pengaruh morning bright light therapy terhadap pola tidur lansia

39
SKRIPSI PENGARUH MORNING BRIGHT LIGHT THERAPY TERHADAP POLA TIDUR LANSIA DI PANTI SOSIAL TRESNA WERDHA JARA MARA PATI SINGARAJA OLEH : NI LUH GEDE SERUNI LESTARI 1002105011 KEMENTERIAN PENDIDIKAN NASIONAL PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS UDAYANA

Upload: gex-seruni

Post on 30-Nov-2015

311 views

Category:

Documents


11 download

DESCRIPTION

morning bright light therapy adalah salah satu treatment untuk delayed phased syndrome dimana sesorang mengalami gangguan irama cirkandian dalam dirinya. Peneliti Andreas dan tobin mengintroduksi “hukum 1%” yang menyatakan bahwa fungsi organ – organ akan menurun sebanyak satu persen setiap tahunnya setelah usia 30 tahun (Pudjiastuti & Utomo, 2003; whitehead, 1995 dalam Darmojo, 2009:105&56). Tidak hanya perubahan kondisi fisik (system organ), perubahan kondisi mental dan psikososial juga dapat terjadi pada lanjut usia (Mubarak dkk, 2009:151). Menurut hasil penelitian Darmayanti (2011), ditemukan bahwa dari 78 lansia di Panti sosial tresna Werdha Jara Mara Pati Singaraja, 50 orang atau 64,10% mengalami masalah dalam pemenuhan kebutuhan tidur. Keluhan yang diungkapkan berbeda – beda pada setiap lansia. Ada yang mengatakan sulit untuk memulai tidur, ada yang mengatakan sering terjaga pada saat malam hari dan sulit untuk melanjutkan tidur. Berdasarkan latar belakangg di atas, penulis ingin meneliti tentang “pengaruh Morning Bright Light Therapy terhadap pola tidur lansia di Panti Sosial Tresna werdha Jara Mara Pati singaraja” guna mengetahui seberapa jauh pengaruh morning bright light therapy ini dalam memenuhi kebutuhan tidur khususnya pola tidur pada lansia.

TRANSCRIPT

Page 1: pengaruh morning bright light therapy terhadap pola tidur lansia

SKRIPSI

PENGARUH MORNING BRIGHT LIGHT THERAPY TERHADAP POLA TIDUR

LANSIA DI PANTI SOSIAL TRESNA WERDHA JARA MARA PATI

SINGARAJA

OLEH :

NI LUH GEDE SERUNI LESTARI

1002105011

KEMENTERIAN PENDIDIKAN NASIONAL

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN

FAKULTAS KEDOKTERAN

UNIVERSITAS UDAYANA

DENPASAR

2013

Page 2: pengaruh morning bright light therapy terhadap pola tidur lansia

BAB I

PENDAHULUAN

Page 3: pengaruh morning bright light therapy terhadap pola tidur lansia

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Seiring dengan keberhasilan dalam pembangunan nasional, pemerintah telah

mewujudkan keberhasilan di berbagai bidang. Pembangunan nasional Indonesia telah

menghasilkan kondisi sosial masyarakat yang semakin membaik dan usia harapan hidup

semakin meningkat. Peningkatan usia harapan hidup menyebabkan jumlah penduduk

lanjut usia (lansia) terus meningkat dari tahun ke tahun.

Kantor Kementerian Koordinator Kesejahteraan Rakyat (KESRA) melaporkan, jika tahun

1980 usia harapan hidup (UHH) 52,2 tahun dan jumlah lansia 7.998.543 orang (5,45%)

maka pada tahun 2006 menjadi 19 juta orang (8,90%) dan UHH juga meningkat menjadi

66,2 tahun (Hamid, 2007) . Data Badan Pusat Statistik menunjukkan bahwa penduduk

lanjut usia di Indonesia pada tahun 2000 sebanyak 14.439.967 jiwa (7,18 persen),

selanjutnya pada tahun 2010 meningkat menjadi 23.992.553 jiwa (9,77 persen). Pada

tahun 2020 perkiraan penduduk lansia di Indonesia mencapai 28.822.879 jiwa atau 11,34

% dengan UHH sekitar 71,1 tahun (wahyuningsih, 2011).

Dalam Undang – Undang (UU) nomor 13 tahun 1998 pasal 1 ayat 2 tentang

Kesejahteraan Lanjut Usia dinyatakan bahwa lanjut usia adalah seseorang yang telah

mencapai usia 60 tahun ke atas. World Health Organization (WHO), membagi lansia

menjadi empat kriteria, yaitu usia pertengahan (middle age) antara 45 sampai 59 tahun,

Page 4: pengaruh morning bright light therapy terhadap pola tidur lansia

usia lanjut (elderly) antara 60 sampai 74 tahun, usia tua (old) antara 75 sampai 90 tahun,

dan usia sangat tua (very old) ialah kelompok usia lebih dari 90 tahun.

Peneliti Andreas dan tobin mengintroduksi “hukum 1%” yang menyatakan bahwa fungsi

organ – organ akan menurun sebanyak satu persen setiap tahunnya setelah usia 30 tahun

(Pudjiastuti & Utomo, 2003; whitehead, 1995 dalam Darmojo, 2009:105&56). Tidak

hanya perubahan kondisi fisik (system organ), perubahan kondisi mental dan psikososial

juga dapat terjadi pada lanjut usia (Mubarak dkk, 2009:151).

Menurut hasil penelitian Darmayanti (2011), ditemukan bahwa dari 78 lansia di Panti

sosial tresna Werdha Jara Mara Pati Singaraja, 50 orang atau 64,10% mengalami masalah

dalam pemenuhan kebutuhan tidur. Keluhan yang diungkapkan berbeda – beda pada

setiap lansia. Ada yang mengatakan sulit untuk memulai tidur, ada yang mengatakan

sering terjaga pada saat malam hari dan sulit untuk melanjutkan tidur.

Berdasarkan latar belakangg di atas, penulis ingin meneliti tentang “pengaruh Morning

Bright Light Therapy terhadap pola tidur lansia di Panti Sosial Tresna werdha Jara Mara

Pati singaraja” guna mengetahui seberapa jauh pengaruh morning bright light therapy ini

dalam memenuhi kebutuhan tidur khususnya pola tidur pada lansia.

B. Rumusan Masalah

Sesuai dengan uraian latar belakang diatas maka dapat dirumuskan masalah penelitian

sebagai berikut: “Adakah Pengaruh morning bright light therapy terhadap pola tidur

lansia di Panti Tresna Werdha Jara Mara Pati Singaraja?”.

C. Tujuan

Page 5: pengaruh morning bright light therapy terhadap pola tidur lansia

Tujuan penelitian ini dibagi menjadi dua, yaitu tujuan umum dan tujuan khusus.

1. Tujuan Umum

Tujuan Umum dari penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh morning bright

light therapy terhadap pola tidur lansia di Panti Tresna Werdha Jara Mara Pati

Singaraja.

2. Tujuan Khusus

Adapun Tujuan Khusus dari penelitian ini meliputi:

a. Mengidentifikasi pola tidur lansia sebelum diberikan Morning bright light

therapy.

b. Mengidentifikasi pola tidur lansia setelah diberikan Morning bright light

therapy.

c. Menganalisis perbedaan pola tidur lansia sebelum dan setelah diberikan

morning bright light therapy.

d. Menganalisis pengaruh Morning birght light therapy terhadap pola tidur lansia

di PSTW Jara Mara Pati singaraja.

D. Manfaat

Manfaat dari penelitian ini dibagi menjadi dua, yaitu manfaat teoritis dan manfaat praktis.

1. Manfaat Teoritis

Adapun manfaat teoritis dari penelitian ini antara lain:

a. Sebagai informasi ilmiah dalam bidang keperawatan khususnya keperawatan

gerontik dalam perawatan lansia yang mengalami gangguan tidur dengan

menggunakan metode alternative yaitu morning bright light therapy.

Page 6: pengaruh morning bright light therapy terhadap pola tidur lansia

b. Mengembangkan ilmu dan keterampilan dalam merawat pasien lansia yang

mengalami gangguan tidur.

c. Sebagai dasar acuan bagi peneliti selanjutnya dalam melakukan penelitian

serupa mengenai morning bright light therapy untuk pola tidur baik untuk

lansia maupun untuk golongan umur lainnya.

2. Manfaat Praktis

Adapun manfaat praktis dari penelitian ini antara lain:

a. Sebagai masukan bagi perawat dan petugas panti agar menggunakan morning

bright light therapy sebagai salah satu terapi penunjang untuk mengatasi

gangguan pola tidur pada lansia.

b. Sebagai bahan masukan bagi perawat dan petugas panti untuk meningkatkan

mutu pelayanan keperawatan khususnya pada lansia yang mengalami

gangguan pola tidur.

c. Sebagai dasar acuan bagi peneliti selanjutnya untuk meneliti durasi

pemberian, dan metode yang lebih baik dalam pemberian morning bright light

therapy pada lansia yang mengalami gangguan pola tidur.

d. Membantu pasien terutama lansia dalam mengatasi gangguan pola tidur

terutama yang mengalami delayed sleep phased syndrome.

E. Keaslian penelitian

Penelitian sebelumnya yang berhubungan dengan penelitian yang dilakukan oleh peneliti

diantaranya:

Page 7: pengaruh morning bright light therapy terhadap pola tidur lansia

1. Lieverse R (2010), melakukan penelitian dengan judul Bright light treatment in

elderly patients with nonseasonal major depressive disorder: a randomized

placebo-controlled trial. Metode penelitian yang digunakan adalah Double-blind,

placebo-controlled randomized clinical trial. Penelitian tersebut menyatakan

bahwa terapi bright light therapy memiliki pengaruh terhadap pola tidur pasien

dengan non seasonal major depressive disorder. Pada pasien lansia, bright light

therapy memepengaruhi mood, memperbaiki kualitas tidur, dan meningkatkan

hormone melatonin.

2. Diansari, Putu Ita purwanti (2012), melakukan penelitian dengan judul pengaruh

terapi warna hijau terhadap kualitas tidur pada lansia dip anti sisoal tresna werdha

wana seraya denpasar. Penelitian ini merupakan studi quasy-experimental (pre test

and post test with control group design). Sampel terdiri dari 30 orang lansia yang

dipilih dengan purposive sampling, dibagi menjadi 2 kelompok yakni kelompok

control dan kelompok perlakuan. Penelitian tersebut menyatakan bahwa terapi

warna hijau memiliki pengaruh terhadap kualitas tidur lansia di Panti social tresna

werdha wana seraya denpasar.

Berdasarkan penelitian – penelitian sebelumnya seperti yang sudah dikemukakan

tampaknya belum ada peneliti yang mencoba mencari pengaruh morning bright light

therapy terhadap pola tidur lansia, dengan demikian peneliti menjamin keaslian penelitian

ini dan dapat dipertanggungjawabkan

Page 8: pengaruh morning bright light therapy terhadap pola tidur lansia

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

Page 9: pengaruh morning bright light therapy terhadap pola tidur lansia

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Lansia

1. Pengertian lansia

World Health Organization menggolongkan lansia menjadi 4 kriteria yaitu: usia

pertengahan (middle age) adalah kelompok usia 45 – 59 tahun, lanjut usia

(elderly) adalah kelompok usia 60 – 74 tahun, lanjut usia tua (old) adalah

kelompok usia 75 – 90 tahun dan usia sangat tua (very old) adalah kelompok usia

diatas 90 tahun (Nugroho, 2008). Menurut UU No 13 Tahun 1998 pasal ! ayat 2

tentang kesejahteraan lanjutusia, dinyatakan bahwa lanjut usia adalah seseorang

yang telah mencapai usia 60 tahun ke atas.

Lanjut Usia adalah tahap akhir dari siklus hidup manusia, merupakan bagian dari

proses kehidupan yang tak dapat dihindarkan dan akan dialami oleh setiap

individu. Berdasarkan definisi secara umum, seseorang dikatakan lansia apabila

usianya 60 tahun atau lebih. Menua bukanlah suatu penyakit, namun merupakan

proses yang kehidupan yang berangsur – angsur mengakibatkan perubahan yang

kumulatif, proses menurunnya daya tahan tubuh seseorag dalam menghadapi

rangsangan dari dalam ataupun dari luar tubuh yang berakhir pada kematian.

(Nugroho, 2008). Pada tahap ini individu mengalami banyak perubahan baik

secara fisik maupun mental, khususnya kemunduran dalam berbagai fungsi dan

kemampuan yang pernah dimilikinya.

Page 10: pengaruh morning bright light therapy terhadap pola tidur lansia

2. Teori – teori proses penuaan

3. Tugas perkembangan lansia

4. Perubahan – perubahan yang terjadi pada lansia

B. Pola tidur

1. Fisiologi tidur

2. Tahapan tidur

3. Siklus tidur

4. Fungsi tidur

5. Kualitas tidur dan tidur yang berkualitas

6. Factor – factor yang mempengaruhi kualitas tidur

7. Kualitas tidur pada lansia

8. Jenis – jenis gangguan tidur

9. Parameter kualitas tidur

10. Pengukuran kualitas tidur

11. Penatalaksanaan gangguan tidur

C. Morning Bright Light Therapy

1. Morning bright light therapy

2. Dasar pikiran metode morning bright light therapy.

3. Metode pemberian morning bright light therapy

D. Pengaruh Morning bright light therapy terhadap pola tidur

Page 11: pengaruh morning bright light therapy terhadap pola tidur lansia
Page 12: pengaruh morning bright light therapy terhadap pola tidur lansia

BAB IV

METODE PENELITIAN

Page 13: pengaruh morning bright light therapy terhadap pola tidur lansia
Page 14: pengaruh morning bright light therapy terhadap pola tidur lansia

BAB IV

METODE PENELITIAN

A. Jenis penelitian

Dalam penelitian ini menggunakan rancangan penelitian pra-eksperimental one group

pre-post test design. Ciri tipe penelitian ini adalah mengungkapkan hubungan sebab

akibat dengan cara melibatkan satu kelompok subjek. Kelompok subjek diobservasi

sebelum dilakukan intervensi, kemudian diobservasi lagi setelah dilakukan intervensi

(Nursalam, 2008:85).

Kelompok perlakuan

Keterangan:

O1 : Observasi sebelum diberikan tindakan

X : Perlakuan

O2 : Observasi setelah dilakukan tindakan

Gambar 4.1 Rancangan penelitian pre-experimental (one group pre-post test design)

O1 O2x

Pre test Post testPerlakuan

Page 15: pengaruh morning bright light therapy terhadap pola tidur lansia

Penyajian hasil penelitian

Pre test Pengukuran kualitas tidur sebelum perlakuan pada kelompok eksperimentalINTERVENSI

Morning Bright Light Therapy

ANALISA DATAUji statistic untuk perbedaan kualitas tidur lansia sebelum dan setelah diberikan Morning Bright Light Therapy dengan skala interval. Jika data berdistribusi normal akan digunakan Uji T Test paired. Jika data tidak berdistribusi normal akan digunakan Test Wilcoxon menggunakan program SPSS. ( Tingkat kepercayaan 95%, α ≤ 0,05).

Post test Pengukuran kualitas tidur setelah perlakuan pada kelompok kontrol

SAMPLEPopulasi yang sesuai dengan criteria inklusi dan eksklusi

SAMPLINGNon probability Sampling dengan teknik Purposive sampling

POPULASILansia yang tinggal di Panti Sosial Tresna Werda Jira Mara Pati yang mengalami gangguan tidur

B. Kerangka Kerja

v POPULASILansia yang tinggal di Panti Sosial Tresna Werda Jira Mara Pati yang mengalami gangguan tidur

POPULASILansia yang tinggal di Panti Sosial Tresna Werda Jira Mara Pati yang mengalami gangguan tidur

Page 16: pengaruh morning bright light therapy terhadap pola tidur lansia

Gambar 4.2 Kerangka kerja pengaruh morning bright light therapy terhadap pola tidur lansia

di Panti Sosial tresna Werdha Jara Mara Pati Singaraja.

C. Tempat Dan Waktu Penelitian

1. Tempat

Penelitian dilaksanakan di panti social tresna werdha Jara Mara Pati Singaraja,

yang terletak di Jalan Arjuna, Desa Kaliasem, Kecamatan Banjar, kkabupaten Buleleng,

Provinsi Bali. Alasan penelitian dilakukan di tempat ini, karena di tempat ini juga belum

pernah dilakukan morning bright light therapy untuk mengatasi permasalah tersebut.

2. Waktu

Penelitian ini dilakukan selama 4 minggu.

D. Populasi, Sampel, Dan Teknik Sampling Penelitian

1. Populasi penelitian

Populasi dalam penelitian adalah subjek (misalnya manusia; klien) yang

memenuhi kriteria yang telah ditetapkan (Nursalam, 2008:89). Populasi target

yaitu seluruh lansia yang ada di Provinsi Bali. Populasi terjangkau yaitu semua

lansia yang tinggal dip anti Sosial tresna Werdha jara mara pati Singaraja, yang

berjumlah 67 orang.

2. Sampel

Sampel adalah bagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh populasi

(Sugiyono, 2010). Sampel terdiri dari bagian dari populasi terjangkau yang dapat

dipergunakan sebagai subjek penelitian melalui sampling ( Nursalam, 2008:91).

Page 17: pengaruh morning bright light therapy terhadap pola tidur lansia

Pada penelitian ini sampel diambil dari lansia yang memenuhi kriteria inklusi dan

ekslusi dip anti Sosial tresna werdha Jara Mara Pati Singaraja.

a. Kriteria Inklusi

Kriteris inklusi adalah karakteristik umu subjek penelitian dari suatuu

populasi target dan terjangkau yang akan diteliti (Nursalam, 2008: 92).

Dalam penelitian ini yang termasuk dalam kriteria inklusi penelitian,

adalah:

1) Lansia yang berusia 60 tahun ke atas.

2) Lansia yang bersedia mengikuti penelitian ini dengan

menandatangani informed concent.

b. Kriteria eksklusi

Kriteria eksklusi adalah menghilangkan/ mengeluarkan subyek/sampel

yang tidak memenuhi kriteria inklusi/tidak layak diteliti menjadi sampel

(Nursalam, 2008: 92). Dalam penelitian ini yang termasuk kriteria

eksklusi, adalah:

1) Lansia yang mengalami gangguan masalah pada mata seperti

katarak, atau tuna netra

2) Lansia yang peka terhadap cahaya karena alasan pengobatan.

3) Lansia yang mengalami penurunan kesadaran.

3. Teknik sampling

Sampling adalah suatu proses dalam menyeleksi porsi dari populasi untuk dapat

mewakili populasi. Teknik sampling merupakan cara – cara yang ditempuh dalam

Page 18: pengaruh morning bright light therapy terhadap pola tidur lansia

pengambilan sampel, agar memperoleh sampel yang benar – benar sesuai dengan

keseluruhan subjek penelitian (Nursalam, 2008: 93).

Penelitian ini menggunakan non probability sampling, tepatnya purposive

sampling. Purposive sampling disebut juga judgement sampling adalah suatu

teknik penetapan sampel dengan cara memilih sampel diantara populasi sesuai

dengan yang dikehendaki peneliti (tujuan/masalah dalam penelitian), sehingga

sampel tersebut dapat mewakili karakteristik populasi yang telah dikenal

sebelumnya (Nursalam, 2008; 94).

E. Jenis Dan Cara Pengumpulan Data

1. Jenis Data yang Dikumpulkan

Data yang dikumpulkan adalah data primer dan data sekunder. Data primer yaitu

data hasil penilaian kualitas tidur dengan menggunakan The SMH (St. Mary’s

Hospital) Sleep questionnaire pada lansia yang mengalami gangguan tidur di

Panti Sosial Trena Werdha Jara Mara Pati Singaraja. Sedangkan data sekunder

diperoleh dari hasil studi pendahuluan yang telah dilakukan dengan cara observasi

dan wawancara dengan petugas yang ada di Panti Sosial Tresna Werdha Jara

Mara Pati Singaraja.

2. Cara Pengumpulan Data

Metode pengumpulan data yang dilakukan dalam penelitian ini meliputi kegiatan

observasi dan wawancara terstruktur. Observasi merupakan alat ukur dengan cara

memberikan observasi secara langsung kepada responden yang dilakukan peneliti

untuk mencari perubahan atau hal – hal yang akan diteliti. Wawancara terstruktur

Page 19: pengaruh morning bright light therapy terhadap pola tidur lansia

merupakan pengumpulan data dengan Tanya jawab langsung kepada responden

dengan menggunakan daftar pertanyaan yang telah disiapkan sebelumnya

(Sugiyono, 2010). Dalam wawancara peneliti menggunakan instrument berupa

daftar pertanyaan (kuesioner).

Adapun tahap – tahap yang dilakukan dalam pengumpulan data yaitu:

1. Mengajukan surat ijin penelitian ke Badan Kesbang Pol dan Linmas pemerintah

Provinsi Bali.

2. Setelah mendapatkan ijin di provinsi, surat tembusan diajukan ke Badan kesbang

Pol dan Linmas Singaraja.

3. Setelah diberikan surat ijin dari kesbang Singaraja, surat diserahkan ke Panti

Sosial Tresna Werdha Jara Mara Pati Singaraja.

4. Setelah mendapatkan ijin dari pihak panti untuk melakukan penelitian, kemudian

dilakukan pengumpulan data sekunder yaitu dari wawancara dengan pihak panti

dan dokumentasi kesehatan lansia yang tinggal di panti. Kemudian setelah data

sekunder didapatkan, mencari data primer dengan memberikan kuesioner kepada

lansia tentang pola tidur.

5. Lansia yang menjadi responden diberikan penjelasan tentang kegiatan yang akan

dilakukan, serta menandatangani informed concent (persetujuan) sebagai subjek

penelitian.

6. Lansia yang menjadi responden akan diberikan penjelasan mengenai prosedur

tindakan morning bright light therapy. Pasien akan dijelaskan tentang diary

waktu tidur, waktu bangun dan kegiatan yang harus dilakukan saat bangun tidur.

Prosedur akan dijelaskan sampai lansia mengerti, dan paham tentang terapi yang

Page 20: pengaruh morning bright light therapy terhadap pola tidur lansia

akan diberikan. Setelah itu, lansia akan di terapi selama 3 minggu, dibangunkan

lebih cepat 30 menit setiap harinya hingga mencapai jam pagi yang peneliti

inginkan yakni pukul 06.30 WITA.

7. Pengukuran dan observasi pola tidur pre-test dilakukan sebelum diberikan

morning bright light therapy dan post test dilakukan setelah pada hari ke dua

puluh dua (22) dan hari ke empat puluh empat (44) setelah selama 21 hari

mendapat paparan morning bright light therapy. Responden wajib mengikuti

penelitian minimal 90% dari seluruh hari yang telah ditentukan.

8. Data yang telah terkumpul kemudian ditabulasi ke dalam matriks pengumpulan

data yang telah dibuat sebelumnya oleh peneliti dan kemudian dilakukan analisis

data.

Dalam penelitian ini peneliti dibantu oleh 2 peneliti pendamping, dimana

sebelumnya dilakukan pelatihan dan penyamaan persepsi antara peneliti dan peneliti

pendamping.

3. Instrument Pengumpul Data

Instrument yang dipakai pada penelitian ini adalah dengan menggunakan

kuesioner yang telah dirancang dan dimodifikasi dengan mengutip beberapa

pertanyaan dari kuesioner The SMH (St. Mary’s Hospital Sleep questionnaire )

yang sesuai dengan tinjauan teori gangguan tidur dan terdapat pada sumber

(potter & perry, 2009). Kuesioner yang digunakanpada penelitian ini dibuat

terstruktur sehingga memungkinkan responden dapat menjawab semua

pertanyaan yang diajukan mengenai pola tidur yang ditanyakan sebelum

dilakukan morning bright light therapy.

Page 21: pengaruh morning bright light therapy terhadap pola tidur lansia

Adapun kuesioner ini terdiri dari delapan pertanyaan dengan kriteria jawaban

pada masing – masing pertanyaan adalah 0,1, dan 2. Skor 0 = tidak pernah, skor 1

= satu sampai tiga kali seminggu, dan skor 2 = lebih dari tiga kali dalam

seminggu.

Kuesioner ini telah dilakukan pengujian validitas dan reliabilitas yang dilakukan

setelah pengusulan proposal ini disetujui. Pengujian validitas dan reliabilitas

dilakukan untuk mendapatkan instrument penelitian valid dan reliable. Instrument

yang valid artinya, instrument tersebut dapat digunakan untuk mengukur apa yang

seharusnya diukur, sedangkan reliable berarti instrument tersebut bila digunakan

beberapa kali mengukur objek yang sama akan menghasilkan data yang sama.

Dengan menggunakan instrument yang valid dan reliable dalam mengumpulkan

data, maka diharapkan hasil penelitian akan menjadi valid dan reliable (sugiyono,

2011).

F. Pengolahan Dan Analisa Data

1. Teknik Pengolahan Data

Pengolahan data merupakan salah satu upaya untuk memprediksi data dan

menyiapkan data sedemikian rupa agar dapat dianalisis lebih lanjut dan

mendapatkan data siap untuk disajikan. Menurut Setiadi (2007), langkah –

langkah pengolahan data yaitu:

a. Editing

Sebelum data diolah lebih lanjut, sangat perlu dilakukan pemeriksaan

(editing) data untuk menghindari kekeliruan atau kesalahan data. Langkah

Page 22: pengaruh morning bright light therapy terhadap pola tidur lansia

– langkah yang dilakukan dalam editing adalah memeriksa kembali

matriks pengumpul data yang telah terkumpul mengenai identitas pasien.

Apabila ada data yang belum lengkap, diperbaiki, diperjelas, dan bila

ditemukan kejanggalan dari data yang diperoleh, maka segera

dikembalikan kepada responden dan bila memungkinkan responden

dimintai keterangan saat itu juga.

b. Coding

Coding merupakan proses pengklasifikasian dengan cara memberikan

kode tertentu pada data yang terkumpul, untuk memudahkan proses

pengolahan data. Data dari penelitian ini menggunakan data nominal dan

interval. Data karakteristik responden, dilakukan pengkodingan pada data

usia dan jenis kelamin. Coding usia dibagi menjadi tiga, yaitu 1 =60-74,

2= 75-90, dan 3= di atas 90 tahun. Coding untuk jenis kelamin, yaitu 1=

laki – laki, dan 2 = perempuan.

c. Processing/entry

Pada langkah ini, data dipindahkan ke computer untuk dianalisis dan

diolah menggunakan program pengolahan data.

d. Cleaning

Page 23: pengaruh morning bright light therapy terhadap pola tidur lansia

Data yang telah di entry dicocokkan dan diperiksa kembali dengan data

yang diperoleh dalam matriks pengumpulan data. Kkemudian data yang

diperoleh disajikan dalam bentuk table atau diagram.

2. Teknik Analisis Data

a. Deskriptif data

Data yang diperoleh adalah: (a) pola tidur lansia saat pre test (b) pola tidur

saat post test. Data – data digambarkan dengan statistic deskriptif, yaitu

ggabungan tendensi sentral dan distribusi frekuensi.

Tendensi sentral meliputi mean, median, modus. Mean merupakan nilai

rata – rata dari kelompok data. Rata – rata diperoleh dengan cara membagi

jumlah nilai (Σx) dibagi dengan jumlah individu (n) yang di dalamnya

memuat frekuensi, presentase, proporsi, rasio, dan frekuensi kumulatif dari

masing – masing karakteristik variable. Median merupakan nilai tengah

dari sekelompok data yang telah disusun secara urut. Modus adalah nilai

yang paling sering muncul (frekuensi terbesar dari seperangkat data).

Untuk mendeskripsikan skor kualitas tidur lansia, dibuat tiga kategori,

yaitu kualitas tidur baik; kualitas tidur sedang; dan kualitas tidur buruk.

Kategorisasi ini ditentukan setelah kuesioner dinyatakan valid dan

reliable. Pembagian kategori dibuat hanya untuk menggambarkan kualitas

tidur lansia.

b. Analisa data

Page 24: pengaruh morning bright light therapy terhadap pola tidur lansia

Data yang telah terkumpul diolah dengan menggunakan program

computer. Oleh karena data yang diperoleh berskala interval, maka

sebelum dilakukan uji analisis dilakukan uji prasyarat. Uji prasyarat

analisis yang digunakan adalah uji normalitas data dengan bantuan

program computer SPSS 16.0 for windows yang mengunakan rumus

saphiro wilk karena jumlah sampel kurang dari 50.

Adapun data yang dianalisis, meliputi;

1) Analisis beda antara pola tidur pre test dengan pola tidur post test.

Setelah dilakukan uji normalitas, apabila hasil yang diperoleh

berdistribusi normal, maka uji analisis yang digunakan adalah uji

beda statistic parametric, yaitu uji t dua sampel berpasangan

(dependent sample t-test), namun apabila data tidak berdistribusi

normal, maka uji yang digunakan adalah wilcoxon test, dengan

tingkat kepercayaan 95% (α ≤ 0,05).

Page 25: pengaruh morning bright light therapy terhadap pola tidur lansia

DAFTAR PUSTAKA

http://www.datastatistik-indonesia.com/portal/index.php?

option=com_tabel&kat=1&idtabel=111&Itemid=165&task=menu 6 september 2013

wahyuningsih, merry. 2011. Ini dia 5 provinsi dengan jumlah lansia paling banyak.

http://hot.detik.com/read/2011/12/06/170435/1784303/763/ini-dia-5-provinsi-dengan-

jumlah-lansia-paling-banyak?hd771104bcj

http://www.bps.go.id/menutab.php?kat=1&tabel=1&id_subyek=12 6 september 2013

hamid, almisar. 2007. PENDUDUK LANJUT USIA DI INDONESIA DAN MASALAH KESEJAHTERAANNYA.

http://www.kemsos.go.id//modules.php?name=News&file=article&sid=522

Diansari, Putu Ita Purwanti.2012. pengaruh terapi warna hijau terhadap kualitas tidur pada lansia

di panti sisoal tresna werdha wana seraya denpasar. Skripsi tidak dipublikasikan.

Denpasar: Program Studi ilmu Keperawatan Fakultas Kedokteran Universitas Udayana.

Damayanti, Ni Putu emy.2011. pengaruh terapi musik relaksasi terhadap kualitas tidur pada

lansia dip anti sisoal tresna werdha Jara Mara pati Singaraja tahun 2011. Skripsi tidak

dipublikasikan. Denpasar: Program Studi ilmu Keperawatan Fakultas Kedokteran

Universitas Udayana.

Darmojo, R.B. 2009. Buku ajar geriatric (Ilmu Kesehatan Usia lanjut). Edisi ketiga, Jakarta;

FKUI.

Sugiyono, 2010. Metode penelitian pendidikan. Bandung; Alfabeta.

Page 26: pengaruh morning bright light therapy terhadap pola tidur lansia

Susanto, abdi.2013. jumlah lansia Indonesia lima besar terbanyak di dunia.

http://health.liputan6.com/read/541940/jumlah-lansia-indonesia-lima-besar-terbanyak-di-

dunia

Nugroho. 2008. Keperawatn gerontik dan geriatric. Jakarta: penerbit buku kedokteran EGC.

Page 27: pengaruh morning bright light therapy terhadap pola tidur lansia

LAMPIRAN

Page 28: pengaruh morning bright light therapy terhadap pola tidur lansia

Lampiran

KUESIONER PENELITIAN

SKOR KUALITAS TIDUR PADA LANSIA

No responden Tanggal :

Petunjuk pengisian :

1. Isilah identitas pribadi pada lembar kuesioner tersebut

2. Pilihlah jawaban yang anda rasa paling sesuai dengan keadaan diri anda pada

lembar jawaban yang tersedia.

3. Berilah tanda check list (√) pada kolom yang tersedia, dengan indicator:

0 : jika anda tidak pernah sekalipun mengalami permasalahan tersebut.

1 : jika dalam seiminggu anda mengalami permasalahan tersebut sebanyak

1 – 3 kali.

2 : jika anda setiap hari atau lebih dari 3 kali mengalami permasalahan

tersebut.

4. Kami menghargai kejujuran, keterbukaan anda dan saya ucapkan terimakasih atas

kerjasamanya.

Page 29: pengaruh morning bright light therapy terhadap pola tidur lansia

A. Identitas responden

Inisial : Alamat asal :

Umur : Riwayat pekerjaan :

Jenis kelamin :

B. Wawancara kualitas tidur

No Pertanyaan 0 1 2

1 Apakah anda sering terbangun pada malam hari?

2 Apakah anda susah untuk memulai tidur atau sukar untuk tidur

kembali setelah anda terbangun pada malam hari?

3 Apakah anda terbangun lebih dini (di bawah jam 5 pagi)?

4 Apakah anda merasa mengantuk setelah bangun di pagi hari?

5 Apakah anda merasa letih setelah bangun tidur?

6 Apakah anda merasa pusing setelah bangun tidur?

7 Apakah badan anda terasa pegal – pegal setelah bangun tidur?

8 Apakah anda sering merasa mengantuk pada siang hari?