pemeriksaan golongan darah rhesus

13
PEMERIKSAAN GOLONGAN DARAH RHESUS I. Tujuan Percobaan 1. Mempelajari dan memahami golongan darah. 2. Untuk mengetahui cara menentukan golongan darah pada manusia. II. Tinjauan Pustaka Jenis penggolongan darah lain yang cukup dikenal adalah dengan memanfaatkan faktor Rhesus atau faktor Rh. Nama ini diperoleh dari monyet jenis Rhesus yang diketahui memiliki faktor ini pada tahun 1940 oleh Karl Landsteiner. Seseorang yang tidak memiliki faktor Rh di permukaan sel darah merahnya memiliki golongan darah Rh-. Mereka yang memiliki faktor Rh pada permukaan sel darah merahnya disebut memiliki golongan darah Rh+. Jenis penggolongan ini seringkali digabungkan dengan penggolongan ABO. Golongan darah O+ adalah yang paling umum dijumpai, meskipun pada daerah tertentu golongan A lebih dominan, dan ada pula beberapa daerah dengan 80% populasi dengan golongan darah B. Kecocokan faktor Rhesus amat penting karena ketidakcocokan golongan. Misalnya donor dengan Rh+ sedangkan resipiennya Rh-) dapat menyebabkan produksi antibodi terhadap antigen Rh(D) yang mengakibatkan hemolisis. Hal ini terutama terjadi pada perempuan yang pada atau di bawah usia melahirkan karena faktor Rh dapat memengaruhi janin pada saat kehamilan.

Upload: fitry-adx

Post on 04-Aug-2015

647 views

Category:

Documents


28 download

TRANSCRIPT

Page 1: Pemeriksaan Golongan Darah Rhesus

PEMERIKSAAN GOLONGAN DARAH RHESUS

I. Tujuan Percobaan

1. Mempelajari dan memahami golongan darah.

2. Untuk mengetahui cara menentukan golongan darah pada manusia.

II. Tinjauan Pustaka

Jenis penggolongan darah lain yang cukup dikenal adalah dengan memanfaatkan faktor

Rhesus atau faktor Rh. Nama ini diperoleh dari monyet jenis Rhesus yang diketahui memiliki

faktor ini pada tahun 1940 oleh Karl Landsteiner. Seseorang yang tidak memiliki faktor Rh di

permukaan sel darah merahnya memiliki golongan darah Rh-. Mereka yang memiliki faktor Rh

pada permukaan sel darah merahnya disebut memiliki golongan darah Rh+. Jenis penggolongan

ini seringkali digabungkan dengan penggolongan ABO. Golongan darah O+ adalah yang paling

umum dijumpai, meskipun pada daerah tertentu golongan A lebih dominan, dan ada pula

beberapa daerah dengan 80% populasi dengan golongan darah B.

Kecocokan faktor Rhesus amat penting karena ketidakcocokan golongan. Misalnya donor

dengan Rh+ sedangkan resipiennya Rh-) dapat menyebabkan produksi antibodi terhadap antigen

Rh(D) yang mengakibatkan hemolisis. Hal ini terutama terjadi pada perempuan yang pada atau

di bawah usia melahirkan karena faktor Rh dapat memengaruhi janin pada saat kehamilan.

Rhesus positif (rh positif) adalah seseorang yang mempunyai rh-antigen pada eritrositnya

sedang Rhesus negatif (rh negatif) adalah seseorang yang tidak mempunyai rh-antigen pada

eritrositnya. Antigen pada manusia tersebut dinamakan antigen-D, dan merupakan antigen yang

berperan penting dalam transfusi. Tidak seperti pada ABO sistem dimana seseorang yang tidak

mempunyai antigen A/B akan mempunyai antibodi yang berlawanan dalam plasmanya, maka

pada sistem Rhesus pembentukan antibodi hampir selalu oleh suatu eksposure apakah itu dari

transfusi atau kehamilan. Sistem golongan darah Rhesus merupakan antigen yang terkuat bila

dibandingkan dengan sistem golongan darah lainnya. Dengan pemberian darah Rhesus positif

(D+) satu kali saja sebanyak ± 0,1 ml secara parenteral pada individu yang mempunyai golongan

Page 2: Pemeriksaan Golongan Darah Rhesus

darah Rhesus negatif (D-), sudah dapat menimbulkan anti Rhesus positif (anti-D) walaupun

golongan darah ABO nya sama.

Anti D merupakan antibodi imun tipe IgG dengan berat molekul 160.000, daya endap

(sedimentation coefficient) 7 detik, thermo stabil dan dapat ditemukan selain dalam serum juga

cairan tubuh, seperti air ketuban, air susu dan air liur. Imun antibodi IgG anti-D dapat melewati

plasenta dan masuk kedalam sirkulasi janin, sehingga janin dapat menderita penyakit hemolisis.

Faktor Rh, Pengaruhnya Terhadap Kehamilan

Faktor Rh menggambarkan adanya partikel protein (antigen D) di dalam sel darah

seseorang. Bagi yang ber-Rh negatif berarti ia kekurangan faktor protein dalam sel darah

merahnya. Sedangkan yang ber-Rh positif memiliki protein yang cukup. Pada jaman dahulu

dalam transfusi darah, asal golonganya sama, tidak dianggap ada masalah lagi. Padahal, bila

terjadi ketidak cocokan rhesus, bisa terjadi pembekuan darah yang berakibat fatal, yaitu kematian

penerima darah.

Orang-orang dengan rhesus negatif mempunyai sejumlah kesulitan karena diseluruh

dunia ini, orang dengan rhesus negatif relatif jumlahnya lebih sedikit. Pada orang kulit putih,

rhesus negatif hanya sekitar 15%, pada orang kulit hitam sekitar 8%, dan pada orang asia bahkan

hampir seluruhnya merupakan orang dengan rhesus positif. Di Indonesia, kasus kehamilan

dengan rhesus negatif ternyata cukup banyak dijumpai. Umumnya dijumpai pada orang-orang

asing atau orang yang mempunyai garis keturunan asing seperti Eropa dan Arab, walaupun tidak

langsung. Ada juga orang yang tidak mempunyai riwayat keturunan asing, namun jumlahnya

lebih sedikit.

1. Ketidakcocokan Rh

Bila seorang wanita dengan rhesus negatif mengandung bayi dari pasangan yang

mempunyai rhesus positif, maka ada kemungkinan sang bayi mewarisi rhesus sang ayah yang

positif. Dengan demikian akan terjadi kehamilan rhesus negatif dengan bayi rhesus positif. Hal

ini disebut kehamilan dengan ketidak cocokan rhesus (rhesus inkontabilita).

Page 3: Pemeriksaan Golongan Darah Rhesus

Kehadiran janin sendiri di tubuh ibu merupakan benda asing, apalagi jika Rh janin tak

sama dengan Rh ibu. Secara alamiah tubuh bereaksi dengan merangsang sel darah merah

(eristrosit) membentuk daya tahan atau antibodi berupa zat anti Rh untuk melindungi tubuh ibu

sekaligus melawan ‘benda asing’ tersebut. Inilah yang menimbulkan ancaman pada janin yang

dikandung.

Efek ketidakcocokan bisa mengakibatkan kerusakan besar-besaran pada sel darah merah

bayi yang disebut erytroblastosis foetalis dan hemolisis. Hemolisis ini pada jaman dahulu

merupakan penyebab umum kematian janin dalam rahim, disamping hydrop fetalis, yaitu bayi

yang baru lahir dengan keadaan hati yang bengkak, anemia dan paru-paru penuh cairan yang

dapat mengakibatkan kematian. Selain itu kerusakan sel darah merah bisa juga memicu

kernikterus (kerusakan otak) dan jaundice (bayi kuning/hiperbilirubinimia), gagal jantung dan

anemia dalam kandungan maupun setelah lahir.

2. Risiko Meningkat pada Kehamilan Kedua.

Pada kehamilan pertama, antirhesus kemungkinan hanya akan menyebabkan bayi terlahir

kuning. Hal ini lantaran proses pemecahan sel darah merah menghasilkan bilirubin yang

menyebabkan warna kuning pada bayi. Tetapi pada kehamilan kedua, risikonya lebih fatal.

Antirhesus ibu akan semakin tinggi pada kehamilan kedua. Akibatnya, daya rusak terhadap sel

darah merah bayi pun semakin tinggi dan ancaman kematian janin kian tinggi.

3. Penanganan Kehamilan dengan Kelainan Rh.

Dikarenakan jarangnya kasus kehamilan dengan rhesus negatif, maka sangat sedikit pula

rumah sakit yang dapat menanganinya. Untuk itu walaupun tidak ada masalah serius dokter

biasanya akan tetap menangani kehamilan dengan rhesus negative secara khusus. Langkah

pertama yang dilakukan dokter adalah dengan memeriksa darah ibu untuk memastikan jenis

rhesus dan untuk melihat apakah telah tercipta antibodi.

Bila belum tercipta antibodi, maka pada usia kehamilan 28 minggu dan dalam 72 jam

setelah persalinan akan diberikan injeksi anti-D (Rho) immunoglobulin, atau biasa juga disebut

RhoGam. Proses terbentuknya zat anti dalam tubuh ibu sendiri sangat cepat sehingga akan lebih

baik lagi jika setelah 48 jam melahirkan langsung diberi suntikan RhoGAM agar manfaatnya

Page 4: Pemeriksaan Golongan Darah Rhesus

lebih terasa. Sayangnya, perlindungan RhoGAM hanya berlangsung 12 minggu. Setelah lewat

batas waktu, suntikan harus diulang setiap kehamilan berikutnya.

Bila dalam diri ibu telah tercipta antibodi, maka maka akan dilakukan penanganan khusus

terhadap janin yang dikandung, yaitu dengan monitoring secara reguler dengan scanner

ultrasonografi. Dokter akan memantau masalah pada pernafasan dan peredaran darah, cairan

paru-paru, atau pembesaran hati, yang merupakan gejala-gejala penderitaan bayi akibat

rendahnya sel darah merah.

Bila memang ada zat anti-Rh dalam tubuh ibu hamil, sebaiknya dilakukan pemeriksaan

jenis darah janin melalui pengambilan cairan ketuban (amniosentesis). Dapat juga melalui

pengambilan cairan dari tulang belakang Chorionic Villi Sampling (CVS), dan pengambilan

contoh darah dari tali pusat janin (kordosentesis). Pada kasus tertentu, kadang diputuskan untuk

melakukan persalinan lebih dini, sejauh usia janin sudah cukup kuat untuk dibesarkan diluar

rahim. Tindakan ini akan segera diikuti dengan penggantian darah janin dari donor yang tepat.

Induksi persalinan juga akan dilakukan pada ibu yang belum mempunyai antibodi bila

kehamilannya telah lewat dari waktu persalinan yang diperkirakan sebelumnya, untuk mencegah

kebocoran yang tak terduga.

Pada kasus janin belum cukup kuat untuk dibesarkan diluar, maka perlu dilakukan

transfusi darah terhadap janin yang masih dalam kandungan. Biasanya bila usia kandungan

belum mencapai 30 minggu. Proses transfusi ini akan diawasi secara ketat dengan scanner

ultrasonografi dan bisa diulang beberapa kali hingga janin mencapai ukuran dan usia yang cukup

kuat untuk diinduksi. Setelah bayi lahir, ia akan mendapat beberapa pemerikasaan darah secara

teratur untuk memantau kadar bilirubin dalam darahnya. Bila diperlukan akan dilakukan

phototerapi. Bila kadar bilirubin benar-benar berbahaya akan dilakukan penggantian darah

dengan transfusi. Kadar cairan dalam paru-paru dan jantungnya juga akan diawasi dengan ketat,

demikian juga dengan kemungkinan anemia.

Perbedaan Rh ibu dan janin tak terlalu berbahaya pada kehamilan pertama. Sebab,

kemungkinan terbentuknya zat anti-Rh pada kehamilan pertama sangat kecil. Kalaupun sampai

terbentuk, jumlahnya tidak banyak. Sehingga, bayi pertama dapat lahir sehat.

Page 5: Pemeriksaan Golongan Darah Rhesus

Pembentukan zat anti Rh baru benar-benar dimulai pada saat proses persalinan (atau

keguguran) pada kehamilan pertama. Saat plasenta lepas, pembuluh-pembuluh darah yang

menghubungkan dinding rahim dengan plasenta juga putus. Akibatnya, sel-sel darah merah bayi

dapat masuk ke dalam peredaran darah ibu dalam jumlah yang lebih besar. Peristiwa ini disebut

transfusi feto-maternal. Selanjutnya, 48-72 jam setelah persalinan atau keguguran, tubuh ibu

dirangsang lagi untuk memproduksi zat anti-Rh lebih banyak lagi. Demikian seterusnya.

Saat ibu mengandung lagi bayi kedua dan selanjutnya, barulah zat anti-Rh di tubuh ibu

akan menembus plasenta dan menyerang sel darah merah janin. Sementara itu bagi ibu

perbedaan rhesus ibu dan janin sama sekali tidak mengganggu dan mempengaruhi kesehatan ibu.

III. Bahan dan Alat

a. Bahan :

Alkohol 70%

Kit golongan darah ABO (Anti A, Anti B, dan Anti AB)

Darah

Kit Rhesus (Anti D)

b. Alat :

Lanset

Tusuk gigi

Kapas

Page 6: Pemeriksaan Golongan Darah Rhesus

Kertas golongan darah

IV. Cara Kerja

a. Bersihkan lanset dengan kapas yang telah dibashai dengan alkohol 70%.

b. Bersihkan jari manis bagian kiri dengan kapas yang telah dibashai dengan alkohol

70%.

c. Tusuk dengan lanset dengan satu kali tusukan, tetesan pertama dibuang dan tetesan

selanjutnya diteteskan pada kertas golongan darah, masing-masing satu tetes.

d. Teteskan diatas tetesan darah pertama dengan kit Anti Rhesus.

e. Aduk dengan tusuk gigi dengan cara melingkar, amati reaksi aglutinasi yang terjadi.

V. Hasil dan Pembahasan

A. Hasil

Pemeriksaan golongan darah Aswati Pemeriksaan golongan darah Febrianti

Pemeriksaan golongan darah Fitria Eka Dewi Pemeriksaan golongan darah Mahrunnisak .N

Page 7: Pemeriksaan Golongan Darah Rhesus

Pemeriksaan golongan darah Nurfitri. R Pemeriksaan golongan darah Susi Fitra

Pemeriksaan golongan darah anggota kelompok

Page 8: Pemeriksaan Golongan Darah Rhesus

Nama Golongan Darah Rhesus

Aswati B +

Febrianti A +

Fitria Eka Dewi A +

Mahrunnisak Nilaksum AB +

Nurfitri Rahmayani B +

Susi Fitra AB +

Kelompok A B AB O + 1 2 2 2 - 6 -

2 3 1 - 2 6 -

3 2 1 - 3 6 -

4 - 2 1 2 5 -

5 - 4 - 1 5 -

% 25% 35,71% 10,71% 28,57% 100% -

A = 7

28 100% = 25% B =

1028

100% = 35,71%

AB = 3

28 100% =10,71% O =

828

100% = 28,57%

B. Pembahasan

Pada pengamatan yang kami lakukan, untuk mengetahui golongan darah rhesus pada

manusia kami menggunakan anti D, dan probandus yang digunakan adalah darah manusia

berjenis kelamin perempuan dan berjumlah 6 probandus. Pada tabel diatas dapat kita lihat semua

anggota kelompok memiliki rhesus positif.

Page 9: Pemeriksaan Golongan Darah Rhesus

Berdasarkan hasil praktikum yang telah dilakukan dapat disimpulkan bahwa sistem ABO

dan Rh, merupakan dua dari beberapa sistem penggolongan darah yang sangat penting, terutama

sebelum melakukan tranfusi darah ataupun transplantasi jaringan dan organ. Sistem ini

menggunakan interaksi antigen-antibodi sebagai prinsip pemeriksaannya.

Apabila suatu antigen (substansi asing) masuk ke dalam tubuh, maka tubuh akan

menghasilkan suatu protein yang disebut antibodi. Antibodi inilah yang akan bereaksi untuk

melawan antigen tersebut dalam mekanisme pertahanan diri (sistem imun). Sedangkan respon

dari sel darah terhadap adanya substansi asing adalah dengan peningkatan jumlah sel leukosit.

Jenis sel leukosit yang meningkat adalah spesifik sesuai dengan infeksi yang terjadi di dalam

tubuh.

VI. Kesimpulan

Dari hasil pembahasan diatas maka dapat disimpulkan :

1. Golongan darah adalah ciri khusus darah dari suatu individu karena adanya perbedaan

jenis karbohidrat dan protein pada permukaan membran sel darah merah.

2. Menentukan golongan darah rhesus dapat digunakan cairan Anti D.

3. Bagi yang ber-Rh negatif berarti ia kekurangan faktor protein dalam sel darah

merahnya. Sedangkan yang ber-Rh positif memiliki protein yang cukup.