pengaruh karakteristik dan gaya hidup kelompok …

110
PENGARUH KARAKTERISTIK DAN GAYA HIDUP KELOMPOK DEWASA MADYA TERHADAP KEJADIAN HIPERTENSI DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS MATITI KABUPATEN HUMBANG HASUNDUTAN TESIS Oleh JANNER P. SIMAMORA 097032163/IKM PROGRAM STUDI S2 ILMU KESEHATAN MASYARAKAT FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN 2012 Universitas Sumatera Utara

Upload: others

Post on 15-Oct-2021

5 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: PENGARUH KARAKTERISTIK DAN GAYA HIDUP KELOMPOK …

PENGARUH KARAKTERISTIK DAN GAYA HIDUP KELOMPOK DEWASA MADYA TERHADAP KEJADIAN HIPERTENSI

DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS MATITI KABUPATEN HUMBANG HASUNDUTAN

TESIS

Oleh

JANNER P. SIMAMORA 097032163/IKM

PROGRAM STUDI S2 ILMU KESEHATAN MASYARAKAT FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN

2012

Universitas Sumatera Utara

Page 2: PENGARUH KARAKTERISTIK DAN GAYA HIDUP KELOMPOK …

PENGARUH KARAKTERISTIK DAN GAYA HIDUP KELOMPOK DEWASA MADYA TERHADAP KEJADIAN HIPERTENSI

DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS MATITI KABUPATEN HUMBANG HASUNDUTAN

TESIS

Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat

untuk Memperoleh Gelar Magister Kesehatan (M.Kes) dalam Program Studi S2 Ilmu Kesehatan Masyarakat

Minat Studi Administrasi Kesehatan Komunitas/Epidemiologi pada Fakultas Kesehatan Masyarakat

Universitas Sumatera Utara

Oleh

JANNER P. SIMAMORA 097032163/IKM

PROGRAM STUDI S2 ILMU KESEHATAN MASYARAKAT FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN

2012

Universitas Sumatera Utara

Page 3: PENGARUH KARAKTERISTIK DAN GAYA HIDUP KELOMPOK …

Judul Tesis : PENGARUH KARAKTERISTIK DAN GAYA HIDUP KELOMPOK DEWASA MADYA TERHADAP KEJADIAN HIPERTENSI DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS MATITI KABUPATEN HUMBANG HASUNDUTAN

Nama Mahasiswa : Janner P. Simamora Nomor Induk Mahasiswa : 097032163 Program Studi : S2 Ilmu Kesehatan Masyarakat Minat Studi : Administrasi Kesehatan Komunitas/Epidemiologi

Menyetujui Komisi Pembimbing

(Prof. dr. Sori Muda Sarumpaet, M.P.H) ( Ketua Anggota

Dra. Syarifah, M.S)

Dekan

(Dr. Drs. Surya Utama, M.S

)

Tanggal Lulus : 31 Agustus 2012

Universitas Sumatera Utara

Page 4: PENGARUH KARAKTERISTIK DAN GAYA HIDUP KELOMPOK …

Telah diuji Pada Tanggal : 31 Agustus 2012

PANITIA PENGUJI TESIS

Ketua : Prof. dr. Sorimuda Sarumpaet, M.P.H Anggota : Dra. Syarifah, M.S : drh. Rasmaliah, M.Kes : drh. Hiswani, M.Kes

Universitas Sumatera Utara

Page 5: PENGARUH KARAKTERISTIK DAN GAYA HIDUP KELOMPOK …

PERNYATAAN

PENGARUH KARAKTERISTIK DAN GAYA HIDUP KELOMPOK DEWASA MADYA TERHADAP KEJADIAN HIPERTENSI

DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS MATITI KABUPATEN HUMBANG HASUNDUTAN

TESIS

Dengan ini saya menyatakan bahwa dalam tesis ini tidak terdapat karya yang pernah diajukan untuk memperoleh gelar kesarjanaan di suatu perguruan tinggi, dan sepanjang pengetahuan saya juga tidak terdapat karya atau pendapat yang pernah ditulis atau diterbitkan oleh orang lain, kecuali yang secara tertulis diacu dalam naskah ini dan disebutkan dalam daftar pustaka.

Medan, Oktober 2012

JANNER P. SIMAMORA 097032163

Universitas Sumatera Utara

Page 6: PENGARUH KARAKTERISTIK DAN GAYA HIDUP KELOMPOK …

ABSTRAK

Hipertensi di wilayah kerja Puskesmas Matiti Kabupaten Humbang Hasundutan merupakan penyakit tidak menular terbanyak dan salah satu kelompok penderitanya adalah dewasa madya. Jumlah prevalensi hipertensi sebanyak 2631 dan prevalensi pada kelompok dewasa madya sebanyak 36%. Ini terkait dengan karakteristik (pendidikan dan pekerjaan) dan gaya hidup (pola makan, kebiasaan istirahat, aktifitas fisik, dan riwayat merokok) kelompok dewasa madya. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis pengaruh pendidikan, pekerjaan, aktifitas fisik, pola makan, istirahat dan riwayat merokok kelompok dewasa madya terhadap kejadian hipertensi di wilayah kerja Puskesmas Matiti Kabupaten Humbang Hasundutan. Jenis penelitian ini adalah survei yang bersifat analitik dengan pendekatan matched case control. Populasi dalam penelitian ini adalah semua golongan umur kelompok dewasa madya berjumlah 2856 orang. Sampelnya adalah 131 kasus dan 131 kontrol, diambil dengan teknik cluster sampling dan pemilihan anggota sampel secara convinience sampling dan dianalisis dengan regresi logistic ganda pada α = 5%. Hasil penelitian secara statistik menunjukkan pekerjaan (p value 0,001 dengan OR 5,549), pola makan (p value 0,000 dengan OR 5,699), istirahat (p value 0,026 dengan OR 1,932) dan riwayat merokok (p value 0,000 dengan OR 4,923) berpengaruh terhadap kejadian hipertensi sedangkan pendidikan dan aktifitas fisik tidak berpengaruh terhadap kejadian hipertensi di wilayah kerja Puskesmas Matiti Kabupaten Humbang Hasundutan. Disarankan bagi petugas yang ada di wilayah kerja Puskesmas Matiti agar dapat meningkatkan pengetahuan masyarakat melalui penyuluhan tentang hipertensi dengan pendekatan personal dan memberikan pelayanan kepada masyarakat yang menderita hipertensi, bagi masyarakat terkhusus kelompok dewasa madya diharapkan mencegah faktor resiko dengan memperbaiki pola makan untuk mencegah kejadian hipertensi dan pada laki-laki agar dapat mengurangi kebiasaan-kebiasaan yang dapat meningkatkan kejadian hipertensi seperti kebiasaan merokok, kebiasaan istirahat kurang serta kurang berolah raga.

Kata Kunci : Karakteristik, Gaya Hidup, Hipertensi

Universitas Sumatera Utara

Page 7: PENGARUH KARAKTERISTIK DAN GAYA HIDUP KELOMPOK …

ABSTRACT

Hypertension in the working area of the District Health Center Matiti Humbang Hasundutan disease is not contagious and one of the most sufferers are middle adulthood. Total prevalence of hypertension, and the prevalence in 2631 as a group of middle adulthood as much as 36%. This is related to the characteristics (education and occupation) and lifestyle (diet, rest habits, physical activity, and smoking history) middle adult groups.

This study aimed to analyze the influence of education, occupation, physical activity, diet, rest and smoking history middle adult groups on the prevalence of hypertension in the working area of the District Health Center Matiti Humbang Hasundutan. This research is an analytic survey with matched case-control approach. The population in this study were all middle class adult age group numbered 2856 people. The samples were 131 cases and 131 controls, taken with cluster sampling techniques and sample a selection of the sampling convinience and analyzed by multiple logistic regression at α = 5%.

The results showed statistically job (p value 0.001 with OR 5.549), diet (p value 0.000 with OR 5.699), rest (p value 0.026 with OR 1.932) and a history of smoking (p value 0.000 with OR 4.923) effect on the prevalence of hypertension while education and physical activity had no effect on the prevalence of hypertension in the working area of the District Health Center Matiti Humbang Hasundutan.

Suggested for officers working in the area of health center Matiti to increase knowledge about hypertension community through counseling and personal approach to providing services to people who suffer from hypertension, for the people especially my middle adult groups are expected to prevent the risk factors by improving the diet to prevent the prevalence of hypertension and in men in order to reduce habits that can increase the incidence of hypertension such as smoking, lack of resting habits and lack of exercise

Keywords: Characteristics, Lifestyle, Hypertension

Universitas Sumatera Utara

Page 8: PENGARUH KARAKTERISTIK DAN GAYA HIDUP KELOMPOK …

KATA PENGANTAR

Penulis panjatkan puji dan syukur yang tiada henti dan tak terhingga kepada

Tuhan Yang Maha Esa atas berkat dan rahmat serta pertolongan-Nya sehingga

penulis dapat menyelesaikan penelitian ini dengan judul “Pengaruh Karakteristik

dan Gaya Hidup Kelompok Dewasa Madya terhadap Kejadian Hipertensi di

Wilayah Kerja Puskesmas Matiti Kabupaten Humbanga Hasundutan.

Penyusunan tesis ini merupakan salah satu syarat untuk memperoleh gelar

Magister Kesehatan (M.Kes) pada Program Studi S2 Ilmu Kesehatan Masyarakat

Jurusan Administrasi Kesehatan Komunitas/Epidemiologi Fakultas Kesehatan

Masyarakat Universitas Sumatera Utara. Proses penulisan tesis dapat terwujud berkat

dukungan, bimbingan, arahan dan bantuan baik moral maupun material dari banyak

pihak. Untuk itu izinkan penulis mengucapkan terima kasih yang tak terhingga

kepada :

1. Prof. Dr. dr. Syahril Pasaribu, DTM&H, M.Sc (CTM), Sp.A(K), sebagai Rektor

Universitas Sumatera Utara

2. Dr. Drs. Surya Utama, M.S, Dekan Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas

Sumatera Utara

3. Prof. Dr. Dra. Ida Yustina, M.Si selaku Ketua Program Studi S2 Ilmu Kesehatan

Masyarakat, Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara

Universitas Sumatera Utara

Page 9: PENGARUH KARAKTERISTIK DAN GAYA HIDUP KELOMPOK …

4. Dr. Ir. Evawany Aritonang, M. Si selaku Sekretaris Program Studi S2 Ilmu

Kesehatan Masyarakat, Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera

Utara.

5. Prof. dr. Sorimuda Sarumpaet, M.P.H sebagai ketua komisi pembimbing yang

dengan penuh perhatian dan kesabaran membimbing, mengarahkan dan

meluangkan waktu untuk membimbing penulis mulai dari proposal hingga

penulisan tesis selesai.

6. Dra. Syarifah, M.S selaku anggota komisi pembimbing yang dengan penuh

perhatian dan kesabaran membimbing, mengarahkan dan meluangkan waktu

untuk membimbing penulis mulai dari proposal hingga penulisan tesis selesai.

7. drh. Rasmaliah, M.Kes dan drh. Hiswani, M.Kes sebagai komisi penguji atau

pembanding yang telah banyak memberikan arahan dan masukan demi

kesempurnaan penulisan tesis ini.

8. Kepala Puskesmas Matiti Kecamatan Doloksanggul Kabupaten Humbang

Hasundutan dan jajarannya yang telah berkenan memberikan kesempatan kepada

penulis untuk memberikan izin sampai selesai penelitian ini.

9. Dosen dan staf di lingkungan Program Studi S2 Ilmu Kesehatan Masyarakat

Minat Studi Administrasi Kesehatan Komunitas/Epidemiologi, Fakultas

Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara.

Universitas Sumatera Utara

Page 10: PENGARUH KARAKTERISTIK DAN GAYA HIDUP KELOMPOK …

10. Rasa hormat kepada orang tua dan abang saya yang penuh pengertian, kesabaran,

pengorbanan dan do’a dan selalu memotivasi dan memberikan dukungan agar

bisa menyelesaikan pendidikan ini.

11. Teristimewa buat istri tercinta yang penuh pengertian, kesabaran, pengorbanan

dan do’a serta cinta yang dalam setia menunggu, memotivasi dan memberikan

dukungan moril agar bisa menyelesaikan pendidikan ini.

12. Rekan-rekan mahasiswa S2 Ilmu Kesehatan Masyarakat Minat Studi

Administrasi Kesehatan Komunitas/Epidemiologi tahun 2009 yang telah

memberikan semangat dalam menyelesaikan pendidikan di Program Magister

IKM FKM-USU.

Penulis menyadari atas segala keterbatasan, untuk itu saran dan kritik yang

membangun sangat penulis harapkan demi kesempurnaan tesis ini dengan harapan,

semoga tesis ini bermanfaat bagi pengambil kebijakan di bidang kesehatan dan

pengembangan ilmu pengetahuan bagi penelitian selanjutnya.

Medan, Oktober 2012 Penulis

Janner P. Simamora 097032163/IKM

Universitas Sumatera Utara

Page 11: PENGARUH KARAKTERISTIK DAN GAYA HIDUP KELOMPOK …

RIWAYAT HIDUP

Janner P. Simamora, lahir pada tanggal 08 Januari 1986 di Doloksanggul anak

paling bungsu dari empat belas bersaudara dari pasangan ayahanda (alm) D.

Simamora dan ibunda L. br. Simanullang.

Pendidikan formal penulis dimulai dari sekolah dasar di sekolah Dasar Negeri

4 Doloksanggul, selesai Tahun 1998, Sekolah Menengah Pertama di SMP N 1

Doloksanggul, selesai tahun 2001, Sekolah Menengah Atas di SMA Negeri 1

Doloksanggul, selesai Tahun 2004, Akademi Keperawatan Teladan Bahagia Medan,

selesai Tahun 2007, Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Prima Indonesia,

selesai Tahun 2009.

Penulis mulai bekerja sebagai staf pengajar di Akademi Kebidanan dan

Keperawatan Kesehatan Baru Doloksanggul tahun 2009 sampai sekarang.

Penulis mengikuti pendidikan lanjutan di Program Studi S2 Ilmu Kesehatan

Masyarakat Minat studi Administrasi Kesehatan Komunitas/Epidemiologi, Fakultas

Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara sejak tahun 2009 dan

menyelesaikan studi tahun 2012.

Universitas Sumatera Utara

Page 12: PENGARUH KARAKTERISTIK DAN GAYA HIDUP KELOMPOK …

DAFTAR ISI

Halaman

ABASTRAK ........................................................................................... i ABSTRACT ........................................................................................... ii KATA PENGANTAR ............................................................................. iii RIWAYAT HIDUP ................................................................................. vi DAFTAR ISI .......................................................................................... vii DAFTAR TABEL .................................................................................. x DAFTAR GAMBAR .............................................................................. xi DAFTAR LAMPIRAN .......................................................................... xii BAB 1. PENDAHULUAN .................................................................. 1

1.1. Latar Belakang................................................................... 1 1.2. Permasalahan ..................................................................... 9 1.3. Tujuan Penelitian .............................................................. 9 1.4. Hipotesis ............................................................................ 9 1.5. Manfaat Penelitian ........................................................... 10

BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA .......................................................... 11

2.1. Hipertensi ......................................................................... 11 2.1.1. Definisi Hipertensi .................................................. 10

2.1.2. Patofisiologi ............................................................ 15 2.1.3. Manifestasi Klinis ................................................... 16 2.1.4. Komplikasi .............................................................. 17 2.1.5. Penatalaksanaan ...................................................... 19 2.1.6. Epidemiologi Hipertensi ........................................ 21

2.1.7. Faktor Resiko Hipertensi ........................................ 22 2.1.8. Pencegahan Hipertensi ............................................ 29

2.2. Gaya Hidup ........................................................................ 30 2.2.1. Pengertian Gaya Hidup ........................................... 30 2.2.2. Pola Makan ............................................................ 31 2.2.3. Aktifitas Fisik ......................................................... 35 2.2.4. Kebiasaan Istirahat ................................................. 38 2.2.5. Kebiasaan Merokok ............................................... 39 2.3. Masa Dewasa Madya ........................................................ 43 2.3.1. Pengertian Masa Dewasa Madya ........................... 43 2.3.2. Tahap-tahap Perkembangan Dewasa Madya ......... 46 2.4. Landasan Teori ................................................................. 47 2.5. Kerangka Konsep ............................................................. 50

Universitas Sumatera Utara

Page 13: PENGARUH KARAKTERISTIK DAN GAYA HIDUP KELOMPOK …

BAB 3. METODE PENELITIAN ...................................................... 51 3.1. Jenis Penelitian ................................................................ 51 3.2. Lokasi dan Waktu Penelitian ........................................... 52 3.2.1. Lokasi Penelitian .................................................. 52 3.2.2. Waktu Penelitian .................................................. 52 3.3. Populasi dan Sampel ........................................................ 52 3.3.1. Populasi .................................................................. 52 3.3.2. Sampel .................................................................... 53 3.3.3. Tekhnik Pengambilan Sampel ................................ 54 3.3.4. Kriteria Sampel ....................................................... 56 3.4. Metode Pengumpulan Data .............................................. 56 3.4.1. Jenis Data ................................................................ 56 3.4.2. Uji Validitas dan Reliabilitas .................................. 57 3.5. Variabel dan Definisi Operasional .................................... 60

3.5.1. Variabel Bebas ....................................................... 60 3.5.2. Variabel Terikat . .................................................... 62 3.6. Metode Pengukuran ......................................................... 63 3.7. Metode Analisis Data ....................................................... 64 3.7.1. Analisis Univariat .................................................. 64 3.7.2. Analisis Bivariat .................................................... 64 3.7.3. Analisis Multivariat .............................................. 65 BAB 4. HASIL PENELITIAN ......................................................... 66 4.1. Gambaran Umum Lokasi Penelitian ................................ ̀ 66 4.2. Analisa Univariat ............................................................. 66 4.2.1. Karakteristik Kelompok Dewasa Madya ............... 66 4.3. Analisa Bivariat ............................................................... 69 4.4. Analisa Multivariat .......................................................... 73 4.5. Population Attribute Risk (PAR) ..................................... 76 BAB 5. PEMBAHASAN .................................................................... 78 5.1. Pengaruh karakteristik Dewasa Madya terhadap Kejadian Hipertensi ......................................................................... 78 5.1.1. Pengaruh Pendidikan terhadap Kejadian Hipertensi di Wilayah Kerja Puskesmas Matiti Kabupaten Humbang Hasundutan ............................................. 78 5.1.2. Pengaruh Pekerjaan terhadap Kejadian Hipertensi di Wilayah Kerja Puskesmas Matiti Kabupaten Humbang Hasundutan ............................................ 80 5.2. Pengaruh Gaya Hidup Dewasa Madya terhadap Kejadian Hipertensi ......................................................................... 81

Universitas Sumatera Utara

Page 14: PENGARUH KARAKTERISTIK DAN GAYA HIDUP KELOMPOK …

5.2.1. Pengaruh Aktifitas Fisik terhadap Kejadian Hipertensi di Wilayah Kerja Puskesmas Matiti Kabupaten Humbang Hasundutan ......................... 81 5.2.2. Pengaruh Pola Makan terhadap Kejadian Hipertensi di Wilayah Kerja Puskesmas Matiti Kabupaten Humbang Hasundutan .......................... 83 5.2.3. Pengaruh Kebiasaan Istirahat terhadap Kejadian Hipertensi di Wilayah Kerja Puskesmas Matiti Kabupaten Humbang Hasundutan .......................... 85 5.2.4. Pengaruh Kebiasaan Merokok terhadap Kejadian Hipertensi di wilayah Kerja Puskesmas Matiti Kabupaten Humbang Hasundutan .......................... 86 BAB 6. KESIMPULAN DAN SARAN ............................................. 89 6.1. Kesimpulan ..................................................................... 89 6.2. Saran ............................................................................... 89 DAFTAR PUSTAKA ............................................................................. 91 LAMPIRAN ........................................................................................... 94

Universitas Sumatera Utara

Page 15: PENGARUH KARAKTERISTIK DAN GAYA HIDUP KELOMPOK …

DAFTAR TABEL

Nomor Judul Halaman

2.1.

3.1.

3.2.

3.3.

3.4.

3.5.

4.1.

4.2.

4.3.

4.4.

Klasifikasi Hipertensi ……..……………………………….. Besar Sampel Berdasarkan Beberapa Variabel dari Penelitian Terdahulu………………………………………... Pembagian Sampel Berdasarkan Wilayah Penelitian………. Hasil Uji Validitas Variabel Gaya Hidup (Aktifitas Fisik, Pola Makan, Kebiasaan Istirahat) ………………………….. Hasil Uji Reliabilitas Variabel Gaya Hidup (Aktifitas Fisik, Pola Makan, Kebiasaan Istirahat)…………………………... Variabel, Cara, Alat, Skala dan Hasil Ukur………………. Kelompok Matching dalam Penelitian……………………. Distribusi Karakteristik (Pendidikan, Pekerjaan) dan Gaya Hidup Kelompok Dewasa Madya (Aktifitas Fisik, Pola Makan, Kebiasaan Istirahat, Kebiasaan Merokok) di Wilayah Kerja Puskesmas Matiti Kabupaten Humbang Hasundutan ………………………………………………...

Hubungan Karakteristik dan Gaya Hidup Kelompok Dewasa Madya dengan Kejadian Hipertensi di Wilayah Kerja Puskesmas Matiti Kabupaten Humbang Hasundutan…………………………………………………

Pengaruh Karakteristik (Pekerjaan) dan Gaya Hidup (Pola Makan, Istirahat dan Kebiasaan Merokok) terhadap Kejadian Hipertensi di Wilayah Kerja Puskesmas Matiti Kabupaten Humbang Hasundutan………………………..

11

54

55

58

59

63

67

68

72

75

Universitas Sumatera Utara

Page 16: PENGARUH KARAKTERISTIK DAN GAYA HIDUP KELOMPOK …

DAFTAR GAMBAR

Nomor Judul Halaman

2.1. Faktor-Faktor yang Memengaruhi Kesehatan Manusia …… 49

2.2. Kerangka Konsep Penelitian ……..………………………… 50

3.1. Desain Case Control………………………………………... 51

Universitas Sumatera Utara

Page 17: PENGARUH KARAKTERISTIK DAN GAYA HIDUP KELOMPOK …

DAFTAR LAMPIRAN

Nomor Judul Halaman

1 Kuesioner Penelitian………………………………... 94

1 Master Data Penelitian ……………………………...

97

2 Hasil Uji Statistik ………………………………….

103

3. Master Validitas dan Reliabilitas Data…………….

117

4

Hasil Uji Validitas dan Reliabilitas Data………….. 118

5 Distribusi Frekwensi Berdasarkan Kuesioner……...

121

6 Master Data Kuesioner, Pola Makan, Istirahat, Aktifitas Fisik………………………………………

127

7 Surat Izin Penelitian dari FKM USU ……………...

134

Universitas Sumatera Utara

Page 18: PENGARUH KARAKTERISTIK DAN GAYA HIDUP KELOMPOK …

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Pembangunan kesehatan Indonesia diarahkan guna mencapai pemecahan

masalah kesehatan untuk sehat bagi penduduk agar dapat mewujudkan derajat

kesehatan yang optimal, dari data yang disimpulkan bahwa masalah kesehatan akan

dipengaruhi pola hidup, pola makan, faktor lingkungan kerja, olahraga dan stress.

Perubahan gaya hidup terutama di kota-kota besar menyebabkan meningkatnya

prevalensi penyakit degeneratif, salah satunya hipertensi (Gunawan, 2005).

Seiring berubahnya gaya hidup diperkotaan mengikuti era globalisasi, kasus

hipertensi terus meningkat, gaya hidup yang gemar makan makanan fast food yang

kaya lemak, malas berolahraga, stress, alkohol atau garam yang lebih dalam makanan

bisa memicu terjadinya hipertensi. Stress cenderung menyebabkan kenaikan tekanan

darah untuk sementara waktu, jika stress telah berlalu, maka tekanan darah biasanya

akan kembali normal (M. Shadine, 2010).

Hipertensi dikenal sebagai silent killer, terbukti sering muncul tanpa gejala,

berarti gejala bukan merupakan tanda untuk diagnostik dini. Hipertensi ringan justru

sebagian besar jumlahnya dibandingkan stadium berat, dan harus diwaspadai karena

ternyata sebagian besar menyebabkan kematian dibandingkan kanker. Meski terapi

ringan akan banyak mengurangi risiko komplikasi kardiovaskuler, termasuk kematian

dini (Armilawaty, 2007).

Universitas Sumatera Utara

Page 19: PENGARUH KARAKTERISTIK DAN GAYA HIDUP KELOMPOK …

Hipertensi dapat diklasifikasikan menjadi 2 jenis yaitu hipertensi primer atau

esensial (90% kasus hipertensi) yang penyebabnya tidak diketahui dan hipertensi

sekunder (10%) yang disebabkan oleh penyakit ginjal, penyakit endokrin, penyakit

jantung, gangguan ginjal. Menurut JNC VII Report 2003, diagnosis hipertensi

ditegakkan apabila didapatkan tekanan darah sistolik (TDS) ≥140 mmHg dan atau

tekanan darah diastolik (TDD) ≥ 90 mmHg pada dua kali pengukuran dalam waktu

yang berbeda (Indrayani, 2009).

Menurut data WHO (2000), hipertensi merupakan salah satu penyebab utama

kematian. Proporsi kematian akibat penyakit tidak menular meningkat dari 25,41%

(tahun 1980) menjadi 48,53% (tahun 2001). Hipertensi sebagai salah satu pencetus

terjadinya penyakit jantung dan stroke, ikut andil dalam peningkatan proporsi

kematian penyakit tidak menular tertentu seperti proporsi kematian karena penyakit

kardiovaskular meningkat dari 9,1% (tahun 1986) menjadi 26,3% (tahun 2001),

jantung iskemik dari 2,5% (tahun 1980) menjadi 14,9% (tahun 2001), dan stroke dari

5,5% (tahun 1986) menjadi 11,5% (tahun 2001).

Hipertensi merupakan masalah yang sering ditemukan dan termasuk masalah

kesehatan masyarakat yang perlu segera ditangani sebelum komplikasi dan akibat

buruk lainnya. Di negara berkembang, sekitar 80% penduduk mengidap hipertensi.

Hipertensi dapat terjadi oleh karena beberapa faktor risiko, faktor risiko tersebut

dapat dikelompokkan menjadi 3 kelompok yaitu faktor keturunan, ciri perorangan

dan life style (gaya hidup). Faktor keturunan di dapat dari keturunan orang tuanya

Universitas Sumatera Utara

Page 20: PENGARUH KARAKTERISTIK DAN GAYA HIDUP KELOMPOK …

yang mempunyai riwayat penyakit hipertensi atau dengan kata lain seseorang akan

mengalami kemungkinan lebih besar untuk menderita penyakit hipertensi apabila

orang tuanya penderita hipertensi. Ciri perorangan yang memengaruhi timbulnya

penyakit hipertensi yaitu umur, jenis kelamin, dan ras (Depkes RI, 2003).

Berdasarkan data World Health Organization (WHO) tahun 2000 hipertensi

telah di derita 26,4% populasi dunia dengan perbandingan 26,6% pada pria dan

26,1% pada wanita. Berdasarkan laporan The Thirt National Health and Nutrition

Examination Survey (NHANES) tahun 1999-2000 insidensi hipertensi orang dewasa

mencapai 29-31% atau 58-65 juta orang di Amerika. Sementara menurut WHO

(2006) prevalensi hipertensi di negara berkembang seperti Vietnam (2004) sebesar

43,5%, Singapura (2004) sebesar 24,9% dan prevalensi di Indonesia terbanyak

berkisar antara 6 sampai dengan 15%.

Menurut Suyono (2001), Satu dari 11 orang di dunia mengidap darah tinggi

dan umumnya setengah pasien hipertensi tidak sadar akan kondisi, 20% populasi

dewasa mengalami hipertensi dan lebih dari 90% diantaranya menderita hipertensi

esensial (primer) yang tidak diketahui penyebabnya.

Meski ancamannya menakutkan, masih banyak anggota masyarakat yang

mengabaikan hipertensi. Pengabaian ini dikarenakan sifat dari hipertensi itu sendiri.

Ketika belum merusak organ tubuh penyakit hipertensi tidak menunjukkan gejala

spesifik. Akibatnya pada tahap ini, orang masih merasa nyaman dengan kondisi

tubuhnya dan tidak merasa perlu untuk memeriksa dirinya. Penanganan menjadi lebih

Universitas Sumatera Utara

Page 21: PENGARUH KARAKTERISTIK DAN GAYA HIDUP KELOMPOK …

sulit dan mahal karena penderita darah tinggi baru mengeluh dan memeriksa dirinya

ketika sudah komplikasi dengan sakit ginjal, jantung, pembuluh darah diotak, buta

dan menyebabkan kematian. Kematian akibat hipertensi paling besar pada usia 50-60

tahun (Bustan, 2007).

Menurut laporan Kemenkes (2010), bahwa hipertensi merupakan penyebab

kematian nomor 3 setelah stroke dan tuberkulosis, dimana proporsi kematiannya

mencapai 6,7% dari populasi kematian pada semua umur di Indonesia.

Melalui gaya hidup yang tidak baik dapat menimbulkan berbagai penyakit.

Perubahan gaya hidup seperti komsumsi makanan cepat saji, pola makan yang tidak

baik, kebiasaan merokok dan kurangnya aktifitas fisik. Aktifitas fisik yang serba

praktis merupakan salah satu pemicu untuk timbulnya penyakit berbahaya seperti

diabetes mellitus, tekanan darah tinggi (hipertensi), penyakit jantung dan stroke.

Beberapa studi menunjukkan bahwa seseorang yang mempunyai kelebihan berat

badan lebih dari 20% dan hiperkolesterol mempunyai risiko yang lebih besar terkena

hipertensi (Arief, 2007).

Menurut WHO (2010), gaya hidup kurang sehat dapat merupakan 1 dari 10

penyebab kematian dan kecacatan di dunia. Lebih dari dua juta kematian setiap

tahunnya disebabkan oleh kurangnya bergerak atau kurangnya aktifitas fisik, hal ini

karena kalori yang masuk tidak sebanding dengan kalori yang keluar sehingga makin

lama makin banyak kalori yang menumpuk sehingga menjadi beban bagi tubuh dan

tubuh menjadi terganggu yang kemudian menyebabkan kemunduran fisik yang pada

Universitas Sumatera Utara

Page 22: PENGARUH KARAKTERISTIK DAN GAYA HIDUP KELOMPOK …

akhirnya dapat menimbulkan berbagai penyakit, misalnya diabetes mellitus, tekanan

darah tinggi, penyakit jantung dan stroke (Dennysantoso, 2011).

Pengobatan hipertensi ikut berperan dalam kematian ribuan orang lain karena

penyakit komplikasinya yang lebih berbahaya, seperti stroke, serangan jantung, gagal

ginjal terminal. Negara maju seperti Amerika, penderita hipertensi yang diobati

sebanyak 59% dan yang terkontrol sebanyak 34%. Di berbagai negara Eropa,

penderita yang diobati hanya sebesar 27% dan dari jumlah tersebut, 70% tidak

terkontrol (Wikipedia, 2010).

Hasil Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) tahun 2007 oleh Badan Penelitian

dan Pengembangan Kemenkes RI bahkan menunjukkan prevalensi hipertensi

nasional sebesar 31,7%. Dari jumlah itu, 60% penderita hipertensi berakhir pada

stroke, sedangkan sisanya pada jantung, gagal ginjal, dan kebutaan. Prevalensi

hipertensi di Indonesia terbanyak berkisar antara 6 sampai dengan 15% tetapi angka

prevalensi yang rendah terdapat di Ungaran, Jawa Tengah sebesar 1,8% dan Lembah

Baliem Pegunungan Jaya Wijaya, Irian Jaya sebesar 0,6% sedangkan angka

prevalensi tertinggi di Talang Sumatera Barat 17,8% (Riskesdas, 2007). Penyebab

terjadinya hipertensi belum diketahui secara pasti. Faktor predisposisi yang berkaitan

dengan peningkatan tekanan darah adalah merokok, kelebihan berat badan, konsumsi

garam dan lemak, alkohol, tingkat stres, rendahnya aktivitas fisik. Faktor predisposisi

yang sulit terkontrol adalah keturunan, ras, usia, dan jenis kelamin. Predisposisi

genetik, misalnya, kalau kedua orang tua hipertensi, kemungkinan hipertensi terjadi

adalah 45%. Insiden hipertensi meningkat sesuai dengan usia, pria mempunyai

Universitas Sumatera Utara

Page 23: PENGARUH KARAKTERISTIK DAN GAYA HIDUP KELOMPOK …

kemungkinan lebih besar untuk menderita hipertensi dari pada wanita (Armilawaty

dkk, 2007).

Satu dari lima pria berusia antara 35-44 tahun memiliki tekanan darah yang

tinggi. Angka prevalensi tersebut menjadi dua kali lipat pada usia antara 45-54 tahun.

Separuh dari mereka yang berusia 55-64 tahun mengidap penyakit ini. Pada usia 65-

74 tahun, prevalensi menjadi lebih tinggi lagi, sekitar 60% menderita hipertensi.

Sampai usia 55 tahun pria beresiko lebih tinggi dibandingkan wanita. Tetapi diatas

usia tersebut, justru wanita (setelah mengalami menopouse) yang berpeluang lebih

besar. Para pakar menduga perubahan hormonal berperan besar dalam terjadinya

hipertensi dikalangan wanita usia lanjut (Lumbantobing, 2008).

Dari 10 penyakit terbanyak di RSUD DR. Soedarso Tahun 2005 hipertensi

menduduki peringkat pertama dengan jumlah pasien 6.441 (0,058%) dari 110.995

kunjungan.

Pada tahun 2005 Menurut data Medikal Record di RSUD Labuang Baji

Makassar, 10 penyakit terbanyak yang rawat inap, hipertensi menduduki peringkat

kesembilan dengan jumlah pasien 294 (1,75%) dari jumlah pasien selama setahun

yaitu 12.691 orang. Dan pada tahun 2006 jumlah pasien hipertensi yang rawat jalan

mengalami peningkatan dari 2797 orang ( pada tahun 2005) menjadi 5701 orang.

Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Ekowaty Rahajeng dan

Sulistyowati Tuminah Tahun 2009 dengan judul penelitian Prevalensi Hipertensi dan

Determinannya di Indonesia dikatakan bahwa melakukan aktivitas secara teratur

Universitas Sumatera Utara

Page 24: PENGARUH KARAKTERISTIK DAN GAYA HIDUP KELOMPOK …

(aktivitas fisik aerobik selama 30-45 menit/hari) diketahui sangat efektif dalam

mengurangi risiko relatif hipertensi hingga mencapai 19% hingga 30%.

Menurut hasil penelitian yang dilakukan oleh Aris Sugiarto (2007) di

Kabupaten Karanganya dikatakan bahwa kebiasaan sering mengkonsumsi lemak

jenuh merupakan faktor risiko terjadinya hipertensi dengan nilai p = 0,022; OR =

2,01 dan 95% CI = 1,10 – 3,66.

Menurut hasil penelitian yang dilakukan Yeni Laela (2008) di Puskesmas

Gamping II Kecamatan Gamping Kabupaten Sleman, Yogyakarta dimana hasil

penelitiannya menunjukan bahwa ada hubungan antara kebiasaan merokok terhadap

kejadian hipertensi dengan hasil uji statistik diperoleh nilai p=0,003 dan disarankan

kepada petugas kesehatan agar melakukan penanggulangan yang lebih serius

terhadap penyaki-penyakit tidak menular (PTM).

Data diperoleh dari Dinas Kesehatan Kota Medan, penderita Hipertensi

(Penyakit Darah Tinggi) pada tahun 2010 mencapai 75.895 jiwa, bahkan pada tahun

2011 penyakit tersebut menempati urutan ketiga dalam daftar 10 penyakit paling

menonjol di kota Medan (Dinkes Provinsi Sumatera Utara, 2011).

Hubungan antara gaya hidup dengan mekanisme timbulnya hipertensi

khususnya belum diketahui secara pasti. Garam merupakan hal yang sangat penting

pada mekanisme timbulnya hipertensi. Obesitas atau kegemukan yang berkaitan

dengan kebiasaan mengomsumsi lemak tinggi khususnya lemak jenuh juga

merupakan salah satu faktor risiko terhadap timbulnya hipertensi. Orang yang kurang

Universitas Sumatera Utara

Page 25: PENGARUH KARAKTERISTIK DAN GAYA HIDUP KELOMPOK …

berolahraga mempunyai resiko 20-50% lebih besar untuk terkena hipertensi jika

dibandingkan dengan orang yang lebih aktif dan bugar. Oleh karena penyakit

hipertensi timbul akibat adanya interaksi dari berbagai faktor sehingga dari seluruh

faktor yang telah disebutkan di atas, faktor mana yang lebih berperan terhadap

timbulnya hipertensi tidak dapat diketahui dengan pasti. Oleh karena itulah maka

pencegahan penyakit hipertensi yang antara lain dapat dilakukan dengan menjalankan

gaya hidup sehat menjadi sangat penting (Arief, 2007).

Data di atas memberikan gambaran bahwa masalah hipertensi perlu

mendapatkan perhatian dan penanganan yang baik, mengingat prevalensinya yang

tinggi dan komplikasi yang cukup berat. Agar mendapatkan gambaran yang lebih

tepat maka diperlukan penelitian untuk mengetahui sejauh mana faktor gaya hidup

dapat menimbulkan penyakit hipertensi dan faktor mana dari gaya hidup tersebut

yang paling berpengaruh terhadap kejadian hipertensi

Berdasarkan hasil survey pendahuluan yang dilakukan di Puskesmas Matiti

didapatkan bahwa dari 10 Puskesmas yang ada di Kabupaten Humbang Hasundutan,

Puskesmas Matiti merupakan Puskesmas yang paling banyak menerima pasien

dengan hipertensi yaitu sebanyak 2631 penderita dan jumlah penderita hipertensi

pada kelompok dewasa madya sebanyak 937 penderita (36%). Hal inilah yang

membuat penulis tertarik untuk melakukan penelitian dengan judul “Pengaruh Gaya

Hidup (aktifitas fisik, pola makan, istirahat dan riwayat merokok) terhadap kejadian

Universitas Sumatera Utara

Page 26: PENGARUH KARAKTERISTIK DAN GAYA HIDUP KELOMPOK …

Hipertensi pada kelompok Dewasa Madya di Wilayah Kerja Puskesmas Matiti

Kecamatan Doloksanggul Tahun 2011.

1.2. Permasalahan

Berdasarkan latar belakang masalah yang telah dikemukakan di atas maka

rumusan masalah yang akan diteliti adalah tingginya prevalensi hipertensi pada

kelompok dewasa madya di wilayah kerja Puskesmas Matiti Kecamatan

Doloksanggul.

1.3. Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian ini adalah untuk menganalisis pengaruh karakteristik (umur,

jenis kelamin, pendidikan, pekerjaan) dan gaya hidup (aktifitas fisik, pola makan,

istirahat riwayat merokok) kelompok dewasa madya terhadap kejadian hipertensi di

Wilayah Kerja Puskesmas Matiti Kecamatan Doloksanggul Tahun 2012.

1.4. Hipotesis

Karakteristik (umur, jenis kelamin, pendidikan, pekerjaan) dan gaya hidup

(aktifitas fisik, pola makan, istirahat dan riwayat merokok) kelompok dewasa madya

memengaruhi kejadian hipertensi di Wilayah Kerja Puskesmas Matiti Kecamatan

Doloksanggul Tahun 2012.

Universitas Sumatera Utara

Page 27: PENGARUH KARAKTERISTIK DAN GAYA HIDUP KELOMPOK …

1.5. Manfaat Penelitian

1.5.1. Sebagai masukan dan informasi bagi Puskesmas Matiti dalam upaya

meningkatkan pelayanan kesehatan khususnya penyakit hipertensi dan dapat

memberikan pendidikan kesehatan tentang gaya hidup yang baik sehingga

dapat mengurangi resiko terjadinya hipertensi pada kelompok dewasa madya.

1.5.2. Sebagai informasi bagi masyarakat khususnya kelompok dewasa madya agar

membiasakan gaya hidup sehat dalam kehidupan sehari-hari untuk mencegah

terjadinya penyakit hipertensi.

1.5.3. Bagi pengembangan ilmu kesehatan masyarakat, khusunya yang terkait

dengan penyakit hipertensi.

Universitas Sumatera Utara

Page 28: PENGARUH KARAKTERISTIK DAN GAYA HIDUP KELOMPOK …

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Hipertensi

2.1.1. Definisi Hipertensi

WHO (World Health Organization), (2003) memberikan batasan tekanan

darah normal adalah 140/90 mmHg, dan tekanan darah sama atau diatas 160/95

mmHg dinyatakan sebagai hipertensi. Batasan ini tidak membedakan antara usia dan

jenis kelamin (Depkes RI, 2003).

Tabel 2.1. Klasifikasi Pengukuran Tekanan Darah dari International Society of Hypertension (ISH) For Recently Updated WHO tahun 2003

Klasifikasi Hipertensi TDS* (mmHg) TDD**(mmHg)

Normal <120 <80 Pre-hipertensi 120-139 80-89 Hipertensi tingkat 1 140-159 90-99 Hipertensi tingkat 2 ≥160 100

*TDS, Tekanan Darah Sistolik **TDD, Tekanan darah Diastolik Tekanan darah di ukur setelah seseorang duduk atau berbaring selama 5

menit. Angka 140/90 mmHg atau lebih dapat diartikan sebagai hipertensi, tetapi

diagnosis tidak dapat ditegakkan hanya berdasarkan satu kali pengukuran. Jika pada

pengukuran pertama memberikan hasil yang tinggi, maka tekanan darah diukur

kembali dan kemudian diukur sebanyak dua kali pada dua hari berikutnya untuk

meyakinkan adanya hipertensi (Muhammadun, 2010).

Diagnosis hipertensi tidak dapat ditegakkan dalam satu kali pengukuran,

namun hanya ditetapkan setelah dua kali atau lebih pengukuran pada kunjungan yang

Universitas Sumatera Utara

Page 29: PENGARUH KARAKTERISTIK DAN GAYA HIDUP KELOMPOK …

berbeda kecuali terdapat kenaikan yang tinggi atau gejala-gejala klinis. Pengukuran

tekanan darah dilakukan dalam keadaan pasien duduk bersandar, setelah beristirahat

selama 5 menit dengan ukuran pembungkus lengan yang sesuai (menutup 80%

lengan) dengan tensimeter dengan sfignomanometer (Lumbantobing, 2008).

Hasil pengukuran bukan hanya menentukan adanya tekanan darah tinggi, akan

tetapi juga digunakan untuk menggolongkan beratnya hipertensi. Setelah diagnosis

ditegakkan, dilakukan pemeriksaan terhadap organ utama, terutama pembuluh darah,

jantung, otak, dan ginjal (Muhammadun, 2010).

Dikatakan tekanan darah tinggi atau hipertensi jika pada saat duduk tekanan

sistolik mencapai 140 mmHg atau lebih, atau tekanan diastolik 90 mmHg atau lebih,

atau keduanya. Pada tekanan darah tinggi, biasanya terjadi kenaikan tekanan sistolik

dan diastolik. Pada hipertensi sistolik terisolasi, tekanan sistolik mencapai 140 mmHg

atau lebih, tetapi tekanan diastolik kurang dari 90 mmHg dan tekanan diastolik masih

dalam kisaran normal. Hipertensi ini sering ditemukan pada usia lanjut. Sejalan

dengan bertambahnya usia, hampir setiap orang mengalami kenaikan tekanan darah,

tekanan sistolik terus meningkat sampai usia 80 tahun dan tekanan diastolik terus

meningkat sampai usia 55-60 tahun, kemudian berkurang secara perlahan atau

bahkan menurun sampai drastis (Muhammadun, 2010).

Hipertensi atau darah tinggi adalah penyakit kelainan jantung dan pembuluh

darah yang ditandai dengan peningkatan tekanan darah. Hipertensi tak ubahnya bom

waktu. Dia tidak mengirimkan sinyal-sinyal bahaya terlebih dahulu. Vonis sebagai

Universitas Sumatera Utara

Page 30: PENGARUH KARAKTERISTIK DAN GAYA HIDUP KELOMPOK …

pengidap tekanan darah tinggi datang begitu saja. Karena tidak mengirimkan alarm

bahaya, orang kerap mengabaikannya. Hipertensi kini ditengarai sebagai penyebab

utama stroke dan jantung. Orang juga sering tidak sadar dengan karakter penyakit ini

yang timbul tenggelam. Ketika si penderita hipertensi dinyatakan bisa berhenti

minum obat karena tekanan darahnya sudah normal, dia sering mengganggap

kesembuhannya permanen. Padahal, sekali kita divonis hipertensi, penyakit itu tidak

akan bisa kita sembuhkan. Yang bisa anda lakukan mengontrolnya dengan

mengkonsumsi obat penurun hipertensi dan menjalankan pola hidup sehat (Marliani

dkk, 2007).

Ilmu pengobatan mendefinisikan hipertensi sebagai suatu peningkatan kronis

(yaitu peningkatan secara perlahan-lahan, bersifat menetap) dalam tekanan darah

arteri sistolik dan diastolik yang bisa disebabkan oleh berbagai faktor (Wolff, 2005).

Tekanan darah tinggi (hipertensi) adalah keadaan yang ditandai dengan

terjadinya tekanan darah di dalam arteri. Hipertensi merupakan penyakit yang

umumnya tidak menunjukkan gejala, atau bila ada, gejalanya tidak jelas, sehingga

tekanan yang tinggi di dalam arteri sering tidak di rasakan oleh penderita. Ukuran

tekanan darah (tensi) dinyatakan dengan dua angka; angka yang di atas diperoleh

pada saat jantung berkontraksi (sistolik), angka yang di bawah diperoleh ketika

jantung berileksi diastolik (Arief, 2007).

Penyebab hipertensi yang sering kali menjadi penyebab diantaranya adalah

atherosclerosis (penebalan dinding arteri yang menyebabkan hilangnya elastisitas

Universitas Sumatera Utara

Page 31: PENGARUH KARAKTERISTIK DAN GAYA HIDUP KELOMPOK …

pembuluh darah), keturunan, bertambahnya jumlah darah yang dipompa ke jantung,

penyakit ginjal, kelenjar adrenalin, dan sistem saraf simpatis. Pada ibu hamil

kelebihan berat badan, tekanan psikologis, stress, alkohol atau garam dalam makanan,

bisa memicu terjadinya hipertensi pada orang-orang yang memiliki kepekaan yang

diturunkan. Stress cenderung menyebabkan kenaikan tekanan darah untuk sementara

waktu, jika stress telah berlalu, maka tekanan darah biasanya akan kembali normal

(Muhammadun, 2011).

Hipertensi dipengaruhi oleh suatu zat yang dihasilkan oleh ginjal, yakni renin.

Zat ini akan berubah menjadi angiotensin (zat penyebab arteri kecil menyempit).

Penyebab inilah yang mengakibatkan hipertensi. Karena itu, hipertensi sangat erat

kaitannya dengan penyakit ginjal. Penyebab lainnya adalah produksi adrenalin atau

noradrenalin yang berlebihan. Keadaan ini terjadi pada orang mengalami kelainan

kelenjar adrenalin dan sistem saraf otonom (Yundini, 2006).

Menurut penyebabnya, hipertensi terbagi dua, yaitu :

a. Hipertensi esensial atau hipertensi primer, yaitu hipertensi yang tidak diketahui

penyebabnya dan ada kemungkinan karena faktor keturunan atau genetik (90%).

b. Hipertensi sekunder, yaitu hipertensi yang merupakan akibat dari adanya penyakit

lain dari kelainan pembuluh ginjal dan gangguan kelenjar tiroid (10%). Faktor ini

biasanya juga erat hubungannya dengan gaya hidup dan pola makan yang kurang

baik seperti kelebihan lemak (obesitas), konsumsi garam dapur yang tinggi,

merokok, dan minum beralkohol (Indrayani, 2009).

Universitas Sumatera Utara

Page 32: PENGARUH KARAKTERISTIK DAN GAYA HIDUP KELOMPOK …

2.1.2. Patofisiologi

Pengaturan tekanan arteri meliputi sistem persarafan yang kompleks dan

hormonal yang saling berhubungan satu sama lain dalam memengaruhi curah jantung

dan tahanan vaskular perifer. Curah jantung ditentukan frekuensi jantung. Tahanan

perifer ditentukan oleh diameter arteriol. Bila diameternya menurun (vasokontriksi),

tahanan perifer meningkat, bila diameternya meningkat (vasodilatasi), tahanan perifer

akan menurun. Pengaturan primer tekanan arteri dipengaruhi oleh baroresptor pada

sinus karotikus dan arkus aorta yang akan menyampaikan impuls ke pusat saraf

simpatis di medula. Impuls tersebut akan menghambat stimulasi sistem saraf

simpatis. Bila tekanan arteri meningkat, maka ujung-ujung baroreseptor akan

teregang. Sehingga bangkit menghambat pusat simpatis (Muttaqin, 2009).

Tekanan arteri sistemik adalah hasil perkalian cardiac output (curah jantung)

dengan total tahanan perifer. Cardiac output (curah jantung) diperoleh dari perkalian

antara stroke volume dengan denyut jantung. Pengaturan tahanan perifer

dipertahankan oleh sistem saraf otonom dan sirkulasi hormon. Empat sistem kontrol

yang berperan dalam mempertahankan tekanan darah antara lain sistem baroreseptor

arteri, pengaturan volume cairan tubuh, sistem renin angiotensin dan autoregulasi

vaskular. Baroreseptor arteri terutama ditemukan di sinus carotid, diuresis tapi juga

dalam aorta dan dinding ventrikel kiri. Baroreseptor ini memonitor derajat tekanan

arteri. Sistem baroreseptor meniadakan peningkatan tekanan arteri melalui

mekanisme perlambatan jantung oleh respon vagal (stimulus parasimpatis) dan

Universitas Sumatera Utara

Page 33: PENGARUH KARAKTERISTIK DAN GAYA HIDUP KELOMPOK …

vasodilatasi dengan penurunan tonus simpatis. Perubahan volume cairan

memengaruhi tekanan arteri sistemik. Bila tubuh mengalami kelebihan garam dan air,

tekanan darah meningkat melalui mekanisme fisiologi kompleks yang mengubah

aliran balik vena ke jantung dan mengakibatkan penurunan tekanan darah. Kondisi

patologis yang mengubah ambang tekanan pada ginjal dalam mengekskresikan garam

dan air akan meningkatkan tekanan arteri sistemik (Udjianti, 2010).

2.1.3. Manifestasi Klinis

Berbagai tingkatan tekanan darah dan gejala-gejala yang dimaksud adalah

sakit kepala, perdarahan dari hidung, pusing, wajah kemerahan dan kelelahan, yang

bisa saja baik pada penderita hipertensi, maupun pada seseorang dengan tekanan

darah yang normal (Muhammadun, 2010).

Gejala-gejala tersebut mulai bisa dirasakan oleh para penderita hipertensi

dengan tekanan darah lebih besar dari 140/90 mmHg. Gejala-gejala yang dirasakan

penderita hipertensi adalah pusing, mudah marah, telinga berdengung, sukar tidur,

sesak nafas, rasa berat ditengkuk, mudah lelah, mata berkunang-kunang, mimisan,

muka pucat, suhu tubuh rendah (M. Shadine, 2010).

Biasanya tanpa gejala atau tanda-tanda peringatan untuk hipertensi dan sering

disebut (silent killer). Pada kasus hipertensi berat, gejala yang dialami klien antara

lain : sakit kepala (rasa berat ditengkuk), palpitasi, kelelahan, nausea, vomiting,

ansietas, keringat berlebihan, tremor otot, nyeri dada, epistaksis, pandangan kabur

atau ganda, tinnitus (telinga berdenging), serta kesulitan tidur (Udjianti, 2010).

Universitas Sumatera Utara

Page 34: PENGARUH KARAKTERISTIK DAN GAYA HIDUP KELOMPOK …

2.1.4. Komplikasi

Komplikasi hipertensi terjadi karena kerusakan organ yang diakibatkan

peningkatan tekanan darah sangat tinggi dalam waktu lama. Organ-organ yang paling

sering rusak, antara lain otak, mata, jantung, pembuluh darah arteri, serta ginjal.

Organ-organ ini disebut target organ hipertensi.

a. Otak. Hipertensi akan menimbulkan komplikasi cukup mematikan. Berdasarkan

penelitian, sebagian besar kasus stroke disebabkan hipertensi. Apabila

hipertensinya dapat dikendalikan resikonya pun menjadi menurun. Selain stroke,

komplikasi pada organ otak akibat hipertensi ini adalah demensia atau pikun. Ini

adalah penyakit kehilangan daya ingat dan kemampuan mental yang lain. Resiko

demensia dapat diturunkan dengan pengobatan hipertensi.

b. Mata. Hipertensi dapat menimbulkan kerusakan pembuluh darah halus mata.

Hipertensi dapat menyebabkan pembuluh-pembuluh darah halus pada retina

(bagian belakang mata) robek. Darah merembes kejaringan sekitar sehingga dapat

menimbulkan kebutaan. Kejadian ini dapat dihindari dengan pengendalian

hipertensi secara benar.

c. Jantung :

a. Hipertrofi bilik kiri jantung. Bilik kiri jantung atau serambi kiri jantung adalah

ruang pompa utama jantung. Akibat otot yang bekerja terlalu berat ketika

memompakan darah ke aorta karena hipertensi, akhirnya terjadi hipertropi

atau penebalan otot serambi kiri tersebut sehingga mengakibatkan semakin

Universitas Sumatera Utara

Page 35: PENGARUH KARAKTERISTIK DAN GAYA HIDUP KELOMPOK …

besar ruang serambi kiri jantung. Semakin besarnya serambi menyebabkan

semakin bertambahnya pasokan darah. Di lain pihak penyempitan pembuluh

darah karena hipertensi menyebabkan tidak tercukupinya kebutuhan darah

tersbut sehingga jantung akan rusak dan akan bekerja lebih kuat lagi dalam

memompa darah.

b. Gagal jantung. Suatu keadaan ketika jantung tidak kuat memompa darah

keseluruh tubuh sehingga banyak organ lain rusak karena kekurangan darah

dan tidak kuatnya otot jantung dalam memompa darah kembali ke jantung.

d. Pembuluh darah arteri

a. Arterisklerosis atau pengerasan pembuluh darah arteri. Pengerasan pada dinding

arteri ini terjadi karena terlalu besarnya tekanan. Karena hipertensi, lama

kelamaan dinding arteri menjadi tebal dan kaku.

b. Aterosklerosis atau penumpukan lemak pada lapisan dinding pembuluh darah

arteri. Penumpukan lemak dalam jumlah besar disebut plak. Pembentukkan

plak dalam pembuluh darah sangat berbahaya karena dapat menyebabkan

penyempitan pembuluh darah sehingga organ-organ tubuh akan kekurangan

pasokan darah. Aterosklerosis paling terjadi pada arteri yang melewati jantung,

otak, dan ginjal, juga pada pembuluh darah besar yang disebut aorta

abdominalis di dalam perut dan tungkai.

e. Ginjal. Komplikasi hipertensi timbul karna pembuluh darah dalam ginjal

mengalami aterosklerosis karena tekanan darah terlalu tinggi sehingga aliran

Universitas Sumatera Utara

Page 36: PENGARUH KARAKTERISTIK DAN GAYA HIDUP KELOMPOK …

darah ke ginjal akan menurun dan ginjal tidak dapat melaksanakan fungsinya

(Marliani dkk, 2007).

2.1.5. Penatalaksanaan

Pengelolaan hipertensi bertujuan untuk mencegah morbiditas dan mortalitas

akibat komplikasi kardiovaskuler yang berhubungan dengan pencapaian dan

pemeliharaan tekanan darah dibawah 140/90 mmHg.

Prinsip pengelolaan penyakit hipertensi meliputi :

a. Terapi tanpa Obat

Terapi tanpa obat digunakan sebagai tindakan untuk hipertensi ringan dan

sebagai tindakan suportif pada hipertensi sedang dan berat. Sedangkan terapi tanpa

obat meliputi

a. Diet

Diet yang dianjurkan untuk penderita hipertensi adalah :

a.1. Kurangi konsumsi garam secara moderat dari 10 gram perhari menjadi 5

gram perhari

a.2. Diet rendah kolesterol dan rendah asam lemak jenuh

a.3. Penurunan berat badan

b. Menghentikan merokok

c. Mengurangi minuman beralkohol dan kafein

d. Menghindari stres

e. Diet tinggi kalium

Universitas Sumatera Utara

Page 37: PENGARUH KARAKTERISTIK DAN GAYA HIDUP KELOMPOK …

f. Makanan dengan jumlah kalori yang tidak berlebihan

b. Terapi dengan Obat

Tujuan pengobatan hipertensi tidak hanya menurunkan tekanan darah saja

tetapi juga mengurangi dan mencegah komplikasi akibat hipertensi agar penderita

dapat bertambah kuat. Pengobatan hipertensi umumnya perlu dilakukan seumur hidup

penderita. Pengobatan standar yang diajukan oleh Komite Dokter Ahli Hipertensi

(Joint National Committee On Detection, Evaluation and Treatment Of High Blood

Pressure, USA, 1998) menyimpulkan bahwa obat diuretika, penyekat beta, antagonis

kalsium, atau penghambat ACE dapat digunakan sebagai obat tunggal pertama

dengan memperhatikan keadaan penderita dan penyakit lain yang ada pada penderita

(JNC, 2003).

Untuk mempertahankan terapi jangka panjang memerlukan interaksi dan

komunikasi yang baik antara pasien dan petugas kesehatan (perawat, dokter) dengan

cara pemberian pendidikan kesehatan. Hal-hal yang harus diperhatikan dalam

interaksi pasien dengan petugas kesehatan adalah sebagai berikut :

a. Setiap kali penderita periksa, penderita diberitahu hasil pengukuran tekanan

darahnya

b. Bicarakan dengan penderita tujuan yang hendak dicapai mengenai tekanan

darahnya

c. Diskusikan dengan penderita bahwa hipertensi tidak dapat sembuh, namun bisa

dikendalikan untuk menurunkan morbiditas dan mortalitas

Universitas Sumatera Utara

Page 38: PENGARUH KARAKTERISTIK DAN GAYA HIDUP KELOMPOK …

d. Yakinkan penderita bahwa penderita tidak dapat mengatakan tingginya tekanan

darah atas dasar apa yang dirasakannya, tekanan darah hanya dapat diketahui

dengan menggunakan alat tensimeter

e. Penderita tidak boleh menghentikan obat tanpa didiskusikan lebih dahulu

f. Sedapat mungkin tindakan terapi dimasukkan dalam cara hidup penderita

g. Ikutsertakan keluarga penderita dalam proses terapi

h. Pada penderita tertentu mungkin menguntungkan bila penderita atau keluarga

dapat mengukur tekanan darahnya di rumah

i. Buatlah sesederhana mungkin pemakaian obat anti hipertensi, efek samping dan

masalah-masalah yang mungkin terjadi

j. Yakinkan penderita kemungkinan perlunya memodifikasi dosis atau mengganti

obat untuk mencapai efek samping minimal dan efektifitas maksimal

k. Usahakan biaya terapi seminimal mungkin

l. Untuk penderita yang kurang patuh, usahakan kunjungan lebih sering

m. Hubungi segera penderita bila tidak datang pada waktu yang ditentukan (Marliani

dkk, 2007).

2.1.6. Epidemiologi Hipertensi

Stroke, hipertensi dan penyakit jantung meliputi lebih dari sepertiga penyebab

kematian, dimana stroke menjadi penyebab kematian terbanyak yaitu 15,4%, kedua

hipertensi 6,8%, penyakit jantung iskemik 5,1%, dan penyakit jantung 4,6%

(Riskesdas, 2007). Data Riskesdas 2007 juga disebutkan prevalensi hipertensi di

Universitas Sumatera Utara

Page 39: PENGARUH KARAKTERISTIK DAN GAYA HIDUP KELOMPOK …

Indonesia berkisar 30% dengan insiden komplikasi penyakit kardiovaskuler lebih

banyak pada perempuan (52%) dibandingkan laki-laki (48%).

Surveilans rutin penyakit tidak menular pada puskesmas sentinel di Sulawesi

Selatan pada tahun 2008, ditemukan sebanyak 99.862 kasus penyakit tidak menular,

yang terdiri dari perempuan (50.862) kasus dan laki-laki (48.449) kasus. Jumlah

kematian karena PTM sebanyak 666 orang (0,7%)

Lima penyakit urutan terbesar ditemukan pada puskesmas sentinel antara lain

hipertensi (57,48%), kecelakaan lalu lintas (16,77%), asma (13,23%), diabetes

mellitus (7,95%), dan osteoporosis (1,20%). Tetapi 5 urutan penyebab kematian

karena PTM yang ditemukan pada puskesmas sentinel antara lain hipertensi

(63,66%), kecelakaan lalu lintas (14,86%), asma (9,91%), diabetes mellitus

(9,76%),dan tumor genital (1,50%).

Secara hipertensi prevalensi hipertensi tahun 2004 berkisar antara 15-20%.

Survei di pedesaan Bali (2004) menemukan prevalensi pria sebesar 46,2% dan 53,9%

pada wanita sedangkan pada Amerika Serikat prevalensi tahun 2005 adalah 21,7%.

2.1.7. Faktor Risiko Hipertensi

a. Faktor yang tidak dapat Diubah/Dikontrol

a.1. Umur

Hipertensi erat kaitannya dengan umur, semakin tua seseorang semakin besar

risiko terserang hipertensi. Umur lebih dari 40 tahun mempunyai risiko terkena

hipertensi. Dengan bertambahnya umur, risiko terkena hipertensi lebih besar sehingga

Universitas Sumatera Utara

Page 40: PENGARUH KARAKTERISTIK DAN GAYA HIDUP KELOMPOK …

prevalensi hipertensi dikalangan usia lanjut cukup tinggi yaitu sekitar 40% dengan

kematian sekitar 50% diatas umur 60 tahun. Dengan bertambahnya umur, risiko

terjadinya hipertensi meningkat. Meskipun hipertensi bisa terjadi pada segala usia,

namun paling sering dijumpai pada orang berusia 35 tahun atau lebih.

a.2. Jenis Kelamin

Bila ditinjau perbandingan antara wanita dan pria, ternyata terdapat angka

yang cukup bervariasi. Dari penelitian yang dilakukan Sugiri di Jawa Tengah

didapatkan angka prevalensi 6,0% untuk pria dan 11,6% untuk wanita. Prevalensi di

Sumatera Barat 18,6% pria dan 17,4% perempuan, sedangkan daerah perkotaan di

Jakarta (Petukangan) didapatkan 14,6% pria dan 13,7% wanita. Menurut MN. Bustan

bahwa wanita lebih banyak yang menderita hipertensi dibanding pria, hal ini

disebabkan karena terdapatnya hormon estrogen pada wanita.

a.3. Riwayat Keluarga

Menurut Nurkhalida, orang-orang dengan sejarah keluarga yang mempunyai

hipertensi lebih sering menderita hipertensi. Riwayat keluarga dekat yang menderita

hipertensi (faktor keturunan) juga mempertinggi risiko terkena hipertensi terutama

pada hipertensi primer. Keluarga yang memiliki hipertensi dan penyakit jantung

meningkatkan risiko hipertensi 2-5 kali lipat. Jika seorang dari orang tua kita

mempunyai hipertensi maka sepanjang hidup kita mempunyai 25% kemungkinan

mendapatkannya pula. Jika kedua orang tua kita mempunyai hipertensi,

kemungkunan kita mendapatkan penyakit tersebut 60%.

Universitas Sumatera Utara

Page 41: PENGARUH KARAKTERISTIK DAN GAYA HIDUP KELOMPOK …

b. Faktor yang dapat Diubah/Dikontrol

b.1. Kebiasaan Merokok

Rokok juga dihubungkan dengan hipertensi. Hubungan antara rokok dengan

peningkatan risiko kardiovaskuler telah banyak dibuktikan. Selain dari lamanya,

risiko merokok terbesar tergantung pada jumlah rokok yang dihisap perhari.

Seseorang lebih dari satu pak rokok sehari menjadi 2 kali lebih rentan hipertensi dari

pada mereka yang tidak merokok. Zat-zat kimia beracun, seperti nikotin dan karbon

monoksida yang diisap melalui rokok, yang masuk kedalam aliran darah dapat

merusak lapisan endotel pembuluh darah arteri dan mengakibatkan proses

aterosklerosis dan hipertensi.

b.2. Konsumsi Garam

Secara umum masyarakat sering menghubungkan antara konsumsi garam

dengan hipertensi. Garam merupakan hal yang sangat penting pada mekanisme

timbulnya hipertensi. Pengaruh asupan garam terhadap hipertensi melalui

peningkatan volume plasma (cairan tubuh) dan tekanan darah. Keadaan ini akan

diikuti oleh peningkatan ekskresi kelebihan garam sehingga kembali pada keadaan

hemodinamik (sistem pendarahan) yang normal. Garam merupakan faktor yang

sangat penting dalam pathogenesis hipertensi. Hipertensi hampir tidak pernah

ditemukan pada suku bangsa dengan asupan garam yang minimal. Asupan garam

kurang dari 3 gram tiap hari menyebabkan prevalensi hipertensi yang rendah,

sedangkan jika asupan garam antara 5-15 gram perhari prevalensi hipertensi

Universitas Sumatera Utara

Page 42: PENGARUH KARAKTERISTIK DAN GAYA HIDUP KELOMPOK …

meningkat menjadi 15-20%. Konsumsi garam yang dianjurkan tidak lebih dari 6

gram/hari setara dengan 110 mmol natrium atau 2400 mg/hari.

b.3. Konsumsi Lemak Jenuh

Kebiasaan konsumsi lemak jenuh erat kaitannya dengan peningkatan berat

badan yang berisiko terjadinya hipertensi. Konsumsi lemak jenuh juga meningkatkan

risiko aterosklerosis yang berkaitan dengan kenaikan tekanan darah. Penurunan

konsumsi lemak jenuh, terutama lemak dalam makanan yang bersumber dari hewan

dan peningkatan konsumsi lemak tidak jenuh secukupnya yang berasal dari minyak

sayuran, biji-bijian dan makanan lain yang bersumber dari tanaman dapat

menurunkan tekanan darah.

b.4. Penggunaan Jelantah

Jelantah adalah minyak goreng yang sudah lebih dari satu kali dipakai untuk

menggoreng, dan minyak goreng ini merupakan minyak yang telah rusak. Bahan

dasar minyak goreng bisa bermacam-macam seperti kelapa, sawit, kedelai, jagung

dan lain-lain. Meskipun beragam, secara kimia isi kendungannya sebetulnya tidak

jauh berbeda, yakni terdiri dari beraneka asam lemak jenuh (ALJ) dan asam lemak

tidak jenuh (ALTJ). Dianjurkan oleh Ali Komsan, bagi mereka yang tidak

menginginkan menderita hiperkolesterolemi dianjurkan untuk membatasi penggunaan

minyak goreng terutama jelantah karena akan meningkatkan pembentukan kolesterol

yang berlebihan yang dapat menyebabkan aterosklerosis dan hal ini dapat memicu

terjadinya penyakit tertentu, seperti penyakit jantung, darah tinggi dan lain-lain.

Universitas Sumatera Utara

Page 43: PENGARUH KARAKTERISTIK DAN GAYA HIDUP KELOMPOK …

b.5. Kebiasaan Konsumsi Minum Minuman Beralkohol

Alkohol juga dihubungkan dengan hipertensi. Peminum alkohol berat

cenderung hipertensi meskipun mekanisme timbulnya hipertensi belum diketahui

secara pasti. Orang-orang yang minum alkohol terlalu sering atau yang terlalu banyak

memiliki tekanan yang lebih tinggi dari pada individu yang tidak minum atau minum

sedikit. Menurut Ali Khomsan konsumsi alkohol harus diwaspadai karena survei

menunjukkan bahwa 10% kasus hipertensi berkaitan dengan konsumsi alkohol.

Mekanisme peningkatan tekanan darah akibat alkohol masih belum jelas. Namun

diduga, peningkatan kadar kortisol dan peningkatan volume sel darah merah serta

kekentalan darah merah berperan dalam menaikkan tekanan darah. Diperkirakan

konsumsi alkohol berlebihan menjadi penyebab sekitar 5-20% dari semua kasus

hipertensi. Mengkonsumsi tiga gelas atau lebih minuman berakohol per hari

meningkatkan risiko mendapat hipertensi sebesar dua kali.

b.6. Obesitas

Obesitas atau kegemukan dimana berat badan mencapai indeks massa tubuh >

25 (berat badan (kg) dibagi kuadrat tinggi badan (m)) juga merupakan salah satu

faktor risiko terhadap timbulnya hipertensi. Obesitas merupakan ciri dari populasi

penderita hipertensi. Curah jantung dan sirkulasi volume darah penderita hipertensi

yang obesitas lebih tinggi dari penderita hipertensi yang tidak obesitas. Pada obesitas

tahanan perifer berkurang atau normal, sedangkan aktivitas saraf simpatis meninggi

dengan aktivitas renin plasma yang rendah. Olah raga ternyata juga dihubungkan

Universitas Sumatera Utara

Page 44: PENGARUH KARAKTERISTIK DAN GAYA HIDUP KELOMPOK …

dengan pengobatan terhadap hipertensi. Melalui olah raga yang isotonik dan teratur

(aktivitas fisik aerobik selama 30-60 menit/hari) dapat menurunkan tahanan perifer

yang akan menurunkan tekanan darah. Obesitas erat kaitannya dengan kegemaran

mengkonsumsi makanan yang mengandung tinggi lemak. Menurut Alison Hull dalam

penelitiannya menunjukkan adanya hubungan antara berat badan dan hipertensi, bila

berat badan meningkat diatas berat badan ideal maka risiko hipertensi juga

meningkat. Penyelidikan epidemiologi juga membuktikan bahwa obesitas merupakan

ciri khas pada populasi pasien hipertensi. Dibuktikan juga bahwa faktor ini

mempunyai kaitan yang erat dengan timbulnya hipertensi dikemudian hari. Risiko

relatif untuk menderita hipertensi pada orang obesitas 5 kali lebih tinggi

dibandingkan dengan seorang yang berat badannya normal. Pada penderita hipertensi

ditemukan sekitar 20-30% memiliki berat badan lebih.

b.7. Olahraga

Olahraga banyak dihubungkan dengan pengelolaan hipertensi, karena

olahraga isotonik dan teratur dapat menurunkan tahanan perifer yang akan

menurunkan tekanan darah. Olahraga juga dikaitkan dengan peran obesitas pada

hipertensi. Kurang melakukan olahraga akan meningkatkan kemungkinan timbulnya

obesitas dan jika asupan garam juga bertambah akan memudahkan timbulnya

hipertensi. Kurangnya aktifitas fisik meningkatkan risiko menderita hipertensi karena

meningkatkan risiko kelebihan berat badan. Orang yang tidak aktif juga cenderung

mempunyai frekuensi denyut jantung yang lebih tinggi sehingga otot jantungnya

Universitas Sumatera Utara

Page 45: PENGARUH KARAKTERISTIK DAN GAYA HIDUP KELOMPOK …

harus bekerja lebih keras pada setiap kontraksi. Makin keras dan sering otot jantung

harus memompa, makin besar tekanan yang dibebankan pada arteri.

b.8. Stres

Hubungan antara stres dengan hipertensi diduga melalui aktivitas saraf

simpatis, yang dapat meningkatkan tekanan darah secara bertahap. Apabila stres

menjadi berkepanjangan dapat berakibat tekanan darah menjadi tetap tinggi. Stres

adalah yang kita rasakan saat tuntutan emosi, fisik atau lingkungan tidak mudah

diatasi atau melebihi daya dan kemampuan kita untuk mengatasinya dengan efektif.

Namun harus dipahami bahwa stres bukanlah pengaruh-pengaruh yang datang dari

luar. Apabila stres berlangsung lama dapat mengakibatkan peninggian tekanan darah

yang menetap. Stres dapat meningkatkan tekanan darah untuk sementara waktu dan

bila stres sudah hilang tekanan darah bisa normal kembali. Peristiwa mendadak

menyebabkan stres dapat meningkatkan tekanan darah, namun akibat stres

berkelanjutan yang dapat menimbulkan hipertensi belum dapat dipastikan.

b.9. Penggunaan Estrogen

Estrogen meningkatkan risiko hipertensi tetapi secara epidemiologi belum ada

data apakah peningkatan tekanan darah tersebut disebabkan karena estrogen dari

dalam tubuh atau dari penggunaan kontrasepsi hormonal estrogen. MN Bustan

menyatakan bahwa dengan lamanya pemakaian kontrasepsi estrogen (±12 tahun

berturut-turut), akan meningkatkan tekanan darah pada perempuan. Oleh karena

hipertensi timbul akibat adanya interaksi dari berbagai faktor sehingga dari seluruh

Universitas Sumatera Utara

Page 46: PENGARUH KARAKTERISTIK DAN GAYA HIDUP KELOMPOK …

faktor yang telah disebutkan diatas, faktor mana yang lebih berperan terhadap

timbulnya hipertensi tidak dapat diketahui dengan pasti. Oleh karena itu maka

pencegahan hipertensi yang antara lain dapat dilakukan dengan menjalankan gaya

hidup sehat menjadi sangat penting.

2.1.8. Pencegahan Hipertensi

a. Pencegahan Primer

a.1. Pencegahan primordial: meningkatkan derajat kesehatan dengan gizi dan

perilaku hidup sehat misalnya mengkonsumsi gizi yang seimbang dan

menjaga polo makan yang baik

a.2. Promotif: promosi kesehatan, misalnya dengan melaksanakan dan mengikuti

penyuluhan gizi dan pola makan untuk menghindari faktor resiko hipertensi

a.3. Proteksi spesifik: turunkan atau hindari faktor resiko dengan menjaga pola

makan, tidak merokok, istirahat yang cukup dan rajin berolahraga.

b. Pencegahan Sekunder

b.1. Diagnosa awal: screening, pemeriksaan check-up

b.2. Pengobatan yang tepat: segera mendapatkan pengobatan komprehensif dan

kausal awal keluhan.

c. Pencegahan Tersier

c.1. Rehabilitasi: upaya perbaikan dampak lanjut hipertensi yang tidak bisa diobati

untuk menghindari komplikasi daripada hipertensi.

Universitas Sumatera Utara

Page 47: PENGARUH KARAKTERISTIK DAN GAYA HIDUP KELOMPOK …

Pada umumnya orang akan berusaha mengenali hipertensi jika dirinya atau

keluarganya sakit keras atau meninggal dunia akibat hipertensi. Usaha pencegahan

juga bermanfaat bagi penderita hipertensi agar penyakitnya tidak menjadi lebih parah,

tentunya harus disertai pemakaian obat-obatan yang ditentukan oleh dokter

(Gunawan, 2005).

2.2. Gaya Hidup

2.2.1. Pengertian Gaya Hidup

Menurut Kotler (2002), Gaya hidup adalah pola hidup seseorang di dunia

yang diekspresikan dalam aktifitas, minat dan opininya. Gaya hidup menggambarkan

keseluruhan diri seseorang dalam berinteraksi dengan lingkungan. Menurut Minor

dan Mowen gaya hidup adalah menunjukkan bagaimana orang hidup, bagaimana

orang membelanjakan uangnya dan bagaimana mengalokasikan waktu (Tamher,

2009).

Gaya hidup individu, yang dicirikan dengan pola perilaku individu, akan

memberi dampak pada kesehatan individu dan selanjutnya pada kesehatan orang lain.

Dalam kesehatan, gaya hidup seseorang dapat diubah dengan cara memberdayakan

individu agar merubah gaya hidupnya, tetapi merubahnya bukan pada si individu

saja, tetapi juga merubah lingkungan sosial dan kondisi kehidupan yang

memengaruhi pola perilakunya. Tidak ada aturan ketentuan baku tentang gaya hidup

yang berlaku untuk semua orang. Budaya, pendapatan, struktur keluarga, umur,

Universitas Sumatera Utara

Page 48: PENGARUH KARAKTERISTIK DAN GAYA HIDUP KELOMPOK …

kemampuan fisik, lingkungan rumah dan lingkungan tempat kerja yang berbeda,

menciptakan berbagai gaya yang berbeda pula (Hadywinoto, 1999).

Menurut Darmojo (1999), gaya hidup adalah sebagai praktek perilaku dan

praktek sosial yang mendukung kesehatan dan merupakan cerminan dari nilai-nilai

dan jati diri dari kelompok dan masyarakat dimana penduduk hidup dan

menghabiskan sebagian besar hidupnya untuk memenuhi kehidupan ekonomi, sosial

dan lingkungan fisik.

Menurut Belloc dan Breslow (1972), yang termasuk gaya hidup adalah:

a. Pola makanan yang baik

b. Aktifitas fisik

c. Olahraga

d. Istirahat/tidur 7-8 jam perhari

e. Tidak merokok

f. Tidak minum-minuman keras

g. Tidak mengonsumsi obat-obatan (Watson, 2003).

2.2.2. Pola Makan

Pola makan adalah cara seseorang atau sekelompok orang yang memilih dan

mengkonsumsi makanan sebagai tanggapan terhadap pengaruh fisiologis, psikologi,

budaya dan sosial. Pola makan sehari-hari merupakan pola makan seseorang yang

berhubungan dengan kebiasaan makan setiap harinya (Sediaoetama, 2000).

Universitas Sumatera Utara

Page 49: PENGARUH KARAKTERISTIK DAN GAYA HIDUP KELOMPOK …

Menurut pendapat Khumaidi dan Suhardjo menyatakan bahwa pola konsumsi

pangan atau kebiasaan makan adalah tingkah laku manusia dalam memenuhi

kebutuhannya akan makan yang meliputi sikap, kepercayaan dan pemilihan makanan.

Pola konsumsi pangan atau kebiasaan makan adalah berbagai informasi yang dapat

memberikan gambaran mengenai jumlah, jenis dan frekwensi bahan makanan yang

dimakan setiap hari oleh seseorang dan merupakan ciri khas untuk satu kelompok

masyarakat tertentu (Supariasa dkk, 2002).

Pola makan individu meliputi bahan makanan pokok (sumber karbohidrat),

lauk pauk (sumber protein hewani dan nabati), sayur dan buah. Pola makanan yang

tidak baik akan menimbulkan beberapa gangguan seperti kolesterol tinggi, tekanan

darah meningkat dan kadar gula yang meningkat (Sediaoetama, 2000).

Kebutuhan akan serat yang dapat larut dalam air seperti apel, jeruk, pir,

kacang merah dan kedelai juga perlu untuk tubuh. Selain sebagai sumber serat, buah

dan sayuran juga merupakan sumber vitamin dan mineral. Mengonsumsi serat dan

buah sangat penting untuk tubuh untuk mencegah sulit buang air besar. Selain itu

konsumsi susu dapat menambah kebutuhan air yang kurang pada tubuh. Beberapa hal

yang perlu diperhatikan dalam merencanakan makan adalah: porsi makan jangan

terlalu kenyang akan lebih baik jika porsi makannya sedikit tapi sering, banyak

minum air putih sekitar 7-8 gelas/hari dan batasi minum kopi dan teh, kurangi garam,

makanan hendaknya mudah dicerna, lembek tidak keras, hindari makanan yang

Universitas Sumatera Utara

Page 50: PENGARUH KARAKTERISTIK DAN GAYA HIDUP KELOMPOK …

terlalu manis, terlalu asin dan yang terlalu gurih/gorengan (Rimbana 2004; Sunita,

2003).

Pola makanan yang tidak seimbang antara asupan dengan kebutuhan baik

jumlah maupun jenis makanannya, seperti makan makanan tinggi lemak, kurang

mengonsumsi sayuran, buah dan sebagainya juga makan makanan yang melebihi

kebutuhan tubuh bisa menyebabkan obesitas atau kegemukan (Supariasa, 2002).

Kejadian penyakit infeksi dan kekurangan gizi dapat diturunkan jika pola

makan seimbang, sebaliknya penyakit degeneratif dan penyakit kanker meningkat

jika pola makanan tidak seimbang. Di beberapa daerah masalah penyakit infeksi

masih menonjol sehingga dalam transisi epidemiologi kita menghadapi beban ganda

(Double Burden), peningkatan kemakmuran diikuti oleh perubahan gaya hidup

karena pola makan, di kota-kota besar berubah dari pola makan tradisional yang

mengandung banyak karbohidrat, serat dan sayuran, ke pola makanan masyarakat

barat yang komposisinya terlalu banyak mengandung protein, lemak, gula dan garam

tetapi rendah serat (Depkes RI, 2008).

Sedangkan menurut WHO (2003) meningkatnya industrialisasi, urbanisasi,

mekanisasi yang terjadi di sebagian besar negara di dunia, berhubungan dengan

perubahan makanan dan perilaku, termasuk ke dalamnya makanan yang tinggi lemak

dan tinggi energi serta gaya hidup yang lebih santai, melakukan aktifitas bisa dibantu

dengan peralatan yang tidak banyak mengeluarkan energi. Tingginya kandungan

sukrosa dalam makanan meningkatkan tekanan arteri pada beberapa orang dengan

Universitas Sumatera Utara

Page 51: PENGARUH KARAKTERISTIK DAN GAYA HIDUP KELOMPOK …

tensi normal yang kemudian memberikan efek meningkatkan penyerapan NaCl

(natrium klorida) pada orang yang memiliki tekanan darah normal dan hipertensi.

Sukrosa mungkin dapat menurunkan kadar lemak darah dan memiliki efek merugikan

pada toleransi glukosa. Konsumsi lemak mempunyai pengaruh kuat pada resiko

penyakit kardiovaskuler seperti penyakit jantung koroner dan stroke, efek lain pada

lipid darah, trombosis, tekanan darah tinggi (Tamher, 2009).

Menurut Willet (1990), efek dari protein dan jenis protein pada manusia

belum jelas dan hubungan jenis protein dengan resiko PJK (Penyakit Jantung

Koroner) diterima dengan sedikit perhatian pada studi-studi epidemiologi

(Wirakartakusumah, 2002).

Gaya hidup pada zaman modern ini telah mendorong orang mengubah gaya

hidup seperti makan makanan siap saji, makanan kalengan, sambal botolan, minuman

kaleng, buah dan sayur yang memakai bahan pengawet, makanan kaya lemak,

makanan kaya kolesterol. Gaya hidup seperti ini tidak baik untuk tubuh dan

kesehatan karena tubuh kita menjadi rusak karena makanan yang tidak sehat sehingga

tubuh menjadi lembek dan rentan penyakit (Depkes RI, 2008).

Menurut hasil penelitian yang dilakukan oleh Aris Sugiarto (2007) di

Kabupaten Karanganya dikatakan bahwa kebiasaan sering mengkonsumsi lemak

jenuh merupakan faktor risiko terjadinya hipertensi dengan nilai p = 0,022; OR =

2,01 dan 95% CI = 1,10 – 3,66.

Universitas Sumatera Utara

Page 52: PENGARUH KARAKTERISTIK DAN GAYA HIDUP KELOMPOK …

2.2.3. Aktifitas Fisik

Aktifitas fisik adalah pergerakan anggota tubuh yang menyebabkan

pengeluaran tenaga secara sederhana yang sangat penting bagi pemeliharaan fisik,

mental dan kualitas hidup yang sehat dan bugar (Mien, 1998).

Melakukan aktivitas fisik yang cukup merupakan salah satu dari sekian

banyak hal yang dikategorikan ke dalam pengobatan non farmakologis. Aktivitas

fisik yang cukup dan teratur terbukti dapat membantu menurunkan tekanan darah.

Pada zaman sekarang, dengan berbagai kemudahan membuat orang enggan

melakukan kegiatan fisik dalam kegiatan sehari-hari mereka. Inilah penyebab

mengapa hipertensi lebih banyak ditemukan pada masyarakat perkotaan daripada

masyarakat di lingkungan pedesaan. Banyaknya sarana transportasi dan berbagai

fasilitas lain bagi masyarakat perkotaan menyebabkan penurunan aktivitas fisik

mereka. Padahal, aktivitas fisik sangat penting untuk mengendalikan tekanan darah.

Aktivitas fisik yang cukup dapat membantu menguatkan jantung. Jantung yang lebih

kuat tentu dapat memompa lebih banyak darah dengan hanya sedikit usaha. Semakin

ringan kerja jantung, semakin sedikit tekanan pada pembuluh darah arteri sehingga

tekanan darah akan menurun (Marliani, 2007)

Aktivitas fisik yang cukup dan teratur dapat mengurangi risiko terhadap

penyakit-penyakit jantung dan pembuluh darah selain dapat membantu mengurangi

berat badan pada penderita obesitas. Aktivitas fisik yang dianjurkan bagi penderita

hipertensi adalah aktivitas sedang selama 30-60 menit setiap hari. Kalori yang

Universitas Sumatera Utara

Page 53: PENGARUH KARAKTERISTIK DAN GAYA HIDUP KELOMPOK …

terbakar sedikitnya 150 kalori perhari. Salah satu yang bisa dilirik adalah aerobik.

Suatu aktivitas, baik itu kegiatan sehari-hari ataupun olahraga, dikatakan aerobik jika

dapat meningkatkan kemampuan kerja jantung, paru-paru, dan otot-otot (Marliani,

2007).

Perubahan gaya hidup “sedentary” merupakan gaya hidup dimana gerak fisik

yang dilakukan minimal sedang beban kerja mental maksimal. Keadaan ini besar

pengaruhnya terhadap tingkat kesehatan termasuk keadaan gizi seseorang dan

selanjutnya berakibat sebagai penyebab dari berbagai penyakit. Latihan fisik secara

teratur ke dalam kegiatan sehari-hari adalah penting untuk mencegah hipertensi dan

penyakit jantung (Sunita, 2003).

Gaya hidup juga bisa memengaruhi kerentanan fisik terutama karena

kurangnya aktifitas fisik akibatnya timbul penyakit yang sering diderita antara lain

diabetes mellitus atau kencing manis, penyakit jantung, hipertensi, kanker atau

keganasan dan lain-lain. Gaya hidup pada jaman modern ini telah mendorong orang

mengubah gaya hidupnya seperti jarang bergerak karena segala sesuatu atau

pekerjaan dapat lebih mudah dikerjakan dengan adanya teknologi yang modern

seperti mencuci dengan mesin cuci, menyapu lantai dengan mesin penyedot debu,

bepergian dengan kendaraan walaupun jaraknya dekat dan bisa dilakukan dengan

jalan kaki. Gaya hidup seperti itu tidak baik untuk kesehatan karena tubuh kita

menjadi manja, karena kurang bergerak, sehingga tubuh menjadi lembek dan rentan

penyakit (Marliani, 2007).

Universitas Sumatera Utara

Page 54: PENGARUH KARAKTERISTIK DAN GAYA HIDUP KELOMPOK …

Untuk menciptakan hidup yang sehat, segala sesuatu yang kita lakukan tidak

boleh berlebihan karena hal tersebut bukannya menjadikan lebih baik tetapi

sebaliknya akan memperburuk keadaan. Jadi lakukanlah atau kerjakanlah sesuatu hal

itu sesuai dengan kebutuhan (Depkes RI, 2008).

Olahraga dapat digolongkan dalam bentuk statis dan dinamis. Olahraga

dinamis mampu meningkatkan aliran darah sehingga sangat menunjang pemeliharaan

jantung dan sistem pernafasan. Sedangkan olahraga apapun baik untuk kesehatan kita

seperti senam, berenang, jalan kaki, yoga, waitangkung, karena dapat bersosialisasi,

berjumpa dengan teman-teman, dan mendapat kenalan baru, mengadakan kegiatan

lainnya seperti bisa berwisata dan makan bersama. Kebanyakan olahraga dilakukan

pada pagi hari setelah subuh. Dimana udara masih bersih. Berolahraga dapat

menurunkan kecemasan dan mengurangi perasaan depresi dan merasa rendah diri.

Selain fisik sehat jiwa juga terisi, membuat kita merasa muda dan sehat (Hutapea,

1993).

Sejumlah studi menunjukkan bahwa olahraga teratur, mengurangi faktor

resiko terhadap penyakit jantung koroner, termasuk hipertensi. Kemampuan aktifitas

fisik yang berhubungan dengan kesehatan akan memengaruhi kemampuan tubuh

untuk berfungsi secara baik, komponen tersebut antara lain efisiensi kardiovaskuler,

kelenturan, pengendalian gerak badan dan pengurangan stress (Mien, 1998).

Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Ekowaty Rahajeng dan

Sulistyowati Tuminah dari Pusat Penelitian Biomedis dan Farmasi Badan Penelitian

Universitas Sumatera Utara

Page 55: PENGARUH KARAKTERISTIK DAN GAYA HIDUP KELOMPOK …

Kesehatan Departemen Kesehatan Republik Indomesia Tahun 2009 dengan judul

penelitian Prevalensi Hipertensi dan Determinannya di Indonesia dikatakan bahwa

melakukan aktivitas secara teratur (aktivitas fisik aerobik selama 30-45 menit/hari)

diketahui sangat efektif dalam mengurangi risiko relatif hipertensi hingga mencapai

19% hingga 30%. Begitu juga halnya dengan kebugaran kardio respirasi rendah pada

usia paruh baya diduga meningkatkan risiko hipertensi sebesar 50%. Penelitian ini

mendapatkan hasil yang sejalan, yaitu adanya risiko hipertensi pada mereka yang

kurang aktifitas fisik.

2.2.4. Kebiasaan Istirahat

Menurut Hutapea (1993), istirahat dapat berarti bersantai menyegarkan diri

atau diam tidak melakukan aktifitas apapun setelah melakukan kerja keras. Istirahat

dapat berarti pula menghentikan sementara semua kegiatan sehari-hari bahkan sampai

tertidur. Istirahat yang cukup diperlukan agar tubuh dapat kembali ke kondisi normal

setelah digunakan untuk beraktifitas. Istirahat terbaik adalah tidur. Kebutuhan tidur

untuk tubuh adalah 6-8 jam sehari. Tidur terlalu lama akan cenderung mengganggu

kesehatan. Sebagaimana dijelaskan diatas, saat tidurpun tubuh butuh nutrisi. Bila

tidur terlalu lama, tubuh akan mengalami katabolik. Akibatnya, akan semakin merasa

malas, tidak bertenaga, dan memboroskan waktu. Kurang tidur dapat mengurangi

kemampuan seseorang untuk mengingat informasi yang lengkap atau kompleks.

Penelitian di Universitas de Lille, Perancis, mengindikasikan bahwa otak

memerlukan tidur untuk mempertahankan kemampuan mengingat informasi yang

Universitas Sumatera Utara

Page 56: PENGARUH KARAKTERISTIK DAN GAYA HIDUP KELOMPOK …

kompleks. Umumnya manusia bisa tidur dalam 6-8 jam sehari. Tetapi ada orang yang

bisa tidur dibawah 6 jam. Kurang tidur berdampak negatif terhadap tubuh kita seperti

kurang konsentrasi, cepat marah, lesu, lelah.

Istirahat yang cukup sangat dibutuhkan badan kita. Banyak orang yang tidur

jadi lemas, tidak ada semangat, lekas marah dan stress. Hasil riset terbaru para ahli di

Chicago membuktikan, 3 hari mengalami kurang tidur, kemampuan tubuh dalam

memproses glukosa akan menurun secara drastis, sehingga dapat meningkatkan

resiko mengidap diabetes. Selanjutnya menurut mereka, tidur tidak nyenyak selama 3

hari berturut-turut akan menurunkan toleransi tubuh terhadap glukosa, khususnya

pada orang muda dan orang dewasa (Santoso, 2004).

Sepertiga dari waktu dalam kehidupan manusia adalah untuk tidur. Diyakini

bahwa tidur sangat penting bagi pemeliharaan kesehatan dan proses penyembuhan

penyakit, karena tidur bermanfaat untuk menyimpan energi, meningkatkan imunitas

tubuh dan mempercepat proses penyembuhan penyakit juga pada saat tidur tubuh

mereparasi bagian-bagian tubuh yang sudah aus. Umumnya orang akan merasa segar

dan sehat sesudah istirahat. Jadi istirahat dan tidur yang cukup sangat penting untuk

kesehatan (Depkes RI, 2008).

2.2.5. Riwayat Merokok

Merokok bukanlah gaya hidup yang sehat. Merokok dapat mengganggu kerja

paru-paru yang normal, karena Hemoglobin lebih mudah membawa Karbondioksida

daripada membawa Oksigen. Jika terdapat Karbondioksida dalam paru-paru, maka

Universitas Sumatera Utara

Page 57: PENGARUH KARAKTERISTIK DAN GAYA HIDUP KELOMPOK …

akan dibawa oleh Hemoglobin sehingga tubuh memperoleh Oksigen yang kurang dari

biasanya. Kandungan Nikotin dalam rokok yang terbawa dalam aliran darah dapat

memengaruhi berbagai bagian tubuh yaitu mempercepat denyut jantung sampai 20

kali lebih cepat dalam satu menit daripada dalam keadaan normal. Menurunkan suhu

kulit sebesar setengah derajat karena penyempitan pembuluh darah kulit dan

menyebabkan hati melepaskan gula ke dalam aliran darah (Bustan, 2007).

Rokok sangat berisiko karena dapat menyebabkan peningkatan tekanan darah.

Dua batang rokok terbukti dapat meningkatkan tekanan darah sebesar 10 mmHg.

Berbagai penelitian membuktikan, sesudah merokok selama kurang lebih 30 menit,

tekanan darah akan meningkat secara signifikan. Rokok meningkatkan tekanan darah

lewat zat nikotin yang terdapat dalam tembakau. Zat nikotin yang terisap beredar

dalam pembuluh darah sampai ke otak. Otak kemudian bereaksi dengan memberikan

sinyal pada kelenjar adrenalin untuk melepaskan hormon epinefrin/ adrenalin.

Hormon adrenalin ini akan membuat pembuluh darah menyempit dan memaksa

jantung untuk bekerja lebih kuat untuk memompa darah. Hal inilah yang

menyebabkan peningkatan tekanan darah. Disamping itu zat-zat yang terdapat dalam

rokok dapat mempengaruhi dinding arteri sehingga lebih peka terhadap penumpukan

lemak (plak) dan dapat memicu dilepaskannya natrium yang bersifat menahan air.

Volume plasma pun meningkat sehingga tekanan darah naik. Untuk itulah berhenti

merokok sangat penting untuk menurunkan dan mengendalikan tekanan darah.

Universitas Sumatera Utara

Page 58: PENGARUH KARAKTERISTIK DAN GAYA HIDUP KELOMPOK …

Menghindari rokok dapat menjauhkan dari risiko penyakit jantung dan pembuluh

darah lain (Marliani, 2007).

Seseorang dikatakan perokok jika telah menghisap minimal 100 batang rokok.

Merokok dapat mengganggu kesehatan, kenyataan ini tidak dapat kita pungkiri,

banyak penyakit yang telah terbukti menjadi akibat buruk merokok baik secara

langsung maupun tidak langsung. Tembakau atau rokok paling berbahaya bagi

kesehatan manusia. Rokok secara luas telah menjadi salah satu penyebab kematian

terbesar di dunia. Menurut Departemen Kesehatan Dalam Gizi dan Promosi

Masyarakat, Indonesia merupakan salah satu negara berkembang yang memiliki

tingkat konsumsi rokok dan produksi rokok yang tinggi. Variasi produksi dan harga

rokok di Indonesia telah menyebabkan Indonesia menjadi salah satu produsen

sekaligus konsumen rokok terbesar di dunia (Depkes, 2003).

a. Kategori Perokok

a. Perokok Pasif

Perokok pasif adalah asap rokok yang di hirup oleh seseorang yang tidak

merokok (Pasive Smoker). Asap rokok merupakan polutan bagi manusia dan

lingkungan sekitarnya. Asap rokok lebih berbahaya terhadap perokok pasif daripada

perokok aktif. Asap rokok yang dihembuskan oleh perokok aktif dan terhirup oleh

perokok pasif, lima kali lebih banyak mengandung karbon monoksida, empat kali

lebih banyak mengandung tar dan nikotin (Marliani, 2007).

Universitas Sumatera Utara

Page 59: PENGARUH KARAKTERISTIK DAN GAYA HIDUP KELOMPOK …

b. Perokok Aktif

Perokok aktif adalah asap rokok yang berasal dari isapan perokok atau asap

utama pada rokok yang dihisap (mainstream). Dari pendapat diatas dapat ditarik

kesimpulan bahwa perokok aktif adalah orang merokok dan langsung menghisap

rokok serta bisa mengakibatkan bahaya bagi kesehatan diri sendiri maupun

lingkungan sekitar (Marliani, 2007).

b. Jumlah Rokok yang di Hisap

Jumlah rokok yang di hisap dapat dalam satuan batang, bungkus, pak per hari.

Jenis rokok dapat dibagi atas 3 kelompok yaitu :

a. Perokok Ringan: Disebut perokok ringan apabila merokok kurang dari 10 batang

per hari.

b. Perokok Sedang: Disebut perokok sedang jika menghisap 10-20 batang per hari.

c. Perokok Berat: Disebut perokok berat jika menghisap lebih dari 20 batang

(Bustan, 2007).

Bila sebatang rokok dihabiskan dalam sepuluh kali hisapan asap rokok maka

dalam tempo setahun bagi perokok sejumlah 20 batang (satu bungkus) per hari akan

mengalami 70.000 hisapan asap rokok. Beberapa zat kimia dalam rokok yang

berbahaya bagi kesehatan bersifat kumulatif (ditimbun), suatu saat dosis racunnya

akan mencapai titik toksis sehingga akan mulai kelihatan gejala yang ditimbulkan

(Muttaqin, 2009).

Universitas Sumatera Utara

Page 60: PENGARUH KARAKTERISTIK DAN GAYA HIDUP KELOMPOK …

Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan oleh Aris Sugiharto (2007) di

Kabupaten Karanganyar dikatakan bahwa kebiasaan merokok, untuk perokok berat

terbukti merupakan faktor risiko terjadinya hipertensi dengan nilai p=0,001; OR =

2,47; 95% CI = 1,44 – 4,23.

2.3. Masa Dewasa Madya (Middle Adulthood)

2.3.1. Pengertian Masa Dewasa Madya (Middle Adulthood)

Tahap tahap perkembangan manusia memiliki fase yang cukup panjang.

Untuk tujuan pengorganisasian dan pemahaman, kita umumnya menggambarkan

perkembangan dalam pengertian periode atau fase perkembangan.

Klasifikasi periode perkembangan yang paling luas digunakan meliputi urutan

sebagai berikut: Periode pra kelahiran, masa bayi, masa awal anak anak, masa

pertengahan dan akhir anak anak, masa remaja, masa awal dewasa, masa pertengahan

dewasa dan masa akhir dewasa (M. Baitul, 2009).

Perkiraan rata rata rentang usia menurut periode berikut ini memberi suatu

gagasan umum kapan suatu periode mulai dan berakhir. Berikut adalah penjelasan

lebih lanjut mengenai setiap periode tahap tahap perkembangan manusia dalam buku

Life-Span Development oleh John Santrock (2000).

a. Periode prakelahiran (prenatal period) ialah saat dari pembuahan hingga

kelahiran. Periode ini merupakan masa pertumbuhan yang luar biasa dari satu sel

tunggal hingga menjadi organisme yang sempurna dengan kemampuan otak dan

perilaku, yang dihasilkan kira kira dalam periode 9 bulan.

Universitas Sumatera Utara

Page 61: PENGARUH KARAKTERISTIK DAN GAYA HIDUP KELOMPOK …

b. Masa bayi (infacy)

c.

ialah periode perkembangan yang merentang dari kelahiran

hingga 18 atau 24 bulan. Masa bayi adalah masa yang sangat bergantung pada

orang dewasa. Banyak kegiatan psikologis yang terjadi hanya sebagai permulaan

seperti bahasa, pemikiran simbolis, koordinasi sensorimotor, dan belajar sosial.

Masa awal anak anak (early chidhood)

d.

yaitu periode pekembangan yang

merentang dari masa bayi hingga usia lima atau enam tahun, periode ini biasanya

disebut dengan periode prasekolah. Selama masa ini, anak anak kecil belajar

semakin mandiri dan menjaga diri mereka sendiri, mengembangkan keterampilan

kesiapan bersekolah (mengikuti perintah, mengidentifikasi huruf), dan

meluangkan waktu berjam jam untuk bermain dengan teman teman sebaya. Jika

telah memasuki kelas satu sekolah dasar, maka secara umum mengakhiri masa

awal anak anak.

Masa pertengahan dan akhir anak anak (middle and late childhood) ialah periode

perkembangan yang merentang dari usia kira kira enam hingga sebelas tahun,

yang kira kira setara dengan tahun tahun sekolah dasar, periode ini biasanya

disebut dengan tahun tahun sekolah dasar. Keterampilan keterampilan

fundamental seperti membaca, menulis, dan berhitung telah dikuasai. Anak secara

formal berhubungan dengan dunia yang lebih luas dan kebudayaan. Prestasi

menjadi tema yang lebih sentral dari dunia anak dan pengendalian diri mulai

meningkat.

Universitas Sumatera Utara

Page 62: PENGARUH KARAKTERISTIK DAN GAYA HIDUP KELOMPOK …

e. Masa remaja (adolescence)

f.

ialah suatu periode transisi dari masa awal anak anak

hingga masa awal dewasa, yang dimasuki pada usia kira kira 10 hingga 12 tahun

dan berakhir pada usia 18 tahun hingga 22 tahun. Masa remaja bermula pada

perubahan fisik yang cepat, pertambahan berat dan tinggi badan yang dramatis,

perubahan bentuk tubuh, dan perkembangan karakteristik seksual seperti

pembesaran buah dada, perkembangan pinggang dan kumis, dan dalamnya suara.

Pada perkembangan ini, pencapaian kemandirian dan identitas sangat menonjol

(pemikiran semakin logis, abstrak, dan idealistis) dan semakin banyak

menghabiskan waktu di luar keluarga.

Masa awal dewasa (early adulthood)

g.

ialah periode perkembangan yang bermula

pada akhir usia belasan tahun atau awal usia duapuluhan tahun dan yang berakhir

pada usia tigapuluhan tahun. Ini adalah masa pembentukan kemandirian pribadi

dan ekonomi, masa perkembangan karir, dan bagi banyak orang, masa pemilihan

pasangan, belajar hidup dengan seseorang secara akrab, memulai keluarga, dan

mengasuh anak anak.

Masa pertengahan dewasa (middle adulthood) ialah periode perkembangan yang

bermula pada usia kira kira 35 hingga 55 tahun dan merentang hingga usia

enampuluhan tahun. Ini adalah masa untuk memperluas keterlibatan dan tanggung

jawab pribadi dan sosial seperti membantu generasi berikutnya menjadi individu

yang berkompeten, dewasa dan mencapai serta mempertahankan kepuasan dalam

berkarir.

Universitas Sumatera Utara

Page 63: PENGARUH KARAKTERISTIK DAN GAYA HIDUP KELOMPOK …

h. Masa akhir dewasa (late adulthood)

Teori perkembangan Havighurst (1972), telah diringkas dalam tujuh tugas

perkembangan untuk orang dewasa tengah. Tugas perkembangan tersebut meliputi:

ialah periode perkembangan yang bermula

pada usia enampuluhan atau tujuh puluh tahun dan berakhir pada kematian. Ini

adalah masa penyesuaian diri atas berkurangnya kekuatan dan kesehatan, menatap

kembali kehidupannya, pensiun, dan penyesuaian diri dengan peran peran sosial

baru.

a. Pencapaian tanggung jawab sosial orang dewasa

b. Menetapkan dan mempertahankan standar kehidupan

c. Membantu anak-anak remaja

d. Mengembangkan aktivitas luang

e. Berhubungan dengan pasangannya sebagai individu

f. Menerima dan menyesuaikan perubahan fisiologis pada usia pertengahan

g. Menyesuaikan diri dengan orang tua yang telah lansia.

2.3.2. Tahap-Tahap Perkembangan Dewasa Madya

a. Perkembangan fisiologis

Perubahan yang paling terlihat adalah rambut beruban, kulit mulai mengerut

dan pinggang membesar. Kebotakan biasanya terjadi selama masa usia pertengahan,

tetapi juga dapat terjadi pada pria dewasa awal. Penurunan ketajaman penglihatan dan

pendengaran sering terlihat pada periode ini.

Universitas Sumatera Utara

Page 64: PENGARUH KARAKTERISTIK DAN GAYA HIDUP KELOMPOK …

b. Perkembangan kognitif

Perubahan kognitif pada masa dewasa tengah jarang terjadi kecuali karena

sakit atau trauma. Dewasa tengah dapat mempelajari keterampilan dan informasi

baru. Beberapa dewasa tengah mengikuti program pendidikan dan kejuruan untuk

mempersiapkan diri memasuki pasar kerja atau perubahan pekerjaan.

c. Perkembangan psikosial

Perubahan psikososial pada masa dewasa tengah dapat meliputi kejadian yang

diharapkan, perpindahan anak dari rumah, atau peristiwa perpisahan dalam

pernikahan atau kematian teman. Perubahan ini mungkin mengakibatkan stress yang

dapat memengaruhi seluruh tingkat kesehatan dewasa (Winanti, 2009).

2.4. Landasan Teori

Menurut Blum (1986) dalam buku Notoatmodjo (2005), bahwa faktor-faktor

yang berpengaruh terhadap derajat kesehatan seseorang/masyarakat dipengaruhi oleh

4 faktor, yaitu ;

a. Environment (lingkungan). Lingkungan ini meliputi lingkungan fisik (baik natural

atau buatan manusia), dan sosiokultur (ekonomi, pendidikan, pekerjaan dll).

b. Perilaku (Life Styles), gaya hidup individu/masyarakat sangat memengaruhi derajat

kesehatan. Dalam masyarakat yang mengalami transisi dari masyarakat

tradisional menuju masyarakat modern, akan terjadi perubahan gaya hidup pada

masyarakat tersebut yang akan memengaruhi derajat kesehatan. Misalnya; pada

masyarakat tradisonal dimana sarana transportasi masih sangat minim maka

Universitas Sumatera Utara

Page 65: PENGARUH KARAKTERISTIK DAN GAYA HIDUP KELOMPOK …

masyarakat terbiasa berjalan kaki dalam beraktivitas, sehingga

individu/masyarakat senantiasa menggerakkan anggota tubuhnya (berolah raga).

Pada masyarakat modern dimana sarana transportasi sudah semakin maju, maka

individu/masyarakat terbiasa beraktifitas dengan menggunakan transportasi

seperti kendaraan bermotor sehingga individu/masyarakat kurang menggerakkan

anggota tubunya (berolah raga). Kondisi ini dapat beresiko mengakibatkan

obesitas pada masyarakat modern karena kurang berolah raga ditambah lagi

kebiasaan masyarakat modern mengonsumsi makanan cepat saji yang kurang

mengandung serat. Fakta di atas akan mengakibatkan transisi epidemiologis dari

penyakit menular ke penyakit degeneratif.

c. Heredity, faktor genetik ini sangat berpengaruh pada derajat kesehatan. Hal ini

karena ada beberapa penyakit yang diturunkan lewat genetik. Faktor hereditas

sulit untuk diintervensi karena hal ini merupakan bawaan dari lahir dan jika dapat

diintervensi maka harga yang dibayar sangat mahal.

d. Health Care Sevices, pelayanan kesehatan juga memengaruhi derajat kesehatan.

Pelayanan kesehatan disini adalah pelayanan kesehatan yang paripurna dan

integratif antara promotif, preventif, kuratif dan rehabilitatif. Semakin mudah

akses individu/masyarakat terhadap pelayanan kesehatan maka derajat kesehatan

masyarakat akan semakin baik.

Universitas Sumatera Utara

Page 66: PENGARUH KARAKTERISTIK DAN GAYA HIDUP KELOMPOK …

Gambar 2.1. Faktor-Faktor yang Memengaruhi Kesehatan

Landasan teori menurut HL.Blum (1986), dari faktor-faktor yang dapat

memengaruhi derajat kesehatan manusia, tidak semuanya akan diteliti pada penelitian

ini, dengan berbagai pertimbangan dan melihat situasi di lapangan bahwa variabel

yang diambil harus dapat diukur dan sesuai dengan kepustakaan yang ada menurut

peneliti. Variabel yang diambil adalah variabel karakteristik kelompok dewasa madya

(umur, pendidikan, jenis kelamin dan pekerjaan) dan gaya hidup kelompok dewasa

madya (aktifitas fisik, pola makan, kebiasaan istirahat dan riwayat merokok).

Lingkungan: a. Fisik b. Biologis c. Sosiokultural

Pelayanan Kesehatan: a. Promotif b. Preventif c. Kuratif d. Rehabilitatif

Perilaku: a. Gaya hidup b. Sikap

Herediter/ Genetik

Derajat Kesehatan

Universitas Sumatera Utara

Page 67: PENGARUH KARAKTERISTIK DAN GAYA HIDUP KELOMPOK …

2.5. Kerangka Konsep

Variabel Independen Variabel Dependen

Gambar 2.2. Kerangka Konsep Penelitian

Gaya Hidup Dewasa Madya:

- Aktifitas Fisik - Pola Makan - Kebiasaan Istirahat - Kebiasaan

Merokok

Kejadian Hipertensi

Karakteristik Kelompok Dewasa Madya:

- Umur - Pendidikan - Jenis Kelamin - Pekerjaan

Universitas Sumatera Utara

Page 68: PENGARUH KARAKTERISTIK DAN GAYA HIDUP KELOMPOK …

BAB 3

METODE PENELITIAN

3.1. Jenis Penelitian

Jenis penelitian yang digunakan adalah studi analitik dengan disain studi

Matched Case Control dengan memilih kasus yang menderita hipertensi pada

kelompok dewasa madya dan kontrol yang tidak menderita hipertensi pada kelompok

dewasa madya. Penelitian dimulai dengan mengidentifikasi pasien dengan hipertensi

(retrospektif) melalui survey dan pemeriksaan secara langsung kepada pasien.

Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis pengaruh gaya hidup (aktifitas fisik, pola

makan, istirahat dan riwayat merokok) terhadap kejadian Hipertensi pada Dewasa

Madya di Wilayah Kerja Puskesmas Matiti Kecamatan Doloksanggul.

Rancangan Penelitian Case Control yang diajukan sebagai berikut:

Gambar 3.1. Desain Case Control

Terpapar Faktor Resiko

Tidak Terpapar Faktor Resiko

Retrospektif Responden yang

menderita Hipertensi

Kasus

Terpapar Faktor Resiko

Tidak Terpapar Faktor Resiko

Retrospektif Responden yang tidak menderita

Hipertensi Kontrol

Universitas Sumatera Utara

Page 69: PENGARUH KARAKTERISTIK DAN GAYA HIDUP KELOMPOK …

3.2. Lokasi dan Waktu Penelitian

3.2.1. Lokasi Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di wilayah kerja Puskesmas Matiti Kecamatan

Doloksanggul. Alasan memilih lokasi ini karena penderita hipertensi khususnya

kelompok dewasa madya di wilayah kerja Puskesmas Matiti Kecamatan

Doloksanggul lebih tinggi jika dibandingkan dengan Puskesmas lain yang ada di

Kabupaten Humbang Hasundutan.

3.2.2. Waktu Penelitian

Penelitian ini dimulai bulan Januari-Agustus 2012 dari melakukan

penelusuran kepustakaan, penyusunan proposal, seminar proposal, penelitian, analisis

data dan penyusunan laporan akhir.

3.3. Populasi dan Sampel

3.3.1. Populasi

a. Populasi Kasus

Populasi kasus adalah seluruh penderita hipertensi pada kelompok dewasa

madya di wilayah kerja Puskesmas Matiti.

b. Populasi Kontrol

Populasi kontrol adalah seluruh masyarakat kelompok dewasa madya yang

tidak menderita hipertensi di wilayah kerja Puskesmas Matiti. Keseluruhan populasi

kasus dan kontrol adalah sebanyak 2856 orang.

Universitas Sumatera Utara

Page 70: PENGARUH KARAKTERISTIK DAN GAYA HIDUP KELOMPOK …

3.3.2. Sampel

a. Sampel kasus adalah penderita hipertensi pada kelompok dewasa madya di

wilayah kerja Puskesmas Matiti yang di dapat melalui survei dan pemeriksaan

langsung kepada pasien yang ada di wilayah kerja Puskesmas Matiti.

b. Sampel kontrol adalah yang bukan penderita Hipertensi pada kelompok dewasa

madya yang ada di wilayah kerja Puskesmas Matiti. Dengan menjadikan kasus dan

kontrol berpasang-pasangan dilihat dari jenis kelamin responden, umur responden

dan tempat tinggal responden (Matching).

Besar sampel dalam penelitian ini digunakan rumus sebagai berikut (Sudigdo,

2008) :

2

2

2/1

)2/1(

)1(2

−+

=

P

PPzz

α

2

2)2/155,0(

)55,01(55,028,1296,1

−+

=m

q₁ = 1 – P₁ = 1- 0,32 = 0,67

q₀= 1 – P₀ = 1- 0,48 = 0,52

Keterangan : α = Tingkat kemaknaan 5%

Z1-α = Nilai devisi normal pada α 5% = 1,96

Universitas Sumatera Utara

Page 71: PENGARUH KARAKTERISTIK DAN GAYA HIDUP KELOMPOK …

Z1-β = Nilai devisi normal pada β 10% = 1,28

OR = Odd rasio = 1,25 (penelitian terdahulu)

P0 = Proporsi kontrol yang mempunyai faktor positif/terpajan = 0,48

P1 = Proporsi kasus yang mempunyai faktor positif/terpajan = 0,32

Tabel 3.1. Besar Sampel Berdasarkan Beberapa Variabel dari Penelitian Terdahulu

Variabel OR n Status Merokok Pola Makan Aktifitas

1,25 1,32 1,62 4,35 2,01 2,33

155 154 152 95

120 115

Setelah dilakukan penghitungan sampel dengan mengambil OR terkecil dari

penelitian terdahulu yaitu OR status merokok (1,25) maka diperoleh jumlah sampel

131. Sehingga total sampel sebanyak 262 responden, dimana sampel kasus sebanyak

131 dan sampel kontrol sebanyak 131, sehingga perbandingan kasus dan kontrol

adalah 1:1. Variabel lain yang belum diketahui nilai OR yaitu kebiasaan istirahat,

maka menggunakan OR minimal sebesar 2. Dengan mengambil OR terkecil yaitu

1,25 dari variabel status merokok, maka sudah dianggap mewakili keseluruhan

variabel yang diteliti.

3.3.3. Tekhnik Pengambilan Sampel

Pengambilan sampel dalam penelitian ini dilakukan dengan cara dua (2) tahap

yaitu :

Universitas Sumatera Utara

Page 72: PENGARUH KARAKTERISTIK DAN GAYA HIDUP KELOMPOK …

a. Tahap pertama dengan menggunakan teknik cluster sampling yaitu

pengelompokan sampel berdasarkan wilayah atau lokasi populasi. Cluster adalah

kelurahan dan desa yang terdapat di Kecamatan Doloksanggul yaitu sebanyak 1

kelurahan dan 17 desa. Pusat cluster adalah kantor kelurahan dan kantor kepala

desa dan pemilihan sampel yang diambil yaitu berdasarkan arah mata angin

(Utara, Timur, Selatan, Barat) dari pusat cluster.

b. Tahap kedua merupakan pemilihan anggota sampel yang dilakukan secara

convinience sampling dimana subjek dijadikan sampel karena kebetulan dijumpai

di tempat dan waktu secara bersamaan pada pengumpulan data.

Tabel 3.2. Pembagian Sampel Berdasarkan Wilayah Penelitian

No Wilayah Sampel yang diinginkan 1 Doloksanggul 284/2856 x 131 = 13 responden 2 Pasaribu 189/2856 x 131 = 9 responden 3 Bonanionan 89/2856 x 131 = 4 responden 4 Hutaraja 167/2856 x 131 = 8 responden 5 Sosorgonting 165/2856 x 131 = 8 responden 6 Sirisi-risi 182/2856 x 131 = 8 responden 7 Simangaronsang 171/2856 x 131 = 8 responden 8 Pariksinomba 184/2856 x 131 = 8 responden 9 Silaga-laga 183/2856 x 131 = 8 responden 10 Janji 152/2856 x 131 = 7 responden 11 Sihite 234/2856 x 131 = 11 responden 12 Hutabagasan 105/2856 x 131 = 5 responden 13 Matiti 184/2856 x 131 = 8 responden 14 Hutagurgur 115/2856 x 131 = 5 responden 15 Sosortombak 132/2856 x 131 = 6 responden 16 Sampean 96/2856 x 131 = 5 responden 17 Sirogos 114/2856 x 131 = 5 responden 18 Lumbanluhut 110/2856 x 131 = 5 responden

Total 131 responden

Universitas Sumatera Utara

Page 73: PENGARUH KARAKTERISTIK DAN GAYA HIDUP KELOMPOK …

3.3.4. Kriteria Sampel

a. Kriteria Inklusi untuk Kasus

a.1. Responden yang menderita hipertensi pada kelompok dewasa madya setelah

dilakukan pemeriksaan dengan tensimeter

a.2. Responden bersedia diwawancarai

b. Kriteria Inklusi untuk Kontrol

b.1. Responden yang tidak menderita hipertensi pada kelompok dewasa madya.

b.2. Responden bersedia diwawancarai.

c. Kriteria Eksklusi Kasus dan Kontrol

c.1. Responden tidak bersedia diwawancarai.

c.2. Subjek kasus yang menderita hipertensi sekunder

3.4. Metode Pengumpulan Data

3.4.1. Jenis Data

a. Data Primer

Pengumpulan data primer dilakukan dengan wawancara menggunakan

kuesioner dan pengukuran tekanan darah. Alat ukur yang digunakan:

a.1. Kuesioner untuk mendapatkan variabel independent (karakteristik dan gaya

hidup kelompok dewasa madya) melalui kuesioner yang sudah di uji coba.

a.2. Tekanan darah, diukur dengan satuan mmHg dengan menggunakan alat

spygnomanometer dengan merek yang sudah di standarisasi. Pengukuran

tekanan darah dilakukan dalam 2 kali pengukuran dalam waktu yang berbeda

Universitas Sumatera Utara

Page 74: PENGARUH KARAKTERISTIK DAN GAYA HIDUP KELOMPOK …

setelah responden duduk atau berbaring selama 5 menit. Tekanan darah yang

paling rendah dalam 2 kali pengukuran menjadi ukuran untuk mendapatkan

variabel dependent.

b. Data Sekunder

Pengumpulan data sekunder dilakukan dengan mengambil data-data dari

dokumen atau catatan yang diperoleh dari Kantor Kecamatan Doloksanggul dan dari

dokumen pencatatan di Puskesmas Matiti, yaitu tentang gambaran umum lokasi

penelitian.

3.4.2. Uji Validitas dan Reliabilitas

a. Uji Validitas

Uji validitas menggunakan rumus Pearson Product Moment, setelah itu diuji

dengan menggunakan uji t, dilihat penafsiran dan indeks korelasinya. Uji validitas

bertujuan mengetahui sejauh mana suatu ukuran atau nilai yang menunjukan tingkat

kehandalan atau kesahihan suatu alat ukur dengan cara mengukur korelasi antara

variabel pada analisis reliabilitas dengan melihat nilai correlation corrected item,

dengan ketentuan jika nilai r hitung > r tabel, maka dinyatakan valid dan sebaliknya

(Hidayat, 2010).

Berdasarkan hasil uji validitas variabel gaya hidup (pola makan, aktifitas fisik,

kebiasaan istirahat) terlihat hasil korelasi diketahui bahwa semua item mempunyai

korelasi > 0,361, maka dapat dikatakan bahwa item alat ukur tersebut valid dan dapat

digunakan dalam pengumpulan data penelitian.

Universitas Sumatera Utara

Page 75: PENGARUH KARAKTERISTIK DAN GAYA HIDUP KELOMPOK …

Tabel 3.3. Hasil Uji Validitas Variabel Gaya Hidup (Aktifitas Fisik, Pola Makan, Kebiasaan Istirahat)

No Variabel Corrected Item-Total Corelation Keterangan 1 Aktifitas Fisik

Item1 0,967 Valid Item2 0,880 Valid Item3 0,920 Valid Item4 0,824 Valid 2 Pola Makan Item1 0,707 Valid Item2 0,587 Valid Item3 0,725 Valid Item4 0,587 Valid Item5 0,744 Valid Item6 0,626 Valid Item7 0,744 Valid

Item8 0,615 Valid 3 Kebiasaan Istirahat Item1 0,974 Valid Item2 0,859 Valid Item3 0,890 Valid Item4 0,824 Valid

b. Reliabilitas

Setelah mengukur validitas maka perlu mengukur reliabilitas data, apakah alat

ukur dapat dipergunakan atau tidak. Dalam mengukur reliabilitas ini dengan

menggunakan rumus Cronbach’s Alpha.

Pertanyaan dikatakan reliabel, jika jawaban responden terhadap pertanyaan

(kuesioner) adalah konsisten atau stabil dari waktu ke waktu. Reliabilitas

menunjukkan pada suatu pengertian bahwa suatu instrumen cukup dapat dipercaya,

untuk digunakan sebagai alat pengumpul data karena instrumen tersebut sudah baik.

Instrumen yang sudah dapat dipercaya atau reliabel akan menghasilkan data yang

Universitas Sumatera Utara

Page 76: PENGARUH KARAKTERISTIK DAN GAYA HIDUP KELOMPOK …

dapat dipercayai juga. Apabila datanya memang benar dan sesuai dengan kenyataan,

maka berapa kali diambil tetap akan sama (Riwidikdo

Reliabilitas data merupakan indeks yang menunjukkan sejauh mana suatu alat

pengukur dapat menunjukkan ketepatan dan dapat dipercayai dengan menggunakan

metode Cronbach’s Alpha, yaitu menganalisis reliabilitas alat ukur dari satu kali

pengukuran, dengan ketentuan, jika nilai r Alpha > r tabel, maka dinyatakan reliabel

(Riyanto 2009).

, 2009).

Berdasarkan hasil uji reliabilitas variabel gaya hidup kelompok dewasa madya

terlihat nilai Cronbach’s Alpha > 0,361, maka kuesioner tersebut dikatakan reliabel.

Tabel 3.4. Hasil Uji Reliabilitas Variabel Gaya Hidup (Aktifitas Fisik, Pola Makan, Kebiasaan Istirahat)

No Variabel Cronbach’s Alpha Keterangan 1 Aktifitas Fisik 0,846 Reliabel 2 Pola Makan 0,775 Reliabel 3 Kebiasaan Istirahat 0,849 Reliabel

Uji validitas dan reliabilitas dilakukan di Puskesmas Saitnihuta dengan 30

orang penderita hipertensi pada kelompok dewasa madya. Dengan asumsi bahwa

karakteristik masyarakat yang berada di wilayah kerja Puskesmas Saitnihuta dengan

Puskesmas Matiti relatif sama.

Universitas Sumatera Utara

Page 77: PENGARUH KARAKTERISTIK DAN GAYA HIDUP KELOMPOK …

3.5. Variabel dan Definisi Operasional

3.5.1. Variabel Bebas

A. Karakteristik Responden

a. Umur adalah jumlah tahun hidup responden pada saat wawancara yang di hitung

dari ulang tahun terakhir (dibulatkan pada yang lebih mendekati).

Kategori umur : 0. 35-45 tahun

1. >45-55 tahun

b. Pendidikan adalah jenjang pendidikan formal tertinggi yang pernah ditempuh dan

diselesaikan oleh responden dengan memperoleh ijazah.

Kategori pendidikan : 0. Dasar : SD/SMP dan Menengah : SMA

1. Tinggi : Diploma/S1

(Kemendiknas, 2009)

c. Jenis kelamin adalah perbedaan antara perempuan dengan laki-laki secara biologis

sejak seseorang lahir.

Kategori jenis kelamin : 0. Laki-laki

1. Wanita

d. Pekerjaan adalah aktifitas yang dilakukan responden untuk memenuhi kebutuhan

hidup.

Kategori pekerjaan : 0. Bekerja

1. Tidak bekerja.

Universitas Sumatera Utara

Page 78: PENGARUH KARAKTERISTIK DAN GAYA HIDUP KELOMPOK …

B. Gaya Hidup

a. Aktifitas fisik adalah kegiatan yang biasa dilakukan setiap hari yang bertujuan

untuk meningkatkan kesehatan.

Kategori aktifitas fisik: 0. Tidak Cukup

1. Cukup

Pengukuran variabel aktifitas fisik disusun dengan 4 pertanyaan yang

diajukan dengan jawaban “<30 menit (bobot nilai 0), >30 menit (bobot nilai 1)”,

dan dikategorikan menjadi 2, yaitu:

0. Tidak Cukup, jika responden memperoleh skor ≤ 50% yaitu 2

1. Cukup, jika responden memperoleh skor > dari 50% yaitu 3-4

b. Pola makan adalah kebiasaan makan yang meliputi jumlah, jenis dan frekwensi

makan sehari-hari.

Kategori pola makan: 0. Tidak baik

1. Baik

Pengukuran variabel pola makan disusun dengan 8 pertanyaan yang

diajukan. Untuk pertanyaan nomor 1 sampai 6, menjawab ”1 kali (bobot nilai 5),

2 kali (bobot nilai 4), 3 kali (bobot nilai 3), 4 kali (bobot nilai 2), 5 kali (bobot

nilai 1)”, dan untuk pertanyaan nomor 7 sampai 8 apabila menjawab ”1 kali

(bobot nilai 1), 2 kali (bobot nilai 2), 3 kali (bobot nilai 3), 4 kali (bobot nilai 4), 5

kali (bobot nilai 5)”, dan dikategorikan menjadi 2, yaitu:

0. Tidak baik, jika responden memperoleh skor ≤ 50% yaitu ≤ 20

Universitas Sumatera Utara

Page 79: PENGARUH KARAKTERISTIK DAN GAYA HIDUP KELOMPOK …

1. Baik, jika responden memperoleh skor > 50% yaitu >20

c. Istirahat adalah kebiasaan istirahat/tidur yang dilakukan baik siang maupun malam

hari.

Kategori istirahat: 0. Tidak cukup

1. Cukup

Pengukuran variabel istirahat disusun dengan 4 pertanyaan yang diajukan.

Untuk pertanyaan nomor 1 sampai 2 apabila menjawab 1 kali (bobot nilai 5), 2

kali (bobot nilai 4), 3 kali (bobot nilai 3), 4 kali (bobot nilai 2), 5 kali (bobot nilai

1)”, dan untuk pertanyaan 3 sampai 4 apabila menjawab 1 kali (bobot nilai 1), 2

kali (bobot nilai 2), 3 kali (bobot nilai 3), 4 kali (bobot nilai 4), 5 kali (bobot nilai

5), dan dikategorikan menjadi 2, yaitu:

0. Tidak cukup, jika responden memperoleh skor ≤ 50% yaitu 1-10

1. Cukup, jika responden memperoleh skor > 50% yaitu 11-20

d. Riwayat Merokok adalah kebiasaan menghisap rokok yang dapat merugikan

kesehatan. Kategori riwayat merokok: 0. Ya

1. Tidak

Pengukuran variabel riwayat merokok disusun dengan 1 pertanyaan yang

diajukan dengan jawaban ”ya (bobot nilai 0)” dan ”tidak (bobot nilai 1)”.

3.5.2. Variabel Terikat

a. Kejadian Hipertensi adalah keadaan yang menunjukkan tekanan darah lebih tinggi

dari normal.

Universitas Sumatera Utara

Page 80: PENGARUH KARAKTERISTIK DAN GAYA HIDUP KELOMPOK …

Kategori Hipertensi: 0. Penderita Hipertensi

1. Tidak Menderita Hipertensi

Pengukuran tekanan darah menggunakan tensimeter dan mengacu pada

kriteria WHO dimana penderita hipertensi adalah ≥ 1 30 mmHg sistol dan

diastolnya ≥ 80 mmHg.

3.6. Metode Pengukuran

Tabel 3.5. Variabel, Cara, Alat, Skala dan Hasil Ukur

Variabel Cara dan Alat Ukur

Skala Ukur

Hasil Ukur

Variabel Bebas 1. Karakteristik

Dewasa Madya a. Umur

b. Pendidikan

Wawancara (Kuesioner) Wawancara (Kuesioner)

Ordina Ordinal

0. 35-45 tahun 1. >45-55 tahun 0. Dasar : SD/SMP dan

Menengah 1. Tinggi : Diploma/S1

c. Jenis Kelamin

d. Pekerjaan

Wawancara (Kuesioner) Wawancara (Kuesioner)

Ordinal Ordinal

0. Laki-laki 1. Wanita 0. Tidak bekerja 1. Bekerja

2. Gaya Hidup a. Aktifitas Fisik Wawancara

(kuesioner) Ordinal 0. Tidak Cukup

1. Cukup b. Pola Makan Wawancara

(kuesioner) Ordinal 0. Tidak baik

1. Baik c. Istirahat Wawancara

(kuesioner) Ordinal 0. Tidak Cukup

1. Cukup d. Riwayat

Merokok Wawancara (Kuesioner)

Ordinal 0. Ya 1. Tidak

Variabel Terikat 2. Kejadian Hipertensi

Tensi Meter Ordinal 0. Penderita Hipertensi 1. Tidak Penderita Hipertensi

Universitas Sumatera Utara

Page 81: PENGARUH KARAKTERISTIK DAN GAYA HIDUP KELOMPOK …

3.7. Metode Analisis Data

3.7.1. Analisis Univariat

Analisis data secara univariat dilakukan untuk mendapatkan gambaran

distribusi frekuensi responden. Analisa ini digunakan untuk memperoleh gambaran

pada masing-masing variabel independen yang meliputi karakteristik (umur, jenis

kelamin, pendidikan, pekerjaan), gaya hidup (aktifitas fisik, pola makan, istirahat dan

riwayat merokok) dan variabel dependen yaitu kejadian hipertensi.

3.7.2. Analisis Bivariat

Analisis bivariat dilakukan untuk menguji ada tidaknya hubungan

karakteristik kelompok dewasa madya (umur, pendidikan, pekerjaan, jenis kelamin)

dan gaya hidup kelompok dewasa madya (aktifitas fisik, pola makan, kebiasaan

istirahat, dan riwayat merokok) terhadap kejadian hipertensi pada kelompok dewasa

madya di wilayah kerja Puskesmas Matiti Kabupaten Humbang Hasundutan dengan

menggunakan statistik uji chi-square kemudian hasilnya dinarasikan.

3.7.3. Analisis Multivariat

Analisis multivariat dilakukan untuk menguji pengaruh karakteristik dewasa

madya yang terdiri dari umur, pendidikan, pekerjaan, jenis kelamin dan gaya hidup

yang terdiri dari aktifitas fisik, pola makan, istirahat dan riwayat merokok terhadap

kejadian hipertensi pada kelompok dewasa madya di wilayah kerja Puskesmas Matiti

dengan menggunakan uji statistik Regresi Logistik Berganda. Analisis multivariat

dilakukan pada variabel bebas yang berhubungan dengan variabel terikat. Alasan

Universitas Sumatera Utara

Page 82: PENGARUH KARAKTERISTIK DAN GAYA HIDUP KELOMPOK …

pemilihan uji statistik dengan menggunakan uji Regresi Logistik Ganda pada analisis

multivariat adalah :

a. Variabel bebas berskala ordinal dan > 1 variabel

b. Variabel terikat berskala ordinal dan 1 variabel (Nursalam, 2010).

c. Variabel terikat dikotomi (Sastro asmoro, 2008).

Universitas Sumatera Utara

Page 83: PENGARUH KARAKTERISTIK DAN GAYA HIDUP KELOMPOK …

BAB 4

HASIL PENELITIAN

4.1. Gambaran Umum Lokasi Penelitian

Puskesmas Matiti terletak di kecamatan Dolok Sanggul Kabupaten Humbang

Hasundutan batas wilayah sebagai berikut :

1. Sebelah Utara : Kecamatan Pollung

2. Sebelah Selatan : Desa Saitnihuta

3. Sebelah Barat : Kecamatan Parlilitan

4. Sebelah Timur : Kecamatan Lintong Nihuta

4.2. Analisis Univariat

Analisis univariat yang diteliti dalam penelitian ini meliputi variabel bebas

yaitu : karakteristik kelompok dewasa madya (umur, pendidikan, jenis kelamin dan

pekerjaan) dan gaya hidup dewasa madya (aktivitas fisik, pola makan, kebiasaan

istirahat dan kebiasaan merokok) dan variabel terikat yaitu kejadian hipertensi.

4.2.1. Karakteristik Kelompok Dewasa Madya Berdasarkan Umur dan Jenis Kelamin

Kelompok dewasa madya berdasarkan umur dan jenis kelamin di matching

dalam penelitian ini. Untuk melihat umur dan jenis kelamin yang di matching dapat

dilihat pada Tabel 4.1:

Berdasarkan tabel 4.1. dapat di lihat bahwa umur responden dengan kategori

35-45 tahun pada kelompok kasus dan kontrol sebanyak 56 orang dan pada umur

Universitas Sumatera Utara

Page 84: PENGARUH KARAKTERISTIK DAN GAYA HIDUP KELOMPOK …

responden dengan kategori >45-55 tahun pada kelompok kasus dan kontrol sebanyak

75 orang dengan jenis kelamin laki-laki pada kelompok kasus dan kontrol sebanyak

84 orang dan jenis kelamin wanita pada kelompok kasus dan kontrol sebanyak 47

orang.

Tabel 4.1. Kelompok Matching dalam Penelitian (Umur dan Jenis Kelamin)

Variabel Kasus Kontrol 1 Karakteristik n % n % a Umur 35-45 tahun 56 42,7 56 42,7 >45-55 tahun 75 57,3 75 57,3 Total 131 100,0 131 100,0 b Jenis Kelamin Laki-laki 84 64,1 84 64,1 Wanita 47 35,9 47 35,9 Total 131 100,0 131 100,0

Berdasarakan tabel 4.2. dapat dilihat bahwa variabel pendidikan pada

kelompok kasus lebih banyak pendidikan dasar/menengah sebanyak 94 orang

(71,8%) dimana responden yang berpendidikan dasar (SD) sebanyak 58 orang

(44,2%), pendidikan menengah sebanyak 36 orang (27,4%), dan pada kelompok

kontrol juga lebih banyak pada pendidikan dasar/menengah yaitu sebanyak 103

(78,6%), dimana responden yang berpendidikan dasar sebanyak 64 orang (48,8%),

pendidikan menengah sebanyak 49 orang (37,4%). Pada variabel pekerjaan pada

kelompok kasus lebih banyak pada responden yang bekerja sebanyak 122 orang

(93,1%), dan pada kelompok kontrol juga lebih banyak pada responden yang bekerja

sebanyak 111 orang (84,7%). Pada variabel aktifitas fisik pada kelompok kasus lebih

banyak pada responden dengan aktifitas yang tidak cukup sebanyak 66 orang (50,4%)

Universitas Sumatera Utara

Page 85: PENGARUH KARAKTERISTIK DAN GAYA HIDUP KELOMPOK …

dan pada kelompok kontrol lebih banyak pada responden dengan aktifitas yang cukup

sebanyak 85 orang (64,9%). Pada variabel pola makan pada kelompok kasus lebih

banyak pada responden dengan pola makan yang tidak baik sebanyak 103 orang

(78,6%) dan pada kelompok kontrol lebih banyak pada responden dengan pola makan

yang baik sebanyak 74 orang (56,5%). Variabel kebiasaan istirahat pada kelompok

kasus lebih banyak pada responden dengan kebiasaan istirahat yang tidak cukup

sebanyak 87 orang (66,4%) dan pada kelompok kontrol lebih banyak pada responden

dengan kebiasaan istirahat yang cukup sebanyak 76 orang (58,0%). Variabel

kebiasaan merokok pada kelompok kasus lebih banyak pada responden dengan

kebiasaan merokok sebanyak 84 orang (64,1%) dan pada kelompok kontrol lebih

banyak pada responden yang tidak merokok sebanyak 88 orang (67,2%).

Tabel 4.2. Distribusi Karakteristik (Pendidikan, Pekerjaan) dan Gaya Hidup Kelompok Dewasa Madya (Aktifitas Fisik, Pola Makan, Kebiasaan Istirahat, Kebiasan Merokok) di Wilayah Kerja Puskesmas Matiti Kabupaten Humbang Hasundutan

No Variabel Kasus Kontrol

n % n % 1. Karakteristik a Pendidikan Dasar/Menengah 94 71,8 103 78,6 Tinggi 37 28,2 28 21,4 Total 131 100,0 131 100,0 b Pekerjaan Bekerja 122 93,1 111 84,7 Tidak bekerja 9 6,9 20 15,3 Total 131 100,0 131 100,0 2. Gaya Hidup

a Aktifitas fisik Tidak cukup 66 50,4 46 35,1 Cukup 65 49,6 85 64,9 Total 131 100,0 131 100,0

Universitas Sumatera Utara

Page 86: PENGARUH KARAKTERISTIK DAN GAYA HIDUP KELOMPOK …

Tabel 4.2. (Lanjutan)

b Pola Makan Tidak baik 103 78,6 57 43,5 Baik 28 21,4 74 56,5 Total 131 100,0 131 100,0

c Kebiasaan istirahat Tidak cukup 87 66,4 55 42,0 Cukup 44 33,6 76 58,0 Total 131 100,0 131 100,0

d Kebiasaan Merokok Ya 84 64,1 43 32,8 Tidak 47 35,9 88 67,2 Total 131 100,0 131 100,0 4.3. Analisis Bivariat

Analisis bivariat digunakan untuk mengidentifikasi hubungan variabel bebas

yaitu : karakteristik kelompok dewasa madya (pendidikan, pekerjaan) dan gaya hidup

dewasa madya (aktivitas fisik, pola makan, kebiasaan istirahat dan kebiasaan

merokok) dengan variabel terikat yaitu kejadian hipertensi.

Hasil analisis pengaruh pendidikan responden dengan kejadian hipertensi

diperoleh bahwa kelompok kasus ada sebanyak 94 orang (71,8%) dengan pendidikan

dasar (SD/SMP) dan menengah (SMA), sedangkan pada kelompok kontrol ada

sebanyak 103 orang (78,6%) dengan pendidikan dasar (SD/SMP) dan menengah

(SMA). Kemudian dari kelompok kasus ada sebanyak 37 orang (28,2%) dengan

pendidikan tinggi (Diploma/S1), sedangkan pada kelompok kontrol ada sebanyak 28

orang (21,4%) dengan pendidikan tinggi (Diploma/S1). Hasil uji statistik chi square

diperoleh nilai p=0,252 > 0,05, dengan OR sebesar 0,691 (95%CI = 0,393-1,215),

Universitas Sumatera Utara

Page 87: PENGARUH KARAKTERISTIK DAN GAYA HIDUP KELOMPOK …

artinya tidak ada pengaruh antara variabel pendidikan responden dengan kejadian

hipertensi.

Hasil analisis pengaruh pekerjaan responden dengan kejadian hipertensi

diperoleh bahwa kelompok kasus ada sebanyak 122 orang (93,1%) yang bekerja,

sedangkan pada kelompok kontrol ada sebanyak 111 orang (84,7%) yang bekerja.

Kemudian kelompok kasus ada sebanyak 9 orang (6,9%) yang tidak bekerja,

sedangkan pada kelompok kontrol ada sebanyak 20 orang (15,3%) yang tidak

bekerja. Hasil uji statistik chi square diperoleh nilai p=0,049 < 0,05 artinya ada

pengaruh antara variabel pekerjaan responden terhadap kejadian hipertensi dengan

OR sebesar 2,442 (95%CI = 1,068-5,588), menunjukkan bahwa responden yang

menderita hipertensi 2,4 kali kecenderungan bekerja dibanding dengan yang tidak

menderita hipertensi.

Hasil analisis pengaruh aktifitas fisik dengan kejadian hipertensi diperoleh

bahwa kelompok kasus ada sebanyak 66 orang (50,4%) dengan aktifitas fisik tidak

cukup, sedangkan pada kelompok kontrol ada sebanyak 46 orang (35,1%) dengan

aktifitas fisik tidak cukup. Kemudian kelompok kasus ada sebanyak 65 orang

(49,6%) dengan aktifitas fisik cukup, sedangkan pada kelompok kontrol ada sebanyak

85 orang (64,9%) dengan aktifitas fisik cukup. Hasil uji statistik chi square diperoleh

nilai p=0,018 < 0,05, artinya ada pengaruh antara variabel aktifitas fisik dengan

kejadian hipertensi dengan OR sebesar 1,876 (95%CI = 1,143-3,081), menunjukkan

Universitas Sumatera Utara

Page 88: PENGARUH KARAKTERISTIK DAN GAYA HIDUP KELOMPOK …

bahwa responden yang menderita hipertensi 1,8 kali kecenderungan dengan aktifitas

tidak cukup dibanding dengan responden yang tidak menderita hipertensi.

Hasil analisis pengaruh pola makan dengan kejadian hipertensi diperoleh

bahwa kelompok kasus ada sebanyak 103 orang (78,6%) dengan pola makan tidak

baik, sedangkan pada kelompok kontrol ada sebanyak 57 orang (43,5%) dengan pola

makan tidak baik. Kemudian kelompok kasus ada sebanyak 28 orang (21,4%) dengan

pola makan baik, sedangkan pada kelompok kontrol ada sebanyak 74 orang (56,5%)

dengan pola makan baik. Hasil uji statistik chi square diperoleh nilai p=0,000 <

0,05, artinya ada pengaruh antara variabel pola makan dengan kejadian hipertensi,

dengan OR sebesar 4,776 (95%CI = 2,777-8,212), menunjukkan bahwa responden

yang menderita hipertensi 4,7 kali kecenderungan dengan pola makan tidak baik

dibanding dengan responden yang tidak menderita hipertensi. Hasil analisis pengaruh

istirahat dengan kejadian hipertensi diperoleh bahwa kelompok kasus ada sebanyak

87 orang (66,4%) yang tidak cukup istirahat, sedangkan pada kelompok kontrol ada

sebanyak 55 orang (42,0%) yang tidak cukup istirahat. Kemudian kelompok kasus

ada sebanyak 44 orang (33,6%) yang cukup istirahat, sedangkan pada kelompok

kontrol ada sebanyak 76 orang (58,0%) yang cukup istirahat. Hasil uji statistik chi

square diperoleh nilai p=0,000 < 0,05, artinya ada pengaruh antara variabel istirahat

dengan kejadian hipertensi dengan OR sebesar 2,732 (95%CI = 1,654-4,513),

menunjukkan bahwa responden yang menderita hipertensi 2,7 kali kecenderungan

dengan istirahat tidak cukup dibanding dengan responden yang menderita hipertensi.

Universitas Sumatera Utara

Page 89: PENGARUH KARAKTERISTIK DAN GAYA HIDUP KELOMPOK …

Hasil analisis pengaruh riwayat merokok dengan kejadian hipertensi diperoleh bahwa

kelompok kasus ada sebanyak 84 orang (64,1%) dengan riwayat merokok, sedangkan

pada kelompok kontrol ada sebanyak 43 orang (32,8%) dengan riwayat merokok.

Kemudian kelompok kasus ada sebanyak 47 orang (35,9%) dengan tidak riwayat

merokok, sedangkan pada kelompok kontrol ada sebanyak 88 orang (67,2%) dengan

tidak riwayat merokok. Hasil uji statistik chi square diperoleh nilai p=0,000 < 0,05,

artinya ada pengaruh antara variabel riwayat merokok dengan kejadian hipertensi

dengan OR sebesar 3,658 (95%CI = 2,196-6,093), menunjukkan bahwa responden

yang menderita hipertensi 3,6 kali kecenderungan dengan riwayat merokok dibanding

dengan responden yang tidak menderita hipertensi.

Tabel 4.3. Hubungan Karakteristik dan Gaya Hidup Kelompok Dewasa Madya dengan Kejadian Hipertensi di Wilayah Kerja Puskesmas Matiti Kabupaten Humbang Hasundutan

No

Variabel

Kejadian hipertensi Nilai p

OR

(95% CI) Penderita Hipertensi

(kasus)

Tidak Penderita Hipertensi (kontrol)

n % n % 1 Karakteristik a Pendidikan Dasar/Menengah 94 71,8 103 78,6 0,252 0,691 Tinggi 37 28,2 28 21,4 0,393-1,215 Total 131 100,0 131 100,0 b Pekerjaan Bekerja 122 93,1 111 84,7 0,049 2,442 Tidak bekerja 9 6,9 20 15,3 1,068-5,588 Total 131 100,0 131 100,0 2 Gaya Hidup a Aktifitas fisik Tidak cukup 66 50,4 46 35,1 0,018 1,876 Cukup 65 49,6 85 64,9 1,143-3,081 Total 131 100,0 131 100,0

Universitas Sumatera Utara

Page 90: PENGARUH KARAKTERISTIK DAN GAYA HIDUP KELOMPOK …

Tabel 4.3. (Lanjutan) b Pola Makan Tidak baik 103 78,6 57 43,5 0,000 4,776 Baik 28 21,4 74 56,5 2,777-8,212 Total 131 100,0 131 100,0 c Kebiasaan

istirahat

Tidak cukup 87 66,4 55 42,0 0,000 2,732 Cukup 44 33,6 76 58,0 1,654-4,513 Total 131 100,0 131 100,0 d Kebiasaan

Merokok

Ya 84 64,1 43 32,8 0,000 3,658 Tidak 47 35,9 88 67,2 2,196-6,093 Total 131 100,0 131 100,0 4.4. Analisis Multivariat

Berdasarkan hasil uji chi-square diketahui 5 variabel (lima) yaitu pekerjaan,

aktivitas fisik, pola makan, kebiasaan istirahat dan kebiasaan merokok berhubungan

dengan kejadian hipertensi, maka dapat diidentifikasi secara keseluruhan 5 (lima)

variabel tersebut dapat dimasukkan dalam analisis multivariat karena nilai pada

bivariat dengan binary logistik hasil output pada tabel block 1 didapatkan hasil

omnibus test pada bagian bloc dengan p value nya <0,25 sehingga kelima variabel

dapat dilanjutkan ke analisis multivariat. Analisis multivariat merupakan analisis

untuk mengetahui pengaruh variabel bebas yaitu : pekerjaan, aktivitas fisik, pola

makan, kebiasaan istirahat dan kebiasaan merokok dengan variabel terikat yaitu

kejadian hipertensi, serta mengetahui variabel dominan yang memengaruhi.

Dari hasil uji multivariat dengan mempergunakan regresi logistik ganda

diperoleh bahwa variabel bebas yaitu pekerjaan, pola makan, istirahat dan kebiasaan

Universitas Sumatera Utara

Page 91: PENGARUH KARAKTERISTIK DAN GAYA HIDUP KELOMPOK …

merokok berpengaruh terhadap variabel terikat yaitu kejadian hipertensi. Sedangkan

variabel aktifitas fisik tidak berpengaruh terhadap kejadian hipertensi.

Hasil analisis uji regresi logistik ganda juga menunjukkan bahwa variabel

karakteristik kelompok dewasa madya yaitu pekerjaan dengan p value 0,001

(p<0,05) dan gaya hidup yaitu pola makan dengan p value 0,000 (p<0,05), istirahat

dengan p value 0,026 (p<0,05) dan kebiasaan merokok dengan p value 0,000

(p<0,05) berpengaruh terhadap kejadian hipertensi di wilayah Kerja Puskesmas

Matiti Kabupaten Humbang Hasundutan. Hasil analisis uji regresi logistik ganda

menunjukkan bahwa variabel yang paling dominan memengaruhi kejadian hipertensi

di wilayah Kerja Puskesmas Matiti Kabupaten Humbang Hasundutan adalah variabel

pola makan dengan nilai OR sebesar 5,699 (95% CI = 3,067-10,591) artinya bahwa

responden yang menderita hipertensi 5,6 kali kecenderungan mempunyai pola makan

tidak baik dibanding dengan responden yang tidak menderita hipertensi. Hal ini

menunjukkan variabel tersebut memiliki pengaruh yang paling signifikan terhadap

kejadian hipertensi di wilayah Kerja Puskesmas Matiti Kabupaten Humbang

Hasundutan.

Variabel pola makan bernilai positif menunjukkan bahwa variabel tersebut

mempunyai hubungan yang searah (positif) terhadap kejadian hipertensi di wilayah

Kerja Puskesmas Matiti Kabupaten Humbang Hasundutan dengan OR sebesar 5,699.

Jadi dapat ditafsirkan secara teoritis bahwa kejadian hipetensi akan meningkat jauh

lebih banyak pada pola makan tidak baik.

Universitas Sumatera Utara

Page 92: PENGARUH KARAKTERISTIK DAN GAYA HIDUP KELOMPOK …

Pada tabel 4.4. juga terlihat bahwa variabel pekerjaan, istirahat dan kebiasaan

merokok bernilai positif, menunjukkan bahwa variabel tersebut mempunyai pengaruh

yang searah (positif) terhadap kejadian hipertensi di wilayah Kerja Puskesmas Matiti

Kabupaten Humbang Hasundutan.

Berdasarkan hasil analisis regresi logistik ganda, variabel pekerjaan diperoleh

nilai OR sebesar 5,549 (95% CI = 2,054-14,988), artinya dapat disimpulkan bahwa

responden yang menderita hipertensi 5,5 kali kecenderungan bekerja di banding

dengan yang tidak menderita hipertensi, variabel istirahat diperoleh nilai OR sebesar

1,932 (95% CI = 1,081-3,452), menunjukkan bahwa responden yang menderita

hipertensi 1,9 kali kecenderungan mempunyai istirahat tidak cukup dibanding dengan

responden yang tidak menderita hipertensi dan variabel kebiasaan merokok diperoleh

nilai OR sebesar 4,923 (95% CI = 2,625-9,231), menunjukkan bahwa responden yang

menderita hipertensi 4,9 kali kecenderungan memiliki kebiasaan merokok dibanding

dengan responden yang tidak menderita hipertensi.

Tabel 4.4. Pengaruh Pekerjaan, Pola Makan, Istirahat dan Kebiasaan Merokok terhadap Kejadian Hipertensi di Wilayah Kerja Puskesmas Matiti Kabupaten Humbang Hasundutan

Variabel Independen Nilai B

Nilai P

Exp (B) 95% C.l.for Exp (B)

Lower Uppr Pekerjaan 1,714 0,001 5,549 2,054 14,988 Pola Makan 1,740 0,000 5,699 3,067 10,591 Istirahat 0,659 0,026 1,932 1,081 3,452 Kebiasaan merokok Constant

1,594 -1,974

0,000 0.000

4,923 0.139

2,625

9,231

Universitas Sumatera Utara

Page 93: PENGARUH KARAKTERISTIK DAN GAYA HIDUP KELOMPOK …

Berdasarkan hasil analisis regresi logistik berganda tersebut dapat ditentukan

model persamaan regresi logistik ganda yang dapat menafsirkan variabel bebas yaitu

karakteristik kelompok dewasa madya (pekerjaan), gaya hidup kelompok dewasa

madya (pola makan, istirahat dan kebiasaan merokok) berpengaruh terhadap kejadian

hipertensi di Puskesmas Matiti Kabupaten Humbang Hasundutan adalah sebagai

berikut :

1 f (Z) = 1 + e

f(Z) = Probabilitas Kejadian Hipertensi

–(-1,974 + 1,714 (X1) + 1,740 (X2) + 0,659 (X3) + 1,594 (X4)

α = Konstanta ß1- ß4

= Koefisien regresi

X1

X

= Pekerjaan

2

X

= Pola makan

3

X

= Istirahat

4

E = Error (tingkat kesalahan)

= Kebiasaan merokok

4.5. Population Attribute Risk (PAR)

Rumus untuk menghitung PAR :

x 100%

p , p= ,= 0,43

Universitas Sumatera Utara

Page 94: PENGARUH KARAKTERISTIK DAN GAYA HIDUP KELOMPOK …

x 100%

= 0,66 = 66%

Dimana, p = proporsi kasus yang mempunyai faktor terpajan = 0,43

r = Rasio odd variabel yang paling dominan (pola makan) = 5,6

Sehingga dari hasil perhitungan PAR yang diperoleh dapat diambil

kesimpulan bahwa hampir 66% kasus dengan hipertensi dapat dicegah dengan

memperbaiki faktor resiko yaitu pola makan yang tidak baik.

Universitas Sumatera Utara

Page 95: PENGARUH KARAKTERISTIK DAN GAYA HIDUP KELOMPOK …

BAB 5

PEMBAHASAN

5.1. Pengaruh Karakteristik Dewasa Madya terhadap Kejadian Hipertensi 5.1.1. Pengaruh Pendidikan terhadap Kejadian Hipertensi di Wilayah Kerja

Puskesmas Matiti Kabupaten Humbang Hasundutan Hasil penelitian tentang variabel pendidikan pada kelompok kasus dengan

proporsi tertinggi pada pendidikan dasar (SD/SMP) dan menengah (SMA) sebesar

71,8%, sedangkan kelompok kontrol proporsi tertinggi juga pada kelompok

pendidikan dasar (SD/SMP) dan menengah (SMA) sebesar 78,6%. Uji statistik

menunjukkan variabel pendidikan tidak berpengaruh terhadap kejadian hipertensi.

Berdasarkan uji statistik diperoleh hasil nilai p value > 0,05 (0,252 > 0,05) dengan

OR sebesar 0,691 (95%CI = 0,393-1,215), sehingga dapat dijelaskan semakin tinggi

tingkat pendidikan responden belum tentu tidak mengalami hipertensi, namun bukan

berarti variabel pendidikan tidak memiliki pengaruh terhadap hipertensi, tetapi

mungkin variabel lain yang lebih dominan berpengaruh.

Pendidikan penting karena merupakan dasar dari mengertinya orang dalam

hal menerima informasi dapat lebih mudah diterima dan diadopsi pada orang yang

mempunyai pendidikan yang lebih tinggi dari pada pendidikan rendah. Pada

penelitian ini menunjukkan bahwa pada kelompok kasus dan kelompok kontrol sama-

sama lebih banyak dengan pendidikan dasar (SD/SMP) dan menengah (SMA),

Universitas Sumatera Utara

Page 96: PENGARUH KARAKTERISTIK DAN GAYA HIDUP KELOMPOK …

keadaan inilah yang menimbulkan variabel pendidikan yang dimiliki oleh responden

tidak berpengaruh terhadap kejadian hipertensi.

Hal ini tidak sesuai dengan pendapat Gerungan (1986) bahwa semakin tinggi

tingkat pendidikan akan jelas memengaruhi seorang pribadi dalam berpendapat,

berpikir, bersikap, lebih mandiri dan rasional dalam mengambil keputusan dan

tindakan. Hal ini juga akan memengaruhi secara langsung seseorang dalam hal

pengetahuannya akan orientasi hidupnya termasuk dalam mencegah terjadinya

hipertensi.

Penelitian ini juga tidak sesuai dengan Rebeca, 2007 yang menyatakan bahwa

orang dengan pendidikan Perguruan Tinggi mempunyai risiko sepersepuluh kali

lebih kecil dibanding dengan yang berpendidikan SD/Tidak Sekolah. Menurut

Notoatmodjo (2010) mengatakan bahwa tingkat pendidikan

seseorang memengaruhi

kemampuan seseorang dalam menerima informasi dan mengolahnya sebelum

menjadi perilaku yang baik atau buruk sehingga berdampak terhadap status

kesehatannya.

Hal ini juga tidak sesuai dengan penelitian Cekti, (2008) mengatakan bahwa

pendidikan individu memengaruhi kesadaran terhadap perilaku pencegahan

hipertensi, dengan kata lain makin tinggi tingkat pendidikan individu, maka individu

akan cenderung menghindari hal-hal yang dapat memicu terjadinya hipertensi, seperti

perilaku merokok, minum kopi, dan obesitas.

Universitas Sumatera Utara

Page 97: PENGARUH KARAKTERISTIK DAN GAYA HIDUP KELOMPOK …

5.1.2. Pengaruh Pekerjaan terhadap Kejadian Hipertensi di Wilayah Kerja Puskesmas Matiti Kabupaten Humbang Hasundutan

Hasil penelitian tentang variabel pekerjaan diperoleh bahwa kelompok kasus

dengan proporsi tertinggi pada yang bekerja sebesar 93,1%, sedangkan pada

kelompok kontrol proporsi tertinggi dengan bekerja sebesar 84,7%.

Hasil uji statistik regresi logistik berganda menunjukkan nilai p value 0,001

(p<0,05), artinya variabel pekerjaan berpengaruh terhadap kejadian hipertensi

dengan OR sebesar 5,549 (95% CI = 2,054-14,988), menunjukkan bahwa responden

yang menderita hipertensi 5,5 kali kecenderungan bekerja di banding dengan yang

tidak menderita hipertensi. Responden yang bekerja rentan terhadap hipertensi

mungkin karena faktor capek dan stress.

Mengacu pada hasil uji tersebut dapat dijelaskan bahwa pekerjaan berbanding

lurus dengan kejadian hipertensi, artinya responden semakin tidak bekerja maka

kejadian hipertensi juga rendah. Demikian juga sebaliknya jika responden bekerja

maka kejadian hipertensi juga akan meningkat. Hal ini dapat dibuktikan bahwa

persentasi responden yang tidak bekerja lebih banyak dengan responden kelompok

kontrol sebesar 15,3%.

Pekerjaan yang dimiliki oleh responden akan memengaruhi mereka terkena

kejadian hipertensi.

Hal ini sesuai dengan Muhammadun (2010), dimana stress pada pekerjaan

cenderung menyebabkan terjadinya hipertensi berat, misalnya pemegang jabatan

dituntut akan tanggung jawab yang tinggi dibanding dengan rekan-rekan mereka yang

Universitas Sumatera Utara

Page 98: PENGARUH KARAKTERISTIK DAN GAYA HIDUP KELOMPOK …

jabatannya lebih longgar tanggung jawabnya. Dengan kesibukan pada pekerjaan

secara tidak langsung memengaruhi pengaturan terhadap pola makan dan gaya hidup

seseorang.

5.2. Pengaruh Gaya Hidup Dewasa Madya terhadap Kejadian Hipertensi 5.2.1. Pengaruh Aktivitas Fisik terhadap Kejadian Hipertensi di Wilayah Kerja

Puskesmas Matiti Kabupaten Humbang Hasundutan Hasil penelitian tentang variabel aktifitas fisik diperoleh bahwa responden

pada kelompok kasus dengan proporsi tertinggi pada aktifitas fisik yang tidak cukup

sebesar 50,4% dan aktifitas cukup sebesar 49,6%. Hasil tersebut menunjukkan pada

kelompok kasus hampir tidak ada perbedaan proporsi aktifitas fisik kategori cukup

dan tidak cukup hanya selisih 0,4%. Sedangkan pada kelompok kontrol persentase

tertinggi dengan aktifitas fisik dengan cukup sebesar 64,9%. Dimana nilai p value

0,150 dengan OR sebesar 0,541 (95% CI = 0,235-1,247). Uji statistik menunjukkan

variabel aktivitas fisik tidak berpengaruh terhadap kejadian hipertensi. Mengacu pada

hasil uji tersebut dapat dijelaskan bahwa responden yang memiliki aktivitas fisik

yang tidak cukup belum tentu akan lebih memungkinkan untuk mengalami kejadian

hipertensi, sebaliknya bahwa responden yang memiliki aktivitas fisik yang cukup

belum tentu akan mengurangi kemungkinan untuk mengalami kejadian hipertensi.

Hal ini mungkin dapat disebabkan faktor lain yang lebih berpengaruh terhadap

kejadian hipertensi.

Pada penelitian ini dapat kita lihat pada kelompok kasus lebih banyak

responden tidak cukup melakukan aktifitas fisik dari > 30 menit setiap hari, hal ini

Universitas Sumatera Utara

Page 99: PENGARUH KARAKTERISTIK DAN GAYA HIDUP KELOMPOK …

membuktikan responden masih kurang dalam melakukan kegiatan olah raga setiap

hari, gerak jalan dan melakukan kegiatan aktifitas sehari-hari, namun responden lebih

banyak melakukan kegiatan berladang atau berkebun dalam sehari. Aktivitas fisik

sangat penting untuk mengendalikan tekanan darah. Aktivitas fisik yang cukup dapat

membantu menguatkan jantung. Jantung yang lebih kuat tentu dapat memompa lebih

banyak darah dengan hanya sedikit usaha. Semakin ringan kerja jantung, semakin

sedikit tekanan pada pembuluh darah arteri sehingga tekanan darah akan menurun.

Aktivitas fisik yang cukup dan teratur dapat mengurangi risiko terhadap

penyakit-penyakit jantung dan pembuluh darah selain dapat membantu mengurangi

berat badan pada penderita obesitas. Aktivitas fisik yang dianjurkan bagi penderita

hipertensi adalah aktivitas sedang selama 30-60 menit setiap hari.

Hal ini tidak sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Ekowaty Rahajeng

dan Sulistyowati Tuminah dari Pusat Penelitian Biomedis dan Farmasi Badan

Penelitian Kesehatan Departemen Kesehatan Republik Indomesia Tahun 2009

dengan judul penelitian Prevalensi Hipertensi dan Determinannya di Indonesia

dikatakan bahwa melakukan aktivitas secara teratur (aktivitas fisik aerobik selama

30-45 menit/hari) diketahui sangat efektif dalam mengurangi risiko relatif hipertensi

hingga mencapai 19% sampai 30%. Begitu juga halnya dengan kebugaran kardio

respirasi rendah pada usia paruh baya diduga meningkatkan risiko hipertensi sebesar

50%.

Hal ini juga tidak sesuai dengan penelitian Sunita (2003) bahwa latihan fisik

Universitas Sumatera Utara

Page 100: PENGARUH KARAKTERISTIK DAN GAYA HIDUP KELOMPOK …

secara teratur ke dalam kegiatan sehari-hari adalah penting untuk mencegah

hipertensi dan penyakit jantung.

5.2.2. Pengaruh Pola Makan terhadap Kejadian Hipertensi di Wilayah Kerja Puskesmas Matiti Kabupaten Humbang Hasundutan

Hasil penelitian tentang variabel pola makan diperoleh bahwa responden pada

kelompok kasus dengan persentase tertinggi pada pola makan yang tidak baik sebesar

78,6% dan pola makan baik sebesar 21,4%, sedangkan pada kelompok kontrol

persentase tertinggi pada pola makan yang baik sebesar 56,5% dan pola makan tidak

baik sebesar 43,5%. Uji statistik regresi logistik berganda menunjukkan nilai p value

= 0,000 (p<0,05), artinya variabel pola makan berpengaruh terhadap kejadian

hipertensi dengan OR sebesar 5,699 (95% CI = 3,067-10,591). Mengacu pada hasil

uji tersebut dapat dijelaskan bahwa responden yang menderita hipertensi 5,6 kali

kecenderungan dengan pola makan tidak baik dibanding dengan responden yang

tidak menderita hipertensi.

Pola makan yang menyebabkan terjadinya penyakit hipertensi karena

pengkonsumsian makanan yang tidak sehat seperti jeroan, keripik asin, otak-otak,

makanan dan minuman yang didalam kaleng (sarden, kornet). Hal ini dikarenakan

makanan diatas tidak sesuai dengan kalori yang dibutuhkan dan mengandung banyak

bahan pengawet, pola makan tersebut dapat memicu terjadinya hipertensi.

Hal ini sesuai dengan Sediaoetama (2000) pola makanan yang tidak baik akan

menimbulkan beberapa gangguan seperti kolesterol tinggi, tekanan darah meningkat

dan kadar gula yang meningkat.

Universitas Sumatera Utara

Page 101: PENGARUH KARAKTERISTIK DAN GAYA HIDUP KELOMPOK …

Menurut Nugroho (2008) untuk menjaga agar menu harian tidak monoton,

tetapi bervariasi maka perlu menyajikan berbagai bahan makanan pengganti atau

penukar bagi kelompok makanan yang akan disajikan. Variasi dalam menu harian

sangat diperlukan karena dapat menghindari rasa bosan dan baik bagi kelengkapan

zat gizi (komplementasi zat gizi). Pada penelitian ini diperoleh bahwa responden pada

kelompok kasus lebih banyak dengan pola makan tidak baik, hal ini menunjukkan

bahwa responden pada kelompok kasus banyak yang makan daging, makan yang

berlemak, makanan gorengan, makanan yang mengandung garam ≥ 3 kali dalam

seminggu sebesar 78,6%. Keadaan ini akan memacu timbulnya kejadian hipertensi.

Gaya hidup seperti ini tidak baik untuk tubuh dan kesehatan karena tubuh kita

menjadi rusak karena makanan yang tidak sehat sehingga tubuh menjadi lembek dan

rentan penyakit (Depkes RI, 2008).

Pada kelompok kontrol lebih banyak dengan pola makan baik, hal ini

menunjukkan bahwa responden membatasi makan daging, makan yang berlemak,

makanan gorengan, makanan yang mengandung garam kesehariannya dan mereka

lebih banyak dengan mengkonsumsi sayur-sayuran dan buah-buhan. Pola makanan

yang tidak seimbang antara asupan dengan kebutuhan baik jumlah maupun jenis

makanannya, seperti makan makanan tinggi lemak, kurang mengonsumsi sayuran,

buah dan sebagainya juga makan makanan yang melebihi kebutuhan tubuh bisa

menyebabkan obesitas atau kegemukan.

Universitas Sumatera Utara

Page 102: PENGARUH KARAKTERISTIK DAN GAYA HIDUP KELOMPOK …

5.2.3. Pengaruh Kebiasaan Istirahat terhadap Kejadian Hipertensi di Wilayah Kerja Puskesmas Matiti Kabupaten Humbang Hasundutan

Hasil penelitian tentang variabel kebiasaan istirahat diperoleh bahwa

responden pada kelompok kasus dengan persentase tertinggi dengan kebiasaan

istirahat tidak cukup sebesar 66,4% dan kebiasaan istirahat cukup sebesar 33,6%,

sedangkan pada kelompok kontrol persentase tertinggi dengan kebiasaan istirahat

cukup sebesar 58,0% dan kebiasaan istirahat yang tidak cukup sebesar 42,0%. Uji

statistik regresi logistik berganda menunjukkan nilai p value = 0,026 (p<0,05) artinya

variabel kebiasaan istirahat berpengaruh terhadap kejadian hipertensi dengan OR

sebesar 1,932 (95% CI = 1,081-3,452). Mengacu pada hasil uji tersebut dapat

dijelaskan bahwa responden yang menderita hipertensi 1,9 kali kecenderungan

dengan istirahat tidak cukup dibanding dengan responden yang tidak menderita

hipertensi.

Pada penelitian ini diperoleh bahwa responden pada kelompok kasus lebih

banyak terbangun pada waktu tidur malam, mengalami susah tidur, istirahat yang

kurang pada siang hari dan kurang tidur secara teratur sebanyak 82 orang (63%).

Keadaan ini akan memacu timbulnya kejadian hipertensi. Sepertiga dari waktu dalam

kehidupan manusia adalah untuk tidur. Kita percaya bahwa tidur sangat penting bagi

pemeliharaan kesehatan dan proses penyembuhan penyakit, karena tidur bermanfaat

untuk menyimpan energi, meningkatkan imunitas tubuh dan mempercepat proses

penyembuhan penyakit juga pada saat tidur tubuh mereparasi bagian-bagian tubuh

Universitas Sumatera Utara

Page 103: PENGARUH KARAKTERISTIK DAN GAYA HIDUP KELOMPOK …

yang sudah aus. Umumnya orang akan merasa segar dan sehat sesudah istirahat. Jadi

istirahat dan tidur yang cukup sangat penting untuk kesehatan (Depkes RI, 2008).

Pada kelompok kontrol lebih banyak tertidur pada waktu tidur malam, tidak

mengalami susah tidur, istirahat yang cukup pada siang hari dan tidur secara teratur.

Keadaan ini akan memacu pada kelompok kontrol tidak menimbulkan kejadian

hipertensi. Hal ini sesuai menurut Santoso (2009), bahwa istirahat yang cukup sangat

dibutuhkan badan kita. Hasil penelitian Fredick 2010 di Chicago dengan desain case

control membuktikan 3 hari mengalami kurang tidur, kemampuan tubuh dalam

memproses glukosa akan menurun secara drastis, sehingga dapat meningkatkan

resiko mengidap diabetes. Selanjutnya menurut Fresick, tidur tidak nyenyak selama 3

hari berturut-turut akan menurunkan toleransi tubuh terhadap glukosa, khususnya

pada orang muda dan orang dewasa.

5.2.4. Pengaruh Kebiasaan Merokok terhadap Kejadian Hipertensi di Wilayah Kerja Puskesmas Matiti Kabupaten Humbang Hasundutan

Hasil penelitian tentang variabel kebiasaan merokok diperoleh bahwa

responden pada kelompok kasus dengan persentase tertinggi dengan kebiasaan

merokok sebesar 64,1% dan kebiasaan tidak merokok sebesar 35,9%, sedangkan pada

kelompok kontrol persentase tertinggi dengan kebiasaan tidak merokok sebesar

67,2% dan kebiasaan merokok sebesar 32,8%. Uji statistik regresi logistik berganda

menunjukkan nilai p value 0,000 (p<0,05), artinya variabel kebiasaan merokok

berpengaruh terhadap kejadian hipertensi dengan nilai OR sebesar 4,923 (95% CI =

2,625-9,231). Mengacu pada hasil uji tersebut dapat dijelaskan bahwa responden

Universitas Sumatera Utara

Page 104: PENGARUH KARAKTERISTIK DAN GAYA HIDUP KELOMPOK …

yang menderita hipertensi 4,9 kali kecenderungan dengan kebiasaan merokok

dibanding dengan responden yang tidak menderita.

Pada penelitian ini diperoleh bahwa responden pada kelompok kasus lebih

banyak yang merokok dan > 20 batang dalam sehari, sedangkan pada kelompok

kontrol lebih banyak yang tidak merokok. Keadaan ini akan memacu timbulnya

kejadian hipertensi. Rokok sangat berisiko karena dapat menyebabkan peningkatan

tekanan darah. Dua batang rokok terbukti dapat meningkatkan tekanan darah sebesar

10 mmHg. Berbagai penelitian membuktikan, sesudah merokok selama kurang lebih

30 menit, tekanan darah akan meningkat secara signifikan.

Rokok meningkatkan tekanan darah lewat zat nikotin yang terdapat dalam

tembakau. Zat nikotin yang terisap beredar dalam pembuluh darah sampai ke otak.

Otak kemudian bereaksi dengan memberikan sinyal pada kelenjar adrenalin untuk

melepaskan hormon epinefrin/ adrenalin.

Hal ini sesuai dengan penelitian Nawi (2006), dengan menggunakan desain

case control, menunjukkan mengkonsumsi rokok merupakan faktor risiko hipertensi.

Merokok merupakan salah satu kebiasaan hidup yang dapat memengaruhi tekanan

darah yang dapat mengakibatkan hipertensi. Pada keadaan merokok pembuluh darah

dibeberapa bagian tubuh akan mengalami penyempitan, dalam keadaan ini

dibutuhkan tekanan yang lebih tinggi supaya darah dapat mengalir ke alat-alat tubuh

dengan jumlah yang tetap. Untuk itu jantung harus memompa darah lebih kuat,

sehingga tekanan pada pembuluh darah meningkat (Wardoyo,1996). Rokok yang

Universitas Sumatera Utara

Page 105: PENGARUH KARAKTERISTIK DAN GAYA HIDUP KELOMPOK …

dihisap dapat mengakibatkan peningkatan tekanan darah. Namun rokok akan

mengakibatkan vasokonstriksi pembuluh darah perifer dan pembuluh di ginjal

sehingga terjadi peningkatan tekanan darah. Merokok sebatang setiap hari akan

meningkatkan tekanan sistolik 10-25 mmHg dan menambah detak jantung 5-20

kali per menit dan lama kelamaan akan mengakibatakan hipertensi (Mangku

Sitepoe, 1997).

Penelitian Primatesta mengungkapkan data studi potong lintang selama tiga

tahun berturut-turut (1999-2002) dari survei kesehatan tahunan di Inggris. Survei

tersebut dilakukan untuk mengetahui apakah terdapat perbedaan tekanan darah antara

kelompok perokok dan bukan perokok. Penelitian itu mengemukakan terdapat

perbedaan rata-rata tekanan darah sistolik pada laki-laki yang tidak merokok (139,9

mmHg) dan merokok (140,7 mmHg).

Menurut Tantan (2007), bahwa berhenti merokok sangat penting untuk

menurunkan dan mengendalikan tekanan darah. Menghindari rokok dapat

menjauhkan dari risiko penyakit jantung dan pembuluh darah lain.

Universitas Sumatera Utara

Page 106: PENGARUH KARAKTERISTIK DAN GAYA HIDUP KELOMPOK …

BAB 6

KESIMPULAN DAN SARAN

6.1. Kesimpulan

6.1.1. Terdapat pengaruh pola makan, pekerjaan, kebiasaan merokok dan kebiasaan

istirahat terhadap kejadian hipertensi di Wilayah Kerja Puskesmas Matiti

Kabupaten Humbang Hasundutan.

6.1.2. Tidak terdapat pengaruh pendidikan dan aktifitas fisik terhadap kejadian

hipertensi di Wilayah Kerja Puskesmas Matiti Kabupaten Humbang

Hasundutan.

6.1.3. Kasus hipertensi dapat dicegah sebesar 66% dengan memperbaiki faktor resiko

yaitu pola makan yang tidak baik.

6.2. Saran

6.2.1. Bagi petugas Puskesmas yang ada di wilayah Kerja Puskesmas Matiti

Kabupaten Humbang Hasundutan agar dapat meningkatkan pengetahuan

kepada masyarakat melalui penyuluhan tentang hipertensi dengan pendekatan

personal dan memberikan pelayanan kepada masyarakat yang menderita

hipertensi untuk mengurangi kejadian hipertensi.

6.2.2. Bagi masyarakat khususnya kelompok dewasa madya yang ada di wilayah

Kerja Puskesmas Matiti Kabupaten Humbang Hasundutan untuk memperbaiki

pola makan terutama mengurangi daging dan makanan yang berlemak seperti

Universitas Sumatera Utara

Page 107: PENGARUH KARAKTERISTIK DAN GAYA HIDUP KELOMPOK …

pada saat acara adat dan pesta pernikahan. Bagi laki-laki agar mengurangi

kebiasaan-kebiasaan yang dapat meningkatkan kejadian hipertensi seperti

kebiasaan merokok, istirahat yang kurang serta kurang berolah raga.

Universitas Sumatera Utara

Page 108: PENGARUH KARAKTERISTIK DAN GAYA HIDUP KELOMPOK …

DAFTAR PUSTAKA

Azrul Aswar, 1994, Ilmu Kesehatan Masyarakat, Jakarta: EGC.

Hidayat Alimul A, 2007, Metode Penelitian Kebidanan & Teknik Analisis Data, Salemba Medika, Jakarta.

Aisyiyah, 2009, Hipertensi dan Faktor Resikonya, Laporan Ilmiah IPB, Bogor

Notoatmodjo Soekidjo, 2003, Pendidikan dan Perilaku Kesehatan, Rineka Cipta, Jakarta.

__________________, 2003, Prinsip-prinsip Dasar Ilmu Kesehatan Masyarakat, Rineka Cipta, Jakarta.

___________________, 2007, Promosi Kesehatan & Ilmu Perilaku, Rineka Cipta, Jakarta.

_____________________, 2010, Metodologi Penelitian Kesehatan, Rineka Cipta

Nursalam, 2011, Konsep dan Penerapan Metodologi Penelitian Ilmu Keperawatan, Pedoman Skripsi, Tesis dan Instrumen Penelitian Keperawatan, Salemba Medika, Jakarta.

, Jakarta.

Riyanto Agus, 2009, Pengolahan dan Analisis Data Kesehatan, Mitra Cendika Press, Yogyakarta.

Riwidikdo, Handoko, 2009, Statistik Kesehatan, Mitra Cendika Press, Yogyakarta.

Sastroasmoro Sudigdo, 2008, Dasar-dasar Metodologi Penelitian Klinis, Edisi ke-3, Sagung Seto, Jakarta.

Sugiharto Aris, 2007, Faktor-Faktor Resiko Hipertensi Grade II Pada Masyarakat di Kabupaten Karanganyar, Tesis Undip, Semarang.

JNC, 2003, The Seventh Of Joint National Comitte. Diakses tanggal 19 Januari 2012;

Repository.ipb.ac.id.

Marliani dan Tantan, S, 2007, 100 Question & Answer Hipertensi, PT. Elex Media Komputindo, Jakarta.

Universitas Sumatera Utara

Page 109: PENGARUH KARAKTERISTIK DAN GAYA HIDUP KELOMPOK …

Baitul Alim. M, 2009, Fase-Fase Perkembangan Pada Manusia, Diakses tanggal 24 Januari 2012; http://www.psikologizone.com.

Winanti, 2009, Usia Dewasa: Tinjauan Psikologis Perkembangan, Diakses tanggal 10 Februari 2012; http://www.

Wine, 2011, Faktor-Faktor Yang Memengaruhi Derajat Kesehatan Manusia, Diakses tanggal 10 Februari 2012;

esaunggul.ac.id.

Bustan MN, 2007, Epidemiologi Penyakit Tidak Menular, Rineka, Jakarta.

http://www.wordpress.com.

Shadine M, 2010, Mengenal Penyakit Hipertensi, Diabetes, Stroke, PT. Gramedia, Jakarta.

Departemen Kesehatan Republik Indonesia, 2003, Kebijakan dan Strategi Nasional Pencegahan dan Penanggulangan Penyakit Tidak Menular, Depkes, Jakarta.

__________________, 2008, Pedoman Pembinaan Kesehatan Usia Lanjut Bagi Petugas Kesehatan, Depkes, Jakarta.

Suyono, 2001, Buku Ajar Penyakit Dalam Jilid II, FKUI, Balai Pustaka, Jakarta.

Gunawan, 2005, Hipertensi, Penerbit Kanisius, Yogyakarta.

Hull Alinson, 1996, Penyakit Jantung, Hipertensi dan Nutrisi, Bumi Aksara, Jakarta.

Khomsan Ali, 2003, Pangan dan Gizi Untuk Kesehatan, PT. Raja Grafindo Persada, Jakarta.

Arief I, 2007, Hipertensi Penyebab Utama Penyakit Jantung, Gramedia Pustaka Utama, Jakarta.

_____, 2007, Jagalah Tekanan Darah anda pada Batas Yang Aman, Gramedia Pustaka Utama, Jakarta.

Hutapea MA, 1993, Menuju Gaya Hidup Sehat, PT. Gramedia Pustaka Utama, Jakarta.

Yundini, 2006, Faktor Resiko Hipertensi dan Pengendalian Penyakit Tidak Menular, PT. Gramedia, Jakarta.

Universitas Sumatera Utara

Page 110: PENGARUH KARAKTERISTIK DAN GAYA HIDUP KELOMPOK …

Dennysantoso, memilih makanan sehat untuk masyarakat, 2011, Diakses tanggal 10 Februari 2012; http//www.dennysantoso.com.

Laporan Hasil Riset Kesehatan dasar (Riskesdas) Indonesia, 2008, Departemen Kesehatan Republik Indonesia, Jakarta.

Rahardja EM, 2004, Faktor Gizi dalam Regulasi Tekanan Darah, Salemba Medika, Jakarta.

Armilawaty dkk, 2007, Hipertensi, Penerbit Kedokteran EGC, Jakarta.

Santoso Soegeng, 2004, Kesehatan dan Gizi, PT. Asti Mahasatya, Jakarta.

Iskandar, 2010, Helath Triad (Body, Mind and System), Elexmedia Komputindo, Jakarta.

Muttaqin, 2009, Asuhan Keperawatan Klien Dengan Gangguan Kardiovaskuler, Salemba, Jakarta.

Mansjoer, 2000, Kapita Selekta Kedokteran, Media Aesculapius, Jakarta.

Udjianti, 2010, Keperawatan Kardiovaskuler, Salemba Medika, Jakarta.

Tamher S, 2009, Kesehatan Usia Lanjut Dengan Pendekatan Asuhan Keperawatan, Salemba Medika, Jakarta.

Hadywinoto dkk, 1999, PanduanGerontologi, PT. Gramedia, Jakarta.

Darmojo, 1999, Buku Ajar Geriatri, FKUI, Jakarta.

Supariasa dkk, 2002, Penilaian Status Gizi, EGC, Jakarta.

Sediaoetama Achmad, 2000, Ilmu Gizi, Dian Rakyat, Jakarta Timur.

Rimbana, dkk, 2004, Indeks Glikemik Pangan, Swadaya, Jakarta.

Sunita Almatsier, 2003, Prinsip Dasar Ilmu Gizi, PT. Gramedia Pustaka, Jakarta.

Koswara, Psikologi Usia, Diakses Tanggal 12 Februari 2012; http;//www.e-psikologiusia.com.

Mien A, Rifai, dkk, 1998 Widya Pangan dan gizi VI, LIPI, Jakarta.

Universitas Sumatera Utara