proposal berpikir kritis

71
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pendidikan merupakan investasi sumber daya manusia jangka panjang yang mempunyai nilai strategis bagi keberlangsungan peradaban suatu bangsa didunia. Hampir semua negara menempatkan pendidikan sebagai sesuatu yang penting dan utama dalam konteks pembangunan bangsa dan negara. Begitu juga dengan indonesia menempatkan pendidikan sebagai sesuatu yang penting dan utama. Dengan pendidikan, manusia dapat mengembangkan potensi baik intelektual, fisik, emosional, mental, sosial ahlak dan etika melalui pendidikan. Untuk menciptakan dan memperoleh pendidikan yang berkualitas perlu adanya perhatian penting dalam proses pembelajaran. Pembelajaran adalah proses interaksi antara peserta didik dengan pendidik dan merupakan sumber belajar pada suatu lingkungan pembelajaran. Konsep pembelajaran menurut Corey (1986) adalah suatu 1

Upload: wayan-susane

Post on 03-Jan-2016

451 views

Category:

Documents


0 download

DESCRIPTION

rahasia

TRANSCRIPT

Page 1: PROPOSAL Berpikir Kritis

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Pendidikan merupakan investasi sumber daya manusia jangka panjang

yang mempunyai nilai strategis bagi keberlangsungan peradaban suatu bangsa

didunia. Hampir semua negara menempatkan pendidikan sebagai sesuatu

yang penting dan utama dalam konteks pembangunan bangsa dan negara.

Begitu juga dengan indonesia menempatkan pendidikan sebagai sesuatu yang

penting dan utama. Dengan pendidikan, manusia dapat mengembangkan

potensi baik intelektual, fisik, emosional, mental, sosial ahlak dan etika

melalui pendidikan. Untuk menciptakan dan memperoleh pendidikan yang

berkualitas perlu adanya perhatian penting dalam proses pembelajaran.

Pembelajaran adalah proses interaksi antara peserta didik dengan

pendidik dan merupakan sumber belajar pada suatu lingkungan pembelajaran.

Konsep pembelajaran menurut Corey (1986) adalah suatu proses dimana

lingkungan seseorang secara disengaja dikelola untuk memungkinkan ia turut

serta dalam tingkah laku tertentu dalam kondisi-konsisi khusus atau

menghailkan respons terhadap situasi tertentu, pembelajaran merupakan

subset khusus dari pendidikan. Mengajar menurut William H. Burton (Sagala,

2012: 61) adalah upaya memberikan stimulus, bimbingan pengarahan dan

dorongan kepada siswa agar terjadi proses belajar.

Fisika merupakan salah satu pelajaran pokok pada satuan pendidikan

yang memegang peranan penting dalam pendidikan peserta didik, karena

1

Page 2: PROPOSAL Berpikir Kritis

fisika merupakan metode berfikir logis, kritis, kreatif, keteraturan, seni dan

bahasa yang tidak hanya membantu penelitian dibidang ilmu dan teknologi

tetapi juga untuk pembentukan keuletan, kepribadian dan karakter peserta

didik (Depdikbud, 1991). Mengingat akan manfaat fisika tersebut, diperlukan

usaha tertentu untuk mempelajari dan menguasai fisika dalam segala bentuk

kegiatan pembelajaran. Guru sebagai tenaga pendidik yang seccara langsung

melaksanakan proses pendidikan, maka guru harus dapat memeotivasi peserta

didik untuk berpartisipasi aktif dalam proses pembelajaran.

Pembelajaran fisika ditujukan untuk membangun kompetensi penguasaan

konsep (kognitif) dan kerja (psikomotor). Kurikulum 2013 menekankan

kompetensi kajian sains meliputi pemahaman konsep, dan karakter.

Berdasarkan hal tersebut, pembelajaran fisika disekolah seharusnya mampu

mengkombinasikan fakta, konsep, generalisasi dan hubungan diantara

semuanya. Yang berarti pembelajaran fisika harus mampu mengajarkan

bangunan pengetahuan sistematis hai ini menurut Eggen dan Don kauchak

(2012) disebut sebagai Organized Bodies Of Knowledge.

Proses pembelajaran fisika yang bermakna hanya akan terjadi jika proses

belajar dikelas berhasil membelajarkan siswa, baik dalam berpikir maupun

bersikap. Untuk menanamkan pemahaman akan konsep fisika diperlukan

suatu model pembelajaran yang tepat dalam menyampaikannya kepada

peserta didik. Dalam proses pembelajaran model yang tepat merupakan faktor

yang utama dan sangat berpengaruh terhadap peningkatan hasil belajar siswa.

Salah satu alternatif belajar yang dapat digunakan guru untuk meningkatkan

2

Page 3: PROPOSAL Berpikir Kritis

pemahaman konsep dan mengajarkan banguan pengetahuan sistematis adalah

dengan menggunakan model integratif.

Model integratif adalah model pengajaran atau intruksional untuk

membantu siswa mengembangkan pemahaman mendalam tentang bangunan

pengetahuan sistematis sambil secara bersamaan melatih ketrampilan berfikir

kritis mereka (Eggen dan Kauchak, 2012: 259). Pembelajaran dengan model

integratif bertujan untuk mengajarkan bangunan pengetahuan sistematis, yaitu

topik yang mengkombinasikan fakta, konsep, generalisasi dan hubungan

diantara keduanya. Dalam model pembelajaran integratif memberikan

pandangan bahwa siswa membangun pemahaman mereka sendiri tentang

topik-topik yang mereka pelajari dan merekam pelajaran didalam bentuk yang

sudah tertata secara sistematis (Eggen dan Kauchak, 2012: 259). Dengan

penggunaan model integratif ini dalam pembelajaran fisika tidak hanya

meningkatkan pemahaman konsep namun siswa dapat memperoleh

ketrampilan belajar berupa keterampilan berikir kritis.

Berdasarkan hasil pengamatan dan wawancara penulis di SMA Negeri 2

Palangka Raya, peneliti melihat bahwa pembelajaran fisika telah cukup baik

tetapi dalam proses pembelajaran masih kurang dalam meningkatkan

kemampuan berpikir kritis. Hal ini tercermin dari pembelajaran yang belum

memunculkan pertanyaan-pertanyaan yang mengajak siswa untuk berpikir

dan pembelajaran dikelas cenderung hanya fokus pada pengetahuan saja. Hal

ini menyebabkan kemampuan berpikir kritis siswa menjadi belum terasah.

Model integratif menekankan pada pengajaran bangunan pengetahuan

3

Page 4: PROPOSAL Berpikir Kritis

sistematis yaitu topik yang menggabungkan fakta, konsep, generalisasi dan

hubungannya. Hal ini berarti pembelajaran fisika dengan

mengimplementasikan model integratif akan bertujuan untuk mendapatkan

fakta pengetahuan yang didapat dari pengalaman dan juga meningkatkan

kemampuan berpikir kritis siswa.

Berdasarkan uraian tersebut maka penulis tertarik untuk mencoba

meneliti berbagai permasalahan tersebut, dengan mengambil judul

“Pembelajaran Fisika Dengan Mengimplementasikan Model Integratif

Dalam Upaya Meningkatkan Pemahaman Konsep dan Melatih

Keterampilan Berpikir Kritis Siswa SMA Negeri 2 Palangka Raya

Tahun Ajaran 2013/2014”.

1.2. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang diatas, maka rumusan masalah yang akan

diangkat dalam penelitian ini adalah:

1. Bagaimanakah pemahaman konsep siswa terhadap pokok bahasan gerak

harmonik sederhana dengan mengimplementasikan model pembelajaran

integratif?

2. Bagaimanakah keterampilan berpikir kritis siswa dengan

mengimplementasikan model integratif pada pokok bahasan gerak

harmonik sederhana?

3. Adakah pengaruh implementasi model pembelajaran integratif terhadap

hasil belajar siswa pada pokok bahasan gerak harmonik sederhana?

4

Page 5: PROPOSAL Berpikir Kritis

1.3. Tujuan Penelitian

Adapun tujuan penelitian ini adalah untuk:

1. Mengetahui tingkat pemahaman konsep siswa dalam pembelajaran fisika

pokok bahasan gerak harmonik sederhana menggunakan model

pembelajaran integratif.

2. Mengetahui keterampilan berpikir kritis yang diperoleh siswa setelah

mengikuti pembelajaran dengan menggunakan model pembelajaran

integratif.

1.4. Batasan Masalah

Berdasarkan uraian latar belakang di atas, perlu adanya pembatasan

masalah dengan bertujuan memfokuskan perhatian pada objek penelitian

sehingga pengkajian masalah dapat terkaji dengan jelas. Secara ringkas pada

penelitian hanya dibatasi pada:

1. Subjek penelitian dibatasi pada satu kelas saja dengan mata pelajaran

Fisika semester 1 kelas XI IA SMA Negeri 2 Palangkaraya pada pokok

bahasan gerak harmonik sederhana pada tahun ajaran 2013/2014

2. Pemahaman konsep dibatasi pada indikator menjelaskan,

menginterpretasikan, membandingkan,dan mengklasifikasikan

3. Berpikir kritis hanya dibatasi pada penyelesaian soal dengan indikator

menganalisis masalah, memfokuskan permasalahan, mengidentifikasi

asumsi, menentukan pemecahan masalah (solusi) dan menuliskan

jawaban dari solusi permasalahan

5

Page 6: PROPOSAL Berpikir Kritis

1.5. Manfaat Penelitian

Manfaat dalam penelitian ini yang diharapkan adalah:

1. Untuk guru, menambah wawasan pembelajaran untuk membangun

kompetensi siswa antara lain pemahaman konsep dan keterampilan

berpikir kritis sehingga tujuann pembelajaran dapat tercapai secara

maksimal

2. Untuk siswa, dapat menciptakan suasana belajar yang lebih hidup dan

mengesankan sehingga siswa dapat terlibat langsung dalam proses

pembelajaran, dapat menemukan hubungan antara konsep dan fakta

(bangunan pengetahuan sistematis). Selain itu juga dapat

mengembangkan kompetensi siswa berupa kompetensi penguasaan

konsep dan keterampilan berpikir kritis siswa.

6

Page 7: PROPOSAL Berpikir Kritis

BAB II

KAJIAN PUSTAKA

2.1 Hakekat Belajar dan Pembelajaran

2.1.1 Hakekat Belajar

Sagala (2012: 11) mendefinisikan bahwa belajar merupakan komponen ilmu

pendidikan yang berkenaan dengan tujuan dan bahan acuan interaksi, baik yang

bersifat eksplisit maupun implisit. Dalam implementasinya, belajar adalah

kegiatan individu memperoleh pengetahuan, perilaku, dan keterampilan dengan

cara mengolah bahan ajar (Sagala, 2012: 12).

Anthony Robbins (Trianto, 2010) berpendapat bahwa belajar sebagai proses

menciptakan hubungan antara sesuatu (pengetahuan) yang sudah dipahami dan

sesuatu (pengetahuan baru). Pandangan Anthony Robbins senada dengan apa

yang dikemukakan oleh Jerome Burnner dalam Romberg dan Kapur, bahwa

belajar adalah suatu proses aktif dimana siawa membangun (mengkonstruk)

pengetahuan baru berdasarkan pada pengalaman/pengetahuan yang sudah

dimilikinya (Trianto, 2010: 15). Belajar secara umum diartikan sebagai

perubahan pada individu yang terjadi melalui pengalaman, dan bukan karena

pertumbuhan atau perkembangan tubuhnya atau karakteristik seseorang sejak lahir

(Trianto, 2010: 16).

Dimyati dan Mudjiono dalam (Sagala, 2012) menegemukakan bahwa siswa

adalah penentu terjadinya atau tidak terjadinya proses belajar. Berhasil atau

gagalnya pencapaian tujuan tergantung pada proses belajar dan mengajar yang

dialami siswa dan pendidik baik ketika para siswa itu disekolah maupun di

7

Page 8: PROPOSAL Berpikir Kritis

lingkungan keluarganya sendiri (Sagala, 2012: 13). Sedangkan belajar menurut

Morgan (Sagala, 2012) adalah setiap perubahan yang relatif menetap dalam

tingkah laku yang terjadi sebagai suatu hasil dari latihan atau pengalaman.

Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa belajar merupakan komponen

ilmu pendidikan yang berkenaan dengan tujuan dan bahan acuan interaksi, dimana

dalam prosesnya individu memperoleh pengetahuan, perilaku, dan keterampilan

dengan cara mengolah bahan ajar melalui proses menciptakan hubungan antara

pengetahuan yang sudah dipahami dan pengetahuan yang baru. Belajar juga

merupakan proses aktif dimana siswa membangun pengetahuan baru berdasarkan

pengalaman, dan bukan karena pertumbuhan atau perkembangan tubuhnya atau

karakteristik seseorang sejak lahir dan segala perubahan yang terjadi pada diri

siswa bersifat menetap.

2.1.2 Hakekat Pembelajaran

Konsep pembelajaran menurut Corey adalah suatu proses dimana

lingkungan seseorang secara disengaja dikelola untuk memungkinkan siswa turut

serta dalam tingkah laku tertentu dalam kondisi-kondisi khusus atau menghasilkan

respons terhadap situasi tertentu (Sagala, 2012). Pembelajaran mengandung arti

setiap kegiatan yang dirancang untuk membantu seseorang mempelajari suatu

kemampuan dan atau nilai yang baru (Sagala, 2012: 61).

Trianto (2010: 17) menuliskan bahwa, pembelajaran merupakan aspek

kegiatan manusia yang kompleks, yang tidak sepenuhnya dapat dijelaskan.

Pembelajaran secara simpel dapat diartikan sebagai produk interaksi berkelanjutan

antara pengembangan dan pengalaman hidup. Dalam makna yang lebih kompleks

8

Page 9: PROPOSAL Berpikir Kritis

pembelajaran hakikatnya adalah usaha sadar dari seorang guru untuk

membelajarkan siswanya (mengarahkan interaksi siswa dengan sumber belajar

lainnya) dalam rangka mencapi tujuann yang diharapkan (Trianto, 2010: 17).

UUSPN No. 20 tahun 2003 menyatakan pembelajaran adalah proses

interaksi peserta didik dengan pendidik dan sumber belajar pada suatu lingkungan

belajar (Sagala, 2012: 62). Hal ini berarti menyatakan bahwa pembelajaran

sebagai proses belajar yang dibangun oleh guru untuk mengembangkan kreatifitas

berpikir siswa, serta dapat meningkatkan kemampuan membangun pengetahuan

baru sebagai upaya meningkatkan penguasaan yang baik terhadap materi

pelajaran.

Menurut Dunkin dan Biddle dalam (Sagala, 2012), proses pembelajaran

berada pada empat variabel interaksi yaitu (1) variabel pertanda (presage

variables) berupa pendidik; (2) variabel konteks (context variables) berupa

peserta didik; (3) variabel proses (process variables) berupa interaksi peserta

didik dengan pendidik; dan (4) variabel produk (product variables) berupa

perkembangan peserta didik dalam jangka pendek maupun jangka panjang.

Sedangkan menurut Knirk dan Gustafson dalam (Sagala, 2012) pembelajaran

merupakan suatu proses yang sistematis melalui tahap rancangan, pelaksanaan,

dan evaluasi. Pembelajaran tidak terjadi secara seketika, melainkan sudah melalui

tahap perancangan pembelajaran.

Dari penjelasan diatas dapatdiketahui bahwa pembelajaran merupakan suatu

proses sistematis melalui tahap perancangan, pelaksanaan dan evaluasi yang

didalam prosesnya terdapat interaksi antara peserta didik dengan pendidik dan

9

Page 10: PROPOSAL Berpikir Kritis

sumber belajar pada suatu lingkungan belajar dengan harapan terjadinya respon

yang baik dari peserta didik sehingga dapat mempelajari suatu kemampuan yang

baru. Pembelajaran yang dilakukan umumnya bertujuan untuk membangun

pengetahuan baru sebagai upaya untuk meningkatkan penguasaan yang baik

terhadap materi pembelajaran.

2.2 Pemahaman Konsep

Pemahaman merupakan salah satu dalam ranah kognitif dari tujuan kegiatan

belajar mengajar. Aspek ini merupakan aspek yang sangat penting, bahkan saat

mengajar aspek ini sangat ditonjokan.ini sesuai dengan pernyataan bilamana kita

melakukan kegiatan belajar mengajar yang pertama-tama adalah memahami dan

mengerti apa yang kita ajarkan.

Menurut Sudjana (1991) pemahaman dapat dibedakan ke dalam tiga

kategori yaitu: (1) tingkat terendah adalah pemahaman terjemahan, mulai dari

terjemahan dalam arti sebenarnya, misalnya dari bahasa inggris ke bahasa

indonesia, mengartikan Bhineka Tunggal Ika, mengartikan Merah Putih,

menerapkan prinsip-prinsip listrik dalam memasang sakelar. (2) tingkat kedua

adalah pemahaman penafsiran, yakni menghubungkan bagian-bagian terdahulu

dengan yang diketahui berikutnya, atau menghubungkan beberapa bagian dari

grafik dengan kejadian, membedakan yang pokok dengan yang bukan pokok, dan

(3) pemahaman tingkat ketiga adalah pemahaman ekstrapolasi. Dengan

ekstrapolasi diharapkan seseorang mampu melihat dibalik yang tertulis, dapat

membuat ramalan tentang konsekuensi atau dapat memperluas presepsi dalam arti

waktu, dimensi, kasus ataupun masalahnya (Sudjana, 1991: 24).

10

Page 11: PROPOSAL Berpikir Kritis

Sagala (2012) berpendapat bahwa konsep merupakan buah pemikiran

seseorang atau sekelompok orang yang dinyatakan dalam definisi sehingga

melahirkan produk pengetahuan meliputi prinsip, hukum dan teori. Konsep

diperoleh dari fakta, peristiwa, pengalaman, melalui generalisasi dan berpikir

abstrak, kegunaan konsep untuk menjelaskan dan meramalkan (Sagala, 2012: 71).

Carrol dalam (Trianto, 2010) mendefinisikan konsep sebagai suatu abtraksi

dari serangkaian pengalaman yang didefinisikan sebagai suatu kelompok objek

atau kejadian. Abstraksi, berarti suatu proses pemusatan perhatian seseorang pada

situasi tertentu dan mengambil elemen-eleman tertentu, serta mengabaikan elemen

yang lain (Trianto, 2010: 158).

Pemahaman konsep merupakan tingkatan kedua dari tujuan pembelajaran

dalam taksonomi domain kognitif Bloom yang telah direvisi (Anderson, 2001:

67). Aspek pemahaman dalam taksonomi Bloom yang telah direvisi terdiri dari:

1. Menginterpretasikan (Interpreing), interpretasi terjadi ketika siswa mampu

mengubah informasi dari satu bentuk ke bentuk lain. Menginterpretasikan

meliputi perubahan kata-kata menjadi gambar, angka menjadi kata dan,

sejenisnya.

2. Mencontohkan (Exemplifying), mencontohkan terjadi ketika siswa mampu

memberikan contoh tentang konsep atau prinsip umum. Mencontohkan

meliputi proses identifikasi ciri-ciri pokok dari konsep atau prinsip umum

dan menggunakan ciri-ciri ini untuk memilih atau membuat contoh.

3. Mengklasifikasikan (Classifying), mengklasifikasikan terjadi ketika siswa

mengetahui bahwa sesuatu (contoh atau kejadian tertentu) termasuk dalam

11

Page 12: PROPOSAL Berpikir Kritis

kategori tertentu (misal konsep atau prinsip). Mengklasifikasi meliputi

penemuan ciri-ciri atau pola-pola relevan, yang cocok dengan contoh

spesifik dan konsep atau prinsip umum.

4. Merangkum (Summarizing), merangku terjadi ketia siswa mampu

mengemukakan satu kalimat yang mempresentasikan informasi yang

diterima atau mengabstraksikan sebuah tema.

5. Menarik kesimpulan (Inferring), menyimpulkan meliputi penemuan ola

dalam rangkaian contoh-contoh atau kejadian-kejadian. Menyimpulkan

terjadi ketika siswa mampu meringkas atau mengabstraksi sebuah konsep

atau prinsip yang terdiri dari suatu rangkaian contoh-contoh atau kejadian-

kejadian dengan menarik hubungan diantara ciri-ciri dari rangkaian contoh-

contoh atau kejadian-kejadian tersebut.

6. Membandingkan (Comparing), membandingkan terjadi ketika siswa

menemukan persamaan dan perbedaan antara dua atau lebih objek,

peristiwa, ide, masalah atau situasi.

7. Menjelaskan (Explaning), menjelaskan terjadi ketika siswa mampu

memebangun dan menggunakan model sebab-akibat dari suatu sistem.

Model ini dapat diturunkan dari teori, atau didasarkan pada hasil penelitian

atau pengalaman. Penjelasan yang lengkap meliputi proses membuat model

sebab-akibat, yang mencakup setiap bagian utama dalam suatu sistem atau

setiap peristiwa penting dalam rangkaian peristiwa dan proses menggunakan

model untuk menentukan perubahan.

12

Page 13: PROPOSAL Berpikir Kritis

Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa pemahaman konsep merupakan

aspek kognitif yang betujuan untuk memahami buah pemikiran seseorang atau

sekelompok orang yang dinyatakan dalam definisi sehingga melahirkan produk

pengetahuan meliputi prinsip, hukum dan teori. Pemahaman terhadap konsep

terdiri dalam tujuh kategori yang terangkum dalam aspek kognitif Bloom yaitu

membandingkan, mencontohkan, mengklasifikasikan, merangkum, menjelaskan,

menyimpulkan dan menginterpretasikan.

2.3 Keterampilan Berpikir Kritis

Menurut Webster’s New Encyclopeic All New 1994 Edition, kritis (critical)

adalah menerapkan atau mempraktikkan penilaian yang teliti dan obyektif

sehingga berpikir kritis dapat diartikan sebagai berpikir yang membutuhkan

kecermatan dalam membuat keputusan. Pengertian yang lain diberikan oleh Ennis

(Amri dan Ahmadi, 2010), berpikir kritis merupakan sebuah proses yang

bertujuan untuk membuat keputusan yang masuk akal mengenai apa yang kita

percayai dan apa yang kita kerjakan. Berpikir kritis merupakan salah satu tahapan

berpikir yang lebih tinggi. Berpikir kritis diperlukan dalam kehidupan karena

dalam kehidupan di masyarakat, manusia selalu dihadapkan pada permasalahan

yang memerlukan pemecahan. Untuk membuat keputusan yang logis dan tepat,

diperlukan kemampuan berpikir kritis yang baik (Amri dan Ahmadi, 2010: 62).

Van Gelder dan Williamham (Eggen & Kauchak, 2012) mendefinisikan

berpikir kritis merupakan kemampuan dan kecenderungan seseorang untuk

membuat dan melakukan asesmen terhadap kesimpulan yang didasarkan pada

bukti. Karena begitu pentingnya, berpikir kritis pada umumnya dianggap sebagai

13

Page 14: PROPOSAL Berpikir Kritis

tujuan utama dari pembelajaran. Menurut Yulianto (Amri dan Ahmadi, 2010)

berpikir kritis memainkan peranan yang penting dalam banyak macam pekerjaan,

khususnya pekerjaan-pekerjaan yang memerlukan ketelitian dan berpikir analitis.

Pendapat tersebut sesuai dengan tujuan pembelajaran dijenjang pendidikan dasar

dan pendidikan menengah seperti tertuang baik dalam kurikulum 194 dan

kurikulum 2004 yang bertujan agar siswa dapat menggunakan konsep sebagai

cara bernalar (berpikir logis, kritis, sistematis, dan objektif) yang dapat digunakan

dalam menyelesaikan masalah, baik masalah dalam kehidupan sehari-hari maupun

dalam mempelajari berbagai ilm pengetahuan alam (Amri dan Ahmadi, 2010: 63).

Menurut Krulick dan Rudnick (Trianto, 2010) penalaran meliputi berpikir

dasar, berpikir kritis dan berpikir kreatif. Terdapat delapan buah penelitian yang

dapat dihubungkan dengan berpikir kritis, yaitu menguji, menghubungkan =, dan

mengevaluasi semua aspek dari sebuah situasi atau masalah, memfokuskan pada

bagian dari sebuah masalah, mengumpulkan dan mengorganisasikan informasi,

memvalidasi dan menganalisis informasi, mengingat dan menganalisis informasi,

menentukan masuk akal tidaknya sebuah jawaban, menarik kesimpulan yang

valid, memiliki sifat analitis dan refleksi (Amri dan Ahmadi, 2010: 63).

Menurut Dressel dan Mayhew (Amri dan Ahmadi, 2010: 63) beberapa

kemampuan yang dikaitkan dengan konsep berpikir kritis adalah kemampuan-

kemampuan untuk memahami masalah, menyeleksi informasi yang penting untuk

menyelesaikan masalah, memahami asumsi-asumsi, merumuskan dan menyeleksi

hipotesis yang relevan, serta menarik kesimpulan yang valid dan menentukan

kevalidan dari kesimpulan-kesimpulan.

14

Page 15: PROPOSAL Berpikir Kritis

Bonnie dan Potts (Amri dan Ahmadi, 2010) berpendapat ada beberapa

kemampuan terpisah yang berkaitan dengan kemampuan menyeluruh untuk

berpikir kritis, yaitu: menemukan analogi-analogi dan macam hubungan antara

potongan-potongan informasi, menentukan kerelevanan dan kevalidan informasi

yang dapat digunakan untuk pembentukan dan penyelesaian masalah, serta

menemukan dan mengevaluasi penyelesaian atau cara-caralain dalam

menyelesaikan masalah (Amri dan Ahmadi, 2010: 64). Ennis (Amri dan Ahmadi,

2010) secara singkat menyatakan bahwa terdapat enam unsur dasar dalam berpikir

kritis, yaitu fokus, alasan, kesimpulan, situasi, kejelasan, dan tinjauan ulang. Amri

dan Ahmadi (2010: 65) menyimpulkan bahwa tahap-tahap dalam berpikir kritis

adalah sebagai berikut:

1. Fokus, langkah awal dari berpikir kritis adalah mengidentifikasikan masalah

dengan baik. Permasalahan yang menjadi fokus bisa terdapat dalam

kesimpulan

2. Alasan, alasan-alasan yang diberikan logis atau tidak untuk disimpulkan

seperti yang tercantum dalam fokus

3. Kesimpulan, jika alasannya tepat, apakah alasan itu cukup sampai pada

kesimpulan yang diberikan

4. Situasi, mencocokkan dengan situasi yang sebenarnya

5. Kejelasan, harus ada kejelasan mengenai istilah-istilah yang dipakai dalam

argumen tersebut sehingga tidak terjadi kesalahan dalam membuat

kesimpulan

15

Page 16: PROPOSAL Berpikir Kritis

6. Tinjauan ulang, artinya kita perlu mencek apa yang sudah ditemukan,

diputuskan, diperhatikan, dipelajari dan disimpulkan

Membantu siswa mengembangkan kemampuan kemampuan berpikir kritis

mereka adalah hal yang sukar karena orang tidak memiliki kecenderungan untuk

berpikir secara kritis. Mengajar berpikir juga bisa meningkatkan motivasi siswa

karena memberikan bukti akan membantu siswa merasa cakap dan pintar (Eggen

& Kauchak, 2012: 120). Memodelkan atau mencontohkan kecenderungan

berpikir, seperti keinginan untuk mendapatkan informasi, kecenderungan untuk

mencari bukti, dan tetap berpikiran terbuka, adalah penting bagi semua guru

karena kecenderungan-kecenderungan ini sulit untuk diajarkan secara langsung

(Eggen & Kauchak, 2012: 121).

Berdasarkan penjelasan indikator-indikator berpikir kritis diatas. Aspek

kemampuan berpikir kritis yang digunakan dalam penelitian ini diuraikan sebagai

berikut:

1. Keterampilan memberikan penjelasan yang sederhana, dengan indikator

menganalisis pertanyaan dan memfokuskan pertanyaan

2. Keterampilan memberikan penjelasan lanjut, dengan indikator

mengidentifikasi asumsi

3. Keterampilan mengatur strategi dan taktik, dengan indikator menentukan

solusi dari permasalahan dalam soal dan menuliskan jawaban atau solusi

dari permasalahan soal

16

Page 17: PROPOSAL Berpikir Kritis

4. Keterampilan menyimpulkan dan keterampilan mengevaluasi dengan

indikator menentukan kesimpulan dan menentukan alternatif-alternatif cara

lain dalam menyelesaikan permasalahan

2.4 Model Integratif

2.4.1 Model Integratif dan Tujuan Belajar Model Integratif

Model integratif merupakan sebuah model pengajaran atau intruksional

untuk membantu siswa mengembangkan pemahaman mendalam tentang

bangunan pengetahuan sistematis sambil secara bersamaan melatih keterampilan

berfikir siswa (Eggen & Kauchak, 2012: 259). Model integratif didasarkan pada

pandangan bahwa pembelajar atau murid membangun pemahaman mereka sendiri

tentang topik-topik yang mereka pelajari ketimbang merekam pelajaran di dalam

bentuk yang sudah tertata secara sistematis (Eggen & Kauchak, 2012). Model

integratif memberikan kombinasi fakta, konsep, dan generalisasi di dalam suatu

matriks. Model ini menuntut guru untuk cakap dalam mengajukan pertanyaan dan

dalam membimbing pemikiran siswa.

Model integratif dirancang untuk membantu siswa mencapai dua tujuan

belajar yang saling terkait. Pertama, membangun pemahaman mendalam tentang

bangunan pengetahuan sistematis. Kedua, mengembangkan kemampuan berpikir

kritis. Bangunan pengetahuan sistematis yaitu satu topik yang mengkombinasikan

fakta, konsep, generalisasi dan hubungan diantara semuanya (Eggen & Kauchak,

2012: 259). Tujuan belajar integratif bukanlah supaya siswa mengingat fakta-fakta

spesifik, konsep atau generalisasi ini. Melainkan, supaya siswa menemukan dan

memahami hubungan diantara semua itu, merumuskan penjelasan bagi hubungan-

17

Page 18: PROPOSAL Berpikir Kritis

hubungan itu, dan mempertimbangkan kemngkinan-kemungkinan tamabahan

(hipotesis) (Eggen & Kauchak, 2012: 260).

2.4.2 Menerapkan Pembelajaran Menggunakan Model Integratif

Eggen & Kauchak (2012) menjelaskan bahwa dalam menerapkan pelajaran

menggunakan model integratif kita perlu menggabungkan empat fase saling

terkait erat yang menekankan berfikir dan strategi untuk meningkatkan motivasi

siswa. Menurut Eggen dan Kauchak (2012), langkah-langkah kegiatan belajar

menggunakan model integratif dapat dilaksanakan sebagai berikut:

Fase 1: Fase Berujung-Terbuka

Fase berujung-terbuka adalah titik awal bagi analisis siswa. Dalam fase ini,

siswa mendeskripsikan, membandingkan, dan mencari pola-pola didalam data.

Selama fase ini, guru membantu siswa mengakrabkan diri dengan data dan juga

memulai proses menganalisisnya (Eggen & Kauchak, 2012: 271). Fase ini dapat

dimulai dengan salah satu dari dua cara berikut:

1) Guru sekedar mengarahkan perhatian pada satu sel di dalam matriks dan

memeinta mereka mengamati dan menggambarkan informasi

2) Guru meminta siswa mencari kesamaan dan perbedaan dalam dua atau lebih

sel

Good dan Broophy (dalam Eggen & Kauchak, 2012) menyatakan bahwa

pertanyaan permulaan diatas memecahkan kebekuan, menjamin keberhasilan, dan

memungkinkan mendorong keterlibatan siswa dengan mengajukan banyak

pertanyaan secara cepat dan mudah, sebuah faktor yang meningkatkan prestasi.

18

Page 19: PROPOSAL Berpikir Kritis

Fase 2: Fase Kausal

Fase kausal mulai dari siswa berusaha menjelaskan kesamaan dan

perbedaan yang diidentifikasikan pada fase berujung terbuka. Dengan kata lain,

siswa mencari kemungkinan hubungan sebab akibat di dalam informasi. Fase ini

menciptakan tautan tambahan di dalam bangunan pengetahuan sistematis yang

diajarkan dan membantu siswa memahami hubungan di dalam informasi.

Umumnya, pertanyaan di dalam fase kausal mulai dengan “mengapa...?” (Eggen

& Kauchak, 2012: 275).

Fase 3: Fase Hipotesis

Fase ini menandai langkah maju tambahan dalam kemampuan siswa

menganalisis informasi. Pertanyaan-pertanyaan dalam fase ini meminta siswa

untuk berpikir secara hipotesis. Sehingga, pertanyaan-pertanyaan itu umumnya

mulai dengan sebuah pertanyaan “apa yang akan terjadi jika........” (Eggen &

Kauchak, 2012: 276).

Fase 4: Penutup dan Penerapannya

Dalam fase ini siswa melakukan generalisasi untuk membuat hubungan

luas, yang meringkas materi. Siswa juga menerapkan pemahaman mereka pada

situasi-situasi baru. Generalisasi yang dibuat siswa disini penting karena

merupakan id-ide besar yang diharapkan akan dibawa siswa dari pelajaran

tersebut (Eggen & Kauchak, 2012).

19

Page 20: PROPOSAL Berpikir Kritis

Tabel 1

Fase-Fase Model Integratif

Fase Deskripsi

Fase 1:

Fase berujung-terbuka

Murid mendeskripsikan, membandingkan dan mencari pola

Fase 2:

Fase kausal

Murid memberikan penjelasan bagi kesamaan dan

perbedaan

Fase 3:

Fase hipotesis

Murid menghipotesiskan hasil bagi kondisi-kondisi yang

berbeda

Fase 4:

Penutup dan penerapan

Murid melakukan generalisasi untuk membuat hubungan

luas

3.4.3 Kelemahan dan Kelebihan Model Integratif

Sebagaimana semua model, model integratif memiliki kekuatan dan

kelemahan. Beberapa kelemahan dari model pembelajaran ini misalnya pada saat

umpan balik dari guru, Eggen dan Kauchak (2012) menunjukkan model ini pada

awalnya sangat menuntut dan sulit untuk diterapkan. Selain itu, melakukan

perencanaan awal untuk pembelajaran model integratif memerlukan waktu yang

cukup lama.(Eggen & Kauchak, 2012: 298)

Di sisi lain, model integratif dapat membantu siswa mengembangkan

pemahaman mendalam tentang topik-topik yang mereka pelajari sambil

mengembangkan kemampuan berpikir kritis siswa. Dan ketika matriks sudah

disiapkan, matriks-matriks itu dapat digunakan ulang dengan sedikit atau tanpa

perencanaan tambahan. Kemudian saat guru merasa nyaman dengan model

integratif guru akan mengenali kesempatan-kesempatan untuk menggunakan

20

Page 21: PROPOSAL Berpikir Kritis

dengan bahan-bahan yang sudah ada di buku teks atau bahan-bahan lain. Saat

sudah terbiasa seperti itu, guru akan merasakan pengalaman yang terbaik. Guru

akan mampu mendorong tingkat pemahaman mendalam siswa tanpa banyak

persiapan (Eggen & Kauchak, 2012: 299)

1.5 Gerak Harmonik Sederhana

1.5.1 Pengertian Getaran

Getaran adalah gerak bolak-balik secara periodik melalui titik seimbangnya.

Karena terjadi secara teratur, getaran sering disebut gerak berkala atau gerak

periodik. Beberapa contoh gerak periodik atau getaran adalah:

1. Gerak turun naiknya batu yang digantung pada sebuah pegas

2. Gerak ayunan sebuah bandul

3. Gerak turun naik ujung sebilah penggaris plastik yang salah satu ujungnya

dijepit

4. Gerak turun naiknya air dalam pipa U

Getaran banyak dimanfaatkan dalam kehidupan sehari-hari. Getaran senar-

senar gitar yang dipetik menghasilkan musik yang merdu, dan getaran pegas pada

alat suspensi mobil memberi kenyamanan dalam berkendaraan. Tidak semua

getaran bermanfaat, getaran mesin-mesin kadang tidak menyenangkan karena

susranya sangat mengganggu kenyamanan dalam berkendaraan. Itulah sebabnya

banyak teknologi dikembangkan untuk meredam getaran-getaran yang merugikan

(Surya, 2009: 3).

1.5.2 Periode, Frekuensi, Simpangan dan Amplitudo

21

Page 22: PROPOSAL Berpikir Kritis

Berikut ini adalah beberapa istilah yang akan kita gunakan dalam

membicarakan segala macam gerak periodik:

1. Amplitudo (amplitudo) gerak merupakan besar simpangan maksimum dari

titik keseimbangan. Amplitudo pada pegas ditunjukkan dari A ke B.

2. Periode (T) merupakan selang waktu yang diperlukan untuk satu siklus (satu

getaran)

3. Frekuensi (f) adalah banyaknya getaran yang dilakukan dalam satu sekon.

4. Frekuensi sudut (ω) adalah 2π dikalikan dengan frekuensi.

ω merupakan besaran yang berguna, besaran ini mewakili laju perubahan

besaran sudut (tidak harus berhubungan dengan gerak berputar) yang selalu

diukur dalam radian, sehingga satuannya adalah rad/sekon. Karena f dalam

siklus/sekon, kita dapat menganggap bilangan 2π mempunyai satuan rad/siklus.

Dari definisi periode T dan frekuensi kita melihat bahwa masing-masing

merupakan kebalikan dari yang lainnya:

f = 1T

,................................................................................................(2.1)

22

Gambar 1

Gerak Harmonik BandulC

B

A

Page 23: PROPOSAL Berpikir Kritis

T=1f

(hubungan antara frekuensi dan periode )....................(2.2)

Juga dari definisi ω,

ω=2 πf =2 πT

(frekuensi sudut)...................................................(2.3)

(Sear dan Zemansky, 2002: 391)

1.5.3 Penyebab Terjadinya Getaran

Diketahui bahwa gerak bolak balik benda m disebabkan pada benda m

bekerja gaya pegas F=−kx. Gaya pegas selalu sebanding dengan simpangan x

dan juga selalu berlawanan arah dengan arah x. Maksudnya (perhatikan gambar),

ketika simpangan x berarah ke bawah dari titik keseimbangan (nilai x negatif),

maka gaya pegas F=−kx berarah ke atas dan ketika simpangan x berarah ke atas

dari titik keseimbangan, maka gaya pegas F=−kx berarah ke bawah. Nah, gaya

yang besarnya sebanding dengan simpangan dan selalu berlawanan arah

simpangan (posisi) disebut sebagai gaya pemulih. Gaya pemulih selalu

menyebabkan benda bergerak bolak-balik disekitar titik keseimbangan (gerak

harmonik sederhana). Dan gaya pemulih selalu berlawanan arah posisi (arah

gerak) benda.

23

Page 24: PROPOSAL Berpikir Kritis

1.5.4 Gerak Harmonik Sederhana Pegas

Satu getaran adalah gerak benda : (1) dari O ke atas dahulu menempuh O –

A – O – B – O, (2) ke bawah dahulu menempuh O – B – O – A – O, (3) dari A ke

bawah menempuh A – O – B – O – A, (4) dari B ke atas menempuh B – O – A –

O – B. Jarak dari titik O ke A disebut simpangan maksimum (amplitudo). Selang

waktu untuk menempuh satu getaran pada pegas disebut periode periode getaran

pada pegas tidak bergantung pada amplitudo, tetapi bergantung pada massa beban.

24

Gaya pemulih

F=−kx

Kearah bawah

Gaya pemulih

F=−kx

Kearah atas

Gambar 2

Gaya pemulih pegas

Page 25: PROPOSAL Berpikir Kritis

Frekuensi alamiah adalah frekuensi pada suatu getaran yang terjadi secara

alami tanpa ada paksaan dari luar. Besar frekuensi alamiah pegas dipengaruhi oleh

2 faktor:

1. Massa benda, semakin besar massa benda, semakin sulit benda itu bergerak

akibatnya frekuensi getaran benda semakin kecil

2. Konstanta pegas, semakin besar konstanta pegas semakin besar gaya

pulihnya sehingga benda lebih mudah bergetar (frekuensi getar semakin

besar)

Hasil analisis di atas, sesuai dengan hasil eksperimen yang memberikan rumus

frekuensi alamiah sistem pegas:

f = 12π √ k

m.........................................................................................................(2.4)

Dimana, k = konstanta pegas (N/m), m = massa benda (kg) dan f = frekuensi (Hz)

(Surya,2009: 7).

1.5.5 Gerak Harmonik Sederhana Bandul

25

Gambar 3

Satu Getaran Pada Pegas

B

A

O

Page 26: PROPOSAL Berpikir Kritis

Sebuah pendulum sederhana merupakan model yang disempurnakan yang

terdiri dari sebuah massa titik yang ditahan oleh benang kaku tak bermassa. Jika

massa titik ditarik ke salah satu sisi dari posisi kesetimbangannya dan dilepaskan,

massa tersebut akan berosilasi disekitar posisi keseimbangannya. Lintasan darri

massa titik (pendulum) tidak berupa garis lurus akan tetapi berupa busur dari

suatu lingkaran dengan jari-jari L yang sama dengan panjang talinya (perhatikan

gambar). Jarak x sebagai koordinat yang diukur sepanjang busur. Jika geraknya

berupa gerak harmonik sederhana, gaya pemulihannya harus berbanding lurus

dengan x atau (karena x=Lθ) dengan θ. Dalam Gambar dinyatakan gaya-gaya

pada massa dalam komponen tangensial dan radial. Gaya pemulih F adalah

komponen tangensial dari gaya total:

F=−mg sin θ........................................................................................(2.5)

26

Page 27: PROPOSAL Berpikir Kritis

Gaya pemulih diberikan oleh gravitasi; tegangan tali T hanya bekerja untuk

membuat massa titik bergerak dalam busur. Gaya pemulih tidak sebanding dengan

θ akan tetapi sebanding dengan sudut sin θ, sehingga geraknya bukan harmonik

sederhana. Akan tetapi, jika sudut θ kecil, sin θ sangat dekat dengan θ. Dengan

pendekatan semacam ini, persamaan akan menjadi:

F=−mgθ=−mgxL

Maka gaya pemulih sebanding dengan koordinat untuk perpindahan yang kecil,

dan konstanta gaya k=mgL

. Sehingga persamaan sederhana dari pendulum

dengan amplitudo kecil adalah

27

Gambar 4

Bandul sederhana

L

θ

T

mg sin θ

mg cos θ

mg

Page 28: PROPOSAL Berpikir Kritis

f = 12 π √ k

m= 1

2 π √ mgL

mmenjadi

f = 12π √ g

L..........................................................................................................(2.6)

Pernyataan-pernyataan ini tidak melibatkan massa partikel ini karena gaya

pemulih, suatu komponen berat partikel, sebanding dengan m. Maka massa

muncul pada ke dua sisi yang saling menghilangkan. Ketergantungan L dan g

dalam persamaan di atas adalah hal yang sudah seharusnya diduga. Pendulum

yang panjang mempunyai periode yang lebih lama dibandingkan pendulum yang

mempunyai panjang tali lebih pendek. Peningkatan g akan meningkatkan gaya

pemulih, menyebabkan frekuensi bertambah dan periode berkurang (Searz dan

Zemansky, 2002: 405).

1.5.6 Persamaan Simpangan Gerak Harmonik Sederhana

Untuk suatu benda dengan gerak harmonik sederhana sepanjang sumbu x,

akan bekerja sebuah gaya pemulih F=−kx. Sedangkan menurut hukum II

newton, ∑ F=ma. Dengan demikian:

ma=−kx

ma+kx=0

Dengan x sebagai posisi, telah diketahui bahwa percepatan (a), adalah turunan

kedua dari x, sehingga dapat ditulis

md2 xdt 2 +kx=0

Bagi kedua ruas dengan m

28

Page 29: PROPOSAL Berpikir Kritis

d2 xdt2 + k

mx=0

Persamaan diatas adalah persamaan diferensial orde kedua. Secara matematis

persamaan seperti itu memiliki penyelesaian yang berbentuk fungsi sinusoida,

yaitu

x (t )=A sin ( ωt+θ0 ) atau x (t )=A cos(ωt+θ0)......................................(2.7)

Kita boleh memilih persamaan simpangan diatas. Hal terpenting yang perlu kita

lakukan adalah menentukan sudut fase awal θ0, yang diperoleh dari kondisi awal.

Misalkan anda memilih persamaan simpangan sebagai

x (t )=A sin ( ωt+θ0 )

Maka sudut θ0 diperoleh dari kondisi awal x (t=0 )=A sin (ω. 0+θ0) atau

x (t=0 )=A sin θ0

Misalnya benda m mulai bergerak dari titik keseimbangan (berarti x = 0), maka

sudut θ0 diperoleh dari persamaan kondisi awal.

Karena pada x (t = 0) benda berada di x = 0, maka

0=A sin ωt

Sehinga, θ0 yang memenuhi adalah θ0 = 0, dan persamaan simpangan menjadi

x (t )=A sin ( ωt+0 )

x (t )=A sin ωt

Bagaimana jika benda m mulai bergerak dari titik terjauh, berarti x = A

(amplitudo), maka sudut θ0 diperoleh dari persamaan kondisi awal

x (t )=A sin ( ωt+θ0 )

x (t=0 )=A sin (0+θ0 )

29

Page 30: PROPOSAL Berpikir Kritis

Karena pada saat t = 0 benda di x = A, sehingga

A=A sin θ0

Maka, sin θ0=1 yang memenuhi adalah θ0=π2

dan persamaan simpangan menjadi

x (t )=A sin (ωt+ π2)

(Kanginan, 2007: 99)

Dari persamaan di atas kita dapatkan kecpatan v dan percepatan a sebagai fungsi

waktu untuk sebuah osilator harmonik dengan memenuhi turunan dari persamaan

simpangan gelombang

v=dxdt

=ωA cos(ωt+θ0)(kecepatan dalamGHS )...................................(2.7)

a=dvdt

=d2 xdt 2 =−ω2 A sin(ωt+θ0¿)(percepatan dalamGHS )¿...................(2.8)

(Searz dan Zemansky, 2002: 396)

30

Page 31: PROPOSAL Berpikir Kritis

BAB III

METODE PENELITIAN

3.1 Jenis Penelitian

Penelitian ini termasuk penelitian deskriptif. Pada penelitian deskriptif ini

peneliti berusaha menggambarkan kegiatan penelitian yang dilakukan pada objek

tertentu secara jelas dan sistematis (Darmadi, 2011: 34). Penelitian ini berusaha

menjawab pertanyaan peneliti tentang pemahaman konsep dan keterampilan

proses siswa kelas XI IA semester ganjil tahun ajaran 2013?2014 pada

pembelajaran fisika yang mengimplementasikan model integratif.

3.2 Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di SMA Negeri 2 Palangka Raya, di kelas XI IA

semester ganjil tahun ajaran 2013/2014. Waktu penelitian ini dimulai pada bulan

Juni 2013 sampai dengan Oktober 2013. Rentang waktu empat bulan ini

digunakan untuk tahap persiapan, perencanaan dan pelaksanan penelitian.

3.3 Populasi dan Sampel Penelitian

3.3.1 Populasi Penelitian

Populasi penelitian ini adalah seluruh siswa kelas XI IA semester Ganjil

SMA Negeri 2 Palangka Raya tahun ajaran 2013/2014. Terdapat lima kelas untuk

kelas XI IA di SMA Negeri 2 .

3.3.2 Sampel Penelitian

Jumlah sampel sebanyak 1 kelas, untuk menentukan sampel digunakan

teknik random terhadap kelas.

31

Page 32: PROPOSAL Berpikir Kritis

3.4 Prosedur Penelitian

Prosedur penelitian secara garis besar dilakukan melalui beberapa tahapan,

sebagaimana dipaparkan dibawah ini:

1. Tahap persiapan

Pada tahapan ini dilakukan hal-hal sebagai berikut:

1) Permohonan izin penelitian di SMA Negeri 2 Palangka Raya. Perizinan

diawali dengan pengajuan kepada Dekan FKIP UNPAR yang diketahui

oleh Ketua Program Studi Pendidikan Fisika dan Ketua Jurusan

Pendidikan MIPA. Kemudian dilanjutkan ke Dinas Pendidikan Kota

Palangka Raya dan surat izin ini digunakan sebagai pengantar ke tempat

penelitian yakni SMA Negeri 2 Palangka Raya.

2) Observasi dan wawancara untuk mendapatkan gambaran awal tentang

SMA Negeri 2 Palangka Raya secara keseluruhan dan keadaan proses

pembelajaran kelas XI IA yang akan dijadikan sampel.

3) Membuat instrumen penelitian. Instrumen penelitian yang disusuun antara

lain (1) Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) sesuai dengan

kurikulum 2013 untuk pokok bahasan Gerak Harmonik Sederhana (GHS)

dengan langkah-langkah pembelajaran disesuaikan dengan model

pembelajaran integratif; (2) lembar observasi ketrampilan proses sains

siswa; (3) Lembar Kerja Peserta Didik (LKPD); (4) soal tes pemahaman

konsep materi Gerak Harmonik Sederhana.

4) Simulasi (latihan) proses pembelajaran pokok bahasan Gerak Harmonik

Sederhana dengan menggunakan model pembelajaran Integratif. Latihan

32

Page 33: PROPOSAL Berpikir Kritis

ini bertujuan untuk mengetahui kendala-kendala apa saja yang dihadapi

dalam pembelajaran sehingga dapat diatasi sebelu penelitian berlangsung.

2. Tahap Pelaksanaan

Pada tahap ini dilakukan hal-hal sebagai berikut:

1) Pelaksanaan penelitian dilakukan pada kelas XI IA SMA Negeri 2

Palangka Raya, kelas yang terpilih diberikan perlakuan yaitu

mengimplementasikan model pembelajaran integratif dalam proses

pembelajaran fisika materi gerak harmonik sederhana.

2) Sebelum pembelajaran pokok bahasan gerak harmonik sederhana dengan

model pembelajaran integratif, siswa diberkan pretes untuk mengetahui

kemampuan awal yang dimiliki masing-masing siswa.

3) Selama berlangsungnya kegiatan pembelajaran dengan model

pembelajaran integratif dilakukan pengamatan terhadap pengalaman

keterampilan proses sains siswa.

4) Setelah pembelajaran pokok bahasan gerak harmonik sederhana dengan

model pembelajaran integratif, siswa diberikan postes. Kegiatan ini

bertujuan untuk mendapatkan data pemahaman konsep setelah

pembelajaran.

3. Analisis Data

Setelah data-data terkumpul, maka peneliti melakukan langkah-langkah

sebagai berikut:

33

Page 34: PROPOSAL Berpikir Kritis

1) Mengolah data nilai (kemampuan awal) siswa yang diperoleh dari guru

bidang studi mata pelajaran Fisika dengan mengelompokan data nilai ke

dalam kelompok atas dan kelompok bawah.

2) Megolah data pretes dan postes untuk mengetahui skor masing-masing

siswa, kemudian mendeskripsikan data pretes dan postes tersebut.

3) Mengelompokan data pretes dan postes menjadi kelompok atas dan

kelompok bawah dengan berdasarkan pengelompokan data nilai

kemampuan awal siswa.

4) Mendeskripsikan peningkatan pemahaman konsep siswa kelompok atas

dan bawah untuk setiap indikator hasil belajar dengan membandingkan

presentase pemahaman konsep pretes dan postes siswa dengan tingkat

kemampuan berbeda.

5) Mendeskripsikan penyebab peningkatan/pengurangan penguasaan konsep

yang didapat oleh siswa dengan tingkat kemampuan berbeda berdasarkan

karakter kelompok untuk capaian kompetensi dengan menganalisis

jawaban siswa pada pretes dan postes untuk mengetahui tingkat

pemahaman konsep siswa baik siswa kelompok kelas atas, siswa

kelompok sedang maupun siswa kelompok bawah.

6) Mendeskripsikan keterampilan berpikir kritis yang didapat siswa setelah

kegiatan pembelajaran menggunakan model pembelajaran integratif pada

pokok bahasan gerak harmonik sederhana.

34

Page 35: PROPOSAL Berpikir Kritis

4. Penarikan Kesimpulan

Pada tahap ini peneliti mengambil kesimpulan dari hasil analisis data dan

keterampilan berpikir kritis yang didapat oleh siswa selama kegiatan

pembelajaran dengan model pembelajaran integratif pada materi gerak

harmonik sederhana.

3.5 Instrumen Penelitian

Untuk memperoleh data pada penelitian ini diperlukan alat pengumpul data

atau instrumen, yairu:

1. Tes pemahaman konsep berupa soal uraian. Umtuk mengukur pemahaman

konsep siswa, maka siswa akan diberikan pretest dan postest. Pretest

diberikan sebelum model pembelajaran integratif dilaksanakan, sedangkan

postes dilaksanakan setelah model pembelajaran integratif ini diterapkan.

Tiap soal yang dijawab dengan benar akan mendapatkan skor dan jawaban

yang salah tidak akan mendapatkan skor.

2. Rubrik penilaian kemampuan berpikir kritis disusun berdasarkan aspek dan

indikator berpikir kritis yang digunakan dalam penelitian ini. Interval skor

rubrik ini ada empat yaitu 1, 2, 3, 4. Terdapat kriteria yang telah ditentukan

untuk setiap skor tersebut.

35

Page 36: PROPOSAL Berpikir Kritis

3.6 Kisi-Kisi Tes Pemahaman Konsep

KISI-KISI TES PEMAHAMAN KONSEP

BAHAN KAJIAN : GERAK HARMONIK SEDERHANA

KELAS : XI IA

1. Standar Kompetensi

Menganalisis gejala alam dan keteraturannya dalam cakupan mekanika benda titik

2. Kompetensi Dasar

Menganalisis hubungan antara gaya dengan gerak getaran

Tabel 2

Kisi-Kisi Tes Pemahaman Konsep

Sub Materi Indikator Indikator Soal Aspek Kemampuan No soalKarakteristik

GetaranMendeskripsikan Karakteristik gerak getaran

Mengklasifikasikan objek dengan menggunakan sifat-sifat GHS

Mengklasifikasikan 1

Menginterpretasikan persamaan gerak harmonik sederhana untuk menentukan amplitudo, periode dan frekuensi

Menginterpretasikan 2

Menginterpretasikan grafik posisi suatu getaran untuk menentukan amplitudo, periode dan frekuensi

Menginterpretasikan 3

Periode Getaran

Bandul dan

Menjelaskan hubungan antara periode getaran dengan massa beban berdasarkan data

Membandingkan besar periode dari dua pegas yang memiliki konstanta berbeda

Membandingkan 1

36

Page 37: PROPOSAL Berpikir Kritis

Pegas pengamatan Menjelaskan hubungan antara panjang tali bandul sederhana dengan frekuensi dan periode getaran

Menjelaskan 2

Menjelaskan hubungan antara besar periode getaran dengan konstanta pegas dan massa benda

Menjelaskan 3

Energi Gerak Harmonik Sederhana

Menganalisis gaya, simpangan, kecepatan dan percepatan pada gerak getaran

Menginterpretasikan proses perubahan energi pada gerak harmonik sederhana melalui gambar

Menginterpretasikan 1

Menjelaskan hubungan sebab-akibat antara penambahan energi total GHS dengan besar amplitudo dan kecepatan maksimum

Menjelaskan 2

Menginterpretasikan bentuk energi berdasarkan posisi bandul

Menginterpretasikan 3

37

Page 38: PROPOSAL Berpikir Kritis

3.7 Uji Coba Instrumen

Instrumen yang akan diuji cobakan adalah instrumen tes pemahaman konsep

siswa. Uji coba ini bertujuan untuk mengetahui kualitas instrumen. Penguian ini

meliputi:

3.7.1 Uji Validitas Instrumen

Sebuah tes disebut valid apabila tes itu dapat dan tepat mengukur apa yang

hendak diukur (Suharsimi Arikunto, 2012: 73). Pengujian validitas instrumen tes

pemahaman konsep yang dilakikan pada penelitian ini adalah pengujian validitas

konstruksi. Menurut Sugiyono (Henny, 2012) untuk menguji validitas konstruksi,

dapat digunakan pendapat dari ahli (judgement experts). Judgement ahli untuk

mendapatkan validitas konstruksi pada penelitian kali ini dilakukan sebanyak dua

kali.

3.7.2 Uji Reliabilitas Instrumen

Suharsimi Arikunto (2012: 100) menyatakan bahwa reliabilitas

berhubungan dengan masalah kepercayaan. Suatu tes dapat dikatakan mempunyai

taraf kepercayaan yang tinggi jika tes tersebut dapat memiliki hasil yang tetap.

Reliabilitas instrumen tes bentuk uraian dapat dicari dengan mempergunakan

rumus Alpha, yaitu:

r11=( nn−1 )(1−

∑ σ i2

σ t2 ).........................................................................(3.1)

(Suharsimi Arikunto, 2012: 122)

Keterangan:

r11 = reliabilitas instrumen

38

Page 39: PROPOSAL Berpikir Kritis

n = banyaknya butir soal

∑ σ i2=¿ jumlah varians tiap skor

σ t2 = varians total

3.7.3 Taraf Kesukaran

Suharsimi Arikunto (2012: 223) mendefinisikan bilangan yang

menunjukkan sukar dan tidak sukarnya suatu soal dinamakan indks kesukaran

(difficulty index). Di dalam istilah evaluasi, indeks kesukaran ini diberi simbol P,

singkatan dari kata “proporsi”. Rumus mencari P adalah:

P= BJS

......................................................................................................(3.2)

(Suharsimi Arikunto, 2012: 223)

Keterangan

P = indeks kesukaran

B = banyaknya siswa yang menjawab soal dengan benar

JS = jumlah seluruh siswa peserta tes

Tabel 3Klasifikasi Indeks Kesukaran

Indeks Kesukaran Klasifikasi

0,00 – 0,30 Soal sukar

0,30 – 0,70 Soal sedang

0,70 – 1,00 Soal mudah

(Suharsismi Arikunto, 2012: 225)

3.7.4 Daya Pembeda

Suharsimi Arikunto (2012: 226) mendefinisikan bahwa daya pembeda soal

adalah kemampuan sesuatu soal untuk membedakan antara siswa yang pandai

39

Page 40: PROPOSAL Berpikir Kritis

(berkemampuan tinggi) dengan siswa yang kuran pandai (berkemampuan rendah).

Rumus untuk menentukan daya pembeda adalah:

D=BA

J A

−BB

J B

=PA−PB............................................................................(3.3)

(Suharsimi Arikunto, 2012: 228)

Keterangan:

D = daya pembeda

BA = banyaknya peserta kelompok atas yang menjawab soal dengan benar

BB = banyaknya peserta kelompok bawah yang menjawab soal dengan benar

JA = banyaknya peserta kelompok atas

JB = banyaknya peserta kelompok bawah

PA = proporsi peserta kelompok atas yang menjawab benar

PB = proporsi peserta kelompok bawah yang menjawab benar

Tabel 4Klasifikasi Daya Pembeda

D Klasifikasi

0,00 – 0,20 Jelek

0.21 – 0,40 Cukup

0,41 – 0,70 Baik

0,71 – 1,00 Baik sekali

(Suharsimi Arikunto, 2012: 232)

Catatan: bila D negatif, semuanya tidak baik, jadi, semua butir soal mempunyai

nilai D negatif sebaiknya dibuang saja

3.8 Teknik Analisis Data

Teknik analisis data yang dipergunakan dalam penelitian ini meliputi teknik

kuantitatif dan teknik deskriptif. Teknik deskriptif digunakan untuk

40

Page 41: PROPOSAL Berpikir Kritis

mendeskripsikan keterlakasanaan rencan tindakan, menggambarkan hambatan-

hambatan yang mncul dalam pelaksanaan pembelajaran serta kemampuan berpikir

kritis siswa sesuai dengan hasil pengamatan. Sedangkan teknik kuantitatif

digunakan untuk mendeskripsikan tentang efektivitas dari pembelajaran yang

meliputi pemahaman konsep dan kemampuan berpikir kritis siswa. Data hasil tes

dianalisis berdasarkan pedoman penilaian yang telah dibuat oleh peneliti.

1. Pemahaman Konsep

Pemahaman konsep digunakan untuk mengetahui seberapa besar

pemahaman siswa kelas XI IA tentang konsep materi Gerak Harmonik Sederhana

setelah diterapkannya model pembelajaran integratif. Peningkatan yang terjadi

sebelum dan sesudah pembelajaran dianalisis menggunakan rumus g faktor ( N-

gain) atau gain yang dinormalisasikan dan dikembangkan oleh Hake yaitu:

⟨ g ⟩= ⟨Skor Postest ⟩− ⟨Skor Pretest ⟩⟨Skor maksimum ⟩−⟨ Skor Pretest ⟩ .........................................................

(3.4)

(diadaptasi dari Henny, 2012)

Dengan kriteria indeks gain seperti pada tabel:

Tabel 5Kriteria Indeks Gain

Kriteria perolehan <g> Interpretasi

⟨ g ⟩>0,70 Tinggi

0,30< ⟨ g ⟩ ≤ 0,70 Sedang

⟨ g ⟩ ≤ 0,30 Rendah

(Henny, 2012)

Perbandingan presentase skor rerata data pretest, postest dan N-Gain

dihitung dengan persamaan berikut (Henny, 2012)

41

Page 42: PROPOSAL Berpikir Kritis

% Skor rerata=Skor rerataSkor Ideal

×100 %.................................................(3.5)

(diadaptasi dari Henny, 2012)

2. Keterampilan Berpikir Kritis

Data hasil tes keterampilan berpikir kritis dianalisis berdasarkan pedoman

penilaian yang telah dibuat oleh peneliti. Pedoman penilaian hasil tes berdasarkan

rubrik skor berpikir kritis adapun perhitungannya dengan rumus-rumus berikut.

1) Penskoran per indikator Keterampilan Berpikir Kritis dalam tes

p=∑i=1

2

X i

2×100%

..............................................................................(3.6)

(diadaptasi dari Ajeng, 2011)

Keterangan:

X1=¿ jumlah skor nomor soal 1 pada indikator

X2=¿ jumlah skor nomor soal 2 pada indikator

p=¿ persentase per indikator berpikir kritis siswa

2) Penskoran per Aspek Keterampilan Berpikir Kritis dalam tes

P=∑k=1

n

pk

n

.............................................................................................(3.7)

(diadaptasi dari Ajeng, 2011)

Keterangan:

pk=¿ persentase berpikir kritis indikator ke-k, dengan k = 1,2,3,...,n

n=¿ banyaknya indikator per aspek

42

Page 43: PROPOSAL Berpikir Kritis

P=¿ persentase berpikir kritis siswa per aspek

3) Penskoran Keterampilan Berpikir Kritis Siswa secara Klasikal

P=∑i=1

4

Pi

4

.............................................................................................(3.8)

(diadaptasi dari Ajeng, 2011)

Keterangan:

Pi=¿ persentase berpikir kritis siswa per aspek ke i,i = 1,2,3,4

P=¿ persentase keterampilan berpikir kritis siswa secara klasikal

Setelah diperoleh hasil persentase keterampilan berpikir kritis siswa,

peneliti menentukan kategori keterampilan berpikir kritis siswa.

Tabel 6

Kriteria Berpikir Kritis Siswa

Skor Kriteria

89% ˂ X ≤ 100% Sangat Tinggi

78% < X ≤ 89% Tinggi

64% < X ≤ 78% Sedang

55% < X ≤ 64% Rendah

0% < X ≤ 55% Sangat Rendah

(diadaptasi dari Ajeng, 2011)

3. Pengaruh Model Integratif Terhadap Hasil Belajar

Untuk mengetahui pengaruh model integratif maka perlu adanya

perhitungan statistik untuk mengetahui hubungan antara pemahaman konsep dan

berpikir kritis dengan hasil belajar siswa. Untuk mengetahui hubungan ini akan

digunakan statistik korelasi ganda (multiple correlation). Korelasi ganda

merupakan angka yang menunjukkan arah dan kuatnya hubungan antara dua

43

Page 44: PROPOSAL Berpikir Kritis

variabel independen secara bersama-sama atau lebih dengan satu variabel

dependen. Pemahaman tentang korelasi ganda dapat dilihat melalui gambar di

bawah.

(Sugiyono, 2012: 232)

Keterangan

X1 = pemahaman konsep

X2 = keterampilan berpikir kritis

Y = Hasil belajar

R = Korelasi Ganda

r = korelasi product moment tiap variabel

Hipotesis yang digunakan pada statistik ini

Ho = tidak ada hubungan antara model integratif dengan hasil belajar pada materi

pokok gerak harmonik sederhana

Ha = ada hubungan antara model integratif dengan hasil belajar pada materi gerak

harmonik sederhana

Sugiyono(2012: 233) memberikan rumus untuk menghitung korelasi ganda dua

variabel ditunjukkan pada rumus dibawah ini

44

Rr3

r2

r1

Y

X2

X1

GambarKorelasi Ganda Dua variabel Independen dan satu dependen

Page 45: PROPOSAL Berpikir Kritis

R y . x1 . x2=√ r y . x1

2 +r y . x2

2 −2 r y . x1r y . x2

r x1. x2

1−rx1 . x2

2...............................................................(3.9)

Keterangan

R y . x1 . x2= korelasi antara variabel X1 dengan X2 secara bersama-sama

dengan variabel Y

r y. x1 = Korelasi product moment X1 dengan Y

r y. x2 = Korelasi product moment X2 dengan Y

r x1. x2 = Korelasi product moment X1 dengan X2

Untuk menghitung korelasi product moment digunakan rumus

r xy=∑ xy

√∑ x2 y2.....................................................................................................

(3.10)

(Sugiyono, 2012: 228)

Keterangan

r xy = Korelasi antara variabel x dan y

x = ( x1−x )

y = ( y1− y )

Setelah mendapatkan nilai R dilakukan pengujian signifkansi terhadap koefisien

korelasi ganda menggunakan uji F, dengan rumus:

Fh=

R2

k(1−R2 )

( n−k−1 )

........................................................................................(3.10)

(Sugiyono, 2012: 235)

Keterangan:

45

Page 46: PROPOSAL Berpikir Kritis

R = Koefisien korelasi ganda

k = Jumlah variabel independen

n = Jumlah anggota sample

Harga tersebut selanjutnya dibandingkan dengan harga F tabel dengan dk

pembilang = k dan dk penyebut = (n – 1 – k) (Sugiyono, 2012: 235).

46

Page 47: PROPOSAL Berpikir Kritis

DAFTAR PUSTAKA

Ajeng. 2011. Upaya Meningkatkan Kemampuan Berpikir Kritis Siswa Kelas XI

IPA 2 Sekolah Menengah Atas Negeri 8 Yogyakarta Pada Pembelajaran

Matematika Melalui Pembelajaran Kooperatif Tipe Group Investigation

(GI). Skripsi, tidak diterbitkan. Universitas Negeri Yogyakarta,

Yogyakarta.

Amri dan Ahmadi. 2010. Proses Pembelajaran Kreatif dan Inovatif dalam Kelas.

Jakarta: Prestasi Pusakaraya

Arikunto, Suharsimi. 2012. Dasar-dasar Evaluasi Pendidikan. Jakarta: Bumi

Aksara.

Darmadi, Hamid. 2011. Metode Penelitian Pendidikan. Bandung: Alfabeta.

Henny, 2012. Penerapan Pembelajaran Generatif Dengan Strategi Problem

Solving Untuk Meningkatkan Pemahaman Konsep dan Kemampuan

Pemecahan Masalah Siswa SMA Pada Materi Fluida Statis. Skripsi,

tidak diterbitkan. Universitas Pendidikan Indonesia.

http://id.shvoong.com/social-sciences/education/2264151-definisi-pemahaman-

konsep-dalam-pembelajaran/ diunduh pada tanggal 10 juni 2013

Hugh D. Young & Roger A. Freedman. 2002. Fisika Universitas Edisi kesepuluh

Jilid I. Jakarta: Erlangga.

Kanginan, Marthen. 2006. Fokus Fisika. Jakarta: Erlangga

Kanginan,Marthen. 2007. Fisika untuk SMA kelas XI. Jakarta: Erlangga.

Paul Eggen & Don Kauchak. 2012. Strategi dan Model Pembelajaran edisi

keenam. Jakarta Barat: Indeks.

Sagala, Syaiful. 2012. Konsep Dan Makna Pembelajaran. Bandung: Alfabeta.

Sudjana, Nana. 1991. Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar. Bandung:

Remaja Rosdakarya Offset

Sugiyono. 2012. Statistika Untuk Penelitian. Bandung: Alfabeta.

Surya, Yohanes. 2009. Getaran dan Gelombang. Tangerang: Kandel.

Trianto. 2010. Mendesain Model Pembelajaran Inovatif-Progresif. Jakarta:

Kencana Prenada Media Group

47