laporan praktikum darah
DESCRIPTION
Laporan praktikum darah fisiologi ternakTRANSCRIPT
LAPORAN PRAKTIKUM
FISIOLOGI TERNAK
“DARAH”
Disusun oleh:
Kelompok : 5
Kelas : C
Haris Ramdani 200110130104
Yudhasena Muhammad M 200110130107
Restu Indra Nugraha 200110130108
Zahrina Elda Amajida 200110130110
Kania Agustien 200110130112
Tanggal Praktikum : 15, 22, dan 29 Oktober 2014
FAKULTAS PETERNAKAN
UNIVERSITAS PADJADJARAN
SUMEDANG
2014
I
PENDAHULUAN
a. Latar Belakang
Darah adalah suatu jaringan tubuh yang terdapat di dalam pembuluh darah
yang warnannya merah. Warna merah itu keadaannya tidak tetap tergantung pada
banyaknya kadar oksigen dan karbondioksida didalamnya. Darah yang banyak
mengandung karbon dioksida warnanya merah tua. Adanya oksigen dalam darah
di ambil dengan cara bernapas, dan zat tersebut sangat berguna pada peristiwa
pembakaran/metabolisme di dalam tubuh. Viskositas/ kekentalan darah lebih
kental dari pada air yang mempunyai BJ 1,041-1,065, temperatur 38⁰C, dan PH
7,37-7,45.
Darah selamanya beredar di dalam tubuh oleh karena adanya kerja atau
pompa jantung. Selama darah beredar dalam pembuluh maka darah akan tetap
encer, tetapi kalau ia keluar dari pembuluhnya maka ia akan menjadi beku.
Pembekuan ini dapat dicegah dengan jalan mencampurkan ke dalam darah
tersebut sedikit obat anti-pembekuan/ sitrus natrikus. Dan keadaan ini akan sangat
berguna apabila darah tersebut diperlukan untuk transfusi darah.
Apabila keseluruhan fungsi darah tidak berjalan optimum maka menyebabkan
kegagalan dalam mengatur tekanan osmotic darah untuk mencapai keadaan darah
normal, kegagalan dalam proses pembekuan darah sehingga menyebabkan
pendarahan, serta kegagalan dalam pengangkutan oksigen dan karbondioksida,
serta nutrisi sehingga akan mengalami gangguan dalam mencapai kesetimbangan
tubuh
b. Tujuan
b.1 Rupa Darah dan Tahanan Osmotik
Untuk mengetahui bentuk darah dalam keadaan normal, isotonik,
hipotonik, serta hipertonik serta mengetahui tahanan osmotic darah
dalam mencapai kesetimbangan darah dalam keadaan normal.
b.2 Darah I
Untuk mengetahui kadar haemoglobin dari setiap sampel yang berbeda,
mengetahui nilai hematokrit yang dimiliki oleh setiap sampel, serta untuk
mengetahui lamanya darah sampel dalam proses pembekuan darah dan
pendarahan.
b.3 Eritrosit dan Leukosit
Untuk menghitung jumlah sel darah merah dan sel darah putih pada
sampel.
c. Tempat dan Waktu
c.1 Rupa Darah dan Tahanan Osmotik
Tempat : Laboratorium Fisiologi Ternak dan Biokimia Fakultas Peternakan
Universitas Padjadjaran
Hari : Rabu, 15 Oktober 2014
Pukul : 07.30-09.10 WIB
c.2 Darah I
Tempat : Laboratorium Fisiologi Ternak dan Biokimia Fakultas Peternakan
Universitas Padjadjaran
Hari : Rabu, 22 Oktober 2014
Pukul : 07.30-09.10 WIB
c.3 Eritrosit dan Leukosit
Tempat : Laboratorium Fisiologi Ternak dan Biokimia Fakultas Peternakan
Universitas Padjadjaran
Hari : Rabu, 29 Oktober 2014
Pukul : 07.30-09.10 WIB
II
MATERI DAN METODE
a. Rupa Darah dan Tahanan Osmotik
a) Rupa Darah
1) Materi
Darah dalam keadaan utuh, tidak tembus cahaya, hal ini disebabkan oleh
sifat optik eritrosit yang terdapat dalam darah. Darah tidak tembus cahaya karena
adanya sifat carlak (pernis). Darah akan menjadi tembus cahaya, bilamana se-sel
darah tersebut berada dalam larutan yang berkonsentrasi rendah (tekanan
osmotiknya rendah/hipotonis), sehingga sel mengembang atau darah pecah
(terjadi peristiwa pelepasan hemoglobin = proses hemolisa).
Larutan NaCl pekat (3%) akan menyebabkan sel-sel darah merah
mengkerut, daya penutup darah akan bertambah sehingga darah masih tetap tidak
tembus cahaya.
2) Metode
Alat dan Bahan :
a. 3 buah tabung reaksi
b. Pipet
c. Gelas objek
d. Cover glass
e. Mikroskop
f. Darah domba
g. Larutan NaCL 3%
h. Aquades
Langkah Pertama:
1.Menyediakan 3 buah tabung reaksi A, B, dan C
2.Menuangkan 5 tetes darah yang telah dibebaskan dari fibrin
3.- Tabung A ditambahkan 2 cc aquades
- Tabung B ditambahkan 2 cc larutan NaCL pekat (3%)
- Tabung C dibiarkan seperti semula
4.Menuangkan beberapa tetes dari setiap tabung A, B, C pada gelas objek
5.Memperhatikan pada cahaya tembus dengan dasar putih yang ada
hurufnya
6.Membuat gambar tinjauan mikroskopiknya dari setiap objek A, B, dan C
Langkah Kedua :
1.Menambahkan 2 cc larutan NaCl (3%) pada tabung A
2.Menambahkan 2 cc aquades pada tabung B
3.a. Memperhatikan kedua larutan tersebut dari segi kesamaan sifat
tembus cahayanya
b. Memeriksa keadaan kedua larutan tersebut dengan membuat preparat
mikroskopik dari kedua tabung tersebut dan memperhatikan apakah
darah tersebut berubah secara mikroskopik dan makroskopik
Membuat gambar tinjauan mikroskopiknya dari setiap objek A, B, dan C
Memperhatikan pada cahaya tembus dengan dasar putih yang ada hurufnya
Menuangkan beberapa tetes dari setiap tabung A, B, C pada gelas objek
Tabung C dibiarkan seperti semula
Tabung B ditambahkan 2 cc larutan NaCL pekat (3%)
Tabung A ditambahkan 2 cc aquades
Menuangkan 5 tetes darah
Menyediakan 3 buah tabung reaksi A, B, C
b) Tahanan Osmotik
1) Materi
Butir-butir darah merah berbentuk bikonkaf yang berisi cairan intraseluler.
Bila sel-sel ini dimasukkan ke dalam suatu cairan hipertonis atau hipotonis
terhadap cairan intaseluler, maka terjadi proses osmose dan difusi.
Adanya proses osmose memungkinkan adanya cairan yang mengalir dari
larutan di luar sel ke dalam sel-sel darah merah, darah tidak mengalami perubahan
bila tekanan osmose cairan tersebut sama dengan tekanan osmose cairan
intraseluler. Bila cairan di luar dari sel-sel tersebut hipertonis, maka sel-sel
tersebut akan kehilangan cairan intraselulernya sehingga sel darah akan
mengkerut; sedangkan bila cairan di luar sel tersebut hipotonis, maka cairan dari
luar sel-sel tersebut akan masuk kedalam sel sehingga sel akan membengkak dan
lama-lama akan pecah dan hemoglobin akan keluar (proses hemolisis).
2) Metode
Alat dan Bahan :
a. 1 seri tabung reaksi 9 buah dalam rak
b. Pipet 1 ml atau 2 ml
c. Darah domba
d. Larutan NaCL 3%
Memeriksa keadaan kedua larutan tersebut dengan membuat preparat mikroskopik dari kedua tabung tersebut dan memperhatikan apakah darah
tersebut berubah secara mikroskopik dan makroskopik
Memperhatikan kedua larutan tersebut dari segi kesamaan sifat tembus cahayanya
Menambahkan 2 cc aquades pada tabung B
Menambahkan 2 cc larutan NaCl (3%) pada tabung A
e. Aquadest
f. Larutan NaCL 0,9%
g. Larutan NaCL 0,4%
Prosedur Kerja
1. Menyediakan 5 buah tabung reaksi yang bersih dan kering.
2. Membuat larutan NaCl 0% (aquadest), 0,5%, 0,9%, 1%, dan 3%.
3. Mengisi setiap tabung dengan larutan NaCl sebanyak 2 cc.
4. Meneteskan 5 tetes darah yang tersedia ke dalam setiap tabung dengan
mencampurkannya secara hati-hati dan membiarkannya selama 30 menit.
5. Melakukan pengamatan mikroskopik dari masing-masing tabung dengan
meneteskan pada gelas objek, lalu menggambarkan hasil pengamatannya.
Gambar 1. Tabung Reaksi (kiri) dan Mikroskop (kanan)
Melakukan pengamatan mikroskopik dari masing-masing tabung dengan meneteskan pada gelas objek, lalu menggambarkan hasil pengamatannya.
Meneteskan 5 tetes darah yang tersedia ke dalam setiap tabung dengan mencampurkannya secara hati-hati dan membiarkannya selama 30 menit.
Mengisi setiap tabung dengan larutan NaCl sebanyak 2 cc.
Membuat larutan NaCl 0% (aquadest), 0,5%, 0,9%, 1%, dan 3%.
Menyediakan 5 buah tabung reaksi yang bersih dan kering.
Gambar 2. Gelas Objek dan Cover glass (kiri), Pipet Tetes (kanan)
b. Darah I
a) Waktu Pembekuan
1) Materi
Waktu pembekuan adalah waktu yang diperlukan dari saat darah keluar
sampai terbentuk benang fibrin pada proses pembekuan darah. Darah yang
keluar dari pembuluh darah akan berubah sifatnya yaitu dari sifat cair
menjadi padat (fibrinogen menjadi fibrin)
2) Metode
Alat dan Bahan :
a. Pipet mikrokapiler (warna biru)
b. Stopwatch
c. Kapas
d. Darah
Prosedur Kerja
1. Menusukkan ujung jari, tetes darah yang keluar dihisap ke dalam mikro
kapiler yang tidak berheparin (pipet warna biru). Mencatat dengan tepat
saat tetes darah masuk ke dalam kapiler.
2. Menggemgam pipet mikrokapiler tadi dalam tangan selama 5 menit.
Setelah itu mematahkan sedikit demi sedikit kapiler tersebut setiap 1
menit sampai terbentuk benang fibrin pada patahannya.
3. Mencatat waktu pada saat terjadi benang fibrin. Waktu antara pengisapan
darah ke dalam kapiler dan saat mulai terbentuk benang fibrin adalah
waktu pembekuan.
b) Waktu Pendarahan
a. Materi
Waktu perdarahan adalah waktu yang diperlukan dari saat keluar sampai
waktu pada saat darah tidak keluar lagi.
b. Metode
Alat dan Bahan :
a. Stopwatch
b. Kertas hisap
c. Kapas
d. Vaccinostyle steril
Prosedur Kerja
a. Menusuk ujung jari vaccinostyle steril
b. Mencatat dengan tepat waktu saat darah pertama keluar
c. Mengisap tetesan darah dengan kertas isap sampai darah tidak keluar lagi
d. Mencatat waktunya.
Mencatat waktu pada saat terjadi benang fibrin. Waktu antara pengisapan darah ke dalam kapiler dan saat mulai terbentuk benang fibrin adalah waktu pembekuan.
Menggemgam pipet mikrokapiler tadi dalam tangan selama 5 menit. Setelah itu mematahkan sedikit demi sedikit kapiler tersebut setiap 1 menit sampai terbentuk benang
fibrin pada patahannya.
Menusukkan ujung jari, tetes darah yang keluar dihisap ke dalam mikro kapiler yang tidak berheparin (pipet warna biru). Mencatat dengan tepat saat tetes darah masuk ke dalam
kapiler.
Mencatat waktunya.
Mengisap tetesan darah dengan kertas isap sampai darah tidak keluar lagi
Mencatat dengan tepat waktu saat darah pertama keluar
Menusuk ujung jari vaccinostyle steril
c) Hematokrit
1) Materi
Penentuan nilai (%volume eritrosit) didalam darah dengan metoda
mikromematokrit.
Darah yang dicampur dengan antikoagulan dipusing dengan alat
“centrifuge“ sehingga membentuk lapisan-lapisan. Lapisan yang terdiri atas butir-
butir darah merah atau eritrosit diukur dan dinyatakan sebagai % volume dari
keseluruhan darah. Hematokrit adalah suatu cara yang teliti untuk diagnosa
anemia.
2) Metode
Alat dan Bahan :
a. Kapiler Hematokrit
b. Centrifuge
c. Darah domba
Prosedur Kerja
1. Memasukkan darah ke dalam kapiler hematokrit yang sudah
mengandung anti koalgulan (mikro kapiler warna merah). Menutup salah
satu kapiler dengan kristoseal
2. Kemudian kapiler yang sudah berisi darah tersebut dipusing
menggunakan centrifuge 3000rpm selama 15 menit
3. Setelah sentrifuge darah akan terpisah antara sel-sel darah dan
plasmanya, membaca volume sel-sel darah yang sudah terpisah dalam
kapiler dengan alat pembaca mikrokapiler (micro capillary reader)
4. Menghitung nilai hematokrit dengan rumus:
Nilai hematokrit = Volumesel−sel darah
Volumedarah× 100 %
d) Hemoglobin
1) Materi
Hemoglobin merupakan pigmen dari eritrosit yang sangat kompleks.
Sebenarnya hemoglobin merupakan persenyawaan antara protein, globin, dan zat
warna (heme). Keistimewaan dari hemoglobin adalah dapat mengikat O2 dan CO2.
Darah dengan larutan Hcl 0.1 N akan membentuk hematin yang berwarna
coklat. Warna disamakan dengan warna standar sahli dengan menambahkan
aquadestilata sebagai pengencer.
Penetapan kadar hemoglobin digunakan untuk mendiagnosa anemia dan
Mean Corpuscular Hemoglobin. Penetapan kadar Hb dapat dilakukan antara lain
dengan metode :
1. Hematin asam dengan Hemometer Sahli
2. Talquist
3. Cyanomethemoglobin
2) Metode
Alat dan Bahan :
a. 1 set hemometer Sahli
b. Aquadest
Menghitung nilai hematokrit
Setelah sentrifuge darah akan terpisah antara sel-sel darah dan plasmanya, membaca volume sel-sel darah yang sudah terpisah dalam kapiler dengan alat pembaca mikrokapiler
Kemudian kapiler yang sudah berisi darah tersebut dipusing menggunakan centrifuge 3000rpm selama 15 menit
Memasukkan darah ke dalam kapiler hematokrit yang sudah mengandung anti koalgulan (mikro kapiler warna merah). Menutup salah satu kapiler dengan kristoseal
c. HCL
d. Darah domba
e. Pipet tetes
f. Buku standar Tallquist Adam
g. Kertas hisap
Prosedur Kerja
Metode Hematin Asam dengan Hemometer Sahli
1. Membersihkan dan mengeringkan tabung hemometer
2. Mengisi tabung hemometer dengan HCl N/10 sampai garis batas
3. Mengisap darah sampel dengan pipet hemometer sampai tanda garis 20
mm3
4. Menuangkan darah ke dalam tabung hemometer
5. Mengaduk dengan pengaduk yang tersedia
6. Menambahkan aquadest tetes demi tetes sembari mengaduknya hingga
warna sampel sama dengan warna standar
7. Membaca tinggi meniscus permukaan cairan dalam tabung
Membaca tinggi meniscus permukaan cairan dalam tabung
Menambahkan aquadest tetes demi tetes sembari mengaduknya hingga warna sampel sama dengan warna standar
Mengaduk dengan pengaduk yang tersedia
Menuangkan darah ke dalam tabung hemometer
Mengisap darah sampel dengan pipet hemometer sampai tanda garis 20 mm3
Mengisi tabung hemometer dengan HCl N/10 sampai garis batas
Membersihkan dan mengeringkan tabung hemometer
Metode Tallquist
1. Mengambil contoh darah dengan pipet tetes
2. Meneteskan darah pada kertas isap yang telah tersedia, kemudian
mengeringkannya
3. Membandingkan bercak/ tetesan darah dengan warna standar yang ada
pada buku standart tallquist adam.
4. Menentukan dan membaca kadar Hb-nya.
Gambar 3. Kapiler Hematokrit
Menentukan dan membaca kadar Hb-nya.
Membandingkan bercak/ tetesan darah dengan warna standar yang ada pada buku standart tallquist adam.
Meneteskan darah pada kertas isap yang telah tersedia, kemudian mengeringkannya
Mengambil contoh darah dengan pipet tetes
Gambar 4. Tabung Hemometer
c. Eritrosit dan Leukosit
a) Eritrosit
1) Materi
Menghitung jumlah sel-sel darah menggunakan 1 set alat yang disebut
“Haemocytometer”
Prinsip perhitungan ini adalah pewarnaan darah dengan suatu pengencer
kuhsus yaitu larutan Hayem yang bersifat isotonis dan berfungsi sebagai pewarna
eritrosit. Darah yang telah diencerkan di alam pipet haemocytometer tersebut
kemudian dimasukkan ke dalam kamar hitung dan dihitung di dalam mikroskop.
Larutan hayem terdiri dari :
Merkuri chlorida 0,5 gr
Natrium sulfat 5 gr
Natrium chlorida 1 gr
Aquadest 200 ml
2) Metode
Alat dan Bahan
1. 1 set haemocytemeter
a. 1 buah pipet yang berisi batu merah
b. 1 buah kamar hitung dengan penutup (cover glass)
2. Mikroskop
3. Darah domba
4. Kertas hisap dan kapas
5. Desinfektan (alcohol 70%)
Prosedur Kerja
1. Ambil darah dengan cara menusuk bagian yang dipilih (darah juga dapat
diambil dari ujung manusia), dapat juga dari sayap ayam, telinga kelinci,
telinga domba dll). Jangan lupa memakai desinfekan untuk
membersihkan bagian yang akan diambil darahnya.
2. Isaplah darah yang keluar dari luka, dengan pipet haemocytometer yang
berbatu merah sampai tanda 1. Usahakan bekerja cepat jangan sampai
darah membeku di dalam pipet.
3. Encerkan darah dalam pipet dengan menghisap larutan hayem sampai
tanda 101, dengan demikian darah tersebut telah diencerkan sebanyak
100 kali.
4. Kocoklah pipet tersebut secara horizontal (lihat yang dicontohkan
asisten). Hal ini untuk mencegah tercampurnya larutan hayem dalam
kapiler.
5. Biarkan larutan darah dalam larutan hayem ini selama 15 menit
6. Buanglah beberapa tetes larutan dari dalam pipet
7. Masukkan sampel darah ke dalam kamar hitung kemudian tutup dengan
gelas penutup
8. Lihat di bawah mikroskop, hitunglah butir-butir eritrosit yang berada di
dalam kotak-kotak kecil. Untuk menghitung jumlah eritrosit hitunglah
sebanyak 40 kotak
b) Leukosit
1) Materi
Pada prinsipnya sama dengan cara menghitung eritrosit, hanya pipet yang
digunakan adalah pipet berbatu putih dan larutan yang digunakan adalah larutan
TURK.
Larutan TURK terdiri dari :
Glasial acetic acid 2 ml
Gentian violet 1% aq 1 ml
Aquadest 100 ml
2) Metode
Alat dan Bahan
a. 1 set haemocytemeter
Lihat di bawah mikroskop, hitunglah butir-butir eritrosit yang berada di dalam kotak-kotak kecil. Untuk menghitung jumlah eritrosit hitunglah sebanyak 40 kotak
Masukkan sampel darah ke dalam kamar hitung kemudian tutup dengan gelas penutup
Buanglah beberapa tetes larutan dari dalam pipet
Biarkan larutan darah dalam larutan hayem ini selama 15 menit
Kocoklah pipet tersebut secara horizontal
Encerkan darah dalam pipet dengan menghisap larutan hayem sampai tanda 101, dengan demikian darah tersebut telah diencerkan sebanyak 100 kali.
Isaplah darah yang keluar dari luka, dengan pipet haemocytometer yang berbatu merah sampai tanda 1. Usahakan bekerja cepat jangan sampai darah membeku di dalam pipet.
Ambil darah dengan cara menusuk bagian yang dipilih. Jangan lupa memakai desinfekan untuk membersihkan bagian yang akan diambil darahnya.
- 1 buah pipet yang berisi batu putih
- 1 buah kamar hitung dengan penutup (cover glass)
b. Mikroskop
c. Darah domba
d. Kertas hisap dan kapas
e. Desinfektan (alcohol 70%)
Prosdur Kerja
1. Darah dihisap sampai tanda 1. kemudian diencerkan dengan larutan
TURK sampai danda 11. Berarti pengenceran 10 kali. Lakukan
pengocokan (sama seperti pada eritrosit)
2. Setelah dilakukan pengocokan dan dibiarkan elama 15 menit, teteskan
kedalam kamar hitung.
3. Lihatlah dibawah mikroskop dan hitunglah butir-butir darah putih yang
terdapat di dalam kotak-kotak besar, sebanyak 25 kotak.
Lihatlah dibawah mikroskop dan hitunglah butir-butir dara putih yang terdapat di dalam kotak-kotak besar, sebanyak 25 kotak
Setelah dilakukan pengocokan dan dibiarkan elama 15 menit, teteskan kedalam kamar hitung.
Darah dihisap sampai tanda 1. kemudian diencerkan dengan larutan TURK sampai danda 11. Berarti pengenceran 10 kali. Lakukan pengocokan (sama seperti pada
eritrosit)
Gambar 3. Pipet Batu Putih (Kiri) dan Pipet Batu Merah (Kanan)
Gambar 4. Kamar Hitung
III
HASIL DAN PEMBAHASAN
a. Rupa Darah dan Tekanan Osmotik
Hasil
Pembahasan
b. Darah I
Hasil
No Nama Umur Sex Aktivitas * WB WP Ht
Hb
Ha Tq
1 Fahmi23
tahunLaki-laki
Begadang360 detik
32 detik
41 vol %
4,5 Gr
%90 %
2 Aditya19
tahunLaki-laki
Begadang, Belum sarapan, Tidak
Olahraga
420 detik
82,11
detik
46,15 vol
%
9,7 Gr%
80 %
3Haitsam Muthi Praja
19 tahun
Laki-laki
Begadang, Tidak sarapan
300 detik
29 detik
-14Gr
%80 %
4Arif Hidayatullah
20 tahun
Laki-laki
Begadang420 detik
52 detik
49 vol%
5,8 Gr%
80%
5Haris Ramdani
19 tahun
Laki-Laki
Begadang, Belum sarapan, Tidak
Olahraga
540 detik
13 detik
43,99 vol
%
4,2 Gr%
70 %
6Sepri Diana
19 tahun
perempuan
Kuliah pulang sore, begadang, Jalan
kaki
>480 Detik
10,7 %
35,71 vol
%8 Gr% 70%
7 M.Ikhsan19
tahunLaki-laki
Jalan kaki, begadang, belum
sarapan
420 detik
36 detik
38,5 vol %
4,3 Gr%
80 %
8Rizal Purwana
19 tahun
Laki - Laki
Begadang dan Belum sarapan
767 detik
32 detik
-4,4Gr
%80 %
9 Dhini S R18
tahunPerempuan
Begadang dan telah sarapan
360 detik
58.61
detik
38 vol %
8,25 Gr%
70 %
10Juniarti manova Hassibuan
19 tahun
Perempuan
Olahraga480 detik
63 detik
44 vol %
8,8 Gr %
80 %
*rutinitas atau kebiasaan (hobby)
WB : waktu pembekuan
WP :Waktu perdarahan
Ht : Hematokrit
Hb :Hemoglobin
Pembahasan
1. Waktu Pembekuan Darah
Teori koagulasi darah menurut Morowitz adalah sebagai berikut terjadi
kontak pada pembuluh darah sehingga rusak atau pecah. Jaringan yang robek ini
menyebabkan trombosit pecah dan membebaskan tromboplastin dengan bantuan
ion Ca akan mengaktifkan protrombin menjadi trombin. Trombin akan
mempengaruhi fibrinogen menjadi anyaman benang-benang fibrin sehingga akan
menutup jaringan yang rusak dan darah akan terperangkap. Secara alamiah,
trombin juga tidak ada dalam darah dalam bentuknya yang aktif atau wujud
koagulasi (gumpalan) dalam sirkulasi yang normal. Trombin mempunyai bentuk
prekursor di dalam darah yang disebut protrombin. Selama proses koagulasi
protrombin dirangsang oleh suatu kompleks yang disebut aktivator protrombin
yang memecah atau memisahkan enzim trombin dari protrombin. Waktu
koagulasi adalah lamanya waktu dari saat pengambilan darah sampai terjadinya
koagulasi (Frandson, 1993).
Koagulasi darah adalah suatu fungsi penting dari darah untuk mencegah
banyaknya darah yang hilang dari pembuluh darah yang rusak (terluka). Bagian
dari darah yang sangat berperan dalam proses koagulasi adalah trombosit atau
keping darah. Trombosit berasal dari sistem sel di sumsum tulang yaitu
mengakarosit yang berkembang menjadi trombosit (Nurcahyo, 1998).
Adapun faktor dalam pembekuan darah meliputi ion Ca2+, tromboplastin,
akselator trombosit, konvertin, faktor anti hemofilik. Pembekuan atau
penggumpalan darah disebut juga koagulasi darah. Dari situ akan terjadi suatu
masa yang menyerupai jeli yang kemudian menjadi massa yang memadat dengan
meninggalkan cairan jernih disebut serum (Poedjiadi, 1994).
Umumnya, koagulasi berakhir dalam waktu 5 menit. Koagulasi juga
dipengaruhi oleh cara atau teknik pengambilan darah sehingga di dapat variasi
dalam waktu beku darah (Frandson, 1993).
Menurut Poedjiadi (1994), mekanisme pembekuan darah yaitu pertama,
jaringan mengalami cedera, trombosit yang mengalami lisis kemudian terjadi
pelepasan prekursor tromboplastin bereaksi dengan faktor antihemofilik (plasma)
dengan komponen tromboplastin membentuk tromboplastin. Kedua, Prokonvertin
diubah menjadi konvertin oleh ion Ca. Ketiga, protrombin dengan bantuan ion Ca,
konvertin, dan tromboplastin akan diubah menjadi trombin. Keempat, akselerator
globulin plasma in-aktif diaktifkan menjadi akselerator globulin serum aktif oleh
trombin. Kelima, protrombin diubah menjadi trombin. Terakhir, fibrinogen diubah
menjadi fibrin dengan bantuan trombin.Hemoglobin(Hb) terdapat di dalam sel
darah merah dan memiliki fungsi dalam pengangkutan O2.
Menurut Kustono, dkk. (2008), kadar hemoglobin di dalam darah
dipengaruhi oleh beberapa faktor antara lain umur, pakan, dan kondisi kesehatan
ternak. Faktor-faktor yang mempengaruhi pembekuan darah antara lain
fibrinogen, prothrombin, jaringan tromboplastin, kalsium, proaccelerin, sebuah
faktor koagulasi sebelumnya dianggap suatu bentuk aktif faktorproaccelerin,
tetapi tidak lagi dianggap dalam skema hemostasis, prokonvertin, antihemophilic
faktor, tromboplastin plasma komponen, stuart faktor, tromboplastin, hageman,
fibrin disebut juga fibrinase dan protransglutaminase. Bentuk yang diaktifkan juga
disebut transglutaminase.
Berdasarkan praktikum pembekuan darah yang telah dilakukan pada 6
sampel darah laki –laki dengan umur rata-rata 19 tahun, mempunyai waktu
pembekuan adalah diatas 300 detik namun terdapat satu sampel darah mengalami
pembekuan dalam 300 detik hal ini dapat dikatakan normal. Sedangkan pada 3
sampel darah wanita mengalami pembekuan rata-rata diatas 300 detik.
2. Waktu Pendarahan
Darah adalah cairan yang terdapat pada semua makhluk hidup (kecuali
tumbuhan) tingkat tinggi yang berfungsi mengirimkan zat-zat dan oksigen yang
dibutuhkan oleh jaringan tubuh, mengangkut bahan-bahan kimia hasil
metabolisme, juga sebagai pertahanan tubuh terhadap virus atau bakteri. Darah
merupakan cairan tubuh yang terdapat dalam jantung dan pembuluh darah.Darah
terdiri dari unsur plasma, seperti air 91-92%, protein, glukosa, enzim, hormone,
dan unsur seluler, seperti eritrosit, leukosit, dan trombosit (Nurcahyo, 1998).
Keping darah (platelet) akan bereaksi jika terjadi luka pada pembuluh.
Dengan cara menempel pada dinding pembuluh yang terluka, platelet membentuk
hereostatik plug, yang membentuk trombus dan akhirnya dapat menutup luka
pada pembuluh tersebut. Waktu pendarahan adalah waktu pada saat darah keluar
hingga berhenti keluar. Darah yang keluar biasanya mempunyai selang waktu
antara 15-20 detik. Biasanya setelah terjadi pendarahan akan terjadi koagulasi
darah, jadi waktu pendarahan sangat berkaitan dengan proses koagulasi darah
(Swenson, 1997).
Waktu pendarahan adalah interval waktu mulai timbulnya tetes darah dari
pembuluh darah yang luka sampai darah berhenti mengalir keluar dari pembuluh
darah. Penghentian pembuluh darah ini disebabkan terbentuknya agregat yang
menutupi celah pembuluh darah yang rusak. Faktor-faktor yang mempengaruhi
waktu pendarahan yaitu besar kecilnya luka, suhu, status kesehatan, umur,
besarnya tubuh dan aktivitas kadar hemoglobin dalam darah. Faktor-faktor yang
menyebabkan pendarahan antara lain pendarahan karena defisiensi vitamin,
hemofilia dan trombositopenia (Frandson, 1993).
Berdasarkan hasil pengamatan pada 6 sampel darah laki-laki dengan umur
rata-rata 19 tahun mempunyai waktu pendarahan 27,33 namun jika dilihat pada
setiap sampel juga menunjukkan masih dalam batas normal yaitu antara 15 detik
sampai 2 menit, sedangkan pada 3 sampel darah wanita mempunyai rata rata
perdarahan selama 40,77 detik namun jika dilihat pada setiap sampel darah wanita
terdapat satu sampel darah yang memiliki waktu pendarahan dibawah 15 detik
yaitu selama 10.7 detik.
3. Hematokrit
Hematokrit adalah persentase volume seluruh eritrosit yang ada dalam darah
yang diambil dalam volume tertentu atau volume eritrosit yang dipisahkan dari
plasma dengan cara memutarnya dalam tabung khusus dalam waktu dan
kecepatan tertentu yang nilainya dinyatakan dalam persen (%) (Pusdik, 1989).
Hematokrit merupakan angka yang menunjukan presentase zat dalam darah,
dengan demikian bila terjadi pembesaran cairan darah keluar dari pembuluh darah
maka akan terjadi peningkatan kadar hematokrit, sebaliknya bila terjadi
pemekatan darah atau hemokonsentrasi maka hematokrit akan menurun.
Nilai hematokrit adalah volume semua eritrosit dalam 100 ml darah dan
disebut dengan persen (%) dari volume darah itu. Biasanya nilai ini ditentukan
dengan darah vena atau darah kapiler. Normalnya untuk pria 40-48 % dan untuk
wanita 37-43 %. (Ganda S, 1968)
Berdasarkan hasil pengamatan dalam menentukan nilai hematokrit, rata-rata
kadar hematokrit yang diperoleh dari 4 orang sampel laki-laki adalah sebesar
43,1225 vol %, dari hasil tersebut dapat disimpulkan bahwa ke empat sampel
tersebut normal, namun jika ditinjau secara perorangan terdapat seorang sampel
yaitu M.ikhsan mempunyai nilai hematokrit sebesar 38,5 yaitu berada dibawah
nilai normal sedangkan Arif mempunyai nilai hematokrit 49 yang berarti nilai
hematokritnya melebihi batas normal.
Berdasarkan pengamatan pada sampel darah wanita yang terdiri dari 3
sampel mempunyai rata –rata hematokrit 39,237 vol %, yang berarti berada dalam
keadaan normal, namun jika ditinjau setiap sampel individu sampel milik Sepri
memiliki nilai hematokrit dibawah batas normal yaitu 35,71. Sedangkan sampel
milik Juniarti memiliki nilai hematokrit diatas normal yaitu 44. Penyakit yang
terjadi akibat hematokrit meningkat disebut hemokonsentrasi dan jika hematokrit
menurun disebut hemodilusi.
4. Haemoglobin
Haemoglobin (Hb) tersusun atas protein globular. Tiap rantai Hb terdiri atas
empat rantai polipeptida, rantai ini terdiri dari dua rantai alfa. Tiap rantai
mengandung 141 asam amino, sedangkan pada rantai beta tiap rantainya
mengandung asam amino sebanyak 146 (Kimball, 1998).
Apabila jumlah Hb atau sel darah merah yang fungsional berkurang jauh di
bawah normal maka akan terjadi anemia. Penyebab anemia antara lain defisiensi
zat besi, Ca, vitamin dan asam amino dalam makanan, dan gizi makanan kurang
(Dukes, 1993).
Kelebihan haemoglobin disebut policitaemia. Penyebabnya karenakelebihan
olahraga orang yang tinggal di daerah tinggi. Policitaemia mengakibatkan naiknya
viscositas darah, terkadang sampai lima kali lipat dan memberatkan kerja jantung.
Di dalam darah mamalia, haemoglobin bertanggung jawab terhadap semua proses
pengangkutan oksigen dalam darah dengan presentasi sel darah merah meningkat
sekitar 20 ml oksigen per 100 ml darah (Poedjiadi, 1994).
Setiap atom Fe (ada empat Fe) pada haeme dapat mengikat oksigen secara
reversabel. Hb teroksigenasi atau disebut HbO2 (oksi Hb) mengandung empat
mol oksigen, Hb juga dapat berikatan dengan karbondioksida pada gugus asam
aminonya membentuk karbomino (Hb CO2), juga dengan Na membentuk Hb.
Met Hb dapat diproduksi menjadi Hb oleh dithionit (Na2Na2O4). Met Hb dapat
beraksi dengan anion pada pH basa dan pada pH asam (Nurcahyo, 1998).
Menurut Poedjiadi (1994), kadar Hb normal pada manusia dewasa laki-laki
13,5 sampai 18,0 g/dl, perempuan 11,5 sampai 16,5 g/dl (pada ibu hamil 11,0
sampai 16,5 g/dl), bayi 13,6 sampai 19,6 g/dl, bayi 3 bulan 9,5 sampai 12,5 g/dl,
balita satu tahun 11,0 sampai 13,8 g/dl, anak 10 sampai 12 tahun 11,5 sampai 14,8
g/dl. Pada darah mamalia haemoglobin bertanggung jawab terhadap semua proses
pengangkutan oksigen dalam darah dengan presentasi sel darah merah meningkat
sekitar 20 ml oksigen per 100 ml darah. Menurut Frandson (1993), faktor-faktor
yang mempengaruhi kadar hb adalah faktor lingkungan, kesehatan ternak,
makanan yang dikonsumsi, kecukupan zat besi dalam tubuh, dan metabolisme zat
besi dalam tubuh.
Pada metode tallquist, prinsipnya adalah membandingkan darah asli dengan
suatu skala warna dalam suatu buku yang bertingkat-tingkat mulai dari warna
merah muda sampai warna merah tua. Cara ini hanya mendapatkan kesan dari
kadar hemoglobin saja, sebagai dasar diambil darah = 100% = 15,8 gr hemoglobin
per 100 ml darah. Kesalahan dalam melakukan pemeriksaan antara 25-50%.
Berdasarkan hasil pengamatan yang dilakukan pada 3 orang wanita dengan
rata–rata umur 18-19 tahun mempunyai rata kadar hb 8,3 gr/dl dengan
penghitungan dengan menggunakan metode hematin asam. Hal ini dapat
dikatakan anemia tapi tidak terjadi hasil yang terlalu jauh dari literatur yaitu 14
gr/dl seperti pada laki-laki yang tarpaut jauh dari literatur. Namun sampel haitsam
menunjukan kadar hb yang normal daripada yang lain, yakni sesuai dengan teori
Poedjiadi (1994) bahwa kadar Hb normal pada laki-laki dewasa yaitu 13,5 sampai
18,0 gr/dl. Kemudian penghitungan dengan menggunakan metode talquist rata–
rata kadar hb yang diperoleh yaitu 73,3 % namun pada sampel juniarti
mempunyai kadar hb sebesar 80 % hal ini dapat dikatakan kadar hb orang tersebut
normal. Namun terhadap 2 wanita lain mempunyai kadar hb dibawah 80 %
sehingga dapat disimpulkan wanita tersebut mengalami anemia yaitu kekurangan
kadar hb.
Secara keseluruhan kadar haemoglobin antara laki-laki dan
perempuan.kadar hb yang lebih tinggi terdapat pada laki-laki namun hal ini tidak
dapat terbukti secara keseluruhan karana berbagai faktor seperti makanan dan
aktivitas fisik.
c. Eritrosit dan Leukosit
Hasil
Klp Ternak Umur SexStatus
kesehatanJumlah eritrosit
Jumlah leukosit
1 Domba 1 1,5 tahun Betina Sehat 2.420.000 47.0002 Domba 1 1,5 tahun Betina Sehat 2.330.000 51.0003 Domba 1 1,5 tahun Betina Sehat 2.150.000 56.200
Rata-rata 2.300.000 51.4004 Domba 2 2,5 tahun Betina Sehat 2.930.000 -5 Domba 2 2,5 tahun Betina Sehat 2.890.000 -6 Domba 2 2,5 tahun Betina Sehat 2.480.000 -
Rata-rata 2.766.666,667 -7 Ayam 1 1,2 tahun Jantan Sehat 1.540.000 39.8008 Ayam 1 1,2 tahun Jantan Sehat 1.640.000 46.900
Rata-rata 1.590.000 43.350
9 Ayam 8 bulan Betina Sehat 1.010.000 35.00010 Ayam 8 bulan Betina Sehat 1.330.000 36.200
Rata-rata 1.170.000 35.600 Pembahasan
1. Eritrosit
Darah adalah cairan tubuh berwarna merah yang terdiri dari plasma dan
komponen-komponen seluler. Tubuh menyandang 4 sampai 6 liter darah (Hegner,
2003). Darah merupakan suatu jaringan yang terdiri atas eritrosit (sel darah
merah), leukosit (sel darah putih) dan trombisit-trombosit yang terendam dalam
plasma darah cair. Darah beredar dalam sistem vaskular mengangkut oksigen dari
paru-paru dan nutrien dari saluran cerna ke jaringan lain ke seluruh tubuh dan
membawa karbondioksida dari jaringan ke paru dan limbah bernitrogen ke ginjal
untuk dikeluarkan dari tubuh. Darah berperan penting dalam fungsi integratif
kelenjar endokrin dengan membawa hormon dari asalnya ke sel-sel sasaran jauh
(Bloom & fawcett, 2002).
Sel darah merah (eritrosit) merupakan cairan bikonkaf dengan diameter
sekitar 7 mikron. Bikonkavitas memungkinkan gerakan oksigen masuk dan keluar
sel secara cepat dengan jarak yang pendek antara membran dan inti sel. Warnanya
kuning kemerah-merahan, karena di dalamnya mengandung suatu zat yang
disebut hemoglobin. Warna ini akan bertambah merah jika di dalamnya banyak
mengandung oksigen. Bagian dalam eritrosit terdiri dari hemoglobin, sebuah
biomolekul yang dapat mengikat oksigen. Hemoglobin akan mengambil oksigen
dari paru-paru dan insang, dan oksigen akan dilepaskan saat eritrosit melewati
pembuluh kapiler. Warna merah sel darah merah sendiri berasal dari warna
hemoglobin yang unsur pembuatnya adalah zat besi. Sel darah merah tidak
memiliki inti sel, mitokondria, dan ribosom, serta tidak dapat bergerak. Sel ini
tidak dapat melakukan mitosis, fosforilasi, oksidatif sel atau pembentukan protein
( Handayani, 2008).
Sel–sel darah dibentuk disumsum tulang dan jaringan limfatik tubuh.
Sumsum tulang, hati dan limfa menghancurkan sel darah yang sudah tua atau
rusak. Sel darah merah (eritrosit) membawa sejumlah besar oksigen dan sejumlah
kecil karbondioksida (Hegner, 2003). Jumlah sel darah merah pada manusia
berbeda tergantung jenis kelamin dan umur. Jumlah sel darah merah pada bayi:
5,0-6,0 juta/ul, dewasa perempuan: 4,0-5,5 juta/ul dewasa laki: 4,5-6,0 juta/ul.
Pada wanita hamil jumlah eritrosit sedikit menurun, bisa dijumpai antara 3,0
sampai 5,0 juta/ul. Jumlah eritrosit yang lebih dari normal disebut polisitemia
sedangkan jumlah kurang dari normal disebut oligositemia (Mehta, 2006).
Komponen sel darah merah antara lain membran eritrosit, sistem enzim-
enzim GGDP (Glucose 6-Phosphatedehydrogenase). Komponen Hemoglobin
terdiri dari; heme yang merupakan gabungan protopotirin dengan besi. Globin
merupakan bagian protein yang terdiri atas 2 rantai alfha dan 2 rantai beta. Di
dalam sel darah terdapat juga berbagai macam zat antara lain Garam anorganik,
Subtansi organikgas-gas yang terlarut, Hormon, dan Antioksida (Hegner, 2008).
Apabila Hb di bawah standar, disebut juga dengan Anemia yang terjadi
akibat beberapa faktor di bawah ini antar lain pematangan sel yang tidak
sempurna, sum-sum tulang belakang tidak berfungsi, adanya pendarahan yang
berlebihan, dan membran sel terlalu rapuh.
Berdasarkan praktikum yang telah dilakukan, dapat diamati bahwa antara
domba dengan ayam terdapat perbedaan yang signifikan dalam hal jumlah sel darah
merahnya. Domba memiliki jumlah eritsoris diatas 2 juta eritroit per mm3, sedangkan
ayam berkisar diangka 1 juta eritrosit per mm3 saja. Hal ini berkaitan dengan ukuran
tubuh spesies. Ukuran tubuh domba jauh lebih besar dibandingkan dengan ayam,
sehingga jumlah eritrosit yang terdapat pada tubuh domba lebih banyak agar transport
oksigen dan nutrient dapat berlangsung dengan baik.
Pada spesies yang sama pun, belum tentu jumlah eritrositnya juga sama. Domba
yang berumur 1,5 tahun memiliki rata-rata jumlah eritrosit 2.300.000 eritrosit/mm3,
sedangkan domba yang berumur 2,5 tahun memiliki rata-rata eritrosit sebanyak
2.766.666,667 eritrosit/mm3.. Hasil menunjukan bahwa usia mempengaruhi jumlah
eritroist yang terdapat pada tubuh ternak. Ternak yang lebih dewasa memiliki jumlah
eritrosit yang lebih banyak daripada ternak yang lebih muda, karena bertambahnya
umur biasanya selalu diiringi oleh pertumbuhan tubuh dan volume darah sehinngga
jumlah eritrosit juga meningkat.
Dalam praktikum ini, dilakukan juga pengamatan jumlah eritrosit pada ayam
jantan dan ayam betina. Jumlah rata-rata eritrosit ayam jantan yaitu 1.590.000
eritrosit/mm3 sedangkan ayam betina 1.170.000 eritrosit/mm3. Hasil ini menunjukan
bahwa jenis kelamin juga mempengaruhi jumlah eritrosit dalam darah.
Menurut Benson et al. (1999) beberapa faktor yang mempegaruhi jumlah
eritrosit antara lain karena faktor fisiologis, yaitu adaptasi terhadap lingkungan
lokal, misalnya adaptasi pada tempat tinggi (pegunungan) atau sering disebut
physiological polycithemia, serta faktor patologis.
2. Leukosit
Leukosit adalah sel darah yang mengandung inti, disebut juga sel darah
putih. Rata-rata jumlah leukosit dalam darah manusia normal adalah
5000-9000/mm3, bila jumlahnya lebih dari 10.000/mm3, keadaan ini disebut
leukositosis, bila kurang dari 5000/mm3 disebut leukopenia. (Effendi, Z., 2003)
Leukosit terdiri dari dua golongan utama, yaitu agranular dan granular.
Leukosit agranular mempunyai sitoplasma yang tampak homogen, dan intinya
berbentuk bulat atau berbentuk ginjal. Leukosit granular mengandung granula
spesifik (yang dalam keadaan hidup berupa tetesan setengah cair) dalam
sitoplasmanya dan mempunyai inti yang memperlihatkan banyak variasi dalam
bentuknya. Terdapat 2 jenis leukosit agranular yaitu; limfosit yang terdiri dari sel-
sel kecil dengan sitoplasma sedikit, dan monosit yang terdiri dari sel-sel yang
agak besar dan mengandung sitoplasma lebih banyak. Terdapat 3 jenis leukosit
granular yaitu neutrofil, basofil, dan asidofil (eosinofil). (Effendi, Z., 2003)
Leukosit mempunyai peranan dalam pertahanan seluler dan humoral
organisme terhadap zat-zat asingan. Leukosit dapat melakukan gerakan amuboid
dan melalui proses diapedesis leukosit dapat meninggalkan kapiler dengan
menerobos antara sel-sel endotel dan menembus kedalam jaringan penyambung.
(Effendi, Z., 2003)
Jumlah leukosit per mikroliter darah, pada orang dewasa normal adalah
5000-9000/mm3, waktu lahir 15000-25000/mm3, dan menjelang hari ke empat
turun sampai 12000, pada usia 4 tahun sesuai jumlah normal. (Effendi, Z., 2003)
Berdasarkan hasil praktikum menghitung jumlah leukosit, jumlah leukosit pada
domba jauh lebih banyak dibandingkan pada ayam. Hal ini dikarenakan tubuh domba
memiliki ukuran tubuh yang lebih besar dibandingkan dengan ayam, sehingga jumlah
leukosit yang terdapat pada darah jauh lebih banyak sebagai mekanisme pertahanan
tubuh dari penyakit.
Pada ayam jantan, jumlah leukosit jauh lebih banyak, yaitu 43.350 leukosit/mm3
darah dibandingkan dengan ayam betina, yaitu 35.600 leukosit/mm3 darah. Hasil ini
menunjukan bahwa jenis kelamin mempengaruhi jumlah leukosit dalam darah.. Jika
dibandingkan secara keseluruhan, maka jumlah eritrosit yang terdapat didalam tubuh
ternak jauh lebih banyak daripada jumlah leukosit. Hal ini terkait dengan fungsi sel
darah tersebut. Eritrosit memiliki peranan yang lebih banyak, diantaranya berperan
dalam proses respirasi (pengangkutan oksigen dan karbon dioksida), dan juga sebagai
transport nutrient, sedangkan leukosit hanya untuk pertahanan tubuh sehingga jumlah
yang dibutuhkan tubuh hanya sedikit.
IV
SIMPULAN
DAFTAR PUSTAKA
Bloom William, dan W. Fawcett. 2002. Buku Ajar Histologi Edisi 12. Terjemahan
Jan Tambayong. EGC. Jakarta.
Dukes, H.N. 1993. The Physiology of Domestic Animal. New York: University
College.
Effendi, Z. 2003. Peranan Leukosit sebagai Anti Inflamasi Alergik dalam Tubuh.
Fakultas Kedokteran. Universitas Sumatera Utara.
Frandson, R. D. 1993. Anatomi dan Fisiologi Ternak Edisi Keempat. Gadjah
Mada University Press. Yogyakarta.
Handayani, Wiwik. 2008. Buku Ajar Asuhan Keperawatan pada Klien dengan
Gangguan Sistem Hematologi. Salemba. Jakarta.
Hegner, Barbara R. 2003. Asisten Keperawatan suatu Pendekatan Proses
Keperawatan. EGC. Jakarta.
Kimball, J.W. 1998. Biologi Edisi IV Jilid 1. Erlangga. Jakarta.
Kustono, Diah Tri Widiyati, Ismaya dan Sigit Bintara. 2008. Bahan Ajar Mata
Kuilah Fisiologi Ternak. Fakultas Peternakan Universitas Gadjah Mada.
Yogyakarta.
Mehta, Atul dan Victoria Hoffbrand. 2006. At a Glance : Hematologi. Erlangga.
Jakarta.
Nurcahyo, Heru. 1998. Anatomi dan Fisiologi Hewan. Yogyakarta : UNY.
Poedjiadi, Anna. 1994. Dasar–dasar Biokimia. Universitas Indonesia Press.
Jakarta.
Swenson, M. J. 1997. Duke’s Physiology of Domestic Animal. Comstock. New
York : Publ. Co. Inc.
LAMPIRAN