penerapan model pembelajaran berdasarkan masalah pada materi hujan asam terhadap keterampilan...

13
Penerapan Model Pembelajaran Berdasarkan Masalah Pada Materi Hujan Asam..... PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN BERDASARKAN MASALAH PADA MATERI HUJAN ASAM TERHADAP KETERAMPILAN BERPIKIR KRITIS SISWA SMP M. Lutfi Syaifuddin Umar 1) , Mitarlis 2) , Laily Rosdiana 3) 1) Mahasiswa S1 Pendidikan Sains, FMIPA, UNESA lutfi17.sains @ gmail .com 2) Dosen S1 Pendidikan Kimia, FMIPA, UNESA, email: mitarlis @ y mail.com 3) Dosen S1 Pendidikan Sains, FMIPA, UNESA, email: Filzahlaily@gmail .com Abstrak Penelitian yang telah dilaksanakan di SMPN 2 Purwoasri dengan model pembelajaran berdasarkan masalah pada materi hujan asam terhadap keterampilan berpikir krtis siswa SMP bertujuan untuk mendeskripsikan, keterlaksanaan penerapan pembelajaran, hasil belajar siswa, kemampuan berpikir kritis siswa dengan model pembelajaran berdasarkan masalah pada materi hujan asam terhadap keterampilan berpikir kritis siswa SMP. Jenis penelitian ini merupakan penelitian pre-experimental design dengan desain one group pre-test post-test design. Subyek penelitian adalah siswa kelas VIII-A sebanyak 34 siswa. Penelitian dilaksanakan selama 2 kali pertemuan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa keterlaksanaan pembelajaran menggunakan model pembelajaran berdasarkan masalah dapat terlaksana secara keseluruhan dengan kategori sangat baik dengan skor rata-rata 3,73%. Data kognitif dikumpulkan melalui tes dengan menggunakan soal pre-test dan post-test yang berorientasi pada keterampilan berpikir kritis diperoleh hasil ketuntasan pre-test 0% dan ketuntasan post-test sebesar 89%. Data pre-test dan post-test dianalisis dengan n-gain score (gain yang dinormalisasi) untuk mengetahui peningkatan kemampuan berpikir kritis. Hasil penelitian menunjukkan bahwa: (1) ketuntasan klasikal meningkat sebesar 89%. (2) Hasil N-gain yang diperoleh siswa termasuk dalam kategori sedang dengan pemerolehan rata-rata 0,7. Pada aspek psikomotor menunjukkan bahwa keterampilan psikomotor siswa termasuk dalam kategori baik sekali sebesar 3,28, sedangkan pada aspek afektif termasuk pada kategori baik sebesar 3,30. Pada rata-rata kelas aspek berpikir kritis siswa mengalami peningkatan dari 39 % menjadi 80 %. Kata Kunci : Model pembelajaran berdasarkan masalah, keterampilan berpikir kritis. Abstract Research that has been conducted in SMPN 2 Purwoasri learning model based on material problems of acid rain on thinking skills Krtis junior high school students aims to describe, keterlaksanaan application of learning, student learning outcomes, critical thinking skills of students with learning model based on material problems of acid rain on skills junior high school students' critical thinking. This type of research is the study pre-experimental design with the design of one group pre-test post-test design. Subjects were students of class VIII-A as many as 34 students. The experiment was conducted during 2 meetings. The results showed that the 1

Upload: alim-sumarno

Post on 17-Dec-2015

27 views

Category:

Documents


9 download

DESCRIPTION

Jurnal Online Universitas Negeri Surabaya, author : M. LUTFI SYAIFUDDIN UMAR

TRANSCRIPT

Paper Title (use style: paper title)

Inovasi Pendidikan Fisika. Volume 00 Nomor 00 Tahun 2014Penerapan Model Pembelajaran Berdasarkan Masalah Pada Materi Hujan Asam.....

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN BERDASARKAN MASALAH PADA MATERI HUJAN ASAM TERHADAP KETERAMPILAN BERPIKIR KRITIS SISWA SMP

M. Lutfi Syaifuddin Umar1), Mitarlis2), Laily Rosdiana3)1) Mahasiswa S1 Pendidikan Sains, FMIPA, UNESA [email protected]) Dosen S1 Pendidikan Kimia, FMIPA, UNESA, email: [email protected]) Dosen S1 Pendidikan Sains, FMIPA, UNESA, email: [email protected]

Penelitian yang telah dilaksanakan di SMPN 2 Purwoasri dengan model pembelajaran berdasarkan masalah pada materi hujan asam terhadap keterampilan berpikir krtis siswa SMP bertujuan untuk mendeskripsikan, keterlaksanaan penerapan pembelajaran, hasil belajar siswa, kemampuan berpikir kritis siswa dengan model pembelajaran berdasarkan masalah pada materi hujan asam terhadap keterampilan berpikir kritis siswa SMP. Jenis penelitian ini merupakan penelitian pre-experimental design dengan desain one group pre-test post-test design. Subyek penelitian adalah siswa kelas VIII-A sebanyak 34 siswa. Penelitian dilaksanakan selama 2 kali pertemuan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa keterlaksanaan pembelajaran menggunakan model pembelajaran berdasarkan masalah dapat terlaksana secara keseluruhan dengan kategori sangat baik dengan skor rata-rata 3,73%. Data kognitif dikumpulkan melalui tes dengan menggunakan soal pre-test dan post-test yang berorientasi pada keterampilan berpikir kritis diperoleh hasil ketuntasan pre-test 0% dan ketuntasan post-test sebesar 89%. Data pre-test dan post-test dianalisis dengan n-gain score (gain yang dinormalisasi) untuk mengetahui peningkatan kemampuan berpikir kritis. Hasil penelitian menunjukkan bahwa: (1) ketuntasan klasikal meningkat sebesar 89%. (2) Hasil N-gain yang diperoleh siswa termasuk dalam kategori sedang dengan pemerolehan rata-rata 0,7. Pada aspek psikomotor menunjukkan bahwa keterampilan psikomotor siswa termasuk dalam kategori baik sekali sebesar 3,28, sedangkan pada aspek afektif termasuk pada kategori baik sebesar 3,30. Pada rata-rata kelas aspek berpikir kritis siswa mengalami peningkatan dari 39 % menjadi 80 %.

Kata Kunci : Model pembelajaran berdasarkan masalah, keterampilan berpikir kritis.Abstract

Research that has been conducted in SMPN 2 Purwoasri learning model based on material problems of acid rain on thinking skills Krtis junior high school students aims to describe, keterlaksanaan application of learning, student learning outcomes, critical thinking skills of students with learning model based on material problems of acid rain on skills junior high school students' critical thinking. This type of research is the study pre-experimental design with the design of one group pre-test post-test design. Subjects were students of class VIII-A as many as 34 students. The experiment was conducted during 2 meetings. The results showed that the feasibility study using the learning model based on the whole problem can be accomplished with very good category with an average score of 3.73%. Cognitive data collected through tests by using about pre-test and post-test oriented critical thinking skills obtained results completeness 0% pre-test and post-test completeness by 89%. Data pre-test and post-test were analyzed with n-gain score (gain normalized) to determine the increase in critical thinking skills. The results showed that: (1) classical completeness increased by 89%. (2) The results obtained N-gain students included in the medium category with an average acquisition 0.7. On psychomotor aspects indicate that students psychomotor skills included in both categories once of 3.28, while the affective aspects included in both categories amounting to 3.30. On an average grade aspect of critical thinking of students has increased from 39% to 80% .Keywords: problem-based learning model, critical thinking skills.

PENDAHULUAN

Era globalisasi memunculkan tuntutan baru dalam segala aspek kehidupan. Salah satunya adalah aspek ilmu pengetahuan. Pendidikan di Indonesia menempati peringkat 50 dari 144 negara di dunia (Global Competitiveness Report, 2012-2013), sehingga Indonesia perlu meningkatkan mutu pendidikannya dalam persaingan global.

Pada tahun ajaran 2013/2014, Indonesia resmi menggunakan kurikulum 2013. Kurikulum 2013 bertujuan untuk mengarahkan sumberdaya produktif menjadi sumberdaya manusia yang memiliki kompetensi dan keterampilan, serta menyesuaikan perkembangan pendidikan di tingkat Internasional, sejak tahun 1999 menunjukkan capaian anak-anak Indonesia tidak menggembirakan dalam beberapa kali laporan yang dikeluarkan TIMSS dan PISA (permendikbud nomor 70, 2013).

Dalam kurikulum 2013 terdapat perubahan pola pikir, salah satunya yaitu pembelajaran berpusat kepada guru diubah menjadi pembelajaran berpusat kepada murid. Pembelajaran pasif diubah menjadi pembelajaran aktif-mencari. Pola pembelajaran pasif menjadi pembelajaran kritis (Permendikbud nomor 70, 2013), Serta proses pembelajaran terdiri atas lima pengalaman belajar pokok yaitu: mengamati, menanya, mengumpulkan informasi, mengasosiasi, mengkomunikasikan. Diimplementasikan dalam berbagai kegiatan belajar (permendikbud, nomor 81A, 2013)

Selain itu, siswa diharapkan memiliki pengetahuan factual, konseptual, dan prosedural dalam ilmu pengetahuan, teknologi, seni, dan budaya dengan wawasan kemanusiaan, kebangsaan, kenegaraan, dan peradaban terkait fenomena dan kejadian yang tampak mata. (permendikbud, nomer 54, 2013) Siswa akan mengalami pembelajaran kritis dan memiliki pengetahuan atas fenomena terkait kejadian terkini menggunakan pembelajaran berdasarkan masalah didukung dengan pendekatan berpikir kritis.

Siswa diharapkan dapat berpikir kritis dalam memecahkan masalah karena pembelajaran berdasarkan masalah dirancang untuk mengembangkan keterampilan berpikir tingkat tinggi dalam situasi-situasi berorientasikan masalah (Nur, 2011), Menurut Facione, ada enam kecakapan berpikir kritis utama yang terlibat di dalam proses berpikir kritis. Kecakapan-kecakapan tersebut adalah interpretasi, analisis, evaluasi, inference, penjelasan dan regulasi diri. (dalam Filsaime, 2008).Kurikulum 2013 menggunakan pendekatan 5M, mengamati, menanya, mengexplor, mengasosiasi, mengomunikasikan, sangat mendukung karena pembelajaran berdasarkan masalah, dirancang terutama untuk membantu siswa: (1) mengembangkan keterampilan berpikir, pemecahan masalah, dan intelektual; (2) belajar peran-peran orang dewasa dengan menghayati peran-peran itu melalui situasi-situasi nyata atau yang disimulasikan; dan (3) menjadi mandiri, maupun siswa otonom (Nur, 2011). Pembelajaran berdasarkan masalah merupakan pembelajaran mengembangkan berpikir tingkat tinggi dalam situasi-situasi berorientasikan masalah, mecakup belajar bagaimana belajar (learning how to learn) dengan peran guru dalam pembelajaran berdasarkan masalah adalah menyodorkan masalah-masalah, mengajukan pertanyaan-pertanyaan, dan memfasilitasi penyelidikan dan dialog (Nur, 2011:2).Materi yang digunakan dalam penelitian ini merupakan materi yang banyak terjadi di kehidupan sehari-hari. Salah satunya adalah hujan asam, fenomena hujan asam diawali dengan permasalahan pada era industri sehingga terjadi banyak polutan sehingga menimbulkan masalah yang akan dipecahkan oleh siswa melalui berpikir tingkat tinggi. Materi hujan asam merupakan materi terpadu, di dalamnya terdapat hubungan antara hujan asam dan dampaknya bagi makhluk hidup, dan memahami karakteristik zat, serta perubahan fisika dan kimia pada zat yang digunakan dalam kehidupan sehari-hari. Penelitian ini di latar belakangi oleh penelititan yang telah dilakukan oleh Mulyono (2011) dengan judul penerapan model pembelajaran berdasarkan masalah untuk meningkatkan hasil belajar siswa pada pembelajaran IPA Terpadu dengan tema zat aditif pada makanan yang bertujuan untuk meningkatkan hasil belajar siswa. Adapun permasalaha yang akan dijawab pada penelitian artikel ini adalah:

1. Bagaimana keterlaksanaan pembelajaran berdasarkan masalah pada materi hujan asam terhadap keterampilan berpikir kritis siswa SMP ?

2. Bagaimana keterampilan berpikir kritis siswa pada kegiatan pembelajaran pada materi hujan asam melalui model pembelajaran berdasarkan masalah ?

3. Bagimana respon siswa terhadap kegiatan pebelajaran berdasarkan pada materi hujan asam melalui model pembelajaran berdasarkan ?

Pembelajaran berdasarkan masalah merupakan pembelajaran menumbuhkan berpikir tingkat tinggi dalam situasi-situasi berorientasikan masalah, mencakup belajar bagaimana belajar (learning how to learn) dengan peran guru dalam pembelajaran berdasarkan masalah adalah menyodorkan masalah-masalah, mengajukan pertanyaan-pertanyaan, dan memfasilitasi penyelidikan dan dialog. Lima fase pembelajaran berdasarkan masalah dan perilaku guru yang diinginkan untuk setiap fase diikhtisarkan pada Tabel 1. Perilaku guru dan siswa yang dikehendaki yang berkaitan dengan setiap fase dideskripsikan lebih rinci seperti berikut ini. (Nur, 2011).Tabel 1: sintaks pembelajaran berdasarkan masalah

Fase atau tahapPerilaku guruPerilaku siswa

Fase 1:

Mengorientasikan siswa kepada masalah

Guru menginformasikan tujuan-tujuan pembelajaran, mendeskripsikan kebutuhan-kebutuhan logistic penting, dan memotivasi siswa agar terlibat dalam kegiatan pemecahan-pemecahan yang mereka pilih sendiri.Siswa mencatat tujuan-tujuan pembelajaran dan menyiapkan kebutuhan logistic yang akan di gunakan untuk mencapai tujuan pembelajaran.

Fase 2:

Mengorganisasikan siswa untuk belajar.Guru membantu siswa menentukan dan mengatur tugas-tugas belajar yang berhubungan dengan masalah itu.Siswa menentukan dan mengatur tugastugas belajar berhubungan dengan masalah pada pembelajaran.

Fase 3:Membantu penyelidikan mandiri dan kelompok.Guru mendukung siswa mengumpulkan informasi yang sesuai, melaksanakan eksperimen, mencari penjelasan, dan solusi.Siswa mengumpulkan informasi dari buku teks dan media yang memungkinkan untuk melaksanakan eksperimen, menjawab pertanyaan dan mencari solusi atas masalah.

Fase 4:

Mengembangkan dan menyajikan hasil karya serta memamerkannya.Guru membantu siswa dalam merencanakan dan menyiapkan hasil karya yang sesuai seperti laporan, rekaman video, dan model, serta membantu mereka berbagi karya merekaSiswa menyiapkan kelompoknya untuk mempresentasikan hasil karya kelompok mereka seperti laporan, rekaman video dan model.

Fase 5: Menganalisis dan mengevaluasi proses pemecahan masalah.Guru membantu siswa melakukan refleksi atas penyelidikan dan proses-proses yang mereka gunakan.Siswa merefleksi pembelajaran hari ini.

Menurut Facione, ada enam kecakapan berpikir kritis utama yang terlibat di dalam proses berpikir kritis. Kecakapan-kecakapan tersebut adalah interpretasi, analisis, evaluasi, Inferensi, penjelasan dan regulasi diri (dalam Filsaime, 2008).Pada langkah pertama dari proses berpikir kritis, seseorang mengevaluasi informasi atau data dengan alat interpretasi, analisis, evaluasi, Inferensi, penjelasan dan regulasi diri. Pada langkah pertama dari proses berpikir kritis, seseorang mengevaluasi informasi atau data dengan alat interpretasi, analisis, evaluasi dan Inferensi. Pada langkah kedua, pemikir kritis menerapkan berpikir kritis dan menjelaskan bagaimana caraa mencapai kesimpulan-kesimpulannya dengan menyatakan hasil-hasil, menjustifikasi prosedur-prosedur dan mempresentasi argumen- argumennya. Ahirnya, dia menjaring proses berpikir melalui pengujian diri dan koreksi diri.

Berikut adalah deskripsi dari keenam kecakapan berpikir kritis utama:

1. Interpretasi

Bagi Facione, menginterpretasi adalah memahani dan mengeksplorasikan makna atau signifikansi dari berbagai macam pengelaman, situasi, data, kejadian-kejadian. Penilaian, kebiasaan, atau adat, kepercayaan-kepercayaan, aturan-aturan, prosedur atau kriteria-kriteria. Interpretasi mencakup sub-kecakapan mengkategorikan, menyampaikan signisikansi, dan mengklasifikasi makna. Sebuah contoh dari interpretasi adalah mengenal sebuah masalah dan menjelaskannya tanpa prasangka.

2. Analisis

Analisis adalah mengidentifikasi hubungan-hubungan inferensial yang dimaksud dan aktual di antara pernyataan-pernyataan, pertanyaan-pertanyaan, konsep-konsep, deskripsi-deskripsi atau bentuk-bentuk representasi lainnya yang dimaksudkan untuk mengekspresikan kepercayaan-kepercayaan, penilaian, pengalaman-pengalaman, alasan-alasan, informasi atau opini-opini. Analisis meliputi pengujian data, pendeteksian argumen-argumen, dan menganalisis argumen-argumen sebagai sub-kecakapan dari analisis. Sebuah contoh dari analisis adalah mengidentifikasi persamaan-persamaan dan perbedaan-perbedaan diantara dua pendekatan pada solusi sebuah masalah yang diberikan.

3. Evaluasi

Evaluasi berarti menaksir kredibilitas pernyataan-pernyataan atau representasi-representasi yang merupakan laporan atau dekripsi-deskripsi dari persepsi, pengalaman, situasi, penilaian, kepercayaan atau opini seseorang, dan menaksir kekuatanlogis dari hubungan-hubungan inferensial atau dimaksud diantara pernyataan-pernyataan, deskripsi-deskripsi, pertanyaan-pertanyaan, atau bentuk-bentuk representasi lainnya. Sebuah contoh dari evaluasi adalah membandingkan kekuatan-kekuatan dan kelemahan-kelemahan dari interpretasi-interpretasi alternative.

4. Inferensi

Inferensi berarti mengidentifikasi dan memperoleh unsur-unsur yang diperlukan untuk membuat kesimpulan-kesimpulan yang masuk akal; membuat dugaan-dugaan dan hipotesis; mempertibangkan informasi yang relevan dan menyimpulkan konsekuensi-konsekuensi dari data, situasi-situasi, pertanyaan-pertanyaan, atau bentuk-bentuk representasi lainnya. sebuah ocntoh dari Inferensi adalah membuat atau mengkonstruksi makna dari unsur-unsur di dalam sebuah bacaan, atau mengidentifikasi dan memperoleh informasi yang diperlukan untuk memformulasikan sebuah sintesis dari sumber-sumber yang bermacam-macam. Menurut Facione setelah mengevaluasi informasi atau data dengan alat interpretasi, analisis, evaluasi dan Inferensi, pada langkah kedua, para pemikir kritis menjustifikasi prosedur-prosedur dan argumen-argumen yang ada. Selain mampu menginterpretasikan, menganalisis, mengvaluasi dan membuat Inferensi, para pemikir kritis yang baik menjelaskan apa yang mereka pikir dan bagaimana mereka sampai pada penilaian. Dan, mereka bisa menerapkan kekuatan-kekuatan berpikir kritis mereka untuk diri mereka sendiri dan memperbaiki opini-opini jelas mereka. Kedua kecakapan ini disebut eksplanasi atau penjelasan dan regulasi diri.5. Eksplanasi

Eksplanasi berarti mampu menyatakan hasil-hasil dari penalaran seseorang, menjustifikasi penalaran tersebut dari sisi pertimbangan-pertimbangan evidensial, konseptual di mana hasil-hasil seseorang tersebut berdasar; dan mempresentasikan penalaran seseorang dalam bentuk argumen-argumen yang kuat. Sub-kecakapan di bawah eksplanasi adalah menyatakan hasil-hasil, menjustifikasi prosedur-prosedur dan mempresentasikan argumen-argumen.

6. Regulasi Diri

Regulasi berarati secara sadar diri memantau kegiatan-kegiatan kognitif seseorang, unsur-unsur yang digunakan dalam kegiatan-kegiatan tersebut, dan hasil-hasil yang diperoleh terutama dengan menerapkan kecakapan-kecakapan di dalam analisis dan evaluasi untuk penilaian-penilaian inferensialnya sendiri dengan memandang pada pertanyaan, konfirmasi, validitas atau mengoreksi diri baik penalarannya atau hasil-hasilnya. Kedua sub-kecakapan di bawah regulasi diri adalah pengujian diri dan koreksi diri.

METODE

Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian kuantitatif dengan metode eksperimen. Desain eksperimen yang digunakan yaitu one group pre-test post-test design. Desain penelitiannya diGambarkan sebagai berikut:

(Sukmadinata, 2010)

Keterangan:

O1: Memberikan pre-testO2: Memberikan post-testX : Jenis perlakuan

Penelitian dilakukan di SMPN 2 Purwoasri, yang menjadi subyek penelitian adalah siswa kelas VII-A sebanyak 34 siswa dengan teknik pengambilan data purpose sample. Data penelitian dikumpulkan melalui tes, observasi. Pre-test dan post-test digunakan untuk mengetahui kemampuan berpikir kritis siswa sebelum dan sesudah perlakuan. Pengamatan dilakukan untuk mengetahui keterlaksanaan proses pembelajaran dan hasil belajar siswa.

Teknik pengumpulan data berupa metode observasi, tes. Data pada penelitian ini adalah data pengamatan keterlaksanaan pembelajaran, data berupa hasil belajar aspek pengetahuan, sikap, dan ketrampilan.

Teknik analisis data berupa analisis keterlaksanaan, hasil belajar. Teknik analisis data yang digunakan adalah uji normalitas, uji Gain Score, uji-t berpasangan. Uji normalitas digunakan untuk menguji kenormalan data, uji Gain Score untuk mengetahui peningkatan hasil belajar siswa, dan uji-t berpasangan untuk mengetahui efektivitas model pembelajaran berdasarkan masalahHASIL DAN PEMBAHASAN

Pengamatan terhadap keterlaksanaan model pembelajaran berdasarkan masalah dilakukan dengan menggunakan instrumen lembar pengamatan keterlaksanaan pembelajaran yang diamati oleh dua orang pengamat yaitu guru IPA di SMP Negeri 2 Purwoasri sebagai pengamat 1 dan mahasiswa Sains sebagai pengamat 2. yang dihitung rata-rata pada tiap aspek dari 2 orang pengamat pada tiap pertemuan kemudian dikategorikan berdasarkan Tabel 2.

Tabel 2: Hasil pengamatan keterlaksanaan pembelajaran

NoAspek yang diamati dalam kegiatanPertemuan 1Pertemuan 2

Rata-ratakriteriaRata-rata kriteria

1PELAKSANAAN

Pendahuluan

Fase 1 : Menyampaikan tujuan dan memotivasi siswaa) Guru membuka pelajaran dengan salam dan mengabsen kemudian langsung memulai dengan berdoa.

b) Guru menyampaikan Gambar dan video tentang hujan asam.c) Guru menyampaikan tujuan pembelajaran4

4

4SB

B

SB4

4

4SB

SB

SB

Rata-rata4SB4SB

Kegiatan Inti

Fase 2 :

Membantu penyelidikan mandiri dan kelompok a) Guru membimbing siswa untuk mengenal masalah dalam kasus terjadinya hujan.b) Guru membagi siswa dalam kelompok yang beranggotakan 5-6 orang.c) Guru kemudian membagikan buku siswa dan LKS hujan asam kepada siswa.

d) Siswa diminta membuka buku paket materi tentang hujan kemudian memberi kesempatan pada siswa untuk membaca dan menggarisbawahi konsep yang penting.

e) Guru menyamakan persepsi siswa dengan meminta siswa menyampaikan konsep penting yang telah mereka garis bawahi dan guru memberikan penjelasan tambahan jika ada hal yang belum dimengerti siswa.

f) Guru membimbing siswa untuk merumuskan masalah dari permasalahan hujan.3

3

3

4

3

3B

B

B

SB

B

B4

3

3

4

4

4SB

B

B

SB

SB

SB

Rata-rata3,33B3,67SB

Fase 3:

Mengorganisasikan siswa kedalam kelompok-kelompok belajar a) Guru membimbing siswa untuk melakukan percobaan..

b) Guru dan siswa menyiapkan alat dan bahan yang diperlukan untuk percobaan.

c) Guru membimbing kelompok untuk membuat rancangan percobaan.

d) Guru mengawasi kinerja masing-masing kelompok.4

4

3

4SB

SB

B

B4

4

4

3SB

SB

B

B

Rata-rata3,75SB3,75SB

Fase 4: Mengembangkan dan menyajikan hasil karya serta memamerkannya. a) Guru meminta kelompok untuk mempresentasikan hasil diskusi dari kelompoknya.4SB4SB

Rata-rata4SB4SB

Fase 5: Menganalisis dan mengevaluasi proses pemecahan masalah

a) Guru membimbing siswa menyimpulkan materi.4SB

4SB

Rata-rata4SB4SB

PENGELOLAAN WAKTU2C3B

Rata-rata2C3B

PENGAMATAN SUASANA KELAS

a. Siswa antusiasb. Guru antusias4

4SB

SB4

4SB

SB

Rata-rata4SB4SB

Rata-rata3,67B3,81SB

Berdasarkan hasil pengamatan keterlaksanaan pembelajaran yang disajikan dalam Tabel 1 menunjukkan bahwa pembelajaran dengan menggunakan model Pembelajaran Berdasarkan Masalah telah terlaksana secara keseluruhan, baik pada pertemuan pertama maupun kedua. Skor rata-rata pada tiap pertemuan berturut-turut adalah 3,44 dan 3,73 dengan kriteria baik dan sangat baik.

Skor rata-rata tiap fase adalah fase 1 pada pertemuan pertama dan kedua mendapatkan skor 3,67 dan 4. Fase 2 pada pertemuan pertama dan kedua berturut-turut mendapatkan skor 3,17 dan 3,67. Fase 3 pada pertemuan pertama dan kedua mendapatkan skor 3,25 dan 3,50. Fase 4 pada pertemuan pertama dan kedua mendapatkan skor 4. Fase 5 pada pertemuan pertama dan kedua berturut-turut mendapatkan skor 4. Aspek-aspek yang diamati terlaksana dengan baik pada pertemuan pertama sedangkan pertemuan kedua memperoleh skor keterlaksanaan sangat baik. Keterlaksanaan tersebut terlihat dari skor nilai yang diberikan pengamat pada tiap pertemuan dan menunjukkan adanya peningkatan pada pertemuan kedua.

Peningkatan hasil keterlaksanaan pembelajaran menggunakan model pembelajaran berdasarkan masalah dapat dilihat pada Gambar 1 sebagai berikut.

Gambar 1 : peningkatan keterlaksanaan pembelajaran

Data hasil belajar aspek berpikir kritis siswa diperoleh dari hasil tes objektif yang diberikan sebelum proses belajar mengajar (pretest) untuk mengetahui kemampuan awal siswa dan setelah proses belajar mengajar (posttest) untuk mengetahui hasil belajar siswa setelah menggunakan model pembelajaran berdasarkan masalah pada materi hujan asam untuk meningkatkan berpikir kritis siswa sehingga akan diperoleh tingkat ketuntasan siswa dan ketuntasan belajar kelas (ketuntasan klasikal).

Tabel 3: Data Hasil Belajar Pengetahuan (Hasil pretest dan posttest)

NoJenis tesPersentase

TuntasTidak Tuntas

1Pretest0%100%

2Posttest89,0%11,0%

Berdasarkan Tabel 3 dapat diketahui bahwa terjadi peningkatan dari pretest ke posttest. Pada pretest pesentase ketuntasan siswa belum mencapai 85% dan persentase ketuntasan siswa pada posttest setelah diterapkan model Pembelajaran Berdasarkan Masalah pada materi Hujan asam melebihi 85% sehingga telah mencapai ketuntasan secara klasikal. Seorang siswa dikatakan tuntas secara individu jika mendapatkan nilai 2,66 sesuai dengan permendikbud 2013 dan berdasarkan Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) di SMP Negeri 2 Purwoasri sebesar 2,66, sedangkan kelas dianggap tuntas belajar jika terdapat 85% siswa yang tuntas. Data hasil pretes didapatkan siswa yang lulus adalah 0%, hal ini disebabkan karena bagi siswa model Pembelajaran Berdasarkan Masalah untuk meningkatkan berpikir kritis siswa merupakan hal baru siswa, sehingga siswa merasa kesulitan untuk mengerjakan soal pretest

. Tabel 4 : Rata-rata kelas pada aspek berpikir kritis siswa

Jenis tes interpretasi Analisis inferensi evaluasi

Pretes 66 % 49 % 21 % 20 %

postes 94 % 89 % 63 % 73 %

menunujukkan rata-rata kelas pada aspek keterampilan berpikir kritis siswa pada pretest, rata-rata kelas pada aspek keterampilan berpikir kritis siswa yaitu pada aspek interpretasi siswa mencapai 66 % diwakili dari pertanyaan pretest nomor 1a, 2a, 3a, pada aspek analisis siswa mencapai 49 % diwakili dari pertanyaan pretest nomor 1b, 1c, 2b, 2c, 3b, 3c, pada aspek inferensi siswa mencapai 21 % diwakili dari pertanyaan pretest nomor 1d, 2d, 3d, dan pada aspek evaluasi siswa mencapai 20 % diwakili dari pertanyaan pretest nomor 1e, 2e, 3e. Data rata-rata kelas pada aspek keterampilan berpikir kritis siswa pada posttest, rata-rata kelas pada aspek keterampilan berpikir kritis siswa yaitu aspek interpretasi mencapai 94 % diwakili dari pertanyaan posttest nomor 1a, 2a, 3a, pada aspek analisis siswa mencapai 89 % diwakili dari pertanyaan posttest nomor 1b, 1c, 2b, 2c, 3b, 3c, pada aspek inferensi siswa mencapai 63 % diwakili dari pertanyaan posttest nomor 1d, 2d, 3d, dan pada aspek evaluasi siswa mencapai 73 % diwakili dari pertanyaan posttest nomor 1e, 2e, 3e. Hal tersebut menunjukkan bahwa aspek berpikir kritis interpretasi, analisis, inferensi, evaluasi dari pretest-posttest mengalami peningkatan. Berikut adalah nilai keterampilan berpikir kritis siswa.Hasil perhitungan gain ternormalisasi (N-gain) yang diperoleh siswa termasuk dalam klasifikasi sedang (Adaptasi dari skripsi Aditya Gama Nur Cahyo, 2013) dengan perolehan rata-rata 0,7. Data gain ternormalisasi berdasarkan klasifikasi dapat dilihat pada Tabel 4 berikut.

Tabel 5: Data Gain Ternormalisasi Berdasarkan Klasifikasi

NoKategoriJumlah siswaPersentase

1Tinggi1441,17%

2Sedang2058,82%

3Rendah00 %

Berdasarkan Tabel 5 dapat dilihat bahwa hanya sedikit siswa yang mendapatkan peningkatan hasil belajar dalam kategori tinggi. Secara umum siswa mendapatkan peningkatan hasil belajar dalam kategori sedang.

Selain data Pengetahuan, peneliti juga mengambil data aspek Keterampilan. Data ini diperoleh dengan metode observasi yang dilakukan oleh 2 orang pengamat. Pengamat 1 mengamati kelompok 1-4, sedangkan pengamat 2 mengamati kelompok 5-7. Pengamat menuliskan hasil observasi dalam lembar pengamatan secara objektif sesuai lampiran B8. Aspek yang dinilai dari kemampuan Keterampilan siswa yaitu kemampuan mengukur lama pemanasan menggunakan stopwatch pada pengamatan LKS 1 (Aspek 1) dan mengidentifikasi derajat keasaman menggunakan indikator pada LKS 2 (Aspek 2). Persentase siswa berdasarkan kategori pada pengamatan aspek Keterampilan dapat dilihat pada Gambar 2.

Gambar 2 : Hasil belajar aspek keterampilan berdasarkan kategori

Aspek 1 : kemampuan mengukur lama pemanasan menggunakan stopwatch

Aspek 2 : mengidentifikasi derajat keasaman menggunakan indicator

Berdasarkan Gambar 2 diatas dapat dilihat bahwa hasil belajar aspek Keterampilan siswa pada kedua aspek tersebut berkategori baik sekali. Pada aspek 1 dari 100% jumlah siswa, sebesar 23,52% siswa mencapai kategori baik sekali dan 76,47% mencapai kategori baik. Pada aspek 2 sebesar 32,35% siswa berkategori baik sekali dan 67,64% berkategori baik. Sehingga persentase rata-rata keterampilan siswa pada aspek 1 sebesar 81% mencapai kategori baik sekali, sedangkan pada aspek 2 persentase rata-rata keterampilan siswa sebesar 83% kategori baik sekali.

Gambar 3: Aspek sikap tiap pertemuan

Hasil belajar aspek pengetahuan dan keterampilan, peneliti juga mengambil data aspek sikap siswa yang meliputi toleransi, tanggung jawab, disiplin, dan percaya diri. Data diperoleh dengan metode observasi yang dilakukan oleh 4 orang pengamat, pengamat 1 mengamati kelompok A dan B, pengamat 2 mengamati kelompok C dan D, pengamat 3 mengamati kelompok E dan F, sedangkan pengamat 4 mengamati kelompok G. Nilai rata-rata hasil pengamatan aspek sikap siswa secara individu pada setiap pertemuan dan kategorinya dapat dilihat pada Tabel 6.Tabel 6: Hasil Belajar Sikap Tiap PertemuanNo UrutToleransiTanggung JawabDisiplinPercaya Diri

P1P2P1P2P1P2P1P2

Rata-rata skor kelas3,053,363,173,293,313,473,363,40

KategoriBSBBBBSBSBSB

Rata-rata berdasarkan skor kelas3,213,233,403,38

Rata-rata total = 3,30

Keterangan:

P1 :pertemuan 1

P2 :pertemuan 2

Pada diatas dapat dilihat bahwa rata-rata untuk aspek toleransi sebesar 3,21 dan tanggung jawab sebesar 3,23 dan berkategori baik, kemudian untuk aspek disiplin sebesar 3,40 dan percaya diri mencapai rata-rata sebesar 3,38 yang berkategori baik sekali. Berdasarkan Permendiknas No 81A Tahun 2013 skor rata-rata yang dicapai siswa berdasarkan kategori aspek sikap siswa tiap pertemuan mencapai kategori baik dan sangat baik. Skor rata-rata aspek sikap secara keseluruhan adalah 3,30 mencapai kategori baik, aspek sikap secara umum mengalami peningkatan di pertemuan kedua.

Hasil dari angket respon siswa, seluruh siswa menyatakan mereka senang belajar menggunakan model pembelajaran berdasarkan masalah pada materi Hujan asam sehingga pembelajaran menjadi sangat menarik, serta materi pembelajaran lebih mudah dipahami. Sebanyak 84,68% siswa menyatakan model pembelajaran berdasarkan masalah dapat membangkitkan rasa ingin tahu dan bersifat kontekstual sehingga memberikan motivasi dalam mengikuti pembelajaran, materi yang disampaikan menjadi lebih mudah dimengerti, dan 80,00% siswa mudah menerima konsep yang diajarkan dengan menggunakan model pembelajaran berdasarkan masalah ini. Model pembelajaran berdasarkan masalah mengutamakan kerja sama dalam menyelesaikan permasalahan untuk menerapkan pengetahuan dan keterampilan dalam rangka mencapai tujuan pembelajaran. Disamping adanya sifat kerja sama antar anggota dalam suatu kelompok, model pembelajaran berdasarkan masalah juga memiliki keuntungan dari segi motivasi dan nilai hubungan antar individu yang berkemampuan tinggi,sedang dan berkemampuan rendah. Dalam interaksi terjadi tukar-menukar pengetahuan sehingga menumbuhkan minat belajar. Selain itu motivasi juga berasal dari adanya hasil belajar atau penghargaan sebagai prestasi kelompok. Pentingnya tujuan kelompok dan tanggung jawab individu adalah dalam memberikan insentif kepada siswa untuk saling membantu satu sama lain dan untuk saling mendorong untuk melakukan usaha yang maksimal (Slavin, 2010). Jika siswa cukup baik sebagai kelompok, dan kelompoknya hanya akan berhasil dengan memastikan bahwa semua anggotanya telah mempelajari materinya, maka anggota kelompok akan termotivasi untuk saling mengajar. Pembelajaran berdasarkan masalah merupakan penerapan pendekatan konstruktivis dalam pembelajaran, berdasarkan teori bahwa siswa lebih menemukan dan memehami konsep-konsep yang sulit jika mereka saling mendiskusikan masalah tersebut dengan temannya (Nur, 2000). Secara umum, hasil angket menyatakan bahwa respon siswa terhadap pembelajaran yang menggunakan model pembelajaran berdasarkan masalah pada pembelajaran IPA materi Hujan asam ini positif, hal ini pun diungkapkan Wahyuni (2011) bahwa respon siswa terhadap model pembelajaran berdasarkan masalah ini menunjukkan respon yang positif dan dapat diterima oleh siswa sebagai alternatif model pembelajaran.PENUTUP

Simpulan

Berdasarkan analisis hasil penelitian dan pembahasan yang telah diuraikan, dapat diambil simpulan sebagai berikut:

1. Pembelajaran menggunakan model pembelajaran berdasarkan masalah pada materi hujan asam dapat terlaksana secara keseluruhan dengan skor keterlaksanaan sebesar 3,73% dalam kategori baik.

2. Hasil belajar siswa pada aspek berpikir kritis setelah diterapkan model pembelajaran berdasarkan masalah pada materi hujan asam meningkat dari o% ke 89% dengan ketuntasan klasikal sebesar 89 %, keterampilan berpikir kritis siswa termasuk dalam kategori baik sekali, sedangkan pada skor sikap sebesar 3,33 termasuk pada kategori baik.

3. Respon siswa selama kegiatan belajar mengajar dengan model pembelajaran pembelajaran berdasarkan masalah pada materi hujan asam sangat positif. siswa menyatakan mereka senang belajar menggunakan model pembelajaran berdasarkan masalah pada materi hujan asam sehingga pembelajaran menjadi sangat menarik, serta materi pembelajaran lebih mudah dipahami. Rata-rata 80,88% siswa menyatakan model pembelajaran ini dapat membangkitkan rasa ingin tahu, sehingga memberikan motivasi dalam mengikuti pembelajaran, materi yang disampaikan menjadi lebih mudah dimengerti.

Saran

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan yang telah dilakukan, peneliti menyarankan hal-hal sebagai berikut:

1. Bagi siswa agar lebih paham tentang materi yang di ajarkan, sebaiknya siswa lebih bisa mengikuti dengan tertib empat langkah pembelajaran berdasarkan masalah.

2. Bagi sekolah model pembelajaran berdasarkan masalah dapat digunakan sebagai model mengajar untuk mata pelajaran yang lainnya, tidak hanya untuk mata pelajaran IPA.

3. Bagi penelitian selanjutnya, sebaiknya pembelajaran model pembelajaran berdasarkan masalah tidak hanya pada materi hujan asam saja, namun mencoba pada materi lainnya, bahkan tidak hanya IPA tapi pelajaran lain juga dapat menggunakan model pembelajaran berdasarkan masalah. Pada penelitian ini peneliti menggunakan pembelajaran model pembelajaran berdasarkan masalah pada Kurikulum 2013.

4. Bagi guru yang akan menerapkan model pembelajaran berdasarkan masalah ini, harus dapat merencanakan waktu dengan baik, agar semua tahapan dapat berjalan dengan baik.

DAFTAR PUSTAKAFilsaime, K.D. 2008. Menguak Rahasia Berpikir Kritis dan Kreatif. Jakarta: Prestasi Pustaka.Ibrahim, Muslimin. 2005. Pembelajaran Berdasarkan Masalah ( Latar Belakang, konsep dasar, dan contoh implementasinya). Surabaya: Unesa University Press.Mustikasari, Intananni. 2011. Pengembangan Perangkat Pembelajaran IPA Terpadu tipe webbed Tema Hujan Asam untuk Melatih Keterampilan Berpikir Kritis Siswa di Kelas VII SMP. Surabaya: Skripsi tidak dipublikasikanNur, Mohamad. 2011. Model Pembelajaran Berdasarkan Masalah.cet. II. Surabaya: Pusat Sains dan Matematika Sekolah UNESAPermendikbud No. 54 Tahun 2013 tentang Standar Kompetensi LulusanPendidikan Dasar dan Menengah. Jakarta: Departemen Pendidikan Nasional.

Permendikbud No. 70 Tahun 2013 tentang Kerangka Dasar dan Struktur Kurikulum Sekolah Menengah Kejuruan/Madrasah Aliyah Kejuruan. Jakarta: Departemen Pendidikan Nasional.

Permendikbud No. 81a tahun 2013 tentang Implementasi Kurikulum. Jakarta: Departemen Pendidikan NasionalPoerwati, Endah loeloek. 2013. Panduan Memahami Kurikulum 2013. Jakarta: Prestasi pustaka.Schwab, Klaus. 2012. World Economic Forum, The Global Competitivenes Report 2012-2013, (online), (http://www.weforum.org/reports/global-competitiveness-report-2012-2013, diakses pada 01 oktober 2014)

Sudjana, Nana. 2009. Dasar-Dasar Proses Belajar Mengajar. Bandung: Sinar Baru Algesindo.Sukmadinata, Nana Syaodih. 2010. Model Penelitian Pendidikan. Bandung: PT Remaja Rosdakarya.

Sundusin, Muhammad. 2011. Penerapan PembelajaranBerdasarkan Masalah untuk MeningkatkanKeterampilan Berpikir Kritis Siswa Materi IPATerpadu Tipe Webbed Tema Nada di SMP Negeri 1Mojokerto. Skripsi yang tidak dipublikasikan.Surabaya : UNESA.Tim Pengajar Jurusan Sains. 2011. Panduan Ringkas Penulisan Skripsi Prodi Pemndidikan Sains. Surabaya: FMIPA UNESAWahyuni. 2011. Penerapan Pembelajaran Kooperatif Tipe NHT dengan Pendidikan Karakter pada Pokok Bahasan Larutan Elektrolit dan Non Elektrolit di SMA Negeri 4 Tuban. Surabaya: Skripsi tidak dipublikasikan.

1

_1494999788.xlsChart1

0.23520.7647

0.32350.6764

Baik Sekali

Baik

Aspek keterampilan

Sheet1

Baik SekaliBaikSeries 3

Aspek 123.52%76.47%2

Aspek 232.35%67.64%2

Category 33.51.83

Category 44.52.85

To resize chart data range, drag lower right corner of range.

_1494999823.xlsChart1

3.673.81

3.333.67

3.753.75

44

44

23

44

pertemuan 1

pertemuan 2

Sheet1

pertemuan 1pertemuan 2Series 3

fase 1 : mengorganisasikan siswa kepada masalah3.673.812

fase 2 : mengorganisasikan sswa untuk belajar3.333.672

fase 3 : membantu penyelidikan madiri dan kelompok3.753.753

fase 4 : mengembangkan dan menyajikan hasil karya serta memamerkannya445

fase 5 : menganalisis dan mengevaluasi proses pemecahan masalah44

pengelolaan waku23

pengamatan suasana kelas44

To resize chart data range, drag lower right corner of range.

_1494999784.xlsChart1

3.053.36

3.173.29

3.313.48

3.363.4

Pert 1

Pert 2

Aspek sikap

Skor rata-rata

3.58

Sheet1

Pert 1Pert 2

Toleransi3.053.36

Tanggung jawab3.173.29

Disiplin3.313.48

Percaya diri3.363.4

To resize chart data range, drag lower right corner of range.