝑊1+ 𝑊2dengan W1 = 𝑆2
2
𝑛2
, W2 = 𝑆12
𝑛1
, t1 = t(1 –
α),(n1– 1) dan t2 = t(1 – α), (n2 – 1) untuk harga-harga t lainnyamaka H0 ditolak.
c. Jika data tidak normal, maka dilakukan uji-U.
Untuk sampel pertama dengan n1 pengamatan dengan rumus:
Untuk sampel kedua dengan n2 pengamatan dengan rumus:
(Nasir, 1988:471)
Keterangan:U = Nilai hitung untuk uji-U
n1 = Banyaknya responden dalam kelas eksperimen
n2 = Banyaknya responden dalam kelas kontrol
R1 =Jumlah nilai yang diperoleh responden dalam kelaseksperimen
R2 = Jumlah nilai yang diperoleh responden dalam kelaskontrol.
Dengan kriteria pengambilan keputusan adalah:H0 diterima apabila Uhitung = Utabel
H0 ditolak apabila Uhitung > Utabel (Nasir, 1988:471).