laporan praktikum biokimia dasar darah

21
LAPORAN PRAKTIKUM BIOKIMIA DASAR ACARA VII DARAH Disusun oleh : Kelompok XXXII Citra Indriastuti PT/06743 Anjar Riyanto PT/06777 Elsa Dhesiyanna Dewi PT/06787 Firdha Aulia PT/06860 Asisten : Qorina LABORATORIUM BIOKIMIA NUTRISI BAGIAN NUTRISI DAN MAKANAN TERNAK FAKULTAS PETERNAKAN

Upload: citra

Post on 15-Jan-2016

136 views

Category:

Documents


3 download

DESCRIPTION

biokimia

TRANSCRIPT

Page 1: Laporan Praktikum Biokimia Dasar Darah

LAPORAN PRAKTIKUM BIOKIMIA DASAR

ACARA VII

DARAH

Disusun oleh :

Kelompok XXXII

Citra Indriastuti PT/06743

Anjar Riyanto PT/06777

Elsa Dhesiyanna Dewi PT/06787

Firdha Aulia PT/06860

Asisten : Qorina

LABORATORIUM BIOKIMIA NUTRISIBAGIAN NUTRISI DAN MAKANAN TERNAK

FAKULTAS PETERNAKANUNIVERSITAS GADJAH MADA

YOGYAKARTA2015

Page 2: Laporan Praktikum Biokimia Dasar Darah

ACARA VII

DARAH

Tujuan Praktikum

Praktikum Darah ini bertujuan untuk mengetahui adanya zat-zat

protein dan bukan protein dalam serum darah, serta mengetahui pigmen

yang terkandung dalam darah.

Tinjauan Pustaka

Darah adalah cairan yang mengangkut zat-zat makanan ke segala

macam bagian tubuh dan menyediakan sarana dimana hasil sisa

metabolisme tubuh dapat diangkut dan dibuang (Tillman et al., 1998).

Darah tersusun atas plasma dan sel darah. Sel darah mencakup eritrosit,

leukosit, dan trombosit. Plasma darah mengandung sekitar 90% air dan

berbagai zat terlarut atau tersuspensi di dalamnya. Plasma merupakan

komponen penyusun darah yang memiliki komposisi sangat berbeda dari

cairan intrasel. Plasma mengandung sejumlah protein yang berperan

sangat penting untuk menghasilkan tekanan osmotik plasma. Tekanan

osmotik plasma yang ditimbulkan oleh protein disebut tekanan osmotik

koloid (Isnaeni, 2006).

Darah adalah jaringan yang beredar dalam system pembuluh darah

yang tertutup. Darah terdiri dari unsur-unsur sel darah merah, sel darah

putih, dan trombosit yang terdapat dalam medium cair (plasma) yang

merupakan campuran sangat kompleks, tidak hanya terdiri dari protein

sederhana, tetapi juga protein campuran, seperti glikoprotein dan berbagai

jenis lipo-protein. Protein plasma terdiri dari tiga bagian, yaitu fibrinogen,

albumin, dan globulin. Albumin merupakan bahan yang paling tinggi

konsentrasinya dan mempunyai berat molekul paling rendah disbanding

molekul protein utama plasma. Kandungan protein di dalam plasma darah

berkisar 2% hingga 3% dari bobot tubuh (Lisnawati, 2011).

Salah satu protein didalam plasma darah adalah fibribogen. Protein

ini berfungsi untuk penggumpalan darah ketika terjadi kebocoran

Page 3: Laporan Praktikum Biokimia Dasar Darah

pembuluh darah saat luka. Penggumpalan terjadi karena fibrinogen

diubah menjadi fibrin yang disebabkan oleh trombin yang terdapat dalam

darah sebagai protrombin. Pembentukan trombin dari protrombin

tergantung dengan dengan adanya tromboplastin darah dan ion Ca

(Poedjadi dan Titin, 2006).

Kerusakan pada pembuluh darah seperti cedera menyebabkan

protein pembekuan darah, kerusakan pembuluh darah menyetuskan tiga

urutan peristiwa untuk memperbaiki cedera dan mencegah kehilangan

darah. Vasokonstriksi berfungi untuk menurunkan aliran darah,

penggumpalan trombosit ditempat cedera, dan agregasi protein fibrin

membentuk suatu jaringan yang tidak larut atau bekuan darah ditempat

robekan . Homeostatis berfungsi untuk mempertahankan volume darah

yang konstan, memerlukan pengaktifan koagulasi darah yang cepat,

lokalisasi bekuan ketempat robekan pembuluh dan penghentian proses

secara cepat apabila bekuan terlalu terbentuk. Protein yang terlibat dalam

pengaktifan pembekuan darah, misal faktor VIII dan trombin,

diklasifikasikan ke dalam tiga golongan : Protease, kofaktor protein, dan

protein pengatur (Dawn et. al., 1996).

Darah memiliki banyak fungsi, tapi yang paling utama dalah

sebagai alat transport terutama oksigen dan juga nutrient-nutrien dalam

tubuh. Darah terdiri dari berbagai macam susunan dan fungsinya, salah

satu komponen daram darah adalah sel darah merah yang berfungsi

sebagai transport nutrient. Komponen lainnya adalah sel darah putih yang

memiliki fungsi sebagai alat pertahanan tubuh dari gangguan penyakit

maupun virus. Komponen yang terakhir adalah plasma darah, dibagian ini

terkandung berbagai macam air dan mineral (Fujaya, 2004).

Page 4: Laporan Praktikum Biokimia Dasar Darah

Materi dan Metode

Materi

Alat. Alat yang digunakan dalam praktikum darah antara lain

tabung reaksi , pipet, gelas ukur, kertas saring, corong, dan lampu spirtus.

Bahan. Bahan yang digunakan dalam praktikum darah adalah

serum, larutan (NH4)2SO4 jenuh, darah ayam, air, larutan asam asetat,

indikator khlorofenol red, larutan HNO3 pekat, larutan AgNO3, NH4OH,

amonium molibdat, kalium oksalat, gliserol, bubuk Na2CO3 bebas air,

larutan CuSO4 2,5%, larutan benzidin, dan larutan H2O2 3%.

Metode

Pengendapan

Pengendapan Globulin. Sebanyak 3 mL serum diisikan ke dalam

tabung reaksi kemudian ditambahkan 3 mL larutan (NH4)2SO4 jenuh.

Larutan digojog, endapan globulin yang terbentuk dipisahkan dengan cara

disaring. Sebagian filtrat disimpan untuk pecobaan albumin. Endapan

globulin dipisahkan dalam tabung kemudian dituangi sedikit air dan

digojog lagi hingga endapannya larut, kemudian diencerkan dengan air

dan dicatat reaksi yang terjadi.

Pengendapan Albumin. Ammonium sulfat padat ditambahkan

pada filtrat yang didapat dari percobaan sebelumnya. Larutan digojog

kemudian akan terbentuk endapan (albumin). Larutan disaring, endapan

dipindahkan ke dalam tabung, ditambahkan air, lalu digojog lagi. Endapan

yang larut diencerkan dan dibiarkan lalu diamati dan dicatat apakah

endapan larut atau tidak.

Zat-Zat Bukan Protein dalam Darah

Deproteinasi Serum Darah. Sebanyak 5mL darah ditambah

dengan 10mL air dididihkan kemudian ditambahkan setetes demi setetes

2% larutan asam asetat sehingga terjadi endapan. Endapan disaring lalu

ditetesi indikator khlorofenol merah kemudian diasamkan hingga pH

menunjukkan 5,4 (warna indikator tepat hilang), selanjutnya dididihkan

Page 5: Laporan Praktikum Biokimia Dasar Darah

dan disaring. Filtrat (P.1) kemudian akan digunakan untuk percobaan

berikutnya.

Uji Khlorida. Satu tetes HNO3 pekat dan beberapa tetes larutan

AgNO3. ditambahkan kedalam filtrat (P.1) yang diperoleh dari percobaan

sebelumnya. Terbentuk larutan berwarna putih atau endapan putih.

Endapan dilarutkan dengan cara ditambahkan NH4OH, kemudian diamati

perubahan yang terjadi.

Uji Fosfat. Beberapa tetes ammonium molibdat dan 1 tetes HNO3

pekat dituang ke dalam tabung dan ditambahkan ke dalam filtrat (P.1).

Sampel dipanaskan, kemudian diamati perubahan yang terjadi.

Uji Kalsium. Beberapa tetes larutan kalium oksalat ditambahkan

ke dalam filtrat (P.1). Perubahan yang terjadi diamati.

Uji Glukosa. Sebanyak 2 tetes gliserol, sedikit bubuk Na2CO3

bebas air dan 2 tetes 2,5% larutan CuSO4 2mL ditambahkan ke dalam

filtrat (P.1). Sampel dididihkan. Perubahan yang terjadi diamati

Pigmen Darah

Uji Benzidin. Sebanyak 1 tetes darah diencerkan dengan 10mL air

kemudian diambil 1mL dan ditambahkan berturut-turut 1,5mL larutan

Benzidin dan 0,5mL larutan H2O2 3%. Perubahan yang terjadi diamati.

Page 6: Laporan Praktikum Biokimia Dasar Darah

Hasil dan Pembahasan

Pengendapan

Pengendapan Globulin. Tujuan uji penggumpalan globulin adalah

untuk mengetahui adanya globulin dalam plasma darah dan

karakteristiknya. Prinsip kerja dari pengendapan globulin adalah globulin

akan larut dalam air, larut dalam larutan garam encer, dan mengendap

dengan ammonium sulfat setengah jenuh. Hasil yang diperoleh pada

percobaan ini ketika tabung diisi plasma darah dan larutan (NH4)2SO4

diperoleh sedikit endapan. Endapan yang diperoleh setelah disaring

ditambah dengan air ternyata larut.

Larutnya endapan ketika ditambah dengan air menunjukkan bahwa

di dalam serum terdapat globulin, sebab sifat globulin adalah larut larut

dalam air menandakan adanya globulin karena sifat globulin yang larut

dalam air, larut dalam larutan garam encer, dan mengendap dengan

ammonium sulfat ½ jenuh. Fungsi pemberian (NH4)2SO4 adalah untuk

mendenaturasi protein atau untuk mengurangi daya larut globulin,

sehingga globulin terpisah sebagai endapan. Terbentuknya endapan

dapat dilakukan dengan cara penambahan asam, ion logam, dan

pemanasan. Pengendapan terjadi karena ion garam ammonium sulfat

menarik molekul air dan albumin menjauh dari globulin disebabkan ion

garam ammonium sulfat memiliki muatan berat jenih yang lebih besar

dibanding protein (Winarno, 2002). Jadi dapat disimpulkan bahwa hasil

yang diperoleh sesuai dengan literatur bahwa globulin larut dalam air,

larutan garam encer, dan mengendap dengan ammonium sulfat ½ jenuh.

Pengendapan Albumin. Tujuan uji pengendapan albumin adalah

untuk mengetahui adanya albumin dalam plasma darah dan

karakteristiknya. Prinsip kerja dari pengendapan albumin adalah albumin

akan larut dalam air, larutan garam dan setengah jenuh, tidak larut dalam

ammonium sulfat jenuh atau larutan garam yang sangat pekat yang lain.

Hasil yang diperoleh pada percobaan ini ketika filtrat globulin ditambah

Page 7: Laporan Praktikum Biokimia Dasar Darah

ammonium sulfat padat berlebih menghasilkan endapan. Endapan yang

diperoleh setelah disaring dan ditambah air ternyata larut.

Nicholson, et.al. (2011) mengatakan bahwa albumin adalah plasma

protein yang paling berlimpah 55-60% jika dihitung dari serum protein.

Albumin mengandung rantai polipetida tunggal yang terdiri dari 585 asam-

asam amino. Rantai polipeptida tersebut dicirikan dengan tidak adanya

bagian karbohidrat, langkanya asam amino triptophan dan residu-residu

metionin, serta melimpahnya residu-residu lain seperti lisin, arginin, asam

glutamin, dan asam aspartin. Albumin dalam larutan berbeda bentuk.

Denaturasi albumin hanya terjadi pada perubahan temperatur, pH dan

lingkungan yang kimiawi atau ionik secara drastis

Larutnya endapan ketika ditambah dengan air menunjukkan bahwa

di dalam serum selain terkandung globulin juga mengandung albumin,

sebab sifat albumin adalah larut dalam air, larut dalam garam encer dan ½

jenuh, mengendap dalam ammonium sulfat jenuh atau larutan garam yang

sangat pekat. Larutan albumin dapat diendapkan dengan penambahan

ammonium sulfat hingga jenuh. Jadi, dapat disimpulkan bahwa hasil yang

diperoleh sesuai dengan literatur bahwa albumin larut dalam air, larut

dalam garam encer dan ½ jenuh, mengendap dalam ammonium sulfat

jenuh atau larutan garam yang sangat pekat.

Zat-zat Bukan Protein dalam Serum Darah

Deproteinasi Serum Darah. Tujuan dari percobaan ini adalah

untuk menghilangkan protein dalam serum darah agar tidak mengganggu

uji-uji yang akan dilakukan selanjutnya. Darah diencerkan dengan

menggunakan akuades kemudian setetes demi setetes larutan asam

asetat ditambahkan hingga terbentuk endapan. Asam asetat berfungsi

untuk mengendapkan serum darah Tahap selanjutnya indikator

khlorofenol red diteteskan pada filtrat. khlorofenol red berfungsi sebagai

indikator. Cara kerja yang terakhir adalah dididihkan dan kemudian

disaring. Hasil yang diperoleh ketika serum darah ditambah air dan asam

asetat yang kemudian dididihkan, didapati adanya endapan pada larutan.

Page 8: Laporan Praktikum Biokimia Dasar Darah

Larutan tersebut kemudian ditetesi indikator khlorofenol red dan

diasamkan yang menyebabkan terjadi perubahan warna menjadi kuning

bening.

Denise et. al. (2010) menjelaskan bahwa metode deproteinasi

serum dilakukan untuk mengurangi konsentrasi protein dalam penentuan

zat non protein. Prosedur yang digunakan adalah menggabungkan radiasi

gelombang mikro dengan asam pada konsentrasi yang 10 kali lebih

rendah daripada konsentrasi asam deproteinasi pada metode biasa dan

menyebabkan reduksi protein lebih dari 99% dengan faktor pengenceran

yang sedikit. Reduksi dari protein membiarkan penggunaan program

pemanasan grafit yang cepat dan sederhana untuk menganalisis sampel

serum tanpa gangguan matrix.

Fungsi dari penambahan asam asetat dan pemanasan adalah

untuk proses penggumpalan, sebab di dalam darah terkandung protein.

Poedjiadi, (2009) mengatakan bahwa protein adalah senyawa yang akan

mengalami denaturasi dalam keadaan asam dan menggumpal apabila

dipanaskan. Penggumpalan terjadi ketika protein telah mencapai titik

isolistriknya. Titik isolistrik dalam darah adalah 4,88. Fungsi penambahan

indikator khlorofenol red adalah untuk mendapatkan pH di luar titik

isolistrik protein

Uji Khlorida. Tujuan uji khlorida adalah mengetahui adanya

senyawa khlorida dalam darah. Prinsip kerja dari uji khlorida adalalah

kalsium pada darah akan bereaksi dengan oksalat dari kalium oksalat

membentuk kalsium oksalat yang berwarna putih. Hasil yang diperoleh

pada percobaan ini ketika filtrat ditambah HNO3 dan larutan AgNO3

didapati endapan warna putih pada larutan. Endapan yang diperoleh

ketika ditambah NH4OH ternyata larut.

Widiyanti dkk, (2012) mengatakan bahwa adanya endapan

berwarna putih pada larutan dikarenakan penambahan HNO3 dan AgNO3

yang membentuk AgCl apabila direaksikan bersama dengan filtrat,

Page 9: Laporan Praktikum Biokimia Dasar Darah

sehingga menimbulkan endapan warna putih dan larutan menjadi keruh.

Reaksi yang terjadi adalah sebagai berikut

Cl- + AgNO3 → AgCl + NO3-

Fungsi penambahan HNO3 adalah untuk mencegah terjadinya

endapan perak fosfat pada larutan. Endapan akan larut ketika ditambah

NH4OH, sebab endapan AgCl bereaksi dengan NH4OH menjadi NH4Cl

dan AgOH dalam keadaan cair. Murray (2009) mengatakan bahwa

perbedaan jumlah kadar khlor tergantung pada pakan yang dikonsumsi

spesies dan jenis kelamin. Jadi dapat disimpulkan bahwa hasil yang

diperoleh sesuai dengan literatur bahwa didalam darah mengandung

khlorida.

Uji Fosfat. Tujuan uji fosfat adalah mengetahui adanya senyawa

fosfat dalam darah. Prinsip kerja dari uji fosfat adalah filtrat ditambah

dengan HNO3 dan ammonium molibdat akan membentuk ammonium

fosfomolibdat yang berwarna kuning. Hasil yang diperoleh dari percobaan

ini filtrat ditambah ammonium molibdat dan HNO3 pekat yang kemudian

dipanaskan adalah timbul endapan warna kuning pada larutan. Ganong

(2003) mengatakan bahwa endapan kuning yang terbentuk pada larutan

merupakan endapan ammonium fosfomolibdat yang diperoleh dari reaksi

ammonium molibdat dan fosfat dalam filtrat. Penambahan HNO3 berfungsi

untuk mencegah terjadinya endapan peroksida dan untuk melepaskan

ikatan fosfat dalam darah, sehingga dapat berikatan dengan ammonium

fosfomolibdat. Hasil yang diperoleh sesuai dengan literatur bahwa di

dalam darah mengandung fosfat.

Muchtadi (2008) menambahkan bahwa fosfor merupakan mineral

kedua terbanyak di dalam tubuh, yaitu % dari berat badan. Kurang lebih

85% fosfor di dalam tubuh terdapat sebagai garam kalsium fosfat, yaitu

bagian dari kristal hidroksiapatit di dalam tulang dan gigi yang tidak dapat

larut. Hidroksipatit memberi kekuatan dan kekakuan pada tulang. Fosfor di

dalam tulang berada dalam perbandingan 1:2 dengan kalsium. Fosfor

Page 10: Laporan Praktikum Biokimia Dasar Darah

selebihnya terdapat di dalam semua sel tubuh, separuhnya di dalam otot

dan di dalam cairan ekstraseluler.

Uji Kalsium. Tujuan uji kalsium adalah mengetahui adanya kalsium

dalam darah. Prinsip kerja dari uji kalsium adalah filtrat ditambah kalium

oksalat akan membentuk kalsium oksalat. Hal tersebut dapat terjadi

karena ion Ca mempunyai muatan positiif (+2) lebih tinggi daripada ion

K(+). Hasil yang diperoleh pada percobaan ini ketika filtrat ditambah

larutan kalium oksalat terbentuk sedikit endapan putih. Endapan berwarna

puth itu disebabkan filtrat bereaksi dengan kalium oksalat membentuk

kalsium oksalat. Reaksi yang terbentuk adalah

K2C2O4 + Ca2+ → CaC2O4 + 2K+

(Widiyanti dkk, 2012).

Hasil yang diperoleh sesuai dengan literatur bahwa di dalam darah

mengandung kalsium. Mierlo, et. al. (2012) menjelaskan bahwa kalsium

berperan dalam regulasi tekanan darah, tetapi pentingnya kebutuhan

kalsium untuk mencegah tekanan darah tinggi masih diperdebatkan.

Kalsium adalah faktor kunci dalam regulasi fungsi kardiovaskularis dan

perubahan dalam metabolisme kalsium telah dilaporkan dalam hipertensi

pada manusia maupun hipertensi eksperimental.

Uji Glukosa. Tujuan uji glukosa adalah mengetahui adanya

glukosa dalam darah. Prinsip kerja pada uji ini adalah endapan merah

bata ynag terbentuk dikarenakan glukosa darah mereduksi larutan

benedict yang kemudian membentuk Cu2O yang berwarna merah bata.

Hasil yang diperoleh pada percobaan ini ketika filtrat ditambah gliserol

dengan bubuk Na2CO3 dan larutan CuSO4 yang kemudian dididhkan

adalah larutan berwarna merah bata tanpa disertai endapan. Seharusnya

larutan didapati endapan merah bata setelah dipanaskan. Tidak adanya

endapan pada larutan dikarenakan beberapa faktor, seperti pemanasan

yang kurang lama.

Widiyanti dkk., (2012) mengatakan bahwa endapan merah bata

yang terbentuk pada larutan dikarenakan glukosa darah dapat mereduksi

Page 11: Laporan Praktikum Biokimia Dasar Darah

larutan benedict membentuk Cu2O ditandai warna merah bata. Witasari et.

al. (2009) menambahkan bahwa faktor-faktor yang mempengaruhi

kenaikan glukosa darah adalah kandungan serat dalam makanan, proses

pencernaan, cara pemasakannya, ada atau tidaknya zat anti terhadap

penyerapan makanan sebagai zat anti nutrien, perbedaan interprandial,

waktu makan dengan lambat atau cepat, pengaruhnya intoleransi glukosa

dan pekat tidaknya makanan.

Pigmen darah

Uji Benzidin. Tujuan uji benzidin adalah mengetahui adanya

pigmen darah (Hb). Prinsip kerja dari uji benzidin adalah H2O2 akan

mengalami dekomposisi menjadi 2H2O dan O2 karena adanya Hb didalam

darah,lalu O2 yang bebas akan mengoksidasi benzidin menjadi derivatnya

yang berwarna hijau atau biru. Kadar normal hemoglobin ayam yaitu 7,0-

13,0 g/dl. Satyaningtijas et. al. (2010) mengatakan bahwa reaksi oksidatif

dapat merusak hemoglobin, enzim (terutama kelompok sulfhidril), dan lipid

membran. Kerusakan oksidatif membran juga dapat mengakibatkan

hemolisis intravaskular atau eritrofagositosis dan pemendekan masa

hidup eritrosit. Hasil yang diperoleh pada percobaan ini ketika darah yang

diencerkan ditambah larutan benzidin dan larutan H2O2 adalah larutan

berwarna kuning. Fungsi dari penambahan H2O2 adalah sebagai oksidator

untuk mengoksidasi Fe2+ menjadi Fe3+ yang reaksinya sebagai berikut.

Fe2+ + H2O2 → Fe3+ + OH- + OH

Hasil yang diperoleh sesuai dengan yang dikemukakan Dwi (2013)

yang mengatakan bahwa H2O2 mengalami dekomposisi menjadi 2H2O dan

O2 yang menunjukkan adanya Hb dalam darah. O2 mengoksidasi benzidin

menjadi derivatnya yang berwarna hijau atau biru. H2O2 akan berubah

menjadi air dan oksigen apabila tidak ditemukan Fe2+ .

Page 12: Laporan Praktikum Biokimia Dasar Darah

Kesimpulan

Berdasarkan praktikum yang telah dilakukan dapat disimpulkan

bahwa darah mengandung protein, yaitu globulin yang memiliki sifat larut

dalam air dan garam encer, tetapi tidak larut dalam garam ½ jenuh, dan

albumin yang memiliki sifat larut dalam air dan garam ½ jenuh, tetapi tidak

larut dalam garam jenuh. Darah juga mengandung khlorida yang

dibuktikan dengan uji khlorida menghasilkan endapan perak klorida,

mengandung fosfat yang dibuktikan dengan uji fosfat yang menghasilkan

endapan ammonium molibdat, mengandung kalsium yang dibuktikan

dengan uji kalsium yang menghasilkan kalsium oksalat, dan glukosa yang

dibuktikan dengan uji glukosa. Adanya pigmen darah dibuktikan dengan

uji benzidin yang menghasilkan turunan benzidin yang berwarna biru

karena oksidasi yang dilakukan oleh O2.

Page 13: Laporan Praktikum Biokimia Dasar Darah

Daftar Pustaka

Dawn, Mark B., dan Allan D. Marks. 1996. Basic Medical Biochemistry A Clinical Approach. Williams and Wilkins. New York.

Denise Bohrer, Paulo Cícero do Nascimento, and Solange Garcia Pomblum . 2010. Deproteinization of Blood Serum By Acid Treatment and Microwave Irradiation for The Determinationof Aluminium By Electrothermal Atomicabsorption Spectrometry. Journal Analysis At Spectrom. Vol 13, 635-639.

Dwi. K. 2013. Darah. Taken from http://bisakimia.com on April 06, 2015 at 11.25 WIB.

Fujaya, Y. 2004. Fisiologi Ikan. PT Rineka Cipta. Jakarta.

Ganong, W. F. 2003. Fisiologi Kedokteran. Jakarta. Penerbit Buku Kedokteran.

Isnaeni, W. 2006. Fisiologi Hewan. Penerbit Kanisius. Yogyakarta.

Lisnawati, P. 2011. Study on Genetic Polymorphisms of North Sulawesi’s Native Horse Blood Protein by using Polyacrylamide Gel Electrophoresis. Jurnal Ilmu Produksi dan Teknologi Peternakan. Bogor. Institut Pertanian Bogor.

Mierlo L.A.J. van, L.R. Arends, M.T Streppel, M.P.A Zeegers, F.J Kok, D.E. Grobbee, and J.M Geleijnse. 2012. Blood Pressure Response To

Calcium Supplementation: A Meta-Analysis Of Randomized Controlled Trials. Journal of Human Hypertension. Vol 20, 571–580.

Muchtadi, Deddy. 2008. Pengantar Ilmu Gizi. Alfabeta. Bandung Murray, R. K. 2009. Biokimia Harper. EGC. Jakarta.

Nicholson, J.P., M.R. Wolmarans, and G.R. Park. 2011. The Role of Albumin in Critical Ilness. British Journal of Anesteshia. Vol 85 (4).

Poedjiadi, Anna dan Supriyanti, F.M. Titin. 2009. Dasar-Dasar Biokimia. Penerbit Universitas Indonesia (UI-Press). Jakarta.

Poedjadi, Anna. 2006. Dasar-dasar Biokimia. Universitas Indonesia Press. Jakarta.

Satyaningtijas, A.S., Sus Dherti Widhyari , dan Ratna Delima Natalia. 2010. Jumlah Eritrosit, Nilai Hematokrit, Dan Kadar Hemoglobin Ayam

Pedaging Umur 6 Minggu Dengan Pakan Tambahan. Jurnal Kedokteran Hewan ISSN : 1978-225X. Vol 4 (2).

Tilman, A. D., dan James B. Green. 1998. Ilmu Makanan Ternak Dasar. Gadjah Mada University Press. Yogyakarta.

Page 14: Laporan Praktikum Biokimia Dasar Darah

Widiyanti, dkk. 2012. Materi Kuliah Biokimia. Taken from http://widiyanti4ict.files.wordpress.com on April 6, 2015 at 11.10

WIB.

Winarno, F. G. 2002. Kimia Pangan dan Gizi. Jakarta. Gramedia Pustaka Utama.

Witasari, Ucik., S. Rahmawaty., S. Zulaekah. 2009. Hubungan Tingkat Pengetahuan, Asupan Karbohidrat Dan Serat Dengan

Pengendalian Kadar Glukosa Darah Pada Penderita Diabetes Melitus Tipe 2. Fakultas Ilmu Kesehatan Univeritas Muhammadiyah Surakarta. Surakarta.