penuntun praktikum patologi klinik...faal hemostasis (bt, ct, tc) 20 ii. praktikum perbankan darah...

52
PENUNTUN PRAKTIKUM PATOLOGI KLINIK Oleh : Dr.dr.A.A. Ngurah Subawa,MSi DGD. Diah Dharma Santi,SSi.Apt.,M.Kes BAGIAN PATOLOGI KLINIK PROGRAM STUDI PENDIDIKAN DOKTER FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS UDAYANA 2016

Upload: others

Post on 22-Aug-2021

15 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: PENUNTUN PRAKTIKUM PATOLOGI KLINIK...Faal hemostasis (BT, CT, TC) 20 II. Praktikum Perbankan Darah 1. Pemeriksaan golongan darah Sistem ABO 25 Sistem Rhesus 27 III. Praktikum Urinalisis

PENUNTUN PRAKTIKUM PATOLOGI KLINIK

Oleh :

Dr.dr.A.A. Ngurah Subawa,MSi DGD. Diah Dharma Santi,SSi.Apt.,M.Kes

BAGIAN PATOLOGI KLINIK PROGRAM STUDI PENDIDIKAN DOKTER

FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS UDAYANA

2016

Page 2: PENUNTUN PRAKTIKUM PATOLOGI KLINIK...Faal hemostasis (BT, CT, TC) 20 II. Praktikum Perbankan Darah 1. Pemeriksaan golongan darah Sistem ABO 25 Sistem Rhesus 27 III. Praktikum Urinalisis

PENDAHULUAN

Diktat ini ditulis untuk para mahasiswa kedokteran, sebagai

penuntun untuk melakukan pekerjaan di Laboratorium Patologi Klinik

Disamping itu juga diuraikan beberapa problem yang

berhubungan dengan prosedur pengambilan sampel darah vena yang

akan diperiksa, alat-alat dan reagen yang digunakan, prosedur

pemeriksaan yang dilakukan, serta rentang nilai rujukaan.

Pemeriksaan-pemeriksaan pada diktat ini dipilih pemeriksaan-

pemeriksaan sederhana yang cukup baik sehingga diharapkan hasilnya

dapat dipertanggung jawabkan serta tidak memerlukan alat-alat yang

mahal. Dengan demikian dapat dilaksanakan pada laboratorium yang

sederhana.

Denpasar, Juli 2016

Penulis

Page 3: PENUNTUN PRAKTIKUM PATOLOGI KLINIK...Faal hemostasis (BT, CT, TC) 20 II. Praktikum Perbankan Darah 1. Pemeriksaan golongan darah Sistem ABO 25 Sistem Rhesus 27 III. Praktikum Urinalisis

DAFTAR ISI

Kata Pengantar

I. Praktikum Hematologi

1. Blood sampling 1

2. Pemeriksaan kadar Hb 6

3. Penghitungan jumlah sel darah 9

4. PCV 10

5. LED 11

6. Hapusan darah tepi 13

7. Hitung jenis 15

8. Faal hemostasis (BT, CT, TC) 20

II. Praktikum Perbankan Darah

1. Pemeriksaan golongan darah

Sistem ABO 25

Sistem Rhesus 27

III. Praktikum Urinalisis

1. Pemeriksaan fisis 30

2. Pemeriksaan khemis 35

Glukosa 40

Pemeriksaan sedimen 45

IV. Pemeriksaan Darah Samar 49

Daftar Pustaka

Page 4: PENUNTUN PRAKTIKUM PATOLOGI KLINIK...Faal hemostasis (BT, CT, TC) 20 II. Praktikum Perbankan Darah 1. Pemeriksaan golongan darah Sistem ABO 25 Sistem Rhesus 27 III. Praktikum Urinalisis

PENGAMBILAN SAMPEL DARAH KAPILER DAN VENA

UNTUK PEMERIKSAAN LABORATORIUM

PENGAMBILAN SAMPEL DARAH

(Blood Sampling)

Untuk kebutuhan pemeriksaan hematologik, sampel darah dapat

diperoleh melalui 2 cara yaitu:

1) Cara Langsung

Biasanya untuk pemeriksaan Faal hemostasis

2) Cara Tidak Langsung

Melihat dari jumlah sampel darah yang dibutuhkan untuk

pemeriksaan, lokasi pengambilan dapat dibedakan menjadi 2, yaitu:

1) Bila jumlah sampel darah yang dibutuhkan sedikit maka

sampel darah diambil dari pembuluh darah kapiler.

2) Bila jumlah sampel darah yang dibutuhkan > 0,5 ml maka,

sampel darah diambil dari pembuluh darah vena.

PENGAMBILAN SAMPEL DARAH KAPILER

Lokasi

Lokasi pengambilan yang dipilih untuk maksud ini adalah:

Ujung jari tangan (3 atau 4)

Cuping daun telinga

Ibu jari kaki atau tumit (pada bayi)

Alat-Alat

Alat yang dipakai untuk melakukan tusukan disebut blood

lancet.

Bentuknya bermacam-macam, tetapi yang terbaik tentunya

disposible lancet (lancet sekali pakai). Alat ini harus steril dan

tajam serta daya tusuknya mempunyai kedalaman tertentu (

3 mm).

Perhatikan gambar blood lancet dibawah ini.

Hal-Hal yang perlu diperhatikan

Page 5: PENUNTUN PRAKTIKUM PATOLOGI KLINIK...Faal hemostasis (BT, CT, TC) 20 II. Praktikum Perbankan Darah 1. Pemeriksaan golongan darah Sistem ABO 25 Sistem Rhesus 27 III. Praktikum Urinalisis

Sebelum melakukan penusukan, keadaan setempat perlu

diperhatikan dengan seksama terhadap adanya,

Bekas-bekas luka (cicatrix)

Tanda-tanda peradangan

Dermatitis atau edema, dll.

Keadaan ini merupakan indikasi kontra untuk pengambilan

di tempat itu. Juga perlu diperhatikan keadaan tangan

penderita yang pucat, sianosis perlu dipijat-pijat dahulu

dan digosok-gosok atau direndam di dalam air hangat agar

peredaran darahnya menjadi lancar/lebih baik

Penusukan pada ujung jari sebaiknya dilakukan pada

tepinya, oleh karena di daerah ini persyarafan sedikit

sehingga rasa nyeri berkurang.

Penusukan pada cuping daun telinga pada umumnya tidak

begitu nyeri dibandingkan dengan penusukan pada ujung

jari dan penusukan harus dilakukan pada tepinya juga.

Bahwa perdarahan bila terjadi di daerah cuping daun telinga

sulit dihentikan.

Oleh karena itu bila sudah diduga pasien menderita

penyakit gangguan perdarahan, sebaiknya penudukan tidak

dilakukan di cuping daun telinga.

Apabila pasien yang akan “dikerjain” takut, berilah

penjelasan sebelumnya tentang apa yang akan dilakukan

dan manfaatnya, sehingga pasien menjadi kooperatif.

Prosedur Kerja

1) Tempat yang akan ditusuk harus didesinfeksi dahulu

dengan alkohol 70% atau desinfektan lainnya, lalu biarkan

kering.

2) Kulit setempat ditegangkan dengan memijat antara dua jari.

3) Lakukan penusukan. Penusukan hendaknya dilakukan

dengan cepat tetapi tepat, sehingga terjadi luka yang

dalamnya sekitar 3 mm.

4) Tetesan darah pertama hapus dengan kapas kering dan

bersih, karena darah ini sangat mungkin masih bercampur

dengan alkohol.

5) Gunakanlah tetesan darah berikutnya sebagai sampel darah

untuk pemeriksaan.

Page 6: PENUNTUN PRAKTIKUM PATOLOGI KLINIK...Faal hemostasis (BT, CT, TC) 20 II. Praktikum Perbankan Darah 1. Pemeriksaan golongan darah Sistem ABO 25 Sistem Rhesus 27 III. Praktikum Urinalisis

Kendala

Apabila kulit disekitarnya tidak kering (basah oleh alkohol

atau keringat) maka, pengambilan sampel darah akan

menjadi sulit oleh karena darah segera akan menyebar dan

sampel darah ini tidak boleh dipakai, oleh karena sudah

tercampur bahan-bahan lain.

Apabila di tempat penusukan tidak baik atau penusukan

kurang dalam maka, darah yang keluar kurang lancar.

Usaha melancarkan keluarnya darah melalui pemijatan

tidak dibenarkan oleh karena sampel darah yang didapat

sudah bercampur dengan cairan jaringan, sehingga terjadi

pengenceran akibatnya pada pemeriksaan seperti

pengukuran kadar Hb ataupun penghitungan jumlah sel

darah akan didapat hasil yang lebih rendah.

PENGAMBILAN SAMPEL DARAH VENA

Teknik pengambilan sampel darah sebenarnya tidak sukar, tetapi

bahaya yang ditimbulkannya jauh lebih besar dibandingkan

dengan pengambilan sampel darah kapiler, apabila tidak

dikerjakan dengan cermat dan hati-hati.

Lokasi

Pada umumnya semua vena yang cukup besar dan lokasinya

superficial (dipermukaan) dapat digunakan untuk pengambilan

sampel darah.

Tetapi pada prakteknya yang sering digunakan adalah vena di

daerah fossa cubiti terutama vena mediana cubiti.

Pada anak-anak yang kecil atau bayi, kalau perlu maka sampel

darah dapat diambil dari vena jugularis externa, vena femoralis,

dan bahkan dari sinus sagitalis superior.

Alat-Alat

1) Syringe (semprit dan jarum)

Semprit, harus bersih, dan kering. Syarat steril tidak

mutlak kecuali, sampel darah untuk biakan. Besarnya

Page 7: PENUNTUN PRAKTIKUM PATOLOGI KLINIK...Faal hemostasis (BT, CT, TC) 20 II. Praktikum Perbankan Darah 1. Pemeriksaan golongan darah Sistem ABO 25 Sistem Rhesus 27 III. Praktikum Urinalisis

semprit tergantung pada jumlah sampel darah yang

dibutuhkan.

Jarum yang digunakan pada umumnya adalah jarum

NO. 2 (ukuran Eropa) atau Gage 18-21 (ukuran USA).

Pada anak-anak yang kecil dan bayi dapat digunakan

jarum yang lebih kecil (wing needle – jarum bersayap)

oleh karena kecilnya vena pada anak-anak atau bayi

tersebut.

Pada saai ini sudah banyak dijumpai disposible spuit

yang bersih, kering, dan steril yang hanya sekali pakai.

Juga ada alat yang disebut vacutainer, yaitu alat

pengambilan sampel darah yang berupa tabung dengan

tutup karet dimana ruang di dalam tabung hampa udara.

2) Torniquete (pembendung)

Torniquete dapat diganti dengan alat lain seperti slang

plastik (bekas infus), yang penting fungsinya sebagai alat

pembendung.

3) Botol (tempat penampung Sampel Darah)

Syarat, botol harus bersih, kering, dan mempunyai tutup.

Volume botol tidak boleh terlalu besar untuk jumlah

sampel darah yang akan ditampung.

Botol diisi antikoagulan atau tidak, tergantung

kebutuhan jenis pemeriksaan, tetapi antara botol yang

berisi antikoagulan dan tidak harus dipisahkan.

Hal-Hal yang perlu diperhatikan

Amatilah dengan seksama tempat dimana akan dilakukan

pengambilan sampel darah. Usahakan vena yang akan

dipakai cukup besar, letaknya dipermukaan, dan terfiksasi

baik.

Pada orang yang gemuk lokasi vena agak dalam.

Lakukanlah palpasi dengan seksama tentang lokasi

venanya.

Vena yang kecil (tampak seperti garis berwarna biru) pada

umumnya sulit dipakai.

Untuk memudahkan pengambilan dapat dilakukan

pembendungan di daerah proksimal dari vena yang akan

dipakai dan juga suruh pasien untuk mengepalkan

Page 8: PENUNTUN PRAKTIKUM PATOLOGI KLINIK...Faal hemostasis (BT, CT, TC) 20 II. Praktikum Perbankan Darah 1. Pemeriksaan golongan darah Sistem ABO 25 Sistem Rhesus 27 III. Praktikum Urinalisis

tangannya. Pembendungan tidak boleh terlalu lama oleh

karena akan terjadi hemokonsentrasi.

Bila lokasi vena tidak jelas, jangan sekali-kali melakukan

penusukan dengan coba-coba. Demikian juga terhadap

pasien yang takut harus diadakan pendekatan terlebih

dahulu.

Semprit yang dipakai sebelum menyuntikkan jarumnya

harus diperhatikan bahwa torak semprit harus betul-betul

berhimpit pada ujungnya depannya (tidak boleh ada udara),

jarum kedudukannya kuat.

Prosedur Kerja

1) Torniquete dipasang pada lengan atas pasien.

2) Sekitar daerah vena yang akan ditusuk didesinfeksi

dengan alkohol 70% atau desinfektan lainnya, lalu

biarkan kering.

3) Vena difiksasi dengan menegangkan kulit pada bagian

distal dari vena tersebut dengan pertolongan ibu jari kiri.

4) Dengan lubang jarum menghadap ke atas, vena

ditusukkan pelan-pelan. Bila ujung jarum telah masuk ke

dalam vena, maka akan dirasakan tekanan yang tiba-tiba

berkurang. Vena yang besar dapat langsung, sedangkan

vena yang agak kecil lebih baik jarum dimasukkan dahulu

diantara kulit dan vena lalu baru menembus vena.

5) Bila berhasil segera akan terlihat darah memasuki semprit

dan pengambilan dilanjutkan denganmenarik toraknya

pelan-pelan sampai didapatkan jumlah darah yang

diinginkan.

6) Torniquete dilepas.

7) Sepotong kapas steril ditempelkan pada luka tempat

penusukan, lalu jarum dikeluarkan pelan-pelan.

8) Pasien diminta untuk meneruskan menekan sepotong

kapas tadi selama 1 – 2 menit sambil mengangkat

lengannya ke atas.

9) Jarum dilepaskan dari semprit lalu sampel darah

dimasukkan pelan-pelan ke dalam botol yang telah

disediakan supaya tidak timbul buih. Sebaiknya darah

dialirkan melalui dinding botol waktu menuangnya.

Page 9: PENUNTUN PRAKTIKUM PATOLOGI KLINIK...Faal hemostasis (BT, CT, TC) 20 II. Praktikum Perbankan Darah 1. Pemeriksaan golongan darah Sistem ABO 25 Sistem Rhesus 27 III. Praktikum Urinalisis

10) Bila menggunakan antikoagulan maka segera botol

penampung dikocok pelan-pelan supaya darah bercampur

baik dengan antikoagulan.

PRAKTIKUM I (HEMATOLOGI-1)

(Hemoglobin, Hitung Jumlah Eritrosit, PCV)

1. MENGUKUR KADAR HEMOGLOBIN (Hb)

(Hemoglobinometri Cara Sahli)

A. Prinsip

Hemoglobin (Hb) darah dengan HCl 0,1N akan berubah menjadi

asam hematin.

Kemudian kadar asam hematin ini diukur dengan

membandingkan warnanya dengan warna standar secara visual.

B. ALAT-ALAT & REAGEN

1. Hemometer Sahli-Adams, terdiri dari

Warna standar

Tabung hemometer dengan skala dalam g% dan % dari

normal

Pipet Sahli yang mempunyai volume 20 cmm

Pengaduk dari glas

2. Pipet

3. Larutan HCl 0,1N

4. Aquades

C. PROSEDUR KERJA

1) Tabung hemometer diisi dengan larutan HCl 0,1N sampai tanda

2 g%.

2) Sampel darah dihisap dengan pipet Sahli sampai tanda 20

cmm.

3) Bagian ujung luar pipet dibersihkan dengan kertas saring.

4) Darah segera ditiup dengan hati-hati ke dalam larutan Hcl 0,1N

dalam tabung hemometer tanpa menimbulkan gelembung

udara.

5) Pipet dibilas dengan cara meniup dan menghisap HCl 0,1N

yang ada dalam tabung hemometer beberapa kali. Juga bagian

luar pipet Sahli dibilas beberapa kali dengan beberapa tetes

larutan HCl 0,1N atau aquades.

Page 10: PENUNTUN PRAKTIKUM PATOLOGI KLINIK...Faal hemostasis (BT, CT, TC) 20 II. Praktikum Perbankan Darah 1. Pemeriksaan golongan darah Sistem ABO 25 Sistem Rhesus 27 III. Praktikum Urinalisis

6) Tunggu 10 menit, memberi kesempatan terbentuknya asam

hematin (95%).

7) Asam hematin ini kemudian diencerkan dengan aquades tetes

demi tetes sambil diaduk sampai didapatkan warna yang

warna standard.

8) Meniskus larutan dibaca dan dinyatakan dalam g% (g/dl).

D. NILAI RUJUKAN

♂ Laki-laki : 13,5 – 18,0 g/dl

♀ Perempuan : 12,0 – 16,0 g/dl

2. MENGHITUNG JUMLAH SEL DARAH

(Eritrosit, Leukosit, Trombosit)

A. Prinsip

Darah diencerkan serta diwarna dengan larutan tertentu, lalu sel-

sel darah dihitung dalam kamar hitung dibawah mikroskop.

B. Alat-Alat & Reagen

1. Hemocytometer dengan pipet pengencer Thoma

( skala E : 0,5 – 101; L : 0,5 – 11; T : 0,5 – 101 )

2. Mikroskop

( Objective : E : 45X; L : 10X; T : 45X )

3. Reagen

Eritrosit : Larutan Hayem dengan komposisi sebagai berikut,

HgCl2 ……….…………………………. 0,25

NaCl …………………………………… 0,50

NaSO4 …………………………………. 2,50

Aquades ad …………………………. 100 ml

Leukosit : Larutan Turk dengan komposisi sebagai berikut,

Glacial acetic acid ………..…………….. 3 ml

Gentian violet 1% (w/v) ……………….. 1 ml

Aquades …………………………….... 100 ml

Trombosit : Larutan Rees Ecker dengan komposisi sebagai

berikut,

Sodium citrat …………………………. 38 g

Brillian crecyl blue ……………………. 1 g

Page 11: PENUNTUN PRAKTIKUM PATOLOGI KLINIK...Faal hemostasis (BT, CT, TC) 20 II. Praktikum Perbankan Darah 1. Pemeriksaan golongan darah Sistem ABO 25 Sistem Rhesus 27 III. Praktikum Urinalisis

Aquades ………………………….... 1.000 ml

C. Prosedur Kerja

1) Kamar hitung Improved Neubauer disiapkan di bawah

mikrosop dan ditutup dengan glas penutup.

2) Hisap sampel darah dengan pipet pengencer Thoma tanda

0,5 (E, L, T), kemudian disusul dengan larutan pengencer,

larutan Hayem sampai dengan tanda 101 (E),

larutan Turk sampai dengan tanda 11 (L),

larutan Rees Ecker sampai dengan tanda 101 (T).

3) Kocok pipet pengencer (dengan membentuk angka 8).

4) Tiga tetes pertama dibuang, kemudian kamar hitung diisi

dengan tetesan beri-kutnya secukupnya.

5) Biarkan beberapa menit agar sel mengendap.

6) Lakukan penghitungan sel dalam kamar hitung 4 persegi pada

kotak-kotak dengan kode,

ABCDE : Eritrosit

1,2,3,4 : Lekosit, : Trombosit (lihat gambar !)

7) Jumlah Eritrosit = 10.000 N/cmm

Jumlah Leukosit = 50 N/cmm

Jumlah Trombosit = 500 N/cmm

D. Nilai Rujukan

ERITROSIT

( X 106/ul )

LEUKOSIT

( X 103/ul )

TROMBOSIT

( X 103/ul )

♂ ♀ ♂ ♀ ♂ ♀

4,6 – 6,2 4,2 – 5,4 4,5 –

11,0

150 –

440

3. MENGUKUR KADAR HEMATOKRIT (Hct)

= Packed Cell Volume (PCV)

A. Prinsip

Eritrosit dimampatkan dengan alat pemusing (microhematocrit

centrifuge), kemudian eritrosit yang sudah mampat dibaca pada

chart.

Page 12: PENUNTUN PRAKTIKUM PATOLOGI KLINIK...Faal hemostasis (BT, CT, TC) 20 II. Praktikum Perbankan Darah 1. Pemeriksaan golongan darah Sistem ABO 25 Sistem Rhesus 27 III. Praktikum Urinalisis

B. Alat-Alat & Reagen

1. Heparinized microhematocrit tube

2. Microhematocrit centrifuge

3. Seal (malam)

4. Chart

C. Prosedur Kerja

1) Tabung microHct diisi dengan sampel darah sebanyak 2/3

bagian.

2) Salah satu ujung (yang tertutup darah) diseal.

3) Tempatkan tabung microHct tadi pada microHct centrifuge.

( Perhtaikan : ujung pipet kapiler yang diseal menghadap ke

luar)

4) Pusingkan selama 5 menit, dengan kecepatan 20.000 rpm.

5) Hasilnya dibaca pada chart.

D. Nilai Rujukan

♂ Laki-laki : 40 - 50%

♀ Perempuan : 38 – 47%

Page 13: PENUNTUN PRAKTIKUM PATOLOGI KLINIK...Faal hemostasis (BT, CT, TC) 20 II. Praktikum Perbankan Darah 1. Pemeriksaan golongan darah Sistem ABO 25 Sistem Rhesus 27 III. Praktikum Urinalisis

Gambar Chart dan Cara Pembacaan

AB = tinggi plasma

BC = tinggi sel darah yang dimampatkan

CD = tinggi seal

Hct/PCV yang terbaca disini adalah : 42%

100 .

90 .

80 .

70 .

60 .

50 .

40 .

30 .

20 .

10 .

0 .

A

D C

B

Page 14: PENUNTUN PRAKTIKUM PATOLOGI KLINIK...Faal hemostasis (BT, CT, TC) 20 II. Praktikum Perbankan Darah 1. Pemeriksaan golongan darah Sistem ABO 25 Sistem Rhesus 27 III. Praktikum Urinalisis

PRAKTIKUM II (HEMATOLOGI-2)

(Leukosit, LED)

1. MENGUKUR LAJU ENDAP DARAH (LED) Cara Westergreen

(Erythrocyte Sedimentation Rate = ESR)

(Blood Bezinking Znelheid = BBS)

A. Prinsip

Sampel darah dengan antikoagulan dimasukkan ke dalam tabung

khusus beskala dan diletakkan tegak lurus, maka eritrosit akan

mengendap.

Pengendapan ini diukur pada 1 jam dan 2 jam berikutnya.

B. Alat-Alat & Reagen

1. Pipet Westergreen

Panjang : 300 mm Garis tengah : 2,5 mm

Skala : 0 s.d. 200 Isi tabung : 1 ml

2. Tabung Westergreen

3. Rak westergreen

4. Antikoagulan

Na Citrat 3,8% : 0,2 ml untuk tiap 0,8 ml darah

EDTA : 1 mg untuk tiap 1 ml darah

Perlu diencerkan dengan NaCl 0,9%

(4 volume darah : 1 volume NaCl 0,9%)

C. Prosedur Kerja

1) Pipet NaCl 0,9% dengan pipet Westergreen sampai skala 150,

kemudian masukkan ke dalam tabung Westergreen.

2) Sampel darah dengan antikoagulan EDTA dihisap dengan pipet

Westergreen yang telah berisi NaCl 0,9% tadi.

3) Campur isi tabung Westergreen dengan cara menyedot dan

meniup bebe-rapa kali sehingga tercampur baik.

4) Campuran larutan dalam tabung Westergreen kemudian

dihisap dengan pipet Westergreen sampai skala 0, kemudian

letakkan pipet Westergreen tegak lurus pada rak Westergreen.

5) Baca tingginya pengendapan pada 1 jam dan 2 jam.

D. Nilai Rujukan

Jam I : 0 – 2 mm

Jam II : 2 – 11 mm

Page 15: PENUNTUN PRAKTIKUM PATOLOGI KLINIK...Faal hemostasis (BT, CT, TC) 20 II. Praktikum Perbankan Darah 1. Pemeriksaan golongan darah Sistem ABO 25 Sistem Rhesus 27 III. Praktikum Urinalisis

PRAKTIKUM III (HEMATOLOGI-3)

(Hitung Jenis Leukosit, Hapusan Darah Tepi)

1. HITUNG JENIS LEUKOSIT

(Differential Count)

A. Prinsip

HJ atau DC adalkah mengidentifikasi dan menghitung jenis

leukosit sekurang-kurangnya 100 sel, dan dinyatakan dalam %.

B. Alat-Alat & Reagen

Hapusan darah Tepi

C. Prosedur Kerja

1. Identifikasi dilakukan di daerah penghitungan (counting area).

2. Identifikasi sel dimulai dari satu sisi bergerak ke sisi lain,

kemudian kembali ke sisi semula dengan arah zigzag berjarak

3 lapangan pandang (lihat gambar-1 !).

3. Untuk memudahkan penghitungan, maka buatlah kotak-kotak

sebagai berikut (lihat gambar-2 !).

4. Jenis leukosit yang mula-mula terlihat dimasukkan dari kolom-

1, bila jumlah sel sudah 10 pindah ke kolom-2.

5. Tiap kolom mengandung 10 sel yang sudah diidentifikasi, dan

bila ke 10 kolom sudah terisi berarti sudah 100 lekosit yang

diidentifikasi dan dihitung.

D. Nilai Rujukan

Eosinofil / Basofil / Stab / Segmen / Limfosit /

Monosit

1 – 4% / 0 – 1%/ 2 – 5%/ 36 – 66% / 22 – 40% / 4 – 8%

Gambar-1

Page 16: PENUNTUN PRAKTIKUM PATOLOGI KLINIK...Faal hemostasis (BT, CT, TC) 20 II. Praktikum Perbankan Darah 1. Pemeriksaan golongan darah Sistem ABO 25 Sistem Rhesus 27 III. Praktikum Urinalisis

Gambar-2

K O L O M

Jenis

Leuko

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 Jml

TTL

Eos I

Baso -

Stab I

Seg IIII DS

T

Limfo II

Mono I

Jml

TTL

10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 100

2. HAPUSAN DARAH TEPI (HDT)

A. Prinsip

Setetes darah dipaparkan di atas sebuah glas objek, kemudian

dilakukan pewarnaan, dan selanjutnya di evaluasi.

B. Alat-Alat & Reagen

1. Glas Objek

Glas objek harus bersih, kering, dan tidak berlemak.

Permukaannya harus rata dan licin bila kotor harus dicuci

dahulu dengan sabun atau alkohol, lalu dikeringkan dengan

kain atau kapas yang kering dan bersih.

2. Glas Penghapus

Dapat dibuat dari glas objek dengan menghilangkan sudut-

sudutnya. Tepinya harus rata dan bersih.

C. Prosedur Kerja

1) Teteskan satu tetes sampel darah pada salah satu ujung objek

glas.

2) Peganglah glas penghapus sedemikian rupa sehingga sampel

darah berada pada sudut antara glas objek dan glas penghapus

(sudut 30O-45O)

Page 17: PENUNTUN PRAKTIKUM PATOLOGI KLINIK...Faal hemostasis (BT, CT, TC) 20 II. Praktikum Perbankan Darah 1. Pemeriksaan golongan darah Sistem ABO 25 Sistem Rhesus 27 III. Praktikum Urinalisis

3) Hapuskan glas penghapus ke arah tetesan darah sehingga

menyentuhnya dan tetesan darah tadi akan merata antara

antara ujung glas penghapus dan objek.

4) Geserlah glas penghapus sedemikian rupa ke arah yang

bertentangan dengan arah pertama. Dengan demikian tetesan

darah tadi akan merata di atas glas objek sebagai lapisan yang

tipis.

5) Hapusan ini segera dikeringkan dengan menggerak-

gerakkannya di udara atau dapat dipakai kipas angin, tetapi

jangan ditiup dengan hembusan nafas.

6) Tebalnya lapisan darah tergantung dari

Besarnya tetesan darah

Cepatnya kita menggeserkan glas penghapus

Sudut antara glas penghapus dengan glas objek

Gerakan yang pelan atau sudut yang lebih kecil dari 30O akan

menghasilkan lapisan darah yang tipis dan sebaliknya

penghapus yang cepat atau sudut yang lebih besar dari 30O

akan menghasilkan lapisan darah yang tebal.

7) Lekosit-lekosit tidak boleh menggerombol dibagian akhir

(feather edge) dari hapusan. Bila ini terjadi maka distribusi dari

macam-macam lekosit tidak representatif. Gerakan yang terlalu

pelan atau glas penghapus yang kotor dapat menyebabkan

kesalahan ini.

8) Mengeringkan hapusan dengan segera penting sekali.

9) Bila tidak maka eritrosit akan mengalami kerusakan (crenation)

dan memudahkan terjadinya bentukan rouleaux (rulo).

D. Pewarnaan HDT

Pewarna yang dapat dipakai banyak macamnya. Biasanya dipakai

salah satu dari pewarna Romanosky (Giemsa, Wright).

Reagen Pewarna

Wright Stain

Pewarna ini mengandung eosin dan methylene blue dengan

pelarut methanol.

Buffer Phosphat pH 6,4

Bufer fosfat ini terdiri dari KH2PO4 dan Na2HPO4

KH2PO4 ……………….... 6,63 g

Na2HPO4 ……………….. 3,20 g

Aquades ad ……………… 1 L

Page 18: PENUNTUN PRAKTIKUM PATOLOGI KLINIK...Faal hemostasis (BT, CT, TC) 20 II. Praktikum Perbankan Darah 1. Pemeriksaan golongan darah Sistem ABO 25 Sistem Rhesus 27 III. Praktikum Urinalisis

Prosedur Kerja Pewarnaan

1) Hapusan yang sudah kering difiksasi dengan meneteskan

pewarna Wright pada hapusan darah sehingga hapusan ini

tertutup seluruhnya.

Waktu fiksasi lebih kurang 2 menit.Penilaian Kualitas HDT

2) Pada hapusan yang baik eritrosit warnanya merah jingga

(red orange) dan leukosit berwarna biru dan intinya ungu.

3) Bila eritrosit berwarna biru, maka ini disebabkan karena

bufer yang terlalu alkalis atau pencucian kurang bersih.

4) Bila inti sel tidak berwarna ungu tetapi biru, ini disebabkan

karena pewarnaan yang kurang.

5) Bila pewarnaan dilakukan terlalu lama, kemudian dicuci

berlebihan, maka inti sel masih terlihat tetapi granula

sitoplasma tidak tampak lagi.

6) Untuk menghindari pengendapan metalic scum pada

hapusan, janganlah memiringkan glas objek untuk

membuang pewarna.

7) Pewarna tersebut harus dihanyutkan dengan menuangkan

aquades yang cukup banyak, sedangkan hapusan tetap

dalam posisi mendatar di atas rak pewarnaan.

8) Waktu fiksasi dan pewarnaan dapat diubah-ubah

tergantung dari kualitas pewarna yang dipakai.

E. Penilaian Kualitas HDT

Penilaian kualitas HDT dilakukan dengan memakai pembesaran

kecil (objective 10X), meliputi:

Lapisan darah harus cukup tipis sehingga eritrosit dan leukosit

jelas terpisah satu dengan lainnya.

Hapusan tidak boleh mengandung endapan warna.

Eritrosit dan leukosit harus diwarna dengan baik.

Leukosit tidak boleh menggerombol pada bagian akhir HDT.

Bila HDT tidak memenuhi syarat-syarat tersebut di atas,

sebaiknya dibuat HDT yang baru, sehingga tidak menyulitkan

waktu dievaluasi.

F. Pemeriksaan HDT

Pemeriksaan HDT terdiri dari,

1) Pemeriksaan dengan pembesaran kecil (Objective 10X)

Penilaian kualitas HDT

Page 19: PENUNTUN PRAKTIKUM PATOLOGI KLINIK...Faal hemostasis (BT, CT, TC) 20 II. Praktikum Perbankan Darah 1. Pemeriksaan golongan darah Sistem ABO 25 Sistem Rhesus 27 III. Praktikum Urinalisis

Penafsiran jumlah leukosit dan eritrosit

Penafsiran hidtung jenis leukosit

Pemeriksaan adanya sel-sel muda dan abnormal

2) Pemeriksaan dengan minyak imersi (objective 100X)

Eritrosit : apakah ada kelainan atau variasi morfologik

Leukosit : Hitung jenis

Mencari kelaianan morfologik

Trombosit : penafsiran jumlah dan morfologinya

Sel-sel abnormal : pemeriksaan morfologik.

EVALUASI HAPUSAN DARAH TEPI

A. Prinsip

Untuk dapat melakukan evaluasi HDT dengan baik, maka ciri-ciri

jenis sel darah harus diketahui dahulu dengan baik (baca diktat

Pengenallan Sel-Sel Darah oleh dr. Tjok. Gede Oka, MS; Album

Hematologi oleh dr. Ida Bagus Djelantik, DSPK).

HDT yang telah memenuhi syarat mula-mula diperiksan dengan,

1) Pembesaran 100X (Objective : 10X)

Penentuan kesan jumlah leukosit.

Lakukan hal ini di daerah penghitungan (counting area)

Bila didapatkan:

20 – 30 leukosit/lp 5.000 leukosit/cmm

40 – 50 leukosit/lp 10.000 leukosit/cmm

Bila kita jumpai sel-sel muda berinti (normoblas) maka

hitunglah berapa sel muda berinti tiap 100 leukosit. Hal

ini diperlukan untuk membuat koreksi terhadap jumlah

leukosit yang didapat dengan memakai kamar hitung.

Cara Koreksi

Jumlah leukosit yang benar = 100/(100 + N) X L

N = Jumlah normoblas/100 leukopsit

L = Jumlah leukosit yang dihitung dengan kamar

hitung

2) Pembesaran 1.000X (Objective : 100 dengan olie emersi)

Eritrosit

Besarnya (cyter)

Warnanya (chromasi)

Sel-sel muda dan sel abnormal

Leukosit

Kesan jumlah leukosit

Page 20: PENUNTUN PRAKTIKUM PATOLOGI KLINIK...Faal hemostasis (BT, CT, TC) 20 II. Praktikum Perbankan Darah 1. Pemeriksaan golongan darah Sistem ABO 25 Sistem Rhesus 27 III. Praktikum Urinalisis

Hitung jenis leukosit

Sel-sel muda dan abnormal

Trombosit

Jumlah trombosit bisa dikira-kira dari HDT.

Jumlah normal pada tiap lapangan pandang ada

beberapa trombosit : 2 – 4/lp

Jumlah dikatakan meningkat, apabila pada tiap

lapangan pandang jumlahnya banyak ( > 15/lp) atau

dalam bentuk menggerombol-gerombol.

Jumlah dikatakan menurun, apabila agak sulit

menemukan trombosit per lapangan pandang.

Pada regenerasi yang aktif dari darah sering dijumpai

trombosit yang besar-besara yang disebut giant

trombosit.

Page 21: PENUNTUN PRAKTIKUM PATOLOGI KLINIK...Faal hemostasis (BT, CT, TC) 20 II. Praktikum Perbankan Darah 1. Pemeriksaan golongan darah Sistem ABO 25 Sistem Rhesus 27 III. Praktikum Urinalisis

TEHNIK HAPUSAN DARAH TEPI

Page 22: PENUNTUN PRAKTIKUM PATOLOGI KLINIK...Faal hemostasis (BT, CT, TC) 20 II. Praktikum Perbankan Darah 1. Pemeriksaan golongan darah Sistem ABO 25 Sistem Rhesus 27 III. Praktikum Urinalisis
Page 23: PENUNTUN PRAKTIKUM PATOLOGI KLINIK...Faal hemostasis (BT, CT, TC) 20 II. Praktikum Perbankan Darah 1. Pemeriksaan golongan darah Sistem ABO 25 Sistem Rhesus 27 III. Praktikum Urinalisis

Gambar jenis leukosit

(Gambar netrofil segmen)

( Gambar limposit)

Page 24: PENUNTUN PRAKTIKUM PATOLOGI KLINIK...Faal hemostasis (BT, CT, TC) 20 II. Praktikum Perbankan Darah 1. Pemeriksaan golongan darah Sistem ABO 25 Sistem Rhesus 27 III. Praktikum Urinalisis

(Gambar eosinofil)

( Gambar basofil)

Page 25: PENUNTUN PRAKTIKUM PATOLOGI KLINIK...Faal hemostasis (BT, CT, TC) 20 II. Praktikum Perbankan Darah 1. Pemeriksaan golongan darah Sistem ABO 25 Sistem Rhesus 27 III. Praktikum Urinalisis

( gambar monosit)

(gambar eritrosit)

Page 26: PENUNTUN PRAKTIKUM PATOLOGI KLINIK...Faal hemostasis (BT, CT, TC) 20 II. Praktikum Perbankan Darah 1. Pemeriksaan golongan darah Sistem ABO 25 Sistem Rhesus 27 III. Praktikum Urinalisis

HAPUSAN DARAH TEPI NORMAL

Page 27: PENUNTUN PRAKTIKUM PATOLOGI KLINIK...Faal hemostasis (BT, CT, TC) 20 II. Praktikum Perbankan Darah 1. Pemeriksaan golongan darah Sistem ABO 25 Sistem Rhesus 27 III. Praktikum Urinalisis

PRAKTIKUM IV. (HEMATOLOGI -4 : faal hemostasis)

(Bleeding Time,Clotting Time,Thrombocyte Count)

1. MASA PERDARAHAN

(Bleeding Time/BT cara Duke)

Masa perdarahan adalah pemeriksaan untuk mengetahui fungsi

pembuluh darah kapiler dan fungsi serta jumlah trombosit.

A. Prinsip

Menghitung waktu dari saat perdarahan pertama tampak

sampai tidak tampak ada bekas darah pada kertas saring.

B. Alat-Alat & Reagen

1. Blood lancet

2. Kertas saring

3. Kapas dan alkohol 70%

4. Stopwatch

C. Prosedur Kerja

1) Desinfeksi cuping daun telinga (CDT) dengan alkohol 70%,

lalu biarkan kering.

2) Tegangkan cuping daun telinga antara ibu jari dan telunjuk

tangan kiri pemeriksa, lalu tusuk dengan blood lancet

bagian tepi bawah CDT.

3) Begitu darah tampak keluar hidupkan stopwatch.

4) Darah yang keluar hampir menetes disentuh dengan kertas

saring tiap 30 detik (hati-hati jangan sampai menyentuh

luka !).

5) Kerjakan hal ini terus sampai perdarahan berhenti (tidak

ada bintik/ bekas darah lagi pada kertas saring).

6) Catat waktunya !

D. Nilai Rujukan

1 – 3 menit

3 – 5 menit ( disebut nilai batas border line )

5 menit (memanjang )

Page 28: PENUNTUN PRAKTIKUM PATOLOGI KLINIK...Faal hemostasis (BT, CT, TC) 20 II. Praktikum Perbankan Darah 1. Pemeriksaan golongan darah Sistem ABO 25 Sistem Rhesus 27 III. Praktikum Urinalisis

E. catatan

Pada keadaan tusukan yang kurang dalam darah bisa tidak

keluar, pada keadaan ini CDT jangan dipijat-pijat, tetapi

ulangi saja percobaan pada telinga yang satunya lagi.

Pada keadaan dimana perdarahan tidak berhenti setelah

waktu berlang-sung 5 menit, maka perdarahan distop secara

aktif dengan cara menekan luka menggunakan kapas kering

terus diplester.

2. MASA PEMBEKUAN

(Clotting Time/CT, Modifikasi cara Lee and White)

Masa pembekuan adalah pemeriksaan untuk mengetahui adanya

kelainan/ defisiensi faktor-faktor pembekuan/koagulasi intrinsik.

A. Prinsip

Menghitung waktu dari saat perdarahan pertama tampak

sampai darah membeku pada tabung ke III.

B. Alat-Alat & Reagen

1. 3 buah tabung reaksi ukuran 8 X 75 mm

2. Semprit dan jarum (steril)

3. Kapas dan lakohol 70%

4. Stopwatch

C. Prosedur Kerja

1) Tentukan dahulu lokasi vena yang akan diambil darahnya

(biasanya v. mediana cubiti).

2) Lakukan pembendungan dengan baik, desinfeksi, fiksasi

vena, lalu tusuklah vena secara langsung.

3) Begitu darah tampak mulai masuk ke dalam semprit,

stopwatch dihidupkan.

4) Ambilah sampel darah secukupnya.

5) Masing-masing tabung (I, II, III) diisi dengan 1,5 ml sampel

darah tadi.

6) Biarkan 4 menit, lalu mulai dari tabung I miring-miringkan

tabung 90O tiap 30 detik, untuk melihat apakah darah

Page 29: PENUNTUN PRAKTIKUM PATOLOGI KLINIK...Faal hemostasis (BT, CT, TC) 20 II. Praktikum Perbankan Darah 1. Pemeriksaan golongan darah Sistem ABO 25 Sistem Rhesus 27 III. Praktikum Urinalisis

sudah beku. Bila sudah beku catat waktunya dan lanjutkan

dengan cara yang sama pada tabung II dan tabung III.

7) Hasil : nilai rata-rata dari ketiga tabung percobaan tadi.

D. Nilai Rujukan

5 - 15 menit

15 menit : memanjang

E. catatan

Bila terjadi pembekuan yang tidak berurutan maka darah pada

tabung yang lebih dahulu hasilnya diabaikan.

3. MENGHITUNG JUMLAH TROMBOSIT

(Thrombocyte Count) Lihat menghitung jumlah sel darah !

Page 30: PENUNTUN PRAKTIKUM PATOLOGI KLINIK...Faal hemostasis (BT, CT, TC) 20 II. Praktikum Perbankan Darah 1. Pemeriksaan golongan darah Sistem ABO 25 Sistem Rhesus 27 III. Praktikum Urinalisis

PRAKTIKUM V (BANK DARAH)

(Penentuan Gol. Darah ABO, Rhesus)

TUGAS :

1) Menentukan golongan darah sendiri

Sistem ABO Cara Langsung

Sistem Rhesus Cara Glas objek (slide test)

2) Menetukan golongan darah SAMPEL X

Sistem ABO

Cara Langsung & Tidak Langsung

3) Reaksi Silang Hanya Fase I

1. PENENTUAN GOLONGAN DARAH SISTEM ABO

A. Prinsip

1) Cara Langsung (cell grouping = cell typing = blood grouping)

Cell Typing adalah, penentuan antigen dengan memakai

antisera yang telah diketahui (Anti-A, Anti-B, dan Anti-AB).

Slide test

Tube test

2) Cara Tidak Langsung (reverse grouping = serum typing)

Serum Typing adalah, penentuan antibodi (aglutinin) dengan

memakai suspensi sel yang telah diketahui (sel-A, sel-B)

Disini juga disertakan penentuan serum dengan sel-O, dan

penentuan serum dengan sel darahnya sendiri (auto control).

Slide test

Tube test

B. ALAT-ALAT & REAGEN

1. Glas objek dan test tube 6. Antisera A, B, dan AB

2. Batang pengaduk (titer >= 1/64)

3. Centrifuge & mikroskop 7. Suspensi sel A,B, dan O

4. Pipet pasteur serta suspensi sel darah

5. Kertas putih, untuk alas yang akan ditentukan

golongannya.

penentuan dengan glas 8. Sampel darah yang akan

diperiksa

objek

Page 31: PENUNTUN PRAKTIKUM PATOLOGI KLINIK...Faal hemostasis (BT, CT, TC) 20 II. Praktikum Perbankan Darah 1. Pemeriksaan golongan darah Sistem ABO 25 Sistem Rhesus 27 III. Praktikum Urinalisis

C. PROSEDUR KERJA (SLIDE TEST)

CARA LANGSUNG CARA TIDAK LANGSUNG GOLONGAN

Anti-A Anti-B Anti-

AB

Sel-B Sel-A Sel-0 AC DARAH

o O o 0 0 0 0

0 0 0 o o o O

Darah Serum

1) Cuci sel 1X dengan salin

2) Buat suspensi sel 5% pro tube test, dan

sel 10% pro slide test dalam salin

3) Pada glas objek I (L) berturut-turut ditetesi dengan antisera A,

B, dan AB. Pada glas objek II (TL) berturut-turut ditetesi

dengan suspensi sel (5-10%) B, A, O, dan untuk auto control

ditetesi dengan suspensi selnya sendiri.

4) Kemudian pada glas objek I berturut-turut masing-masing

ditetesi dengan 1 tetes darah yang akan ditentukan

golongannya.

Pada glas objek II berturut-turut masing-masing ditetesi

dengan serum yang akan ditentukan golongannya.

5) Selanjutnya masing-masing diaduk dengan batang pengaduk

yang ujungnya berbeda, lalu digoyang-goyangkan. Tunggu 2

menit, dan perhatikan adanya aglutinasi.

6) Adanya aglutinasi menunjukkan tes positif dan sebaliknya.

D. INTERPRETASI

CELL TYPING SERUM TYPING

NO. Antisera Suspensi sel 10% Auto

Control

GOL.

DARAH

A B AB B A 0

1 +++ - +++ ++ - - - A

2 - +++ +++ - +++ - - B

3 +++ +++ +++ - - - - AB

4 - - - +++ +++ - - 0

Att.

5

+ - ++ ++ -/+ - - A2*

Page 32: PENUNTUN PRAKTIKUM PATOLOGI KLINIK...Faal hemostasis (BT, CT, TC) 20 II. Praktikum Perbankan Darah 1. Pemeriksaan golongan darah Sistem ABO 25 Sistem Rhesus 27 III. Praktikum Urinalisis

Att.

6

+ ++ ++ - -/+ - - A2B*

Att.

7

- - - ++++/

L

++++/L ++++/

L

- Oh se

Att.

8

"+" - - ++++/

L

++++/L ++++/

L

- OAHm Se

* Sel reaksikan vs Anti-A1 negatif

NO. 7 & 8 : periksa saliva secretor/non-secretor

E. CATATAN

Derajat Aglutinasi

++++

atau

4+

: Tampak aglutinasi besar berbentuk satu gumpalan di dasar

tabung.

Oleh karena semua sel darah bereaksi membentuk satu

gumpalan besar di dasar tabung, maka cairan disekitarnya

tampak jernih.

+++

atau

3+

: Tampak aglutinasi dalam bentuk beberapa gumpalan kasar.

Oleh karena semua sel darah bereaksi membentuk

beberapa gumpalan kasar, maka cairan disekitarnya

tampak jernih.

++

atau

2+

: Tampak aglutinasi dalam bentuk gumpalan-gumpalan

kasar.

Oleh karena tidak semua sel darah bereaksi, tampak

beberapa sel-sel bebas, sehingga cairan disekitarnya

tampak agak keruh.

+

atau

1+

: Tampak aglutinasi dalam bentuk gumpalan-gumpalan

halus.

Juga tampak lebih banyak sel-sel yang bebas, sehingga

cairan disekitarnya tampak keruh.

- : Tidak tampak adanya aglutinasi.

Sehingga yang tampak hanya campuran yang keruh.

Page 33: PENUNTUN PRAKTIKUM PATOLOGI KLINIK...Faal hemostasis (BT, CT, TC) 20 II. Praktikum Perbankan Darah 1. Pemeriksaan golongan darah Sistem ABO 25 Sistem Rhesus 27 III. Praktikum Urinalisis

2. PENENTUAN GOLONGAN DARAH SISTEM RHESUS (SLIDE TEST)

Sistem Rh hanya mengenal Rh (+) dan Rh (-).

Berbeda dengan penentuan golongan darah sistem AB0 maka

disini reverse grouping (back typing) tidak mungkin dikerjakan

karena, orang normal dengan Rh (-) dalam serumnya tidak

mengandung Ab. Anti-D.

Oleh karena itu penentuan golongan darah sistem Rh sangat

dianjurkan untuk,

Memakai 2 metode yang berlainan untuk 1 sampel atau,

Memakai metode sama, sampel sama, tetapi

dikerjakan oleh 2 orang teknisi secara terpisah.

A. Prinsip

[ Aglutinasi Positive =

Rh (+)

[

ERITROSIT + Anti-D [

(modified) [

[ Tidak ada Aglutinasi

Negative = Rh (-)

lanjutkan dengan

penentuan DU

B. ALAT-ALAT & REAGEN

1. Glas objek 6. Antisera : Anti-D

2. Batang pengaduk 7. Sampel darah yang akan

ditentukan

3. Mikroskop buat suspensi sel

40%

4. Pipet pasteur atau kapas alkohol +

blood lancet

5. Kertas putih, untuk alas penetuan dengan glas objek

C. PROSEDUR KERJA

Anti-D BA 22% - Anti-D (modified)

Page 34: PENUNTUN PRAKTIKUM PATOLOGI KLINIK...Faal hemostasis (BT, CT, TC) 20 II. Praktikum Perbankan Darah 1. Pemeriksaan golongan darah Sistem ABO 25 Sistem Rhesus 27 III. Praktikum Urinalisis

1 tts 1 tts - BA 22%, sebagai kontrol

negatif

0 0

O O

sel 40% sel 40% - Suspensi sel 40% dalam

serum sendiri

1 tts 1 tts (Whole Blood)

D. INTERPRETASI

+ - : Rh (+)

- - : Rh(-)

+ + : ? Periksa ulang DCT

- + : ? Periksa ulang DCT

PENENTUAN GOL. DARAH DU

1) 1 tts Anti-D 1 tts BA 22%

2) 1 tts sel 5% 1 tts sel 5%

3) Kocok, inkubasi 37oC

4) Cuci sel 3X dengan salin

5) Pada endapan sel + 2 tts Coomb’s

serum

6) Putar 3.400 rpm, 15 detik

7) Baca hasil reaksi

Hasil: Anti-D Bovine Albumin

22%

Golongan

+ - DU positif

- - DU negatif

+ + Ulang

- + Ulang

Page 35: PENUNTUN PRAKTIKUM PATOLOGI KLINIK...Faal hemostasis (BT, CT, TC) 20 II. Praktikum Perbankan Darah 1. Pemeriksaan golongan darah Sistem ABO 25 Sistem Rhesus 27 III. Praktikum Urinalisis

PRAKTIKUM VI (URINALYSIS-1)

(pH, Berat Jenis, Sedimen)

PEMERIKSAAN FISIK

A. Bau

Urine yang baru, pada umumnya tidak begitu berbau keras.

Baunya disebut psing, disebabkan oleh asam-asam yang mudah

menguap. Bau dapat dipengaruhi oleh makanan maupun minuman.

Apabila urine dibiarkan lama maka akan berbau amonia, oleh

karena terjadi pemecahan ureum. Aceton memberi bau manis

sedangkan kuman-kuman memberi bau busuk pada urine.

B. Warna

Dalam keadaan normal urine berwarna kuning muda yang

disebabkan oleh karena adanya urochrome.

Perubahan non patologik pada umumnya disebabkan oleh bahan-

bahan atau obat-obatan yang dimakan.

(Sebutkan perubahan-perubahan warna yang dapat terjadi pada

urine, baik yang bersifat fisiologik maupun yang patologik!)

C. Buih

Bila urine dikocok akan timbul buih berwarna putih.

Buih berwarna kuning dapat disebabkan oleh,

pigmen empedu (bilirubin)

phenylazodiamino-pyridine

D. Kekeruhan

Urine yang baru dan normal pada umumnya jernih.

Kekeruhan yang timbul pada umumnya dapat disebabkan oleh

karena,

1

.

Fosfat amorf 2

.

Urat amorf

- warnanya putih - warnanya kuning coklat

- hilang bila diberi asam - hilang bila dipanaskan

- terdapat pada urine yang

alkalis

- terdapat pada urine yang

asam

Page 36: PENUNTUN PRAKTIKUM PATOLOGI KLINIK...Faal hemostasis (BT, CT, TC) 20 II. Praktikum Perbankan Darah 1. Pemeriksaan golongan darah Sistem ABO 25 Sistem Rhesus 27 III. Praktikum Urinalisis

3

.

Darah : merah sampai coklat

4

.

Pus : seperti susu tetapi, jernih setelah disaring

5

.

Kuman-kuman: pada umumnya tetap keruh setelah

disaring/dipusingkan.

Pada urethritis terlihat benang-benang halus.

E. Volume

Pada praktikum ini pengukuran volume tidak dikerjakan.

Orang dewasa normal produksi urine per 24 jam adalah sekitar 1,5

L.

Jumlah ini sangat bervariasi yakni tergantung pada,

luas permukaan tubuh

pemakaian cairan

kelembaban udara atau penguapan

VOLUME URINE ABNORMAL

Poliuria

Volume urine meningkat.

Dijumpai pada keadaan-keadaan seperti, DM, DI, Nefritis

khronik, beberapa penyakit sayaraf, edema yang

menyembuh.

Oligouria

Volume urine berkurang

Dapat dijumpai pada keadaan-keadaan seperti, penyakit

ginjal, dehidrasi, sirosis hati.

Anuria

Tidak ada produksi urine.

Dapat terjadi pada keadaan-keadaan seperti circulatory

collaps (sistolik < 70 mmHg, acute renal Failure, keracunan

sublimat, dan lain-lain.

Residual urine (urine sisa)

Urine siasa adalah volume urine yang diperoleh dari kateterisasi

setelah sebelumnya pasien disuruh kencing sepuas-puasnya.

Page 37: PENUNTUN PRAKTIKUM PATOLOGI KLINIK...Faal hemostasis (BT, CT, TC) 20 II. Praktikum Perbankan Darah 1. Pemeriksaan golongan darah Sistem ABO 25 Sistem Rhesus 27 III. Praktikum Urinalisis

1. pH

pH urine normal berkisar antara : 4,8 - 7,5 (sekitar 6,00).

Pada praktikum ini penentuan pH urine memakai,

Kertas lakmus

Urine asam : kertas lakmus biru merah

: kertas lakmus merah tetap

merah

Urine alkalis : kertas lakmus merah biru

: kertas lakmus biru tetap

biru

Nitrazin paper

Pembacaan dengan komparator block maupun pH-meter tidak

dikerjakan.

Pemeriksaan pH hendaknya segera dilakukan (urine segar) karena

urine yang sudah lama cendrung untuk menjadi lebih alkalis (ureum

berubah menjadi amonia).

Urine asam patologik Urine yang selalu alkalis

- penyakit-penyakit

metabolik,

- febris

- infeksi (cystitis),

- alkalosis baik metabolik maupun

respiratorik

2. Berat Jenis

BJ urine normal berkisar antara, 1,003 - 1,030.

BJ urine rendah BJ urine tinggi

- banyak minum

- udara dingin

- DI (Diabetes Insipidus) < 1,005

- dehidrasi

- proteinuria.

- Diabetes Mellitus

(DM)

Prosedur Kerja Pemeriksaan BJ urine

1) Tera dahulu urometer terhadap aquadest (BJ 1,000)

Page 38: PENUNTUN PRAKTIKUM PATOLOGI KLINIK...Faal hemostasis (BT, CT, TC) 20 II. Praktikum Perbankan Darah 1. Pemeriksaan golongan darah Sistem ABO 25 Sistem Rhesus 27 III. Praktikum Urinalisis

2) Apabila pada pembacaan ini tidak sama dengan 1,000,

misalnya 1,005 maka hasil pembacaan terakhir harus

dikurangi dengan 0,005.

3) Isilah gelas ukur dengan urine ¾ bagiannya

4) Kemudian letakkan pada tempat yang datar

5) Bila terbentuk buih :

hisap dengan kertas saring

atau tetesi dengan 1 tetes eter

6) Masukkan urometer ke dalam gelas ukur dengan cara

memutar pada sumbu panjangnya. Jangan sampai urometer

menyentuh/menempel dinding bagian dalam gelas ukur

7) Baca meniscuskusnya, satu strip = 0,001

Koreksi

Terhadap temperatur/suhu

Setiap urometer ditera pada suhu tertentu (lihat

urometer), dan perhatikan suhu kamar pada saat

saudara bekerja dan catat.

Setiap kenaikan suhu 3oC maka pembacaan hendaknya

di tambah-kan dengan 0,001.

Terhadap Pengenceran

Apabila dilakukan pengenceran maka dua angka terakhir

pada saat pembacaan hendaknya dikalikan dengan

angka pengenceran.

Pengenceran tidak boleh lebih dari 3 kali.

Terhadap Protein dan Glukosa

Tiap g% protein maupun glukosa yang dikandung oleh

urine maka BJ terbaca harus dikurangi dengan 0,003.

Apakah yang dimaksud dengan isosthenuria ?

Apakah keadaan ini normal ?

Apa beda oligouria karena dehidrasi dengan ARF ?

Page 39: PENUNTUN PRAKTIKUM PATOLOGI KLINIK...Faal hemostasis (BT, CT, TC) 20 II. Praktikum Perbankan Darah 1. Pemeriksaan golongan darah Sistem ABO 25 Sistem Rhesus 27 III. Praktikum Urinalisis

3. PEMERIKSAAN SEDIMEN

A. Prinsip

Putarlah sejumlah urine dengan kecepatan rendah, lalu periksa

endapan (sedimen) yang terbentuk di bawah mikroskop.

B. ALAT-ALAT & REAGEN

1) Tabung reaksi

2) Objek glas

3) Glas penutup

4) Mikroskop

5) Centrifuge (+ tabung centrifuge)

6) Sampel urine

C. PROSEDUR KERJA

1) Tuangkan sejumlah 8 ml sampel urine ke dalam sebuah tabung

centrifuge

2) Pusingkan pada kecepatan rendah selama 5 menit

(agar tidak merusak bentukan-bentukan tertentu)

3) Kemudian buang supernatannya

(decantheer sehingga tersisa lebih kurang 0,5 ml)

4) Kocok lagi biar homogen, ambil 1 tetes dan taruh di atas glas objek,

tutup dengan glas penutup

5) Amati di bawah mikroskop dengan posisi mendatar

Pengamatan dilakukan dengan sinar lemah,

turunkan kondensor

diafragma agak tertutup

D. INTERPRETASI

Dengan objektif 10X

Periksa seluruh lapangan pandang secara sepintas lalu

selanjutnya diperhatikan apabila ditemukan adanya kristal-

kristal dan torak.

Hitung jumlahnya perlapangan pandang kecil (/lpk).

Dengan objektif 45X

Perhatikan dan hitunglah perlapangan pandang besar

bentukan-bentukan yang lain.

Page 40: PENUNTUN PRAKTIKUM PATOLOGI KLINIK...Faal hemostasis (BT, CT, TC) 20 II. Praktikum Perbankan Darah 1. Pemeriksaan golongan darah Sistem ABO 25 Sistem Rhesus 27 III. Praktikum Urinalisis

Jumlah torak dilaporkan rata-ratanya perlapangan pandang

kecil (/lpk).

Jumlah rata-rata eritrosit dan lekosit dilaporkan perlapangan

pandang besar (/lpb).

Unsur-unsur sedimen yang kurang bermakna cukup

dilaporkan dengan tanda

+, ada

++, banyak

+++, banyak sekali

E. CATATAN

(Sebutkanlah bentukan-bentukan yang dapat dijumpai pada urine

asam maupun urine alkalis, dan gambarlah bentukan-bentukan

tersebut !

Kristal jenis mana saja yang mudah membentuk batu saluran

kemih ?)

Page 41: PENUNTUN PRAKTIKUM PATOLOGI KLINIK...Faal hemostasis (BT, CT, TC) 20 II. Praktikum Perbankan Darah 1. Pemeriksaan golongan darah Sistem ABO 25 Sistem Rhesus 27 III. Praktikum Urinalisis

Gambar.sel lekosit . .

Page 42: PENUNTUN PRAKTIKUM PATOLOGI KLINIK...Faal hemostasis (BT, CT, TC) 20 II. Praktikum Perbankan Darah 1. Pemeriksaan golongan darah Sistem ABO 25 Sistem Rhesus 27 III. Praktikum Urinalisis

KRISTAL ASAM URAT

Page 43: PENUNTUN PRAKTIKUM PATOLOGI KLINIK...Faal hemostasis (BT, CT, TC) 20 II. Praktikum Perbankan Darah 1. Pemeriksaan golongan darah Sistem ABO 25 Sistem Rhesus 27 III. Praktikum Urinalisis
Page 44: PENUNTUN PRAKTIKUM PATOLOGI KLINIK...Faal hemostasis (BT, CT, TC) 20 II. Praktikum Perbankan Darah 1. Pemeriksaan golongan darah Sistem ABO 25 Sistem Rhesus 27 III. Praktikum Urinalisis
Page 45: PENUNTUN PRAKTIKUM PATOLOGI KLINIK...Faal hemostasis (BT, CT, TC) 20 II. Praktikum Perbankan Darah 1. Pemeriksaan golongan darah Sistem ABO 25 Sistem Rhesus 27 III. Praktikum Urinalisis

AMONIUM URAT

KRISTAL SULPHAZALASIN

Page 46: PENUNTUN PRAKTIKUM PATOLOGI KLINIK...Faal hemostasis (BT, CT, TC) 20 II. Praktikum Perbankan Darah 1. Pemeriksaan golongan darah Sistem ABO 25 Sistem Rhesus 27 III. Praktikum Urinalisis

KRISTAL SULPHONAMIDE

Page 47: PENUNTUN PRAKTIKUM PATOLOGI KLINIK...Faal hemostasis (BT, CT, TC) 20 II. Praktikum Perbankan Darah 1. Pemeriksaan golongan darah Sistem ABO 25 Sistem Rhesus 27 III. Praktikum Urinalisis

PRAKTIKUM VII (URINALYSIS-2)

(Glukosa)

1. PEMERIKSAAN GLUKOSA URINE

(Tes REDUKSI Cara BENEDICT)

A. Prinsip

Dalam suasana alakalis glukosa mereduksi kupri menjadi

kupro, kemudian menjadi Cu2O yang mengendap dan

berwarna merah.

Intensitas warna merah ini secara kasar menunjukkan kadar

glukosa dalam urine yang diperiksa.

B. ALAT-ALAT & REAGEN

1. Tabung reaksi

2. Api bunsen

3. Reagen Benedict dengan komposisi

CuSO4 17,3

Na Citrate 173

Na Carbonat 100

Aquadest ad 1.000 ml

C. PROSEDUR KERJA

1) Ke dalam sebuah tabung reaksi isikan berturut-turut 5 ml

reagen Benedict dan 8 tetes urine (2,5 ml reagen Benedict

dengan 4 tetes urine)

2) Kocok, kemudian dipanaskan sampai mendidih di atas api

bunsen

3) Atau dapat dimasukkan ke dalam penangas air dengan air yang

telah mendidih selama 5 menit

4) Biarkan dingin, lalu dibaca hasilnya

D. INTERPRETASI

- : Tetap biru atau hijau keruh

+1 : Keruh, warna hijau agak kuning

+2 : Kuning kehijauan dengan endapan kuning

+3 : Kuning kemerahan, dengan endapan kuning merah

+4 : Merah jingga sampai merah bata

Page 48: PENUNTUN PRAKTIKUM PATOLOGI KLINIK...Faal hemostasis (BT, CT, TC) 20 II. Praktikum Perbankan Darah 1. Pemeriksaan golongan darah Sistem ABO 25 Sistem Rhesus 27 III. Praktikum Urinalisis

E. CATATAN

Reduksi positif tidak selalu berarti pasien menderita DM, oleh

karena ada bahan-bahan lain yang terdapat di dalam urine

yang bersifat reduktor.

Sebutkan bahan-bahan apa saja !

Reduksi negatif dapat terjadi pada penderita DM, oleh karena :

Kadar glukosa dalam darah (nilai ambang ginjal untuk

glukosa dalam keadaan normal 160-180 mg%)

Keadaan faal ginjal

Sebutkan keadaan-keadaan glukosuria selain pada keadaan

DM !

2. Pemeriksaan sedimen

Prosedur kerja:

1. Ambil lebih kurang 8 ml contoh urin

2. Goyangkan pada kecepatan rendah selama 5 menit

3. Kemudian buang supernakannya (decanther sehingga tersisa lebih

kurang 0,5/ml)

4. Kocok lagi supaya homogen, ambil 1 tetes dan taruh di atas gelas

objek, tutup dengan gelas penutup.

5. Amati dibawah mikroskop dengan posisi mendatar, yang perlu

diamati :

Amati dengan sinar lemah turunkan kondensor

Diafragma agak tertutup

Objektif 10x

Periksa seluruh lapangan pandang secara sepintas lalu,

selanjutnya diperhatikan apabila ditemukan adanya Kristal-

kristal dan torak.hitung jumlahnya per lapangan pandang kecil

(IPK)

- Objektif 45x

Perhatikan dan hitunglah per lapangan pandang besar

bentukan-bentukan yang lain.

Jumlah torak dilaporkan rata-ratanya perlapangan pandang kecil

(ipk).

Jumlah rata-rata eritrosit dan leukosit dilaporkan perlapangan

pandang besar (ipb).

Unsur-unsur sedimen yang kurang bermakna cukup dilaporkan

dengan tanda :

+ ada

Page 49: PENUNTUN PRAKTIKUM PATOLOGI KLINIK...Faal hemostasis (BT, CT, TC) 20 II. Praktikum Perbankan Darah 1. Pemeriksaan golongan darah Sistem ABO 25 Sistem Rhesus 27 III. Praktikum Urinalisis

++ banyak

+++ banyak sekali

Sebutkanlah bentukan-bentukan yang dapat dijumpai pada urin

asam maupun urine alkalin, dan gambarlah bentukan-bentukan

tersebut.

Page 50: PENUNTUN PRAKTIKUM PATOLOGI KLINIK...Faal hemostasis (BT, CT, TC) 20 II. Praktikum Perbankan Darah 1. Pemeriksaan golongan darah Sistem ABO 25 Sistem Rhesus 27 III. Praktikum Urinalisis

Pemeriksaan Darah Samar

Tujuan: untuk mengetahui adanya perdarahan kecil yang tidak dapat

dinyatakan secara makroskopi atau mikroskopi.

Ada 3 metode:

1. Dengan benzidine basa

2. Dengan benzidine dihidrochlorida

3. Dengan guajac

Pemeriksaan Darah Samar dengan Benzidine Basa

Cara kerja:

1. Buat emulsi tinja dengan air atau NaCl 0,9% sebanyak 10 ml

panasi hingga mendidih

2. Saring emulsi yang masih panas, biarkan filtrate sampai dingin

kembali

3. Masukkan Benzidine basa sebanyak sepucuk pisau ke dalam

tabung reaksi lain

4. Tambahkan 3 ml asam acetat glacial kocok sampai benzidine itu

larut dengan meninggalkan beberapa kristal.

5. Tambahkan 2 ml filtrate emulsi tinja campur

6. Tambahkan 1 ml larutan H2O2 3% campur

7. Hasil dibaca dalam waktu 5 menit ( jangan lebih lama)

Hasildinilaidengancara:

1. Negatif (-) : tidak ada perubahan warna atau warna yang

samar-samar hijau

2. Positif + : hijau

3. Positif 2 + : biru bercampur hijau

4. Positif 3 + : biru

5. Positif 4 + : birutua

6. Catatan: untuk mendapatkan hasil yang bermakna, hendaknya

pemeriksaan dilakukan lebih dari sekali.

Pemeriksaan Darah Samar dengan Benzidine Dihidrochlorida

Tujuan:

1. Sebagai pengganti benzidine basa

2. Supaya tes menjadi peka dan tidak menghasilkan positif palsu

Page 51: PENUNTUN PRAKTIKUM PATOLOGI KLINIK...Faal hemostasis (BT, CT, TC) 20 II. Praktikum Perbankan Darah 1. Pemeriksaan golongan darah Sistem ABO 25 Sistem Rhesus 27 III. Praktikum Urinalisis

Cara: sama sepert imenggunakan benzidine basa.

Perhatian: hati-hati dalam penggunaan benzidine !!!

Pemeriksaan Darah Samar dengan Guajac

Cara kerja:

1. Buat emulsi tinja sebanyak 5 ml dalam tabung reaksi dan

tambahkan 1 ml asam acetat glacial campur

2. Masukkan sepucuk pisau serbuk guajac dan 2 ml alkohol 95%

dalam tabung reaksi lain c ampur

3. Tuang secara hati-hat isi tabung kedua ke dalamt abung yang berisi

emulsi tinja kedua jenis campuran tetap sebagai lapisan terpisah

4. Hasil positif :kelihatan warna biru terjadi pada batas kedualapisan

itu. Derajat kepositifan dinilai dari warna itu.

Page 52: PENUNTUN PRAKTIKUM PATOLOGI KLINIK...Faal hemostasis (BT, CT, TC) 20 II. Praktikum Perbankan Darah 1. Pemeriksaan golongan darah Sistem ABO 25 Sistem Rhesus 27 III. Praktikum Urinalisis

DAFTAR PUSTAKA

1. Ganda Subrata, R. (2001) : Penuntun Laboratorium Klinik. PT Dian

Rakyat, Jakarta

2. Brunzel NA. 2013. Fundamental of Urine & Body Fluids Analysis,

Third Edition, Philadelphia

3. Aulia D. 2012. Pemeriksaan Penyaring pada Kelainan Hemostasis

dalam Hemostasis dan Trombosis Edisi ke lima, Editor Setiabudy

RA. Jakarta : FKUI

4. Priyana, A. 2013. Patologi Klinik untuk Kurikulum Pendidikan

Dokter Berbasis Kompetensi Edisi ke empat. Jakarta : Universitas

Trisakti

5. Kiswari, R. 2014. Hematologi Transfusi. Jakarta : Erlangga