pengaruh morning bright light therapy terhadap pola tidur lansia
DESCRIPTION
morning bright light therapy adalah salah satu treatment untuk delayed phased syndrome dimana sesorang mengalami gangguan irama cirkandian dalam dirinya. Peneliti Andreas dan tobin mengintroduksi “hukum 1%” yang menyatakan bahwa fungsi organ – organ akan menurun sebanyak satu persen setiap tahunnya setelah usia 30 tahun (Pudjiastuti & Utomo, 2003; whitehead, 1995 dalam Darmojo, 2009:105&56). Tidak hanya perubahan kondisi fisik (system organ), perubahan kondisi mental dan psikososial juga dapat terjadi pada lanjut usia (Mubarak dkk, 2009:151). Menurut hasil penelitian Darmayanti (2011), ditemukan bahwa dari 78 lansia di Panti sosial tresna Werdha Jara Mara Pati Singaraja, 50 orang atau 64,10% mengalami masalah dalam pemenuhan kebutuhan tidur. Keluhan yang diungkapkan berbeda – beda pada setiap lansia. Ada yang mengatakan sulit untuk memulai tidur, ada yang mengatakan sering terjaga pada saat malam hari dan sulit untuk melanjutkan tidur. Berdasarkan latar belakangg di atas, penulis ingin meneliti tentang “pengaruh Morning Bright Light Therapy terhadap pola tidur lansia di Panti Sosial Tresna werdha Jara Mara Pati singaraja” guna mengetahui seberapa jauh pengaruh morning bright light therapy ini dalam memenuhi kebutuhan tidur khususnya pola tidur pada lansia.TRANSCRIPT
SKRIPSI
PENGARUH MORNING BRIGHT LIGHT THERAPY TERHADAP POLA TIDUR
LANSIA DI PANTI SOSIAL TRESNA WERDHA JARA MARA PATI
SINGARAJA
OLEH :
NI LUH GEDE SERUNI LESTARI
1002105011
KEMENTERIAN PENDIDIKAN NASIONAL
PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS UDAYANA
DENPASAR
2013
BAB I
PENDAHULUAN
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Seiring dengan keberhasilan dalam pembangunan nasional, pemerintah telah
mewujudkan keberhasilan di berbagai bidang. Pembangunan nasional Indonesia telah
menghasilkan kondisi sosial masyarakat yang semakin membaik dan usia harapan hidup
semakin meningkat. Peningkatan usia harapan hidup menyebabkan jumlah penduduk
lanjut usia (lansia) terus meningkat dari tahun ke tahun.
Kantor Kementerian Koordinator Kesejahteraan Rakyat (KESRA) melaporkan, jika tahun
1980 usia harapan hidup (UHH) 52,2 tahun dan jumlah lansia 7.998.543 orang (5,45%)
maka pada tahun 2006 menjadi 19 juta orang (8,90%) dan UHH juga meningkat menjadi
66,2 tahun (Hamid, 2007) . Data Badan Pusat Statistik menunjukkan bahwa penduduk
lanjut usia di Indonesia pada tahun 2000 sebanyak 14.439.967 jiwa (7,18 persen),
selanjutnya pada tahun 2010 meningkat menjadi 23.992.553 jiwa (9,77 persen). Pada
tahun 2020 perkiraan penduduk lansia di Indonesia mencapai 28.822.879 jiwa atau 11,34
% dengan UHH sekitar 71,1 tahun (wahyuningsih, 2011).
Dalam Undang – Undang (UU) nomor 13 tahun 1998 pasal 1 ayat 2 tentang
Kesejahteraan Lanjut Usia dinyatakan bahwa lanjut usia adalah seseorang yang telah
mencapai usia 60 tahun ke atas. World Health Organization (WHO), membagi lansia
menjadi empat kriteria, yaitu usia pertengahan (middle age) antara 45 sampai 59 tahun,
usia lanjut (elderly) antara 60 sampai 74 tahun, usia tua (old) antara 75 sampai 90 tahun,
dan usia sangat tua (very old) ialah kelompok usia lebih dari 90 tahun.
Peneliti Andreas dan tobin mengintroduksi “hukum 1%” yang menyatakan bahwa fungsi
organ – organ akan menurun sebanyak satu persen setiap tahunnya setelah usia 30 tahun
(Pudjiastuti & Utomo, 2003; whitehead, 1995 dalam Darmojo, 2009:105&56). Tidak
hanya perubahan kondisi fisik (system organ), perubahan kondisi mental dan psikososial
juga dapat terjadi pada lanjut usia (Mubarak dkk, 2009:151).
Menurut hasil penelitian Darmayanti (2011), ditemukan bahwa dari 78 lansia di Panti
sosial tresna Werdha Jara Mara Pati Singaraja, 50 orang atau 64,10% mengalami masalah
dalam pemenuhan kebutuhan tidur. Keluhan yang diungkapkan berbeda – beda pada
setiap lansia. Ada yang mengatakan sulit untuk memulai tidur, ada yang mengatakan
sering terjaga pada saat malam hari dan sulit untuk melanjutkan tidur.
Berdasarkan latar belakangg di atas, penulis ingin meneliti tentang “pengaruh Morning
Bright Light Therapy terhadap pola tidur lansia di Panti Sosial Tresna werdha Jara Mara
Pati singaraja” guna mengetahui seberapa jauh pengaruh morning bright light therapy ini
dalam memenuhi kebutuhan tidur khususnya pola tidur pada lansia.
B. Rumusan Masalah
Sesuai dengan uraian latar belakang diatas maka dapat dirumuskan masalah penelitian
sebagai berikut: “Adakah Pengaruh morning bright light therapy terhadap pola tidur
lansia di Panti Tresna Werdha Jara Mara Pati Singaraja?”.
C. Tujuan
Tujuan penelitian ini dibagi menjadi dua, yaitu tujuan umum dan tujuan khusus.
1. Tujuan Umum
Tujuan Umum dari penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh morning bright
light therapy terhadap pola tidur lansia di Panti Tresna Werdha Jara Mara Pati
Singaraja.
2. Tujuan Khusus
Adapun Tujuan Khusus dari penelitian ini meliputi:
a. Mengidentifikasi pola tidur lansia sebelum diberikan Morning bright light
therapy.
b. Mengidentifikasi pola tidur lansia setelah diberikan Morning bright light
therapy.
c. Menganalisis perbedaan pola tidur lansia sebelum dan setelah diberikan
morning bright light therapy.
d. Menganalisis pengaruh Morning birght light therapy terhadap pola tidur lansia
di PSTW Jara Mara Pati singaraja.
D. Manfaat
Manfaat dari penelitian ini dibagi menjadi dua, yaitu manfaat teoritis dan manfaat praktis.
1. Manfaat Teoritis
Adapun manfaat teoritis dari penelitian ini antara lain:
a. Sebagai informasi ilmiah dalam bidang keperawatan khususnya keperawatan
gerontik dalam perawatan lansia yang mengalami gangguan tidur dengan
menggunakan metode alternative yaitu morning bright light therapy.
b. Mengembangkan ilmu dan keterampilan dalam merawat pasien lansia yang
mengalami gangguan tidur.
c. Sebagai dasar acuan bagi peneliti selanjutnya dalam melakukan penelitian
serupa mengenai morning bright light therapy untuk pola tidur baik untuk
lansia maupun untuk golongan umur lainnya.
2. Manfaat Praktis
Adapun manfaat praktis dari penelitian ini antara lain:
a. Sebagai masukan bagi perawat dan petugas panti agar menggunakan morning
bright light therapy sebagai salah satu terapi penunjang untuk mengatasi
gangguan pola tidur pada lansia.
b. Sebagai bahan masukan bagi perawat dan petugas panti untuk meningkatkan
mutu pelayanan keperawatan khususnya pada lansia yang mengalami
gangguan pola tidur.
c. Sebagai dasar acuan bagi peneliti selanjutnya untuk meneliti durasi
pemberian, dan metode yang lebih baik dalam pemberian morning bright light
therapy pada lansia yang mengalami gangguan pola tidur.
d. Membantu pasien terutama lansia dalam mengatasi gangguan pola tidur
terutama yang mengalami delayed sleep phased syndrome.
E. Keaslian penelitian
Penelitian sebelumnya yang berhubungan dengan penelitian yang dilakukan oleh peneliti
diantaranya:
1. Lieverse R (2010), melakukan penelitian dengan judul Bright light treatment in
elderly patients with nonseasonal major depressive disorder: a randomized
placebo-controlled trial. Metode penelitian yang digunakan adalah Double-blind,
placebo-controlled randomized clinical trial. Penelitian tersebut menyatakan
bahwa terapi bright light therapy memiliki pengaruh terhadap pola tidur pasien
dengan non seasonal major depressive disorder. Pada pasien lansia, bright light
therapy memepengaruhi mood, memperbaiki kualitas tidur, dan meningkatkan
hormone melatonin.
2. Diansari, Putu Ita purwanti (2012), melakukan penelitian dengan judul pengaruh
terapi warna hijau terhadap kualitas tidur pada lansia dip anti sisoal tresna werdha
wana seraya denpasar. Penelitian ini merupakan studi quasy-experimental (pre test
and post test with control group design). Sampel terdiri dari 30 orang lansia yang
dipilih dengan purposive sampling, dibagi menjadi 2 kelompok yakni kelompok
control dan kelompok perlakuan. Penelitian tersebut menyatakan bahwa terapi
warna hijau memiliki pengaruh terhadap kualitas tidur lansia di Panti social tresna
werdha wana seraya denpasar.
Berdasarkan penelitian – penelitian sebelumnya seperti yang sudah dikemukakan
tampaknya belum ada peneliti yang mencoba mencari pengaruh morning bright light
therapy terhadap pola tidur lansia, dengan demikian peneliti menjamin keaslian penelitian
ini dan dapat dipertanggungjawabkan
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Lansia
1. Pengertian lansia
World Health Organization menggolongkan lansia menjadi 4 kriteria yaitu: usia
pertengahan (middle age) adalah kelompok usia 45 – 59 tahun, lanjut usia
(elderly) adalah kelompok usia 60 – 74 tahun, lanjut usia tua (old) adalah
kelompok usia 75 – 90 tahun dan usia sangat tua (very old) adalah kelompok usia
diatas 90 tahun (Nugroho, 2008). Menurut UU No 13 Tahun 1998 pasal ! ayat 2
tentang kesejahteraan lanjutusia, dinyatakan bahwa lanjut usia adalah seseorang
yang telah mencapai usia 60 tahun ke atas.
Lanjut Usia adalah tahap akhir dari siklus hidup manusia, merupakan bagian dari
proses kehidupan yang tak dapat dihindarkan dan akan dialami oleh setiap
individu. Berdasarkan definisi secara umum, seseorang dikatakan lansia apabila
usianya 60 tahun atau lebih. Menua bukanlah suatu penyakit, namun merupakan
proses yang kehidupan yang berangsur – angsur mengakibatkan perubahan yang
kumulatif, proses menurunnya daya tahan tubuh seseorag dalam menghadapi
rangsangan dari dalam ataupun dari luar tubuh yang berakhir pada kematian.
(Nugroho, 2008). Pada tahap ini individu mengalami banyak perubahan baik
secara fisik maupun mental, khususnya kemunduran dalam berbagai fungsi dan
kemampuan yang pernah dimilikinya.
2. Teori – teori proses penuaan
3. Tugas perkembangan lansia
4. Perubahan – perubahan yang terjadi pada lansia
B. Pola tidur
1. Fisiologi tidur
2. Tahapan tidur
3. Siklus tidur
4. Fungsi tidur
5. Kualitas tidur dan tidur yang berkualitas
6. Factor – factor yang mempengaruhi kualitas tidur
7. Kualitas tidur pada lansia
8. Jenis – jenis gangguan tidur
9. Parameter kualitas tidur
10. Pengukuran kualitas tidur
11. Penatalaksanaan gangguan tidur
C. Morning Bright Light Therapy
1. Morning bright light therapy
2. Dasar pikiran metode morning bright light therapy.
3. Metode pemberian morning bright light therapy
D. Pengaruh Morning bright light therapy terhadap pola tidur
BAB IV
METODE PENELITIAN
BAB IV
METODE PENELITIAN
A. Jenis penelitian
Dalam penelitian ini menggunakan rancangan penelitian pra-eksperimental one group
pre-post test design. Ciri tipe penelitian ini adalah mengungkapkan hubungan sebab
akibat dengan cara melibatkan satu kelompok subjek. Kelompok subjek diobservasi
sebelum dilakukan intervensi, kemudian diobservasi lagi setelah dilakukan intervensi
(Nursalam, 2008:85).
Kelompok perlakuan
Keterangan:
O1 : Observasi sebelum diberikan tindakan
X : Perlakuan
O2 : Observasi setelah dilakukan tindakan
Gambar 4.1 Rancangan penelitian pre-experimental (one group pre-post test design)
O1 O2x
Pre test Post testPerlakuan
Penyajian hasil penelitian
Pre test Pengukuran kualitas tidur sebelum perlakuan pada kelompok eksperimentalINTERVENSI
Morning Bright Light Therapy
ANALISA DATAUji statistic untuk perbedaan kualitas tidur lansia sebelum dan setelah diberikan Morning Bright Light Therapy dengan skala interval. Jika data berdistribusi normal akan digunakan Uji T Test paired. Jika data tidak berdistribusi normal akan digunakan Test Wilcoxon menggunakan program SPSS. ( Tingkat kepercayaan 95%, α ≤ 0,05).
Post test Pengukuran kualitas tidur setelah perlakuan pada kelompok kontrol
SAMPLEPopulasi yang sesuai dengan criteria inklusi dan eksklusi
SAMPLINGNon probability Sampling dengan teknik Purposive sampling
POPULASILansia yang tinggal di Panti Sosial Tresna Werda Jira Mara Pati yang mengalami gangguan tidur
B. Kerangka Kerja
v POPULASILansia yang tinggal di Panti Sosial Tresna Werda Jira Mara Pati yang mengalami gangguan tidur
POPULASILansia yang tinggal di Panti Sosial Tresna Werda Jira Mara Pati yang mengalami gangguan tidur
Gambar 4.2 Kerangka kerja pengaruh morning bright light therapy terhadap pola tidur lansia
di Panti Sosial tresna Werdha Jara Mara Pati Singaraja.
C. Tempat Dan Waktu Penelitian
1. Tempat
Penelitian dilaksanakan di panti social tresna werdha Jara Mara Pati Singaraja,
yang terletak di Jalan Arjuna, Desa Kaliasem, Kecamatan Banjar, kkabupaten Buleleng,
Provinsi Bali. Alasan penelitian dilakukan di tempat ini, karena di tempat ini juga belum
pernah dilakukan morning bright light therapy untuk mengatasi permasalah tersebut.
2. Waktu
Penelitian ini dilakukan selama 4 minggu.
D. Populasi, Sampel, Dan Teknik Sampling Penelitian
1. Populasi penelitian
Populasi dalam penelitian adalah subjek (misalnya manusia; klien) yang
memenuhi kriteria yang telah ditetapkan (Nursalam, 2008:89). Populasi target
yaitu seluruh lansia yang ada di Provinsi Bali. Populasi terjangkau yaitu semua
lansia yang tinggal dip anti Sosial tresna Werdha jara mara pati Singaraja, yang
berjumlah 67 orang.
2. Sampel
Sampel adalah bagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh populasi
(Sugiyono, 2010). Sampel terdiri dari bagian dari populasi terjangkau yang dapat
dipergunakan sebagai subjek penelitian melalui sampling ( Nursalam, 2008:91).
Pada penelitian ini sampel diambil dari lansia yang memenuhi kriteria inklusi dan
ekslusi dip anti Sosial tresna werdha Jara Mara Pati Singaraja.
a. Kriteria Inklusi
Kriteris inklusi adalah karakteristik umu subjek penelitian dari suatuu
populasi target dan terjangkau yang akan diteliti (Nursalam, 2008: 92).
Dalam penelitian ini yang termasuk dalam kriteria inklusi penelitian,
adalah:
1) Lansia yang berusia 60 tahun ke atas.
2) Lansia yang bersedia mengikuti penelitian ini dengan
menandatangani informed concent.
b. Kriteria eksklusi
Kriteria eksklusi adalah menghilangkan/ mengeluarkan subyek/sampel
yang tidak memenuhi kriteria inklusi/tidak layak diteliti menjadi sampel
(Nursalam, 2008: 92). Dalam penelitian ini yang termasuk kriteria
eksklusi, adalah:
1) Lansia yang mengalami gangguan masalah pada mata seperti
katarak, atau tuna netra
2) Lansia yang peka terhadap cahaya karena alasan pengobatan.
3) Lansia yang mengalami penurunan kesadaran.
3. Teknik sampling
Sampling adalah suatu proses dalam menyeleksi porsi dari populasi untuk dapat
mewakili populasi. Teknik sampling merupakan cara – cara yang ditempuh dalam
pengambilan sampel, agar memperoleh sampel yang benar – benar sesuai dengan
keseluruhan subjek penelitian (Nursalam, 2008: 93).
Penelitian ini menggunakan non probability sampling, tepatnya purposive
sampling. Purposive sampling disebut juga judgement sampling adalah suatu
teknik penetapan sampel dengan cara memilih sampel diantara populasi sesuai
dengan yang dikehendaki peneliti (tujuan/masalah dalam penelitian), sehingga
sampel tersebut dapat mewakili karakteristik populasi yang telah dikenal
sebelumnya (Nursalam, 2008; 94).
E. Jenis Dan Cara Pengumpulan Data
1. Jenis Data yang Dikumpulkan
Data yang dikumpulkan adalah data primer dan data sekunder. Data primer yaitu
data hasil penilaian kualitas tidur dengan menggunakan The SMH (St. Mary’s
Hospital) Sleep questionnaire pada lansia yang mengalami gangguan tidur di
Panti Sosial Trena Werdha Jara Mara Pati Singaraja. Sedangkan data sekunder
diperoleh dari hasil studi pendahuluan yang telah dilakukan dengan cara observasi
dan wawancara dengan petugas yang ada di Panti Sosial Tresna Werdha Jara
Mara Pati Singaraja.
2. Cara Pengumpulan Data
Metode pengumpulan data yang dilakukan dalam penelitian ini meliputi kegiatan
observasi dan wawancara terstruktur. Observasi merupakan alat ukur dengan cara
memberikan observasi secara langsung kepada responden yang dilakukan peneliti
untuk mencari perubahan atau hal – hal yang akan diteliti. Wawancara terstruktur
merupakan pengumpulan data dengan Tanya jawab langsung kepada responden
dengan menggunakan daftar pertanyaan yang telah disiapkan sebelumnya
(Sugiyono, 2010). Dalam wawancara peneliti menggunakan instrument berupa
daftar pertanyaan (kuesioner).
Adapun tahap – tahap yang dilakukan dalam pengumpulan data yaitu:
1. Mengajukan surat ijin penelitian ke Badan Kesbang Pol dan Linmas pemerintah
Provinsi Bali.
2. Setelah mendapatkan ijin di provinsi, surat tembusan diajukan ke Badan kesbang
Pol dan Linmas Singaraja.
3. Setelah diberikan surat ijin dari kesbang Singaraja, surat diserahkan ke Panti
Sosial Tresna Werdha Jara Mara Pati Singaraja.
4. Setelah mendapatkan ijin dari pihak panti untuk melakukan penelitian, kemudian
dilakukan pengumpulan data sekunder yaitu dari wawancara dengan pihak panti
dan dokumentasi kesehatan lansia yang tinggal di panti. Kemudian setelah data
sekunder didapatkan, mencari data primer dengan memberikan kuesioner kepada
lansia tentang pola tidur.
5. Lansia yang menjadi responden diberikan penjelasan tentang kegiatan yang akan
dilakukan, serta menandatangani informed concent (persetujuan) sebagai subjek
penelitian.
6. Lansia yang menjadi responden akan diberikan penjelasan mengenai prosedur
tindakan morning bright light therapy. Pasien akan dijelaskan tentang diary
waktu tidur, waktu bangun dan kegiatan yang harus dilakukan saat bangun tidur.
Prosedur akan dijelaskan sampai lansia mengerti, dan paham tentang terapi yang
akan diberikan. Setelah itu, lansia akan di terapi selama 3 minggu, dibangunkan
lebih cepat 30 menit setiap harinya hingga mencapai jam pagi yang peneliti
inginkan yakni pukul 06.30 WITA.
7. Pengukuran dan observasi pola tidur pre-test dilakukan sebelum diberikan
morning bright light therapy dan post test dilakukan setelah pada hari ke dua
puluh dua (22) dan hari ke empat puluh empat (44) setelah selama 21 hari
mendapat paparan morning bright light therapy. Responden wajib mengikuti
penelitian minimal 90% dari seluruh hari yang telah ditentukan.
8. Data yang telah terkumpul kemudian ditabulasi ke dalam matriks pengumpulan
data yang telah dibuat sebelumnya oleh peneliti dan kemudian dilakukan analisis
data.
Dalam penelitian ini peneliti dibantu oleh 2 peneliti pendamping, dimana
sebelumnya dilakukan pelatihan dan penyamaan persepsi antara peneliti dan peneliti
pendamping.
3. Instrument Pengumpul Data
Instrument yang dipakai pada penelitian ini adalah dengan menggunakan
kuesioner yang telah dirancang dan dimodifikasi dengan mengutip beberapa
pertanyaan dari kuesioner The SMH (St. Mary’s Hospital Sleep questionnaire )
yang sesuai dengan tinjauan teori gangguan tidur dan terdapat pada sumber
(potter & perry, 2009). Kuesioner yang digunakanpada penelitian ini dibuat
terstruktur sehingga memungkinkan responden dapat menjawab semua
pertanyaan yang diajukan mengenai pola tidur yang ditanyakan sebelum
dilakukan morning bright light therapy.
Adapun kuesioner ini terdiri dari delapan pertanyaan dengan kriteria jawaban
pada masing – masing pertanyaan adalah 0,1, dan 2. Skor 0 = tidak pernah, skor 1
= satu sampai tiga kali seminggu, dan skor 2 = lebih dari tiga kali dalam
seminggu.
Kuesioner ini telah dilakukan pengujian validitas dan reliabilitas yang dilakukan
setelah pengusulan proposal ini disetujui. Pengujian validitas dan reliabilitas
dilakukan untuk mendapatkan instrument penelitian valid dan reliable. Instrument
yang valid artinya, instrument tersebut dapat digunakan untuk mengukur apa yang
seharusnya diukur, sedangkan reliable berarti instrument tersebut bila digunakan
beberapa kali mengukur objek yang sama akan menghasilkan data yang sama.
Dengan menggunakan instrument yang valid dan reliable dalam mengumpulkan
data, maka diharapkan hasil penelitian akan menjadi valid dan reliable (sugiyono,
2011).
F. Pengolahan Dan Analisa Data
1. Teknik Pengolahan Data
Pengolahan data merupakan salah satu upaya untuk memprediksi data dan
menyiapkan data sedemikian rupa agar dapat dianalisis lebih lanjut dan
mendapatkan data siap untuk disajikan. Menurut Setiadi (2007), langkah –
langkah pengolahan data yaitu:
a. Editing
Sebelum data diolah lebih lanjut, sangat perlu dilakukan pemeriksaan
(editing) data untuk menghindari kekeliruan atau kesalahan data. Langkah
– langkah yang dilakukan dalam editing adalah memeriksa kembali
matriks pengumpul data yang telah terkumpul mengenai identitas pasien.
Apabila ada data yang belum lengkap, diperbaiki, diperjelas, dan bila
ditemukan kejanggalan dari data yang diperoleh, maka segera
dikembalikan kepada responden dan bila memungkinkan responden
dimintai keterangan saat itu juga.
b. Coding
Coding merupakan proses pengklasifikasian dengan cara memberikan
kode tertentu pada data yang terkumpul, untuk memudahkan proses
pengolahan data. Data dari penelitian ini menggunakan data nominal dan
interval. Data karakteristik responden, dilakukan pengkodingan pada data
usia dan jenis kelamin. Coding usia dibagi menjadi tiga, yaitu 1 =60-74,
2= 75-90, dan 3= di atas 90 tahun. Coding untuk jenis kelamin, yaitu 1=
laki – laki, dan 2 = perempuan.
c. Processing/entry
Pada langkah ini, data dipindahkan ke computer untuk dianalisis dan
diolah menggunakan program pengolahan data.
d. Cleaning
Data yang telah di entry dicocokkan dan diperiksa kembali dengan data
yang diperoleh dalam matriks pengumpulan data. Kkemudian data yang
diperoleh disajikan dalam bentuk table atau diagram.
2. Teknik Analisis Data
a. Deskriptif data
Data yang diperoleh adalah: (a) pola tidur lansia saat pre test (b) pola tidur
saat post test. Data – data digambarkan dengan statistic deskriptif, yaitu
ggabungan tendensi sentral dan distribusi frekuensi.
Tendensi sentral meliputi mean, median, modus. Mean merupakan nilai
rata – rata dari kelompok data. Rata – rata diperoleh dengan cara membagi
jumlah nilai (Σx) dibagi dengan jumlah individu (n) yang di dalamnya
memuat frekuensi, presentase, proporsi, rasio, dan frekuensi kumulatif dari
masing – masing karakteristik variable. Median merupakan nilai tengah
dari sekelompok data yang telah disusun secara urut. Modus adalah nilai
yang paling sering muncul (frekuensi terbesar dari seperangkat data).
Untuk mendeskripsikan skor kualitas tidur lansia, dibuat tiga kategori,
yaitu kualitas tidur baik; kualitas tidur sedang; dan kualitas tidur buruk.
Kategorisasi ini ditentukan setelah kuesioner dinyatakan valid dan
reliable. Pembagian kategori dibuat hanya untuk menggambarkan kualitas
tidur lansia.
b. Analisa data
Data yang telah terkumpul diolah dengan menggunakan program
computer. Oleh karena data yang diperoleh berskala interval, maka
sebelum dilakukan uji analisis dilakukan uji prasyarat. Uji prasyarat
analisis yang digunakan adalah uji normalitas data dengan bantuan
program computer SPSS 16.0 for windows yang mengunakan rumus
saphiro wilk karena jumlah sampel kurang dari 50.
Adapun data yang dianalisis, meliputi;
1) Analisis beda antara pola tidur pre test dengan pola tidur post test.
Setelah dilakukan uji normalitas, apabila hasil yang diperoleh
berdistribusi normal, maka uji analisis yang digunakan adalah uji
beda statistic parametric, yaitu uji t dua sampel berpasangan
(dependent sample t-test), namun apabila data tidak berdistribusi
normal, maka uji yang digunakan adalah wilcoxon test, dengan
tingkat kepercayaan 95% (α ≤ 0,05).
DAFTAR PUSTAKA
http://www.datastatistik-indonesia.com/portal/index.php?
option=com_tabel&kat=1&idtabel=111&Itemid=165&task=menu 6 september 2013
wahyuningsih, merry. 2011. Ini dia 5 provinsi dengan jumlah lansia paling banyak.
http://hot.detik.com/read/2011/12/06/170435/1784303/763/ini-dia-5-provinsi-dengan-
jumlah-lansia-paling-banyak?hd771104bcj
http://www.bps.go.id/menutab.php?kat=1&tabel=1&id_subyek=12 6 september 2013
hamid, almisar. 2007. PENDUDUK LANJUT USIA DI INDONESIA DAN MASALAH KESEJAHTERAANNYA.
http://www.kemsos.go.id//modules.php?name=News&file=article&sid=522
Diansari, Putu Ita Purwanti.2012. pengaruh terapi warna hijau terhadap kualitas tidur pada lansia
di panti sisoal tresna werdha wana seraya denpasar. Skripsi tidak dipublikasikan.
Denpasar: Program Studi ilmu Keperawatan Fakultas Kedokteran Universitas Udayana.
Damayanti, Ni Putu emy.2011. pengaruh terapi musik relaksasi terhadap kualitas tidur pada
lansia dip anti sisoal tresna werdha Jara Mara pati Singaraja tahun 2011. Skripsi tidak
dipublikasikan. Denpasar: Program Studi ilmu Keperawatan Fakultas Kedokteran
Universitas Udayana.
Darmojo, R.B. 2009. Buku ajar geriatric (Ilmu Kesehatan Usia lanjut). Edisi ketiga, Jakarta;
FKUI.
Sugiyono, 2010. Metode penelitian pendidikan. Bandung; Alfabeta.
Susanto, abdi.2013. jumlah lansia Indonesia lima besar terbanyak di dunia.
http://health.liputan6.com/read/541940/jumlah-lansia-indonesia-lima-besar-terbanyak-di-
dunia
Nugroho. 2008. Keperawatn gerontik dan geriatric. Jakarta: penerbit buku kedokteran EGC.
LAMPIRAN
Lampiran
KUESIONER PENELITIAN
SKOR KUALITAS TIDUR PADA LANSIA
No responden Tanggal :
Petunjuk pengisian :
1. Isilah identitas pribadi pada lembar kuesioner tersebut
2. Pilihlah jawaban yang anda rasa paling sesuai dengan keadaan diri anda pada
lembar jawaban yang tersedia.
3. Berilah tanda check list (√) pada kolom yang tersedia, dengan indicator:
0 : jika anda tidak pernah sekalipun mengalami permasalahan tersebut.
1 : jika dalam seiminggu anda mengalami permasalahan tersebut sebanyak
1 – 3 kali.
2 : jika anda setiap hari atau lebih dari 3 kali mengalami permasalahan
tersebut.
4. Kami menghargai kejujuran, keterbukaan anda dan saya ucapkan terimakasih atas
kerjasamanya.
A. Identitas responden
Inisial : Alamat asal :
Umur : Riwayat pekerjaan :
Jenis kelamin :
B. Wawancara kualitas tidur
No Pertanyaan 0 1 2
1 Apakah anda sering terbangun pada malam hari?
2 Apakah anda susah untuk memulai tidur atau sukar untuk tidur
kembali setelah anda terbangun pada malam hari?
3 Apakah anda terbangun lebih dini (di bawah jam 5 pagi)?
4 Apakah anda merasa mengantuk setelah bangun di pagi hari?
5 Apakah anda merasa letih setelah bangun tidur?
6 Apakah anda merasa pusing setelah bangun tidur?
7 Apakah badan anda terasa pegal – pegal setelah bangun tidur?
8 Apakah anda sering merasa mengantuk pada siang hari?