pemeriksaan analisa gas darah

12
PEMERIKSAAN ANALISA GAS DARAH (AGD) Deskripsi Analisis gas darah merupakan pemeriksaan untuk mengukur keasaman (pH), jumlah oksigen dan karbondioksida dalam darah. Pemeriksaan ini digunakan untuk menilai fungsi kerja paru-paru dalam menghantarkan oksigen ke dalam sirkulasi darah dan mengambil karbondioksida dari dalam darah. Analisis gas darah meliputi pemeriksaan PO2, PCO3, pH, HCO3, dan saturasi O2. Manfaat Mengevaluasi pertukaran gas oksigen dan karbondioksida, fungsi pernafasan (termasuk hipoksia dan status asam-basa), dan beberapa penyakit pernafasan seperti asma dan penyakit pulmonari obstrukstif kronik, serta emboli (termasuk emboli lipid) dan pembedahan arteri koroner. Indikasi Umum : 1. Abnormalitas Pertukaran Gas o Penyakit paru akut dan kronis o Gagal nafas akut o Penyakit Jantung o Pemeriksaan Keadaan Pulmoner (rest dan exercise) 2. Gangguan Asam Basa o Asidosis metabolik o Alkalosis metabolik Interpretasi Hasil Analisa Gas Darah (AGD) A. Interpretasi Hasil Pemeriksaan pH

Upload: dasuki-suke

Post on 26-Jul-2015

783 views

Category:

Health & Medicine


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: Pemeriksaan analisa gas darah

PEMERIKSAAN ANALISA GAS DARAH (AGD)

Deskripsi

Analisis gas darah merupakan pemeriksaan untuk mengukur keasaman (pH), jumlah oksigen

dan karbondioksida dalam darah. Pemeriksaan ini digunakan untuk menilai fungsi kerja paru-

paru dalam menghantarkan oksigen ke dalam sirkulasi darah dan mengambil karbondioksida

dari dalam darah. Analisis gas darah meliputi pemeriksaan PO2, PCO3, pH, HCO3, dan

saturasi O2.

Manfaat

Mengevaluasi pertukaran gas oksigen dan karbondioksida, fungsi pernafasan (termasuk

hipoksia dan status asam-basa), dan beberapa penyakit pernafasan seperti asma dan penyakit

pulmonari obstrukstif kronik, serta emboli (termasuk emboli lipid) dan pembedahan arteri

koroner.

Indikasi Umum :

1. Abnormalitas Pertukaran Gas

o Penyakit paru akut dan kronis

o Gagal nafas akut

o Penyakit Jantung

o Pemeriksaan Keadaan Pulmoner (rest dan exercise)

2. Gangguan Asam Basa

o Asidosis metabolik

o Alkalosis metabolik 

Interpretasi Hasil Analisa Gas Darah (AGD)

A.  Interpretasi Hasil Pemeriksaan pH

Serum pH menggambarkan keseimbangan asam basa dalam tubuh. Sumber ion hidrogen

dalam tubuh meliputi asam volatil dan campuran asam (seperti asam laktat dan asam

keto).

Nilai normal pH serum :

Nilai normal     : 7.35 - 7.45

Nilai kritis       :  < 7.25 - 7.55

Page 2: Pemeriksaan analisa gas darah

Implikasi Klinik

1. Umumnya nilai pH akan menurun dalam keadaan asidemia (peningkatan

pembentukan asam)

2. Umumnya nilai pH meningkat dalam keadaan alkalemia (kehilangan asam)

3. Bila melakukan evaluasi nilai pH, sebaiknya PaCO2 dan HCO3 diketahui juga untuk

memperkirakan komponen pernafasan atau metabolik yang mempengaruhi status

asam basa

B.  Interpretasi Hasil Tekanan Parsial Karbon Dioksida (PaCO2 )

PaCO2 menggambarkan tekanan yang dihasilkan oleh CO2 kyang terlarut dalam plasma.

Dapat digunakan untuk menetukan efektifitas ventilasi dan keadaan asam basa dalam

darah.

Nilai Normal   : 35 - 45 mmHg         SI     : 4.7 - 6.0 kPa

Implikasi Klinik :

1. Penurunan nilai PaCO2 dapat terjadi pada hipoksia, anxiety/ nervousness dan emboli

paru. Nilai kurang dari 20 mmHg perlu mendapatkan perhatiaan khusus.

2. Peningkatan nilai PaCO2 dapat terjadi pada gangguan paru atau penurunan fungsi

pusat pernafasan. Nilai PaCO2  > 60 mmHg perlu mendapat perhatian khusus.

3. Umumnya peningkatan PaCO2 dapat terjadi pada hipoventilasi sedangkan penurunan

nilai menunjukkan hiperventilasi.

4. Biasanya penurunan 1 mEq HCO3 akan menurunkan tekanan PaCO2 sebesar 1.3

mmHg.

C.  Interpretasi Hasil Tekanan Parsial Oksigen (PaO2 )

PaO2 adalah ukuran tekanan parsial yang dihasilkan oleh sejumlah oksigen yang terlarut

dalam plasma. Nilai ini menunjukkan kemampuan paru-paru dalam menyediakan

oksigen bagi darah.

Nilai Normal (suhu kamar, tergantung umur) ; 75 - 100 mmHg      SI   : 10 - 13.3 kPa

Implikasi Klinik

1. Penurunan nilai PaO2 dapat terjadi pada penyakit paru obstruksi kronik (PPOK),

penyakit obstruksi paru, anemia, hipoventilasi akibat gangguan fisik atau

Page 3: Pemeriksaan analisa gas darah

neoromuskular dan gangguan fungsi jantung. Nilai PaO2 kurang dari 40 mmHg perlu

mendapatkan perhatian khusus.

2. Peningkatan nilai PaO2 dapat terjadi pada peningkatan penghantaran O2 oleh alat

bantu (contoh; nasal prongs, alat ventilasi mekanik) hiperventilasi dan polisitemia

(peningkatan sel darah merah dan daya angkut oksigen)

D.  Interpretasi Hasil Saturasi Oksigen (SaO2)

Jumlah oksigen yang diangkut oleh hemoglobin, ditulis sebagai persentasi total oksigen

yang terikat pada hemoglobin.

Nilai Normal   : 95 - 99 % O2

Implikasi Klinik

1. Saturasi oksigen digunakan untuk mengevaluasi kadar oksigenasi hemoglobin dan

kecakupan oksigen pada jaringan

2. tekanan parsial oksigen yang terlarut di plasma menggambarkan jumlah oksigen yang

terikat pada hemoglobin sebagai ion bikarbonat 

E.  Interpretasi Hasil Pemeriksaan Karbon Dioksida (CO2)

Dalam plasma normal, 95% dari total CO2 terdapat sebagai ion bikarbonat, 5% sebagai

larutan gas CO2 terlarut dan asam karbonat. Kandungan CO2 plasma terutama adalah

bikarbonat, suatu larutan yang bersifat basa dan diatur oleh ginjal. Gas CO2 yang larut

ini terutama bersifat asam dan diatur oleh paru-paru. Oleh karena itu nilai CO2 plasma

menunjukkan konsentrasi bikarbonat.

Nilai Normal Karbon Dioksida (CO2)    : 22 - 32 mEq/L      SI    : 22 - 32 mmol/L

Kandungan CO2 plasma terutama adalah bikarbonat, suatu larutan yang bersifat basa dan

diatur oleh ginjal. Gas CO2 yang larut ini terutama yang bersifat asam dan diatur oleh

paru-paru. oleh karena itu nilai CO2 plasma menunjukkan konsentrasi bikarbonat.

Implikasi Klinik :

1. Peningkatan kadar CO2 dapat terjadi pada muntah yang parah, emfisema, dan

aldosteronisme

2. Penurunan kadar CO2 dapat terjadi pada gagal ginjal akut, diabetik asidosis dan

hiperventilasi

3. Peningkatan dan penurunan dapat terjadi pada penggunaan nitrofurantoin

Page 4: Pemeriksaan analisa gas darah

F. Anion Gap (AG)

Anion gap digunakan untuk mendiagnosis asidosis metabolik. Perhitungan menggunakan

elektrolit yang tersedia dapat membantu perhitungan kation dan anion yang tidak terukur.

Kation dan anion yang tidak terukur termasuk Ca+ dan Mg2+. Anion yang tidak terukur

meliputi protein, posfat sulfat dan asam organik. Anion gap dapat dihitung menggunakan

dua pendekatan yang berbeda.

Na+  -  (Cl-    +    HCO3)   atau Na   +   K  -  (Cl + HCO3) = AG

Nilai Normal Pemeriksaan Anion Gap : 13 - 17 mEq/L

Implikasi Klinik

1. Nilai anion gap yang tinggi (dengan pH tinggi) menunjukkan penciutan volume

ekstraseluler atau pada pemberian penisilin dosis besar.

2. Anion gap yang tinggi dengan pH rendah merupakan manifestasi dari keadaan yang

sering dinyatakan dengan singkatan "MULEPAK" yaitu akibat asupan metanoll,

uremia, asidosis laktat, etilen glikol, paraldehid, intoksikasi aspirin dan ketoasidosis.

3. Anion gap rendah dapat terjadi pada hipoalbuminemia, dilution, hipernatremia,

hiperkalsemia yang terlihat atau toksisitas litium.

4. Anion gap yang normal dapat terjadi pada metabolik asidosis akibat diare, asidoses

tubular ginjal atau hiperkalsemia.

Faktor-faktor yang berkontribusi pada nilai-nilai analisa gas darah yang abnormal

1. Obat-obatan dapat meningkatkan pH darah: sodium bikarbonat

2. Kegagalan untuk mengeluarkan semua udara dari spuit akan menyebabkan nilai

PaCO2 yang rendah dan nilai PaO2 meningkat

3. Obat-obatan yang dapat meningkatkan PaCO2 : aldosterone, ethacrynic acid,

hydrocortisone, metolazone, prednisone, sodium bicarbonate, thiazides.

4. Obat-obatan yang dapat menurunkan PaCO2 : acetazolamide, dimercaprol, methicillin

sodium, nitrofurantoin, tetracycline, triamterene.

5. Obat-obatan yang dapat meningkatkan HCO3-: alkaline salts, diuretics

6. Obat-obatan yang dapat menurunkan HCO3-: acid salts.

7. Saturasi oksigen dipengaruhi oteh tekanan parsial oksigen dalam darah, suhu tubuh,

pH darah, dan struktur hemoglobin.

Page 5: Pemeriksaan analisa gas darah

PROSEDUR PEMERIKSAAN ANALISA GAS DARAH

A. Alat yang diperlukan untuk pengambilan darah arteri adalah :

1. Antiseptik (kapas alkohol)

2. Kassasteril - Spuit yang steril ukuran 3 cc

3. Heparin –

4. Kontainer atau es

5. Label spesimen

6. Sarung tangan

7. Pengalas

8. Bengkok

9. Plester dan gunting

B. Persiapan :

1. Cek catatan medik. Meliputi:

a. Alasan pengambilan spesimen darah. Rasional mengidentifikasi tipe darah yang

dibutuhkan dan bagaimana mengumpulkannya.

b. Riwayat faktor risiko perdarahan: terapi antikoagulan, gangguan perdarahan,

jumlah trombosit yang rendah. Rasional mengingatkan untuk menyiapkan

peralatan tambahan untuk penekanan pada daerah penusukan setelah

dilakukannya tindakan.

c. Faktor kontra indikasi dilakukan penusukan pada arteri atau vena : infus intra vena

atau keadaan setelah radikal mastektomi. Rasional mengidentifikasi daerah yang

ddak dapat digunakan sebagai tempat dilakukannya prosedur tindakan.

2. Siapkan formulir laboratorium.

3. Cuci tangan.

4. Siapkan alat dan bahan.

Untuk pengambilan darah arteri : siapkan spuit aspirasi 0,5 ml heparin dengan

perbandingan 1: 1000 unit/ml dari vial; Kemudian lakukan usaha agar heparin

menyentuh semua dinding bagian dalam spuit. Rasional mencegah pembekuan darah.

Ini perlu untuk keakuratan analisa darah.

Page 6: Pemeriksaan analisa gas darah

C. Pelaksanaan

1. Beri salam, panggil pasien dengan namanya.

2. Jelaskan tujuan, prosedur dan lama tindakan yang akan dilakukan kepada klien.

Rasional memberikan informasi pada klien. Penjelasan pada pasien tantang tujuan

dari test ini dan pemberitahuan bahwa tindakan ini dapat merimbukan rasa sakit nyeri.

(catatan : beberapa institusi mengijinkan diberikan anastesi di area penusukan dengan

1% lidocaine (Xilocaine) akan mempersiapkan diri pasien, atau pada bayi dioleskan

anestesi semprot/salep.

3. Beri kesempatan pada klien untuk bertanya.

4. Menanyakan keluhan utarna klien.

5. Memulai tindakan dengan cara yang baik.

6. Jaga privacy klien.

7. Dekatkan peralatan pada klien.

8. Atur posisi klien agar nyaman.

9. Identifikasi tempat penusukan.

10. Posisikan klien dengan lengan ekstensi dan telapak tangan menghadap ke atas.

11. Letakkan pengalas.

12. Pakai sarung tangan.

Palpasi arteri radial dan brakial dengan jari tangan. Tentukan daerah pulsasi

maksimal. Rasional mengidentifikasi dimana letak arteri yang paling dekat dengan

permukaan kulit.

13. Lakukan test Allen. Rasional untuk mengkaji keadekuatan sirkulasi kolateral pada

arteri ulnaris. Sirkulasi kolateral ini penting bila arteri radialis terobstruksi oteh

trombus setelah dilakukan tindakan penusukan.

Untuk melakukan test Allen, lakukan penekanan pada kedua denyutan radialis dan

ulnaris dari salah satu pergelangan tangan pasien sampai denyutannya hilang. Tangan

menjadi pucat karena kurangnya sirkulasi ke tangan. Lepaskan tekanan pada arteri

ulnaris. Jika tangan kembali normal dengan cepat (tangan akan kemerahan dalam 10

detik), hasil test dinyatakan negatif dan penusukan arteri dapat dilakukan pada

pergelangan tangan tersebut. Jika setelah dilakukan pelepasan tekanan pada arteri

ulnaris tangan tetap pucat, artinya sirkulasi ulnaris tidak adekuat. Hasil test dinyatakan

positif dan pergelangan tangan yang lain harus di-test. Bila hasil test pada kedua

pergelangan tangan adalah positif, arteri femoralis harus dieksplorasi.

Page 7: Pemeriksaan analisa gas darah

14. Stabilisasikan arteri radial dengan melakukan hiperekstensi pergelangan tangan;

stabilisasi arteri brakialis dengan melakukan hiperekstensi siku. Rasional mencegah

agar arteri tidak "menghilang" ketika jarum ditusukkan.

15. Disinfeksi daerah penusukan di sekitar pulsasi maksimal dengan kapas alkohol

dengan gerakan sirkuler dari dalam ke luar atau dengan usapan satu arah. Rasional

mencegah masuknya mikroorganisme ke dalam arteri dan sistem vaskular

16. Pegang kapas akohol dengan jari tangan dan palpasi pulsasi lagi. Pertahankan jari

tangan di daerah proksimal dan daerah penusukan. Rasional memastkan keakuratan

insersi jarum, mencegah masuknya mikrooganisme dalam darah.

17. Masukkan jarum, dengan sudut 60-90 derajat (sesuai dengan lokasi), langsung ke

dalam arteri. Rasional sudut ini mengoptimalkan curah darah ke dalam jarum.

18. Perhatikan masuknya darah ke dalam spuit yang terlihat seperti "denyutan". Hentikan

menusukkan jarum lebih jauh bila terlihat "denyutan" ini. Rasional mengindikasikan

keakuratan penempatan jarum dalam arteri, pergerakan lebih jauh dapat menempatkan

ujung jarum pada dinding arteri atau ke luar dari arteri. Sampel darah arteri yang baik

sebaiknya menggunakan tekanan hisap minimal, dan secara normal, darah naik ke

dalam spuit dengan sendirinya.

19. Pertahankan posisi dan tunggu sampai terkumpul 2 - 4 ml (atau sesuai kebutuhan)

darah ke dalam spuit.

20. Letakkan kapas akohol di atas daerah penusukan dan tarik jarum; lakukan penekanan

sesegera mungkin dengan menggunakan kapas alkohol tersebut. Rasional membatasi

jumlah perdarahan dari daerah penusukan.

21. Pelihara kontinuitas penekanan selama 5' (atau selama 10' bila klien menerima

antikoagulan). Rasional memastikan waktu yang cukup untuk pembentukan formasi

pembekuan; penekanan in lebih lama dibandingkan ketika dilakukan pengambilan

darah vena karena faktor curah darah dalam arteri.

22. Keluarkan udara dari spuit.

Page 8: Pemeriksaan analisa gas darah

23. Ujung jarum ditusukkan.

24. Pasang label identitas (nama pasien, tanggal, jam, suhu tubuh saat pengambilan,

ruangan) di spuit. Pastikan sampel dianalisis dalam waktu 5-10 menit, atau

ditransport dalam freezer.

25. Bersihkan daerah penusukan dengan kapas alkohol.

26. Monitor tempat penusukan terhadap adanya perdarahan dengan melakukan inspeksi;

Dan palpasi. Rasional mengidentifikasi hematoma atau perdarahan.

27. Lakukan balutan tekan (pressure dressing) jika perdarahan berlanjut.

28. Bereskan peralatan.

29. Lepaskan sarung tangan.

30. Evaluasi hasil yang dicapai (subyektif dan obyektif)

31. Beri reinforcement positif pada klien.

32. Mengakhiri pertemuan dengan baik.

33. Cuci tangan.

34. Dokumentasi. Dokumentasikan tindakan yang sudah dilakukan, yang perlu

didokumentasikan meliputi:

• Waktu dilakukannya prosedur.

• Jenis pemeriksaan yang dilakukan

• Keadaan kulit (kemerahan, perdarahan benebihan)