laporan praktikum sistem darah
TRANSCRIPT
2
A. Dasar Teori
Darah adalah cairan yang terdapat pada semua hewan tingkat
tinggi yang berfungsi mengirimkan zat-zat dan oksigen yang dibutuhkan oleh
jaringan tubuh, mengangkut bahan-bahan kimia hasil metabolisme, dan juga
sebagai pertahanan tubuh terhadap virus atau bakteri. Istilah medis yang
berkaitan dengan darah diawali dengan kata hemo- atau hemato- yang berasal
dari bahasa Yunani haima yang berarti darah.
Darah merupakan salah satu komponen tubuh yang sangat penting.
Darah membawa berbagai zat dari luar tubuh ke dalam dan juga sebaliknya
membawa zat dari dalam tubuh untuk dikeluarkan. Jika seseorang kehilangan
darah dalam jumlah banyak, dalam waktu singkat akan mengakibatkan
kematian.
Fungsi sistem ini adalah menyediakan darah untuk melayani kebutuhan sel
dan jaringan, mentranspor nutrien dan oksigen ke semua sel, mentranspor
produk-produk yang tidak berguna serta mentranspor hormon dari bagian
tubuh satu ke bagian tubuh lainnya. Ada beberapa hal yang berperan dalam
sistem peredaran darah :
1. Jantung yang memompa darah
2. Pembuluh darah sebagai ‘pipa’ penyalur darah
3. Saraf yang mengatur
4. Substansi kimia yang dapat mempengaruhi
Darah diedarkan ke seluruh tubuh oleh jantung. Darah dipompakan
ke semua bagian tubuh oleh kontraksi otot jantung. Jantung berkontraksi
3
untuk memompakan darah sepanjang hidup tanpa berhenti untuk
kelangsungan hidup seseorang. Berhentinya jantung adalah salah satu tanda
kematian seseorang.
Pembuluh darah terdiri dari arteri dan vena.
Arteri. Arteri mengalirkan darah dari jantung ke seluruh tubuh. Di sini
darah mengalir dengan cepat dan dengan tekanan tinggi. Oleh karena itu
arteri mempunyai dinding yang kuat.
Vena. Vena mengalirkan darah dari seluruh tubuh ke jantung. Karena
tekanan di sini rendah, dinding vena tipis. Vena mempunyai kemampuan
4
menampung darah sehingga dinding vena dapat meluas sesuai dengan
kebutuhan tubuh.
Di dekat sel/jaringan terdapat suatu susunan kapiler yang merupakan ‘ujung’
dari arteri/vena. Di kapiler ini terjadi pertukaran cairan, zat makanan,
elektrolit, hormon dan bahan lainnya dari pembuluh darah ke jaringan/sel dan
sebaliknya dari jaringan/sel ke pembuluh darah. Untuk menyesuaikan dengan
keadaan tubuh, pembuluh darah dapat melebar dan menyempit yang biasa
disebut dengan dilatasi (melebar) dan konstriksi (menyempit). Hal ini dapat
terjadi Karena pada lapisan dinding pembuluh darah terdapat otot yang dapat
berkontraksi dan ber-relaksasi. Sistem saraf otonom mengatur pola peredaran
darah. Pengaturan ini tidak dikendalikan oleh keinginan kita melainkan dapat
berjalan secara otomatis sesuai dengan keadaan dan kebutuhan tubuh.
Tekanan darah, kecepatan aliran darah dan jumlah denyut jantung per menit
dapat diatur oleh sistem ini. Zat kimia lain seperti hormon dan beberapa obat
dapat mengatur peredaran darah. Misalnya adrenalin dapat meningkatkan
denyut jantung. Contoh lainnya adalah kafein dalam kopi selain merangsang
saraf pusat juga dapat meningkatkan denyut jantung.
Komponen dalam sistem peredaran darah adalah :
5
1. Tekanan darah
2. Denyut jantung
3. Konstriksi dan dilatasi pembuluh darah
4. Curah jantung
5. Tahanan perifer
6. Volume darah
Komponen-komponen tersebut diatas sangat berpengaruh dalam
sistem dengan berubah secara otomatis untuk mempertahankan kelangsungan
hidup. Misalnya, seseorang mengalami perdarahan hebat. Secara otomatis
pembuluh darah akan mengalami konstriksi (menyempit), tahanan perifer dan
denyut jantung akan meningkat untuk mempertahankan tekanan darah
optimal. Tekanan darah optimal tersebut ditujukan untuk menyelamatkan
fungsi otak yang sangat rentan.
Peredaran darah manusia merupakan peredaran darah tertutup
karena darah yang dialirkan dari dan ke seluruh tubuh melalui pembuluh
darah dan darah mengalir melewati jantung sebanyak dua kali sehingga
disebut sebagai peredaran darah ganda yang terdiri dari :
1. Peredaran darah panjang/besar/sistemik Adalah peredaran darah yang
mengalirkan darah yang kaya oksigen dari bilik (ventrikel) kiri jantung
lalu diedarkan ke seluruh jaringan tubuh. Oksigen bertukar dengan
karbondioksida di jaringan tubuh. Lalu darah yang kaya karbondioksida
dibawa melalui vena menuju serambi kanan (atrium) jantung.
2. Peredaran darah pendek/kecil/pulmonal Adalah peredaran darah yang
mengalirkan darah dari jantung ke paru-paru dan kembali ke jantung.
Darah yang kaya karbondioksida dari bilik kanan dialirkan ke paru-paru
melalui arteri pulmonalis, di alveolus paru-paru darah tersebut bertukar
dengan darah yang kaya akan oksigen yang selanjutnya akan dialirkan ke
serambi kiri jantung melalui vena pulmonalis.
Proses peredaran darah dipengaruhi juga oleh kecepatan darah, luas
penampang pembuluh darah, tekanan darah dan kerja otot yang terdapat pada
jantung dan pembuluh darah. Pada kapiler terdapat spingter prakapiler
mengatur aliran darah ke kapiler :
6
a. Bila spingter prakapiler berelaksasi maka kapiler-kapiler yang bercabang
dari pembuluh darah utama membuka dan darah mengalir ke kapiler.
b. Bila spingter prakapiler berkontraksi, kapiler akan tertutup dan aliran
darah yang melalui kapiler tersebut akan berkurang
Pada vena bila otot berkontraksi maka vena akan terperas dan
kelepak yang terdapat pada jaringan akan bertindak sebagai katup satu arah
yang menjaga agar darah mengalir hanya menuju ke jantung.
Golongan darah adalah ciri khusus darah dari suatu individu
karena adanya perbedaan jenis karbohidrat dan protein pada permukaan
membran sel darah merah. Dua jenis penggolongan darah yang paling penting
adalah penggolongan ABO dan Rhesus (faktor Rh). Di dunia ini sebenarnya
dikenal sekitar 46 jenis antigen selain antigen ABO dan Rh, hanya saja lebih
jarang dijumpai. Transfusi darah dari golongan yang tidak kompatibel dapat
menyebabkan reaksi transfusi imunologis yang berakibat anemia hemolisis,
gagal ginjal, syok, dan kematian.
Golongan darah manusia ditentukan berdasarkan jenis antigen dan
antibodi yang terkandung dalam darahnya, sebagai berikut:
Individu dengan golongan darah A memiliki sel darah merah dengan
antigen A di permukaan membran selnya dan menghasilkan antibodi
terhadap antigen B dalam serum darahnya. Sehingga, orang dengan
golongan darah A-negatif hanya dapat menerima darah dari orang dengan
golongan darah A-negatif atau O-negatif.
Individu dengan golongan darah B memiliki antigen B pada permukaan
sel darah merahnya dan menghasilkan antibodi terhadap antigen A dalam
serum darahnya. Sehingga, orang dengan golongan darah B-negatif hanya
dapat menerima darah dari orang dengan dolongan darah B-negatif atau
O-negatif
Individu dengan golongan darah AB memiliki sel darah merah dengan
antigen A dan B serta tidak menghasilkan antibodi terhadap antigen A
maupun B. Sehingga, orang dengan golongan darah AB-positif dapat
menerima darah dari orang dengan golongan darah ABO apapun dan
7
disebut resipien universal. Namun, orang dengan golongan darah AB-
positif tidak dapat mendonorkan darah kecuali pada sesama AB-positif.
Individu dengan golongan darah O memiliki sel darah tanpa antigen, tapi
memproduksi antibodi terhadap antigen A dan B. Sehingga, orang dengan
golongan darah O-negatif dapat mendonorkan darahnya kepada orang
dengan golongan darah ABO apapun dan disebut donor universal.
Namun, orang dengan golongan darah O-negatif hanya dapat menerima
darah dari sesama O-negatif.
Secara umum, golongan darah O adalah yang paling umum
dijumpai di dunia, meskipun di beberapa negara seperti Swedia dan
Norwegia, golongan darah A lebih dominan. Antigen A lebih umum dijumpai
dibanding antigen B. Karena golongan darah AB memerlukan keberadaan
dua antigen, A dan B, golongan darah ini adalah jenis yang paling jarang
dijumpai di dunia.
Ilmuwan Austria, Karl Landsteiner, memperoleh penghargaan
Nobel dalam bidang Fisiologi dan Kedokteran pada tahun 1930 untuk jasanya
menemukan cara penggolongan darah ABO.
Penyebaran golongan darah A, B, O dan AB bervariasi di dunia
tergantung populasi atau ras. Salah satu pembelajaran menunjukkan distribusi
golongan darah terhadap populasi yang berbeda-beda.
8
Jenis penggolongan darah lain yang cukup dikenal adalah dengan
memanfaatkan faktor Rhesus atau faktor Rh. Nama ini diperoleh dari monyet
jenis Rhesus yang diketahui memiliki faktor ini pada tahun 1940 oleh Karl
Landsteiner. Seseorang yang tidak memiliki faktor Rh di permukaan sel darah
merahnya memiliki golongan darah Rh-. Mereka yang memiliki faktor Rh
pada permukaan sel darah merahnya disebut memiliki golongan darah Rh+.
Jenis penggolongan ini seringkali digabungkan dengan penggolongan ABO.
Golongan darah O+ adalah yang paling umum dijumpai, meskipun pada
daerah tertentu golongan A lebih dominan, dan ada pula beberapa daerah
dengan 80% populasi dengan golongan darah B.
Kecocokan faktor Rhesus amat penting karena ketidakcocokan
golongan. Misalnya donor dengan Rh+ sedangkan resipiennya Rh-) dapat
menyebabkan produksi antibodi terhadap antigen Rh(D) yang mengakibatkan
hemolisis. Hal ini terutama terjadi pada perempuan yang pada atau di bawah
usia melahirkan karena faktor Rh dapat mempengaruhi janin pada saat
kehamilan.
Diego positif yang ditemukan hanya pada orang Asia Selatan dan pribumi
Amerika.
Dari sistem MNS didapat golongan darah M, N dan MN. Berguna untuk
tes kesuburan.
Duffy negatif yang ditemukan di populasi Afrika.
9
Sistem Lutherans yang mendeskripsikan satu set 21 antigen.
Dan sistem lainnya meliputi Colton, Kell, Kidd, Lewis, Landsteiner-
Wiener, P, Yt atau Cartwright, XG, Scianna, Dombrock, Chido/ Rodgers,
Kx, Gerbich, Cromer, Knops, Indian, Ok, Raph dan JMH.
Darah terdiri daripada beberapa jenis korpuskula yang membentuk
45% bagian dari darah. Bagian 55% yang lain berupa cairan kekuningan yang
membentuk medium cairan darah yang disebut plasma darah.
Korpuskula darah terdiri dari:
a. Sel darah merah atau eritrosit (sekitar 99%).
10
Eritrosit tidak mempunyai nukleus sel ataupun organela, dan tidak
dianggap sebagai sel dari segi biologi. Eritrosit mengandung hemoglobin
dan mengedarkan oksigen. Sel darah merah juga berperan dalam
penentuan golongan darah. Orang yang kekurangan eritrosit menderita
penyakit anemia.
Sel darah merah adalah salah satu contoh sel yang tidak berinti.Penyakit
darah yang berkaitan dengan sel darah merah di antaranya:
Anemia .
Malaria .
Polycythemia .
b. Keping-keping darah atau trombosit (0,6 - 1,0%)
Trombosit bertanggung jawab dalam proses pembekuan darah.
c. Sel darah putih atau leukosit (0,2%)
Leukosit bertanggung jawab terhadap sistem imun tubuh dan
bertugas untuk memusnahkan benda-benda yang dianggap asing dan
berbahaya oleh tubuh, misal virus atau bakteri. Leukosit bersifat amuboid
atau tidak memiliki bentuk yang tetap. Orang yang kelebihan leukosit
menderita penyakit leukimia, sedangkan orang yang kekurangan leukosit
menderita penyakit leukopenia.
11
Sel darah putih atau leukosit adalah sel yang membentuk komponen
darah. Sel darah putih ini berfungsi untuk membantu tubuh melawan
berbagai penyakit infeksi sebagai bagian dari sistem kekebalan tubuh.
Normalnya kita memiliki 4x109 hingga 11x109 sel darah putih dalam
seliter darah manusia dewasa yang sehat - sekitar 7000-25000 sel per tetes.
Dalam kasus leukemia, jumlahnya dapat meningkat hingga 50000 sel per
tetes.
Plasma darah pada dasarnya adalah larutan air yang mengandung :-
Albumin
Bahan pembeku darah
Immunoglobin (antibodi)
Hormon
Berbagai jenis protein
Berbagai jenis garam
12
Hemoglobin adalah protein yang kaya akan zat besi. Ia memiliki
afinitas ( daya gabung ) terhadap oksigen dan dengan oksigen itu membentuk
oxihemoglobin di dalam sel darah merah. Dengan melalui fungsi ini maka
oksigen dibawa dari paru – pari ke jaringan – jaringan.
Jumlah hemoglobin dalam darah norml ialah kira – kira 15 gram
setiap 100 ml darah, dan umlah ini biasanya disebut “ 100 persen “.
Dalam berbagai bentuk anemi jumlah hemoglobin dalam darah
berkurang. Dalam beberapa bentuk anemi parah, kadar itu bisa di bawah 30
% atau 5 gram setiap 100 ml. Karena hemoglobin mengandung besi yang
diperlukan untuk bergabung dengan oksigen, maka dapat dimengerti bahwa
pasoen semacam ini memperlihatkan gejala kekurangan oksigen seperti nafa
pendek. Ini sering merupakan salah satu gejala pertama anemi kekurangan zat
besi.
Berat sel pad pria 14 – 16,5 gran / 100 ml darah. Sedangkan wanita
12 – 15 gr / 100 ml. Wanita hamil memilik nilai hb yang tinggi, juga wanita
yang sedang menstruasi memerlukan Hb lebih banyak sebab ada sebagian
yang terbuang saat menstruasi. Konsentrasi molekul Hb di dalam setiap
eritrosit adalah 280 juta buah.
Tekanan darah tinggi atau hipertensi adalah kondisi medis di
mana terjadi peningkatan tekanan darah secara kronis (dalam jangka waktu
lama). Penderita yang mempunyai sekurang-kurangnya tiga bacaan tekanan
darah yang melebihi 140/90 mmHg saat istirahat diperkirakan mempunyai
keadaan darah tinggi. Tekanan darah yang selalu tinggi adalah salah satu
faktor resiko untuk stroke, serangan jantung, gagal jantung dan aneurisma
arterial, dan merupakan penyebab utama gagal jantung kronis.
Pada pemeriksaan tekanan darah akan didapat dua angka. Angka
yang lebih tinggi diperoleh pada saat jantung berkontraksi (sistolik), angka
yang lebih rendah diperoleh pada saat jantung berelaksasi (diastolik).
Tekanan darah kurang dari 120/80 mmHg didefinisikan sebagai "normal".
Pada tekanan darah tinggi, biasanya terjadi kenaikan tekanan sistolik dan
diastolik. Hipertensi biasanya terjadi pada tekanan darah 140/90 mmHg atau
ke atas, diukur di kedua lengan tiga kali dalam jangka beberapa minggu.
13
Klasifikasi Tekanan Darah Pada Dewasa [1]
Kategori Tekanan Darah SistolikTekanan Darah
Diastolik
Normal < 120 mmHg (dan) < 80 mmHg
Pre-hipertensi 120-139 mmHg (atau) 80-89 mmHg
Stadium 1 140-159 mmHg (atau) 90-99 mmHg
Stadium 2 >= 160 mmHg (atau) >= 100 mmHg
Pada hipertensi sistolik terisolasi, tekanan sistolik mencapai 140
mmHg atau lebih, tetapi tekanan diastolik kurang dari 90 mmHg dan tekanan
diastolik masih dalam kisaran normal. Hipertensi ini sering ditemukan pada
usia lanjut.
Sejalan dengan bertambahnya usia, hampir setiap orang mengalami
kenaikan tekanan darah; tekanan sistolik terus meningkat sampai usia 80
tahun dan tekanan diastolik terus meningkat sampai usia 55-60 tahun,
kemudian berkurang secara perlahan atau bahkan menurun drastis.
Dalam pasien dengan diabetes mellitus atau penyakit ginjal,
penelitian telah menunjukkan bahwa tekanan darah di atas 130/80 mmHg
harus dianggap sebagai faktor resiko dan sebaiknya diberikan perawatan.
Meningkatnya tekanan darah di dalam arteri bisa terjadi melalui beberapa
cara:
Jantung memompa lebih kuat sehingga mengalirkan lebih banyak cairan
pada setiap detiknya
Arteri besar kehilangan kelenturannya dan menjadi kaku, sehingga mereka
tidak dapat mengembang pada saat jantung memompa darah melalui arteri
tersebut. Karena itu darah pada setiap denyut jantung dipaksa untuk
melalui pembuluh yang sempit daripada biasanya dan menyebabkan
naiknya tekanan. Inilah yang terjadi pada usia lanjut, dimana dinding
arterinya telah menebal dan kaku karena arteriosklerosis. Dengan cara
yang sama, tekanan darah juga meningkat pada saat terjadi
"vasokonstriksi", yaitu jika arteri kecil (arteriola) untuk sementara waktu
mengkerut karena perangsangan saraf atau hormon di dalam darah.
14
Bertambahnya cairan dalam sirkulasi bisa menyebabkan meningkatnya
tekanan darah. Hal ini terjadi jika terdapat kelainan fungsi ginjal sehingga
tidak mampu membuang sejumlah garam dan air dari dalam tubuh.
Volume darah dalam tubuh meningkat, sehingga tekanan darah juga
meningkat.
Sebaliknya, jika:
Aktivitas memompa jantung berkurang
Arteri mengalami pelebaran
Banyak cairan keluar dari sirkulasi
Maka tekanan darah akan menurun atau menjadi lebih kecil.
Penyesuaian terhadap faktor-faktor tersebut dilaksanakan oleh perubahan di
dalam fungsi ginjal dan sistem saraf otonom (bagian dari sistem saraf yang
mengatur berbagai fungsi tubuh secara otomatis). Ginjal mengendalikan
tekanan darah melalui beberapa cara:
Jika tekanan darah meningkat, ginjal akan menambah pengeluaran garam
dan air, yang akan menyebabkan berkurangnya volume darah dan
mengembalikan tekanan darah ke normal.
Jika tekanan darah menurun, ginjal akan mengurangi pembuangan garam
dan air, sehingga volume darah bertambah dan tekanan darah kembali ke
normal.
Ginjal juga bisa meningkatkan tekanan darah dengan menghasilkan enzim
yang disebut renin, yang memicu pembentukan hormon angiotensi, yang
selanjutnya akan memicu pelepasan hormon aldosteron.
Ginjal merupakan organ penting dalam mengendalikan tekanan
darah; karena itu berbagai penyakit dan kelainan pada ginjal bisa
menyebabkan terjadinya tekanan darah tinggi. Misalnya :
Penyempitan arteri yang menuju ke salah satu ginjal (stenosis arteri
renalis) bisa menyebabkan hipertensi.
Peradangan dan cedera pada salah satu atau kedua ginjal juga bisa
menyebabkan naiknya tekanan darah.
Sistem saraf otonom
15
Sistem saraf simpatis merupakan bagian dari sistem saraf otonom, yang
untuk sementara waktu akan:
Meningkatkan tekanan darah selama respon fight-or-flight (reaksi fisik
tubuh terhadap ancaman dari luar)
Meningkatkan kecepatan dan kekuatan denyut jantung; juga
mempersempit sebagian besar arteriola, tetapi memperlebar arteriola di
daerah tertentu (misalnya otot rangka, yang memerlukan pasokan darah
yang lebih banyak)
Mengurangi pembuangan air dan garam oleh ginjal, sehingga akan
meningkatkan volume darah dalam tubuh
Melepaskan hormon epinefrin (adrenalin) dan norepinefrin
(noradrenalin), yang merangsang jantung dan pembuluh darah.
Pada sebagian besar penderita, hipertensi tidak menimbulkan
gejala; meskipun secara tidak sengaja beberapa gejala terjadi bersamaan dan
dipercaya berhubungan dengan tekanan darah tinggi (padahal sesungguhnya
tidak). Gejala yang dimaksud adalah sakit kepala, perdarahan dari hidung,
pusing, wajah kemerahan dan kelelahan; yang bisa saja terjadi baik pada
penderita hipertensi, maupun pada seseorang dengan tekanan darah yang
normal.
Jika hipertensinya berat atau menahun dan tidak diobati, bisa
timbul gejala berikut:
Sakit kepala
Kelelahan
Mual
Muntah
Sesak nafas
Gelisah
Pandangan menjadi kabur yang terjadi karena adanya kerusakan pada otak,
mata, jantung dan ginjal.
Kadang penderita hipertensi berat mengalami penurunan kesadaran
dan bahkan koma karena terjadi pembengkakan otak. Keadaan ini disebut
16
ensefalopati hipertensif, yang memerlukan penanganan segera. Hipertensi
berdasarkan penyebabnya dibagi menjadi 2 jenis :
1. Hipertensi primer atau esensial adalah hipertensi yang tidak / belum
diketahui penyebabnya (terdapat pada kurang lebih 90 % dari seluruh
hipertensi).
2. Hipertensi sekunder adalah hipertensi yang disebabkan/ sebagai akibat
dari adanya penyakit lain.
Hipertensi primer kemungkinan memiliki banyak penyebab;
beberapa perubahan pada jantung dan pembuluh darah kemungkinan
bersama-sama menyebabkan meningkatnya tekanan darah.
Jika penyebabnya diketahui, maka disebut hipertensi sekunder.
Pada sekitar 5-10% penderita hipertensi, penyebabnya adalah penyakit ginjal.
Pada sekitar 1-2%, penyebabnya adalah kelainan hormonal atau pemakaian
obat tertentu (misalnya pil KB).
Penyebab hipertensi lainnya yang jarang adalah feokromositoma,
yaitu tumor pada kelenjar adrenal yang menghasilkan hormon epinefrin
(adrenalin) atau norepinefrin (noradrenalin).
Kegemukan (obesitas), gaya hidup yang tidak aktif (malas berolah
raga), stres, alkohol atau garam dalam makanan; bisa memicu terjadinya
hipertensi pada orang-orang memiliki kepekaan yang diturunkan. Stres
cenderung menyebabkan kenaikan tekanan darah untuk sementara waktu, jika
stres telah berlalu, maka tekanan darah biasanya akan kembali normal.
Beberapa penyebab terjadinya hipertensi sekunder:
1. Penyakit Ginjal
Stenosis arteri renalis
Pielonefritis
Glomerulonefritis
Tumor-tumor ginjal
Penyakit ginjal polikista (biasanya diturunkan)
Trauma pada ginjal (luka yang mengenai ginjal)
Terapi penyinaran yang mengenai ginjal
17
2. Kelainan Hormonal
Hiperaldosteronisme
Sindroma Cushing
Feokromositoma
3. Obat-obatan
Pil KB
Kortikosteroid
Siklosporin
Eritropoietin
Kokain
Penyalahgunaan alkohol
Kayu manis (dalam jumlah sangat besar)
4. Penyebab Lainnya
Koartasio aorta
Preeklamsi pada kehamilan
Porfiria intermiten akut
Keracunan timbal akut.
Bila darah ditumpahkan maka cepat ia menjadi lekat dan segera
mengendap sebagai zat kental berwarna merah. Jeli atau gumpalkan ini
mengerut dan keluarlah cairan bening berwarna kuning jerami. Cairan ini
disebut serum. Bila darah yang tumpah diperiksa dengan mikroskop, akan
kelihatan benang – benang fibrin yang tidak dapat larut. Benang – benang ini
terbentuk drari fibrinogen dalam plasma oleh kerja trombin. Benang – benang
ini mejerat sel darah dan bersama – sama dengannya membentuk gumpalan.
Bila darah yang tumpah dikumpulkan dalam tabung reaksi, maka gumpalan
itu akan terapung – apung dalam serum.
Penggumpalan adalah proses majemuk, dan berbagai faktor
diperlukan untuk melaksanakan itu. Sebagaimana telah diterangkan, trombin
adalah alat yang dapat mengubah fibrinogen menjadi benang fibrin. Trombin
tidak ada dalam darah normal yang masih dalam pembuluh. Tetapi yang ada
adalah zat pendahulunya, protrombin, yang kemudian diubah menjadi zat
aktif trombin oleh kerja trombokinase. Trombokinase atau tromboplastin
18
adalah zat penggerak yang dilepaskan ke darah di tempat yang luka. Diduga
terutama tromboplastin terbentuk karena terjadinya kerusakan pada trombosit,
yang selama ada garam kalsium dalam darah, akan mengubah protrombin
menjadi trombin sehingga terjadi penggumpalan darah.
Untuk menghasilkan penggumpalan darah maka diperlukan empat
faktor yaitu :
a. Garam kalsium yang dalam keadaan normal ada dalam
darah
Sel yang terluka yaqng membebaskan trombokinase
Trombin yang terbentuk dari [pprotrombin bila ada trombokinase
Fibrin yang terbentuk dari fibrinogen di samping trombin.
Penggumpalan ( koagulasi ) darah dapat dipercapat karena
pengaruh :
Oleh panas yang sedikit lebih tinggi dari pada suhu badan
Kontak dengan bahan kasar, seperti pinggiran kasar dari pembuluh darah
yang rusak atau dengan pembalut.
Sedangkan penggumpalan ( koagulasi ) dapat diperlambat karena pengaruh
beberapa faktor diantaranya :
Karena dingin
Kalau disimpan dalam tabung berlapis lilin disebelah dalam, sebab darah
memerlukan kontak dengan permukaan yang dapat menjadi basah oleh air
sebelum dapat bergumpal, sedangkan parafin tidak memiliki permukaan
yang dapat basah oleh air
Dengan ditambah kalium sitrat atau natrium nitrat yang menyingkirkan
garam kalsium yang dalam keadaan normal ada.
Tipe Gambar Diagram
% dalam tubuh
manusia
Keterangan
Neutrofil 65% Neutrofil berhubungan dengan pertahanan tubuh terhadap infeksi bakteri serta proses peradangan kecil lainnya, serta biasanya juga yang memberikan tanggapan pertama terhadap infeksi bakteri;
19
aktivitas dan matinya neutrofil dalam jumlah yang banyak menyebabkan adanya nanah.
Eosinofil 4%
Eosinofil terutama berhubungan dengan infeksi parasit, dengan demikian meningkatnya eosinofil menandakan banyaknya parasit.
Basofil <1%
Basofil terutama bertanggung jawab untuk memberi reaksi alergi dan antigen dengan jalan mengeluarkan histamin kimia yang menyebabkan peradangan.
Limfosit 25% Limfosit lebih umum dalam sistem limfa. Darah mempunyai tiga jenis limfosit:
Sel B : Sel B membuat antibodi yang mengikat patogen lalu menghancurkannya. (Sel B tidak hanya membuat antibodi yang dapat mengikat patogen, tapi setelah adanya serangan, beberapa sel B akan mempertahankan kemampuannya dalam menghasilkan antibodi sebagai layanan sistem 'memori'.)
Sel T : CD4+ (pembantu) Sel T mengkoordinir tanggapan ketahanan (yang bertahan dalam infeksi HIV) sarta penting untuk menahan bakteri intraseluler. CD8+ (sitotoksik) dapat membunuh sel yang terinfeksi virus.
Sel natural killer : Sel pembunuh alami (natural killer, NK) dapat membunuh sel tubuh yang tidak menunjukkan sinyal bahwa dia tidak boleh dibunuh karena telah
20
terinfeksi virus atau telah menjadi kanker.
Monosit 6%
Monosit membagi fungsi "pembersih vakum" (fagositosis) dari neutrofil, tetapi lebih jauh dia hidup dengan tugas tambahan: memberikan potongan patogen kepada sel T sehingga patogen tersebut dapat dihafal dan dibunuh, atau dapat membuat tanggapan antibodi untuk menjaga.
Makrofag(lihat di atas)
Monosit dikenal juga sebagai makrofag setelah dia meninggalkan aliran darah serta masuk ke dalam jaringan.
21
B. Prosedur Kerja
KEGIATAN I
Judul : Golongan Darah
Tujuan : Mempelajari cara – cara untuk menentukan golongan darah A,
B, AB, dan O.
Alat dan Bahan :
1. Blood Loncet
2. Tusuk gigi
3. Gelas obyek
4. Alkohol 70 %
5. Kapas
6. Satu set antisera ABO
Cara Kerja :
a. Hapuslah ujung jari anda dengan menggunaka kapas yang telah direndam
dalam alkohol 70 %.
b. Tujukan jari tersebut dengan menggunkan blood lancet steril
c. Hapuslah tetesan darah pertama dengan menggunakan kapas beralkohol
hingga bersih.
d. Kemudian pijit jari tersebut dengan perlahan hingga keluar darah dari luka
tadi, kemudian teteskan dariah yang keluar pada gelas obyek di dua tempat
yang berbeda.
e. Teteskan satu antisera A pada salah satu sisi dari tetesan darah terebut,
dengan cara yang sama teteskan satu tetes antisera B pada tetesan darah
yang satunya lagi.
f. Aduklah tetesan masing – masing antisera dengan darah tersebut dengan
menggunakan ujung tusuk gigi secara terpisah.
g. Setelah diaduk berkali – kali biarkan beberapa saat,perhatikanlah apa yang
terjadi pada masing – masing campuran darah dan antisera tersebut,
22
campuran mana yang terjadi penggumpalan dan mana yang tidak terjadi
penggumpalan
ZAT ANTISERA ABO
TUSUK GIGI
SAMPEL DARAH SETELAH DIBERI ZAT
ANTISERA
23
KEGIATAN II
Judul : Menghitung Jumlah Sel Darah
Tujuan : Untuk menghitung jumlah sel darah merah dan sel darah putih
dengan menggunakan haemocytometer.
Alat dan Bahan :
1. 1 set heaemocytometer ; slide neubaer, kaca penutup, pipet pengencer
sel darah merah, dan pipet pengencer sel darah putih.
2. Mikroskop
3. Blood lancet
4. Larutan Hayem ( bahan : 1 gr NaCl + o,5 gr Na2SO4 + 0,5 gr HgCl2 +
200 ml aquadest ),
5. Larutan Turk ( bahan : 1 ml gentian violet + 3 ml asam asetat glacial +
100 ml aquadest ),
6. Alkohol 70 %
7. Aquadest
8. Kertas lensa
9. Pipet
Cara Kerja :
Semua alat yang digunakan dalam keadaan kering dan bersih. Janganlah
menggunakan alat pembersih ( lap atau kain yang kasar agar tidak
merusak / menggores “ counting camber “, gunakanlah kertas lensa.
1. Menghitung Sel Darah Merah
a. Untuk menghitung sel darah merah gunakan pipet pengencer dengan skala
101, dan mempunyai inti gelas berwarna merah,
b. Olesilah ujung jari anda dengan alkohol 70 % tusuk dengan lancet yang
telah disterilkan,
c. Biarkan darah mengalir dengan bebas tanpa memijit ujung jari tersebut,
d. Isaplah darah yang keluar dengan pipet pengencer hingga skala 0,5 atau
1,0 kemudian bersihkan ujung pipet tersebut dengan kertas saring, hindari
24
adanya udara di antara darah di dalam pipet sewaktu menghisap, bila hal
ini terjadi darah dengan segera harus dikeluarkan kembali dan pengisapan
darah harus di ulangi,
e. Bila pengisapan darah berlangsung dengan baik, dengan segera hisaplah
larutan pengencer hayem hingga skala 101, tepat !
f. Peganglah pipet pada kedua ujungnya dengan telunjuk dan ibu jari
kocokan dengan hati – hati selama 2 menit.
g. Setelah 2 menit, buanglah 5 tetes pertam larutan darah tadi, lalu letakan
ujung pipet di antara gelas objek ( Neubaeur ) dan gelas penutup
haemocytometer, hingga larutan darah mengalir dengan bebas di
antaranya, tertapi cegahlah agar larutan darah tidak mengisi parit – parit
sekeliling counting chamber.
h. Diamkan 1 – 2 menit supaya sel darahnya mengendap, Amatilah di bawah
mikroskop untuk menghitungnya.
i. Gunakanlah rumus berikut untuk menghitung jumlah sel darah merah
dalam setiap mm3 : Jumlah sel darah merah = ne x p x 50
Ne = jumlah eritrosit dalam 5 kotak
p = besarnya pengenceran
2. Menghitung Sel Darah Putih
Untuk menghitung jumlah sel darah putih, dipakai pipet pengencer yang
mempunyai skala 11, dan mempunyai inti gelas berwarna putih. Larutan yang
dipakai adalah larutan Turk. Prosedur pelaksanaan sama seperti pada
penghitungan terhadap sel darah merah hanya pengenceran dilakukan sampai
skala 11.
Gunakanlah rumus berikut untuk menghitung jumlah sel darah putih dalam
setiap mm3 : Jumlah sel darah putih = ne x p x 2,5
Ne = jumlah leukosit dalam 4 kotak
p = besarnya pengenceran
25
PIPET PENGENCER
COUNTING CHAMBER
LARUTAN TURK
LARUTAN HAYEM
26
KEGIATAN III
Judul : Haemoglobin Darah
Tujuan : Untuk menentukan konsentrasi haemoglobin dalam darah.
Ada beberapa cara untuk menentukan kadar Hb dalam darah. Kadar Hb biasanya
dinyatakan dalam gram per 100 ml darah. Berikut ini merupakan cara penentuan
kadar Hb dengan menggunakan metoda Sahli dan test paper Tallquist
1. Cara Sahli
Alat dan Bahan :
1. Haemocytometer
2. Larutan HCl 0,1 N
3. Alkohol 70 %
4. Kapas
5. Blood lancet
6. Pipet Kapiler
Cara Kerja :
a. Isilah tabung pengencer ( tabung Sahli ) dengan HCl 0,1 N sebanyak 5
mm3
b. Hapuslah ujung jari anda dengan menggunakan kapas yang telah direndam
dalam alkohol 70 % kemudian tusukan ujung jari dengan blood lancet dan
hisaplah dengan dengan menggunakan pipet kapiler darah yang mengalir
sebanyak 20 mm3
c. Pindahkan darah tersebut dengan meniup pipet secara perlahan – lahan ke
dalam tabung pengencer yang telah diisi HCl tadi. Jagalah agar tidak
terjadi gelembung.
d. Bilaslah pipet beberapa kali dengan HCl tabung pengencer hingga tidak
ada darah yang tertinggal.
e. Biarkan tabung pengencer tersebut selama 10 menit.
27
f. Encerkan kemdarah sampel dengan setetes demi setetes aquadest atau HCl
0,1 N sambil dikocok secara perlahan – lahan dengan menggunakan
pengaduk gelas sampai warna darah merah dalam tabung sama dengan
warna cairan pada tabung sama dengan warna cairan pada tabung standar.
g. Setelah warna darah sampel sama dengan warna standar yang ada bacalah
skala yang ada maka didapatkan konsentrasi Hb dalam darah yang
bersangkutan
2. Cara Test Paper
Alat dan Bahan :
1. Blood lancet
2. Kapas
3. Test paper Tallquist
4. Alkohol 70 %
Cara Kerja :
a. Tusukan jari anda dengan blood lancet steril
b. Teteskan darah yang keluar ke test paper dari Tallquist
c. Sebelum darah yang terserap test paper menjadi kering, bandingkanlah
warnanya dengan standar warna yang tersedia.
28
HEAMOCYTOMETER
PROSES PENYEDOTAN SAMPEL DARAH DENGAN MENGGUNAKAN PIPET KAPILER
PROSES PENGAMBILAN SAMPEL DARAH DENGAN MENGGUNAKAN BLOOD LANCET
TABUNG PENGENCER DAN BATANG PENGADUK
PIPET KAPILER
29
KEGIATAN IV
Judul : Tekanan Darah
Tujuan : Menghitung tekanan darah Sistole dan Diastole
Alat dan Bahan :
Sphygmomanometer ( tensimeter ) dan stethoscope
Cara Kerja :
a. Duduk dengan tenang, letakan lengan kiri seolah – olah sejajar dengan
jantung.
b. Balutlah manset pada lengan atas ( kanan atau kiri ) yang mengandung
arteri brachialis kira – kira 2 cm di atas dari sikut anda.
c. Pompalah manset dengan memijit – mijit karet pemompa sehingga
manometer air raksa mencatat tekanan kurang lebih 200 mmHg
d. Tempelkan stethoscope di atas brachialis dan tekanan dama lamset
dikurangi dengan perlahan – lahan sampai terdengar adanya suara timbul.
Suara yang pertama kali timbul ini menunjukan tekanan sistole untuk itu
perhatikan skala pada manometer sehingga didapatkan nilai tekanan
sistole.
e. Tekanan manset terus diturunkan, akhirnya suara yang terdengar akan
hilang. Saat dimana suara hilang menunjukan tekanan diastole
perhatikanlah skala pada manometer maka akan didapatkan nilai tekanan
diastole tersebut.
f. Lakukanlah pengukuran tekanan darah setelah anda melakukan gerakan
fisik bandingkan hasilnya dengan keadaan normal. Ulangi sekali lagi
pengukuran tersebut sehingga didapatkan tekanan darah rata – rata.
PROSES PENGOCOKAN SAMPEL DARAH DENGAN HCL DALAM
TABUNG PENGENCER
30
STETHOSCOPESPHYGMANOMETER
PROSEDUR SAAT PENGUKURAN TEKANAN DARAH PADA SALAH SEORANG TESTER
31
KEGIATAN V
Judul : Koagulasi Darah
Tujuan : Mengamati waktu koagulasi darah
Alat dan Bahan :
1. Blood Loncer
2. Kaca benda
3. Lidi atau tusuk gigi
4. Stopwach / arloji
5. Alkohol 70 %
6. Kapas
Cara Kerja :
a. Bersihkan permukaan jari ke – 3 atau ke – 4 dengan alkohol 70 %
b. Setelah alkohol kering, tusukkan ujung jari tersebut dengan jarum blood
lancet sedalam 3 mm.
c. Dengan posisi ujung jari menghadap vertikal ke bawah, hapuslah dua tetes
darah yang keluar pertama.
d. Satu tetes berikutnya, teteskan pada salah satu ujung kaca benda dan
catatlah waktu pada saat darah tersebut tepat keluar dari tusukan.
e. Satu tetes berikutnya teteskan pada ujung lain dari kaca tersebut.
f. Tiap 30 detik tetesan pertama diangkat atau ditarik – tarik dengan lidi atau
ujung jarum.
g. Catat waktu pertama kali terjadi tarikan benang – benang fibrin pada ujung
jarum
h. Segera setelah terjadi benang fibrin tersebut, tarik pula pada tetesan darah
kadua.
i. Jika pada tetesan kedua belum terjadi benang – benang fibrin, teruskan
penarkan tersebut pada tetesan darah kedua setiap 30 detik sampai terjadi
benang – benang fibrin.
32
j. Waktu koagulasi ialah saat sejak pencatatan keluarnya tetesan darah
pertama sampai mulai terlihat benang – benang fibrin pada tetesan kedua.
KEGIATAN VI
KACA OBJEK
TUSUK GIGI
33
Judul : Waktu Perdarahan
Tujuan : Untuk mengamati waktu yang diperlukan untuk teradinya
perdarahan.
Alat dan Bahan :
1. Blood Loncer
2. Stopwach
3. Kertas saring / kertas isap
4. Alkohol 70 %
5. Kapas
Cara Kerja :
a. Berikan daun telinga atau ujung jari ke – 3 atau ke – 4, olesi dengan
alkohol 70 % dan biarkan kering.
b. Tusukan tepi lateral daun telinga dengan blood lancet 2 mm atau jika pakai
ujung jari sedalam 3 mm.
c. Catatlah waktu tepat mulai keluar tetesan darah pertama.
d. Tiap 30 detik isaplah tetesan darah yang keluar dengan kertas isap. Jagalah
jangan sampai menekan kuli9t pada saat menghisap darah.
e. Catatlah waktu darah tidak dapat dihisap lagi.
Catatan : Tusukan dianggap betul, jika salah satu bekas tetesan darah pada
kertas saring tersebut berdiameter 5 mm.
KEGIATAN VII
34
Judul : Tekanan Cairan Sel – Sel Darah
Tujuan : Untuk mengamati konsentrasi sel – sel darah
Alat dan Bahan :
1. Kaca benda
2. MikroskopLarutan NaCl 0,4 ; 0,6 ; 0,8 dan 1 %
Cara Kerja :
a. Teteskan sedikit darah anda pada 5 buah kaca obyek
b. Teteskan larutan NaCl pada masing – masing kaca objek dengan
konsentrasi 0,4 ; 0,6 ; 0,8, ; 1, ; dan 1,2 %
c. Amati masing – masing objek gelas tersebut di bawah mikroskop.
DARAH MERAH + HCl 0,4 M
DARAH MERAH + HCl JENUHDARAH MERAH + HCl 1 M
DARAH MERAH + HCl 0,6 MDARAH MERAH + HCl 0,8 M
DARAH MERAH + HCl 0,6 M
35
KEGIATAN VIII
Judul : Rangsangan Pada Pembuluh Darah
Tujuan : Melihat pengaruh rangsangan zat – zat kimia terhadap arteriol
Alat dan Bahan :
1. Jarum preparat
2. Pipet
3. Tusuk Gigi
4. Katak
Zat Kimia Kelompok A
1. Alkohol
2. Nikotin
3. Asetilkolin
Zat Kimia Kelompok B
1. Alkohol
2. Asam susu
3. Natrium nitrat
Cara Kerja :
a. Pengamatan dilakukan oleh dua orang secara bersama – sama
b. Seorang harus siap untuk memberi zat kimia 2 – 3 tetes dengan pipet pada
selaput katak yang akan diamati, yang seorang lagi melihat pada
mikroskop apa yang terjadi pada waktu sebelum , selama dan sesudah
pemberian cat kimia. Pengamatan dilakukan 2 – 5 menit sampai seluruh
zat kimia telah masuk jaringan darah.
c. Gunakanlah hanya satu konstriktor dan satu dilatator pada masing –
masing selaput renang kaki kiri atau kanannya.
36
d. Selidikilah pengaruh zat – zat kimia mana yang menyebabkan
pengembangan dan mana yang menyebabkan penyempitan pembuluh
darah. Untuk mengetahui pengembangan dan penyempitan adalah sukar.
Lebih mudah untuk menyelidiki adalah dengan membandingkan diameter
pembuluh tersebut dengan diameter eritrosit, yaitu dengan cara bagaimana
lajunya eritrosit tersebut mengalir.
e. Berapa lama zat kimia tersebut berpengaruh pada pengembangan dan
penyempitan pembuluh darah.
NATRIUM NITRAT KATAKMIKROSKOPNIKOTIN
37
SIRKULASI NORMAL
SETELAH PENAMBAHAN NATRIUM NITRAT
SETELAH PENAMBAHAN NIKOTIN
PROSES PEMGIKATAN SELAPUT KATAK PENELITIAN SELAPUT KATAK DENGAN MENGGUAKAN MIKROSKOP
38
C. Hasil Pengamatan, Pembahasan dan Kesimpulan
KEGIATAN I
a. Hasil Pengamatan
No. Nama Anti A Anti B Ket.1. Dwi Novianti Isa √ X A2. Widyastuti Al Anshar X X O3. Zulmi Savitri Abdun X X O4. Rosna Harun X X O
b. Pembahasan
Untuk menentukan golongan darah yang dimiliki oleh seseorang,
dapat dilakukan dengan cara, pertama – tama kita membutuhkan beberapa
alat dan bahan yang biasa digunakan pada umumnya yaitu blood lancet,
gelas obyek, alkohol, kapas, dan zat antisera ABO. Langkah kedua yang
harus dilakukan adalah membersihkan ujung jari kita dengan alkohol yang
memiliki kadar konsentrasi 70 %. Penggunaan alkohol ini berfungsi untuk
mensterilkan tangan atau jari kita dari gangguan bakteri yang bisa saja
muncul kapan dan tentu saja akan mempengaruhi hasil akhir nanti.
Setelah itu gunakan blood lancet untuk menusuk jari tester.
Usahakan blod lancet yang digunakan masih dalam keadaan steril dan
belum pernah digunakan oleh orang lain. Karena jika tidak, maka tentu
saja akan mempengaruhi tester. Bisa saja, jika kita menggunakan blood
lancet yang telah digunakan oleh orang lain dan ternyata orang itu
berpenyakit, maka secara otomatis dan mungkin saja penyakit tersebut
akan menular pada tester.
Untuk mendapatkan cairan darah yang murni, tetesan pertama
darah harus segera dihapus dengan menggunakan kapas. Hal ini bertujuan
untuk mendapatkan kespesifikan serta keakuratan data. Pijit jari tester
tersebut hingga darah kembali keluar. Oleskan darah pada dua tempat yang
berbeda. Hal ini bertujuan untuk mengujikan zat antisera ABO apakah
bereaksi pada darah tersebut atau tidak.
39
Pada tempat tetesan darah yang pertama, diteteskan antisera A
pada salah satu sisi tetesan darah tersebut, dan dengan cara yang sama
teteskan antisera B pada tetesan darah yang satunya lagi. Langkah
selanjutnya, aduk tetesan masing – masing antisera dengan menggunakan
ujung tusuk gigi secara terpisah.
Dari hasil yang dilakukan telah didapatkan adalah untuk darah
yang ditetesi antisera A dan positif akan menghasilkan gumpalan warna
merah yang pekat, sementara yang menggunakan antisera B dan hasilnya
negatif akan menghasilkan warna merah dan sedikit berwarna jingga.
c. Kesimpulan
Dari hasil yang kami temukan dari kegiatan praktikum mengenai
golongan darah, kami dapat mengambil kesimpulan bahwa untuk
mengetahui golongan darah yang kita miliki serta mendapatkan hasil yang
murni dan bisa dipertanggung jawabkan serta tidak membahayakan tester
maka kita harus :
Menggunaan alat yang steril dan belum digunakan sebelumnya
Pengerjaan harus steril dan utamakan penggunaan alkohol
Pergunakan zat antisera dengan baik dan sesuai dengan petunjuk
40
KEGIATAN II
a. Hasil Pengamatan :
No Nama TesterJenis
KelaminJumlah Ertirosit
JumlahLeukosit
1. Widyastuti Al Anshar P 4.505.000 X2. Rosnawaty M. Marhum P X 133
b. Pembahasan
Untuk menghitung jumlah sel darah merah pada intinya darah
merah yang diambil, dicampurkan dengan pengencer hayem. Pengencer ini
berfungsi untuk memperjelas banyaknya sel darah merah. Kemudianamati
di mikroskop, hitung jumlah eritrosit dalam 5 kotak yang ada counthing
chamber. Dan setelah didapatkan jumlah perhitungan, kalikan dengan
jumlah pengenceran yaitu sebanyak 100 kali dan kembali dikalikan dengan
50.
Sementara untuk menghitung jumlah leukosit, darah yang diambil
dicampurkan dengan pengencer Turk. Amati dengan menggunakan
mikroskop dan hitunglah jumlah leukosit yang ada pada 4 kotak dalam
counthing chamber. Jumlahkan hasil perhitungan dan kalilakan dengan
pengenceran sebanyak 50 kali dan kembali kalikan dengan 2,5.
Hitung Darah Lengkap (HDL). Tes laboratorium yang paling
umum adalah hitung darah lengkap (HDL) atau complete blood count
(CBC). Tes ini memeriksa jenis sel dalam darah, termasuk sel darah
merah, sel darah putih dan trombosit (platelet). Hasil tes menyebutkan
jumlahnya dalam darah (misalnya jumlah sel per milimeter kubik) atau
persentasenya. Semua sel darah dibuat di sumsum tulang. Beberapa obat
dan penyakit dapat merusak sumsum tulang sehingga menyebabkan
berkurangnya jumlah sel darah merah dan putih. Setiap laboratorium
mempunyai ‘nilai rujukan’ untuk semua hasil tes. Biasanya, tes
laboratorium akan memperlihatkan hasil tes yang berada di luar nilai
normal. Untuk informasi lebih lanjut mengenai hasil tes laboratorium,
41
Laporan hasil sering sulit ditafsirkan. Beberapa angka dilaporkan dengan
satuan ‘x10.e3’ atau ‘x103’. Ini berarti jumlah yang dicatat harus dikalikan
1.000. Contohnya, bila hasil adalah 8,77 dengan unit ‘x10.e3’, jumlah
sebenarnya adalah 8.770.
Tes Sel Darah Merah
Sel darah merah, yang juga disebut sebagai eritrosit, bertugas
mengangkut oksigen dari paru ke seluruh tubuh. Fungsi ini dapat diukur
melalui tiga macam tes. Hitung Sel Darah Merah (red blood cell
count/RBC) yang menghitung jumlah total sel darah merah; hemoglobin
(Hb) yaitu protein dalam sel darah merah yang bertugas mengangkut
oksigen dari paru ke bagian tubuh lainnya; dan hematokrit (Ht atau HCT)
yang mengukur persentase sel darah merah dalam seluruh volume darah.
Orang yang tinggal di dataran tinggi umumnya mempunyai lebih
banyak sel darah merah. Ini merupakan upaya tubuh mengatasi
kekurangan oksigen. Eritrosit, Hb dan Ht yang sangat rendah
menunjukkan adanya anemia, yaitu sel tidak mendapat cukup oksigen
untuk berfungsi secara normal. Jika kita anemia, kita sering merasa lelah
dan terlihat pucat. Tentang kelelahan,
Volume Eritrosit Rata-Rata (VER) atau mean corpuscular
volume (MCV) mengukur besar rata-rata sel darah merah. MCV yang kecil
berarti ukuran sel darah merahnya lebih kecil dari ukuran normal.
Biasanya hal ini disebabkan oleh kekurangan zat besi atau penyakit kronis.
MCV yang besar dapat disebabkan oleh obat HIV, terutama AZT dan d4T.
Ini tidak berbahaya. MCV yang besar menunjukkan adanya anemia
megaloblastik, dengan sel darah merahnya besar dan berwarna muda.
Biasanya hal ini disebabkan oleh kekurangan asam folat.
Red Blood Cell Distribution Width (RDW) mengukur lebar sel
darah merah. Hasil tes ini dapat membantu mendiagnosis jenis anemia dan
kekurangan beberapa vitamin.
42
Hemoglobin Eritrosit Rata-Rata (HER) atau mean corpuscular
hemoglobin (MCH) dan Konsentrasi Hemoglobin Eritrosit Rata-Rata
(KHER) atau mean corpuscular hemoglobin concentration (MCHC atau
CHCM) masing-masing mengukur jumlah dan kepekatan hemoglobin.
MCH dihitung dengan membagi hemoglobin total dengan jumlah sel darah
merah total.
Trombosit atau platelet (PT atau PLT) berfungsi membantu
menghentikan perdarahan dengan membentuk gumpalan dan keropeng.
Jika trombosit kita kurang, kita mudah mengalami perdarahan atau memar.
Orang HIV-positif kadang trombositnya rendah (disebut trombositopenia).
Obat HIV dapat mengatasi keadaan ini. Trombosit tinggi biasanya tidak
punya pengaruh besar pada kesehatan.
Tes Sel Darah Putih
Sel darah putih (disebut juga leukosit) membantu melawan
infeksi dalam tubuh kita.
Hitung Sel Darah Putih (white blood cell count/WBC) adalah
jumlah total sel darah putih. Leukosit tinggi (hitung sel darah putih yang
tinggi) artinya tubuh kita sedang melawan infeksi. Leukosit rendah artinya
ada masalah dengan sumsum tulang. Leukosit rendah disebut leukopenia
atau sitopenia yang berarti tubuh kurang mampu melawan infeksi.
Dari hasil yang kami peroleh dalam perhitungan jumlah sel darah baik itu
leukosit maupun eritrosit mengalami pertentangan dengan teori yang ada.
Jumlah sel darah merah dan sel darah putih kurang dari yang seharusnya.
Hal ini tentun menimbulkan beberapa kemungkinan yaitu :
Belum adanya keterbiasaan dalam perhitungan lewat media
mikroskop
Adanya kesalahan perhitungan
Kemumgkinan adanya masalah pada tester misalnya tester mengalami
anemia karena kelelahan atau kurang tidur.
43
c. Kesimpulan
Dari hasil praktikum yang telah kami lakukan mengenai kegiatan
perhitungan jumlah sel darah, kami dapat mengambil kesimpulan yaitu :
Untuk menghitung jumlah sel darah dengan menggunakan media
mikroskop harus dan sangat membutuhkan ketelitian yang tinggi
karena bisa saja akan menimbulkan kesalahan dalam menentukan
jumlah sel darah
Inti perhitungan jumlah sel darah adalah jumlah sel darah yang
berada pada masing – masing kotak yang ada pada counting
chamber.
Gunakanlah rumus berikut untuk menghitung jumlah sel darah
merah dalam setiap mm3 : Jumlah sel darah merah = ne x p x 50
Ne = jumlah eritrosit dalam 5 kotak
p = besarnya pengenceran
Gunakanlah rumus berikut untuk menghitung jumlah sel darah
putih dalam setiap mm3 : Jumlah sel darah putih = ne x p x 2,5
Ne = jumlah leukosit dalam 4 kotak
p = besarnya pengenceran
44
KEGIATAN III
a. Hasil Pengamatan
Tulislah hasil pengamatan saudara dalam tabel berikut ini :
No. Nama Tester Kelamin Cara Sahli Cara Tallquist1. Dwi Novianti P 112. Widyastuti P 8,23. Zulmy P 12,54. Rosna P 12,1
b. Pembahasan
Untuk menentukan kadar hemoglobin dalam darah, dapat
digunakan 2 cara yaitu, cara Sahli dan cara Tallquist.Untuk cara sahli, dalah
yang diambil diencerkan dengan larutan HCl 0,1 N, kemudian samakan
dengn warna standar yang ada pada haemocytometer. Jika belum sama
warnanya, maka kembali encerkan dengan menggunakan HCl sampai
mendapatkan arna yang sama dengan warna standar pada haemcytometer.
Untuk cara Tallquist, sama halnya dengan cara sahli,
perbedaannya adalah jika pada cara sahli menggnakan warna standar pada
haemocytometer, maka pada cara Tallquist menggunakan warna standar pada
test paper Tallquist.
Hasil yang kami dapatkan dari percobaan ini adalah jumlah kadar
haemoglobin yang telah diujikan adalah tiga dari 4 tester yang menjadi bahan
percobaan menunjukan jumlah yang melebihi batas normal yang seharusnya.
Hal ini disebabkan karena tester pertama memang sedang mengandung
sehingga otomatis kadar haemoglobinnya naik. Sama halnya dengan dua
tester lainnya juga memiliki kadar haemoglobin yang melebih standar
disebabkan karena sedang adalam masa menstruasi sehingga kadar
haemglobinnya berlebih.
45
c. Kesimpulan
Dari praktikum dan percobaan yang telah kami lakukan pada kegiatan
haemoglobin darah , kami mendapatkan beberapa kesimpulan yaitu :
Untuk menentukan kadar haemoglobin dalam darah ada dua cara yaitu
cara Sahli dan Cara Talquist
Untuk mendapatkan kadar haemoglobin terlebih dahulu darah yang kita
ambil harus diencerkan terlebih dahulu untuk mendapatkan warna yang
sesuai dengan warna standar.
Wanita hamil dan wanita yang sedang berada dalam masa menstruasi,
secara otomatis kadar haemoglobinnya akan semakin tinggi.
46
KEGIATAN IV
a. Hasil Pengamatan :
No. Nama JenisKelamin
Usia Sistole Diastole
1. Dwi Novianti P 26 110 602. Widyastuti P 19 110 703. Zulmy P 19 110 704. Rosna P 19 110 80
b. Pembahasan
Mengukur tekanan darah memang terkesan masalah sederhana.
Tapi akibatnya, kegiatan ini seringkali dilupakan orang. Sebagian besar orang
yang tahu berapa tekanan darahnya adalah mereka yang memang sudah
mengalami masalah.
Sebenarnya pengukuran tekanan darah bisa dan cukup mudah
untuk dilakukan sendiri. Masalahnya, hanya sedikit di antara kita yang
memiliki alat pengukur tekanan darah. Tapi setiap masalah tentu ada jalan
keluarnya. Anda bisa melakukan pengukuran tekanan darah di Puskesmas,
Rumah Sakit atau dokter keluarga Anda. Tidak perlu setiap hari. Bila tekanan
darah Anda normal, cukuplah bila Anda memeriksakan diri 2 bulan sekali,
tapi bila Anda memiliki masalah pada tekanan darah, tentu dokter Anda akan
melakukan pemeriksaan dalam jangka waktu tertentu sesuai kebutuhan.
Bila Anda memiliki alat ukur sendiri, tentu akan lebih baik. Anda
dapat memeriksakan diri Anda sekeluarga setiap saat secara teratur. Terlebih
bila ada di antara Anda sekeluarga yang menderita tekanan darah tinggi.
Pemeriksaan yang teratur dapat membantu untuk memantau tekanan darah
Anda sekaligus untuk melihat reaksi obat yang Anda minum, pola makan yang
Anda terapkan dan olah raga yang Anda lakukan terhadap tekanan darah.
Ada orang yang tekanan darahnya langsung naik saat melihat
dokter. Kasus seperti ini dikenal dengan istilah "White Coat Hypertension"
atau hipertensi jubah putih. Bila anda yakin alat ukur yang Anda gunakan
47
berfungsi baik dan pemeriksaan dilakukan dengan benar, Anda bisa
menceritakan hal ini kepada dokter Anda. Jelaskan berapa tekanan darah
umumnya saat Anda melakukan pemeriksaan di rumah. Informasi seperti ini
tentu sangat berguna bagi dokter untuk meninjau pengobatan yang diberikan.
Pemeriksaan sebaiknya dilakukan pada waktu-waktu yang
berbeda dalam sehari dan kondisi yang berbeda. Pemeriksaan sebaiknya
dilakukan lebih sering saat pengobatan baru di mulai. Setiap orang bisa saja
memiliki respons yang berbeda terhadap suatu obat dibanding orang lain.
Karena itu, periksakan tekanan darah Anda secara teratur untuk
mengetahui kondisi tubuh Anda dengan lebih baik. Bila tekanan darah Anda
mendekati 140/85 dalam beberapa kali pemeriksaan berturut-turut, kunjungi
dokter Anda untuk berkonsultasi. Anda mungkin memerlukan perubahan pola
makan dan aktivitas fisik menuju gaya hidup yang lebih sehat.
Hasil yang kami dapatkan dalam percobaan kali ini adalah
jumlah terkanan normal sistole pada manusia dibawah umur 30 tahun adalah
110 – 120 mmhg sementara tekanan distolenya berkisar antara 70 – 80 mmhg.
c. Kesimpulan
Dari praktikum yang telah kami lakukan, kami dapat mengambil kesimpulan :
Jumlah terkanan normal sistole pada manusia dibawah umur 30 tahun
adalah 110 – 120 mmhg sementara tekanan distolenya berkisar antara
70 – 80 mmhg.
Tekanan darah sistolik adalah tekanan yang dihasilkan oleh janting
yang mendorong ventrikel masuk ke dalam arteri yang terenggang.
Selama diastole arteri tetap masih mengembung karena tahanan pariferi
dari arteriole – arteriole menghalangi semua darah mengalir kedalam
jaringan
Tekan sistolik adalah jumlah tekanan yang diturunkan dimana denyut
mulai dapat dirasakan oleh stetoskop pada arteri brakhialis pada
lekukan siku dapat didengar dengan jelas
48
KEGIATAN V
a. Hasil Pengamatan :
No. Nama Tester Wakti Koagulasi1. Dwi Novianti isa 5 menit 30 detik2. Widyastuti Al Anshar 2 menit 6 detik3. Zulmy Savitri Abdun 2 menit 30 detik4. Rosna Harun 4 menit 33 detik
b. PembahasanUntuk mendapatkan waktu koagulasi dari masing – masing
individu manusia, kita membutuhkan sampel darah dari manusia itu sendiri.
Pada intinya untuk menentukan waktu koagulasi darah adalah saat
terbentuknya benang – benang fibrin pada ujung jarum. Waktu koagulasi darah
untuk setiap individu pada umumnya berbeda. Menentukan waktu koagulasi
darah diawali dengan membersihkan permukaan jari ke – 3 atau ke – 4 dengan
alkohol 70 % Setelah alkohol kering, tusukkan ujung jari tersebut dengan
jarum blood lancet sedalam 3 mm. Dengan posisi ujung jari menghadap
vertikal ke bawah, hapuslah dua tetes darah yang keluar pertama. Satu tetes
berikutnya, teteskan pada salah satu ujung kaca benda dan catatlah waktu pada
saat darah tersebut tepat keluar dari tusukan. Satu tetes berikutnya teteskan
pada ujung lain dari kaca tersebut. Tiap 30 detik tetesan pertama diangkat atau
ditarik – tarik dengan lidi atau ujung jarum. Catat waktu pertama kali terjadi
tarikan benang – benang fibrin pada ujung jarum. Segera setelah terjadi benang
fibrin tersebut, tarik pula pada tetesan darah kadua. Jika pada tetesan kedua
belum terjadi benang – benang fibrin, teruskan penarkan tersebut pada tetesan
darah kedua setiap 30 detik sampai terjadi benang – benang fibrin. Waktu
koagulasi ialah saat sejak pencatatan keluarnya tetesan darah pertama sampai
mulai terlihat benang – benang fibrin pada tetesan kedua.
49
c. Kesimpulan
Dari praktikum untuk menentukan waktu koagulasi darah, kami mendapatkan
beberapa kesimpulan yaitu
Waktu koagulasi adalah saat sejak pencatatan kieluarnya tetesan darah
pertama sampai tepat mulai terlihat benang – benang fibrin pada tetesan
kedua.
Perbedaan waktu koagulasi dipengaruhi oleh umur dari individu
manusia tersebut, semakin tua manusia maka akan semakin lama waktu
koagulasinya, dan begitu sebaliknya, saat manusia masih berada dalam
usia remaja, waktu koagulasinya masih sangat cepat.
50
KEGIATAN VI
a. Hasil Pengamatan :
No. Nama Tester Waktu Perdarahan1. Dwi Novianti isa 1 menit 30 detik2. Widyastuti Al Anshar 2 menit 5 detik3. Zulmy Savitri Abdun 1 menit 30 detik4. Rosna Harun 1 menit 30 detik
b. PembahasanSetiap individu manusia memiliki waktu perdarahan yang
berbeda. Tetapi tidak akan menutup kemungkinan bahwa setiap individu juga
memiliki waktu perdarahan yang sama. Untuk menguji waktu perdarahan dari
setiap individu, dapat dilakukan dengan cara sebagi berikut.
Berikan daun telinga atau ujung jari ke – 3 atau ke – 4, olesi
dengan alkohol 70 % dan biarkan kering. Tusukan tepi lateral daun telinga
dengan blood lancet 2 mm atau jika pakai ujung jari sedalam 3 mm. Catatlah
waktu tepat mulai keluar tetesan darah pertama. Tiap 30 detik isaplah tetesan
darah yang keluar dengan kertas isap. Jagalah jangan sampai menekan kuli9t
pada saat menghisap darah. Catatlah waktu darah tidak dapat dihisap lagi.
c. Kesimpulan
Dari kegiatan yang telah kami lakukan yaitu kegiatan mengenai waktu
perdarahan, kami dapat mengambil kesimpulan :
Waktu peradarahan dipengaruhi oleh ukuran tubuh. Semakin besar
ukuran tubuh suatu individu manusia maka waktu perdarahannnya
juga akan semakin lama, sementara jika semakin kecil tubuh
seseorang, maka semakin cepat pula waktu perdarahannya.
51
KEGIATAN VII
a. Hasil Pengamatan :
No. Nama Tester 0,4 % 0,6 % 0,8 % 0,9 %
1. Zulmy Savitri AbdunBulat Halus
Bulat Bergerigi
Bulat Bergerigi
Bulat Tidak
Beraturan
b. Pembahasan
Sel – sel darah akan membengkak dan pecah bila dimasukkan
dalam larutan yang tekanan osmosisnya jauh lebih kecil dari pada tekanan
osmosis isi sel darah/ hipotonis yang akan mengerut bila dimasukkan dalam
larutan yang tekanan osmosisnya lebih besar dari pada tekanan osmosis isi sel
darah / hipertonis.
Untuk menguji tekanan cairan sel sel darah dapat dilakukan
dengan cara sevagai berikut. Teteskan sedikit darah anda pada 5 buah kaca
obyek. Teteskan larutan NaCl pada masing – masing kaca objek dengan
konsentrasi 0,4 ; 0,6 ; 0,8, ; 1, ; dan 1,2 %. Amati masing – masing objek gelas
tersebut di bawah mikroskop.
Hasil yang kami dapatkan dari kegiatan praktikum adalah tidak
sesuai dengan teori yang berlaku. Hal ini menimbulkan beberapa kemungkinan
yang menyebabkan adanya kesahan hasil yang tidak sesuai denga dasar teori
yang ada yaitu adanya kemungkinan penggunaan pelarut atau kesalahan
pemberian label pada bahan atau sampel yang akan diteliti tekanan cairan sel
sel darahnya.
c. Kesimpulan
Dari kegiatan praktikum ini, kami bisa mengambil kesimpulan
yaitu Sel – sel darah akan membengkak dan pecah bila dimasukkan dalam
larutan yang tekanan osmosisnya jauh lebih kecil dari pada tekanan osmosis isi
52
sel darah/ hipotonis yang akan mengerut bila dimasukkan dalam larutan yang
tekanan osmosisnya lebih besar dari pada tekanan osmosis isi sel darah /
hipertonis.
KEGIATAN VIII
a. Hasil Pengamatan
Saat Belum Ditambahkan Zat : Sirkulasi darah normal
Setelah Pemberian Nikotin : Sirkulasi mengalami perlambatan
Setelah Pemberian Natrium Nitrat : Sirkulasi Menjadi cepat melebihi normal
b. Pembahasan
Arteriol pada hewan merupakan bagian sensitif sekaligus bagian
yang paling mudah untuk diamati jika ingin mengetahui sistem sirkulasi darah
pada hewan. Beberapa zat kimia dapat menyebabkan pengembangan ( zat
dilator ) dan zat lain dapat menyebabkan penyempitan ( zat konstriktor )
pembuluh darah. Kedua macam zat kimia tersebut kelompokkanlah dalam
kelompok A dan kelompok B. Untuk mengetahu pengaruh rangsangan zat – zat
kimia terhadap arteriol, dapat dilakukan dengan cara – cara sebagai berikut.
Pengamatan dilakukan oleh dua orang secara bersama – sama
Seorang harus siap untuk memberi zat kimia 2 – 3 tetes dengan pipet pada
selaput katak yang akan diamati, yang seorang lagi melihat pada mikroskop
apa yang terjadi pada waktu sebelum , selama dan sesudah pemberian cat
kimia. Pengamatan dilakukan 2 – 5 menit sampai seluruh zat kimia telah
masuk jaringan darah. Gunakanlah hanya satu konstriktor dan satu dilatator
pada masing – masing selaput renang kaki kiri atau kanannya. Selidikilah
pengaruh zat – zat kimia mana yang menyebabkan pengembangan dan mana
yang menyebabkan penyempitan pembuluh darah. Untuk mengetahui
pengembangan dan penyempitan adalah sukar. Lebih mudah untuk menyelidiki
adalah dengan membandingkan diameter pembuluh tersebut dengan diameter
eritrosit, yaitu dengan cara bagaimana lajunya eritrosit tersebut mengalir.
Berapa lama zat kimia tersebut berpengaruh pada pengembangan dan
penyempitan pembuluh darah.
53
c. Kesimpulan
Dari kegiatan praktikum ini, kami dapat mengambil kesimpulan bahwa :
Beberapa zat kimia dapat menyebabkan pengembangan ( zat dilator )
dan zat lain dapat menyebabkan penyempitan ( zat konstriktor )
pembuluh darah.
Nikotin merupakan suatu zat kimia yang berfungsi untuk
memperlambat peredaran darah tetapi menimbulkan efek untuk
mengentalkan darah dan mempersempit pembulih darah
Natrium nitrat merupakan suatu senyawa yang berfungsi untuk
mempercepat sikulasi darah serta mempu mengencerkan darah serta
memperlebar pembuluh darah , tetapi bisa menimbulkan hipertensi jiga
digunakan berlebih.
54
D. Menjawab Pertanyaan
KEGIATAN IGOLONGAN DARAH
SOAL !!!
1. Buatlah diagram hubungan antara golongan darah ABO, mana yang
dimaksud donor universal dan resifien universal ?
2. Jelaskan apa yang dimaksud dengan antigen, natibody, aglutinogen, dan
agglutinin serta Rh+ jelaskan hubungannya dengan transfusi darah !
3. Jelaskan apa yang dimaksud dengan erythoblastosis fetalis ?
JAWAB
1. Individu dengan golongan darah AB memiliki sel darah merah dengan
antigen A dan B serta tidak menghasilkan antibodi terhadap antigen A
maupun B. Sehingga, orang dengan golongan darah AB-positif dapat
menerima darah dari orang dengan golongan darah ABO apapun dan
disebut resipien universal. Namun, orang dengan golongan darah AB-
positif tidak dapat mendonorkan darah kecuali pada sesama AB-positif.
Individu dengan golongan darah O memiliki sel darah tanpa antigen, tapi
memproduksi antibodi terhadap antigen A dan B. Sehingga, orang dengan
golongan darah O-negatif dapat mendonorkan darahnya kepada orang
dengan golongan darah ABO apapun dan disebut donor universal. Namun,
orang dengan golongan darah O-negatif hanya dapat menerima darah dari
sesama O-negatif.
Kecocokan golongan darah
Tabel kecocokan RBC
Gol. darah
resipienDonor harus
AB+ Golongan darah manapun
55
AB- O- A- B- AB-
A+ O- O+ A- A+
A- O- A-
B+ O- O+ B- B+
B- O- B-
O+ O- O+
O- O-
Tabel kecocokan plasma
Resipien Donor harus
AB AB manapun
A A atau AB manapun
B B atau AB manapun
O O, A, B atau AB manapun
Diagram hubungan antara golongan darah
AB
A + B
A
β dan A
O
α + β
B
α dan B
56
2. faktor Rhesus atau faktor Rh. Nama ini diperoleh dari monyet jenis Rhesus
yang diketahui memiliki faktor ini pada tahun 1940 oleh Karl Landsteiner.
Seseorang yang tidak memiliki faktor Rh di permukaan sel darah
merahnya memiliki golongan darah Rh-. Mereka yang memiliki faktor Rh
pada permukaan sel darah merahnya disebut memiliki golongan darah
Rh+. Jenis penggolongan ini seringkali digabungkan dengan
penggolongan ABO. Golongan darah O+ adalah yang paling umum
dijumpai, meskipun pada daerah tertentu golongan A lebih dominan, dan
ada pula beberapa daerah dengan 80% populasi dengan golongan darah B.
Kecocokan faktor Rhesus amat penting karena ketidakcocokan golongan.
Misalnya donor dengan Rh+ sedangkan resipiennya Rh-) dapat
menyebabkan produksi antibodi terhadap antigen Rh(D) yang
mengakibatkan hemolisis..
57
KEGIATAN IIMENGHITUNG JUMLAH SEL DARAH
SOAL !!!
1. Adakah perbedaan antara jumlah sel darah merah ataupun sel darah putih
dari masing – masing praktikan yang diperiksa, mengapa demikian ?
Kemukakan hal – hal yang memungkinkan adanya perbedaan tersebut !
2. Dalam percobaan tersebut di atas digunakan pengenceran baik pada
perhitungan sel darah merah maupun sel darah putih, mengapa demikian.
Jelaskan jawaban anda !
JAWAB
1. Terdapat perbedaan antara jumlah sel darah merah dan sel darah putih. Hal
ini disebabkan karena adanya perbedaan fungsional serta perbedaan
pembentukan dari kedua sel darah tersebut. Sel darah merah lebih banyak
karena secara umum berperan penting dalam sistem sirkulasi darak ke
seluruh tubuh sementara sel darah putih hanya berfunngsi untuk
melindung darah dan sistemnya dari serangan bakteri yang hidup dalam
darah. Selain itu tempat pembentukannya, sel darah merah dibentuk dalam
sum – sum tulang sementara leukosit hanya dibentuk di luar sum – sum
tulang dan secara otomatis akan mempersedikit jumlah produksi sel datah
putih.
2. Pengenceran dilakukan dengan tuuan untuk mempermudah dan
memperjelas pengamatan serta perhitungan terhadap jumlah sel darah
merah dan sel darah putih yang berada dalam satu individu manusia.
58
KEGIATAN IIIHAEMOGLOBIN DARAH
SOAL !!!
1. Apakah fungsi Hb ? Apakah juga terdapat pada hewan – hewan tingkat
rendah ?
2. Apaka tujuan membiarkan darah yang diencerkan selama 10 menit pada
cara Sahli ?
3. Jelaskan hubungan konsentrasi Hb dengan stamina seseorang ?
4. Sebutkan faktor rendahnya Hb darah !
5. Apakah terdapat perbedaan jumlah Hb pada anggota kelompok laki – laki
dan perempuan ? Jelaskan !
6. Jelaskan mekanisme kerja dan fungsi Hb dalam darah !
JAWAB !!!
1. Fungsi Hb yaitu salah satunya adalah untuk membantu dalam
mempercepat proses pembekuan darah. Untuk hewan – hewan tingkat
rendah, tidak ada haemoglobin yang terkandung di dalamnya.
2. Tujuan membiarkan darah diencerkan selama 10 menit adalah untuk
mempermudah mendapatkan dan menentukan kadar dan konsentrasi
haemoglobin serta untuk meringankan pekerjaan dalam mendapatkan
warna standar yang ada pada haemocytometer
3. Hubungan Hb dengan stamina seseorang adalah semakin tinggi jumlah Hb
seseorang maka orang tersebut akan semakin mudah merasakan kelelahan
tetapi sebaliknya semakin normal kadar Hb seseorang maka semakin lama
orang tersebut akan merasakan kelelahan.
4. Fakor – faktor penyebab rendahnya Hb yaitu stress, kurang tidur atau
kecapaian.
5. Jumlah Hb antara wanita dengan pria berbeda. Hal ini dapat diketahui dari
jumlah normal atau jumlah standar konsentrasi Hb antara pria dan wanita.
Kadar normal Hb dari wanita adalah 9 sementara kadar normal Hb pria
adalah 14.
59
6. Mekanisme kerja haemoglobin yaitu pertama – tama haemoglobin
dipecah menjadi globin dan hematin. Gloin sendiri masuk ke dalam
pembuluh darah melalui limfa lalu ke sumsum tulang. Sementara hematin
terus masuk mengikuti aliran darah masuk ke hati dan berkonjugasi
dengan asam glukoronat. Setelah itu sebagian hematin akan masuk ke
dalam canaliculi empedu lalu ke ductus hepaticus dan terakhir ke usus.
Dalam usus hematin kembali berkonjugasi dan masuk ke dalam ginjal dan
dikeluarkan oleh tubuh dalam bentuk urine tetapi yang berwarna kuning.
Sementara itu sebagian hematin lainnya masuk ke dalam illeum dan
dikeluarkan oleh tubuh dalam bentuk tinja yang berwarna kuning.
Secara umum, fungsi Hb dalam darah yaitu membantuk mengikat dan
bergabung dengan okiogen dalam sistem sirkulasi darah yang kemudian
oksigen yang diikat Hb tadi disebarkan ke seluruh tubuh.
60
KEGIATAN IVTEKANAN DARAH
SOAL !!!
1. Apakah yang dimaksud dengan tekanan darah sistole dan diastole ?2. Jelaskan faktor – faktor apa saja yang dapat mempertahankan tekanan
darah ?3. Mengapa dengan bertambahnya usia tekanan darah juga naik ?
JAWAB !!!
1. Pada pemeriksaan tekanan darah akan didapat dua angka. Angka yang
lebih tinggi diperoleh pada saat jantung berkontraksi (sistolik), angka yang
lebih rendah diperoleh pada saat jantung berelaksasi (diastolik).contohnya
Tekanan darah merujuk kepada tekanan yang dialami darah pada
pembuluh arteri darah ketika darah di pompa oleh jantung ke seluruh
anggota tubuh manusia. Tekanan darah dibuat dengan mengambil dua
ukuran dan biasanya diukur seperti berikut - 120 /80 mmHg. Nomor atas
(120) menunjukkan tekanan ke atas pembuluh arteri akibat denyutan
jantung, dan disebut tekanan sistole. Nomor bawah (80) menunjukkan
tekanan saat jantung beristirahat di antara pemompaan, dan disebut
tekanan diastole.
2. Faktor – Faktor yang dapat Mempertahankan Tekanan darah yaitu :
Olahraga sangat bermanfaat bagi tubuh. Diantara banyak manfaat
olahraga, salah satunya adalah bahwa olahraga dapat meningkatkan
kerja jantung dan pembuluh darah. respon fisiologis terhadap olahraga
adalah meningkatnya curah jantung yang akan disertai meningkatnya
distribusi oksigen ke bagian tubuh yang membutuhkan. Sedangkan
pada bagian-bagian yang kurang memerlukan oksigen akan terjadi
vasokonstriksi, misal traktus digestivus. Meningkatnya curah jantung
pasti akan berpengaruh terhadap tekanan darah.
Ginjal mengendalikan tekanan darah melalui beberapa cara:Jika
tekanan darah meningkat, ginjal akan menambah pengeluaran garam
dan air, yang akan menyebabkan berkurangnya volume darah dan
mengembalikan tekanan darah ke normal. Jika tekanan darah
61
menurun, ginjal akan mengurangi pembuangan garam dan air,
sehingga volume darah bertambah dan tekanan darah kembali ke
normal. Ginjal juga bisa meningkatkan tekanan darah dengan
menghasilkan enzim yang disebut renin, yang memicu pembentukan
hormon angiotensi, yang selanjutnya akan memicu pelepasan hormon
aldosteron.
Sistem saraf otonom
Sistem saraf simpatis merupakan bagian dari sistem saraf otonom,
yang untuk sementara waktu akan:meningkatkan tekanan darah
selama respon fight-or-flight (reaksi fisik tubuh terhadap ancaman dari
luar) meningkatkan kecepatan dan kekuatan denyut jantung; juga
mempersempit sebagian besar arteriola, tetapi memperlebar arteriola
di daerah tertentu (misalnya otot rangka, yang memerlukan pasokan
darah yang lebih banyak) mengurangi pembuangan air dan garam oleh
ginjal, sehingga akan meningkatkan volume darah dalam tubuh
melepaskan hormon epinefrin (adrenalin) dan norepinefrin
(noradrenalin), yang merangsang jantung dan pembuluh darah
3. Jantung memompa lebih kuat sehingga mengalirkan lebih banyak cairan
pada setiap detiknya Arteri besar kehilangan kelenturannya dan menjadi
kaku, sehingga mereka tidak dapat mengembang pada saat jantung
memompa darah melalui arteri tersebut. Karena itu darah pada setiap
denyut jantung dipaksa untuk melalui pembuluh yang sempit daripada
biasanya dan menyebabkan naiknya tekanan. Inilah yang terjadi pada usia
lanjut, dimana dinding arterinya telah menebal dan kaku karena
arteriosklerosis. Dengan cara yang sama, tekanan darah juga meningkat
pada saat terjadi "vasokonstriksi", yaitu jika arteri kecil (arteriola) untuk
sementara waktu mengkerut karena perangsangan saraf atau hormon di
dalam darah. Bertambahnya cairan dalam sirkulasi bisa menyebabkan
meningkatnya tekanan darah. Hal ini terjadi jika terdapat kelainan fungsi
ginjal sehingga tidak mampu membuang sejumlah garam dan air dari
dalam tubuh. Volume darah dalam tubuh meningkat, sehingga tekanan
darah juga meningkat.
62
KEGIATAN VKOAGULASI DARAH
SOAL !!!
1. Jelaskan mekanisme terjadinya koagulasi darah menurut Morowitz !
2. Faktor – faktor apa saja yang mempengaruhi kecepatan koagulasi darah ?
JAWAB !!!
1. Di dalam pembuluh darah yang tidak rusak mengandung heparin, substansi
ini berguna untuk mencegah terjadinya trombin dari protrombin sehingga
disebut anti trombin. Heparin ini juga dapat menetralisir beberapa trombin
yang terbentuk secara kebetulan. Ketika pembuluh darah pecah atau
terluka, trombosit dan jaringan yang rusak membebaskan trombokinase.
Trombokinase ini merupakan bahan kimia yang menentralisir heparin.
Pada penderita haemophilia, pembekuan berlangsung sangat lamban
karena kekurangan trmbokinase atau yang memiliki sedikit trombosit.
2. Faktor – faktor yang mempercepat koagulasi darah yaitu :
Oleh panas yang sedikit lebih tinggi dari pada suhu badan
Kontak dengan bahan kasar, seperti pinggiran kasar dari pembuluh
darah yang rusak atau dengan pembalut.
63
KEGIATAN VIWAKTU PERDARAHAN
SOAL !!!
1. Apakah yang dimaksud dengan waktu perdarahan ?
JAWAB !!!
1. Waktu peredaran darah adalah waktu rentang antara waktu saat darah
pertama kali keluar dari tubuh kita dengan waktu ketika darah berhenti
mengalir atau keluar dari tubuh kita. Intinya peredaran darah adalah
lamanya waktu darah mengalir keluar dari tubuh sampai darah itu berhenti
keluar.
64
KEGIATAN VIITEKANAN CAIRAN SEL - SEL DARAH
SOAL !!!
1. Proses apakah yang menyebabkan darah membengkak pada larutan
hipotonis dari mengerut pada larutan hipertonis ?
2. Larutan NaCl manakah yang isotonik untuk darah anda ?
JAWAB !!!
1. Proses yang menyebabkan darah membengkak pada larutan hipotonis
adalah masuknya larutan yang tekanan osmosisnya dari luar sel darah jauh
lebih kecil dibanding tekanan osmosis yang berada di dalam sel darah. Dan
sebaliknya darah akan mengerut pada larutan hipertonis karena masuknya
larutan yang tekanan osmosisnya dari luar lebih besar dibanding tekanan
osmosis yang berada di dalam sel darah.
2. Larutan NaCl yang isotonik dengan darah kami adalah NaCl dengan
konsentrasi yang mampu membuat bentuk sel darah menjadi halus dan tak
bergerigi.
65
KEGIATAN VIIIRANGSANGAN PADA PEMBULUH DARAH
SOAL !!!
1. Dari hasil pengamatan nyatakan perbedaan – perbedaan yang ada pada
arteri dan vena.
2. Oleh suatu zat dilatator, maka pembuluh darah dapat diperlebar . Apakah
pengaruhnya terhadap kecepatan aliran darah dan tekanan darah ?
3. Apakah fungsi dari pembuluh darah kapiler ?
JAWAB !!!
1. Arteri. Arteri mengalirkan darah dari jantung ke seluruh tubuh. Di sini
darah mengalir dengan cepat dan dengan tekanan tinggi. Oleh karena itu
arteri mempunyai dinding yang kuat.
Vena. Vena mengalirkan darah dari seluruh tubuh ke jantung. Karena
tekanan di sini rendah, dinding vena tipis. Vena mempunyai kemampuan
menampung darah sehingga dinding vena dapat meluas sesuai dengan
kebutuhan tubuh.
2. Zat dilatator dapat memperlebar pembuluh darah dan secara otmatis
mampu mempercepat proses transfusi darah atau proses sirkulasi darah.
Tetapi dapat memicu naiknya tekanan darah sehingga kemungkinan besar
bisa mengakibatkanb atau menimbulkan penyakit hipertensi.
3. Pembuluh darah kapiler berfungsi untuk memperlancar pertukaran zat –
zat makanan antara darah dan cairan interstisial serta membantu
menentukan jumlah protein dalam plasma dan cairan interstisial dan juga
membantu menenyukan volume plasma dan cairan interstisial.