penetapan golongan darah dan pengukuran kadar gula darah
DESCRIPTION
laporan praktikum penetapan golongan darah dan pengukuran kadar gula darah. Teknobiomedik Unair 2010TRANSCRIPT
PENETAPAN GOLONGAN DARAH DAN PENGUKURAN KADAR GULA DARAH
Tujuan
Praktikan dapat mempelajari dan memahami golongan darahnya serta reaksi aglutinasinya.
Dasar teori
Seseorang dapat meninggal apabila kehilangan 40% darahnya pada waktu yang
singkat, karena tubuhnya tidak dapat membuat darah lagi dengan cepat. Tetapi kematian
akibat kasus tersebut diatas dapat dicegah dengan tindakan transfusi darah dari seorang
donor. Hal ini dikarenakan adanya persyaratan tertentu yang harus dipenuhi. Sebelum
transfusi dilakukan perlu dilakukan test dengan mencampur darah resipien. Bila tidak terjadi
aglutinasi maka dikatakan darah sesuai dan transfusi dapat dilaksanakan. Kesesuaian tersebut
tergantung dari antigen pada permukaan eritrosit dan antibody dalam plasmanya.
Setiap manusia mempunyai golongan darah masing-masing. Golongan darah dapat
diturunkan secara genetikdari kedua orang tua kepada generasi keturunannya. Ada tidaknya
antigen dalam darah merupakan dasar pembeda pada penentuan golongan darah seseorang.
Secara umum pada system golongan darah ABO, apabila di dalam sel darah seseorang
terdapat antigen A di permukaan membran sel, maka plasma darahnya terdapat antibody
alpha ( α ) dan tidak menghasilkan antibody a. secara singkat, golongan darah system ini
dapat dilihat pada table berikut ini
Gol. Darah Antigen Antibody
A A α (anti B)
B B β (anti A)
AB A dan B -- (tidak ada)
O ------ α dan β (anti B dan anti A)
Pada system golongan darah rhesus, juga diturunkan secara genetic dan bersifat
dominan. Sebetulnya didalam serum dan plasma seseorang awalnya tidak terdapat anti-Rh,
tetapi keberadaan anti-Rh dapat distimulasi dengan tansfusi darah (terutama lebih dari 1x)
2
dan perkawinan dengan sifat tertentu. Pada perkawinan ini, kita mengenal ada kemungkinan
keturunannya mengalami suatu kasus yang dinamakan Erytroblastosis foetalis.
OGTT (Oral Glucose Tolerance Test = Tes Toleransi Glukosa Oral) merupakan
metode pengukuran yang dapat mengidentifikasi kondidi IGT (Impaired Glucose Tolerance)
secara akurat. OGTT diperlukan untuk memastikan seseorang mengalami gangguan toleransi
glukosa yang tidak terdeteksi (dicurigai) dan juga berarti mengeluarkan orang tersebut dari
kecurigaan yang ada. Tes OGTT disarankan untuk dilakukan pada seseorang yang memiliki
kadar gula puasa 6.1 – 6.9 mmol/L atau 110 – 125 mg/dL untuk menentukan kepastian status
toleransi glukosanya. Pemeriksaan HbA1c tidak disarankan sebagai pemeriksaan diagnosis
untuk diabetes dan kondisi gangguankadar gula darah lainnya. WHO juga menggunakan
istilah Intermediate Hyperglycaemia untuk menggambarkan kadar gula dalam darah antara
normal dan diabetes (IFG dan IGT) karena WHO bermaksud menghilangkan stigma diabetes
terhadap orang yang tidak memenuhi kriteria untuk dikatakan memiliki kondisi diabetes dan
juga menekankan bahwasanya kondisi Intermediate Glycaemia ini masih dapat kemabli ke
kondisi normal.
WHO mendefinisikan diabetes sebagai kondisi dimana terdapat kenaikan kadar gula
dalam darah yang berimplikasi menigkatnya faktor resiko terhadap penyakit yang didasari
karena kerusakan pembuluh darah kecil dan besar serta berkurangnya kualitas hidup
seseorang.
Dari definisi ini, kita dapat mengambil sebuah kesimpulan sederhana bahwa batasan
yang dibuat WHO untuk menentukan seseorang diabetes atau tidak mengambil
pertimbangan besar kecilnya kemungkinan muncul penyakit pembuluh darah dan jantung
dari kondisi kadar gula darah seseorang. Pada kondisi dimana seseorang memiliki kadar gula
darah dibawah batas kadar gula darah diabetes maka orang tersebut aman dari kemungkinan
faktor resiko yang dapat timbul senadainya kondisi dia berada di dalam wilayah batas
diabetes. Proses ini berjalan dinamis. Diantara kondisi normal dan diabetes sendiri terdapat
kondisi naiknya kadar gula darah tetapi belum termasuk diabetes yang merupakan kondisi
peralihan. Dapat berkembang menjadi diabetes dapat juga tidak tergantung dari
penatalaksanaan yang ada.
3
Alat dan bahan
Blood lancet
Lancing device
Blood monitoring glucose system
Blood glucose test strip
Objek glass
Tusuk jarum kayu/ tusuk gigi
Test strip
Kapas
Alkohol 70%
Kertas tissue
Serum anti A
Serum anti B
Serum anti AB
Pipet tetes
Cara kerja
Penentuan golongan darah
1. Sediakan gelas obyek yang bersih, bersihkan ujung jari telunjuk dengan alkohol 70%
dan tusuklah dengan jarum lanset
2. Letakkan 2 tetes kecil darah di masing-masing ujung gelas obyek
3. Tetesi tetesan darah 1 dengan anti serum A dan tetesan darah ke 2 dengan serum anti
B, campurkan dengan ujung tusuk gigi dan digoyang-goyang
4. Amatilah hasilnya, apakah terjadi aglutinasi pada tetes darah yang ada dan tetapkan
golongan darah saudara
5. Ulangi langkah di atas, tetapi kali ini dengan menggunakan serum anti A dan anti B
Penentuan kadar gula darah
4
1. Cek terlebih dahulu Blood monitoring glucose system dalam keadaan siap pakai yaitu
dengan ditunjukkan terdapat angka pada monitornya.
2. Bersihkan ujung jari telunjuk yang akan diambil darahnya dengan alkohol 70%.
3. Kemudian tusuk jari telunjuk tersebut dengan Lancing device menggunakan blood
lancet berukuran 3 mm.
4. Setelah darah keluar, oleskan darah pada Blood glucose test strip.
5. Tunggu 10 detik kemudian maka Blood monitoring glucose system akan
menunjukkan angka kadar gula dalam darah.
Hasil pengamatan
Table hasil pengukuran kadar gula darah
N
o.Nama
Jenis
Kelamin
Kadar Gula
Darah
Puasa
(mg/dl)
Diet/ Menu
Makan
Kadar
Gula
Darah 2
jam
PP(mg/dl)
Kesimpulan
1 Riski ♀ 73 Nasi Campur 142Pre-Diabetes
Melitus Type 2
2 Robbi ♂ 65 Nasi Campur 107 Normal
3 Fadhlin ♀ 73 Diabetamil 96 Normal
4 Bayu ♂ 80 Diabetamil 91 Normal
5 Rizal ♂ 81 Roti Manis 115 Normal
6 Nidhom ♂ 64 Roti Manis 136Pre-Diabetes
Melitus Type 2
7 Ibnu ♂ 74 Roti Tawar 123 Normal
8 Merinda ♀ 68 Roti Tawar 94 Normal
Tabel Pengamatan Golongan Darah
5
No. NamaJenis
KelaminSerum anti-A Serum anti-B
Serum anti-
ABKesimpulan
1 Winda ♀Tidak
menggumpalMenggumpal Menggumpal B
2 Robbi ♂Tidak
menggumpal
Tidak
menggumpal
Tidak
menggumpalO
3 Alfian ♂ MenggumpalTidak
menggumpalMenggumpal A
4 Hayyi ♀Tidak
menggumpal
Tidak
menggumpal
Tidak
menggumpalO
5 Vanny ♀ MenggumpalTidak
menggumpalMenggumpal A
6 Galuh ♀ MenggumpalTidak
menggumpalMenggumpal A
7 Nia ♀Tidak
menggumpalMenggumpal Menggumpal B
8 Dila ♀Tidak
menggumpal
Tidak
menggumpal
Tidak
menggumpalO
9 Ratna ♀Tidak
menggumpal
Tidak
menggumpal
Tidak
menggumpalO
10 Didi ♂ MenggumpalTidak
menggumpalMenggumpal A
11Andhik
a♂ Menggumpal Menggumpal Menggumpal AB
6
Berikut ini adalah berbagai alat untuk mendapatkan sampel darah dari praktikan yang
akan diuji golongan darahnya atau penentuan kadar gula darah:
Gambar 1. Lancing device Gambar 2. Blood Lancet
Berikut ini adalah gambar jenis-jenis serum yang digunakan dalam praktikum
penentuan golongan darah:
Gambar 3. Serum anti-A Gambar 4. Serum anti-B Gambar 5. Serum anti-AB
7
Berikut ini adalah gambar alat yang digunakan untuk menentukan kadar gula darah:
Gambar 6. Blood monitoring glucose system Gambar 7. Blood glucose test strip
Berikut ini berbagai gambar pengambilan sampel darah :
Gambar 7. Penyuntikan dengan blood lancet Gambar 8. Penetesan darah ke kaca obyek
Berikut ini berbagai gambar penentuan kadar gula darah :
Gambar 9. Pengambilan sampel darah Gambar 10. Pengujian sampel darah
8
Pembahasan
Pada praktikum kali ini praktikan akan menentukan golongan darah dan kadar gula
darah dari berbagai mahasiswa teknobiomedik. Berikut ini penjelasan mengenai praktikum
yang dilakukan.
1. Penentuan Golongan Darah
Dari 38 mahasiswa yang ikut praktikum hanya 11 mahasiswa yang diuji golongan
darahnya. Dari data yang didapatkan, terdapat 4 mahasiswa yang memiliki golongan darah A,
2 mahasiswa yang memiliki golongan darah B, 1 mahasiswa yang memiliki golongan darah
AB dan 4 mahasiswa yang memiliki golongan darah O. Penentuan golongan darah tersebut
didasarkan pada proses aglutinasi yang terjadi saat darah di tetesi serum anti-A, anti-B dan
anti-AB. Berikut ini adalah tabel yang menjadi dasar penentuan golongan darah tersebut:
Golongan
Darah
Serum
Anti-A Anti-B Anti-AB
A Menggumpal Tidak menggumpal Menggumpal
B Tidak menggumpal Menggumpal Menggumpal
AB Menggumpal Menggumpal Menggumpal
O Tidak menggumpal Tidak menggumpal Tidak menggumpal
Dari tabel di atas dapat diketahui, jika darah seseorang ditetesi dengan serum anti-
A dan menimbulkan penggumpalan, maka orang tersebut memiliki antigen A. Sedangkan
ketika ditetesi anti-B darah tersebut tidak mengalami penggumpalan atau bisa dikatakan
darah menerima anti-B. Dengan adanya antigen A maka golongan darah orang tersebut
adalah A. Karena pada golongan darah A terdapat antigen A di permukaan membran sel dan
plasma darahnya akan membentuk antibodi α (anti-B). Berikut ini adalah gambar aglutinasi
setelah ditambahkan serum anti-A yang menunjukkan bahwa darah tersebut bergolongan A:
9
Gambar 11. Pengujian serum yang menunjukkan golongan darah A
Darah yang ditetesi anti-A tidak terjadi penggumpalan dan mengalami
penggumpalan ketika ditetesi anti-B, maka darah tersebut termasuk golongan darah B.
Karena penggumpalan ketika ditetesi anti-B menunjukkan adanya antigen B di membran
plasma darah tersebut. Karena pada golongan darah B terdapat antigen B di permukaan
membran sel dan plasma darahnya akan membentuk antibodi β (anti-A). Berikut ini adalah
gambar aglutinasi setelah ditambahkan serum anti-B yang menunjukkan bahwa darah
tersebut bergolongan B:
Gambar 12. Pengujian serum yang mnunjukkan golongan darah B
Darah yang ditetesi anti-A dan anti-B mengalami penggumpalan semua
menunjukkan bahwa di dalam darah tersebut antigen A dan B. Tipe darah yang memiliki
kedua antigen tersebut adalah golongan darah AB. Golongan darah AB tidak memiliki
antibodi sehingga dapat menerima golongan darah apapun sehingga disebut resipien universal
Berikut ini adalah gambar aglutinasi setelah ditambahkan serum anti-A dan anti-B yang
menunjukkan bahwa darah tersebut bergolongan AB:
Gambar 13. Pengujian serum yang mnunjukkan golongan darah AB
Darah yang setelah ditetesi anti-serum A dan anti serum B keduanya tidak
menggumpal adalah darah dengan golongan O. Hal tersebut menunjukkan bahwa darah O
10
tidak memiliki antigen A dan B sedangkan pada plasma darahnya mengandung antibody A
dan B. Oleh karena itu, saat darah O ditransfusikan kepada darah A, B, maupun AB, tidak
akan terjadi penggumpalan. Namun, jika darah A, B, maupun AB ditransfusikan ke darah O,
akan terjadi penggumpalan. Maka golongan darah O disebut donor universal. Berikut ini
adalah gambar tidak terjadinya aglutinasi setelah ditambahkan serum anti-A dan anti-B yang
menunjukkan bahwa darah tersebut bergolongan O:
Gambar 14. Pengujian serum yang menunjukkan golongan darah O
2. Kadar Gula Darah
Gula darah adalah kadar atau tingkat glukosa dalam darah. Gula merupakan penghasil
energi dalam tubuh. Kadar gula darah normal manusia adalah 70- 140 mg/dl. Kadar gula
darah mengalami kenaikan setelah makan, dan mengalami penurunan hingga level terendah
ketika bangun tidur , sebelum makan. Kadar gula darah puasa umumnya berada pada kisaran
di bawah 100 mg/dl. Sedangkan kadar gula darah 2 jam PP biasanya akan mengalami
kenaikan sekitar 5-50 mg/dl, namun kenaikan ini juga dipengaruhi oleh makanan yang
dikonsumsi pasca puasa, apakah banyak mengandung karbohidrat (glukosa) atau tidak.
Sebelum kadar gula dalam darah diukur, praktikan diwajibkan untuk berpuasa medis,
yaitu hanya diperkenankan meminum air putih saja. Tujuan dari puasa medis tersebut adalah
agar kita dapat mengetahui perubahan kadar gula darah setelah tubuh mendapat asupan
berbagai jenis makanan. Ada empat jenis asupan yang diberikan, yaitu nasi campur dan teh
manis; roti manis dan the manis; roti tawar dan air putih; serta biscuit diabetamil dan air
putih. Dua jam setelah makanan tersebut dikonsumsi, kadar gula dalam darah praktikan
kembali diukur. Berikut ini adalah penjelasan bagaimana pengaruh jenis makanan terhadap
kenaikan kadar gula darah:
Nasi campur dan teh manis
11
Kadar gula darah Rizki (♀) setelah mengonsumsi nasi campur dan teh manis
naik dari 73 menjadi 142 mg/dl. Sedangkan kadar gula darah Robbi (♂) naik
dari 65 ke 107 mg/dl. Normalnya, dua jam setelah mengonsumsi nasi campur
dan teh manis, kadar gula darah seseorang naik sekitar 20-30 mg/dl. Kenaikan
gula darah kedua praktikan ini dapat dikatakan lebih tinggi dari normal, hal
tersebut mungkin disebabkan oleh pengukuran gula darah kedua yang
dilakukan sebelum 2 jam post perlakuan.
Kadar gula darah puasa normal adalah < 110 mg/dL, sedangkan gula
darah 2 jam setelah makan yang normal adalah <140 mg/dL. Berdasarkan
informasi tersebut, maka dapat dikatakan Rizki (♀) memiliki resiko diabetes
melitus (pre Diabetes Melitus type 2).
Roti manis dan teh manis
Kadar gula darah Rizal (♂) setelah kurang lebih 2 jam mengonsumsi roti
manis dan the manis naik dari 81 menjadi 115 mg/dL, sedangkan gula darah
Nidhom (♂) naik dari 64 menjadi 136 mg/dL. Kenaikan kadar gula darah
ketika mengkonsumsi roti manis dan teh manis cukup tinggi, ini karena roti
manis mengandung banyak glukosa. Kenaikan gula darah Nidhom jauh
melampaui batas normal gula darah 2 jam PP, yaitu 20-30 mg/dL, maka dapat
dikatakan Nidhom memiliki resiko diabetes melitus (pre Diabetes Melitus type
2).
Roti tawar dan air putih
Kadar gula darah Ibnu (♂) setelah kurang lebih 2 jam mengonsumsi roti tawar
dan air putih naik dari 74 menjadi 123 mg/dL, sedangkan gula darah Merinda
(♀) naik dari 68 menjadi 94 mg/dL. Kenaikan kadar gula darah ketika
mengkonsumsi roti tawar dan air putih cukup tinggi, ini karena amilum dalam
roti tawar mudah dicerna sehingga bisa menaikkan kadar gula darah. Kenaikan
gula darah Ibnu dan Merinda masih dalam batas normal gula darah 2 jam PP,
yaitu 20-30 mg/dL.
Diabetamil dan air putih
Kadar gula darah Bayu (♂) setelah kurang lebih 2 jam mengonsumsi
diabetamil dan air putih naik dari 80 menjadi 91 mg/dL, sedangkan gula darah
Fadhlin (♀) naik dari 73 menjadi 96 mg/dL. Diabetamil merupakan makanan
rendah kalori, sehingga kenaikan kadar gula darah 2 jam PP hanya sedikit,
12
yaitu sekitar 20 mg/dL. Kenaikan gula darah Bayu (♂) dan Fadhlin (♀) masih
dalam batas normal.
Kesimpulan
1. Uji golongan Darah
a. Golongan darah A mengangandung antigen A, sehingga bila diberi serum anti A dan
anti-AB akan menggumpal.
b. Golongan darah B mengandung antigen B, sehingga bila diberi serum anti B dan
anti-AB akan menggumpal.
c. Golongan darah AB mengandung antigen A dan antigen B, sehingga bila diberi
serum anti A dan serum anti B maka keduanya akan menggumpal.
d. Golongan darah O tidak mengandung antigen A maupun antigen B, sehingga bila
diberi serum anti A dan serum anti B maka keduanya tidak menggumpal.
2. Penentuan Kadar Gula Darah
a. Kadar gula darah puasa lebih rendah dibandingkan dengan tekanan darah pasca
puasa.
b. Kadar gula darah puasa normal adalah < 110 mg/dL, sedangkan gula darah 2 jam
setelah makan yang normal adalah <140 mg/dl.
c. Kadar gula darah seseorang akan naik sekitar 20-30 mg/dl ketika mengkonsumsi
makanan yang banyak mengandung karbohidrat seperti nasi campur, roti manis dan
teh manis.
d. Kadar gula darah seseorang akan naik kurang dari 20 mg/dl ketika mengkonsumsi
makanan yang sedikit mengandung karbohidrat seperti biskuit diabetamil dan air
putih.
Daftar Pustaka
Kimball, John W. 1983. Biologi, Jilid 2. Jakarta: Penerbit Erlangga
13