makalah kdk berpikir kritis

39
Jingga Selalu Untuk Senja Kumpulan Kisah Perjalanan Jingga-q Menu SKIP TO CONTENT BERANDA ABOUT Makalah berpikir kritis POSTED ON 12 DESEMBER 2012 BY DIANMUTIARACH 0 Bab I Pendahuluan 1.1 Latar belakang Kemampuan berpikir kritis merupakan kemampuan yang sangat esensial untuk kehidupan, pekerjaan, dan berfungsi efektif dalam semua aspek kehidupan lainnya. Berpikir kritis telah lama menjadi tujuan pokok dalam pendidikan sejak 1942. Penelitian dan berbagai pendapat tentang hal itu, telah menjadi topik pembicaraan dalam sepuluh tahun terakhir ini (Patrick, 2000:1). Definisi berpikir kritis banyak dikemukakan para ahli. Kember (1997) menyatakan bahwa kurangnya pemahaman pengajar tentang berpikir kritis menyebabkan adanya kecenderungan untuk tidak mengajarkan atau melakukan penilaian ketrampilan berpikir pada siswa. Seringkali pengajaran berpikir kritis diartikan sebagai problem solving, meskipun kemampuan memecahkan masalah

Upload: ronianasoka

Post on 06-Dec-2015

413 views

Category:

Documents


21 download

DESCRIPTION

makalah KDK berfikir kritis( kritical tingking)

TRANSCRIPT

Jingga Selalu Untuk SenjaKumpulan Kisah Perjalanan Jingga-q

Menu

SKIP TO CONTENT

BERANDA

ABOUT

Makalah berpikir kritisPOSTED ON 12 DESEMBER 2012 BY DIANMUTIARACH

0

Bab I

Pendahuluan

 

1.1 Latar belakang

Kemampuan berpikir kritis merupakan kemampuan yang sangat esensial

untuk kehidupan, pekerjaan, dan berfungsi efektif dalam semua aspek

kehidupan lainnya. Berpikir kritis telah lama menjadi tujuan pokok dalam

pendidikan sejak 1942. Penelitian dan berbagai pendapat tentang hal itu,

telah menjadi topik pembicaraan dalam sepuluh tahun terakhir ini (Patrick,

2000:1). Definisi berpikir kritis banyak dikemukakan para ahli.

Kember (1997) menyatakan bahwa kurangnya pemahaman  pengajar

tentang berpikir kritis menyebabkan adanya kecenderungan untuk tidak

mengajarkan atau melakukan penilaian ketrampilan berpikir pada siswa.

Seringkali pengajaran berpikir kritis diartikan sebagai problem solving,

meskipun kemampuan memecahkan masalah merupakan sebagian dari

kemampuan berpikir kritis (Pithers RT, Soden R., 2000).

Review yang dilakukan dari 56 literatur tentang strategi pengajaran

ketrampilan berpikir pada berbagai bidang studi pada siswa sekolah dasar

dan menengah menyimpulkan bahwa beberapa strategi pengajaran seperti

strategi pengajaran kelas dengan diskusi yang menggunakan pendekatan

pengulangan, pengayaan terhadap materi, memberikan  pertanyaan yang

memerlukan jawaban pada tingkat berpikir yang lebih tinggi, memberikan

waktu siswa berpikir sebelum memberikan  jawaban dilaporkan  membantu

siswa dalam mengembangkan kemampuan berpikir. Dari sejumlah strategi

tersebut, yang paling baik adalah mengkombinasikan  berbagai  strategi.

Faktor  yang  menentukan  keberhasilan program pengajaran ketrampilan

berpikir adalah pelatihan untuk para pengajar. Pelatihan  saja  tidak  akan

berpengaruh terhadap peningkatan  ketrampilan berpikir jika penerapannya

tidak sesuai dengan harapan yang diinginkan, tidak disertai dukungan

administrasi yang memadai, serta program yang dijalankan tidak sesuai

dengan populasi siswa (Cotton K., 1991).

Strategi  pengajaran  berpikir  kritis  pada program sarjana kedokteran yang

dilakukan di Melaka Manipal Medical College India adalah dengan

memberikan penilaian menggunakan pertanyaan  yang  memerlukan

ketrampilan berpikir pada  level yang lebih tinggi dan belajar ilmu dasar

menggunakan kasus klinik untuk mata kuliah yang sudah  terintegrasi

menggunakan blok yang berbasis pada sistem organ. Setelah kuliah

pendahuluan, mahasiswa diberikan kasus klinik serta sejumlah pertanyaan

yang harus dijawab beserta alasan sebagai penugasan. Jawaban didiskusikan

pada pertemuan berikutnya untuk meluruskan a danya kesalahan konsep

dan  memperjelas materi  yang belum dipahami oleh mahasiswa. Hasilnya

menunjukkan  bahwa  mahasiswa  pada program  tersebut  menunjukkan

prestasi yang lebih baik dalam mengerjakan soal-soal  hapalan maupun soal

yang menuntut jawaban yang  memerlukan  telaah  yang  lebih dalam.

Mahasiswa juga termotivasi untuk belajar (Abraham RR., et al., 2004)

1.2  Rumusan masalah

1. Apakah definisi dari berfikir kritis?

2. Bagaimana komponen, indikator, dan pengukuran dari berfikir kritis?

3. Apa saja model berpikir kritis dalam keperawatan?

4. Bagaimana analisa berpikir kritis?

5. Apa saja hak dan kewajiban perawat?

6. Apa saja hak dan wewenang dokter?

7. Apakah definisi tekanan darah?

8. Bagaimana kolaborasi antara perawat dan dokter?

9. Apa contoh kasus yang menerapkan berpikir kritis?

10. Bagaimana pembahasan mengenai kasus tersebut?

1.3  Tujuan

1.3.1        Tujuan Umum

Untuk memenuhi tugas mata kuliah Ilmu Keperawatan Dasar 1

       1.3.2    Tujuan Khusus

1. Mengetahui definisi dari berfikir kritis

2. Mengetahui komponen,indikator,dan pengukuran dari berfikir kritis

3. Mengetahui model berpikir kritis dalam keperawatan

4. Mengetahui analisa berpikir kritis

5. Mengetahui hak dan kewajiban perawat

6. Mengetahui hak dan wewenang dokter

7. Mengetahui definisi tekanan darah

8. Mengetahui kolaborasi antara perawat dan dokter

9. Mengetahui contoh kasus yang menerapkan berpikir kritis

10. Mengetahui pembahasan mengenai kasus tersebut

1.4      Manfaat

Dapat mengetahui dan memberikan contoh berpikir kritis dalam

keperawatan.

 

 

 

 

Bab II

Isi

 

 

2.1 Konsep Teori

2.1.1 Konsep Berpikir Kritis

Definisi berpikir kritis cukup bervariasi, beberapa ahli seperti Paul, Bandman,

Stander mempunyai rumusan berpikir kritis masing–masing. Menurut Paul

(2005) berpikir kritis adalah suatu seni berpikir yang berdampak pada

intelektualitas seseorang, sehingga bagi orang yang mempunyai

kemampuan berpikir kritis yang baik, akan mempunyai kemampuan

intelektualitas yang lebih dibandingkan dengan orang yang mempunyai

kemampuan berpikir yang rendah. Menurut Bandman (1988), berpikir kritis

adalah pengujian secara rasional terhadap ide–ide, kesimpulan, pendapat,

prinsip, pemikiran, masalah, kepercayaan dan tindakan. Stander (1992)

berpendapat bahwa berpikir kritis adalah suatu proses pengujian yang

menitikberatkan pendapat tentang kejadian atau fakta yang mutakhir dan

menginterpretasikannya serta mengevaluasi pendapat-pendapat tersebut

untuk mendapatkan suatu kesimpulan tentang adanya perspektif atau

pandangan baru. Paul (2005) mengemukakan bahwa berpikir kritis

merupakan dasar untuk mempelajari setiap disiplin ilmu. Suatu disiplin ilmu

merupakan suatu kesatuan sistem yang tidak terpisah sehingga untuk

mempelajarinya membutuhkan suatu ketrampilan berpikir tertentu.

Menurut para ahli (Pery dan Potter,2005), berpikir kritis adalah suatu proses

dimana seseorang atau individu dituntut untuk menginterfensikan atau

mengefaluasi informasi untuk membuat sebuah penilain atau keputusan

berdasarkan kemampuan,menerapkan ilmu pengetahuan dan pengalaman.

Menurut Bandman (1988), berpikir kritis  adalah pengujian secara rasional

terhadap ide-ide, kesimpulan, pendapat, prinsip, pemikiran,masalah,

kepercayaan, dan tindakan. Menutut Strader  (1992), berpikir kritis adalah

suatu proses pengujian yang menitikberatkan  pendapat atau fakta yang

mutahir dan menginterfensikan serta mengefaluasikan pendapat-pendapat

tersebut untuk mendapatkan suatu kesimpulan tentang adanya perspektif

pandangan baru.

Menurut Ennis (1996) berpikir kritis adalah suatu proses, sedangkan

tujuannya adalah membuat keputusan yang masuk akal tentang apa yang

diyakini atau dilakukan. Berpikir kritis adalah berpikir pada tingkat yang lebih

tinggi, karena pada saat mengambil keputusan atau menarik kesimpulan

merupakan control aktif yaitu reasonable, reflective, responsible, dan skillful

thinking.

Proses berpikir ini dilakukan sepanjang waktu sejalan dengan keterlibatan

kita dalam pengalaman baru dan menerapkan pengetahuan yang kita miliki,

kita menjadi lebih mampu untuk membentuk asumsi, ide-ide dan membuat

kesimpulan yang valid, semua proses tersebut tidak terlepas dari sebuah

proses berpikir dan belajar.

Definisi para ahli tentang berpikir kritis sangat beragam namun secara

umum berpikir kritis merupakan suatu proses berpikir kognitif dengan

menggabungkan kemampuan intelektual dan kemampuan berpikir untuk

mempelajari berbagai disiplin ilmu dalam kehidupan, sehingga bentuk

ketrampilan berpikir yang dibutuhkan pun akan berbeda untuk masing–

masing disiplin ilmu.

Berpikir berpikir kritis merupakan konsep dasar yang terdiri dari konsep

berpikir yang berhubungan dengan proses belajar dan krisis itu sendiri

sebagai sudut pandang selain itu juga membahas tentang komponen

berpikir kritis  dalam keperawatan yang didalamnya dipelajari krakteristik,

sikap dan standar berpikir kritis, analisis, pertanyaan kritis, pengambilan

keputusan dan kreatifitas dalam berpikir kritis.

Untuk lebih mengoptimalkan dalam proses berpikir kritis setidaknya paham

atau tahu dari komponen berpikir kritis itu sendiri, dan komponen berpikir

kritis meliputi pengetahuan dasar, pengalaman, kompetensi, sikap dalam

berpikir kritis, standar/ krakteristik berpikir kritis.

Keterampilan kongnitif yang digunakan dalam berpikir kualitas tinggi

memerlukan disiplin intelektual, evaluasi diri, berpikir ulang, oposisi,

tantangan dan dukungan.

Berpikir kritis adalah proses perkembangan kompleks, yang berdasarkan

pada pikiran rasional dan cermat menjadi pemikir kritis adalah denominatur

umum untuk pengetahuan yang menjadi contoh dalam pemikiran yang

disiplin dan mandiri.

A. Komponen berpikir kritis

Komponen berpikir kritis terdiri atas standar yang harus ada dalam berpikir

kritis dan elemennya. Menurut Bassham (2002) komponen berpikir kritis

mencakup aspek kejelasan, ketepatan, ketelitian, relevansi, konsistensi,

kebenaran logika, kelengkapan dan kewajaran. sedangkan menurut Paul dan

Elder (2002) selain aspek–aspek yang telah dikemukakan oleh Bassham

perlu ditambahkan dengan aspek keluasan kemaknaan dan kedalaman dari

berpikir kritis.

Pendapat mengenai komponen berpikir kritis juga sangat bervariasi. Para

ahli membuat konsensus tentang komponen inti berpikir kritis seperti

interpretasi, analisi, evaluasi, inference, explanation dan self regulation

(APPA, 1990).

Definisi dari masing–masing komponen tersebut adalah :

1) interpretasi, kemampuan untuk mengerti dan menyatakan arti atau

maksud suatu pengalaman yang bervariasi luas, situasi, data, peristiwa,

keputusan, konvesi, kepercayaan, aturan, prosedur atau kriteria.

2) Analysis, kemampuan untuk mengidentifikasi maksud dan kesimpulan

yang benar di dalam hubungan antara pernyataan, pertanyaan, konsep,

deskripsi atau bentuk pernyataaan yang diharapkan untuk manyatakan

kepercayaan, keputusan, pengalaman, alasan, informasi atau pendapat.

3) evaluasi, kemampuan untuk menilai kredibilitas pernyataan atau

penyajian lain dengan menilai atau menggambarkan persepsi seseorang,

pengalaman, situasi, keputusan, kepercayaan dan menilai kekuatan logika

dari hubungan inferensial yang diharapkan atau hubungan inferensial yang

aktual diantara pernyataan, deskripsi, pertanyaan atau bentuk–bentuk

representasi yang lain.

4) inference, kemampuan untuk mengidentifikasi dan memilih unsur-unsur

yang diperlukan untuk membentuk kesimpulan yang beralasan atau untuk

membentuk hipotesis dengan memperhatikan informasi yang relevan.

5) explanation, kemampuan untuk menyatakan hasil proses reasoning

seseorang, kemampuan untuk membenarkan bahwa suatu alasan berdasar

bukti, konsep, metodologi, suatu kriteria tertentu dan pertimbangan yang

masuk akal, dan kemampuan untuk mempresentasikan alasan seseorang

berupa argumentasi yang meyakinkan.

6) Self- regulation, kesadaran seseorang untuk memonitor proses kognisi

dirinya, elemen–elemen yang digunakan dalam proses berpikir dan hasil

yang dikembangkan, khususnya dengan mengaplikasikan ketrampilan dalam

menganalisis dan mengevaluasi kemampuan diri dalam mengambil

kesimpulan dengan bentuk pertanyaan, konfirmasi, validasi atau koreksi

terhadap alasan dan hasil berpikir (APPA, 1990).

B. Pengukuran berpikir kritis

Pengukuran berpikir kritis yang baik adalah pengukuran yang mampu

mengukur komponen–komponen berpikir kritis yang akan diukur,

penggabungan metode merupakan cara terbaik untuk mendapatkan

gambaran kemampuan berpikir kritis yang cukup valid dari seseorang

individu, selain itu validitas dan realibilitas alat ukur tersebut juga harus

diperhatikan ketika memilih alat ukur yang mencakup content validity,

concurrent validity, reliabilitas dan fairness.

Secara umum pengukuran berpikir kritis ada 4 cara : pertama dengan cara

observasi kinerja seseorang selama suatu kegiatan. Observasi dilakukan

dengan mengacu pada komponen berpikir kritis yang akan diukur, kemudian

observer menyimpulkan bagaimana tingkat berpikir kritis individu yang

diobservasi tersebut. Cara kedua dengan mengukur outcome dari

komponen- komponen berpikir kritis yang telah diberikan. Ketiga dengan

mengajukan pertanyaan dan menerima penjelasan seseorang mengenai

prosedur dan keputusan yang mereka ambil terkait dengan komponen

berpikir kritis yang akan diukur. Keempat dengan cara membandingkan

outcome suatu komponen berpikir kritis dengan cara berpikir kritis lainnya.

Tidak ada petunjuk baku mengenai masing–masing cara, yang terpenting

adalah menentukan apakah cara pengukuran yang kita pilih mampu

menggali komponen berpikir kritis yang akan kita nilai. Cara terbaik adalah

dengan menggunakan penggabungan berbagai metode sehingga gambaran

kemampuan berpikir kritis individu cukup valid (APA, 1990).

Alat ukur berpikir kritis cukup banyak, salah satunya Watson Glaster Critical

Thinking Aprasial (WGCTA). WGCTA oleh Watson Glaster adalah sebuah

contoh alat yang menggunakan metode mengukur outcome berpikir kritis

dari komponen atau stimulus yang diberikan. Elemen berpikir kritis yang

dinilai dalam alat ukur ini adalah inference, pengenalan asumsi, deduksi,

interpretasi, dan evaluasi pendapat. WGCTA form S merupakan format

terbaru yang terdiri atas 40 soal multiple choice, dengan pilihan item antara

2 sampai 5. Responden disediakan 5 skenario dan mereka diminta memilih

kemungkinan penyelesaian dari data–data yang ada. Skor penilaian dalam

tiap skenario ini antara 0 sampai 40 yang merupakan penjumlahan dari

semua skor 40 soal multiple choice. Format WGCTA disusun dengan

pendekatan deduktif, dalam penyusunan instrument tersebut juga telah diuji

validitas dan reliabilitasnya (Gadzella, 1994).

Facione pada tahun 1990 menyusun instrument California Critical Thinking

Skill Test (CCTST), alat ukur ini menggunakan pendekatan berpikir induktif

dan deduktif sehingga lebih lengkap dibandingkan dengan WGCTA. CCTST

telah diuji validitas dan realibilitasnya. Instrumen ini disusun atas 34

pertanyaan pilihan ganda yang mengukur 5 elemen berpikir kritis yaitu

thinking analisis, evaluasi, inference, deduktif dan induktif reasoning.

Gambaran berpikir kritis seseorang diperoleh dari total skor untuk 34 soal

yang tersedia dan tingkat kemampuan seseorang untuk masing–masing

elemen diperoleh dari skor untuk masing-masing elemen tersebut (Facione,

2000).

Alat ukur yang lain adalah Hamilton Critical Thinking Score Rubric (HCTSR)

yang lebih fleksibel untuk mengukur berpikir kritis dalam berbagai kegiatan

belajar seperti penulisan esai, presentasi dan kegiatan pembelajaran di

klinik. Elemen yang diukur dalam instrument ini adalah interpretasi, analisis,

evaluasi, inference, penjelasan dan self regulation. Hasil buah pikiran

seseorang yang dituangkan dalam tulisan, presentasi atau kegiatan belajar

yang lain, dinilai dengan menggunakan 4 skala yang mengukur 6 elemen inti

critical thinking. Proses penilaian dilakukan 2 orang atau lebih untuk

meningkatkan kemampuan berpikir kritis.

 

1.Berpikir kritis perlu bagi perawat

1. Penerapan profesionalisme.

2. Pengetahuan tehnis dan keterampilan tehnis dalam memberikan

askep. Seorang pemikir yang baik tentu juga seorang perawat

yang baik.Diperlukan perawat, karena:

a)    perawat setiap hari mengambil keputusan

b)   perawat menggunakan keterampilan berfikir :

1. menggunakan pengetahuan dari berbagai subjek dan lingkungannya

2. menangani perubahan yang berasal dari stressor lingkungan

3. penting membuat keputusan.

2.Argumentasi dalam keperawatan

Sehari-hari perawat dihadapkan pada situasi harus berargumentasi untuk

menenukan, menjelaskan kebenaran, mengklarifikasi isu, memberikan

penjelasan,mempertahankan terhadap suatu tuntutan/tuduhan. Argumentasi

Badman and Badman (1988) terkait dg .konsep berfikir dalam keperawatan :

1. Berhubungan dengan situasi perdebatan.

2. Debat tentang suatu isu

3. Upaya untuk mempengaruhi individu/kelompok

 4. Penjelasan yang rasional

3.Pengambilan keputusan dalam keperawatan

Sehari-hari perawat harus mengambil keputusan yang tepat.

4.Penerapan Proses Keperawatan

Perawat berfikir kritis pada setiap langkah proses keperawatan.Pengkajian :

1. mengumpulkan data dan validasi

2. Perawat melakukan observasi berfikir kritis dalam pengumpulan data.

3. Mengelola dan menggunakan ilmu-ilmu lain yang terkait.

4. Perumusan diagnosa  keperawatan : Tahap pengambilan keputusan

yang paling kritis.

5. Menentukan masalah dan argumen secara rasional

6. Lebih terlatih, lebih tajam dalam masalahc. Perencanaan

keperawatan : pembuatan keputusan.Critical thinking à Investigasi

terhadap tujuan gunamengeksplorasi situasi, phenomena, pertanyaan,

ataumasalah untuk menuju pada hipotesa atau keputusan

secaraterintegrasi.Critical thinking : Pengujian yang rasional terhadap

ide-ide, pengaruh, asumsi, prinsip-prinsip, argumen, kesimpulan-

kesimpulan, isu-isu, pernyataan, keyakinan dan aktifitas (Bandman

and Bandman, 1988). Pengujian berdasarkan alasan ilmiah,

pengembilan keputusandan kreatifitas

C. Elemen berpikir kritis

Berbagai elemen yang digunakan dalam penelitian dan komponen,

pemecahan masalah, keperawatan serta kriteria yang digunakan dengan

komponen keterampilan dan sikap berpikir kritis.

Elemen berpikir kritis antara lain:

1. Menentukan tujuan

2. Menyususn pertanyaan atau membuat kerangka masalah

3. Menujukan bukti

4. Menganalisis konsep

5. Asumsi

D. Indikator Berpikir Kritis

Adapun indicator dan sub-indikator menurut kesepakatan secara

internasional dari para pakar mengenai berpikir kritis (Anderson, 2003)

adalah :

a. Interpretasi (interpretation)

1) Pengkategorian

2) Mengkodekan/membuat makna kalimat

3) Pengklasifikasian makna

b. Analisis (analysis)

1) Menguji dan memeriksa ide-ide

2) Mengidentifikasi argument

3) Menganalisis argumen

c. Evaluasi (evaluation)

1) Mengevaluasi dan memepertimbangkan klain/pernyataan

2) Mengevaluasi dan mempertimbangkan argumen

d. Penarikan kesimpulan (inference)

1) Menyangsikan fakta atau data

2) Membuat berbagai alternative konjektur

3) Menjelaskan kesimpulan

e. Penjelasan (explanation)

1) Menuliskan hasil

2) Mempertimbangkan prosedur

3) Menghadirkan argument

f. Kemandirian (self-regulation)

1) Melakukan pengujian secara mandiri

2) Melakukan koreksi secara mandiri

Sedangkan indicator berpikir kritis yang berkaitan pembelajaran di dalam

kelas menurut Ennis (Innabi, 2003) adalah :

Indikator umum :

a. Kemampuan (abilities)

1) Fokus pada suatu isu spesifik

2) Menyimpan tujuan umum dalam pikiran

3) Menanyakan pertanyaan-pertanyaan klarifikasi

4) Menanyakan pertanyaan-pertanyaan penjelas

5) Memperhatikan pendapat siswa, salah maupun benar kemudian

mendiskusikannya

6) Mengkoneksikan pengetahuan sebelumnya dengan pengetahuan yang

baru

7) Secara tepat menggunakan pernyataan atau symbol

8) Menyediakan informasi dalam suatu cara yang sistematis

9) Kekonsistenan dalam pernyataan-pernyataan

b. Pengaturan (dispositions)

1) Menekankan kebutuhan untuk mengidentifikasi tujuan dan apa yang

seharusnya dikerjakan sebelum menjawab

2) Menekankan kebutuhan untuk mengidentifikasi informasi yang diberikan

sebelum menjawab

3) Mendorong siswa untuk mencari informasi yang diperlukan

4) Mendorong siswa untuk menguji solusi uang diperoleh

5) Memberi kesempatan kepada siswa untuk merepresentasikan informasi

dengan menggunakan table, grafik, dan lain-lain.

Indikator-indikator yang berkaitan dengan isi (konten) :

a. Konsep (concept)

1) Mengidentifikasi karakteristik konsep

2) Membandingkan konsep dengan konsep lain

3) Mengidentifikasi contoh konsep dengan jastifikasi yang diberikan

4) Mengidentifikasi kontra contoh konsep yang diberikan

b. Generalisasi (generalization)

1) Menentukan konsep-konsep yang termuat dalam generalisasi dan

keterkaitannya

2) Menentukan kondisi-kondisi dalam menerapkan generalisasi

3) Menetukan rumusan-rumusan yang berbeda dari generalisasi (situasi

khusus)

4) Menyediakan bukti pendukung untuk generalisasi

c. Algoritma dan keterampilan (algoritms and skills)

1) Mengklarifikasi dasar konseptual dari keterampilan

2) Membandingkan performan siswa dengan performan yang patut dicontoh

d. Pemecahan masalah (problem solving)

1) Merancang bentuk umum untuk tujuan penyelesaian

2) Menentukan informasi yang diberikan

3) Menentukan relevansi dan tidak relevansinya suatu informasi

4) Memilih dan menjastifikasi suautu strategi untuk memecahkan masalah

5) Menentukan dan mendeduksi sub-tujuan yang mengarah pada tujuan

6) Menyarankan metode alternative untuk memecahkan masalah

7) Menentukan keserupaan dan perbedaan suatu masalah yang diberikan

dan masalah lain.

E. Model Berpikir Kritis Dalam Keperawatan

Dalam penerapan pembelajaran pemikiran kritis di pendidikan keperawatan,

dapat digunakan tiga model, yaitu: feeling, vision model, dan examine model

yaitu sebagai berikut:

1.    Feling Model

Model ini menerapkan pada rasa, kesan, dan data atau fakta yang

ditemukan. Pemikir kritis mencoba mengedepankan perasaan dalam

melakukan pengamatan, kepekaan dalam melakukan aktifitas keperawatan

dan perhatian. Misalnya terhadap aktifitas dalam pemeriksaan tanda vital,

perawat merasakan gejala, petunjuk dan perhatian kepada pernyataan serta

pikiran klien.

2.    Vision  model

Model ini dingunakan untuk membangkitkan pola pikir, mengorganisasi dan

menerjemahkan perasaan untuk merumuskan hipotesis, analisis, dugaan

dan ide tentang permasalahan perawatan kesehatan klien, beberapa kritis

ini digunakan untuk mencari prinsip-prinsip pengertian dan peran sebagai

pedoman yang tepat untuk merespon ekspresi.

3.    Exsamine model

Model ini dungunakan untuk merefleksi ide, pengertian dan visi. Perawat

menguji ide dengan bantuan kriteria yang relevan. Model ini digunakan

untuk mencari peran yang tepat untuk analisis, mencari, meguji, melihat

konfirmasi, kolaborasi, menjelaskan dan menentukan sesuatu yang berkaitan

dengan ide.

Model berfikir kritis dalam keperawatan menurut para ahli:

a.Costa and colleagues (1985)

Menurut costa and colleagues klasifikasi berpikir dikenal sebagai ‘the six Rs”

yaitu:

1.     Remembering ( mengingat)

2.     Repeating (mengulang)

3.     Reasoning (memberi alasan)

4.     Reorganizing (reorganisasi)

5.     Relating (berhubungan)

6.     Reflecting (merenungkan)

b.Lima model berpikir kritis

1.     Total recall

2.     Habits ( kebiasaan)

3.     Inquiry ( penyelidikan / menanyakan keterangan )

4.     New ideas and creativity

5.     Knowing how you think (mengetahui apa yang kamu pikirkan)

            Ada empat alasan berpikir kritis yaitu: deduktif, induktif, aktifitas

informal, aktivitas tiap hari, dan praktek. Untuk menjelaskan lebih mendalam

tentang defenisi tersebut, alasan berpikir kritis adalah untuk mengenalisis

penggunaan bahasa, perumusan masalah, penjelasan, dan ketegasan

asumsi, kuatnya bukti-bukti,menilai kesimpulan, membedakan antara baik

dan buruknya argumen serta mencari kebenaran fakta dan nilai dari hasil

yang diyakini benar serta tindakan yang dilakukan.

F.Analisa berpikir kritis

1. Analisis kritis merupakan suatu cara untuk mencoba memahami

kenyataan kejadian atau peristiwa dan pernyataan yang ada dibalik

makna yang jelas atau makana langsung. Analisis kritis

mempersaratkan sikap untuk berani menentang apa yang dikatakan

atau dikemukaan oleh pihak-pihak yang berkuasa

2. Analisis kritis merupakan suatu kapesitas potensi yang dimiliki oleh

semua orang demikian analisis kritis tetap akan tumpul dan tidak

berkembang apabila tidak di asa atau dipraktekan

3. Analisis kritis merupakan upaya peribadi atau upaya kolektif

4. Analisis kritis menentukan kemungkinan sesuatu kesempatan yang

lebih baik ke arah langka untuk memperbaiki kenyataan atau situasi

yang telah dianalisis.

5. Peran terpenting untuk melaksanakan analisis kritis bukanlah

serangkaian langkah atau pertanyaan yang berangkat dari ketidak

tahuan menuju kepencerahan.

6. Analisis kritis juga mencoba memahami riwayat pernyataan situasi

atau masalah yang perlu dipahami. Analisis kritis mengkaji situasi atau

peristiwa yang tengah dalam proses perubahan.

 

2.1.2  Hak dan Kewajiban Perawat

Hak Perawat

1. Perawat berhak mendapatkan perlindungan hukum dalam

melaksanakan tugas sesuai dengan profesinya.

2. Perawat berhak untuk mengembangkan diri melalui kemampuan

spesialisasi sesuai dengan latar belakang pendidikannya.

3. Perawat berhak untuk menolak keinginan klien yang bertentangan

dengan peraturan perundang-undangan serta setandar dan kode etik

profesi.

4. Perawat berhak mendapatkan informasi lengkap dari klien atau

keluarganya tentang keluhan kesehatan dan ketidakpuasan terhadap

pelayanan yang diberikan.

5. Perawat berhak untuk mendapatkan ilmu pengetahuannya

berdasarkan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi dalam

bidang keperawatan /kesehatan secara terus menerus.

6. Perawat berhak untuk diperlakukan secara adil dan jujur baik oleh

institusi pelayanan maupun oleh klien.

7. Perawat berhak mendapatkan jaminan perlindungan terhadap resiko

kerja yang dapat menimbulkan bahayaa baik secara fisik maupun stres

emosional.

8. Perawat berhak diikutsertakan dalam penyusunan dan penetapan

kebijaksanaan pelayanan kesehatan.

9. Perawat berhak atas privasi dan berhak menuntut apabila nama

baiknya dicemarkan oleh klien dan / keluarganya serta tenaga

kesehatan lainnya.

10. Perawat berhak untuk menolak dipindahkan ke tempat tugas

lain, baik melalui anjuran maupun pengumuman tertulis karena

diperlukan, untuk melakukan tindakan yang bertentangan dengan

standar profesi atau kode etik leperawatan atau aturan perundang-

undangan lainnya.

11. Perawat berhak untuk mendapatkan penghargaan dan imbalan

yang layak atas jasa profesi yang diberikannya atas dasar perjanjian

atau ketentuan yang berlaku di institusi pelayanan yang bersangkutan.

12. Perawat berhak untuk memperoleh kesempatan untuk

mengembangkan karier sesuai dengan bidang profesinya.

Hak Perawat  menurut Claire Fagin (1975)

1. Hak untuk memperoleh martabat dalam rangka mengekspresikan dan

meningkatkan dirinya melalui penggunaan kemampuan khususnya dan

latar belakang pendidikannya.

2. Hak untuk memperoleh pengakuaan sehubungan dengan

kontribusinya melalui ketetapan yang diberikan lingkungan untuk

praktik yang dijalankan, serta imbalan ekonomi  sehubungan dengan

profesinya.

3. Hak untuk mendapatkan lingkungan kerja dengan stres fisik dan

emosional,serta resiko kerja yang seminimal mungkin.

4. Hak untuk melakukan praktik profesi dalam batas- batas hukum yang

berlaku

5. Hak untuk menetapkan standar yang bermutu dalam perawatan yang

dilakukan.

6. Hak untuk berpartisipasi dalam pembuatan kebijakan yang

berpengaruh terhadap keperawatan.

7. Hak untuk berpartisipasi dalam organisasi sosial dan politik yang

mewakili perawat dalam meningkatkan asuhan kesehatan.

Kewajiban Perawat

1. Perawat wajib mematuhi semua peraturan institusi yang bersangkutan.

2. Perawat wajib memberikan pelayanan atau asuhan keperawatan

sesuai dengan standar profesi dan batas kegunaannya.

3. Perawat wajib menghormati hak klien.

4. Perawat wajib merujuk klien kepada perawat atau tenaga kesehatan

lain yang mempunyai keahlian atau kemampuan yang lebih baik bila

yang bersangkutan tidak dapat mengatasinya.

5. Perawat wajib memberikan kesempatan kepada klien untuk

berhubungan dengan keluarganya, sepanjang tidak bertentangan

dengan peraturan atau standar profesi yang ada.

6. Perawat wajib memberikan kesempatan kepada klien untuk

menjalankan ibadahnya sesuai dengan agama atau kepercayaan

masing- masing selama tidak mengganggu klien yang lainnya.

7. Perawat wajib berkolaborasi dengan tenaga medis atau tenaga

kesehatan terkait lainnya dalam memberikan pelayanan kesehatan

dan keperawatan kepada klien.

1. Perawat wajib memberikan informasi yang akurat tentang tindakan

keperawatan yang diberikan kepada pasien/klien dan atau

keluarganya sesuai dengan batas kemampuannya.

2. Perawat wajin meningkatkan mutu pelayanan keperawatannya

sesuai denga standar profesi keperawatan demi kepuasan

pasien/klien.

3. Perawat wajib membuat dokumentasi asuhan keperawatan secara

akurat dan berkesinambungan.

4. Perawat wajib mengikuti perkembangan IPTEK keperawatan atau

kesehatan secara terus menerus.

5. Perawat wajib melakukan pelayanan darurat sebagai tugas

kemanusiaan sesuai dengan batas kewenangannya.

6. Perawat wajib merahasiakan segala sesuatu yang diketahuinya

tentang klien , kecuali jika diminta keterangan oleh pihak yang

berwenang.

7. Perawat wajib memenuhi hal-hal yang telah disepakati atau

perjanjian yang telah dibuat sebelumnya terhadap institusi tempat

bekerja.

2.1.3        Hak dan Wewenang Dokter

Ditinjau dari sudut pandang sosiologi hukum, maka dokter yang melakukan

hubungan medis atau transaksi terapeutik terhadap pasien, masing-masing

mempunyai kedudukan dan peranan. Kedudukan merupakan wadah hak-hak

dan kewajiban-kewajiban, sedangkan peranan tidak lain merupakan

pelaksanaan hak-hak dan kewajiban-kewajiban masing-masing pihak

tersebut. Dengan demikian secara sederhana dapat dikatakan bahwa, hak

merupakan kewenangan dokter dan pasien untuk berbuat atau tidak

berbuat, sedangkan kewajiban tidak lain merupakan beban atau tugas yang

harus dilaksanakan, sehingga hak dan kewajiban merupakan pasangan, oleh

karena di mana ada hak, disitulah ada kewajiban dan begitu sebaliknya.

Berkaitan dengan hal di atas, Alexandra Indriyanti Dewimengemukakan

beberapa hak dan kewajiban dokter dalam pelayanan kesehatan. Adapun

hak-hak dokter yang dimaksud berupa :

a)      Hak untuk melakukan praktik kedokteran setelah memperoleh surat

izin dokter dan surat izin praktik;

b)      Hak untuk memperoleh informasi yang benar dan lengkap dari

pasiennya tentang penyakitnya;

c)      Hak untuk bekerja sesuai dengan standar profesinya;

d)     Hak untuk menolak melakukan tindakan medik yang bertentangan

dengan etika, hukum, agama dan hati nuraninya;

e)      Hak untuk mengakhiri hubungan dengan pasiennya, jika menurut

penilaiannya kerja sama dengan pasiennya tidak ada gunanya lagi kecuali

dalam keadaan darurat;

f)       Hak atas privasi dokter dalam kehidupan pribadinya;

g)      Hak untuk memperoleh ketenteraman bekerja dengan jaminan yang

layak di dalam memberikan kenyamanan dan suasana kerja yang baik;

h)      Hak untuk mengeluarkan surat-surat keterangan dokter;

i)        Hak untuk menerima imbalan jasa;

j)        Hak untuk menjadi anggota perhimpunan profesi

k)      Hak untuk membela diri.

 

Hak-hak dokter yang dapat dinikmati dalam penyelenggaraan pelayanan

kesehatan sebagaimana diuraikan di atas, diatur lebih tegas dalam

ketentuan Pasal 50 Undang-Undang No. 29 tahun 2004 tentang Praktik

Kedokteran yang menyatakan antara lain sebagai berikut :

“Dokter atau dokter gigi dalam melaksanakan praktik kedokteran

mempunyai hak :

a)      Memperoleh perlindungan hukum sepanjang melaksanakan tugas

sesuai dengan standar profesi dan standar prosedur operasional;

b)      Memberikan pelayanan medis menurut standar profesi dan standar

prosedur operasional;

c)      Memperoleh informasi yang lengkap dan jujur dari pasien atau

keluarganya; dan

d)     Menerima imbalan jasa”.

 

Dari hak-hak dokter sebagaimana ditentukan dalam Pasal 50 di atas,

nampak bahwa dokter berhak untuk mendapatkan perlindungan hukum dari

tindakan medis yang telah dilakukan, sepanjang apa yang telah dilakukan

dokter atau dokter gigi sesuai standar profesi dan standar prosedur

operasional. Dengan kata lain, bilamana dokter atau dokter gigi telah

melakukan tindakan medis sesuai standar profesi dan standar prosedur

operasional tidak dapat dituntut secara hukum di persidangan lembaga

peradilan.

Di samping hak-hak tersebut di atas, dokter sebagai pengemban profesi

dalam pelayanan kesehatan, dibebani pula dengan kewajiban-kewajiban

sebagaimana dikemukakan oleh Alexandra Indriyanti Dewiantara lain

sebagai berikut :

a)         Setiap dokter harus menjunjung tinggi, menghayati dan

mengamalkan sumpah kedokteran;

b)        Setiap dokter harus senantiasa melakukan profesinya menurut

ukuran tertinggi;

c)         Dalam melakukan pekerjaan kedokterannya, dokter tidak boleh

dipengaruhi oleh pertimbangan keuntungan pribadi;

d)        Setiap dokter wajib melindungi makhluk insani;

e)         Dalam melakukan pekerjaannya, seorang dokter harus

mengutamakan kepentingan masyarakat dan memperhatikan semua aspek

pelayanan kesehatan yang menyeluruh, serta berusaha menjadi pendidik

dan pengabdi masyarakat yang sebenarnya;

f)         Setiap dokter wajib bersikap tulus ikhlas dan menggunakan segala

ilmu dan keterampilannya untuk kepentingan penderita;

g)        Setiap dokter wajib merahasiakan segala sesuatu yang diketahuinya

tentang seorang penderita, bahkan setelah penderita meninggal dunia;

h)        Setiap dokter wajib melakukan pertolongan darurat sebagai tugas

kemanusiaan, kecuali bila ia yakin ada orang lain bersedia dan mampu

memberikannya;

i)          Setiap dokter tidak diperbolehkan mengambil alih penderita dari

teman sejawatnya tanpa persetujuannya.

2.1.4        Tekanan Darah

1. a.      Pengertian Tekanan Darah

Tekanan darah adalah tekanan yang ditimbulkan pada dinding arteri.

Tekanan puncakterjadi saat ventrikel berkontraksi dan disebut tekanan

sistolik. Tekanan diastolik adalah tekanan terendah yang terjadi saat jantung

beristirahat. Tekanan darah biasanya digambarkan sebagai rasio tekanan

sistolik terhadap tekanan diastolik, dengan nilai dewasa normalnya berkisar

dari 100/60 sampai 140/90. Rata-rata tekanan darah normal biasanya

120/80 (Smeltzer & Bare, 2001).

Menurut Hayens (2003), tekanan darah timbul ketika bersikulasi di dalam

pembuluh darah. Organ jantung dan pembuluh darah berperan penting

dalam proses ini dimana jantung sebagai pompa muskular yang menyuplai

tekanan untuk menggerakkan darah, dan pembuluh darah yang memiliki

dinding yang elastis dan ketahanan yang kuat. Sementara itu Palmer (2007)

menyatakan bahwa tekanan darah diukur dalam satuan milimeter air raksa

(mmHg).

1. b.      Pengukuran Tekanan Darah

Untuk mengukur tekanan darah maka perlu dilakukan pengukuran tekanan

darah secara rutin. Pengukuran tekanan darah dapat dilakukan secara

langsung atau tidak langsung. Pada metode langsung, kateter arteri

dimasukkan ke dalam arteri. Walaupun hasilnya sangat tepat, akan tetapi

metode pengukuran ini sangat berbahaya dan dapat menimbulkan masalah

kesehatan lain (Smeltzer & Bare, 2001). Menurut Nursecerdas (2009),

bahaya yang dapat ditimbulkan saat pemasangan kateter arteri yaitu nyeri

inflamasi pada lokasi penusukkan, bekuan darah karena tertekuknya kateter,

perdarahan: ekimosis bila jarum lepas dan tromboplebitis. Sedangkan

pengukuran tidak langsung dapat dilakukan dengan menggunakan

sphygmomanometer dan stetoskop. Sphgmomanometer tersusun atas

manset yang dapat dikembangkan dan alat pengukur tekanan yang

berhubungan dengan ringga dalam manset. Alat ini dikalibrasi sedemikian

rupa sehingga tekanan yang terbaca pada manometer seseuai dengan

tekanan dalam milimeter air raksa yang dihantarkan oleh arteri brakialis

(Smeltzer & Bare, 2001). Adapun cara pengukuran tekanan darah dimulai

dengan membalutkan manset dengan kencang dan lembut pada lengan atas

dan dikembangkan dengan pompa. Tekanan dalam manset dinaikkan

sampai denyut radial atau brakial menghilang. Hilangnya denyutan

menunjukkan bahwa tekanan sistolik darah telah dilampaui dan arteri

brakialis telah tertutup. Manset dikembangkan lagi sebesar 20 sampai 30

mmHg diatas titik hilangnya denyutan radial. Kemudian manset dikempiskan

perlahan, dan dilakukan pembacaan secara auskultasi maupun palpasi.

Dengan palpasi kita hanya dapat mengukur tekanan sistolik. Sedangkan

dengan auskultasi kita dapat mengukur tekanan sistolik dan diastolik dengan

lebih akurat (Smeltzer & Bare, 2001).

Untuk mengauskultasi tekanan darah, ujung stetoskop yang berbentuk

corong atau diafragma diletakkan pada arteri brakialis, tepat di bawah

lipatan siku (rongga antekubital), yang merupakan titik dimana arteri

brakialis muncul diantara kedua kaput otot biseps. Manset dikempiskan

dengan kecepatan 2 sampai 3 mmHg per detik, sementara kita

mendengarkan awitan bunyi berdetak, yang menunjukkan tekanan darah

sistolik. Bunyi tersebut dikenal sebagai Bunyi Korotkoff yang terjadi

bersamaan dengan detak jantung, dan akan terus terdengar dari arteri

brakialis sampai tekanan dalam manset turun di bawah tekanan diastolik

dan pada titik tersebut, bunyi akan menghilang (Smeltzer & Bare, 2001).

Adapun prosedur pengukuran tekanan darah dapat dilihat pada lampiran 4.

1. c.       Hipertensi

Hipertensi dapat didefinisikan sebagai tekanan darah tinggi persisten

dimana tekanan sistoliknya di atas 140 mmHg dan tekanan diastolik di atas

90 mmHg (Smeltzer & Bare, 2001). Wiryowidagdo (2002) mengatakan

bahwa hipertensi merupakan suatu keadaan tekanan darah seseorang

berada pada tingkatan di atas normal. Jadi tekanan di atas dapat diartikan

sebagai peningkatan secara abnormal dan terus menerus pada tekanan

darah yang disebabkan satu atau beberapa faktor yang tidak berjalan

sebagaimana mestinya dalam mempertahankan tekanan darah secara

normal (Hayens, 2003).

Hipertensi dapat dikelompokkan dalam dua kategori besar, yaitu hipertensi

esensial (primer) dan hipertensi skunder. Hipertensi esensial (primer)

merupakan tipe yang hampir sering terjadi 95 persen dari kasus terjadinya

hipertensi. Hipertensi esensial (primer) dikaitkan dengan kombinasi faktor

gaya hidup seperti kurang bergerak (inaktivitas) dan pola makan. Sedangkan

hipertensi sekunder berkisar 5 persen dari kasus hipertensi. Hipertensi

sekunder disebabkan oleh kondisi medis lain (misalnya penyakit jantung)

atau reaksi terhadap obat-obatan tertentu (Palmer, 2007).

Bahaya Hipertensi

Hipertensi apabila tidak disembuhkan maka dalam jangka panjang dapat

menimbulkan kerusakan arteri di dalam tubuh sampai organ-organ yang

mendapatkan suplai darah darinya seperti jantung, otak dan ginjal (Hayens,

2003). Penyakit yang sering timbul akibat hipertensi adalah stroke,

aneurisma, gagal jantung, serangan jantung dan kerusakan ginjal (Ina,

2008).

Pada organ jantung, hipertensi adalah faktor resiko pendukung terbesar di

seluruh dunia terhadap kejadian penyakit pembuluh darah jantung (Ezzati et

al., 2003 dalam Kaplan, 2006). Infokes (2007) mengatakan bahwa hipertensi

adalah salah satu penyebab kematian nomor satu, secara global. Komplikasi

pembuluh darah yang disebabkan hipertensi dapat menyebabkan penyakit

jantung koroner, imfark (penyumbatan pembuluh darah yang menyebabkan

kerusakan jaringan) jantung, stroke, gagal ginjal dan angka kematian yang

tinggi. Dari pemaparan di atas, terlihat bahwa hipertensi berdampak negatif

pada organ-organ tubuh bahkan dapat mengakibatkan kematian.

1. d.      Hipotensi

Tekanan darah rendah atau hipotensi terjadi bila tekanan darah lebih rendah

dari biasanya, yang berarti jantung, otak dan bagian tubuh lain tidak

mendapatkan cukup darah.

Biasanya, seseorang disebut menderita hipotensi bila tekanan darahnya di

bawah 90/60 mmHg . Namun hal itu tidak berlaku bagi setiap orang. Ada

orang yang tekanan darah normalnya selalu rendah dan tidak merasakan

gangguan. Sementara, ada orang yang bertekanan darah di atas angka

tersebut dan mengalami masalah hipotensi. Faktor yang paling penting

adalah adanya perubahan tekanan darah dari kondisi normal. Tekanan darah

normal manusia berada pada kisaran 90/60 sampai  130/80 mm Hg, namun

penurunan yang signifikan, bahkan hanya 20 mm Hg, dapat menyebabkan

masalah bagi sebagian orang.

Jenis-Jenis Hipotensi

Ada tiga jenis utama hipotensi:

Hipotensi ortostatik. Hipotensi ortostatik disebabkan oleh

perubahan tiba-tiba posisi tubuh, biasanya ketika beralih dari

berbaring ke berdiri, dan biasanya hanya berlangsung beberapa detik

atau menit. Hipotensi jenis ini juga dapat terjadi setelah makan dan

sering diderita oleh orang tua, orang dengan tekanan darah tinggi dan

orang dengan penyakit Parkinson.

Hipotensi Dimediasi Neural (NMH dalam singkatan bahasa Inggris).

NMH paling sering mempengaruhi orang dewasa muda dan anak-anak

dan terjadi ketika seseorang telah berdiri untuk waktu yang lama.

Hipotensi akut akibat kehilangan darah tiba-tiba (syok)

Gejala Hipotensi

Gejala tekanan darah rendah antara lain:

Penglihatan kabur

Kebingungan

Pingsan

Pusing

Kantuk

Lemas

Penyebab hipotensi

Penyebab hipotensi  bervariasi antara lain karena:

Dehidrasi.

Efek samping obat  seperti alkohol, anxiolytic, beberapa antidepresan,

diuretik, obat-obatan untuk tekanan darah tinggi dan penyakit jantung

koroner, analgesik.

Masalah jantung seperti perubahan irama jantung (aritmia), serangan

jantung, gagal jantung.

Kejutan emosional, misalnya syok yang disebabkan oleh infeksi yang

parah, stroke, anafilaksis (reaksi alergi yang mengancam nyawa dan

trauma hebat.

Perdarahan, dll.  Anda sangat disarankan berkonsultasi dengan dokter

atau spesialis jika sering pingsan atau hipotensi mengganggu kualitas

hidup Anda.

Diabetes tingkat lanjut

Pengobatan

Hipotensi pada orang sehat yang tidak menimbulkan masalah biasanya

tidak memerlukan perawatan.

Jika Anda memiliki tanda-tanda atau gejala tekanan darah rendah,

Anda mungkin memerlukan pengobatan, yang tergantung pada

penyebabnya.

Jika hipotensi ortostatik disebabkan oleh obat-obatan, dokter Anda

dapat mengubah dosis atau memberikan obat yang berbeda. Jangan

berhenti minum obat sebelum berkonsultasi dengan dokter.

Pengobatan lain untuk hipotensi ortostatik termasuk penambahan

cairan untuk mengobati dehidrasi atau memakai selang elastis untuk

meningkatkan tekanan darah di bagian bawah tubuh.

Mereka yang menderita hipotensi jenis NMH harus menghindari

pemicu, seperti berdiri untuk waktu yang lama. Pengobatan lain

melibatkan banyak minum cairan dan meningkatkan jumlah garam

dalam makanan. (Pengobatan ini harus atas rekomendasi dokter

karena terlalu banyak garam juga dapat berbahaya bagi kesehatan).

Hipotensi akut yang disebabkan oleh syok adalah kedaruratan medis.

Anda mungkin akan diberi transfusi darah intravena, obat-obatan

untuk meningkatkan tekanan darah dan kekuatan jantung, serta obat

lainnya seperti antibiotik.       

2.1.5        Kolaborasi Antara Perawat dan Dokter

TREND DAN ISSUE YANG TERJADI

Hubungan perawat-dokter adalah satu bentuk hubungan interaksi yang telah

cukup lama dikenal ketika memberikan bantuan kepada pasien.Perspektif

yang berbeda dalam memendang pasien,dalam prakteknya menyebabkan

munculnya hambatan-hambatan teknik dalam melakukan proses kolaborasi.

Kendalap sikologi keilmuan dan individual, factor sosial, serta budaya

menempatkan kedua profesi ini memunculkan kebutuhan akan upaya

kolaborsi yang dapat menjadikan keduanya lebih solid dengan semangat

kepentingan pasien.

Berbagai penelitian menunjukkan bahwa banyak aspek positif yang dapat

timbul jika hubungan kolaborasi dokter-perawat berlangsung baik. American

Nurses Credentialing Center (ANCC) melakukan risetnya pada 14 Rumah

Sakit melaporkan bahwa hubungan dokter-perawat bukan hanya mungkin

dilakukan, tetapi juga berlangsung pada hasil yang dialami pasien ( Kramer

dan Schamalenberg, 2003). Terdapat hubungan kolerasi positif antara

kualitas huungan dokter perawat dengan kualitas hasil yang didapatkan

pasien.

Hambatan kolaborasi dokter dan perawat sering dijumpai pada tingkat

profesional dan institusional. Perbedaan status dan kekuasaan tetap menjadi

sumber utama ketidaksesuaian yang membatasi pendirian profesional dalam

aplikasi kolaborasi. Dokter cenderung pria, dari tingkat ekonomi lebih tinggi

dan biasanya fisik lebih besar dibanding perawat, sehingga iklim dan kondisi

sosial masih mendkung dominasi dokter. Inti sesungghnya dari konflik

perawat dan dokter terletak pada perbedaan sikap profesional mereka

terhadap pasien dan cara berkomunikasi diantara keduanya.

Dari hasil observasi penulis di Rumah Sakit nampaknya perawat dalam

memberikan asuhan keperawatan belum dapat melaksanakan fungsi

kolaborasi khususnya dengan dokter. Perawat bekerja memberikan

pelayanan kepada pasien berdasarkan instruksi medis yang juga

didokumentasikan secara baik, sementara dokumentasi asuhan keperawatan

meliputi proses keperawatan tidak ada. Disamping itu hasil wawancara

penulis dengan beberapa perawat Rumah Sakit Pemerintah dan swasta,

mereka menyatakan bahwa banyak kendala yang dihadapi dalam

melaksanakan kolaborasi, diantaranya pandangan dokter yang selalu

menganggap bahwa perawat merupakan tenaga vokasional, perawat

sebagai asistennya, serta kebijakan Rumah Sakit yang kurang mendukung.

Isu-isu tersebut jika tidak ditanggapi dengan benar dan proporsional

dikhawatirkan dapat menghambat upaya melindungi kepentingan pasien

dan masyarakat yang membutuhkan jasa pelayang kesehatan, serta

menghambat upaya pengembangan dari keperawatan sebagai profesi.

PEMAHAMAN KOLABORASI

Pemahaman mengenai prinsip kolaborasi dapat menjadi kurang berdasar jika

hanya dipandang dari hasilnya saja. Pembahasan bagaimana proses

kolaborasi itu terjadi justru menjadi point penting yang harus

disikapi.bagaimana masing-masing profesi memandang arti kolaborasi harus

dipahami oleh kedua belah pihak sehingga dapat diperoleh persepsi yang

sama.

Seorang dokter saat menghadapi pasien pada umumnya berfikir, “ Apa

diagnosa pasien ini dan perawatan apa yang dibutuhkannya “ pola pemikiran

seperti ini sudah terbentuk sejak awal

proses pendidikannya.Sudah dijelaskan secara tepat bagaimana

pembentukan pola berfikir seperti itu apalagi kurikulum kedokteran terus

berkembang.Mereka juga diperkenalkan dengan lingkungan klinis dibina

dalam masalah etika,pencatatan riwayat medis,pemeriksaan fisik serta

hubungan dokter dan pasien.Mahasiswa kedokteran pra-klinis sering terlibat

langsung dalam aspek psikososial perawatan pasien melalui kegiatan

tertentu seperti gabungan bimbingan-pasien.Selama periode tersebut

hampir tidak ada kontak formal dengan para perawat,pekerja sosial atau

profesional kesehatan lain.Sebagai praktisi memang mereka berbagi

linkungan kerja dengan para perawat tetapi mereka tidak dididik untuk

menanggapinya sebagai rekanan/sejawat/kolega.

Dilain pihak seorang perawat akan berfikir,apa masalah pasien ini?

Bagaimana pasien menanganinya? ,bantuan apa yang dibutuhkannya? dan

apa yang dapat diberikan kepada pasien Perawat dididik untuk mampu

menilai status kesehatan pasien, merencanakan interfensi, melaksanakan

rencana, mgevaluasi hasil dan menilai kembali sesuai kebutuhan. Para

pendidik menyebutnya sebagai proses keperawatan. Inilah yang dijadikan

dasar argumentasi bahwa profesi keperawatan didasari oleh disiplin ilmu

yang membantu individu sakit atau sehat dalam menjalankan kegiatan yang

mendukung kesehatan atau pemulihan sehingga pasien bisa mandiri.

Sejak awal perawat didik mengenal perannya dan berinteraksi dengan

pasien. Praktek keperawatan menggabungkan teori dan penelitian

perawatan dalam praktek rumah sakit dan praktek pelayanan kesehatan

masyarakat. Para pelajar bekerja di unit perawatan pasien bersama staf

perawatan untuk belajar merawat,menjalankan prosedur dan

menginternalisasi peran.

Kolaborasi merupakan proses komplek yang membutuhkan shering

pengetahuan yang direncanakan yang disengaja,dan menjadi tanggung

jawab bersama untuk merawat pasien. Kadangkala itu terjadi dalam

hubungan yang lama antara tenaga profesional.

Kolaborasi adalah suatu proses dimana praktisi keperawatan atau perawat

klinik bekerja dengan dokter untuk memberikan pelayanan kesehatan dalam

lingkup praktek profesional keperawatan, dengan pengawasan dan supervisi

sebagai pemberi petunjuk pengembangan kerjasama atau mekanisme yang

ditentukan oleh perturan suatu negara dimana pelayanan diberikan. Perawat

dan dokter merencanakan dan mempraktekkan sebagai kolega, bekerja

saling ketergantungan dalam batas-batas lingkup praktek dengan berbagi

nilai-nilai dan pengetahuan serta respek terhadap orang lain yang

berkonstribusi terhadap perawatan individu, keluarga dan masyarakat.

2.2 Kasus

AKAN MENGAMBIL TINDAKAN NAMUN TERHALANG OTORITAS

Seorang perawat berada dalam situasi ketika pasien mengalami hipotensi

dan dia ingin menolong pasien. Tetapi, dia tidak bisa melakukan itu tanpa

perintah dokter. Karena itu adalah kewenangan dokter. Sementara dokter

tidak ada di tempat.

 

2.3 Pembahasan

1. Rumusan Masalah

Apakah perawat harus mengambil tindakan untuk menolong pasien

menormalkan tekanan darahnya atau tidak?

1. Argumen

Hipotensi merupakan penyakit tekanan darah rendah yang biasanya ditandai

dengan kondisi pasien yang melemah, kepala pusing dan pembuluh darah

pasien biasanya mengendur.

Perawat harus melakukan tindakan dasar atau melakukan pertolongan

pertama pada pasien agar kondisi pasien tidak menjadi lebih parah. Jika

tidak segera ditolong bisa menyebabkan kondisi yang lebih parah dan bisa

berakibat fatal. Kemudian setelah itu perawat sesegera mungkin

menghubungi dokter agar mendapatkan perintah untuk melakukan proses

penanganan pasien selanjutnya.

1. Deduksi

Pada pasien yang menderita hipotensi, sebaiknya perawat melakukan

memberikan pertolongan dasar yaitu, pemeriksaan fisik pasien (suhu,

tekanan  darah, umur, dan denyut nadi), pasien diberi minum air, pasien

ditidurkan dengan posisi kepala lebih rendah misalnya dengan tidak diberi

bantal agar suplai oksigen ke otak lebih lancar, dan setelah melakukan

pertolongan dasar kepada pasien perawat segera menghubungi (menelepon)

dokter.

1. Induksi

Pertolongan dasar seperti pemeriksaan fisik pasien (suhu, tekanan  darah,

dan denyut nadi), pasien diberi minum air, dan pasien ditidurkan dengan

posisi kepala lebih rendah misalnya dengan tidak diberi bantal agar suplai

oksigen ke otak lebih lancar, harus dilakukan oleh perawat jika menghadapi

pasien dengan keadaan hipotensi serta tak lupa segera menghubungi

(menelepon) dokter jika dokter tidak ada di tempat setelah melakukan

pertolongan dasar.

1. Evaluasi

–       Melakukan pertolongan dasar tanpa menelepon dokter

Positif    :

Kondisi pasien akan lebih cepat membaik dan hipotensi yang diderita

pasien tidak akan bertambah parah

Kelancaran suplai oksigen pada otak pasien dapat teratasi dengan

cepat dan tepat

Tidak akan membahayakan jiwa pasien

Negatif :

Pasien tidak tertangani dengan sempurna karena penanganan yang

dilakukan masih sangat dasar (setengah-setengah)

–       Melakukan pertolongan dasar kemudian segera menelepon dokter

Positif    :

Dokter dapat langsung memberikan perintah untuk menginjeksi pada

pasien

Waktu dan tenaga yang dibutuhkan lebih efisien, karena penanganan

yang dilakukan tidak harus menunggu kedatangan dokter melainkan

melalui perintah dokter lewat telepon

Pasien dapat langsung diinjeksi atau diberi obat atau ditolong atau

ditangani tanpa harus menunggu kedatangan dokter

Mempercepat memulihkan kondisi pasien

Negatif  :

Jika kasus tersebut terjadi pada daerah terpencil yang alat komunikasi

masih minim atau sulit, maka penanganan pasien dapat tertunda

Harus mengeluarkan biaya untuk menghubungi dokter

–       Menelepon Dokter untuk mendapat perintah penanganan pasien

Positif    :

Dokter dapat memberikan perintah untuk menangani pasien meski itu

melalui telepon

Negatif :

Waktu dan tindakan kurang efisien karena tindakan dasar belum

dilakukan perawat pada pasien tersebut

Harus mengeluarkan biaya untuk menghubungi dokter

–       Menunggu kedatangan dokter

Positif    :

Penanganan pasien dapat lebih intensif dan akurat

Ketika dokter datang, dapat langsung dilakukan injeksi obat-obatan

untuk mengatasi hipotensi yang dialami pasien

Negatif :

Bila dokter berada dalam jarak yang jauh dan tidak segera datang,

maka kondisi pasien dapat menjadi lebih parah karena tidak segera

ditangani

Membahayakan jiwa pasien karena dapat berakibat fatal (pasien tidak

tertolong) jika masih menunggu dokter

–       Melakukan injeksi secara langsung tanpa menunggu dokter

Positif    :

Pasien tertangani dengan baik

Suplai injeksi obat-obatan dapat membantu mengurangi hipotensi

yang terjadi pada pasien

Negatif :

Perawat dapat disalahkan atau ditegor karena melakukan injeksi tanpa

menunggu dokter

Perawat tidak menghargai wewenang dokter

Perawat melanggar undang-undang

1. Keputusan

Perawat harus melakukan pertolongan dasar  pada pasien, yaitu dengan

pemeriksaan fisik pasien (suhu, tekanan  darah, dan denyut nadi), lalu

pasien diberi air minum, dan pasien ditidurkan dengan posisi kepala lebih

rendah misalnya dengan tidak diberi bantal agar suplai oksigen ke otak lebih

lancar. Kemudian, setelah melakukan pertolongan dasar kepada pasien

perawat segera menghubungi (menelepon) dokter yang bersangkutan

sehingga perawat tersebut dapat segera menerima perintah dari dokter

untuk melakukan injeksi obat-obatan atau penanganan yang lain.

 

 

 

 

 

Bab III

Penutup

 

 

3.1 Kesimpulan

Kemampuan berpikir kritis merupakan kemampuan yang sangat esensial

untuk kehidupan, pekerjaan, dan berfungsi efektif dalam semua aspek

kehidupan lainnya. Berpikir kritis telah lama menjadi tujuan pokok dalam

pendidikan sejak 1942. Keterampilan kongnitif yang digunakan dalam

berpikir kualitas tinggi memerlukan disiplin intelektual, evaluasi diri, berpikir

ulang, oposisi, tantangan dan dukungan.

Sebagai perawat atau tenaga kesehatan, kita dituntut untuk selalu berpikir

kritis untuk menangani pasien. Dalam hal ini, kritis yang dimaksud harus

tetap berada dalam jalur yang ada sesuai dengan tugas dan peran perawat.

Selain itu, tugas dan peran perawat juga harus diseimbangkan dengan

tenaga medis lain, misalnya dengan tugas dan wewenang dokter.

Seorang perawat tidak memiliki wewenang menginjeksikan obat-obatan

kepada pasien tanpa melalui perintah dokter. Bila hal ini terjadi, perawat

tersebut dapat dituntut pidana karena melanggar undang-undang. Di zaman

yang serba canggih ini, perintah penanganan atau penginjeksian pasien

tidak harus dilakukan dokter ketika bertatap muka saja. Tetapi, dapat

melalui telepon. Hal ini dapat meningkatkan efisiensi terhadap waktu dan

tenaga yang dibutuhkan.

3.2 Saran

Saran penulis, sebagai tenaga kesehatan, perawat sedapat mungkin harus

selalu berpikir kritis dalam penanganan pasien tentunya tetap beracuan

pada tugas dan peran perawat itu sendiri.

Tentang iklan-iklan iniSHARE THIS:

Twitter

Facebook 1

Terkait

ASUHAN KEPERAWATANMAKALAH KASUS ABORSIMitos Diabetes

Berikan Balasan

NAVIGASI POS

← MAKALAH KASUS ABORSI

CONTOH SURAT PERMOHONAN →

cari

Cari

Pos-pos Terakhir SAINS LORO COMMUNITY DALAM BALUTAN KREM KEKI

sekarang dan selamanya

untuk senjaq yg sangat berbeda

untuk matahariku

Makalah Pertumbuhan dan Perkembangan Remaja

Arsip

Desember 2012

November 2012

Oktober 2012

September 2012

Meta

Mendaftar

Masuk log

RSS  Entri

RSS  Komentar

WordPress.com

BLOG DI WORDPRESS.COM. THE LOVEBIRDS THEME.Ikuti

Ikuti “Jingga Selalu Untuk Senja”

Kirimkan setiap pos baru ke Kotak Masuk Anda.

Bergabunglah dengan 3.351 pengikut lainnya.

Buat situs dengan WordPress.com

Daftarkan saya