pemeriksan gol. darah abo dan rhesus met.tube.doc

28
A. Judul Praktikum : Pemeriksaan Golongan Darah ABO dan Rhesus Metoda Tabung. B. Tanggal Praktikum : 10 Agustus 2015 C. Tujuan Praktikum : Untuk menentukan adanya antigen didalam sel darah merah/eritrosit dan adanya antibodi dalam serum atau plasma darah. D. Prinsip : Antigen/Aglutinogen + Antibodi/Aglutinin Aglutinasi E. Landasan teori : Pertama kalinya DR. Landstainer pada tahun 1900 mengemukakan bahwa darah manusia dapat dibagi menjadi 4 macam golongan yaitu: A, B, O, dan AB. Golongan darah sangat penting dalam kehidupan terutama dalam bidang transfusi darah, sebab salah memberikan golongan darah dapat mengakibatkan kematian terhadap pasien. Golongan darah menurut sistem A-B-O dapat diwariskan dari orang tua kepada anaknya. Land-Steiner dalamSuryo (1996) membedakan darah manusia kedalam empat golongan yaitu A, B, AB dan O. Penggolongan darah ini disebabkan oleh macam antigen yang dikandung oleh eritrosit (sel darah merah). Terdapat 2 jenis penggolongan darah yang paling penting yaitu golongan darah A, B, O dan faktor Rhesus. Di dunia ini sebenarnya dikenal sekitar 46 jenis antigen selain antigen A – B - O dan Rh, hanya

Upload: pretty-angelia

Post on 07-Dec-2015

908 views

Category:

Documents


223 download

TRANSCRIPT

A. Judul Praktikum : Pemeriksaan Golongan Darah ABO dan Rhesus Metoda

Tabung.

B. Tanggal Praktikum : 10 Agustus 2015

C. Tujuan Praktikum : Untuk menentukan adanya antigen didalam sel

darah

merah/eritrosit dan adanya antibodi dalam serum atau

plasma darah.

D. Prinsip : Antigen/Aglutinogen + Antibodi/Aglutinin Aglutinasi

E. Landasan teori :

Pertama kalinya DR. Landstainer pada tahun 1900 mengemukakan bahwa

darah manusia dapat dibagi menjadi 4 macam golongan yaitu: A, B, O, dan AB.

Golongan darah sangat penting dalam kehidupan terutama dalam bidang transfusi

darah, sebab salah memberikan golongan darah dapat mengakibatkan kematian

terhadap pasien. Golongan darah menurut sistem A-B-O dapat diwariskan dari

orang tua kepada anaknya. Land-Steiner dalamSuryo (1996) membedakan darah

manusia kedalam empat golongan yaitu A, B, AB dan O. Penggolongan darah ini

disebabkan oleh macam antigen yang dikandung oleh eritrosit (sel darah merah).

            Terdapat 2 jenis penggolongan darah yang paling penting yaitu golongan

darah A, B, O dan faktor Rhesus. Di dunia ini sebenarnya dikenal sekitar 46 jenis

antigen selain antigen A – B - O dan Rh, hanya saja lebih jarang dijumpai. Setiap

golongan darah dapat dikenal dari zat kimia yang disebut antigen (zat yang dapat

menimbulkan respon imun), yang terletak di permukaan sel darah merah, namun

ada juga yang terlarut di dalam plasma atau cairan tubuh.

Golongan darah adalah ciri khusus darah atas suatu individu karena adanya

perbedaan jenis karbohidrat dan protein pada permukaan membran sel darah

merah. Dengan kata lain, golongan darah ditentukan oleh jumlah zat (kemudian

disebut antigen) yang terkandung di dalam sel darah merah. Karl Landsteiner

menemukan 3 dari 4 golongan darah (yang kemudian disebut sistem ABO) dengan

cara memeriksa golongan darah beberapa teman sekerjanya. Percobaan sederhana

itu dilakukan dengan mereaksikan sel darah merah dengan serum dari para donor.

Dalam pelayanan kesehatan modern, transfusi darah merupakan salah satu hal yang

penting dalam menyelamatkan jiwa pasien dan meningkatkan derajat kesehatan.

Indikasi tepat transfusi darah dan komponen darah adalah untuk mengatasi kondisi

yang menyebabkan morbiditas dan mortalitas bermakna yang tidak dapat diatasi

dengan cara lain. Dalam perkembangannya transfusi darah harus dilaksanakan

sesuai dengna prosedur ketat oleh tenaga profesional menggunakan darah yang

aman dan berkualitas. Sebelum melakukan transfusi darah perlu diketahui syarat-

syarat dalam melakukan transfusi, agar proses transfusi dapat berlangsung seperti

yang diharapkan. Ketika seseorang membutuhkan transfusi darah, maka darah yang

disumbangkan haruslah sesuai dengan golongan darah tertentu, sebab kesalahan

dalam melakukan transfusi akan dapat menimbulkan komplikasi yang serius.

Peran analis sangat dibutuhkan dalam penanganan kasus tersebut, sehingga

pemeriksaan golongan darah ini menjadi penting untuk dipelajari dan dilakukan

penerapan dalam praktikum transfusi darah.

Darah merupakan cairan yang kompleks  dimana didalamnya terkandung

bahan – bahan seperti eritrosit, leukosit , trombosit , protein, vitamin- vitamin,

hormon- hormon  dan lain sebagainya. Volume darah pada manusia adalah

berkisar  70-1000 cc/ kg berat badan. Darah digunakan sebagai bahan- bahan

pemeriksaan hematologis dan  pemeriksaan- pemeriksaan lain.

Bahan pemeriksaan dari darah biasanya berupa serum atau plasma. Untuk

mendapatkan serum darah tidak perlu menggunakan anticoagulant. Jadi  didalam

serum tidak terdapat  fibrinogen atau dapat dikatakan bahwa serum adalah plasma

dikurangi fibrinogen. Serum adalah komponene yang bukan berupa sel darah, juga

bukan faktor koagolasi. Bahan – bahan yang masih terdapat dalam serum  adalah

elektrolit (seperti K; Na; Cl ), creatinin  dan ureum. Sedangkan plasma didapat

dengan cara menambahkan anticoagulant ke dalm darah. Jadi di dalamnya masih

terdapat  fibrinogen.

Darah berfungsi sebagai medium transportasi untuk membawa bermacam –

macam komponen  dari berbagai organ dalam tubuh. Sel darah merah pekat

cuci     (shed pakced  red cell ) adalah sel darah merah pekat yang setiap unitnya

dicuci dengan saline yang bertujuan untuk mengurangi  90 % protein, elektrolit dan

antibodi.

Sel darah diperoleh dari pengendapan unsur-unsur dalam darah/ terdapat di

dasar tabung setelah di centrifuge. Darah terdiri dari :

1. Eritrosit (sel darah merah) sebesar 99%, mengandung hemoglobin yang

berfungsi mengedarkan oksigen. Sel darah juga menjadi penentu golongan

darah, jika seseorang memiliki volume sel darah merah sangat kurang, maka

ia dikatakan anemia

2. Trombosit (keping-keping darah), kandungannya berkisar anatar 0,6% - 1%,

berfungsi untuk membantu proses pembekuan darah

3. Leukosit (sel darah putih) berjumlah 0,2% dari total darah, berfungsi untuk

menjaga sistem imunitas tubuh dan membunuh virus atau bakteri yang

masuk ke dalam tubuh.

Sel darah merah yang telah dicuci harus digunakan dalam waktu 24

jam  (suhu penyimpanan 1-6 0C ) karena pembuatannya  dilakukan  terbuka (open

system), selain itu dengan  dilakukan pencucian antikoagulan akan terambil

sehingga tidak dapat tersimpan lama. 

Golongan Darah

Golongan darah adalah ciri khusus darah dari suatu individu karena adanya

perbedaan jenis karbohidrat dan protein pada permukaan membran sel darah

merah. Dua jenis penggolongan darah yang paling penting adalah penggolongan

ABO dan Rhesus (faktor Rh). Di dunia ini sebenarnya dikenal sekitar 46

jenis antigen selain antigen ABO dan Rh, hanya saja lebih jarang

dijumpai. Transfusi darah dari golongan yang tidak kompatibel dapat menyebabkan

reaksi transfusi imunologis yang berakibat anemia hemolisis, gagal ginjal, syok,

dan kematian.menurut K. Landsteiner menemukan bahwa penggumpalan darah

(aglutinasi) kadang-kadang terjadi apabila eritrosit (sel darah merah) seseorang

dicampur dengan serum darah orang lain. Akan tetapi pada orang lain, campuran

tadi tidak mengakibatkan penggumpalan darah.

Golongan darah manusia ditentukan berdasarkan jenis antigen dan antibodi

yang terkandung dalam darahnya, golongan darah tersebut dibagi menjadi 4

golongan yaitu sebagai berikut:

Individu dengan golongan darah A memiliki sel darah merah dengan antigen A

di permukaan membran selnya dan menghasilkan antibodi terhadap antigen B

dalam serum darahnya. Sehingga, orang dengan golongan darah A-negatif

hanya dapat menerima darah dari orang dengan golongan darah A-negatif atau

O-negatif.

Individu dengan golongan darah B memiliki antigen B pada permukaan sel

darah merahnya dan menghasilkan antibodi terhadap antigen A dalam serum

darahnya. Sehingga, orang dengan golongan darah B-negatif hanya dapat

menerima darah dari orang dengan dolongan darah B-negatif atau O-negatif

Individu dengan golongan darah AB memiliki sel darah merah dengan antigen

A dan B serta tidak menghasilkan antibodi terhadap antigen A maupun B.

Sehingga, orang dengan golongan darah AB-positif dapat menerima darah dari

orang dengan golongan darah ABO apapun dan disebut resipien universal.

Namun, orang dengan golongan darah AB-positif tidak dapat mendonorkan

darah kecuali pada sesama AB-positif.

Individu dengan golongan darah O memiliki sel darah tanpa antigen, tapi

memproduksi antibodi terhadap antigen A dan B. Sehingga, orang dengan

golongan darah O-negatif dapat mendonorkan darahnya kepada orang dengan

golongan darah ABO apapun dan disebut donor universal. Namun, orang

dengan golongan darah O-negatif hanya dapat menerima darah dari sesama O-

negatif.

Secara umum, golongan darah O adalah yang paling umum dijumpai di

dunia, meskipun di beberapa negara seperti Swedia dan Norwegia, golongan darah

A lebih dominan. Antigen A lebih umum dijumpai dibanding antigen B. Karena

golongan darah AB memerlukan keberadaan dua antigen, A dan B, golongan darah

ini adalah jenis yang paling jarang dijumpai di dunia.Ilmuwan Austria, Karl

Landsteiner, memperoleh penghargaan Nobel dalam bidang Fisiologi dan

Kedokteran pada tahun 1930 untuk jasanya menemukan cara penggolongan darah

ABO.

Sebelum lahir,molekul protein yang ditentukan secara genetik disebut

antigen, antigen ini muncul dipermukaan membran sel darah merah. Antigen ini,

tipe A dan tipe B bereaksi dengan antibody pasangannya,yang mulai terlihat sekitar

2 sampai 8 bulan setelah lahir.

1. Karena reaksi antigen-antibodi menyebabkan aglutinasi ( penggumpalan) sel

darah merah, maka antigen disebut aglutinogen dan antibodi pasangannya disebut

aglutinin 

2. Seseorang mungkin saja tidak mewarisi tipe A dan tipe B atau hanya mewarisi

salah satunya, atau bahkan keduanya sekaligus.

   Klasifikasi golongan darah ABO ditentukan berdasarkan ada tidaknya

aglutinogen (antigen tipe A dan tipe B ) yang ditemukan pada permukaan eritrosit

dan aglutinin (antibodi) anti-A dan anti-B, yang ditemukan dalam plasma.

1. Darah golongan A mengandung aglutinogen tipe A dan aglutinin anti-B

2. Darah golongan B mengandung aglutinogen tipeB dan aglutinin anti-A

3. Darah golongan AB mengandung aglutinogen tipe A dan tipe B,tetapi

tidak mengandung aglutinin anti-A atau anti-B

4. Darah golongan O tidak mengandung aglutinogen, tetapi mengandung

aglutinin anti-A dan aglutini-B Penggolongan darah penting dilakukan

sebelim transfusi darah karena pencampuran golongan darah yang tidak

cocok menyebabkan aglutinasi dan destruksi sel darah merah.

Untuk menentukan golongan darah pedomannya sebagai berikut:

Golongan aglutinogen (antigen) pada

eritrosit

aglutinin (antibodi) pada

plasma darah

A

B

AB

O

A

B

A dan B

-

b

a

-

a dan b

Pemahaman mengenai aglutinogen dan aglutinin inilah yang mendasari

teknik transfusi darah. Dalam transfusi darah, orang yang memberikan darah

disebut donor, sedangkan yang menerima disebut resipien. Transfusi (pindahtuang

darah) ini harus memperhatikan masalah aglutinin-aglutinogen, sebab jika terjadi

inkompatibilitas (ketakcocokan) golongan darah, maka akan menyebabkan

terjadinya aglutinasi (penggumpalan) darah, dan bisa menyebabkan kematian sang

resipien.

Dibawah ini ilustrasi penggolongan darah berdasarkan antigen yang

dimilikinya:

Jenis penggolongan darah lain yang cukup dikenal adalah dengan

memanfaatkan faktor Rhesus atau faktor Rh. Nama ini diperoleh dari monyet jenis

Rhesus yang diketahui memiliki faktor ini pada tahun 1940 oleh Karl Landsteiner.

Seseorang yang tidak memiliki faktor Rh di permukaan sel darah merahnya

memiliki golongan darah Rh-. Mereka yang memiliki faktor Rh pada permukaan

sel darah merahnya disebut memiliki golongan darah Rh+. Jenis penggolongan ini

seringkali digabungkan dengan penggolongan ABO. Golongan darah O+ adalah

yang paling umum dijumpai, meskipun pada daerah tertentu golongan A lebih

dominan, dan ada pula beberapa daerah dengan 80% populasi dengan golongan

darah B.

Kecocokan faktor Rhesus amat penting karena ketidakcocokan golongan.

Misalnya donor dengan Rh+ sedangkan resipiennya Rh- dapat menyebabkan

produksi antibodi terhadap antigen Rh(D) yang mengakibatkan hemolisis. Hal ini

terutama terjadi pada perempuan yang pada atau di bawah usia melahirkan karena

faktor Rh dapat memengaruhi janin pada saat kehamilan. Untuk menentukan

golongan darah diperlukan suatu serum yang disebut tes serum yang terdiri dari tes

serum A dan tes serum B.Draha yang akan kita periksa dimasukkan kedalam

tabung yang berisi 2cc garam fisiologis lalu dikocok.Darah tersebut ditaruh di atas

object glass kemudian diteteskan tes serum A dan tes serum B.

Golongan darah kita ditentukan oleh perpaduan gen yang diwariskan oleh

gen ayah dan gen ibu kita.Pewarisan gen yang menentukan golongan darah

mengikuti hukum mendel.Jenis gen yang diwariskan itu disebut genotip

(genotype),terdiri dari genotip A,B,dan O.

Tabel pewarisan golongan darah kepada anak

IbuAyah

O A B AB

O O  O, A O, B A, B

A O, A O, AO, A, B,

ABA, B, AB

B O, B O, A, B, AB O, B A, B, AB

AB A, B A, B, AB A, B, AB A, B, AB

Tranfusi darah adalah proses menyalurkan darah atau produk berbasis darah

dari satu orang ke sistem peredaran darah orang lainnya. Transfusi darah

berhubungan dengan kondisi medis seperti kehilangan darah dalam jumlah besar

disebabkan trauma,operasi,syok, dan tidak berfungsinya organ pembentuk sel darah

merah. Dalam transfusi darah, kecocokan antara darah donor (penyumbang) dan

resipien (penerima) adalah sangat penting.Darah donor dan resipien harus sesuai

golongan nya berdasarkan sistem ABO dan Rhesus faktor.

Sistem Golongan Darah

Sistem ABO

Penemuan Karl Landsteiner diawali dari penelitiannya, yaitu ketika eritrosit

seseorang dicampur dengan serum darah orang lain, maka terjadi penggumpalan

(aglutinasi). Tetapi pada orang selanjutnya, campuran itu tidak menyebabkan

penggumpalan darah. Aglutinogen (aglutinin) yang terdapat pada eritrosit orang

tertentu dapat bereaksi dengan zat aglutinin (antibodi) yang terdapat pada serum

darah. Aglutinogen dibedakan menjadi dua yaitu:

Darah seseorang memungkinkan dapat mengandung aglutinogen A saja atau

aglutinogen B saja. Tetapi kemungkinan juga dapat mengandung aglutinogen A dan

B. Ada juga yang tidak mengandung aglutinogen sama sekali. Adanya aglutinogen

dan aglutinin inilah yang menjadi dasar penggolongan darah manusia berdasarkan

sistem ABO.

Antigen permukaan eritrosit tersebut dapat merangsang pembentukan suatu

imunoglobulin M (IgM), yang disebut juga sebagai aglutinin. Antibodi IgM ini

semula diduga terdapat secara alamiah, namun ada penelitian yang menunjukkan

bahwa antibodi tersebut baru terbentuk pada waktu bayi sebagai akibat sensitisasi

dari makanan dan infeksi.

Pada masa neonatus, terjadi kolonisasi bakteri flora normal usus yang

mengekspresikan antigen menyerupai antigen permukaan eritrosit A dan B. Hal ini

mendorong sistem imunitas bayi untuk membuat antibodi IgM sesuai dengan

antigen yang tidak dimiliki permukaan eritrosit bayi tersebut. Karena itulah orang

dengan golongan darah A memiliki anti-B,  orang bergolongan darah B memiliki

anti-A, dan yang bergolongan darah O memiliki keduanya. Orang dengan golongan

darah AB tidak memiliki antibodi IgM ini. Karena antibodi IgM ini mampu

menimbulkan aglutinasi hebat yang dapat menyumbat pembuluh darah inilah

transfusi dengan golongan darah inkompatibel sangat berbahaya.

Walaupun anti-A dan anti-B bereaksi secara spesifik dan kuat dengan

eritrosit yang relevan, rangsangan untuk pembentukan anti-A dan anti-B tidak

ditimbulkan oleh eritrosit itu sendiri. Orang-orang dengan golongan darah A hanya

membentuk anti-B dan mereka dengan golongan darah B hanya membentuk anti-A.

Orang-orang dengan golongan darah O mempunyai baik anti-A maupun anti-B,

sedangkan yang golongan darah AB tidak memiliki anti-A dan anti-B.

Anti-A dan anti-B merupakan aglutinin yang kuat dan mudah dinyatakan

dengan pemeriksaan laboratorium. Aglutinin ini dengan cepat menghancurkan

eritrosit tidak kompatibel yang masuk dalam sirkulasi melalui aktivitas

komplemen.satu-satunya cara eritrosit inkompatibel golongan darah ABO masuk

dalam sirkulasi, melalui transfusi darh yang salah, kecuali pada beberapa kasus

dimana eritrosit janin masuk dalam sirkulasi darah ibu pada waktu hamil atau saat

melahirkan.

Reaksi transfusi hemolitik pada umumnya disebabkan kesalahan dalam

identifikasi penderita, kesalahan sampel darah penderita atau donor dan kesalahan

administrasi. Penetapan golongan darah menentukan jenis aglutinogen yang ada

dalam darah, adakalanya disamping itu juga dilakukan penetapan jenis aglutinin

yang ada dalam serum (reverse grouping dan serum grouping). Ada beberapa cara

untuk menentukan golongan darah yaitu dengan cara Objek glass dan cara Tabung.

Penggolongan darah pada manusia maupun hewan selain dengan sistem

ABO, juga dapat digolongkan berdasarkan sistem MN. Hal ini didasarkan pada

hasil penemuan antigen baru oleh K. Landsteiner dan P. Levine pada tahun 1927

pada eritrosit. Antigen ini oleh Landsteiner dan Levin diberi nama antigen M dan

antigen N. Sama halnya dengan sistem ABO, apabila di dalam eritrosit seseorang

terdapat antigen M maka golongan darah orang tersebut disebut golongan darah M,

apabila di dalam eritrosit seseorang yang lain terdapat antigen N maka golongan

darah orang tersebut disebut golongan darah N, dan apabila sesorang yang lain lagi

memiliki kedua antigen tersebut (MN) maka orang tersebut bergolongan darah

MN.

Di dalam eritrosit, antigen M dan N dikendalikan oleh sebuah gen yang

memiliki alela ganda, yaitu alela LM yang mengendalikan antigen M dan alela LN

yang mengendalikan antigen N. Pada penggolongan darah MN ini tidak terdapat

dominansi antara alela LM dan alela LN, artinya apabila seseorang memiliki kedua

antigen tersebut (M dan N) maka orang itu bergolongan darah MN.

Sistem Rhesus

Setelah sistem ABO, maka sistem Rhesus (Rh) merupakan golongan darah

yang mempunyai makna klinis terpenting. Tidak seperti halnya anti-A dan anti-B

yang selalu ada pada orang normal. Anti Rhesus tidak terdapat daam darah seorang

tanpa rangsangan imunisasi. Antigen utama dalan sistem Rhesus adalah antigen D,

yang mampu merangsang pembentukan antibodi bila eryhtrosit dengan antigen itu

dimasukkan dalam sirkulasi seorang yang tidak mempunyai antigen Rh. Antigen D

terdapat dalam eryhtrosit 85 % orang kulit putih, persentase ini lebih tinggi pada

orang kulit hitam, Indian dan Asia. Hanya 15 % orang kulit putih yang tidak

mempunyai antigen D, tetapi diantara orang-orang ini haya 50-75% akan

membentuk anti-D bila sejumlah besar eryhtrosit dengan antigen D masuk dalam

sirkulasi darahnya. Tidak ada golongan darah lain yang mempunyai potensi

merangsang pembentukan antibodi melebihi potensi yang dimiliki oleh golongan

Rhesus.

Sistem Rhesus Adalah kelompok antigen lain yang diwariskan dalam tubuh

manusia. Sistem ini ditemukan dan diberinama berdasarkan Rhesus monyet.

Antigen RhD adalah antigen terpenting dalam reaksi imunitas tubuh.

a. Jika faktor RhD ditemukan, individu yang memilikinya disebut Rh positif.

Jika faktor tersebut tidak ditemukan maka individunya disebut Rh negatif.

Individu dengan Rh positif lebih banyak dari pada Rh negatif.

b. Sistem ini berbeda dengan golongan ABO di mana individu ber-Rh negatif

tidak memiliki aglutinin anti-Rh dalam plasmanya.

c. Jika seseorang dengan Rh negatif diberikan darah ber-Rh positif maka

aglutininya anti-Rh akan diproduksi. Walau tranfusi awal tidak

membahayakan, pemberian darah Rh positif selanjutnya akan mengakibatkan

aglutinasi sel darah merah donor.

d. Eritoblastosis fetalis atau penyakit hemolisis pada bayi baru lahir,dapat terjadi

setelah kehamialnan pertama ibu ber-Rh negatif dengan janin ber-Rh positif.

1) Pada saat lahir ( atau abortus spontan atau induksi), ibu akan terpapar

beberapa antigen Rh positifjanin sehingga ibu akan terbentuk antibodi untuk

menolak antigen tersebut

2) Jika antibodi lawan faktor Rh telah diproduksi ibu maka pada kehamilan

selanjutnya,antibodi tersebut akan menembus plasenta menuju aliran darah

janin dan menyebabkan hemolisis sel darah merah janin. Bayi yang

mengalaminya akan terlahir dengan anemia

3) Pencegahan. Jika ibu ber-Rh negatif mendapat injeksi antibodi berlawanan

dengan faktor Rh positif dalam waktu 72 jam setelah melahirkan, keguguran

atau setelah abortus janin ber-Rh positif, maka antigen tidak akan teraktivasi.

Ibu tidak akan memproduksi anyibodi lawannya.

Rhesus Positif (Rh+) = memiliki factor Rhesus pada permukaan sel darah

merahnya.

Rhesus Negatif (Rh-) = tidak memiliki factor Rhesus pada permukaan sel darah

merahnya.

Sistem Rhesus terdiri atas bermacam-macam antigen. Orang-orang dengan

eryhtrosit yang mengandung antigen D disebut Rh positif atau Rh (+) sedangkan

mereka yang tidak mempunyai antigen D disebut Rh negatif, tanpa menghiraukan

ada tidaknya jenis antigen sistem Rhesus yang lain. Karena antigen D merupakan

yang paling mudah merangsang pembentukan antibodi maka antigen D lah yang

pertama-tama harus dicari.Antigen lain. Tidak setiap orang Rhesus negatif yang

terpapar pada sel Rh positif membentuk anti-D. Imunisasi lebih sering terjadi

karena transfusi daripada akibat kehamilan, karena pada transfusi sel eryhtrosit Rh-

positif yang masuk lebih banyak. Sekitar 20% ibu Rhesus negatif membentuk anti-

D setelah mengandung janin Rh-positif, sedangkan pada transfusi pembentukan

anti-D dapat terjadi pada 50-70% penderita yang ditransfusi dengan eryhtrosit Rh

positif.

Anti-Rh yang dibentuk pada umumnya adalah kelas IgG. Mula-mula

dibentuk IgM tetapi biasanya IgM menghilang beberapa bulan atau tahun setelah

imunisasi, sedangkan IgG dapat menetap seumur hidup. Anti Rh jarang

mengaktifkan komplemen. Dampak biologis anti Rh umumnya melapisi eryhtrosit

dan menyebabkan penghancuran eryhtrosit dalam sistem retikuloendotelial.

Anti Rh dari darah ibu dapat melewati plasenta dan masuk kedalam

sirkulasi janin. Dahulu anti-D merupakan penyebab utama penyakit hemolitik pada

bayi baru lahir (HDN ; Hemolytic disease of the newborn). Terapi imunosupresif

dapat mencegah pembentukan antibodi pada ibu Rh-negatif, segera setelah

melahirkan bayi Rh-positif. Wanita yang memiliki anti-D dalam darahnya pada

awal kehamilan kemungkinan besar akan melahirkan bayi dengan penyakit HDN.

Seringkali sumsum tulang janin mengadakan respons dengan meningkatkan

produksi eryhtrosit untuk mempertahankan kadar hemoglobin dan menghindarkan

anemia. Peningkatan eryhtropoesis menyebabkan penglepasan sel-sel kedalam

sirkulasi terlalu dini sehingga dijumpai banyak eryhtrosit berinti dalam darah tepi.

Nama lain untuk HDN adalah Erythroblastosis fetalis, nama ini menunjukkan

adanya eryhtrosit berinti dalam sirkulasi. Janin dengan HDN yang berat dapat

meninggal karena gagal jantung kongestif pada saat hampir lahir.

Adanya antigen Rh di dalamdarah dikendalikan oleh gen IRh, yang

dominanterhadap Irh. Sehingga genotif orang menurut sistem Rh ini dapat

dibedakan atas :

Seorang ibu yang Rh+ mengandung embrio bergolongan Rh- atau Rh+,

kemungkinan anaknya akan lahir dengan selamat, dalam arti tidak terjadi gangguan

darah karena faktor Rh, tetapi pada ibu yang bergolongan darah Rh- :

bila mengandung embrio Rh-, embrio tidak akan mengalami gangguan apapun

dan mungkin lahir dengan selamat

bila mengandung embrio Rh+, kemungkinan kandungan pertama akan lahir

dengan selamat, artinya tidak mengalami gangguan karena sistem Rh ini.

Tetapi pada waktu bayi ini lahir dalam rahim ibu kemungkinan akan tertinggal

antigen Rh yang dapat ikut peredaran darah ibu, sehingga dalam tubuh ibu

akan terbentuk zat anti Rh.

Apabila bayi bergolongan Rh+ berada dalam kandungan ibu bergolongan

RH-, dimana darah ibu sudah terbentuk zat anti Rh+, maka tubuh bayi akan

kemasukan zat anti Rh+, dan anak itu akan menderita penyakit kuning atau anemia

berat sejak lahir yang disebut erythroblastosis foetalis (sel darah merahnya tidak

dapat dewasa) yang ditandai dengan :

tubuh menggembung oleh cairan

hati dan limpha membengkak

dalam darah banyak erithroblast (eritrosit yang belum masak yang dya

ikatanya terhadap oksigen berkurang )

kulit berwarna kuning keemasan

Hal ini dapat terjadi karena zat anti Rh dari ibu masuk ke sistem peredaran

darahanak, sehingga zat anti Rh tersebut bertemu dengan antigen Rh. Bayi

yangmengalami gangguan ini biasanya tidak berumur panjang. Tetapi kondisi ini

sekarang dapat ditolong dengan jalan mengganti seluruh darahnya dengan

darahyang normal.

Reaksi silang perlu dilakukan sebelum melakukan transfusi darah untuk

melihat apakah darah penderita sesuai dengan darah donor. Mayor crossmatch

adalah serum penerima dicampur dengan sel donor dan Minor Crossmatch adalah

serum donor dicampur dengan sel penerima. Jika golongan darah ABO penerima

dan donor sama, baik mayor maupun minor test tidak bereaksi. Jika berlainan

umpamanya donor golongan darah O dan penerima golongan darah A maka pada

test minor akan terjadi aglutinasi.

Mayor Crossmatch merupakan tindakan terakhir untuk melindungi

keselamatan penerima darah dan sebaiknya dilakukan demikian sehingga Complete

Antibodies maupun incomplete Antibodies dapat ditemukan dengan cara tabung

saja. Cara dengan objek glass kurang menjaminkan hasil percobaan. Reaksi silang

yang dilakukan hanya pada suhu kamar saja tidak dapat mengesampingkan

aglutinin Rh yang hanya bereaksi pada suhu 37O C. Lagi pula untuk menentukan

anti Rh sebaiknya digunakan cara Crossmatch dengan high protein methode. Ada

beberapa cara untuk menentukan reaksi silang yaitu reaksi silang dalam larutan

garam faal dan reaksi silang pada objek glass.

F. Alat dan Bahan :

Alat :

Bahan :

1. Sampel darah vena (suspensi eritrosit 10% X dan serum Y)

2. Suspense eritrosit A, B dan O

3. Reagen Anti-A Serum, Anti-B serum, dan Anti-AB serum

4. Larutan NaCl fisiologis (0,85%)

5. Alkohol

G. Cara Kerja :

A. Pembuatan Suspensi Eritrosit

B. ABO Tube

C. Rhesus Tube

Skema Pemeriksaan Gol Darah ABO + Rhesus

D. Interpretasi Hasil :

a. Interpretasi Hasil Pengamatan Metoda Tube

Tabung

1

Tabung

2

Tabung

3

Tabung

4

Tabung

5

Tabung

6

Tabung

7

Gol.

Darah

- - - + + - - O

+ - + - + - - A

- + + + - - - B

+ + + - - - - AB

b. Interpretasi Hasil Pengamatan Rhesus

Golongan Darah

Tabung 8Anti D/Rh

Tabung 9Bovine Albumin 22%

Rh + + -

Rh - - -

Grade Aglutinasi

(+4) : Semua sedimen bersatu, cairan jernih.

(+3) : Sedimen terpecah 3-4 segmen, cairan jernih.

(+2) : gumpalan lebih banyak dan asar, cairan agak keruh.

(+1) : gumpalan sangat banyak dan halus, cairan keruh tampak berwarna kemerah-

merahan

(±) : Sepintas masih terlihat seperti gumpalan halus dengan cairan keruh.

Aglutinasi jelas Mikroskopis.

E. Hasil Pengamatan :

a. Pengamatan pemeriksaan golongan darah ABO

Tabung 1 Tabung 2 Tabung 3 Tabung 4

(-)(-) (-)

(+)

Tabung 5 Tabung 6 Tabung 7 Tabung 4

(+)

(-) (-)

O

b. Pengamatan pemeriksaan golongan darah Rhesus

Tabung 1 Tabung 2 Golongan Darah

(+)

(-)

Rh. +

F. Bahan Diskusi :

1. Sebutkan fungsi reaksi kontrol dan auto control pada metoda tube ini?

Jawab :

- Kontrol berfungsi sebagai pembanding hasil pemeriksaan terhadap

reagen

- Auto control berfungsi sebagai pembanding hasil pemeriksaan

terhadap sampel.

2. Manakah yang lebih baik diantara kedua metoda pemeriksaan golongan darah

ABO dan Rhesus yang sudah dipraktekan? Alasannya?

Jawab : Dari kedua pemeriksaan golongan darah ABO dan Rhesus yang telah

dilakukan yang lebih baik adalah pemeriksaan golongan darah dengan

metode tube (tabung) karena dengan metode tube ini pemeriksaannya

lebih sensitif sehingga bila terjadi aglutinasi lemah masih dapat terbaca

hanya saja membutuhkan waktu pemeriksaan yang cukup lama,

sedangkan pada metode slide kurang sensitif sehingga apabila terjadi

aglutinasi lemah tidak dapat terbaca dengan metode ini.

3. Apa yang dimaksud dengan DU varian dalam golongan darah rhesus?

Jawab : Indikasi awal pada saat pemeriksaan apabila serum coombs tidak

menggumpal maka darah tersebut memiliki Rhesus Negatif (-) dengan DU varian

dan bila tidak menggumpal, maka darah tersebut memiliki Rhesus negatif tanpa

DU.

G. Pembahasan :

H. Kesimpulan :

Daftar Pustaka

Subagja, Aryo. 2013. Pemeriksaan Golongan darah ABO dan Rhesus Metode Tube.

[ONLINE] Tersedia : http://dokumen.tips/documents/pembahasan-utd-3-

docx.html.

Bintari, Novita.D 2013. Pemeriksaan Golongan Darah. [ONLINE] Tersedia : http://www.

slideshare.net/NovitaDBintari/px-goldarah-4