adiksi dan gaya hidup sehat
DESCRIPTION
MedicalTRANSCRIPT
ADIKSI DAN GAYA HIDUP SEHAT(Farina Dwinanda F)
I. PENDAHULUAN
Ketergantungan dan penyalahgunaan zat bukan merupakan masalah baru di
Indonesia. Lebih tiga ratus tahun yang lalu, salah satu bahan mentah sejenis zat
psikoaktif yang disebur opium atau opioid telah diperdagangkan dan
disalahgunakan oleh sekelompok masyarakat di Jawa dan Sumatera. Kemudian
pada awal tahun 1970-an peredaran morfin, juga sejenis golongan opioid,
menyebar di beberapa kota besar di Indonesia yang kemudian diikuti oleh
penyalahgunaan turunan opioid lainnya seperti petidin. Dewasa ini, diperkirakan
di Indonesia terdapat lebih dari 3.5 juta pengguna zat psikoaktif. Dalam jumlah
tersebut , hanya kurang dari 10.000 ribu orang yang tersentuh layanan terapi. 1
Fenomena penyalahgunaan zat banyak berdampak pada penelitian otak dan
psikiatri klinis. Beberapa zat dapat memengaruhi baik keadaan mental yang
dirasakan secara internal, seperti mood, maupun aktivitas yang dapat diamati
secara eksternal seperti perilaku.2
Zat psikoaktif, kini sering disebut dengan NAPZA, yaitu singkatan dari
narkotik, psikotropik dan zat adiktif lain. Sebutan yang mirip di masyarakat
adalah "narkoba", yang merupakan akronim dari narkotik, psikotropika dan
bahan-bahan (atau obat-obatan, zat adiktif lain) berbahaya.1
Para pecandu dan alkoholik cenderung mengabaikan untuk merawat tubuh
mereka, dan zat itu sendiri dapat melakukan begitu banyak kerusakan pada
kesehatan, dan mereka pun akan meninggalkan nilai yang penting dari diet dan
olahraga dalam pengobatan. Maka dari itu peran diet, gizi, higiene tidur dan
pentingnya olahraga dan kebugaran untuk memulihkan para pecandu sangat
penting untuk dieksplorasi.3
II. DEFINISI
Adiksi berasal dari bahasa inggris addiction yang berarti ketagihan atau
kecanduan. Namun Pada tahun 1964, World Health Organization menyimpulkan
1
bahwa istilah kecanduan bukan lagi merupakan terminologi ilmiah dan
direkomendasikan untuk mengganti istilah ketergantungan obat. Konsep
ketergantungan zat telah memiliki banyak makna yang lazim digunakan dan
diakui secara resmi selama beberapa dekade. Terdapat dua konsep yang
digunakan untuk mendefinisikan aspek ketergantungan: perilaku dan fisik.
Ketergantungan secara perilaku menekankan pada aktivitas mencari zat dan bukti
terkait tentang pola patologis, sementara ketergantungan fisik merujuk kepada
efek fisik (fisiologis) dari episode multipel penggunaan zat.1,2
Istilah adiksi banyak dicantumkan dalam literatur kedokteran namun tidak
dicantumkan sebagai salah satu diagnosis. Adiksi membuat seseorang, baik secara
fisik maupun psikologis mengurangi kapasitasnya sebagai manusia untuk
berfungsi sebagaimana mestinya, sehingga membuatnya mengalami perubahan
perilaku, menjadi obsesif kompulsif (dalam menggunakan zat), sehingga
mengganggu hubungannya dengan orang lain. 1
Dalam bidang psikiatri, istilah adiksi sering digunakan. Misalnya salah satu
instrumen penting mengukur keparahan suatu kasus ketergantungan zat adiktif
menggunakan nama Addiction Severity Index yang digunakan di banyak negara.1
Ketergantungan dan penyalahgunaan NAPZA adalah istilah kedokteran.
Seseorang disebut ketergantungan dan mengalami penyalahgunaan NAPZA bila
memenuhi kriteria diagnostik tertentu, baik menurut PPDGJ III atau menurut
DSM-IV. Sehubungan dengan beragamnya golongan NAPZA, maka sesuai
sebutannya dikenal: adiksi tembakau, adiksi ganja, adiksi heroin, adiksi alkohol,
adiksi kokain, adiksi shabu (methampetamine addiction), adiksi ectasy (MDMA
addiction), benzodiazepine addiction, steroid addiction dan lain-lain. Sebetulnya
perilaku adiksi tidak hanya terkait dengan penggunaan NAPZA, namun dikenal
pula beberapa bentuk lain seperti adiksi seksial (sexual addiction), adiksi judi
(gambling), adiksi makanan (food addiction), adiksi internet (internet addiction),
adiksi telepon sellular (mobile phone addiction) dan lain-lain.1
2
III.ETIOLOGI
1. Faktor Genetik
Penelitian -penelitian menunjukkan bahwa meskipun gen terlibat dalam
perilaku kecanduan, namun, seperti yang dikatakan banyak orang, terlalu
sederhana untuk begitu saja mengatakan bahwa "gen menyebabkan kecanduan
pada alkohol". Bukti yang paling kuat pada saat ini menunjukkan bahwa gen
tidak menyebabkan kecanduan terhadap alkohol, namun gen mempengaruhi
resistensi seseorang terhadap ketergantungan pada alkohol. Terdapat sebuah
faktor genetik yang menyebabkan penurunan aktivitas enzim yang penting dalam
proses metabolisme pada alkohol. Mereka yang tidak memiliki enzim ini akan
memiliki respon yang tidak menyenangkan terhadap alkohol, seperti muntah atau
merasa mual. Gen yang bersifat melindungi ini umum ditemukan pada orang asia,
namun gen tersebut jarang ditemukan di orang-orang Eropa, hal tersebut
menjelaskan mengapa kasus kecanduan lebih jarang ditemukan di Asia
dibandingkan populasi masyarakat. 2,4
2. Jaras dan neurotransmitter
Neurotransmitter utama yang mungkin terlibat dalam perkembangan
penyalahgunaan dan ketergantungan zat adalah opioid, katekolamin, terutama
dopamin dan sistem asam- γ aminobutirat. Neuron yang terutama penting adalah
neuron dopaminergik pada area tegmental vental. Neuron ini berproyeksi ke regio
kortikal dan limbik, terutama nukleus akumbens. Jaras ini mungkin terlibat
sensasi akan penghargaan dan mungkin menjadi mediator utama efek zat seperti
amfetamin dan kokain. Lokus seruleus, kelompok neuron adrenergik terbesar,
mungkin memerantarai efek opiat dan opioid. Jaras ini secara kolektif disebut
sebagai sirkuit penghargaan otak.2
3. Faktor kepribadian
Faktor kepribadian seseorang mempengaruhi apakah ia akan tergantung
pada suatu obat atau tidak. Orang yang merasa tidak mantap serta mempunyai
sifat tergantung dan pasif lebih cenderung menjadi tergantung pada obat.5
3
4. Faktor sosiobudaya
Faktor sosiobudaya juga tidak kalah penting dan saling mempengaruhi
dengan faktor kepribadian. Di Amerika Serikat penderita ketergantungan obat
lebih banyak dari golongan sosio-ekonomi rendah di kota-kota metropolitan
karena lebih mudah didapatkan sumber-sumber obat ilegal, sikap mereka yang
meremehkan hukum dan terdapatnya norma-norma perilaku yang sosiopatik. Di
Indonesia rupanya lebih banyak penderita ketergantungan obat berasal dari
golongan sosio-ekonomi menengah karena perkembangan golongan ini yang pesat
sehingga lebih menganggu kestabilan individu dan keluarga.5
5. Faktor fisik atau badaniah
Faktor fisik seseorang menentukan efek fisik obat itu seperti hilangnya rasa
nyeri dan ketidakenakan badaniah yang lain, berkurangnya dorongan sexual, rasa
lapar dan mengantuk atau justru berkurangnya hambatan terhadap dorongan-
dorongan. 5
6. Faktor kebiasaan
Faktor kebiasaan yang dikemukakan dalam hipotesa kebiasaan bekerja
sebagai berikut: karena obat itu mengurangi ketegangan dan perasaan tidak enak ,
maka kebiasaan diperkuat dengan tiap kali pemakaian (penguatan postif atau
positive element).5
IV. JENIS-JENIS NAPZA
1. Alkohol
Alkohol umumnya digunakan dalam bentuk minuman beralkohol. Jenis-
jenis minuman beralkohol di Indonesia sangat bervariasi (dari tradisional sampai
fermentasi buatan, dari berkadar tinggi hingga rendah). Seperti, Green Sands
Sandy, Bier, Brandy, Vodka, dan Jack Daniels. Di Indonesia terutama di daerah
Indonesia Timur dan beberapa tempat di daerah Sumatera, terdapat antara 2-3 juta
orang yang menggunakan minuman alkohol dari ringan sampai berat.
Penyalahgunaan alkohol dikalangan remaja sukar dicegah karena kurang
sempurnanya pengawasan. Sebagian remaja sampai usia dewasa "cukup bebas"
4
dan berkesempatan menggunakan minuman beralkohol, laki-laki lebih banyak
dari perempuan tetapi populasi peminum perempuan meningkat. Di banyak
negara berkembang, pemerintah umumnya dirasakan ambivalen, sebab sebagian
besar anggaran belanjanya diambil dari pajak industri minuman beralkohol.
Alkohol dapat menyebabkan gangguan mental dari depresi hingga skizofrenia,
dapat juga menyebabkan delirium, kejang, gangguan mood, dan anxietas.1,2
2. Opioid
Opioid merupakan salah satu golongan NAPZA yang sangat kuat potensi
ketergantungannya, sehingga disebut dengan julukan "horror drug". Termasuk
golongan opiod adalah morfin, petidin, heroin, metadon dan kodein. Golongan
opioid yang paling sering disalahgunakan adalah heroin atau di Indonesia disebut
putauw. Ada 3 bentuk penggunaan heroin di Indonesia yaitu:1
-Cara "dragon", uap heroin yang dipanaskan melalui aluminium foil dihirup
dengan bibir (menggunakan bong pipa dari uang kertas atau plastik).
-Cara injeksi dengan menggunakan suntikan yang disebut insul melalui
intravenous atau intra-muscular.
-Cara merokok, bubuk heroin dicampurkan dengan rokok/tembakau.
Problem psikiatri yang dapat terjadi adalah perilaku agresif yang disebabkan
oleh gejala withdrawal, depresi berat sampai skizofrenia bahkan suicide.1
3. Ganja
Daun ganja berasal dari tanaman perdu Cannabis Sativa. Bahan aktifnya
berasal dari tanaman ganja yang bersifat adiktif, disebut delta tetra
hidrokannabinol (THK) yang hanya larut dalam lemak. Karena tidak dapat larut
dalam air, THK tinggal lama di dalam lemak jaringan (termasuk jaringan lemak
otak, sehingga mengakibatkan brain damage). Gambaran klinis disebabkan ganja
tergolong kombinasi antara CNS-depresant, stimulansia dan halusinogenik. Ganja
yang berbentuk serpihan daun atau kembang ganja diperjualbelikan dalam bentuk
lintingan, gram-graman, kilo-kiloan hingga berton-ton. Dikenal juga bentuk lain
yaitu: budha stick dan minyak ganja.1
5
Akibat penyalahgunaan ganja dapat mengakibatkan masalah psikiatri seperti
gangguan psikotik, gangguan anxietas, depresi, bahkan hipomania.2
4. Kokain
Kokain adalah jenis stimulansia yang di Indonesia saat ini belum begitu
populer. Namun bertambahnnya sitaan kokain secara ilegal dan meningkatnya
kasus pengguna kokai akhir-akhir ini, bukan tidak mungkin epidemi kokain akan
meraja pasaran peradaran NAPZA. Bentuk kokain yang diperjualbelikan di
Indonesia dalam bentuk bubuk putih. Ada 3 cara penggunaan kokain untuk
memasukkannya kedalam tubuh, yaitu:1
Bubuk kokain, langsung diinhalasi melalui hidung
Free-base cocaine, adalah garam kokain yang dipanaskan, uap di-
inhalasi(melalui bibir seperti merokok), dengan cepat diabsorbsi melalui
membran alveoli paru.
Garam kokain yang disuntikkan melalui intravenous.
Ketergantungan kokain atau penyalahgunaan kokain dapat dicurigai pada
pasien yang menunjukkan kepribadian yang tak dapat dijelaskan. Perubahan
umum yang disebabkan oleh penggunaan kokain adalah iritabilitas, terganggunya
kemampuan berkonstrasi, perilaku kompulsif, insomnia berat dan penurunan berat
badan. Waham paranoid dan halusinasi dapat terjadi hingga 50% dari semua
orang yang mengonsumsi kokain.2
5. Amfetamin dan turunannya
Amfetamin adalah senyawa kimia yang bersifat stimulansia. Dulu
amfetamin sulfat digolongkan dalam ilmu kedokteran sebagai obat untuk obesitas,
epilepsi, narkolepsi dan depresi. Dewasa ini oleh sindikat psikotropik ilegal,
derivat amfetamin dipasarkan di Indonesia dalam bentuk ectasy
(methilendioxymethampetamine) dan shabu(methampetamin). Ectasy dalam
bentuk pil, tablet atau kapsul dan shabu dalam bentuk kristal putih (mirip bumbu
masak). Kedua zat digunakan sebagai alasan klasik: "for fun", "recreational use",
meningkatkan libido dan memperkuat sex performance.1
6
Efek samping psikologis yang disebabkan oleh penggunaan amfetamin
mencakup kegelisahan, disforia, insomnia, iritabilitas, sikap bermusuhan dan
kebingungan. Konsumsi amfetamin juga dapat menginduksi gejala gangguan
anxietas, seperti gangguan anxietas menyeluruh dan gangguan panik serta waham
paranoid dan halusinasi.2
V. DIAGNOSIS
Kriteria DSM-IV-TR untuk ketergantungan zat2
Suatu pola maladaptif penggunaan zat yang menimbulkan hendaya atau
penderitaan yang secara klinis siginifikan yang dimanifestasikan oleh tiga atau
lebih hal berikut yang terjadi dalam periode 12 bulan yang sama :
1. Toleransi seperti didefinisikan salah satu dibawah ini:
a. Kebutuhan untuk terus meningkatkan jumlah zat untuk mencapai
intoksikasi atau efek yang diinginkan.
b. Penurunan efek yang sangat nyata dengan beranjutnya penggunaan zat
dalam jumlah yang sama.
2. Putus zat, seperti dimanifestasikan salah satu hal berikut:
a. Karakteristik sindrom putus zat untuk untuk zat tersebut mengacu kriteria
A dan b untuk keadaan putus zat dari suatu zat spesifik.
b. Zat yang sama atau berkaitan erat dikonsumsi untuk meredakan atau
menghindari gejala putus zat.
3. Zat sering dikonsumsi dalam jumlah lebih besar atau dalam periode yang
lebih lama daripada seharusnya.
4. Terdapat keinginan persisten atau ketidakberhasilan upaya untuk
mengurangi atau mengendalikan penggunaan zat.
5. Menghabiskan banyak waktu melakukan aktifitas yang diperlukan untuk
memperoleh zat (contoh: mengunjungi banyak dokter atau berkendara jarak
jauh), menggunakan zat, atau untuk pulih dari efeknya.
6. Mengorbankan atau mengurangi aktivitas rekreasional pekerjaan atau sosial
yang penting karena penggunaan zat.
7. Penggunaan zat berlanjut meski menyadari masalah fisik atau psikologis
7
rekuren yang dialami mungkin disebabkan atau diekserbasi zat tersebut
(contoh: saat ini menggunakan kokain walau menyadari adanya depresi
terinduksi kokain atau minum berkelanjutan meski mengetahui bahwa ulkus
akan lebih parah dengan konsumsi alkohol)
Pedoman diagnostik berdasarkan PPDGJ-III (PPDGJ-III)6
Diagnosis ketergantungan yang pasti ditegakkan jika ditemukan 3 atau lebih
gejala dibawah ini dialami dalam masa 1 tahun sebelumnya :
1. Adanya keinginan yang kuat atau dorongan yang memaksa untuk
menggunakan NAPZA.
2. Kesulitan dalam mengendalikan perilaku menggunakan NAPZA sejak awal,
usaha penghentian atau tingkat penggunaannya.
3. Keadaan putus NAPZA secara fisiologis ketika penghentian penggunaan
NAPZA atau pengurangan, terbukti orang tersebut menggunakan NAPZA
atau golongan NAPZA yang sejenis dengan tujuan untuk menghilangkan
atau menghindari terjadinya gejala putus zat.
4. Adanya bukti toleransi, berupa peningkatan dosis NAPZA yang diperlukan
guna memperoleh efek yang sama yang biasanya diperoleh dengan dosis
yang lebih rendah (contoh yang jelas dapat diketemukan pada individu
dengan ketergantungan alkohol dan optimis secara rutin setiap hari
menggunakan NAPZA tersebut secukupnya untuk mengendalikan
keinginannya).
5. Secara progresif mengabaikan alternatif menikmati kesenangan karena
penggunaan NAPZA, meningkatnya jumlah waktu yang diperlukan untuk
mendapatkan atau menggunakan NAPZA atau pulih dari akibatnya.
6. Meneruskan penggunaan NAPZA meskipun Ia menyadari dan memahami
adanya akibat yang merugikan kesehatan akibat penggunaan NAPZA,
seperti gangguan fungsi hati karena minum alkohol berlebihan, keadaan
depresi sebagai akibat penggunaan yang berat atau hendaya fungsi kognitif.
Segala upaya perlu dilakukan untuk memastikan bahwa pengguna NAPZA
sungguh-sungguh menyadari akan hakikatnya dan besarnya bahaya.
8
VI. MANFAAT GAYA HIDUP SEHAT TERHADAP ADIKSI
1. Latihan dan Olahraga
Alkohol dan adiksi obat-obatan mempengaruhi mental, kesehatan fisik dan
kehidupan spiritual seseorang, dan olahraga sangat bermanfaat dalam semua hal-
hal ini. Latihan atau berolahraga sangat penting untuk ditawarkan dalam suatu
pengobatan. Latihan adalah suatu cara yang sehat untuk meningkatkan kualitas
hidup dan umur yang panjang. Olahraga memiliki potensi dengan biaya yang
efektif, fleksibel dan mudah diakses; banyaknya bentuk latihan yang tersedia
(misalnya , berjalan , kaset video kebugaran, dan berenang ) dan dapat dilakukan
secara mandiri, baik di rumah atau di luar rumah, dan biaya yang dibutuhkan
cenderung minim.3
Olahraga memiliki efek samping yang minimal dibandingkan dengan
pengobatan farmakologi. Dengan menggunakan tindakan pencegahan yang tepat
untuk mencegah cedera, latihan memiliki risiko dan efek samping yang lebih
sedikit daripada penggunaan obat-obatan psikotropika.7
Berolahraga tidak hanya membangun otot, tapi memperkuat tulang.
Penelitian juga telah menunjukkan bahwa latihan penting bagi kesehatan jantung
dan dapat menurunkan kemungkinan terkena penyakit kardiovaskuler. Olahraga
juga dapat meningkatkan mood dan meredakan depresi, dan kecemasan,
menciptakan kewaspadaan mental dan mengurangi stress.7
Serupa dengan temuan mengenai penggunaan alkohol dan narkoba, olahraga
telah terbukti memiliki sifat positif yang menguatkan yang mungkin dimediasi
oleh efeknya pada sistem opioid endogen dan mekanisme penguatan
dopaminergik. 7
Para pecandu/alkoholik yang telah menjalani hidup yang menetap
seharusnya tidak langsung melompat ke dalam program latihan tapi prosesnya
mesti secara perlahan-lahan. Kadang-kadang seseorang akan mencoba untuk
melakukan latihan yang terlalu banyak dan terlalu cepat dan kemudian terluka dan
memutuskan untuk tidak berolahraga sama sekali. Otot-otot tubuh mungkin lemah
karena jarang digunakan dan rusak dari penggunaan bahan-bahan kimia. Sendi
bisa meradang dan refleks bisa lambat karena koneksi dari otot-otot dan otak
9
terganggu. Maka suatu ide yang baik adalah jika memulai dengan latihan atau
olahraga yang ringan seperti berjalan kaki dan berenang. 3
Pasien yang sedang dalam detox opiat atau mempunyai risiko jatuh dan
memiliki masalah medis lainnya maka latihan atau berolahraga tidak akan
diizinkan. 3
Tidak adanya penelitian yang meneliti kemanjuran latihan pada orang
dewasa dengan penyalahgunaan obat atau ketergantungan, namun telah dilakukan
intervensi latihan yang diterapkan kepada remaja yang menyalahgunakan zat.
Collingwood dan kawan-kawan melakukan uji klinis selama 8-9 minggu suatu
program kebugaran yang terstruktur kepada remaja dengan penyalahgunaan zat.
Program kebugaran fisik ini dilakukan dengan 1-2 pertemuan per minggu dengan
adanya tugas untuk terlibat dalam dua sesi latihan di luar pertemuan. Secara
keseluruhan, peserta menunjukkan peningkatan kebugaran fisik(yaitu
berkurangnya waktu yang dibutukan untuk lari sejauh 1 mil , peningkatan jumlah
sit-up dalam satu menit, peningkatan jumlah push-up dalam satu menit,
peningkatan fleksibilitas, dan berkurangnya persentase lemak tubuh), mengurangi
penggunaan polisubtances dan meningkatkan abstinent. Remaja dengan hasil
kebugaran yang membaik memiliki konsep diri yang lebih besar konsep diri dan
memiliki gejala anxietas dan depresi yang kurang dibanding terhadap mereka
yang kebugarannya tidak ada kemajuan.7
2. Yoga
Yoga adalah kombinasi dari latihan pernapasan dan peregangan tubuh.
Ketika seseorang menggunakan zat, aspek mental, fisik dan spiritual dari
kehidupan terkena dampak negatif. Yoga dan praktek meditasi memberikan
pengaruh yang positif pada perilaku adiktif. Melalui latihan yoga, pecandu
bergeser dari perbuatan berbahaya dan tidak menghormati tubuhnya, untuk lebih
menghargai, peduli, dan perilaku mencintai tubuh mereka.3,8
Praktek-praktek yoga meningkatkan kekuatan otot dan kelenturan tubuh,
mempromosikan dan meningkatkan fungsi pernafasan dan kardiovaskuler,
mempromosikan pemulihan dari dan pengobatan kecanduan, mengurangi stres,
kecemasan, depresi, dan sakit kronis, memperbaiki pola tidur, dan meningkatkan
10
kesejahteraan secara keseluruhan dan kualitas hidup.8
3. Diet dan Nutrisi
Menangani diet dan gizi dalam pengobatan adalah suatu keharusan, untuk
pecandu dan alkoholik. Disamping obat-obatan dapat merusak tubuh secara
langsung, pecandu cenderung memiliki kebiasaan makan yang buruk. Nutrisi
yang baik sangat penting bagi kesehatan. Karena pecandu telah mengabaikan
kesehatan mereka begitu lama, diet dalam pemulihan awal, mungkin memerlukan
sedikit perhatian. Pecandu harus diberi pendidikan dan informasi tentang makan
yang tepat , dan bagaimana hal itu berhubungan dengan penyakit dan bagaimana
hal itu dapat meningkatkan pemulihan mereka. 3
Beberapa kunci untuk mengadopsi kebiasaan makan yang sehat adalah
sebagai berikut, jangan melewatkan sarapan, karena itu akan memperlambat
metabolisme, mengkonsumsi cemilan sehat seperti buah-buahan dan sayuran
setiap 3 sampai 4 jam, makan banyak serat seperti biji-bijian;seseorang juga bisa
mendapatkan serat dari buah dan sayuran, minum banyak air, minimal delapan
gelas sehari, air berfungsi untuk mengeluarkan racun dan ampas, dan dapat
menekan nafsu makan.3
Penelitian telah menunjukkan bahwa mayoritas pecandu menderita beberapa
kelainan biokimia, gizi, dan gangguan metabolisme seperti:
a. Rusaknya atau Malfungsi dari zat kimia otak yang disebut
neurotransmitter
Zat adiktif dapat mengganggu keseimbangan neurotransmitter di otak,
sehingga mempengaruhi suasana hati, pikiran, memori, dan perilaku. Diet
juga dapat mempengaruhi keseimbangan neurotransmitter. Jika diet terlalu
rendah dalam asam amino yang berasal dari protein yang dikonsumsi, maka
tubuh tidak dapat membuat neurotransmitter yang diperlukan. Perbaikan
ketidakseimbangan pada otak dapat dicapai dengan menghilangkan zat adiktif
seperti nikotin dan dengan memastikan memasok otak dengan makanan
tinggi protein yang cukup, yang memberikan tubuh dengan asam amino yang
diperlukan untuk membuat neurotransmitter, bersama dengan asam lemak
11
esensial seperti Omega-3. 9
Neurotransmitter serotonin, misalnya, terbuat dari asam amino triptofan.
Jika diet terlalu rendah di triptofan, maka serotonin tidak dapat dibuat. Julia
Ross, penulis The Diet Cure dan The Cure mood, menyarankan mengonsumsi
makanan yang kaya protein mengandung tryptophan dan serotonin (labu,
bunga matahari, biji wijen, hazelnut, almond ,daging sapi, udang, ayam,
kalkun, tempe, tahu, rumput laut, pisang, dan susu) bersama dengan jumlah
karbohidrat yang sedang saat makan. Ross juga merekomendasikan beberapa
teknik lain untuk meningkatkan kadar serotonin, seperti berolahraga untuk
meningkatkan serotonin sementara, dan mendapatkan cukup cahaya, bahkan
jika hanya dari spektrum balon lampu yang meniru matahari, untuk
membantu mendorong otak untuk mengambil ekstra triftofan dan menolong
mereka yang cenderung mengalami depresi di musim dingin dan di malam
hari. Pencahayaan spektrum penuh juga membantu kadar vitamin D dan
membantu penyerapan vitamin C. 9
b. Hipoglikemia atau gula darah rendah, yang menyebabkan berbagai
gejala seperti kecemasan, kelelahan, depresi dan panik, serta fungsi
adrenal yang terganggu.
Banyak pecandu memiliki pola makan yang tidak konsisten dan diet
yang sangat penuh karbohidrat terolah dan gula. Hal ini pun diperberat
dengan serangan tambahan dari mengkonsumsi obat-obatan dan/atau alkohol
dapat menyebabkan seseorang memiliki gula darah rendah. 9
Cara terbaik untuk mengelola jenis hipoglikemia adalah memiliki
glukosa memasuki aliran darah terus menerus. Hal ini dapat dilakukan dengan
mengubah kebiasaan makan :
Menghilangkan karbohidrat sederhana dari diet, terutama karbohidrat terolah
yang cepat diserap oleh tubuh .
Ganti karbohidrat sederhana dengan karbohidrat yang lebih kompleks , atau
pati, yang dapat ditemukan dalam makanan seperti biji-bijian dan sayuran .
Tambahkan protein dan lemak pada diet, karena karbohidrat diserap lebih
12
lambat dengan lemak .
Jangan melewatkan jadwal makan. Makan secara teratur sepanjang hari
berguna untuk mengatur kadar gula darah .
c. Kelelahan kelenjar adrenal
Kelenjar adrenal dirancang untuk mengatasi keadaan darurat. Misalnya,
melepaskan adrenalin, hormon yang memberikan gelombang energi yang cepat
dan memobilisasi saat dalam bahaya. Adrenalin membuat jantung memompa
lebih cepat dan membuat seseorang lebih waspada. Adrenalim juga
memberitahu pankreas untuk melepaskan insulin untuk mengurangi tingginya
kadar gula dalam darah. Sayangnya, jika berada di bawah stres, adanya
infeksi, menggunakan obat-obatan, merokok, atau memiliki kebiasaan makan
yang buruk, tubuh memaksa kelenjar adrenal untuk bekerja lebih sering
daripada dirancang dan dapat menyebabkan kelelahan adrenal. 9
Seperti hipoglikemia, kelelahan adrenal dapat teratasi jika dikelola dengan
pola makan, dengan menstabilkan kadar gula darah sepanjang hari dengan
makan makanan secara berkala. Hal ini terutama penting untuk sarapan di pagi
hari untuk mengimbangi energi yang digunakan sepanjang malam. Makanan
harus terdiri dari karbohidrat kompleks (whole grain) dengan protein dan
minyak ( kacang-kacangan dan biji-bijian ) seperti minyak zaitun, kenari, serat,
rami dan minyak ikan berkualitas tinggi. Diet juga harus mengandung banyak
sayuran. Mereka dengan kelelahan adrenal juga harus menghilangkan
karbohidrat yang terolah, gula, kafein, coklat, lemak terhidrogenasi, dan jenis
lain dari makanan “junk food". 9
d. Defisiensi vitamin dan mineral
Para pengguna alkohol dan obat-oabatan sering kekurangan vitamin C dan
vitamin B kompleks serta mineral-mineral penting seperti kalsium, magnesium
dan zinc.9
Vitamin C : Vitamin C memainkan peran penting dalam fungsi otak dan
dapat mempercepat detoksifikasi. Tubuh memerlukan Vitamin C yang lebih
13
pada saat stres, seperti pulih dari kecanduan narkoba dan alkohol. Banyak
program berbasis nutrisi yang menemukan vitamin C menjadi salah satu
bahan yang paling penting dalam pengobatan kecanduan karena merupakan
bahan detoksifikasi obat-obatan dan racun pada sistem tubuh. Vitamin C
adalah vitamin larut air yang dapat diserap dengan mudah tetapi tidak
disimpan dalam tubuh. Vitamin C ikut keluar dalam urin sehingga
diperlukan pasokan yang konstan dalam diet. Bahan-bahan yang
mengandung banyak vitamin C adalah buah-buahan segar dan sayuran
seperti paprika hijau, buah jeruk, tomat, kentang, kembang kol, kecambah,
brokoli, dan kubis.9
Vitamin B Kompleks : Vitamin B penting untuk metabolisme dan memecah
karbohidrat untuk bahan bakar tubuh. Vitamin B juga meningkatkan fungsi
sistem kekebalan tubuh dan saraf dan meningkatkan pertumbuhan sel, kulit
yang sehat, dan otot. Ada delapan vitamin B-kompleks yang berbeda.
Kekurangan dalam vitamin B, terutama thiamin dan niacin dapat
menyebabkan banyak gejala psikologis seperti paranoia, hiperaktif,
kebingungan, omongan, dan depresi. Niasin, misalnya, sangat penting untuk
konversi triptofan menjadi serotonin, yang mengatur suasana hati dan
emosi. Thiamin penting untuk metabolisme karbohidrat. Asam pantotenat
adalah zat nutrisi yang dapat membantu untuk memerangi stres. Vit. B-
kompleks dapat ditemukan di sebagian makanan yang tidak diolah seperti
kentang, kacang, cabai, tempe, kacang-kacangan, ragi dan molase bir.9
Zinc : makanan yang tidak seimbang dan konsumsi gula , kafein, alkohol ,
dan obat-obatan yang berlebihan dapat melarutkan penyimpan ekstra zinc
yang berada dalam hati. Zinc merupakan mineral penting yang dapat
memiliki banyak manfaat dalam pemulihan. Prosesnya cukup rumit dan
tidak sepenuhnya dipahami, tetapi zinc diyakini membantu fungsi hati,
membantu sistem kekebalan tubuh yang sehat, serta fungsi otak. Zinc juga
membantu insulin melakukan tugasnya dan membantu mencerna makanan
yang dikonsumsi. Kekurangan zinc dapat menghasilkan gejala seperti
ekstremitas dingin, sirkulasi perifer yang buruk, kehilangan rasa, bau,
14
penyembuhan luka yang buruk, lesu, nafsu makan yang buruk, jerawat, dan
hipotiroidisme. Zinc dapat ditemukan pada tiram, jahe, domba, pecan,
kacang polong, udang, peterseli, dan kentang.9
Kalsium: Banyak para pecandu alkohol dan obat-obatan memiliki
kekurangan kalsium. Hal ini disebabkan sebagian pola makan yang buruk
dan kurangnya asupan kalsium. Hal ini juga terjadi karena fakta yang ada
menunjukkan bahwa gula, kafein, alkohol, dan obat-obatan lainnya
menyebabkan tubuh untuk mengeliminasi kalsium. Kafein telah terbukti
melipatgandakan ekskresi kalsium. Kalsium yang rendah dan tingkat
magnesium merupakan faktor utama yang berkontribusi terhadap iritabilitas,
nyeri, dan gangguan sistem otot / saraf yang dialami para pecandu alkohol
dan pengalaman pecandu selama penarikan dan fase pemulihan. Kalsium
bisa ditemukan di produk susu, almond, biji bunga matahari, peterseli,
daging, ikan, telur, biji-bijian, kacang-kacangan, dan sayuran.9
Magnesium : Mirip dengan kalsium, magnesium juga dibutuhkan untuk
menguatkan dan menenangkan sistem saraf, tetapi sering ditemukan
defisiensi pada mereka yang mengkonsumsi, kafein, alkohol, obat-obatan,
dan gula dengan level yang tinggi. Bahan-bahan yang mengandung banyak
magnesium adalah sayuran berdaun hijau, rumput laut, kacang polong,
molasses, kacang-kacangan seperti almond dan kacang mete, beras merah,
seafood, dan gandum.9
Besi: Para pecandu sangat rentan untuk mendapatkan anemia karena
penyalahgunaan zat dapat merusak hati dan mencegah tubuh untuk
menyerap zat besi secara efisien. Kebiasaan makan yang buruk juga dapat
menyebabkan anemia. Orang-orang yang menderita kadar zat besi rendah
dapat memiliki berbagai gejala seperti kelelahan, depresi, dan sakit kepala.
Diet tinggi protein, dengan banyak nutrisi pendukung tambahan seperti
Omega-3 asam lemak, tembaga, vitamin C, dan vitamin B-kompleks,
mungkin diperlukan untuk mengobati anemia. Besi dapat ditemukan pada
bahan-bahan, seperti hati, tiram, sayuran hijau, daging merah, sirup, rumput
laut, ragi, telur, dan kacang-kacangan.9
15
Kalium: Banyak pecandu memiliki defisiensi kalium. Konsumsi berlebihan
garam, penggunaan kafein, alkohol, gula, dan kebiasaan diet yang buruk
semua berkontribusi terhadap pengembangan kekurangan kalium. Gejala
kekurangan ini adalah kram otot, kelelahan, kelemahan, dan sembelit.
Kekurangan ini merupakan penyebab utama tekanan darah tinggi. Juga,
kadar kalium yang rendah dapat melemahkan adrenal dan fungsi hati.
Kentang, pisang, sayuran berdaun hijau, jeruk, biji-bijian, dan biji bunga
matahari diketahui mengandung banyak kalium.9
4. Higiene Tidur
Pola tidur dapat sangat terganggu dengan penyalahgunaan zat. Bahkan
beberapa orang akan menggunakan obat-obatan untuk tetap terjaga dan
menghindari tidur. Alkoholik memiliki pola tidur yang terganggu dan kadang-
kadang akan memiliki masalah tidur atau akan terbangun di malam hari dan
kemudian minum lebih banyak lagi untuk kembali tidur. Beberapa orang
melakukan penyalahgunaan pil tidur dan ini bisa berbahaya bagi pecandu. Dokter
hanya harus meresepkan obat tidur untuk waktu yang singkat. Tidur malam yang
baik sangat berharga, tetapi jarang di dapatkan di awal pemulihan. Untuk
mendapatkan pola tidur yang alami, tetapi mungkin diperlukan beberapa waktu.
Para pecandu yang dalam pengobatan mungkin akan memiliki beberapa malam
dengan kegelisahan tapi akhirnya tidur itu akan datang. 3
Group meditasi dapat membantu penurunan tingkat kecemasan pecandu dan
meningkatkan tingkat relaksasi untuk tidur malam yang baik. Tidur pada waktu
yang sama setiap hari dan menetapkan jam tidur dapat membantu untuk
mendapatkan pola siklus yang normal. Mandi air hangat sekitar satu jam sebelum
waktu tidur bisa dapat merilekskan dan membantu tidur. Kafein harus dihindari di
malam hari serta makanan yang dapat menyebabkan gangguan pencernaan.
Membaca, meditasi atau berjalan-jalan santai dapat membantu seseorang untuk
beristirahat dengan baik. Jika tidak bisa tidur, jangan berbaring di tempat tidur
untuk waktu yang lama, bangun dan lakukan sesuatu yang rileks untuk waktu
singkat, kemudian kembali ke tempat tidur. Para pecandu alkohol dan narkoba
16
mungkin membutuhkan waktu untuk membangun siklus tidur yang normal tanpa
pil, namun pada akhirnya ini akan tercapai.3
VII.KESIMPULAN
Adikzi zat sangat merusak dan dapat menyebabkan berbagai macam
gangguan. Dan manfaat dari pemulihan sangat besar. Tanpa menyikapi
pentingnya gizi, latihan/olahraga, higiene tidur dalam pengobatan, maka
kemungkinan besar penyembuhan akan sulit tercapai. Kebugaran dan nutrisi
sangat penting bagi pecandu dan alkoholik, para pecandu mungkin tidak
menyadari tingkat kerusakan yang telah mereka lakukan, dan ketika mereka dalam
pengobatan, penting untuk mendidik mereka tentang manfaat dari gaya hidup
sehat.
Dengan pendidikan dan penatalaksanaan yang baik, para pecandu
alkohol dan obat-obatan dan akan memiliki harapan hidup yang sehat dan
bahagia, dan mereka belajar bahwa pemulihan adalah hadiah yang benar-benar
besar.
DAFTAR PUSTAKA
1. Husain AB. Gangguan penggunaan zat. In: Elvira, SD. Hadisukanto, G. Buku
17
Ajar Psikiatri. Badan Penerbit Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia.
Jakarta : 2010. p.138-65.
2. Sadock B, Sadock V A. Gangguan terkait zat. In: Sadock B, Sadock V A
Kaplan & Sadock, Buku Ajar Psikiatri Klinis, Edisi 2. Penerbit Buku
Kedokteran EGC;Jakarta: 2010. p.86-146
3. Ryan, K.M. (2006). Nutrition and Exercise in a Recovery Milieu. Journal of
Addictive Disorders. Retrieved from http://www.breining.edu.
4. Wade C, Tavris C.Penyalahgunaan obat-obatan dan kecanduan.In : Wade C,
Tavris C.Psikologi (ed.9). Penerbit erlangga: Jakarta; 2007. p.348-55.
5. Maramis WF. Maramis, W.F. Ilmu Kedokteran Jiwa. Airlangga Press;
Surabaya:2009.p.323:337.
6. Maslim, Rusdi, ed. Buku Saku PPDGJ III. Bag. Ilmu kedokteran jiwa FK
Unika Atmajaya. Jakarta;2001.
7. Brown RA, Abrantes AM, Read JP, Jakicic J, Strong RD, Oakley JR et.al.
Aerobic Exercise for Alcohol Recovery: Rationale, Program Description, and
Preliminary Findings. Behav Modif. 2009 March; 33(2): 220–249. Published
online 2008 December 16.
8. Woodyard J. Exploring the therapeutic effects of yoga and its ability to
increase quality of life. Int J Yoga. 2011 Jul-Dec; 4(2): 49–54.
doi: 10.4103/0973-6131.85485
9. Miller RP. Nutrition in addiction recovery.Many Hands Sustainability Center.
May 2010. Available in : http://manyhandssustainabilitycenter.org
18