proposal inkuiri penelitian pendidikan matematika open ended

51
PROPOSAL PENELITIAN PENDIDIKAN MATEMATIKA open ended-inquiry untuk meningkatkan berpikir kritis BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang masalah Bila tujuan pendidikan matematika yang tercantum pada kurikulum 1975, 1984, 1994, 1999 dan kurikulum berbasis kompetensi kita cermati, dapat kita katakan bahwa tujuannya sama. Tujuan yang ingin dicapai pada intinya adalah agar siswa mampu menggunakan atau menerapkan matematika yang dipelajarinya dalam kehidupan sehari-hari dan dalam belajar pengetahuan lain. Dengan belajar matematika diharapkan siswa mampu memperoleh kemampuan yang tercermin melalui berpikir sistematis, kritis, obyektif, jujur, dan disipilin. Selain itu juga dengan belajar matematika diharapkan siswa dapat memanfaatkan matematika untuk berkomunikasi dan mengemukakan gagasan.

Upload: alfa-seventen

Post on 12-Feb-2015

256 views

Category:

Documents


1 download

TRANSCRIPT

Page 1: Proposal Inkuiri Penelitian Pendidikan Matematika Open Ended

PROPOSAL PENELITIAN PENDIDIKAN MATEMATIKA open ended-inquiry untuk

meningkatkan berpikir kritis

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar belakang masalah

Bila tujuan pendidikan matematika yang tercantum pada kurikulum 1975, 1984, 1994,

1999 dan kurikulum berbasis kompetensi kita cermati, dapat kita katakan bahwa

tujuannya sama. Tujuan yang ingin dicapai pada intinya adalah agar siswa mampu

menggunakan atau menerapkan matematika yang dipelajarinya dalam kehidupan

sehari-hari dan dalam belajar pengetahuan lain. Dengan belajar matematika diharapkan

siswa mampu memperoleh kemampuan yang tercermin melalui berpikir sistematis,

kritis, obyektif, jujur, dan disipilin. Selain itu juga dengan belajar matematika diharapkan

siswa dapat memanfaatkan matematika untuk berkomunikasi dan mengemukakan

gagasan.

Pada awal abad yang lalu, John Dewey mengatakan bahwa sekolah harus mengajarkan

cara berpikir yang benar pada anak-anak. Vincent Ruggiero (1988) mengartikan berpikir

sebagai segala aktivitas mental yang membantu merumuskan atau memecahkan

masalah, membuat keputusan, atau memenuhi keinginan untuk memahami; berpikir

adalah sebuah pencarian jawaban, sebuah pencapaian makna.

Page 2: Proposal Inkuiri Penelitian Pendidikan Matematika Open Ended

Menurut Fraenkel (Tarwin, 2005: 8) tahapan berpikir terdiri dari :

1. Tahapan berpikir konvergen, yaitu tahapan berpikir yang mengorganisasikan

informasi atau pengetahuan yang diperoleh untuk mendapatkan jawaban yang benar

2. Tahapan berpikir divergen, yaitu tahapan berpikir dimana kita mengajukan beberapa

alternatif sebagai jawaban

3. Tahapan berpikir kritis

4. Tahapan berpikir kreatif, yaitu tahapan berpikir yang tidak memerlukan penyesuaian

dengan kenyataan

Dari tahapan berpikir di atas, berpikir kritis berada pada tahap tiga. Ujung dari berpikir

kritis adalah berpikir kreatif yang merupakan tindak lanjut dari berpikir kritis. Artinya

untuk berpikir kreatif seseorang harus lebih dahulu berpikir kritis.

Carole Wade dan Carol Travis (2007) mengungkapkan bahwa berpikir kritis adalah

kemampuan dan kesediaan untuk membuat penilaian terhadap sejumlah pernyataan

dan membuat keputusan objektif berdasarkan pada pertimbangan yang sehat dan fakta-

fakta yang mendukung, bukan berdasarkan pada emosi dan anekdot. Berpikir kritis

adalah kemampuan seseorang untuk mencari berdasarkan masalah yang ada dengan

pertimbangan yang sehat.

Page 3: Proposal Inkuiri Penelitian Pendidikan Matematika Open Ended

Tyler (Sugiyarti, 2005:13) berpendapat bahwa pengalaman atau pembelajaran yang

memberikan kesempatan kepada siswa untuk memperoleh keterampilan-keterampilan

dalam pemecahan masalah dapat merangsang keterampilan berpikir kritis siswa.

Hal lain yang tidak bisa dipungkiri bahwa proses pembelajaran matematika di sekolah

kurang diminati oleh siswa. Di kelas siswa kurang bersemangat dalam mengikuti proses

pembelajaran matematika. Ada yang mengobrol dengan teman, keluar masuk kelas,

melakukan aktivitas di luar matematika dan hanya sedikit yang benar-benar mengikuti

apa yang dijelaskan guru. Dari pengalaman peneliti sebagai seorang guru les privat, ada

beberapa anak yang mengeluh saat belajar matematika dan merasa kurang paham

dengan pelajaran matematika karna tidak merasakan manfaatnya dalam kehidupan

nyata. Ada pula yang mengerjakan soal matematika hanya dengan melihat contoh soal

yang ada di buku tanpa menelusuri prosesnya.

Kondisi itu tentu saja tidak boleh dibiarkan berlarut-larut. Guru sebagai salah satu

komponen pendidikan yang berperan secara langsung dalam membelajarkan siswa,

harus dapat mengatasi masalah seperti ini dan mengupayakan metode pembelajaran

yang sesuai dengan materi yang disajikan.

Salah satu metode pembelajaran matematika yang dapat diterapkan dalam

mengantisipasi masalah yang timbul selama proses pembelajaran matematika adalah

metode pembelajaran inkuiri. Diharapkan dengan metode pembelajaran inkuiri, siswa

dapat berpikir kritis, logis, sistematis dan kreatif untuk mencari dan menemukan sendiri

jawaban dari suatu masalah atau problem yang dipertanyakan. Dengan adanya metode

Page 4: Proposal Inkuiri Penelitian Pendidikan Matematika Open Ended

pembelajaran inkuiri diharapkan mampu menarik perhatian dan minat siswa dalam

mengikuti proses pembelajaran matematika.

Problem tradisional yang diterapkan dalam pembelajaran matematika adalah dalam

bentuk problem lengkap atau problem tertutup, yaitu memberikan permasalahan yang

telah diformulasikan dengan baik, memiliki jawaban benar atau salah dan jawaban yang

benar bersifat unik (hanya ada satu solusi). Problem yang diformulasikan memiliki

multijawaban yang benar disebut problem tak lengkap atau disebut juga problem open-

ended atau problem terbuka. Menurut Rama Klavir (O’Neil & Brown, 1998; Shepard,

1995) problem open-ended ini membuka pandangan baru bahwa setiap permasalahan

tidak harus memiliki satu jawaban benar. Setiap siswa diberikan kebebasan untuk

menyelesaikan permasalahan yang sama sesuai dengan kemampuannya. Namun

demikian, permasalahan penting utama dengan digunakannya jenis ini adalah siswa

dapat belajar berbagai macam strategi dan hal ini bergantung pada pengetahuan

matematika serta pengembangan berpikir kritis matematika mereka.

Menurut Martha Yunanda dengan problem terbuka atau open ended yang dapat

memberikan keleluasaan pada siswa dalam mengerjakan permasalahan dan metode

pembelajaran inkuiri yang menuntut siswa untuk menemukan jawaban sendiri disertai

dengan bimbingan guru, diharapkan berpikir kritis siswa dapat semakin terasah lebih

lagi.

Berdasarkan uraian diatas peneliti tertarik untuk melakukan penelitian dengan judul

“Meningkatkan Berpikir Kritis Siswa Dengan Menggunakan Strategi Pembelajaran Inkuiri

Terbimbing Dan Pendekatan Open Ended Dalam Pembelajaran Matematika”.

Page 5: Proposal Inkuiri Penelitian Pendidikan Matematika Open Ended

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah yang telah dikemukakan, maka secara umum

permasalahan yang akan diteliti dalam penelitian ini dirumuskan dalam bentuk

pertanyaan sebagai berikut:

1. Apakah strategi pembelajaran inkuiri terbimbing dan pendekatan open ended dapat

mengembangkan kemampuan berpikir kritis siswa?

2. Apakah strategi pembelajaran inkuiri terbimbing dan pendekatan open ended dapat

meningkatkan prestasi belajar siswa dalam pembelajaran matematika?

3. Bagaimanakah kemampuan berpikir kritis siswa dengan menggunakan strategi

pembelajaran inkuiri terbimbing dan pendekatan open ended?

C. Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah yang telah dikemukakan, maka tujuan penelitian dengan

menggunakan kombinasi pembelajaran matematika open-ended dan pembelajaran

inkuiri adalah untuk mengembangkan kemampuan berpikir kritis siswa.

Page 6: Proposal Inkuiri Penelitian Pendidikan Matematika Open Ended

D. Manfaat Penelitian

Sebagai sumber informasi bagi pihak yang memberi perhatian terhadap pelaksanaan

dan pengembangan strategi pengajaran pada semua jenjang pendidikan

Sebagai alternatif bagi guru dalam memilih strategi-strategi, penerapan model

pembelajaran di kelas

Sebagai bahan masukan bagi peneliti lainnya dalam mengkaji masalah yang serupa

Bagi penulis secara pribadi yaitu sebagai sarana perluasan wawasan mengenai

pembelajaran matematika open-ended dan pembelajaran inkuiri

E. Definisi Operasional

Dengan memperhatikan judul penelitian, ada beberapa istilah yang perlu dijelaskan agar

tidak terjadi salah penafsiran.

1. Berpikir kritis adalah menelaah, menganalisis, dan mengorganisasikan terhadap

informasi yang diterimanya, diperiksa dan dibandingkan dulu kebenarannya dengan

pengetahuan dan pemahaman yang dimiliki sebelumnya sehingga seseorang tersebut

mampu memberikan kumpulan terhadap informasi tersebut dengan alasan yang tepat.

2. Problem Open-ended adalah problem yang diformulasikan memiliki multijawaban

yang benar atau disebut problem tak lengkap

Page 7: Proposal Inkuiri Penelitian Pendidikan Matematika Open Ended

3. Pembelajaran Inkuiri adalah kegiatan pembelajaran yang melibatkan secara maksimal

seluruh kemampuan siswa untuk mencari dan menyelidiki sesuatu (benda, manusia atau

peristiwa) secara sistematis, kritis, logis, analitis sehingga mereka dapat merumuskan

sendiri penemuannya dengan penuh percaya diri.

BAB II KAJIAN PUSTAKA

A. Berpikir Kritis

Berpikir kritis diperlukan dalam kehidupan di masyarakat, karena dalam kehidupan di

masyarakat manusia selalu dihadapkan pada permasalahan yang memerlukan

pemecahan. Untuk memecahkan suatu permasalahan tentu diperlukan data-data agar

dapat dibuat keputusan yang logis, dan untuk membuat suatu keputusan yang tepat,

diperlukan kemampuan berpikir kritis yang baik.

Page 8: Proposal Inkuiri Penelitian Pendidikan Matematika Open Ended

Karena begitu pentingnya, berpikir kritis pada umumnya dianggap sebagai tujuan utama

dari pembelajaran. Selain itu berpikir kritis memainkan peranan yang penting dalam

banyak macam pekerjaan, khususnya pekerjaan-pekerjaan yang memerlukan ketelitian

dan berpikir analitis (Watson dan Glaser (1980:1)).

Pendapat tersebut sesuai pula dengan tujuan pembelajaran matematika di jenjang

pendidikan dasar dan pendidikan menengah seperti tertuang baik dalam Kurikulum

1994 maupun Kurikulum 2004, yang bertujuan agar siswa dapat menggunakan

matematika sebagai cara bernalar (berpikir logis, kritis, sistematis, dan objektif) yang

dapat digunakan dalam menyelesaikan masalah, baik masalah dalam kehidupan sehari-

hari maupun dalam mempelajari berbagai ilmu pengetahuan.

Menurut Krulik dan Rudnick (1995: 2) penalaran meliputi berpikir dasar (basic thinking),

berpikir kritis (critical thinking), dan berpikir kreatif (creative thinking). Terdapat delapan

buah deskripsi yang dapat dihubungkan dengan berpikir kritis, yaitu menguji,

menghubungkan, dan mengevaluasi semua aspek dari sebuah situasi atau masalah,

memfokuskan pada bagian dari sebuah situasi atau masalah, mengumpulkan dan

mengorganisasikan informasi, memvalidasi dan menganalisis informasi, mengingat dan

menganalisis informasi, menentukan masuk akal tidaknya sebuah jawaban, menarik

kesimpulan yang valid, memiliki sifat analitis dan refleksif.

Berpikir kritis seringkali dibicarakan sebagai suatu kemampuan manusia yang sangat

umum sehingga menyentuh hampir setiap aktivitas berpikir yang dilakukan dalam

kehidupan sehari-hari. Berdasarkan sintesis terhadap hasil-hasil penelitian yang relevan,

Costa dan Ennis (dalam Marzano dkk., 1988) mendifinisikan berpikir kritis sebagai suatu

Page 9: Proposal Inkuiri Penelitian Pendidikan Matematika Open Ended

proses penggunaan kemampuan berpikir secara efektif yang dapat membantu

seseorang untuk membuat, mengevaluasi, serta mengambil keputusan tentang apa yang

diyakini atau dilakukan.

Pengertian yang lain diberikan oleh Ennis (1996) yaitu: berpikir kritis merupakan sebuah

proses yang bertujuan untuk membuat keputusan yang masuk akal mengenai apa yang

kita percayai dan apa yang kita kerjakan.

Berpikir kritis merupakan salah satu tahapan berpikir tingkat tinggi. Costa (Liliasari,

2000: 136) mengkategorikan proses berpikir kompleks atau berpikir tingkat tinggi

kedalam empat kelompok yang meliputi pemecahan masalah (problem solving),

pengambilan keputusan (decision making), berpikir kritis (critical thinking), dan berpikir

kreatif (creative thinking).

Sedangkan pengertian berpikir kritis menurut penulis adalah menelaah, menganalisis,

dan mengorganisasikan terhadap informasi yang diterimanya, diperiksa dan

dibandingkan dulu kebenarannya dengan pengetahuan dan pemahaman yang dimiliki

sebelumnya sehingga seseorang tersebut mampu memberikan kumpulan terhadap

informasi tersebut dengan alasan yang tepat.

Dengan demikian agar para siswa tidak salah pada waktu membuat keputusan dalam

kehidupannya, mereka perlu memiliki kemampuan berpikir kritis yang baik. Menurut

Ruber (Romlah, 2002: 9) dalam berpikir kritis siswa dituntut menggunakan strategi

kognitif tertentu yang tepat untuk menguji keandalan gagasan, pemecahan masalah,

dan mengatasi masalah serta kekurangannya. Hal ini sejalan dengan pendapat Tapilouw

Page 10: Proposal Inkuiri Penelitian Pendidikan Matematika Open Ended

(Romlah, 2002:9), bahwa “berpikir kritis merupakan berpikir disiplin yang dikendalikan

oleh kesadaran. Cara berpikir ini merupakan cara berpikir yang terarah, terencana,

mengikuti alur logis sesuai dengan fakta yang diketahui”.

Berdasarkan hasil penelitian Fawcett (dalam O’Daffer dan Thornquist, 1993), ditemukan

bahwa apabila siswa menggunakan berpikir kritisnya maka mereka melakukan di antara

hal berikut: (1) memilih kata dan ungkapan yang tepat dalam setiap pernyataan penting

yang diungkapkan serta bertanya tentang hal yang memerlukan pendefinisian secara

jelas, (2) mencari buktibukti yang dapat mendukung suatu kesimpulan, sebelum

kesimpulan tersebut diterima atau dibuat, (3) menganalisis bukti-bukti tersebut serta

membedakan antara fakta dan asumsi, (4) memperhatikan asumsi-asumsi penting

berkenaan dengan kesimpulan baik yang dinyatakan secara eksplisit maupun tidak, (5)

mengevaluasi asumsi-asumsi tersebut serta menerima sebagian atau menolak sebagian

lainnya, (6) mengevaluasi argumen terhadap suatu kesim-pulan yang menjadi dasar

untuk menerima atau menolak kesimpulan tersebut, dan (7) menguji kembali asumsi-

asumsi yang melatarbelakangi pandangan serta proses pengambilan kesimpulan yang

telah dilakukan. Berdasarkan hal-hal yang sudah diutarakan di atas, selanjutnya O’Daffer

dan Thornquist (1993) mengajukan suatu model dari proses berpikir kritis seperti

tampak pada gambar di bawah ini.

Page 11: Proposal Inkuiri Penelitian Pendidikan Matematika Open Ended

Menerapkan kesimpulan, keputusan atau solusi

Memahami masalah

Melakukan pengkajian terhadap hal di luar bukti , data dan asumsi di atas

Melakukan pengkajian terhadap bukti, data dan asumsi

Menyatakan dan mendukung suatu kesimpulan, keputusan atau solusi

Page 12: Proposal Inkuiri Penelitian Pendidikan Matematika Open Ended

O’Daffer dan Thornquist (1993) juga mencoba melakukan sintesis terhadap hasil-hasil

penelitian yang berfokus pada berpikir kritis sehingga diperoleh beberapa kesimpulan

berikut: (1) siswa pada umumnya menunjukkan hasil belajar yang kurang memuaskan

dalam menghadapi tugas-tugas akademik yang memuat tuntutan penerapan

kemampuan berpikir kritis, (2) Disposisi untuk berpikir secara kritis merupakan suatu

komponen berpikir kritis yang sangat efektif, (3) Terdapat sejumlah bukti kuat bahwa

upaya untuk melakukan pembelajaran berpikir kritis dapat dilakukan secara efektif,

walaupun masih sedikit bukti yang diketahui tentang penyebab utama berkembangnya

kemampuan berpikir kritis seseorang, dan (4) Kemampuan berpikir kritis dapat

diterapkan secara efektif pada suatu tugas akademik manakala dikembangkan tiga hal

berikut: kemampuan berpikir kritis, pengetahuan materi subyek, dan pengalaman untuk

menerapkan kedua hal tersebut.

Karena kurangnya bukti tentang penyebab berkembangnya kemampuan berpikir kritis

seseorang, sejumlah peneliti mencoba mencari jawaban melalui studi yang berfokus

pada penggunaan matematika sebagai bidang studi untuk meningkatkan kemampuan

tersebut. Sebagai contoh, Fawcett (dalam O’Daffer dan Thornquist, 1993, h.41)

menyatakan dalam studinya bahwa “It is the purpose of this study to describe classroom

procedures by which geometric proof may be used as a means for cultivating critical and

reflective thought and to evaluate the effect of such experiences on the thinking of the

pupils.” Dalam studi tersebut Fawcett mencoba menggunakan contoh-contoh

permasalahan nyata sehari-hari untuk membantu siswa melakukan transfer berpikir

kritisnya yang biasa digunakan dalam proses bembuktian geometri terhadap situasi

Page 13: Proposal Inkuiri Penelitian Pendidikan Matematika Open Ended

sehari-hari. Untuk mengetahui dampak dari upaya tersebut, telah dilakukan wawancara

dengan orangtua siswa yang antara lain menunjukkan keyakinannya bahwa cara

tersebut berdampak positif pada kemampuan berpikir kritis anak-anaknya. Studi lain

yang dilakukan Lewis (O’Daffer dan Thornquist, 1993) juga mencoba mengembangkan

kemampuan berpikir kritis siswa melalui pembelajaran pembuktian dan logika pada

bidang geometri yang dikaitkan dengan situasi sehari-hari. Studi tersebut menemukan

bahwa cara yang dilakukan dapat secara efektif meningkatkan kemampuan berpikir

kritis siswa. Sementara Price (dalam O’Daffer dan Thornquist, 1993) yang melakukan

studi tentang pengaruh penggunaan pendekatan penemuan dan pembelajaran yang

dirancang untuk meningkatkan kemampuan berpikir matematik, menemukan bahwa

pendekatan tersebut dapat mempengaruhi secara signifikan terhadap peningkatan

kemampuan berpikir kritis siswa. Dari pendapat para ahli seperti telah diutarakan di

atas, dapat disimpulkan bahwa berpikir kritis merupakan bagian dari penalaran.

Dari uraian di atas tampak bahwa berpikir kritis berkaitan erat dengan argumen, karena

argumen sendiri adalah serangkaian pernyataan yang mengandung pernyataan

penarikan kesimpulan. Seperti diketahui kesimpulan biasanya ditarik berdasarkan

pernyataan-pernyataan yang diberikan sebelumnya atau yang disebut premis. Dalam

argumen yang valid sebuah kesimpulan harus ditarik secara logis dari premis-premis

yang ada.

Selanjutnya bagaimana cara mengajar para siswa agar mereka memiliki kemampuan

berpikir kritis yang baik? Menurut Bonnie dan Potts (2003) secara singkat dapat

disimpulkan bahwa ada tiga buah strategi untuk mengajarkan kemampuan-kemampuan

berpikir kritis, yaitu : (1) Building Categories (Membuat Klasifikasi), (2) Finding Problem

Page 14: Proposal Inkuiri Penelitian Pendidikan Matematika Open Ended

(Menemukan Masalah), dan (3) Enhancing the Environment (Mengkondusifkan

lingkungan).

Disebutkan pula bahwa beberapa “ciri khas” dari mengajar untuk berpikir kritis

meliputi : (1) Meningkatkan interaksi di antara para siswa sebagai pebelajar, (2) Dengan

mengajukan pertanyaan open-ended, (3) Memberikan waktu yang memadai kepada

para siswa untuk memberikan refleksi terhadap pertanyaan yang diajukan atau masalah-

masalah yang diberikan, dan (4) Teaching for transfer (Mengajar untuk dapat

menggunakan kemampuan yang baru saja diperoleh terhadap situasi-situasi lain dan

terhadap pengalaman sendiri yang para siswa miliki).

B. Pendekatan Open-ended

Tujuan pembelajaran menurut Nohda (2000) adalah untuk membantu mengembangkan

kegiatan kreatif dan pola pikir matematis siswa melalui problem solving yang simultan.

Dengan kata lain kegiatan kreatif dan pola pikir matematis siswa harus dikembangkan

semaksimal mungkin sesuai dengan kemampuan setiap siswa. Hal yang dapat digaris

bawahi adalah perlunya memberi kesempatan siswa untuk berpikir dengan bebas sesuai

dengan minat dan kemampuannya. Aktivitas kelas yang penuh dengan ide-ide

matematika ini pada gilirannya akan memacu kemampuan berpikir tingkat tinggi siswa.

Suherman (1993:220) mengemukakan pendekatan dalam pembelajaran adalah suatu

jalan, cara atau kebijaksanaan yang ditempuh oleh guru atau siswa dalam pencapaian

tujuan pembelajaran dilihat dari sudut bagaimana proses pembelajaran atau materi

pembelajaran itu, umum atau khusus. Suherman (1993:221) menyatakan pula bahwa

Page 15: Proposal Inkuiri Penelitian Pendidikan Matematika Open Ended

pendekatan pembelajaran merupakan suatu konsep atau prosedur yang digunakan

dalam membahas suatu bahan pelajaran untuk mencapai tujuan pembelajaran.

Menurut Suherman dkk (2003) jenis-jenis pendekatan dalam pembelajaran matematika

adalah:

a. Pendekatan Konstruktivis

b. Pendekatan pemecahan masalah matematika

c. Pendekatan Open Ended

d. Pendekatan realistik

Sama halnya seperti ilmu-ilmu sosial, permasalahan atau soal-soal dalam matematika

pun secara garis besar dapat diklasifikasi menjadi menjadi dua bagian. Yang pertama

adalah masalah-masalah matematika tetutup (closed problems). Dan yang kedua adalah

masalah-masalah matematika terbuka (open problems).

Menurut Suherman dkk (2003; 123) problem yang diformulasikan memiliki

multijawaban yang benar disebut problem tak lengkap atau disebut juga Open-Ended

problem atau soal terbuka. Siswa yang dihadapkan dengan Open-Ended problem, tujuan

utamanya bukan untuk mendapatkan jawaban tetapi lebih menekankan pada cara

bagaimana sampai pada suatu jawaban. Dengan demikian bukanlah hanya satu

pendekatan atau metode dalam mendapatkan jawaban, namun beberapa atau banyak.

Page 16: Proposal Inkuiri Penelitian Pendidikan Matematika Open Ended

Sifat “keterbukaan” dari suatu masalah dikatakan hilang apabila hanya ada satu cara

dalam menjawab permasalahan yang diberikan atau hanya ada satu jawaban yang

mungkin untuk masalah tersebut. Contoh penerapan masalah Open-Ended dalam

kegiatan pembelajaran adalah ketika siswa diminta mengembangkan metode, cara atau

pendekatan yang berbeda dalam menjawab permasalahan yang diberikan bukan

berorientasi pada jawaban (hasil) akhir.

Tujuan dari pembelajaran Open-Ended problem menurut Nohda (Suherman, dkk, 2003;

124) ialah untuk membantu mengembangkan kegiatan kreatif dan pola pikir matematik

siswa melalui problem posing secara simultan. Dengan kata lain, kegiatan kreatif dan

pola pikir matematik siswa harus dikembangkan semaksimal mungkin sesuai dengan

kemampuan setiap siswa.

Pendekatan Open-Ended menjanjikan kepada suatu kesempatan kepada siswa untuk

meginvestigasi berbagai strategi dan cara yang diyakininya sesuai dengan kemampuan

mengelaborasi permasalahan. Tujuannya tiada lain adalah agar kemampuan berpikir

matematika siswa dapat berkembang secara maksimal dan pada saat yang sama

kegiatan-kegiatan kreatif dari setiap siswa terkomunikasi melalui proses pembelajaran.

Inilah yang menjadi pokok pikiran pembelajaran dengan Open-Ended, yaitu

pembelajaran yang membangun kegiatan interaktif antara matematika dan siswa

sehingga mengundang siswa untuk menjawab permasalahan melalui berbagai strategi.

Dalam pembelajaran dengan pendekatan Open-Ended, siswa diharapkan bukan hanya

mendapatkan jawaban tetapi lebih menekankan pada proses pencarian suatu jawaban.

Page 17: Proposal Inkuiri Penelitian Pendidikan Matematika Open Ended

Menurut Suherman dkk (2003:124) mengemukakan bahwa dalam kegiatan matematik

dan kegiatan siswa disebut terbuka jika memenuhi ketiga aspek berikut:

a. Kegiatan siswa harus terbuka

Yang dimaksud kegiatan siswa harus terbuka adalah kegiatan pembelajaran harus

mengakomodasi kesempatan siswa untuk melakukan segala sesuatu secara bebas sesuai

kehendak mereka.

b. Kegiatan matematika merupakan ragam berpikir

Kegiatan matematik adalah kegiatan yang didalamnya terjadi proses pengabstraksian

dari pengalaman nyata dalam kehidupan sehari-hari ke dalam dunia matematika atau

sebaliknya.

c. Kegiatan siswa dan kegiatan matematika merupakan satu kesatuan

Dalam pembelajaran matematika, guru diharapkan dapat mengangkat pemahaman

dalam berpikir matematika sesuai dengan kemampuan individu. Meskipun pada

umumnya guru akan mempersiapkan dan melaksanakan pembelajaran sesuai dengan

pengalaman dan pertimbangan masing-masing. Guru bisa membelajarkan siswa melalui

kegiatan-kegiatan matematika tingkat tinggi yang sistematis atau melalui kegiatan-

kegiatan matematika yang mendasar untuk melayani siswa yang kemampuannya

Page 18: Proposal Inkuiri Penelitian Pendidikan Matematika Open Ended

rendah. Pendekatan uniteral semacam ini dapat dikatakan terbuka terhadap kebutuhan

siswa ataupun terbuka terhadap ide-ide matematika.

Yang selama ini muncul di permukaan dan banyak diajarkan di sekolah adalah masalah-

masalah matematika yang tertutup (closed problems). Di mana memang dalam

menyelesaikan masalah-maslah matematika tertutup ini, prosedure yang digunakannya

sudah hampir bisa dikatakan standar alias baku. Akibatnya timbul persepsi yang agak

keliru terhadap matematika. Matematika dianggap sebagai pengetahuan yang pasti,

prosedural, dan saklek.

Sementara itu, masalah-masalah matematika terbuka (open problems) sendiri hampir

tidak tersentuh, hampir tidak pernah muncul dan disajikan dalam proses pembelajaran

matematika di sekolah. Akibatnya bila ada permasalahan matematika macam ini, soal

atau permasalahan itu dianggap ‘salah soal’ atau soal yang tidak lengkap.

Secara sederhana, open problems sendiri dapat dikelompokkan menjadi dua bagian.

Yakni open-ended problems dan pure open problems. Untuk open-ended problems

sendiri dapat dikelompokkan menjadi dua bagian. Yakni: (1) problems dengan satu

jawaban banyak cara penyelesaian; dan (2) problems dengan banyak cara penyelesaian

juga banyak jawaban.

C. Model Pembelajaran Inkuiri

Page 19: Proposal Inkuiri Penelitian Pendidikan Matematika Open Ended

Menurut Herdian (2010) sejak manusia lahir ke dunia, manusia memiliki dorongan untuk

menemukan sendiri pengetahuannya. Rasa ingin tahu tentang alam sekitar di

sekelilingnya merupakan kodrat manusia sejak ia lahir ke dunia. Sejak kecil manusia

memiliki keinginan untuk mengenal segala sesuatu melalui indera penglihatan,

pendengaran, pengecapan dan indera-indera lainnya. Hingga dewasa keingintahuan

manusia secara terus menerus berkembang dengan menggunakan otak dan pikirannya.

Pengetahuan yang dimiliki manusia akan bermakna (meaningfull) manakala didasari oleh

keingintahuan itu. Didasari hal inilah suatu strategi pembelajaran yang dikenal dengan

inkuiri dikembangkan.

Inkuiri berasal dari kata to inquire yang berarti ikut serta, atau terlibat, dalam

mengajukan pertanyaan-pertanyaan, mencari informasi, dan melakukan penyelidikan. Ia

menambahkan bahwa pembelajaran inkuiri ini bertujuan untuk memberikan cara bagi

siswa untuk membangun kecakapan-kecakapan intelektual (kecakapan berpikir) terkait

dengan proses-proses berpikir reflektif. Jika berpikir menjadi tujuan utama dari

pendidikan, maka harus ditemukan cara-cara untuk membantu individu untuk

membangun kemampuan itu.

Tujuan dari pembelajaran setidak-tidaknya seorang guru menanamkan tiga domain,

yakni, kognitif, afektif dan psikomotor dan ketiga domian itu secara langsung akan

tertanam pada setiap siswa yang mengikuti suatu proses pembelajaran. Oleh karena itu,

yang paling mendasar di pahami oleh guru adalah melatih siswa untuk berpikir,

memecahkan masalah dan menemukan sesuatu bukan merupakan tujuan pendidikan

yang baru. Demikian pula halnya dengan strategi pembelajaran penemuan, inkuiri atau

induktif. Inkuiri, pada tingkat paling dasar dapat dipandang sebagai proses menjawab

Page 20: Proposal Inkuiri Penelitian Pendidikan Matematika Open Ended

pertanyaan atau memecahkan permasalahan berdasarkan fakta dan pengamatan. Siklus

inkuiri terdiri dari kegiatan mengamati, bertanya, menyelidiki, menganalisa dan

merumuskan teori, baik secara individu maupun bersama-sama dengan teman lainnya.

Pada prinsipnya tujuan pengajaran inkuiri membantu siswa bagaimana merumuskan

pertanyaan, mencari jawaban atau pemecahan untuk memuaskan keingintahuannya

dan untuk membantu teori dan gagasannya tentang dunia. Lebih jauh lagi dikatakan

bahwa pembelajaran inkuiri bertujuan untuk mengembangkan tingkat berpikir dan juga

keterampilan berpikir kritis.

Joyce (Gulo, 2005) mengemukakan kondisi- kondisi umum yang merupakan syarat bagi

timbulnya kegiatan inkuiri bagi siswa, yaitu : (1) aspek sosial di dalam kelas dan suasana

bebas-terbuka dan permisif yang mengundang siswa berdiskusi; (2) berfokus pada

hipotesis yang perlu diuji kebenarannya; dan (3) penggunaan fakta sebagai evidensi dan

di dalam proses pembelajaran dibicarakan validitas dan reliabilitas tentang fakta,

sebagaimana lazimnya dalam pengujian hipotesis.

Selanjutnya Sanjaya (2008;196) menyatakan bahwa ada beberapa hal yang menjadi ciri

utama strategi pembelajaran inkuiri. Pertama, strategi inkuiri menekankan kepada

aktifitas siswa secara maksimal untuk mencari dan menemukan, artinya pendekatan

inkuiri menempatkan siswa sebagai subjek belajar. Dalam proses pembelajaran, siswa

tidak hanya berperan sebagai penerima pelajaran melalui penjelasan guru secara verbal,

tetapi mereka berperan untuk menemukan sendiri inti dari materi pelajaran itu sendiri.

Kedua, seluruh aktivitas yang dilakukan siswa diarahkan untuk mencari dan menemukan

sendiri dari sesuatu yang dipertanyakan, sehingga diharapkan dapat menumbuhkan

Page 21: Proposal Inkuiri Penelitian Pendidikan Matematika Open Ended

sikap percaya diri (self belief). Artinya dalam pendekatan inkuiri menempatkan guru

bukan sebagai sumber belajar, akan tetapi sebagai fasilitator dan motivator belajar

siswa. Aktvitas pembelajaran biasanya dilakukan melalui proses tanya jawab antara guru

dan siswa, sehingga kemampuan guru dalam menggunakan teknik bertanya merupakan

syarat utama dalam melakukan inkuiri. Ketiga, tujuan dari penggunaan strategi

pembelajaran inkuiri adalah mengembangkan kemampuan intelektual sebagai bagian

dari proses mental, akibatnya dalam pembelajaran inkuiri siswa tidak hanya dituntut

agar menguasai pelajaran, akan tetapi bagaimana mereka dapat menggunakan potensi

yang dimilikinya.

Sanjaya (2008:202) menyatakan bahwa pembelajaran inkuiri mengikuti langkah-langkah

sebagai berikut:

1. Orientasi

Pada tahap ini guru melakukan langkah untuk membina suasana atau iklim

pembelajaran yang kondusif. Hal yang dilakukan dalam tahap orientasi ini adalah:

i. Menjelaskan topik, tujuan, dan hasil belajar yang diharapkan dapat dicapai oleh siswa

ii. Menjelaskan pokok-pokok kegiatan yang harus dilakukan oleh siswa untuk mencapai

tujuan. Pada tahap ini dijelaskan langkah-langkah inkuiri serta tujuan setiap langkah,

mulai dari langkah merumuskan merumuskan masalah sampai dengan merumuskan

kesimpulan

Page 22: Proposal Inkuiri Penelitian Pendidikan Matematika Open Ended

iii. Menjelaskan pentingnya topik dan kegiatan belajar. Hal ini dilakukan dalam rangka

memberikan motivasi belajar siswa.

2. Merumuskan masalah

Merumuskan masalah merupakan langkah membawa siswa pada suatu persoalan yang

mengandung teka-teki. Persoalan yang disajikan adalah persoalan yang menantang

siswa untuk memecahkan teka-teki itu. Teka-teki dalam rumusan masalah tentu ada

jawabannya, dan siswa didorong untuk mencari jawaban yang tepat. Proses mencari

jawaban itulah yang sangat penting dalam pembelajaran inkuiri, oleh karena itu melalui

proses tersebut siswa akan memperoleh pengalaman yang sangat berharga sebagai

upaya mengembangkan mental melalui proses berpikir.

3. Merumuskan hipotesis

Hipotesis adalah jawaban sementara dari suatu permasalahan yang dikaji. Sebagai

jawaban sementara, hipotesis perlu diuji kebenarannya. Salah satu cara yang dapat

dilakukan guru untuk mengembangkan kemampuan menebak (berhipotesis) pada setiap

anak adalah dengan mengajukan berbagai pertanyaan yang dapat mendorong siswa

untuk dapat merumuskan jawaban sementara atau dapat merumuskan berbagai

perkiraan kemungkinan jawaban dari suatu permasalahan yang dikaji.

4. Mengumpulkan data

Page 23: Proposal Inkuiri Penelitian Pendidikan Matematika Open Ended

Mengumpulkan data adalah aktifitas menjaring informasi yang dibutuhkan untuk

menguji hipotesis yang diajukan. Dalam pembelajaran inkuiri, mengumpulkan data

merupakan proses mental yang sangat penting dalam pengembangan intelektual. Proses

pemgumpulan data bukan hanya memerlukan motivasi yang kuat dalam belajar, akan

tetapi juga membutuhkan ketekunan dan kemampuan menggunakan potensi

berpikirnya.

5. Menguji hipotesis

Menguji hipotesis adalah menentukan jawaban yang dianggap diterima sesuai dengan

data atau informasi yang diperoleh berdasarkan pengumpulan data. Menguji hipotesis

juga berarti mengembangkan kemampuan berpikir rasional. Artinya, kebenaran jawaban

yang diberikan bukan hanya berdasarkan argumentasi, akan tetapi harus didukung oleh

data yang ditemukan dan dapat dipertanggungjawabkan.

6. Merumuskan kesimpulan

Merumuskan kesimpulan adalah proses mendeskripsikan temuan yang diperoleh

berdasarkan hasil pengujian hipotesis. Untuk mencapai kesimpulan yang akurat

sebaiknya guru mampu menunjukkan pada siswa data mana yang relevan.

Alasan rasional penggunaan pembelajaran dengan pendekatan inkuiri adalah bahwa

siswa akan mendapatkan pemahaman yang lebih baik mengenai matematika dan akan

lebih tertarik terhadap matematika jika mereka dilibatkan secara aktif dalam

“melakukan” penyelidikan. Investigasi yang dilakukan oleh siswa merupakan tulang

Page 24: Proposal Inkuiri Penelitian Pendidikan Matematika Open Ended

punggung pembelajaran dengan pendekatan inkuiri. Investigasi ini difokuskan untuk

memahami konsep-konsep matematika dan meningkatkan keterampilan proses berpikir

ilmiah siswa. Sehingga diyakini bahwa pemahaman konsep merupakan hasil dari proses

berpikir ilmiah tersebut.

Pendekatan inkuiri terbagi menjadi tiga jenis berdasarkan besarnya intervensi guru

terhadap siswa atau besarnya bimbingan yang diberikan oleh guru kepada siswanya.

Ketiga jenis pendekatan inkuiri tersebut adalah:

1) Inkuiri Terbimbing (guided inquiry approach)

Pendekatan inkuiri terbimbing yaitu pendekatan inkuiri dimana guru membimbing siswa

melakukan kegiatan dengan memberi pertanyaan awal dan mengarahkan pada suatu

diskusi. Guru mempunyai peran aktif dalam menentukan permasalahan dan tahap-tahap

pemecahannya. Pendekatan inkuiri terbimbing ini digunakan bagi siswa yang kurang

berpengalaman belajar dengan pendekatan inkuiri. Dengan pendekatan ini siswa belajar

lebih beorientasi pada bimbingan dan petunjuk dari guru hingga siswa dapat memahami

konsep-konsep pelajaran. Pada pendekatan ini siswa akan dihadapkan pada tugas-tugas

yang relevan untuk diselesaikan baik melalui diskusi kelompok maupun secara individual

agar mampu menyelesaikan masalah dan menarik suatu kesimpulan secara mandiri.

Pada dasarnya siswa selama proses belajar berlangsung akan memperoleh pedoman

sesuai dengan yang diperlukan. Pada tahap awal, guru banyak memberikan bimbingan,

kemudian pada tahap-tahap berikutnya, bimbingan tersebut dikurangi, sehingga siswa

mampu melakukan proses inkuiri secara mandiri. Bimbingan yang diberikan dapat

Page 25: Proposal Inkuiri Penelitian Pendidikan Matematika Open Ended

berupa pertanyaan-pertanyaan dan diskusi multi arah yang dapat menggiring siswa agar

dapat memahami konsep pelajaran matematika. Di samping itu, bimbingan dapat pula

diberikan melalui lembar kerja siswa yang terstruktur. Selama berlangsungnya proses

belajar guru harus memantau kelompok diskusi siswa, sehingga guru dapat mengetahui

dan memberikan petunjuk-petunjuk dan scafolding yang diperlukan oleh siswa.

2) Inkuiri Bebas (free inquiry approach).

Pada umumnya pendekatan ini digunakan bagi siswa yang telah berpengalaman belajar

dengan pendekatan inkuiri. Karena dalam pendekatan inkuiri bebas ini menempatkan

siswa seolah-olah bekerja seperti seorang ilmuwan. Siswa diberi kebebasan menentukan

permasalahan untuk diselidiki, menemukan dan menyelesaikan masalah secara mandiri,

merancang prosedur atau langkah-langkah yang diperlukan.

Selama proses ini, bimbingan dari guru sangat sedikit diberikan atau bahkan tidak

diberikan sama sekali. Salah satu keuntungan belajar dengan metode ini adalah adanya

kemungkinan siswa dalam memecahkan masalah open ended dan mempunyai alternatif

pemecahan masalah lebih dari satu cara, karena tergantung bagaimana cara mereka

mengkonstruksi jawabannya sendiri. Selain itu, ada kemungkinan siswa menemukan

cara dan solusi yang baru atau belum pernah ditemukan oleh orang lain dari masalah

yang diselidiki.

Sedangkan belajar dengan metode ini mempunyai beberapa kelemahan, antara lain: 1)

waktu yang diperlukan untuk menemukan sesuatu relatif lama sehingga melebihi waktu

yang sudah ditetapkan dalam kurikulum, 2) karena diberi kebebasan untuk menentukan

Page 26: Proposal Inkuiri Penelitian Pendidikan Matematika Open Ended

sendiri permasalahan yang diselidiki, ada kemungkinan topik yang diplih oleh siswa di

luar konteks yang ada dalam kurikulum, 3) ada kemungkinan setiap kelompok atau

individual mempunyai topik berbeda, sehingga guru akan membutuhkan waktu yang

lama untuk memeriksa hasil yang diperoleh siswa, 4) karena topik yang diselidiki antara

kelompok atau individual berbeda, ada kemungkinan kelompok atau individual lainnya

kurang memahami topik yang diselidiki oleh kelompok atau individual tertentu, sehingga

diskusi tidak berjalan sebagaimana yang diharapkan.

3) Inkuiri Bebas yang Dimodifikasikan ( modified free inquiry approach)

Pendekatan ini merupakan kolaborasi atau modifikasi dari dua pendekatan inkuiri

sebelumnya, yaitu: pendekatan inkuiri terbimbing dan pendekatan inkuiri bebas.

Meskipun begitu permasalahan yang akan dijadikan topik untuk diselidiki tetap

diberikan atau mempedomani acuan kurikulum yang telah ada. Artinya, dalam

pendekatan ini siswa tidak dapat memilih atau menentukan masalah untuk diselidiki

secara sendiri, namun siswa yang belajar dengan pendekatan ini menerima masalah dari

gurunya untuk dipecahkan dan tetap memperoleh bimbingan. Namun bimbingan yang

diberikan lebih sedikit dari Inkuiri terbimbing dan tidak terstruktur.

Dalam pendekatan inkuiri jenis ini guru membatasi memberi bimbingan, agar siswa

berupaya terlebih dahulu secara mandiri, dengan harapan agar siswa dapat menemukan

sendiri penyelesaiannya. Namun, apabila ada siswa yang tidak dapat menyelesaikan

permasalahannya, maka bimbingan dapat diberikan secara tidak langsung dengan

memberikan contoh-contoh yang relevan dengan permasalahan yang dihadapi, atau

melalui diskusi dengan siswa dalam kelompok lain.

Page 27: Proposal Inkuiri Penelitian Pendidikan Matematika Open Ended

Berdasarkan pengertian dan uraian dari ketiga jenis pembelajaran dengan pendekatan

inkuiri, penulis memilih Pendekatan Inkuiri Terbimbing yang akan digunakan dalam

penelitian ini. Pemilihan ini penulis lakukan dengan pertimbangan bahwa penelitian

yang akan dilakukan terhadap siswa kelas VII Sekolah Menengah Pertama (SMP), dimana

tingkat perkembangan kognitif siswa masih pada tahap peralihan dari operasi konkrit ke

operasi formal, dan siswa masih belum berpengalaman belajar dengan pendekatan

inkuiri serta karena siswa masih dalam taraf belajar proses ilmiah, sehingga penulis

beranggapan pendekatan inkuiri terbimbing lebih cocok untuk diterapkan.

Selain itu, penulis berpendapat bahwa pendekatan inkuiri bebas kurang sesuai

diterapkan dalam pembelajaran matematika, karena dalam proses pembelajaran

matematika topik yang diajarkan sudah ditetapkan dalam silabus kurikulum matematika,

sehingga siswa tidak perlu mencari atau menetapkan sendiri permasalahan yang akan

dipelajari.

Page 28: Proposal Inkuiri Penelitian Pendidikan Matematika Open Ended

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

A. Lokasi dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di kelas VII-7 SMP Negeri 21 Kota Bandung, dengan jumlah

siswa 40 orang yang terdiri dari 18 siswa laki-laki dan 22 orang siswa perempuan. Waktu

pelaksanaan penelitian adalah mulai dari tanggal 21 Juni-19 Juli 2011.

B. Metode dan Desain Penelitian

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode penelitian eksperimen

dengan menggunakan desain penelitian berbentuk “pretest-postest control group”.

Penelian ini melibatkan dua kelas, yakni kelas yang pembelajarannya dengan strategi

pembelajaran inkuiri terbimbing dengan pendekatan open ended dan kelas yang

pembelajarannya biasa. Sebelum mendapatkan perlakuan, dilakukan pretest (tes awal)

dan setelah mendapatkan perlakuan dilakukan postest (tes akhir). Sementara itu, tujuan

dilaksanakan pretest dan postest adalah untuk melihat perbedaan peningkatan

kemampuan berpikir kritis pada kedua kelas tersebut. Adapun desain penelitian ini

digambarkan sebagai berikut :

A O X1 O

Page 29: Proposal Inkuiri Penelitian Pendidikan Matematika Open Ended

A O X2 O

Keterangan :

A : Menunjukkan pengelompokkan subjek

O : Pretest dan postest

X1 : Pembelajaran matematika dengan menggunakan strategi pembelajaran inkuiri

terbimbing dengan pendekatan open ended

X2 : Pembelajaran matematika biasa

C. Instrumen

Instrumen yang diperlukan dalam penelitian ini adalah :

1. Tes Kemampuan Berpikir Kritis

Page 30: Proposal Inkuiri Penelitian Pendidikan Matematika Open Ended

Tes kemampuan berpikir kritis yang digunakan berbentuk uraian. Tes ini bertujuan untuk

mengetahui kemampuan berpikir kritis siswa, yang meliputi pretest dan postest. Pretest

digunakan untuk mengetahui kemampuan awal berpikir kritis siswa. Postest digunakan

untuk mengetahui kemampuan berpikir kritis siswa setelah mendapatkan perlakuan.

2. Angket

Angket adalah jenis evaluasi yang berisi daftar pernyataan yang harus diisi oleh siswa

dengan tujuan untuk mengetahui atau mengukur aspek afektif siswa terhadap

pembelajaran yang diterapkan.

3. Lembar Kerja Siswa

Observasi ini digunakan oleh peneliti sekaligus guru sebagai alat bantu dalam

menganalisis dan merefleksi setiap tahapan tindakan pembelajaran untuk

merencanakan tindakan pembelajaran berikutnya bila tindakan yang sudah dilakukan

dinilai memiliki kekuarangan. Observasi sangat mendukung data pokok yang

mengungkap tingkat pemahaman siswa.

4. Jurnal Harian Siswa

Jurnal Harian Siswa ini bertujuan untuk mengetahui kesan, pesan, atau pun aspirasi dari

siswa terhadap pembelajaran yang sudah dilaksanakan. Jurnal ini diberikan kepada

masing-masing siswa setiap akhir pertemuan.

Page 31: Proposal Inkuiri Penelitian Pendidikan Matematika Open Ended

5. Angket (Questionare)

Angket adalah sebuah daftar pertanyaan atau pernyataan yang harus dijawab oleh

orang yang akan dievaluasi (responden). Angket berfungsi sebagai alat pengumpul data.

Data tersebut berupa keadaan atau data diri, pengalaman, pengetahuan, sikap,

pendapat, mengenai sesuatu hal.

6. Lembar Observasi

Lembar observasi merupakan alat untuk mengetahui sikap serta aktivitas siswa dan guru

selama proses pembelajaran berlangsung. Data ini dapat bersifat relatif karena dapat

dipengaruhi oleh subjektivitas observer.

7. Wawancara

Wawancara adalah cara yang digunakan untuk mendapatkan informasi dari responden

dengan tanya jawab. Wawancara ini dilakukan terhadap siswa untuk mengetahui kesan

pembelajaran yang dilaksanakan mengacu pada pedoman wawancara. Wawancara ini

dilakukan setelah pembelajaran berakhir.

D. Teknik Pengumpulan Data

Page 32: Proposal Inkuiri Penelitian Pendidikan Matematika Open Ended

Pengumpulan data dilakukan pada setiap kegiatan siswa dan situasi yang berkaitan

dengan penelitian menggunakan instrumen berupa tes, jurnal harian siswa, angket,

lembar observasi, dan wawancara. Test berupa pretest dan postest diberikan kepada

kedua kelas eksperimen. Begitu pula dengan angket dan jurnal siswa diberikan kepada

kedua kelas eksperimen untuk melihat respon dan tanggapan siswa terhadap

pembelajaran matematika yang meliputi sikap terhadap matematika, sikap terhadap

pembelajaran inkuiri terbimbing dengan pendekatan open ended, sikap terhadap

penampilan guru dan sikap terhadap bahan ajar. Untuk menunjang kebenaran dari

jawaban siswa maka dilengkapi dengan lembar observasi yang diisi oleh observer dan

wawancara terhadap beberapa siswa.

E. Prosedur Penelitian

Penelitian ini secara garis besar dilakukan dalam tiga tahap, yaitu :

1. Tahap Persiapan

a. Observasi awal dan Identifikasi masalah

b. Merencanakan bahan ajar dan instrumen

c. Membuat bahan ajar (LAS, media, RPP) dan instrumen

d. Uji coba instrumen tes kemampuan berpikir kritis pada siswa (pretest) kemudian

menghitung validitas, realibitas, daya pembeda, dan indeks kesukaran.

Page 33: Proposal Inkuiri Penelitian Pendidikan Matematika Open Ended

v Validitas

v Realibitas

v Daya pembeda

v Indeks kesukaran

e. Kegiatan Akhir

Menganalisis dan mengevaluasi peningkatan kemampuan akhir yaitu pemahaman siswa

setelah diterapkan pendekatan keterampilan proses melalui alat evaluasi berupa tes

tulis dan menganalisis aspek keterampilan proses apa saja yang dipahami siswa melalui

pedoman observasi dan lembar kerja siswa; menjaring respon siswa terhadap

pembelajaran Matematika menggunakan pendekatan keterampilan melalui pedoman

wawancara.

f. Evaluasi Tindakan

Hasil seluruh tindakan yang dilakukan dianalisis dan direfleksi sehingga nantinya akan

diperoleh apakah pelaksanaan tindakan-tindakan ini telah mencapai tujuan yang

diharapkan atau belum untuk menentukan kejelasan tindakan selanjutnya.

Page 34: Proposal Inkuiri Penelitian Pendidikan Matematika Open Ended

DAFTAR PUSTAKA

Becker, Shimada. 1997. The Open-Ended Approach. NCTM

Bonnie dan Potts. (2003). Strategies for Teaching Critical Thinking. Practical Assesment,

Research & Evaluation.

Ennis, R, H. (1996). Critical Thinking. New Jersey: Prentice-Hall Inc.

Page 35: Proposal Inkuiri Penelitian Pendidikan Matematika Open Ended

Krulik, S dan Rudnick, J.A (1995). The New Sourcebook for Teaching Reasoning and

Problem Solving in Elementary School. Massachusetts: Allyn & Bacon A Simon &

Schuster Company.

Liliasari. (2000). Model Pembelajaran untuk Meningkatkan Keterampilan Berpikir

Konseptual Tingkat Tinggi Calon Guru IPA. Dalam Proceeding Nasional Science Education

Seminar, The Problem of Mathematics and Science Education and Alternative to Solve

the Problems. Malang: JICA-IMSTEP FMIPA UM.

Nurdiansyah, Budi (2010). Meningkatkan Kemampuan Berpikir Kritis Matematis Siswa

Melalui Pembelajaran Berbasis Masalah. Skripsi. Jurusan Pendidikan Matematika

FPMIPA UPI. Tidak diterbitkan.

Romlah, N. H. S. (2002). Peningkatan Berpikir Kritis dan Analisis dalam Pembelajaran

Bryophyta. Skripsi FPMIPA Universitas Pendidikan Indonesia: Tidak Diterbitkan.

Russeffendi, E.T. (1998). Dasar-Dasar Penelitian Pendidikan dan Bidang Non-Eksakta

Lainnya. Semarang : IKIP Semarang Press.

Sanjaya, Wina. Dr. (2008). Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses

Pendidikan. Kencana Prenada Media Group. Jakarta

Sugiyarti, Henik. 2005. Meningkatkan Keterampilan Berpikir Kritis Dan Hasil Belajar Siswa

SMPN 1 Tambakromo Kabupaten Pati Melalui Pembelajaran Matenatika Berbasis

Masalah. Skripsi pada Universitas Negeri Semarang. Tidak diterbitkan.

Page 36: Proposal Inkuiri Penelitian Pendidikan Matematika Open Ended

Suherman, Erman, dkk. 2003. Strategi Pembelajaran Matematika Kotemporer. Bandung:

UPI.

Suherman, et al. (2001). Strategi Pembelajaran Matematika Kontemporer. JICA. FPMIPA

UPI.

Tarwin, Y. W (2005). Upaya Meningkatkan Kemampuan Berpikir Kritis Siswa Melalui

Pendekatan Open Ended Dalam Pembelajaran Matematika. Skripsi. Jurusan Pendidikan

Matematika FPMIPA UPI. Tidak diterbitkan.

Watson, G dan Glaser, E. M. (1980). Critical Thinking Appraisal. New York: Harcourt

Brace Jovanovich, Inc.