praktikum gula darah dll

53
1. Judul Praktikum Praktikum I (Pemeriksaan Glukoa Puasa dan Tes Toleransi Glukosa) 2. Dasar Teori 2.1 Glukosa Glukosa adalah karbohidrat terpenting, kebanyakan karbohidrat dalam makanan diserap ke dalam aliran darah sebagai glukosa, dan gula lain diubah menjadi glukosa dihati. Glukosa adalah bahan bakar metabolik utama pada mamalia (kecuali pemamah biak ) dan bahan bakar universal bagi janin. Glukosa adalah prekursor untuk sintesis semua karbohidrat lain di tubuh, termasuk glikogen untuk penyimpanan, ribosa dan deoksiribosa dalam asam nukleat, galaktosa dalam laktosa susu, dalam glikolipid, dan sebagai kombinasi dengan protein dalam glikoprotein dan proteoglikan. Penyakit terkait metabolisme karbohidrat adalah diabetes melitus, galaktosemia, penyakit penimbunan glikogen dan intoleransi laktosa (Murray,dkk,2006:119). 2.2 Tahap Absorbtif (Makan Besar) dan Postabsorbtif (Puasa). 2.2.1 Tahap Absorbtif Tahap Absorbtif adalah periode setelah makan dan selama absorpsi nutrien. Semua nutrien dalam darah berada dalam konsentrasi tinggi dan sumber energi utamanya adalah glukosa. Di tahap ini, glukosa yang tidak teroksidasi menjadi energi mengalami glikogenesis atau lipogenesis untuk mengisi cadangan glikogen dan lemak. 2.2.2Tahap Posabsorbtif Tahap postabsorbtif adalah peride diantara waktu makan. Tubuh harus mempertahankan kadar normal glukosa darah untuk memenuhi kebutuhan energi. Glukosa diperoleh dari glikogen, protein jaringan, dan lemak.

Upload: entri-aprilia

Post on 10-Dec-2015

59 views

Category:

Documents


1 download

DESCRIPTION

pemeriksaan gula darah dan lainnya

TRANSCRIPT

Page 1: Praktikum Gula Darah Dll

1. Judul Praktikum Praktikum I (Pemeriksaan Glukoa Puasa dan Tes Toleransi Glukosa)

2. Dasar Teori2.1 Glukosa

Glukosa adalah karbohidrat terpenting, kebanyakan karbohidrat dalam makanan diserap ke dalam aliran darah sebagai glukosa, dan gula lain diubah menjadi glukosa dihati. Glukosa adalah bahan bakar metabolik utama pada mamalia (kecuali pemamah biak ) dan bahan bakar universal bagi janin. Glukosa adalah prekursor untuk sintesis semua karbohidrat lain di tubuh, termasuk glikogen untuk penyimpanan, ribosa dan deoksiribosa dalam asam nukleat, galaktosa dalam laktosa susu, dalam glikolipid, dan sebagai kombinasi dengan protein dalam glikoprotein dan proteoglikan. Penyakit terkait metabolisme karbohidrat adalah diabetes melitus, galaktosemia, penyakit penimbunan glikogen dan intoleransi laktosa (Murray,dkk,2006:119).

2.2 Tahap Absorbtif (Makan Besar) dan Postabsorbtif (Puasa). 2.2.1 Tahap Absorbtif

Tahap Absorbtif adalah periode setelah makan dan selama absorpsi nutrien. Semua nutrien dalam darah berada dalam konsentrasi tinggi dan sumber energi utamanya adalah glukosa. Di tahap ini, glukosa yang tidak teroksidasi menjadi energi mengalami glikogenesis atau lipogenesis untuk mengisi cadangan glikogen dan lemak.

2.2.2 Tahap Posabsorbtif Tahap postabsorbtif adalah peride diantara waktu makan. Tubuh harus

mempertahankan kadar normal glukosa darah untuk memenuhi kebutuhan energi. Glukosa diperoleh dari glikogen, protein jaringan, dan lemak.

a. Glukosa yang diperoleh dari glikogen.Sel-sel hati melepas glukosa dari cadangan glikogen (glikogenolisis) sehingga dapat mempertahankan kadar normal gula darah selama empat jam.

b. Glukosa yang diperoleh dari lemak.Glukoneogenesis menyediakan glukosa dari sumber-sumber lain, seperti gliserol, asam piruvat,asam laktat, dan asam keto. Asama lemak tidak dapat diubah menjadi glukosa, tetapi tubuh dapat menggantinya dengan katabolisme asam lemak untuk memberikan energi dan meberikan glukosa pada sistem saraf.

c. Glukosa yang diperoleh dari protein jaringan.Jika puasa diperpanjang dan setelah cadangan glikogen dan lemak habis, maka protein jaringan akan menjadi sumber glukosa Sloane (2003:309).

2.3 Efek Insulin terhadap Metabolisme Karbohidrat. Segera setelah menyantap makanan tinggi-karbohidrat,glukosa yang diabsorbsi ke

dalam darah menyebabkan sekresi insulin dengan cepat. Insulin selanjutnya menyebabkan ambilan, penyimpanan ,dan penggunaan glukosa yang cepat oleh

Page 2: Praktikum Gula Darah Dll

hampir semua jaringan tubuh, namun terutama oleh otot , jaringan adiposa dan hati (Guyton &Hal, 2007:1012).

2.4 Insulin Meningkatkan Ambilan, Penyimpanan, dan Penggunaan Glukosa oleh Hati

Salah satu efek insulin adalah menyebabkan sebagian besar glukosa yang diabsorbsi sesudah makan segera disimpan di hati dalam bentuk glikogen. Selanjutnya, diantara waktu makan, bila tidak tersedia makanan dan konsentrasi glukosa dalam darah mulai berkurang, sekresi insulin menurun dengan cepat dan glikogen hati dipecah kembali menjadi glukosa, yang akan dilepaskan kembali ke dalam darah untuk menjaga konsentrasi glukosa agar tidak berkurang terlalu jauh (Guyton &Hal, 2007:1013) .

2.2 Insulin Meningkatkan Metabolisme dan Ambilan Glukosa Otot. Dalam sehari, jaringan otot tidak bergantung pada glukosa untuk energinya tetapi

sebagian besar bergantung pada asam lemak. Alasan yang utama untuk hal tersebut, karena membran otot istirahat yang normal hanya sedikit permeabel terhadap glukosa, kecuali bila serabut otot dirangsang oleh insulin , diantara waktu -waktu makan, jumlah insulin yang disekresikan terlalu kecil untuk meningkatkan jumlah ambilan glukosa yang bermakna ke dalam sel-sel otot.

Akan tetapi, ada dua kondisi saat otot menggunakan sejumlah besar glukosa. Salah satu dari kondisi tersebut adalah selama kerja fisik sedang atau berat.Penggunaan glukosa yang besar ini tidak membutuhkan sejumlah besar insulin, karena serabut otot yang bekerja menjadi permeabel terhadap glukosa bahkan tanpa adanya insulin akibat proses kontraksi itu sendiri.

Keadaan kedua penggunaan sejumlah besar glukosa oleh otot adalah selama beberapa jam setelah makan. Pada saat ini konsentrasi glukosa darah tinggi dan pankreas menyekresikansejumlah besar insulin . Insulin tambahan menyebabkan transpor glukosa yang cepat ke dalam sel otot selama periode ini lebih cenderung menggunakan glukosa daripada asam lemak (Guyton &Hal, 2007:1012).

2.5 Mekanisme Metabolik & Hormonal Mengatur Kadar Glukosa DarahPemeliharaan kadar glukosa darah yang stabil merupakan salah satu mekanisme

homeostatik yang diatur paling ketat yang melibatkan hati, jaringan ekstrahepatik, dan beberapa hormon. Sel hati bersifat permeabel bebas untuk glukosa, sedangkan sel jaringan ekstrahepatik (selain sel β pulau langerhans pankreas) relatif impermeable (Murray,dkk,2006:180).

2.6 Hormon yang Memengaruhi Glukosa Daraha. Insulin Hormon ini dihasilkan oleh sel β pulau Langerhans di pankreas sebagai respon terhadap hiperglikemia. Insulin cepat menurunkan kadar glukosa darah dengan meningkatkan pemindahan glukosa kedalam jaringan adiposa dan otot dengan merekrut pengangkut glukosa dari bagian dalam sel ke membran plasma. b. Glukagon

Page 3: Praktikum Gula Darah Dll

Glukagon adalah hormon yang dihasilkan oleh sel α pulau pankreas. Sekresinya dirangsang oleh hipoglikemia. Di hati, glukagon merangsang glikogenolisis dengan mengaktifkan fosforilase. Glukagon juga meningkatkan glukoneogenesis dari asam amino dan laktat. Baik glikogenolisis maupun glukoneogenesis di hati berperan menimbulkan efek hiperglikemikglukgon yang kerjanya bertentangan dengan kerja insulin.c. Kelenjar Hipofisis Anterior Menyekresi hormon-hormon yang cenderung meningkatkan kadar glukosa darah sehingga melawan kerja insulin . Contoh hormon ini adalah ACTH (kortikotropin). Sekresi hormon pertumbuhan dirangsang oleh hipoglikemia, hormon menurunkan penyerapan glukosa di otot .d.Glukokortikoid Hormon ini bekerja dengan meningkatkan glukoneogenesis melalui peningkatan katabolisme asam amino dihati. Selain itu glkokortikoid menghambat pemakaian glukosa di jaringan ekstrahepatik. Dalam semua efek ini, glukokortikoid bekerja secara antagonistik terhadap insulin. e. Epinefrin Menyebabkan glikogenolisis di hati dan otot. Di otot, glikogenolisis menyebabkan peningkatan glikolisis, sedangkan di hati, hal ini menyebabkan pembebasan glukosa ke dalam aliran darah (Murray,dkk,2006:181).

2.7 Ringkasan Pengaturan Kadar Glukosa Darah Dalam Guyton &Hal( 2007:1012) menyatakan pada orang normal, biasanya

besarnya konsentrasi glukosa darah antara 80 dan 90 mg/100ml darah pada orang yang sedang berpuasa yang diukur sebelum makan pagi. Konsentrasi ini meningkat menjadi 120 sampai 140 mg/100ml selama kira-kira satu jam pertama setelah makan, namun sistem umpan balik yang mengatur kadar glukosa darah dengan cepat megembalikan konsentrasi glukosa ke nilai kontrolnya, biasanya terjadi setelah 2 jam sesudah absorbsi karbohidrat yang terakhir. Sebaliknya, pada keadaan kelaparan, fungsi glukoneogenesis dari hati menyediakan glukosa yang dibutuhkan untuk mempertahankan kadar glukosa darah puasa. Glikogen hati berfungsi untuk menyimpan dan mengirim glukosa untuk mempertahankan kadar glukosa darah di antara waktu makan. Setelah 12-18 jam berpuasa, glikogen hati hampir seluruhnya terkuras

Mekanisme yang dipakai untuk mencapai pengaturan kadar glukosa darah ini adalah :

a. Hati berfungsi sebagai suatu sistem penyangga glukosa darah yang sangat penting. Artinya, saat glukosa darah meningkat hingga konsentrasi yang tinggi, yaitu sesudah makan, dan kecepatan sekresi insulin juga meningkat, sebanyak dua pertiga dari seluruh glukosa yang diabsorbsi dari usus dalam waktu singkat akan disimpan dihati dalam bentuk glikogen. Lalu, selama beberapa jam berikutnya, bila konsentrasi glukosa darah dan kecepatan sekresi insulin berkurang, hati akan melepaskan glukosa kembali kedalam darah.

Page 4: Praktikum Gula Darah Dll

b. Fungsi insulin dan glukagon sama pentingnya dengan sistem pengantar umpan balik untuk mempertahankan kosentrasi glukosa darah normal. Bila konsentarsi glukosa darah meningkat sangat tinggi, sekresi insulin akan terjadi, insulin selanjutnya akan mengurangi konsentrasi glukosa darah kembali ke nilai normalnya. Sebaliknya, penurunan kadar glukosa darah akan merangsang sekresi glukagon, selanjutnya glukagon ini akan berfungsi secara berlawanan, yakni akan meningkatkan kadar glukosa darah agar kembali ke nilai normalnya.

3. Tujuan PraktikumUntuk mengetahui perubahan kadar glukosa darah sebagai dampak dari asupan karbohidrat sederhana.

4. Nama Pelaksana Praktikuma. Tiara Dwinda Pratiwi (Naracoba praktikum glukosa puasa dan 2 jam post pandrial) .b. Zakiah Puteri R (Naracoba tes toleransi gula).c. Qonny Welendri (Notulen , time keeper , dan pemeriksa kadar gula darah naracoba).

5. Tanggal Praktikum

20 Desember 20126. Alat

a. Pemeriksaan glukosa puasa dan 2 jam post pandrial.o Makanan berat.

o Alat pemeriksaan kadar gula darah.

o Kertas dan ballpoint untuk mencatat.

o Stopwatch/jam.

b. Tes toleransi glukosao Gelas ukuran.

o Cairan untuk diminum .Air gula (75 gram gula dilarutkan dalam 300 ml air

minum).o Alat pemeriksaan kadar gula darah.

o Kertas dan ballpoint untuk mencatat.

o Stopwatch/jam .

7. Tata Kerja Praktikum a. Pemeriksaan glukosa puasa dan 2 jam post pandrial.

1. Diet 3 hari cukup karbohidrat. 2. Puasa 12-14 jam sebelum pemeriksaan. 3. Periksa kadar glukosa puasanya.4. Naracoba dipersilakan makan berat. 5. Setelah 2 jam naracoba diperiksa lagi kadar glukosanya .

b. Tes toleransi glukosa1. Diet 3 hari cukup karbohidrat .2. Puasa 12-14 jam kemudian diperiksa gula darah puasanya.

Page 5: Praktikum Gula Darah Dll

3. Minum air gula (75 gram gula dilarutkan dalam 300 ml air minum) 5 menit kemudian gula darah diperiksa. 4. Gula darah diperiksa kembali setelah 30 menit, 1 jam dan setelah 2 jam.

8. Hasil Praktikum a. Pemeriksaan glukosa puasa dan 2 jam post pandrial.

Glukosa puasa : 80 mg/dLGlukosa 2 jam post pandrial : 81 mg/dL

b. Tes toleransi glukosaGlukosa puasa : 92 mg/dLGlukosa 5 menit pertama : 89 mg/dLGlukosa 30 menit pertama : 151 mg/ dLGlukosa 60 menit pertama : 137 mg/dLGlukosa 120 menit pertama : 93 mg/dL

9. Pembahasan a. Pemeriksaan glukosa puasa dan 2 jam post pandrial.

Dari hasil praktikum ini dapat dilihat bahwa kadar glukosa darah saat berpuasa dan 2 jam post pandrial menunujukan hasil yang tidak jauh berbeda, hal ini dikarenakan ketika kita berpuasa, tubuh tetap mempertahankan kondisi gula darah agar tetap terkontrol (normal). Pemeliharaan kadar glukosa darah yang stabil merupakan salah satu mekanisme homeostatik yang diatur paling ketat yang melibatkan hati, dan beberapa hormon. Untuk menjaga kadar glukosa darah tetap normal pada saat puasa maka di hati, glukagon merangsang sel-sel hati melepas glukosa dari cadangan glikogen (glikogenolisis), glukosa yang dihasilkan dari proses glikogenolisis ini hanya memenuhi kecukupan glukosa selama empat jam, karena dalam praktikum ini naracoba melakukan puasa lebih dari empat jam, maka tubuh melakukan mekanisme tambahan dalam mempertahankan kadar glukosa darah dengan cara glukagon meningkatkan glukoneogenesis dari asam amino dan laktat serta mengubah cadangan lemak dan protein jaringan menjadi glukosa. Selain itu epinefrin juga membantu membebaskan glukosa dari hati ke dalam aliran darah. Sehingga dalam keadaan puasa glukosa darah tercukupi dan berada pada keadaan normal.

Pada keadaan 2 jam post pandrial, glukosa darah tetap dalam keadaan normal yang tidak jauh berbeda dengan kadar glukosa darah pada keadaan puasa. Untuk membuat kadar glukosa darah tetap normal pada 2 jam post pandrial, maka diperlukan mekanisme oleh tubuh untuk mengubah glukosa kedalam bentuk lain ,agar kadar glukosa darah yang tinggi setelah makan menjadi normal kembali. Berikut mkanisme yang dijalankan tubuh untuk mempertahankan kadar glukosa darah agar tetap normal.

Pada saat makan, konsentrasi glukosa darah meningkat mencapai 120-140mg/dL selama kira-kira 1 jam pertama makan. Keadaan ini menyebabkan sekresi insulin meningkat, sebanyak dua pertiga dari seluruh glukosa yang diabsorbsi dari usus dalam waktu singkat akan disimpan dihati dalam bentuk

Page 6: Praktikum Gula Darah Dll

glikogen. Selain itu, insulin juga berfungsi dalam pengambilan dan penggunaan glukosa dengan cepat oleh hampir semua jaringan tubuh. Sehingga kadar glukosa 2 jam setelah makan kembali normal.

Dari hasil pemeriksaan, juga didapatkan bahwa naracoba tidak memiliki gangguan toleransi atau gangguan uptake, karena dari hasil pemeriksaan menunjukan bahwa naracoba memiliki kadar glukosa darah puasa < 120mg/dL dan 2 jam setelah makan <140 mg/dL.

b. Tes toleransi glukosaKadar glukosa darah setelah meminum air gula mengalami kenaikan, hal ini

dikarenakan tubuh mendapatkan asupan glukosa yang berasal dari air gula tersebut. Tetapi dilihat di pemeriksaan glukosa darah setelah 5 menit pertama meminum air gula, kadar gula darah naracoba mengalami penurunan. Penurunan kadar glukosa darah tersebut kemungkinan disebabkan oleh ketidak akuratan pada saat pemeriksaan, hal ini dapat terjadi jika pada saat saat pengambilan darah, alkohol yang diusapkan ke jari dengan alkohol pad belum sepenuhnya kering, sehingga memungkinkan darah yang diambil tecampur dengan alkohol sehingga pemeriksaan tidak akurat.

Bila diihat di menit ke 30, glukosa darah mengalami peningkatan, hal ini dikarenakan setelah meminum air gula, gula darah akan tinggi, sehingga mengakibatkan uptake glukosa oleh hati menjadi meningkat, dan proses pembentukan glikogen hati akan meningkat melalui proses glikogenesis. Karena proses tersebut, kadar glukosa darah mengalami penurnan pada menit ke 60, semakin turun di menit ke 120 hingga mencapai keadaan normal seperti keadaan saat puasa. Sloane ( 2003:300) menyatakan, glukosa,fruktosa dan galaktosa yang terabsorbsi dari usus halus ditranspor ke hati melalui vena portal hepatika. Sel-sel hati mengubah fruktosa dan galaktosa menjadi glukosa yang kemudian akan disimpan di hati sebagai glikogen atau dilepas ke dalam darah untuk ditranspor k e sel-sel lain. Hal tersebutlah yang menyebabkan ketika meminum air gula, kadar glukosa darah setelah 2 jam tetap dalam keadaan normal.

Dari hasil pemeriksaan, juga didapatkan bahwa naracoba tidak memiliki gangguan toleransi atau gangguan uptake, karena dari hasil pemeriksaan menunjukan bahwa naracoba memiliki kadar glukosa darah puasa < 120mg/dL dan 2 jam setelah makan <140 mg/dL.

10. KesimpulanTubuh selalu melakukan mekanisme untuk mempertahankan kadar glukosa darah untuk mencapai keadaan homeostatik. Untuk mempertahankan kadar glukosa darah diperlukan berbagai hormon, insulin dan glukagon adalah hormon yang sangat berpengaruh dalam mekanisme mempertahankan kadar glukosa darah. Ketika kadar gula darah naik, maka insulin akan mengurangi kadar glukosa darah ke nilai normal, sebaliknya ketika kadar gula darah menurun maka glukagon akan meningkatkan kadar glukosa darah ke nilai normalnya. Selain itu hati juga berperan penting dalam mempertahankan kadar glukosa darah, bila konsentrasi glukosa darah tinggi, maka glukosa akan disimpan ke dalam hati dalam bentuk glikogen, tetapi bila kadar glukosa menurun, glikogen akan diubah menjadi glukosa untuk diedarkan kembali kedarah. Hal inilah yang menyebabkan ketika

Page 7: Praktikum Gula Darah Dll

berpuasa dan 2 jam setelah makan atau diberi cairan gula , kadar glukosa darah tetap berada dalam keadaan normal.

11. Daftar Pustaka

Guyton & Hall. 2007. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran.Edisi 11. Jakarta: EGC. Murray,dkk. 2009. Biokimia Harper.Edisi 27. Jakarta: EGC.Sloane,Ethel.2003. Anatomi dan Fisiologi untuk Pemula. Jakarta:EGC.

1. Judul Praktikum Praktikum II (Pengaruh Aktivitas pada Kadar Glukosa Darah)

2. Dasar Teori 2.1 Metabolisme Glikogen

Page 8: Praktikum Gula Darah Dll

Glikogen terutama ditemukan di hati dan otot, meskipun kandungan glikogen hati lebih besar daripada kandungan glikogen otot, namun karena massa otot tubuh jauh lebih banyak dari pada massa hati, sekitar tiga-perempat glikogen tubuh total berada di otot.

Glikogen otot merupakan sumber glukosa yang dapat cepat digunakan untuk glikolisis di dalam otot itu sendiri. Meskipun glikogen otot tidak secara langsung menghasilkan glukosa bebas, namun piruvat yang terbentuk oleh glikolisis di otot dapat mengalami transaminasi menjadi alanin yang dikeluarkan dari otot dan digunakan untuk glukoneogenesis di hati. Struktur glikogen yang bercabang menghasilkan banyak tempat untuk glikogenolisis sehingga glukosa 1-fosfat dapat cepat dihasilkan untuk digunakan oleh otot (Murray,dkk,2006:166).

2.2 Insulin Meningkatkan Metabolisme dan Ambilan Glukosa Otot. Dalam sehari, jaringan otot tidak bergantung pada glukosa untuk energinya

tetapi sebagian besar bergantung pada asam lemak. Alasan yang utama untuk hal tersebut, karena membran otot istirahat yang normal hanya sedikit permeabel terhadap glukosa, kecuali bila serabut otot dirangsang oleh insulin , diantara waktu -waktu makan, jumlah insulin yang disekresikan terlalu kecil untuk meningkatkan jumlah ambilan glukosa yang bermakna ke dalam sel-sel otot.

Akan tetapi, ada dua kondisi saat otot menggunakan sejumlah besar glukosa. Salah satu dari kondisi tersebut adalah selama kerja fisik sedang atau berat.Penggunaan glukosa yang besar ini tidak membutuhkan sejumlah besar insulin, karena serabut otot yang bekerja menjadi permeabel terhadap glukosa bahkan tanpa adanya insulin akibat proses kontraksi itu sendiri.

Keadaan kedua penggunaan sejumlah besar glukosa oleh otot adalah selama beberapa jam setelah makan. Pada saat ini konsentrasi glukosa darah tinggi dan pankreas menyekresikanse jumlah besar insulin . Insulin tambahan menyebabkan transpor glukosa yang cepat ke dalam sel otot selama periode ini lebih cenderung menggunakan glukosa daripada asam lemak (Guyton &Hal, 2007:1012).

2.3 Sistem Glikogen-Asam LaktatGlikogen yang disimpan di dalam otot dapat dipecah menjadi glukosa dan

glukosa tersebut kemudian digunakan untuk energi. Tahap awal dari proses ini, yang disebut glikolisis terjadi tanpa penggunaan oksigen dan oleh karena itu, disebut sebagai metabolisme anaerobik. Pelepasan energi oleh glikolisis dapat terjadi lebih cepat daripada pelepasan energi oksidatif. Akibatnya sebagian besar energi ekstra yang dibutuhkan selama kerja yang hebat selama lebih dari 5 sampai 10 detik tetapi kurang dari 1 sampai 2 menit didapatkan dari glikolisis anaerob. Akibatnya, kandungan glikogen otot selama kerja yang hebat berkurang, sedangkan konsentrasi asam laktat darah meningkat. Setelah kerja selesai, metabolisme oksidatif dipakai untuk mengubah kembali kira-kira empat perlima asam laktat menjadi glukosa, sedangkan sisanya menjadi asam piruvat dan dipecah serta dioksidasi dalam siklus asam sitrat. Pengubahan kembali

Page 9: Praktikum Gula Darah Dll

menjadi glukosa terutama terjadi di sel hati, dan glukosa kemudian ditranspor ke dalam darah kembali ke otot, tempat glukosa tersebut disimpan dalam bentuk glikogen (Guyton &Hal, 2007: 929).

2.4 Penggunan Glukosa pada Otot Pada otot yang sedang aktif, kebutuhan energi sangat tinggi, glukosa akan

diambil secara cepat dari hati dan diubah menjadi glukosa 6 fosfat, dan kemudian dengan bantuan enzim-enzim glikolisis diubah menjadi piruvat yang pada akhirnya masuk ke sistem respirasi sel atau siklus krebs untuk menghasilkan energi (pada keadaan cukup okisigen). Apabila otot atau tubuh secara keseluruhan sedang tidak aktif atau sedang istirahat, glukosa yang ada di dalam hati akan diubah menjadi glukosa 6 fosfat, dan diubah menjadi glikogen hati sebagai cadangan glukosa (Adiningsih,dkk, t.t :2).

3. Tujuan Praktikum

Mampu menjelaskan perubahan kadar glukosa darah sebagai dampak dari aktivitas fisik.

4. Nama Pelaksana Praktikum

a. Entri Aprilia (naracoba).

b. Siti Hanifah R.F (Notulen , time keeper , dan pemeriksa kadar gula darah naracoba).

5. Tanggal Praktikum

20 Desember 2012

6. Alat yang dibutuhkan

o Stopwatch.

o Alat pemeriksa kadar gula darah.

o Kertas dan ballpoint untuk mencatat.

7. Tata Kerja Praktikum 1. Periksa glukosa darah naracoba ketika relax.2. Naracoba melakukan aktifitas fisik ( naik-turun tangga dengan kecepatan 60x/menit

selama 12 menit tanpa istirahat.3. Periksa glukosa darah naracoba, segera setelah aktivitas, menit ke 30, menit ke 60, dan

menit ke 120 setelah melakukan aktivitas.8. Hasil Praktikum

Glukosa istirahat/ sebelum melakukan aktifitas : 98 mg/dL

Glukosa 1 menit pasca -latihan : 152 mg/dL

Glukosa 30 menit pasca- latihan : 84 mg/dL

Page 10: Praktikum Gula Darah Dll

Glukosa 60 menit pasca-latihan : 93 mg/dL

Glukosa 120 menit pasca-latihan : 97 mg/dL

9. Pembahasan

Pada saat tubuh sedang istirahat, maka kadar glukosa darah dalam keadaan normal. Tetapi, ketika melakukan aktifitas maka kadar glukosa darah mengalami peningkatan karena tubuh memerlukan energi yang lebih untuk beraktivitas , hal ini dapat dilihat pada pemeriksaan glukosa 1 menit pasca-latihan, kadar glukosa darah mengalami peningkatan dibandingkan keadaan istirahat. Ketika melakukan aktivitas, otot memerlukan glukosa dalam jumlah yang cukup besar.Untuk memenuhi kebutuhan glukosa tersebut, maka glikogen otot digunakan untuk melakukan glikolisis di dalam otot itu sendiri .Meskipun glikogen otot tidak secara langsung menghasilkan glukosa bebas, namun piruvat yang terbentuk oleh glikolisis di otot dapat mengalami transaminasi menjadi alanin yang dikeluarkan dari otot dan digunakan untuk glukoneogenesis di hati. Selain itu kebutuhan energi sangat tinggi,juga menyebabkan glukosa akan diambil secara cepat dari hati dan diubah menjadi glukosa 6 fosfat, dan kemudian dengan bantuan enzim-enzim glikolisis diubah menjadi piruvat yang pada akhirnya masuk ke sistem respirasi sel atau siklus krebs untuk menghasilkan energi (pada keadaan cukup okisigen). Keadaan cukup oksigen sangat dibutuhkan pada kondisi ini karena bila keadaan kurang oksigen maka yang digunakan hanya glikolisis anaerob, meskipun pelepasan energ ini lebh cepat dibandingkan dengan pelepasan energi oksidatif tapi energi yang dihasilkan hanya lebih dari 5 sampai 10 detik tetapi kurang dari 1 sampai 2 menit. Sehingga tidak memenuhi kebutuhan energi yang dibutuhkan oleh naracoba. Mekanisme inilah yang menyebabkan glukosa 1 menit pasca latihan meningkat dibandingkan ketika istirahat.

Pada keadaan istirahat, naracoba tidak melakukan aktivitas berat,sehingga tubuh tidak memerlukan banyak energi, tetapi kadar glukosa darah mengalami peningkatan karena aktivitas yang baru saja dilakukan, untuk mempertahankan kadar glukosa darah tetap normal maka pankreas melakukan sekresi insulin dalam jumlah besar yang menyebabkan transpor glukosa yang cepat ke dalam sel otot dan disimpan di dalam otot dalam bentuk glikogen. Selain itu glukosa darah yang berlebih akan diubah menjadi glikogen hati sehingga kadar glukosa dalam darah menurun. (Adiningsih,dkk, t.t :2) menyatakan apabila otot atau tubuh secara keseluruhan sedang tidak aktif atau sedang istirahat, glukosa yang ada di dalam hati akan diubah menjadi glukosa 6 fosfat, dan diubah menjadi glikogen hati sebagai cadangan glukosa. Sehingga pada pemeriksaan glukosa 30 menit pasca –latihan, glukosa darah naracoba mengalami penurunan.

Pada pemeriksaan glukosa 60 menit dan 120 menit pasca latihan, kadar glukosa darah naracoba meranjak ke angka normal. Hal ini dikarenakan kadar glukosa dalam darah harus dipertahankan dalam jumlah normal.

10. Kesimpulan

Page 11: Praktikum Gula Darah Dll

Ketika melakukan aktivitas, otot memerlukan energi yang cukup besar . Untuk memeuhi kebutuhan energi tersebut maka glikogen otot digunakan untuk melakukan glikolisis, selain itu di hati juga dilakukan glukoneogenesis untuk memenuhi kebuthan glukosa terebut. Hal ini menyebabkan kadar glukosa darah meningkat setelah malkukan aktivitas. Untuk menjaga homeostasis maka tubuh perlu melakukan mekanisme pengontrolan kadar glukosa darah agar tetap berada pada nilai normal.Maka, pankreas mensekresi insulin dalam jumlah yang besar yang menyebabkan transpor glukosa yang cepat ke dalam sel otot dan disimpan di dalam otot dalam bentuk glikogen. Selain itu glukosa darah yang berlebih akan diubah menjadi glikogen hati sehingga kadar glukosa dalam darah menurun dan berada pada nilai normal.

11. Daftar Pustaka Adiningsih,Dian,dkk. t.t. Modul Praktikum. Modul Praktikum pada Praktikum

Mahasiswa Ilmu Keperawatan Unpad. Guyton & Hall. 2007. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran. Edisi 11.Jakarta: EGC. Murray,dkk. 2009. Biokimia Harper.Edisi 27. Jakarta: EGC.

1. Judul Praktikum Praktikum III ( Pengaruh Berbagai Penutup Terhadap Penguapan).

2. Dasar Teori 2.1 Mekanisme Kehilangan Panas

Page 12: Praktikum Gula Darah Dll

a. Radiasi Sekitar 60 persen dari kehilangan panas total adalah melalui radiasi, diukur

pada orang telanjang dalam suhu kamar. Kehilangan panas melalui radiasi berarti kehilangan dalam bentuk gelombang panas infra merah antara objek yang tidak bersentuhan . Tubuh manusia menyebarkan gelombang panas ke segala penjuru. Gelombang panas juga dipancarkan dari dinding ruangan dan benda-benda lain ke tubuh. Bila suhu tubuh lebih besar dari suhu lingkungan, jumlah panas yang lebih besar akan dipancarkan keluar dari tubuh daripada yang dipancarkan ke tubuh (Guyton & Hall,2007:938; Sloane,2003:314).

b. KonduksiHanya sejumlah kecil panas yang biasanya hilang dari tubuh melalui konduksi

langsung dari permukaan tubuh ke benda-benda padat, yakni sekitar 3%. Sebaliknya, kehilangan panas melalui konduksi ke udara mencerminkan kehilangan panas yang cukup besar (kira-kira 15 %) walaupun dalam keadaan normal. Sebagian energi panas dapat dipindahkan ke udara bila suhu udara lebih dingin dari kulit, sehingga meningkatkan kecepatan gerakan molekul-molekul udara. Sekali suhu udara yang berlekatan dengan kulit menjadi sama dengan suhu kulit, tidak terjadi lagi kehilangan panas dari tubuh ke udara, karena sekarang jumlah panas yang dikonduksikan dari udara ke tubuh berada dalam keadaan seimbang. Contoh : Kompres dingin diletakkan pada kulit (Guyton & Hall,2007:938; Sloane,2003:314) .

c. KonveksiKonveksi adalah pemindahan panas ke media bergerak seperti udara atau air

saat temperatur udara atau air lebih rendah dari suhu tubuh.Perpindahan panas dari tubuh melalui aliran udara konveksi secara umum disebut kehilangan panas melalui konveksi. Sebenarnya, panas pertama-tama harus dikonduksi ke udara dan kemudian dibawa melalui udara konveksi.

Sejumlah kecil konveksi hampir selalu terjadi di sekitar tubuh akibat kecenderungan udara di sekitar kulit untuk naik sewaktu menjadi panas.

Efek pendingin oleh angin.Bila tubuh terpajan oleh angin, lapisan udara yang berdekatan dengan kulit akan segera digantikan oleh oleh udara baru secara jauh lebih cepat dari keadaan normal, dan kehilangan panas melalui konveksi juga ikut meningkat.

Konduksi dan konveksi panas pada orang yang berdiam di air. Air memiliki panas khusus beberapa kali lebih besar daripada udara, sehingga setiap unit bagian air yang berdekatan ke kulit dapat mengabsorbsi jumlah panas yang lebih besar daripada udara. Demikian juga konduktivitas panas di dalam air lebih besar dibandingkan dengan di udara. Akibatnya tidak mungkin bagi tubuh untuk memanaskan satu lapisan tipis air yang berdekatan dengan tubuh untuk membentuk suatu”zona penyekat”seperti yang terjadi pada udara.Oleh karena itu, kecepatan kehilangan panas ke air lebih besar daripada kecepatan kehilangan panas ke udara (Guyton & Hall,2007:939; Sloane,2003:314) .

Page 13: Praktikum Gula Darah Dll

d. EvaporasiEvaporasi adalah pemindahan dan pengeluaran panas melalui difusi molekul air yang menembus permukaan tubuh ke udara. Air keluar dari permukaan tubuh melalui perspirasi tak kasat mata yang terus berlangsung selama difusi dari jaringan di bawahnya dan terevaporasi tak kasat mata di kulit, serta berkeringat, yang dikendalikan oleh termoregulasi (Sloane,2003:314) .

2.2 Efek Pakaian pada Kehilangan Panas Konduktif Pakaian mengurung udara diantara kulit dan rajutan pakaian, sehingga

meningkatkan ketebalan yang disebut zona pribadi dari udara yang berdekatan dengan kulit dan juga menurunkan aliran udara konveksi. Akibatnya, kecepatan kehilangan panas dari tubuh melalui konduksi dan konveksi sangat menurun. Pakaian dengan bahan biasa menurunkan kecepatan kehilangan panas kira-kira setengah dari tubuh yang telanjang, sedangkan pakaian kutub dapat menurunkan kecepatan kehilangan panas paling sedikit sampai seperenam kalinya.

Sekitar setengah dari panas yang dipindahkan dari kulit ke pakaian dipancarkan melalui radiasi ke pakaian dan bukan dipancarkan melalui konduksi melewati ruang kecil. Efektivitas pakaian dalam mempertahankan suhu tubuh hampir hilang semuanya bila pakaian menjadi basah, karena konduktivitas air yang tinggi meningkatkan kecepatan pemindahan panas melalui baju hingga sebesar 20 kali lipat atau lebih. Oleh karena itu, salah satu faktor terpenting untuk melindungi tubuh terhadap udara dingin di kutub adalah menjaga dengan sangat berhati-hati agar pakaian tidak basah. Tentu saja, orang tersebut juga harus berhati –hati untuk tidak menjadi kepanasan walaupun hanya untuk sementara waktu, karena dengan berkeringatdi dalam pakaian akan membuat pakaian tersebut menjadi kurang efektif sebagai penyekat (Guyton&Hall,2007 : 939).

2.3 Pengaruh Lemak terhadap Penyaluran PanasIndividu dengan lapisan lemak yang tebal ,cenderung tidak mudah mengalami

hipotermia karena lemak merupakan isolator yang cukup baik, dalam arti lemak menyalurkan panas dengan kecepatan sepertiga kecepatan jaringan lain (www.nursingbegin.com ).

3. Tujuan PraktikumSetelah mengikuti praktikum ini mahasiswa akan dapat mendemonstrasikan pengaruh lemak terhadap kehilangan panas.

4. Nama Pelaksana Praktikuma. Sri Astutiningsih. b. Ima Hadya.

5. Tanggal Praktikum20 Desember 2012

6. Alat yang Diperlukano Thermometer air.

o Gelas dengan ukuran 300 ml 3 buah.

o Minyak goreng 200 ml.

o Kain wool untuk penutup gelas.

Page 14: Praktikum Gula Darah Dll

o Kain tipis dari katun penutup gelas.

o Panci berisi air dan kompor untuk memasak air.

7. Tata Kerja Praktikum

1. Panaskan 500 ml air hingga mendidih.

2. Masukkan kedalam 3 gelas masing-masing sampai berisi 2/3 bagian.

3. Gelas I ditutup dengan kain tipis dari katun.

Gelas II ditutup dengan kain wool

Pada gelas III ditambahkan minyak goreng 50 ml.

4. Ukur suhu masing-masing gelas setiap 15 menit selama 2 jam dan catatlah hasilnya.

8. Hasil praktikum

Suhu awal : 70 oC

a. Gelas I menghasilkan : ¼ jam I : 51 oC¼ jam II : 43 oC¼ jam III : 39 oC¼ jam IV : 36 oC

b. Gelas II menghasilkan : ¼ jam I : 53 oC¼ jam II : 45 oC¼ jam III : 40 oC¼ jam IV : 37 oC

c. Gelas III menghasilkan : ¼ jam I : 50 oC¼ jam II : 44 oC¼ jam III : 39 oC¼ jam IV : 36 oC

9. Pembahasan Dari percobaan yang dilakukan ,dapat terlihat bahwa gelas yang ditutupi oleh kain

dan gelas yang hanya diberi minyak, memiliki suhu yang tidak jauh berbeda, hal ini dapat dilihat pada gelas 1 yang ditutupi oleh kain katun hasil akhirnya sama dengan larutan yang dicampur dengan minyak. Pada gelas yang ditutup oleh kain, mekanisme kehilangan panasnya adalah dengan konduksi dan sejumlah kecil konveksi. Pada gelas yang ditutupi oleh kain, panas akan berpindah melalui konduksi dari cairan ke dinding gelas ukur, kain penutup, dan juga udara yang ada didalam gelas. Selain itu konveksi juga dapat memengaruhi perpindahan panas pada gelas yang ditutupi oleh kain, hal ini terjadi ketika udara panas yang ada di dalam gelas dapat keluar ke lingkungan luar gelas, sehingga panas yang ada di dalamnya pun juga akan berpindah ke udara baru yang mempunyai panas berbeda dengan udara yang ada di dalam gelas. Pada gelas kedua,

Page 15: Praktikum Gula Darah Dll

panas lebih tersimpan dibandingkan dengan gelas pertama padahal, kedua gelas ini sama-sama ditutupi oleh kain, hal ini dikarenakan jenis penutup juga dapat mempengaruhi perpindahan panas, menggunakan penutup kain wool yang lebih tebal dari katun menyebabkan perpindahan panas ke udara luar pada gelas yang memakai wool lebih sulit karena jika dibandingkan dengan katun, kain wool lebih memertahankan udara yang ada di dalam gelas agar tidak keluar .

Gelas yang tidak ditutupi oleh kain dan hanya di beri minyak, memilki suhu yang tidak jauh berbeda atau sama dengan gelas yang diberi penutup kain. Padahal seharusnya penutup kain dapat meningkatkan kecepatan kehilangan panas kira-kira setengah dari gelas yang ditutupi oleh kain, sehingga cairan dalam gelas yang tidak ditutupi kain suhunya akan lebih rendah daripada gelas yang ditutupi oleh kain . Tetapi pada gelas yang tidak diberi penutup kain dan hanya di beri minyak , memeliki suhu yang sama dengan gelas yang diberi penutup kain. Hal ini dapat terjadi karena lemak (minyak) dapat menghambat penguapan panas. Mekanisme perpindahan panas pada gelas ke tiga ini adalah konduksi dari cairan ke dinding gelas dan konveksi ke udara luar. Walaupun pada gelas yang diberi minyak, panas langsung berkontak dengan udara luar yang bisa mempercepat hilangnya panas tetapi lemak dapat menghambat penguapan panas ke udara sehingga dapat menurunkan kecepatan kehilangan panas.

Bila di hubungkan dengan makhluk hidup, maka individu dengan lapisan lemak yang tebal ,cenderung tidak mudah mengalami hipotermia karena lemak merupakan isolator yang cukup baik, dalam arti lemak menyalurkan panas dengan kecepatan sepertiga kecepatan jaringan lain. Hal ini membuktikan bahwa seseorang yang memiliki banyak lemak dibandingkan dengan yang tidak memiliki banyak lemak, maka akan lebih mudah kehilangan panas pada seseorang yang tidak memiliki banyak lemak .

10. Kesimpulan Lemak sangat berpengaruh dalam perpindahan panas karena lemak dapat

menurunkan kecepatan kehilangan panas setara dengan kain penutup. Bila dihubungkan dengan kehidupan manusia maka, seseorang yang memiliki banyak lemak dibandingkan dengan yang tidak memiliki banyak lemak, maka akan lebih mudah kehilangan panas pada seseorang yang tidak memiliki banyak lemak .

Kain penutup juga sangat berpengaruh terhadap penguapan karena dengan adanya kain penutup akan menurunkan aliran udara konveksi sehingga lebih mempertahankan panas dibandingkan dengan tidak diberi penutup, selain itu jenis penutup juga mempengaruhi penguapan panas. Bila dihubungkan dengan kehidupan manusia maka, seseorang yang memakai baju akan lebih sulit kehilangan panas dibandingkan seseorang yang tidak memakai baju dan seseorang yang tinggal di kutub maka akan memilih pakaian yang tebal agar panas tidak mudah kehilangan panas.

11. Daftar PustakaGuyton & Hall. 2007. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran.Edisi 11. Jakarta: EGC. Sloane,Ethel.2003. Anatomi dan Fisiologi untuk Pemula. Jakarta:EGC.http://www.nursingbegin.com/regulasi-suhu-tubuh/ diakses pada 28 desember 2012

Page 16: Praktikum Gula Darah Dll

1. Judul Praktikum Praktikum IV (Pengaruh Cairan Hipotonis dan H ipertonis terhadap Jaringan Tubuh ).

2. Dasar Teori2.1 Cairan Isotonik, Hipotonik dan Hipertonik

Jika suatu sel diletakkan pada suatu larutan dengan zat terlarut impermeabel yang mempunyai osmolaritas 282mOsm/liter, sel tidak akan mengkerut atau membengkak karena konsentrasi air dalam cairan intrasel dan ekstrasel adalah sama dan zat terlarut

Page 17: Praktikum Gula Darah Dll

tidak dapat masuk atau keluar dari sel. Larutan seperti ini disebut isotonik karena tidak menimbulkan pengerutan atau pembengkakan sel. Contoh larutan isotonik meliputi larutan 0,9 persen natrium klorida atau larutan glukosa 5 persen. Larutan –larutan ini penting dalam pengobatan secara klinis karena dapat di infus kedalam darah tanpa adanya bahaya yang megancam keseimbangan osmotik antara cairan intrasel dan ekstrasel.

Jika sebuah sel diletakkan dalam larutan hipotonik yang mempunyai konsentrai zat terlarut impermeabel lebih rendah (kurang dari 282 mOsm/liter), air akan berdifusi kedalam sel dan menyebabkan sel membengkak, air akan terus berdifusi ke dalam sel, yang akan mengencerkan cairan intrasel dan juga memekatkan cairan ekstrasel sampai kedua larutan mempunyai osmolaritas yang sama. Larutan natrium klorida dengan konsentrasi kurang dari 0,9 persen bersifat hipotonik dan menyebabkan pembengkakan sel.

Jika sebuah sel diletakkan dalam larutan hipertonik yang mempunyai konsentrasi zat terlarut imprmeabel yang lebih tinggi, air akan mengalir keluar dari sel ke dalam cairan ekstrasel. Dalam hal ini, sel akan mengkerut sampai kedua konsentrasi menjadi sama. Larutan natrium klorida yang lebih besar dari 0,9 persen bersifat hipertonik (Guyton&Hall,2007:314).

2.2 Osmolalitas dan Osmolaritas Konsentrasi osmol suatu larutan disebut osmolalitas bila konsentrasi dinyatakan

sebagai osmol per kilogram air , dan disebut osmolaritas bila dinyatakan sebagai osmol per liter larutan. Pada larutan encer seperti cairan tubuh, kedua istilah ini dapat digunakan hampir secara sinonim karena perbedannya kecil. Pada kebanyakan kasus, lebih mudah menyatakan jumlah cairan tubuh dalam liter cairan daripada dalam kilogram air (Guyton&Hall,2007:313).

2.3 Tekanan Osmotik Osmosis molekul air yang melintasi membran permeabel selektif dapat dihambat

dengan memberi tekanan yang berlawanan arah dengan osmosis. Besar tekanan yang dibutuhkan untuk mencegah osmosis disebut tekanan osmotik. Karenanya, tekanan osmotik adalah pengukuran tak langsung air dan konsentrasi zat terlarut pada larutan. Semakin tinggi tekanan osmotik suatu larutan, semakin rendah konsentrasi air dan konsentrasi zat terlarut semakin tinggi (Guyton&Hall,2007:313).

2.2 Efek Penambahan Larutan Salin ke Cairan EkstraselJika larutan salin isotonik ditambahkan ke kompartmen cairan ekstrasel,

osmolaritas cairan ekstrasel tidak akan berubah, karenanya tidak ada osmosis yang terjadi melalui membran sel. Satu-satunya efek ialah peningkatan volume cairan ekstrasel. Natrium dan klorida sebagian besar tetap berada dalam cairan ekstrasel karena membran sel bertindak seolah-olah hampir bersifat impermeabel terhadap natrium klorida.

Jika larutan hipertonik ditambahkan dalam cairan ekstrasel, osmolaritas ektrasel akan meningkat dan menyebabkan osmosis air kelua rdari sel kedalam kompartment ekstrasel. Hampir semua natrium klorida yang ditambahkan tetap berada dalam kompartment ekstrasel dan cairan berdifusi dari sel kedalam ruang ekstrasel untuk mencapai keseimbangan osmotik.Efek akhir ialah peningkatan volume ekstrasel (lebih

Page 18: Praktikum Gula Darah Dll

besar dari pada volume cairan yang ditambahkan), penurunan volume intrasel, dan peningkatan osmolaritas di kedua kompartment.

Jika larutan hipotonik diberikan ke cairn ekstrasel, osmolaritas cairan ekstrasel akan menurun dan sejumlah air dari cairan ekstrasel berdifusi ke dalam sel sampai kompartment intrasel dan ekstrasel mempunyai osmolaritas yang sama. Volume intrasel maupun ekstrasel meningkat dengan penambahan cairan hipotonik, walaupun peningkatan volume intrasel lebih banyak (Guyton & Hall, 2007 : 315).

3. Tujuan Praktikum

Mengetahui dan menjelaskan perubahan yang terjadi pada sel akibat adanya cairan hipotonis,isotonis dan cairan hipertonis yang berada di lingkungan sel.

4. Nama Pelaksana Praktikuma. Risa Luthfitab. Putric. Elva S

5. Tanggal Praktikum 20 Desember 2012

6. Alat yang Diperlukan

1. Tabung reaksi 3 buah.

2. Berbagai cairan dengan kekuatan yang berbeda terdiri dari :

a. Cairan hipotonis : NaCl 0,45%

b. Cairan isotonis : NaCl 0.9%

c. Cairan hipertonis : NaCl 3%

3. Spuit disposible 5 ml

4. Kapas alcohol .

5. Basir, kidney

7. Tata Kerja Praktikum 1. Siapkan 3 buah tabung reaksi yang masing-masing diisi dengan 2 ml NaCl 0,45%, NaCl ) 0,9% dan NaCl 3%.2.Sukarelawan diambil darah vena sejumlah 3 ml.3. Masukkan darah sukarelawan kedalam tabung reaksi yang sudah berisi cairan tadi.4. Kocok campuran tadi secara perlahan.5. Perhatikan perubahan yang terjadi pada ketiga tabung reaksi tersebut.6. Jelaskan mengapa dan bagaimana terjadinya perubahan tersebut!

8. Hasil Praktikum a. Campuran darah dengan cairan NaCl 0,45% menghasilkan :

Page 19: Praktikum Gula Darah Dll

Koloid berbentuk gel, awalnya campuran bersifat cair dan tercampur sempurna antara darah dan cairan NaCl 0,45%. Tapi, setelah didiamkan beberapa menit, campuran berubah menjadi gel, waktu yang dibutuhkan campuran ini untuk menjadi gel lebih cepat dibandingkan dengan campuran darah dengan NaCl yang memiliki konsentrasi yang lebih besar.

b. Campuran darah dengan cairan NaCl 0,9% menghasilkan :Campuran NaCl 0,9% dan darah setengah menyatu, tapi terdapat endapan yang

tidak terlalu kental warnanya (tidak sepekat campuran darah dan NaCl 3%).c. Campuran darah dengan cairan NaCl 3% menghasilkan :

Campuran NaCl 3% dan darah hanya sediki menyatu. Terdapat endapan warna merah pekat.

9. PembahasanPada paktikum ini terdapat cairan NaCl yang mempunyai tiga konsentrasi berbeda,

pada saat cairan tersebut dicampurkan dengan darah, berbagai reaksi berbeda dihasilkan dari pencampuran tersebut. Perbedaan hasil dari pencampuran ini diakibatkan dari konsentrasi NaCl yang berbeda yang menyebabkan larutan menjadi hipotonis, isotonis dan hipertonis.

Pada cairan NaCl dengan konsentrasi 0,45 % , larutan dikatakan hipotonik karena konsentrasi larutan kurang dari 0,9%, sehingga hasil yang didapatkan adalah campuran berubah menjadi gel, hal ini dikarenakan larutan hipotonik (NaCl 0,45%) yang berada di cairan ekstrasel menyebabkan osmolaritas cairan ekstrasel akan menurun sehingga cairan ekstrasel berdifusi kedalam sel dan menyebabkan sel membengkak, air akan terus berdifusi kedalam sel, yang akan mengencerkan cairan intrasel dan juga memekatkan cairan ekstrasel sampai kedua larutan mempunyai osmolaritas yang sama. Karena pemekatan cairan ekstrasel dan pembengkakan sel iniliah yang menyebabkan campuran NaCl 0,45% dan darah menjadi gel.

Pada cairan NaCl dengan konsentrasi NaCl 0,9% ,larutan dikatakan isotonik sehingga hasil yang didapatkan adalah campuran NaCl 0,9% dan darah setengah menyatu, tapi terdapat endapan yang tidak terlalu kental warnanya, hal ini dikarenakan konsentrasi air dalam cairan intrasel dan ekstrasel adalah sama dan zat terlarut tidak dapat masuk atau keluar dari sel sehingga tidak menimbulkan pengerutan atau pembengkakan sel.

Pada cairan NaCl dengan konsentrasi 3% ,larutan dikatakan hipertonik karena konsentrasi larutan lebih dari 0.9% ,sehingga hasil yang didapatkan adalah campuran NaCl 3% dan darah hanya sediki menyatu dan terdapat endapan warna merah pekat.Hal ini dikarenakan larutan hipertonik (NaCl 3%) yang ada di dalam cairan ekstrasel menyebabkan osmolaritas ekstrasel akan meningkat sehingga osmosis air keluar dari sel ke dalam cairan ekstrasel sehingga sel mengkerut sampai kedua konsentrasi menjadi sama. Hampir semua natrium klorida yang ditambahkan tetap berada dalam kompartment ekstrasel dan cairan berdifusi dari sel kedalam ruang ekstrasel untuk mencapai keseimbangan osmotik.. Hal inilah yang menyebabkan campuran NaCl 3% dengan darah lebih cair dibandingkan larutan yang lain namun lebih pekat karena peningkatan volume ekstrasel (lebih besar dari pada volume cairan yang ditambahkan dalam hal ini NaCl 3%).

Page 20: Praktikum Gula Darah Dll

10. Kesimpulan Perbedaan konsentrasi NaCl menyebabkan cairan bersifat hipotonis, isotonis dan hipertonis. Pada larutan hipotonis ,cairan ekstrasel menyebabkan osmolaritas cairan ekstrasel akan menurun sehingga cairan ekstrasel berdifusi kedalam sel dan menyebabkan sel membengkak.Pada larutan isotonis, cairan intrasel dan ekstrasel sama dan zat terlarut tidak dapat masuk atau keluar dari sel sehingga tidak menimbulkan pengerutan atau pembengkakan sel. Pada larutan hipertonis , cairan ekstrasel menyebabkan osmolaritas ekstrasel akan meningkat sehingga osmosis air keluar dari sel ke dalam cairan ekstrasel sehingga sel mengkerut. Selain konsentrasi tekanan osmotik dan osmolaritas juga memengaruhi perpindahan cairan intra dan ekstrasel.

11. Daftar PustakaGuyton & Hall. 2007. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran.Edisi 11. Jakarta: EGC.

.

1. Judul Praktikum

Praktikum IV (Perhitungan Angka Kecukupan Gizi).2. Dasar Teori

2.1 Pola Pertambahan Berat BadanPertambahn berat badan wanita hamil yang berberat rendah (BMI<19,8)

diharapkan sebesar 12,7-21,8 kg, dan yang obes (BMI 26,1-29,0)berkisar antara 6,8-11,3kg. Batas terbawah (6,8kg) dianjurkan untuk wanita yang sangat obese (BMI> 29,0).

Tabel1.Pertambahan berat badan berdasarkan BMIsebelum hamil

Page 21: Praktikum Gula Darah Dll

Dikutip dari “Aplication of clinical nutrition dalam Arisman (2004 :10).

Nilai BMI Berat Badan Rendah (<19,8)Normal (19,8-26,0)Tinggi (26,1-29,0)Obes (>29,0)

12,5-18,011,5-16,07,0-11,56,0

Selama trimester I, kisaran pertambahan berat sebaiknya 1-2kg(350-400g/mg), sementara trimester II&III sekitar 0,34-0,5kg tiap minggu. Pertambahan yang berlebihan setelah minggu ke 20 menyiratkan terjadinya retensi air dan juga berkaitan dengan janin besar dan risiko penyulit Disproporsi Kepala-Panggul (DKP). Retensi berlebihan juga merupakan tanda awal preeklampsia. Sebaliknya, pertambahan berat <1 kg selama trimester II, apalagi trimester III, jelas tidak cukup dan dapat memperbesar risiko kelahiran berat badan rendah, pemunduran pertumbuhan dalam rahim, serta kematian perinatal.

Pertambahan beratkumulatif wanita pendek (150cm) cukup ditata sampai sekitar 8,8-13,6kg. Wanita yang hamil kembar dibatasi sekitar 15,4-20,4kg. Wanita dengan berat berlebih, petambahan berat diperlambat sampai 0,3kg/minggu.

Menurut penelitian william (1967), berat janin bertambah sebesar 5 g sehari pada minggu ke 14-15 dan menjadi 10 g pada minggu ke-20.Kecepatan tumbuh sebesar 30-35 g sehari berlangsung pada minggu ke 32-34, dan berubah menjadi 230 g seminggu pada minggu ke 33-36. Memasuki minggu ke 41-42, pertambahan berat tidak terjadi lagi. Tambahn berat total selma 40 minggu kehamilan sebanyak 12,5kg minyiratkan porsi komponen ibu telah menyentuh angka 7 kg. Selebihnya adalah komponen berat janin (Arisman, 2004:10).

2.2 Kebutuhan Gizi Selama HamilTujuan penataan gizi pada wanita hamil adalah untuk menyiapkan :a. Cukup kalori, protein yang bernili biologi tinggi, vitamin, mineral, dan cairan untuk memenuhi kebutuhan zat gizi ibu, janin, serta plasenta.b. Masakan padat kalori dapat membentuk lebih banyak jaringan tubuh bukan lemak.c. Cukup kalori dan gizi untuk memenuhi pertambahan berat baku selama hamil.d. Perencanaan perawatan gizi yang memungkinkan ibu hamil umtuk memeroleh dan mempertahankan status gizi optimal sehingga dapat menjalani kehamilan dengan aman dan berhasil, melahirkan bayi dengan potensi fisik dan mental yang baik, dan memperoleh cukup energi untuk menyusui serta merawat bayi kelak.e. Perawatan gizi yang dapat mengurangi atau menghilangkan reaksi yang tidak diinginkan, seperti mual dan muntah.f. Perawatan gizi yang dapat membantu pengobatan penyulit yang terjadi selama kehamilan (diabetes kehamilan).g. Mendorong ibu hamil sepanjang waktu untuk mengembangkan kebiasaan makan yang baik yang dapat diajarkan kepada anaknya selama hidup (Arisman, 2004:13) .

Tabel 2. Kebutuhan zat gizi wanita hamil yang dihitung berdasarkan presentase peningkatan asupan gizi di atas kebutuhan wanita tidak hamil (Arisman, 2004:13).

Page 22: Praktikum Gula Darah Dll

Zat gizi % Zat Gizi %Kalori Protein Vitamin DVitamin EVitamin KVitamin CThiaminRiboflavin NiacinVitamin B6

14%68%100%25%8%17%36%23%13%27%

FolateVitamin B12

Kalsium FosforMagnesium BesiSeng YodiumSelenium

122%10%50%50%14%100%25%17%18%

2.3 Menu sehari Ibu Hamil Tabel 3. Menu sehari ibu hamil (Mardiyah, t.t)

Kelompok bahan makanan Porsi

Roti, serealia, nasi dan miSayuranBuahSusu, yoghurt, kejuDaging, ayam, ikan, telur, kacang-kacanganGulaLemak, minyak

6342325

• 1 porsi nasi (100 gram) dapat ditukar dengan: – Roti 3 potong sedang (70 gram), kentang 2 biji sedang (210 gram), kue kering

5 buah besar (50 gram), mi basah 2 gelas (200 gram), singkong 1 potong besar (210 gram), jagung biji 1 piring (125 gram), talas 1 potong besar (125 gram), ubi 1 biji sedang (135 gram)

• 1 potong sedang ikan (40 gram) dapat ditukar dengan: – 1 potong kecil ikan asin (15 gram), 1 sendok makan teri kering (20 gram), 1

potong sedang ayam tanpa kulit (40 gram), 1 buah sedang hati ayam (30 gram), 1 butir telur ayam negeri (55 gram), 1 potong daging sapi (35 gram), 10 biji bakso sedang (170 gram) dan lainnya.

• 1 mangkuk (100 gram) sayuran – di antaranya buncis, kol, kangkung, kacang panjang, wortel, labu siam, sawi,

terong dan lainnya.• 1 potong buah

– seperti 1 potong besar papaya (110 gram), 1 buah pisang (50 gram), 2 buah jeruk manis (110 gram), 1 potong besar melon (190 gram), 1 potong besar semangka (180 gram), 1 buah apel (85 gram), 1 buah besar belimbing (140 gram), 1/4 buah nenas sedang (95 gram), 3/4 buah mangga besar (125 gram), 9 duku buah sedang (80 gram), 1 jambu biji besar (100 gram), 2 buah jambu air

Page 23: Praktikum Gula Darah Dll

sedang (110 gram), 8 buah rambutan (75 gram), 2 buah sedang salak (65 gram), 3 biji nangka (45 gram), 1 buah sedang sawo (85 gram), dan lainnya.

• 2 potong sedang tempe (50 gram) dapat ditukar dengan: – Tahu 1 potong besar (110 gram), 2 potong oncom kecil (40 gram), 2 sendok

makan kacang hijau (20 gram), 2,5 sendok makan kacang kedelai (25 gram), 2 sendok makan kacang merah segar (20 gram), 2 sendok makan kacang tanah (15 gram), 1,5 sendok makan kacang mete (15 gram), dan lainnya.

• 1 gelas susu susu sapi (200 cc) dapat ditukar dengan: – 4 sendok makan susu skim (20 gram), 2/3 gelas yogurt nonfat (120 gram), 1

potong kecil keju (35 gram), dan lainnya.• Minyak kelapa 1 sendok teh (5 gram) dapat ditukar dengan:

– avokad 1/2 buah besar (60 gram), 1 potong kecil kelapa (15 gram), 2,5 sendok makan kelapa parut (15 gram), 1/3 gelas santan (40 gram), dan lainnya.

• Gula pasir 1 sendok makan (13 gram) ditukar dengan: – 1 sendok makan madu (15 gram)

2.4 Kebutuhan Energi Wanita HamilBanyaknya energi yang harus disiapkan hingga kehamilan berakhir sekitar

(dibulatkan) 80.000 kkal(National Academy of Science, 1980), atau kira-kira 300 kkal tiap hari diatas kebutuhan wanita tidak hamil. Nilai ini dihitung berdasarkan kesetaraan dengan protein dan lemak yang tertimbun untuk pertumbuhan janin dan keperluan ibu.

Energi yang tersembunyi dalam protein ditaksir sebanyak 5.180 kkal, dan lemak 36.337 kkal. Agar energi ini dapat ditabung, masih dibutuhkan tambahan energi sebanyak 26.244 kkal yang digunakan untuk mengubah energi yang terikat dalam makanan menjadi energi yang dapat dimetabolisir. Dengan demikian, jumlah total energi yang harus tersedia selama kehamilan ialah 74.537 kkal. NAS menggenapkannya menjadi 80.000kkal, sementara Durin dkk, membulatkan ke bawah menjadi 70.000kkal.

Untuk memperoleh besaran energi per hari, hasil penjumlahan ini kemudian dibagi dengan angka 250, yaitu perkiraan lamanya kehamilan jika dihitung dengan hari . Hasilnya ialah 300 kkal, atau jika mengacu pada hitungan Durmin ,dkk (1992), 100-150 kkal sehari.

Karena banyaknya perbedaan kebutuhan energi selama hamil, WHO menganjurkan jumlah tambahan sebesar 150 kkal sehari pada trimester I, dan 350 kkal selama trimester II dan III. Sementara Widyakarya Nasional Pangan dan Gizi V 1993 mematok angka 285 kkal perhari . Tetapi dalam metode Harist Bennedict mematok tambahan kalori sebesar 180 kkal pada trimester pertama dan 300 kkal pada trimester kedua dan ketiga (Arisman, 2004:15; Mardiyah, t,t.).

2.5 Kebutuhan Protein Wanita Hamil Kebutuhan wanita akan protein meningkat sampai 68%. Jumlah protein yang

harus tersedia sampai akhir kehamilan diperkirakan sebanyak 925 g yang tertimbun dalam jaringan ibu, plasenta, serta bayi. Widyakarya Nasional Pangan dan Gizi V

Page 24: Praktikum Gula Darah Dll

1993 menganjurkan penambahan 12 g/hari. Dengan demikian, dalam satu hari asupan protein dapat mencapai 75-100g (sekitar 12% dari jumlah total kalori) atau sekitar 1,3 g/kg/hari (gravida mature), 1,5 g/kg/hari (usia 15-18 tahun), dan 1,7 g/kg/hari (dibawah 15 tahun) .

2.6 Kebutuhan Gizi Pada Bayi Kalori = 100-120 per kilogram berat badan.Protein = 1,5-2 gram per kilogram berat badan.Karbohidrat = 50-60 persen dari total kebutuhan kalori sehari.Lemak = 20 persen dari total kebutuhan kalori sehari (Mardiyah, t.t).

2.7 Makanan bayi umur 6-12 bulan

o ASI harus tetap diberikan .

o Makanan lumat 2x sehari à 1x buah lumat, 1x bubur susu à à nasi tim

saring. o Berikan ASI terlebih dahulu, setelah itu makanan pendamping .

o Teruskan pemberian ASI/ MP-ASI.

o Berikanlah makanan lembek dengan frekuensi sesuai umur .

o Perkenalkan aneka ragam bahan makanan .

o Beri makanan sesuai jumlah kebutuhan kalorinya agar tidak terjadi

kegemukan / kurang gizi (Mardiyah, t.t).

3. Tujuan Praktikum Mengetahui dan Menghitung Angka Kecukupan Gizi pada Wanita Hamil dan Bayi.

4. Kasus

Ny I (33 tahun) sedang hamil, usia kehamilan 11 minggu, TB 150 cm, BB 56 Kg, hitunglah dengan menggunakan tabel AKG:1. Berapa IMT-nya dan berapa penambahan berat badan seharusnya?2. Kebutuhan energi3. Kebutuhan protein4. Kebutuhan lemak

Bayi O (usia 12 bulan) dengan BB 10 kg,TB 65 cm, masih mendapatkan ASI, hitunglah kebutuhan: 1. Kalori2. Protein3. Karbohidrat4. Lemak

Buatlah perhitungan angka kecukupan gizinya dan rancangan diet harian bagi kedua klien tersebut. 5. Pembahasan

Kasus Ny I1. IMT Ny I dan Penambahan Berat Badan Seharusnya

IMT = BB : (Tb)2

Page 25: Praktikum Gula Darah Dll

= 56 : (1,5)2

= 56 : 2,25 = 24,89 (normal)

Penambahan berat badan seharusnya = 11,5-16 kgSehingga berat badan Ny I setelah ditambah seharusnya = 67,5 – 72 kg.2. Kebutuhan Energi, Protein dan Lemak

o Menentukan besaran energi yang diperlukan untuk memenuhi metabolisme

basal (Basal Energy Expenditure/BEE), menggunakan persamaan Harrist Benedict.BEE = 655 + 9,6 BB + 1,4 TB – 4,7 UBB = berat badan yaitu 56 kgTB = tinggi badan yaitu 150 cm U = usia yaitu 33 tahun BEE = 655 + 9,6 (56) + 1,4 (150) – 4,7 (33)

= 655 + 537,6 + 210 -155,1=1247,5

o Menentukan energi yang dihabiskan untuk kegiatan fisik derajat sedang

KF(Kegiatan Fisik) = 13% dari BEE

= 13

100 x 1247,5

= 162,175o Menentukan FIT (Food Induced Thermogenesis)

FIT = 10% (BEE+ KF)= 10% x (1247,5 + 162,175)= 10% x 1409,675=140, 9675

2.1 Kebutuhan Energi Total Menentukan jumlah energi total kebutuhan energi (Total Energy Expenditure/TEE) TEE = BEE + KF+ FIT

= 1247,5 + 162,175 + 140,9675= 1550,6425 kkal

Menambah energi untuk kehamilan (180 kkal per hari karena kehamilan berada pada trimester 1 (11 minggu))TEE menjadi 1550,6425 + 180 kkal = 1730,6425 kkalJadi, kebutuhan energi Ny I adalah 1730,6425 kkal

2.2 Kebutuhan Protein

Protein = 15% dari TEE = 15

100 x 1730,6425 = 259,60 kkal

1 gram protein = 4 kkal maka Kebutuhan protein = 259,60 : 4 = 64,9 gram Kebutuhan protein Ny I masih kurang dari yang dianjurkan, seharusnya kebutuhan protein wanita hamil adalah 70-100 gram.

Page 26: Praktikum Gula Darah Dll

2.3 Kebutuhan Lemak

Lemak = 25% dari TEE = 25

100 x 1730,6425 = 432,66 kkal

1 gram lemak = 9 kkal makaKebutuhan Lemak = 432,66 : 9 = 48,07 gram

2.4 Kebutuhan Karbohidrat

Karbohidrat = 60% dari TEE = 60

100 x 1730,6425 = 1038,38 kkal

1 gram karbohidrat = 4 kkal maka Kebutuhan Karbohidrat = 1038,38:4 = 259,59 gram

3. Rancangan Diet Harian bagi Ny I Dari Tabel 3 tentang menu sehari bagi ibu hamil yang berada di dasar teori maka

kita dapat mengetahui menu sehari ibu hamil dalam sehari yakni.

Kelompok bahan makanan Porsi

Roti, serealia, nasi dan miSayuranBuahSusu, yoghurt, kejuDaging, ayam, ikan, telur, kacang-kacanganGulaLemak, minyak

6342325

Untuk Jenis Karbohidrat, protein dan lemak yang dapat digunakan menurut perhitungan AKG yakni.

KarbohidratNo. Jenis Banyaknya (gram) 1. Kue Kering 5 buah besar 50 gram 2. 1 Porsi Nasi 100 gram 3. Kentang 1 biji sedang 105 gram Total (gram) 255 gram

Protein No Jenis Banyaknya (gram)1. 1,5 sendok makan kacang

mete15 gram

2. 1 potong daging sapi 35 gram3. 2 sendok makan kacang

tanah15 gram

Page 27: Praktikum Gula Darah Dll

Total (gram) 65 gramKarena kebutuhan protein NY I kurang dari kebutuhan protein ibu hamil, maka untuk mencukupi kebutuhan protein dapat di tambahkan menu 1 buah sedang hati ayam 30 gram, sehingga banyaknya gram protein yang dikonsumsi senilai 80 gram.

LemakNo Jenis Banyaknya (gram)1. 1 potong kecil keju 35 gram 2. 1 potong kecil kelapa 15 gram

Total (gram) 50 gram

Kasus Bayi O

A . Kalori (100-120 kkal/BB)

10 kg x (100-120) = 1000 – 1200 kkal Jadi kebutuhan kalori bayi O adalah 100-120 kkal

B. Protein (1,5-2 gram/BB)

10 x (1,5-2) =(15-20) :4 = 3,75-5 gram Jadi kebutuhan protein bayi O adalah 3,75-5 gram

C. Karbohidrat (50% dari kebutuhan kalori)- Bila kebutuhan kalori 1000 kkal - Bila kebutuhan kalori 1200

50

100 x 1000 = 500 kkal

50100

x1200 = 600 kkal

1 gram karbohidrat = 4 kkal 1 gram karbohidrat = 4 kkal Jadi 500kkal : 4 = 125 gram Jadi 600 kkal : 4 = 150 gram Jadi kebutuhan karbohidrat bayi O berkisar diantara 125-150 gram D. Lemak (20% dari total kalori)- Bila kebutuhan kalori 1000 kkal - Bila kebutuhan kalori 1200

20

100 x 1000 = 200 kkal

20100

x1200 = 240 kkal

1 gram lemak = 9 kkal 1 gram lemak = 9 kkal Jadi 200 kkal : 9 = 22,222 gram Jadi 240 kkal : 9 = 26,667 gram Jadi kebutuhan lemak bayi O berkisar diantara 22,222 - 26,667 gramE. Rancangan Diet Harian bagi Bayi O Bayi diberikan ASI terlebih dahulu sebelum diberikan makanan lumat/makanan

pendamping. Pemeberian Makanan Lumat 2 kali sehari terdiri dari Karbohidrat : 1/2 porsi nasi (50 gram)

Page 28: Praktikum Gula Darah Dll

kue kering 9 buah besar (90 gram) Protein :1/6 buah sedang hati ayam ( 5 gram) Lemak : 5 Sendok makan susu krim (25 gram)

6. Kesimpulan Kebutuhan energi tiap individu sangat berbeda, perbedaan ini diakibatkan dari beberapa

faktor dianataranya adalah faktor usia dan aktivitas. Pada bayi kebutuhan energi belum terlalu banyak dibandingkan dengan orang dewasa karena bayi belum banyak melakukan aktivitas, tetapi pada bayi juga asupan nutrisi harus tetap di perhatikan karena di masa ini bayi sedang berada pada masa pertumbuhan sehingga nutrisi harus tetap terpenuhi.

Kebutuhan wanita hamil dengan wanita hamil juga berbeda, hal ini dapat dilihat dari perhitungan kebutuhan kalori per hari, wanita hamil di trimester I memerlukan tambahan energi sebanyak 180 kkal dari wanita tidak hamil, sedangkan di trimester II dan III kebutuhan kalori wanita hamil meningkat lagi menjadi 300 kkal dari wanita tidak hamil. Dari hasil perhitungan kebutuhan protein ibu hamil, ternyata kebutuhan protein Ny I kurang dari kebutuhan protein wanita hamil normal, karena pada wanita hamil seharusnya mendapatkan protein 70-100 gr.

7. Daftar Pustaka Arisman.2004.Buku Ajar Ilmu Gizi: Gizi dalam Daur Kehidupan. Jakarta: EGCMardiyah, Wiwi. t.t. Gizi Seimbang dalam Siklus Manusia. Power Powet pada Mata

Kuliah Basic Science of Nursing II di FIK UNPAD.Sumedang

1. Judul Praktikum

Antropometri

2. Dasar Teori

2.1 Pemeriksaan Antropometris

Page 29: Praktikum Gula Darah Dll

Pertumbuhan dipengaruhi oleh determinan biologis yang meliputi jenis kelamin, lingkungan di dalam rahim, jumlah kelahiran, berat lahir pada kehamilan tunggal atau majemuk, ukuran orang tua dan konstitusi genetis, serta faktor lingkungan (termasuk iklim, musim, dan keadaan sosial-ekonomi). Pengaruh lingkungan, terutama gizi lebih penting ketimbang latar belakang genetis atau faktor biologis lain, terutama pada masa pertumbuhan. Ukuran tubuh tertentu dapat memberikan keterangan mengenai jenis malnutrisi (Arisman, 2004 :180).

Tujuan yang hendak dicapai dalam pemeriksaan antropometris adalah besaran komposisi tubuh yang dapat di jadikan isyarat dini perubahan status gizi. Tujuan ini dapat dikelompokkan menjadi 3, yaitu untuk :

a. Penapisan status gizi.

b. Survei status gizi.

c. Pemantauan status gizi.

Tabel parameter yang dianjurkan WHO untuk diukur dalam survei gizi

Usia Pengamatan di lapangan Pengamatan lebih rinci0-01 th

1-05th

5-20 th

>20 th

Berat dan panjang badan

Berat dan panjang badan (sampai 3 tahun), tinggi badan (di atas 3 tahun), lipat kulit biseps & triseps, lingkar lengan.

Berat dan tinggi badan, lipat kulit triseps.

Berat dan tinggi badan, lipat kulit triseps.

Panjang batang badan; lingkar kepala & dada; diameter krista iliaka,lipat kulit dada ,triseps dan sub- skapula

Panjang batang badan (3 tahun),tinggi duduk (diatas 3 tahun), lingkar kepala,& dada (inspirasi setengah), diameter bikristal,lipat kulit dada&sub-skapula, lingkar betis, rontgen postero-anterior tangan dan kaki.

Tinggi duduk, diameter bikristal, diameter biakromial, lipat kulit di tempat lain, lingkar lengan & betis, rontgen postero-anterior tangan dan kaki

Lipat kulit di tempat lain, lingkar lengan dan betis.

2.2 Hal-Hal yang Memengaruhi Dimensi Antropometri Manusia

Hal-hal yang memengaruhi dimensi antropometri manusia adalah sebagai berikut (wikipedia; upi.edu).

Page 30: Praktikum Gula Darah Dll

a. Umur

Ukuran tubuh manusia akan berkembang dari saat lahir sampai sekitar 20 tahun untuk pria dan 17 tahun untuk wanita. Ada kecenderungan berkurang setelah 60 tahun.

b. Jenis kelamin

Pria pada umumnya memiliki dimensi tubuh yang lebih besar kecuali bagian dada dan pinggul.

c. Rumpun dan Suku Bangsa.

d. Sosial ekonomi dan konsumsi gizi yang diperoleh.

Kondisi ekonomi dan gizi juga berpengaruh terhadap ukuran antropometri meskipun juga bergantung pada kegiatan yang dilakukan.

e. Pekerjaan, aktivitas sehari-hari juga berpengaruh.

f. Kondisi waktu pengukuran.

2.3 Tinggi Badan

Tinggi badan merupakan indikator umum ukuran tubuh dan panjang tulang , namun tinggi saja belum dapat dijadikan indikator untuk menilai status gizi, kecuali jika digabungkan dengan indikator lain seperti usia, dan berat badan (Arisman, 2004:181).

2.4 Berat Badan

Berat badan merupakan ukuran antropometris yang paling banyak digunakan karena parameter ini mudah dimengerti sekalipun oleh mereka yang buta huruf. Berat badan orang dewasa (usia diatas 18 tahun), karena baku acuan belum tersedia, ditentukan dengan berbagai cara. Cara yang paling sederhana, namun tingkat kesalahannya cukup tinggi, adalah dengan menggunakan rumus Broca. Pada persamaan ini, berat badan normal (BBN) dihitung dengan mengurangi ukuran tinggi badan (dalam cm)dengan angka 100. Berat badan ideal (BBI) diperoleh dengan mengurangi BBNdengan 10% dari BBN, sedangkan berat badan berlebih jika berat badan seseorang lebih dari 15% dari BBN (Arisman, 2004:184).

2.5 Indeks Masa Tubuh (IMT)

Indeks massa tubuh (IMT) merupakan rumus matematis yang berkaitan dengan lemak tubuh orang dewasa, dan dinyatakan sebagai berat badan (daalm kilogram) dibagi dengan kuadrta tinggi badan (dalam ukuran meter). IMT=BB/TB2 (Arisman, 2004:193) .

Page 31: Praktikum Gula Darah Dll

Tabel batas ambang nilai indeks massa tubuh (IMT)Dari “Pedoman praktis untuk mempertahankan berat badan berdasarkan IMT dan gizi seimbang”,Depkes 1996

Status Gizi IMTKurus tingkat berat

Kurus tingkat ringan

Normal

Gemuk tingkat ringan

Gemu tingkat berat

<17

17,0-18,4

18,5-25,0

25,1-27,0

>27

2.6 Lipat Lemak Bawah Kulit

Lipat lemak bawah kulit yang paling banyak dan mudah diukur , serta sangat berkolerasi dengan lemak tubuh adalah lipatan kulit triseps dan subskapula. Lokasi lain adalah supra iliaka, biseps, perut, paha, dan dada (Arisman,2004:192).

a. Lipatan Kulit Triseps

Diukur diatas otot triseps di bagian tengah jarak antara ujung olekranon dan tonjolan akromion. Kedua titik ini dapat ditentukan dengan lengan terfleksi 90o. Setelah titik pertengahan ini diberi tanda, lengan kemudian dibiarkan tergantung bebas dan terjuntaidi samping badan, untuk kemudian dilakukan pengukuran. (posisi kalipers tegak lurus terhadap olekranon)

b. Lipatan Kulit Biseps

Diukur dibagian perut otot biseps, pada titik yang sama tinggidengan lipatan kulit triseps. Lengan juga menggantung di sisi badan, sementara telapak tangan menghadap ke depan.

c. Lipatan Kulit Dada

Diukur tepat dibawah muskulus pektoralis mayor kanan setinggi puting susu, dengan penjepitan vertikal.

d. Lipat Kulit Perut

Diukur di tempat kira-kira 5 cm disebelah kanan pusat, dan kulit tersebut dijepit secara horizontal. Lokasi lain ialah 3 cm kearah lateral dan 1 cm ke arah inferior titik pertengahan pusat.

Page 32: Praktikum Gula Darah Dll

e. Lipat Kulit Sub-skapula

Diukur tepat diatas sudut bawah (inferior)skapula kanan; penjepitan dapat dilakukan vertikal, atau 45oterhadap garis –garis kulit.

f. Suprailiaca

Suprailiaca adalah bagian perut samping. Ketebalan lemak pada suprailiaca dapat diukur dengan mencubit pada titik perpotongan antara garis spina iliaca dengan anterior axilla dan garis horizontal yang melalui crista iliaca. Arah cubitan 450 dari arah horizontal. (Lohman, et al. 1988) dalam Wicaksono,Suryo (t.t).

Lemak dapat diukur secara absolut (dalam kg) dan secara relatif (%) terhadap berat

tubuh total. Jumlah lemak tubuh sangat bervariasi ditentukan oleh jenis kelamin dan

umur. Ketebalan lipatan kulit adalah suatu pengukuran kandungan lemak tubuh

karena sekitar separuh dari cadangan lemak tubuh total terdapat langsung dibawah

kulit. Pengukuran tebal lipatan kulit merupakan salah satu metode penting untuk

menentukan komposisi tubuh serta presentase lemak tubuh dan tubuh untuk

menentukan status gizi cara antropometri (Sirajuddin, Saifuddin, 2011)

Rumus menghitung tebal lemak bawah kulit:

Laki-laki 18-27 tahun

Db = 1,0913 – 0,00116 (trisep + scapula)

% BF = [(4,97/Db) – 4,52] x 100

Wanita 18-23 tahun

Db = 1,0897 – 0,00133 (trisep + scapula)

% BF = [(4,76/Db) – 4,28] x 100

Tabel Klasifikasi Standar Pengukuran Tebal Lemak Bawah Kulit (Sirajuddin,

Saifuddin, 2011)

Klasifikasi Laki-laki WanitaLean < 8 % < 13 %

Optimal 8 – 15 % 14 – 23 %

Slightly

overfat

16 – 20 % 24 – 27 %

Fat 21 – 24 % 28 – 32 %

Obesitas 25 % 33 %

2.7 Lingkar Lengan

Page 33: Praktikum Gula Darah Dll

Pertambahan otot dan lemak di lengan berlangsung cepat selama tahun pertama kehidupan. Setelah itu, pertumbuhan nyaris tidak terjadi hingga anak berusia 5 tahun. Seandainya anak itu mengalami malnutrisi, otot akan mengecil , lemak menipis dan ukuran lingkar lenganpun akan berkurang (Arisman,2004:203).

Tabel klasifikasi KKP (Kurang Kalori Protein)berdasarkan ukuran lingkar lengan atas dikutip dari “principles of nutritional assesment” oleh Rosalind S.Gibson,1990 dalam Arisman (2004 :204).

Lingkar Lengan Kategori>13,5 cm 12,5-13,5 cm< 12,5 cm

NormalMungkin KKP ringan KKP Berat

3. Tujuan Mengukur ukuran tubuh manusia. 4. Nama Pelaksana Praktikum

o Sellyan

o Restania

5. Tanggal Praktikum 20 desember 2012

6. Alat o Skinfold Calliper

o Pita pengukur lingkar lengan

o Timbangan

o Pengukur tinggi badan

7. Tata Kerja Praktikum 1. Ukur tinggi badan naracoba .2. Ukur berat badan naracoba.3. Ukur lingkar lengan kanan dan kiri naracoba.4. Ukur Gelambir naracoba dengan kaliper.

Cara melakukan pengukuran : Kulit “dicubit”dengan dua jari. Kaliper diletakkan tegak lurus “lipatan kulit” yang tercubit, sekitar 1 cm di atas jari. Kemudian penahan kaliper dilepas sehingga menjepit lipatan kulit. Pembacaan skala baru boleh dilakukan setelah dua detik. Pengukuran sebaiknya dilakukan ketika kulit sedang tidak berkeringat, karena kulit yang basah akan menyebabkan “pengembangan “ lemak dan kulit.

8. Hasil Praktikum o Tinggi badan : 155,5 cm

o Berat Badan : 49 kg

o Lingkar Lengan

Kanan = 26 cm Kiri = 24,5 cm

oGelambir

Lengan kanan = 20

Page 34: Praktikum Gula Darah Dll

Lengan kiri = 18 Sub-Skapula kanan = 19 Sub-Skapula kiri = 20 Pinggul kanan = 19 Pinggul kiri = 19,5

9. Pembahasan Dari praktikum ini dapat dilihat bahwa naracoba memiliki IMT yang normal, hal ini

dapat diketahui dari perhitungan IMT yakni.IMT = BB/TB2 = 49/1,552 = 49/2,4025 = 20,395, dari hasil ini dapat disimpulkan bahwa IMT naracoba normal karena berada pada kisaran 18,5-25,0 yang telah ditetapkan oleh depkes sebagai kisaran normal IMT.

Selain itu dengan data yang dimiliki kita juga dapat menentukan berat badan normal dan ideal dari naracoba menggunakan rumus Broca yakni.Berat badan normal = Tb-100 = 155,5-100 = 55,5. Jadi berat badan normal naracoba bila dihitung dengan rumus Broca adalah 55,5 kg, hal ini menunjukkan bahwa naracoba yang saat ini memiliki berat badan 49 kg harus menambahkan berat badannya sebanyak 6,5 kilogram untuk mencapai berat badan normal.

Untuk mengetahui berat badan ideal bagi naracoba, maka dapat dilakukan dengan cara penghitungan menggunakan rumus Broca yakni.Berat badan ideal = Berat Badan Normal – 10% dari Berat Badan Normal

= 55,5 – ( 10

100 x55,5)

= 55,5- 5,5=50 kg, jadi berat badan ideal naracoba bila dihitung dengan rumus

broca adalah 50 kg, hal ini menunjukkan bahwa naracoba hanya perlu menambah berat badannya sebanyak 1 kg untuk mencapai berat badan ideal.

Lingkar lengan normal berkisar pada ukuran lebih dari 13 cm, hal ini mengacu pada principles of nutritional assesment yang menyatakan ukuran lingkar lengan normal adalah lebih dari 13 cm, 12,5-13,5 cm memungkinkan kekurangan protein ringan, sedangkan ukuran kurang dari 12,5 menandakan kekurangan protein berat. Pada praktikum ini, naracoba memiliki lingkar lengan kanan sebesar 26 cm sedangkan 24,5 cm untuk lengan kiri, dari sini dapat diketahui bahwa naracoba memiliki lingkar lengan yang normal.

Pada prkatikum kali ini, juga dilakukan pengukuran pada lengan kanan dan kiri , lipatan sub- skapula kanan dan kiri, serta panggul kanan dan kiri. Dengan data tersebut kita dapat menentukan lemak bawah kulit.

Rumus menghitung tebal lemak bawah kulit Wanita 18-23 tahun

Db = 1,0897 – 0,00133 (trisep + scapula) 0,05187= 1,03783

% BF = [(4,76/Db) – 4,28] x 100 .

jadi

Db Naracoba = 1,0897 – 0,00133 (20 +19)

= 1,0897- ) 0,05187

Page 35: Praktikum Gula Darah Dll

= 1,03783

%BF = (4,76/1,03783 - 4,28) x 100

= 30,64%. Dari data ini dapat diambil bahwa naracbo termasuk gemuk.

10. Kesimpulan Antropometri dapat digunakan untuk mengetahui ukuran tubuh manusia.Ukuran yang

dapat diukur adalah lemak tubuh, Indeks Massa Tubuh (IMT), berat badan ideal, berat badan normal , lingkar lengan, dll. Untuk mengukur kadar lemak tubuh, lokasi yang sering diukur adalah supra iliaka, biseps,triseps, perut, paha,sub-scapula dan dada.

Pada praktikum kali ini, hanya bagian biseps, supra iliaka dan sub scapula yang diukur. Dari pengukuran yang dilakukan didapatkan bahwa naracoba memiliki berat ideal sebesar 50 kg, jadi diperlukan penambahan 1 kg bagi naracoba untuk mendapatkan berat badan ideal. Tetapi jika naracoba ingin mendapatkan berat badan normal, maka diperlukan penambahan 6,5 kilogram untuk mendapatkannya. Untuk lingkar lengan, narcoba memiliki lingkar lengan yang normal karena lingkar lengan naracoba lebih dari 13 cm. Tetapi bila dilihat dari penghitungan lemak bawah kulit, naracoba termasuk kedalam kategori gemuk.

11. Daftar Pustaka

Arisman.2004.Buku Ajar Ilmu Gizi: Gizi dalam Daur Kehidupan. Jakarta: EGChttp://file.upi.edu/Direktori/FPTK/JUR._PEND._TEKNIK_ARSITEKTUR/

196212311988032-RR._TJAHYANI_BUSONO/ERGONOMIKA/ANTROPOMETRI.pdf diakses pada 28 Desember 2012

http://id.wikipedia.org/wiki/Antropometri diakses pada 28 Desember 2012

Wicaksono,Suryo,dkk.(t.t). Distribusi Lemak pada Mahasiswa Antropolgi Universitas Airlangga antara Laki-Laki dan Perempuan (Prelimanary Study).

Sirajuddin, Saifuddin. 2011. Penuntun Praktikum Penilaian Status Gizi Secara Biokimia dan Antropometri. Makassar: Universitas Hasanuddin.