penggolongan darah dan rhesus

Upload: dwira-wardhani

Post on 10-Oct-2015

131 views

Category:

Documents


4 download

DESCRIPTION

pendidikan

TRANSCRIPT

PENGGOLONGAN DARAH DAN RHESUS

021211131029 ADINDA ZURICHA P.021211131043 FIRSTA MAULIDYA Y.021211131030 AULIA AGILE F.021211131044 NISRINA HASNA N.021211131031 NETTY SULIS K.021211131045 AMELIA KRISTANTI R.021211131032 MOHD. DWIRA W.021211131046 DITA RANA WIDATI021211131033 SERGIO SANTOSO021211131047 WILDA SAFIRA021211131034 ANGGRETA GALUH A.021211131048 MASHA ANDINA021211131035 SHEILA FILIA S.021211131049 AGHNIA ALMA L.021211131036 ELVA PUSPITARINI021211131050 ISNA NUR I.021211131037 FARA MAULIDA I.021211131052 NABIELA RAHARDIA021211131038 AGUSTINA RESTU N.021211131053 FIRLY RACHMAWATI021211131039 DANIA ANGGANA D.021211131054 NIKE KURNIAWATI021211131040 WILLY WIJAYA021211131055 CLAUDIA YOSEPHINE S.021211131041 ANNETE JUWITA Y.021211131056 RIZKY NUGRAHA P.021211131042 LEDY ANA Z.021211131057 REGA MAURISCHA A. P

FAKULTAS KEDOKTERAN GIGI UNIVERSITAS AIRLANGGA2013

1. TUJUAN PRAKTIKUMMengetahui prinsip dasar pemeriksaan golongan darah serta dapat menentukan golongan darah secara sederhana dengan sistem ABO2. LANDASAN TEORI2.1 ImunologiImunologi adalah ilmu yang mempelajari antigen, antiobodi dan fungsi pertahanan tubuh host yang diperantarai oleh sel, terutama yg berhubungan dengan imunitas thd penyakit, reaksi biologis hipersensitifitas, alergi dan penolakan benda asing. Antigen (agen asing) adalah molekul asing yang dapat menimbulkan respon imun spesifik dari limfosit pada manusia dan hewan. Antigen meliputi molekul yang dimiliki virus, bakteri, fungi, protozoa dan cacing parasit. Molekul antigenik juga ditemukan pada permukaan zat-zat asing seperti serbuk sari dan jaringan yang dicangkokkan. Sel B dan sel T terspesialisasi bagi jenis antigen yang berlainan dan melakukan aktivitas pertahanan yang berbeda namun saling melengkapi (Baratawidjaja, 2006). Sedangkan antibodi adalah protein immunoglobulin yang disekresi oleh sel B yang teraktifasi oleh antigen. Antibodi tersusun dari protein dan dibentuk untuk melawan sel-sel asing yang masuk ke tubuh manusia dan diproduksi oleh sel-sel B dalam sistem kekebalan (Sudiana, 2005).Reaksi antigen-antibodi yang terjadi dalam tubuh manusia dapat menyebabkan sesuatu yang menguntungkan maupun merugikan bagi penderita. Reaksi yang merugikan biasanya dapat berlanjut menjadi suatu penyakit. Reaksi antigen-antibodi ini dapat dideteksi dengan berbagai cara uji imunologi.Uji imunologi pada laboratorium mikrobiologi, terutama ditujukan untuk uji yang berkaitan dengan deteksi penyakit infeksi. Uji imunologi merupakan reaksi antara antigen dan antibodi yang dilakukan secara in vitro. Antigen yang dimaksud adalah berupa mikroorganisme yang menginfeksi tubuh, baik berupa balteri, virus atau jamur.Ada 3 macam uji imunologi yang dikerjakan di laboratorium mikrobiologi (Baratawidjaja, 2006)1. Uji respon imunologik non spesifik 2. Uji respon imunologik spesifik 3. Uji interaksi antigen-antibodi Akan tetapi pada petunjuk praktikum ini hanya membahas uji penggolongan darah dan rhesus yang merupakan uji interaksi antigen-antibodi. Pada prinsipnya semua uji imunologi selalu berdasarkan antara ikatan antigen dan antibodi yang bisa ditentukan melalui tanda. Tanda itu dapat berupa bentukan suatu garis gumpalan, perubahan warna dengan tambahan label maupun berupa bentukan suatu garis presipitasi.2.2 Penggolongan darah dan RhesusGolongan darah manusia dibagi menjadi beberapa macam. Hal ini dapat dilihat dari aglutinogen (antigen) dan aglutinin (antibodi ) yang terkandung dalam darah seseorang. Penggolongan darah ini pertama kali ditemukan oleh Dr. Lendsteiner dan Donath. Di dalam darah manusia terdapat aglutinogen (antigen) pada eritrosit dan aglutinin (antibodi ) yang terdapat di dalam plasma darah.Penemuan Karl Landsteiner diawali dari penelitiannya, yaitu ketika eritrosit seseorang dicampur dengan serum darah orang lain, maka terjadi penggumpalan (aglutinasi). Tetapi pada orang selanjutnya, campuran itu tidak menyebabkan penggumpalan darah. Aglutinogen (aglutinin) yang terdapat pada eritrosit orang tertentu dapat bereaksi dengan zat aglutinin (antibodi) yang terdapat pada serum darah. Aglutinogen dibedakan menjadi dua yaitu: Aglutinogen A : memiliki enzim glikosil transferase yang mengandung glutiasetil glukosamin pada rangka glikoproteinnya. Aglutinogen B : memiliki enzim galaktose pada rangka glikoproteinnya. Aglutinin dibedakan menjadi aglutinin dan .Darah seseorang memungkinkan dapat mengandung aglutinogen A saja atau aglutinogen B saja. Tetapi kemungkinan juga dapat mengandung aglutinogen A dan B. Ada juga yang tidak mengandung aglutinogen sama sekali. Adanya aglutinogen dan aglutinin inilah yang menjadi dasar penggolongan darah manusia berdasarkan sistem ABO.Menurut sistem ABO, golongan darah manusia dibedakan menjadi empat, yaitu sebagai berikut :

2.3 Golongan rhesus Sistem Rhesus merupakan sistem yang menggunakan faktor Rh atau rhesus yang berasal dari percobaan pada eritrosit kera rhesus. Antigen rhesus ini berupa glikoprotein tertentu pada membrane plasma sel-sel darah merah dan membagi golongan darah manusia menjadi 2 kelompok berdasarkan reaksi penggumpalan antara antigen sel darah merah dengan anti serum Rh, yaitu positif dan negative.Sistem Rhesus merupakan suatu sistem yang sangat kompleks. Masih banyak perdebatan baik mengenai aspek genetika, nomenklatur maupun interaksi antigeniknya. (Sindu, 2012) Rhesus positif (rh positif) adalah seseorang yang mempunyai rh-antigen pada eritrositnya sedang Rhesus negatif (rh negatif) adalah seseorang yang tidak mempunyai rh-antigen pada eritrositnya. Antigen pada manusia tersebut dinamakan antigen-D, dan merupakan antigen yang berperan penting dalam transfusi.Landsteiner dan A.S. Weiner pada tahun 1946 menemukan antigen tertentu dalam darah Maccacus rhesus, yang diberi nama antigen rhesus (Rh). Antigen ini juga ditemukan dalam sel darah merah manusia, sehingga darah manusia di golongkan menjadi 2 yaitu Rh+ dan Rh- : Orang bergolongan Rh+ : Bila di dalam eritrositnya terkandung aglutinogen Rhesus, yang 85% dimiliki orang berkulit berwarna. Orang bergolongan Rh- : Bila dalam eritrositnya tidak terdapat aglutinogen Rhesus, yang 85% dimiliki orang berkulit putih.Tidak seperti pada ABO sistem dimana seseorang yang tidak mempunyai antigen A/B akan mempunyai antibodi yang berlawanan dalam plasmanya, maka pada sistem Rhesus pembentukan antibodi hampir selalu oleh suatu eksposure apakah itu dari transfusi atau kehamilan. Sistem golongan darah Rhesus merupakan antigen yang terkuat bila dibandingkan dengan sistem golongan darah lainnya. Dengan pemberian darah Rhesus positif (D+) satu kali saja sebanyak 0,1 ml secara parenteral pada individu yang mempunyai golongan darah Rhesus negatif (D-), sudah dapat menimbulkan anti Rhesus positif (anti-D) walaupun golongan darah ABO nya sama. (Salem, 2001)Anti D merupakan antibodi imun tipe IgG dengan berat molekul 160.000, daya endap (sedimentation coefficient) 7 detik, thermo stabil dan dapat ditemukan selain dalam serum juga cairan tubuh, seperti air ketuban, air susu dan air liur. Imun antibodi IgG anti-D dapat melewati plasenta dan masuk kedalam sirkulasi janin, sehingga janin dapat menderita penyakit hemolisis. Penyakit hemolisis pada janin dan bayi baru lahir adalah anemia hemolitik akut yang diakibatkan oleh alloimun antibodi ( anti-D atau inkomplit IgG antibodi golongan darah ABO) dan merupakan salah satu komplikasi kehamilan. Antibodi maternal isoimun bersifat spesifik terhadap eritrosit janin, dan timbul sebagai reaksi terhadap antigen eritrosit janin. Penyebab hemolisis tersering pada neonatus adalah pasase transplasental antibodi maternal yang merusak eritrosit janin. (Cunningham, 1995)Adanya antigen Rh di dalam darah dikendalikan oleh gen IRh, yang dominan terhadap Irh. Sehingga genotif orang menurut sistem Rh ini dapat dibedakan atas :

Seorang ibu yang Rh+ mengandung embrio bergolongan Rh- atau Rh+, kemungkinan anaknya akan lahir dengan selamat, dalam arti tidak terjadi gangguan darah karena faktor Rh, tetapi pada ibu yang bergolongan darah Rh- : bila mengandung embrio Rh-, embrio tidak akan mengalami gangguan apapun dan mungkin lahir dengan selamat bila mengandung embrio Rh+, kemungkinan kandungan pertama akan lahir dengan selamat, artinya tidak mengalami gangguan karena sistem Rh ini. Tetapi pada waktu bayi ini lahir dalam rahim ibu kemungkinan akan tertinggal antigen Rh yang dapat ikut peredaran darah ibu, sehingga dalam tubuh ibu akan terbentuk zat anti Rh.Apabila bayi bergolongan Rh+ berada dalam kandungan ibu bergolongan RH-, dimana darah ibu sudah terbentuk zat anti Rh+, maka tubuh bayi akan kemasukan zat anti Rh+, dan anak itu akan menderita penyakit kuning atau anemia berat sejak lahir yang disebut erythroblastosis foetalis (sel darah merahnya tidak dapat dewasa) yang ditandai dengan : tubuh menggembung oleh cairan hati dan limpha membengkak dalam darah banyak erithroblast (eritrosit yang belum masak yang dya ikatanya terhadap oksigen berkurang ) kulit berwarna kuning keemasanHal ini dapat terjadi karena zat anti Rh dari ibu masuk ke sistem peredaran darahanak, sehingga zat anti Rh tersebut bertemu dengan antigen Rh. Bayi yangmengalami gangguan ini biasanya tidak berumur panjang. Tetapi kondisi ini sekarang dapat ditolong dengan jalan mengganti seluruh darahnya dengan darah yang normal.2.4 Sistem ABO dan Arti KlinikGolongan darah A,B,O Dan AB mempunyai arti klinik yang sangat penting untuk keperluan transfusi darah, karena adanya interaksi antigen dan antibodi dari pemberi darah (donor) dan penerima darah (resipien) yang dapat menimbulkan reaksi penggumpalan (aglutinasi). Aglutinasi terjadi apabila antigen A bertemu dengan antibodi anti-A dan antigen B bertemu dengan antibodi anti-B Phenotype Genotype

A+ AA++, AO++, AA+-, AO+-

A- AA--, AO-

B+ BB++, BO++, BB+-, BO+-

B- BB--, BO--

AB+ AB++, AB+-

AB- AB-

O+ OO++, OO+-

O- OO--

2.5 Cara Penetapan Golongan Darah1. Standar SeraPada seperangkat standar sera telah diketahui masing-masing serum mengandung aglutinin , atau . Standar internasional sera adalah standar referensi primer dan diperlukan untuk standarisasi dan harmonisasi metode tes diagnostik untuk mendeteksi antibodi terhadap agen penyakit menular. Ini bertindak sebagai sera bahan referensi untuk kalibrasi metode uji dan reagen dan sebagai prototipe untuk produksi nasional dan standar kerja (Wright, 1998). Eritrosit dari manusia akan ditentukan golongan darahnya diambil dari cupin gtelinga atau ujung jari. Eritrosit ini direaksikan dengan serum yang sudah diketahui aglutininnya tersebut dengan cara menggoyangkan campuran darah dan serum pada platnya secara horizontal. Setelah 3-10 menit akan terlihat ada tidaknya reaksi aglutinasi.

2. Standar EritrositPenentuan golongan darah dengan standar eritrosit pertama kali dilakukan oleh Karl Landsteiner, seorang ilmuwan Jerman, pada tahun 1900. Landsteiner melakukan suatu serial pemeriksaan terhadap sampel dengan pemisahan serum dan membuat suspensi eritrosit dalam salin. Dijumpai adanya aglutinasi pada beberapa campuran serum dengan suspensi eritrosit. Hal ini disebabkan eritrosit memiliki antigen yang bereaksi dengan antibodi (dalam serum) yang sesuai. Atas dasar ada atau tidaknya aglutinasi tersebut, maka ditetapkan 3 macam golongan darah yaitu A, B, O. Kemudian Decastello dan Sturli pada tahun 1902 menemukan golongan darah AB. Keempat golongan darah tersebut termasuk dalam sistem ABO.Prinsip penentuan golongan darah melalui standar eritrosit adalah reaksi antigen dan antibodi. Pada metode ini, antigen telah diketahui. Darah yang akan diperiksa golongan darahnya diambil serumnya terlebih dahulu, kemudian suspensi eritrosit direaksikan dengan macam-macam serum dari penderita. Golongan darah sesuai dengan antigen yang terkandung dalam eritrosit di mana terjadi aglutinasi. Bila antigen ada dalam eritrosit seseorang, maka serumnya tidak mengandung antibodi.Tabel 1. Hasil penentuan golongan darah dengan standar eritrositAnti-AAnti-BAnti-ABAnti-DGolongan DarahRh

+-++APositif

-++-BNegatif

+++-ABNegatif

----ONegatif

Keterangan:+: Terjadi aglutinasi- : Tidak terjadi aglutinasi2.6 Peran Faktor Rh dalam Klinik1. TransfusiJika seorang Rh negatif karena sesuatu harus ditolong dengan transfusi dan kebetulan darah yang diterimanya berasal dari donor Rh positif sehingga orang tersebut distimule runtuk membentuk anti Rh. Akibatnya serum darah orang yang semula bersih dari anti Rh sekarang mengandung anti Rh. Lebih-lebih jika transfusi lebih dari sekali maka akan banyak lagi anti Rh. 2. PerkawinanOrang dengan rhesus positif memiliki substansi yang dikenal dengan nama antigen D pada permukaan sel darah merah mereka, dan mereka dikatakan sebagai RhD-positif. Orang yang rhesus negatif tidak memiliki antigen D pada sel darah merah mereka, dan mereka adalah RhD-negatif. Golongan darah dan faktor rhesus diwariskan dari orang tua.

2.7 Kelahiran pertama Selama kehamilan dan kelahiran bayi, faktor rhesus D dapat memainkan peranan penting ketika seorang ibu yang RhD-negatif melahirkan bayi yang RhD-positif. Hal ini hanya bisa terjadi jika ayah sang bayi adalah RhD-positif tetapi tidak semua bayi yang RhD-positif memiliki ayah yang juga RhD-positif. Selama kehamilan, plasenta bertindak sebagai penghalang antara sel-sel darah merah ibu dan bayi. Namun, terkadang ada sejumlah kecil darah bayi yang dapat melintas ke dalam pembuluh darah ibunya. Jika ada sel darah bayi RhD-positif bercampur dengan darah ibu yang RhD-negatif, maka tubuh ibu akan bereaksi terhadap antigen D pada darah bayi dan tubuh ibu akan menghasilkan antibodi. Inilah yang dinamakan 'sensitisasi rhesus'. Ini biasanya tidak menjadi masalah selama kehamilan pertama, tetapi dapat menjadi masalah serius untuk kehamilan-kehamilan selanjutnya. Waktu yang paling umum terjadi untuk bercampurnya sel darah bayi ke dalam darah ibunya adalah pada waktu kelahiran. Namun ini bisa juga terjadi di waktu-waktu yang lain, sebagai contoh selama keguguran atau aborsi, atau jika ada sesuatu yang terjadi selama kehamilan seperti misalnya melakukan amniosentesis, pengambilan sampel vilus khorionik, pendarahan vagina, atau setelah terjadi luka di bagian perut. Sebuah peristiwa yang dapat menyebabkan seorang ibu menghasilkan antibodi melawan antigen D disebut 'peristiwa sensitisasi potensial'.

2.8 Kehamilan-kehamilan selanjutnya Apabila wanita tersebut di atas hamil dan bayinya yang kedua adalah RhD-positif lagi, maka antibodi dapat melintas masuk ke darah bayi dan menyerang sel darah merah. Peristiwa ini dinamakan 'penyakit haemolitik pada bayi yang baru lahir' (haemolytic disease of the newborn, disingkat HDN). HDN mungkin ringan saja, tetapi mungkin juga dapat menyebabkan penyakit kuning, kerusakan otak, atau bahkan kematian bayi.

3. PROSEDUR KERJA1. Menyiapkan alat yang akan digunakan.2. Membersihkan ujung jari menggunakan kasa dan alkohol. Tekan pada ruas jari sampai ujung jari berwarna merah karena terkumpulnya darah. Lukai ujung jari menggunakan jarum.3. Tekan ujung jari supaya darah keluar, teteskan pada kertas penggolongan darah ABO. 4. Teteskan serum anti A pada bagian yang sudah ditentukan. Dilanjutkan seterusnya seperti serum anti B, serum anti AB dan serum anti rhesus pada masing-bagian5. Darah dan masing-masing serum diaduk perlahan menggunakan pengaduk sampai tercampur rata, goyangkan sediki, sehingga terlihat adanya penggumpalan atau tidak.6. Mengamati terjadinya penggumpalan dan menentukan golongan darah serta rhesus.4. PENGAMATANTabel 1. Hasil dan Pengamatan Tes Golongan DarahNONAMASERUMGOLONGAN DARAHRHESUS

ANTI AANTI BANTI AB

1Dania Anggana---O+

2Nabiela Rahardia---O+

3Willy Wijaya---O+

4Agustina Restu---O+

5Ledy Ana ---O+

6Adinda Zuricha---O+

7Aulia Agile---O+

8Annete Juwita ---O+

9Isna Nur +-+A+

10Mohd. Dwira+-+A+

11Rega Maurischa+-+A+

12Anggreta Galuh+-+A+

13Dita Rana Widati+-+A+

14Firly Rakhmawati+-+A+

15Masha Andina+-+A+

16Rizky Nugraha Putra+-+A+

17Nisrina Hasna Nabila+-+A+

18Sergio Santoso+-+A+

19Aghnia Alma Larasati-++B+

20Wilda Safira-++B+

21Elva Puspitarini-++B+

22Sheila Filia-++B+

23Firsta Maulidya-++B+

24Netty Sulis-++B+

Pada percobaan yang kami lakukan didapatkan 8 orang yang memiliki golongan darah O, 10 orang golongan darah A dan 6 orang golongan darah B, tetapi tidak ada yang memiliki golongan darah AB. Semua rhesus yang didapatkan adalah rhesus positif (+).

Gambar 1. Penggolongan Sistem ABO

Apabila antigenAbertemu dengan anti A dalam darah, maka akan terjadi penggumpalan darah, hal ini berarti golongan darah orang tersebut adalah A. Apabila antigenBbertemu dengan anti B dalam darah, maka akan terjadi penggumpalan darah, ini berarti golongan darah orang tersebut adalah B. Apabila dalam darah seseorang diberi zat anti A, maka akan terjadi penggumpalan. Begitu juga bila darah orang tersebut diberi zat anti B. Hal ini berarti golongan darah orang itu adalah AB. Apabila dalam darah seseorang diberi zat anti A dan zat anti B tidak mengalami penggumpalan, maka golongan darah orang tersebut adalah O.

Tabel 2. Jenis Aglutinogen dan AglutininGENOTIPGOLONGAN DARAHAGLUTINOGENAGLUTININ

OOOAAnti A

Anti B

OAAAAnti B

AA

OBBBAnti A

BB

ABABA dan B-

Pada percobaan penentuan golongan darah ini digunakan sistem golongan darah ABO. Sistem darah ABO ini didasarkan pada antigen (A dan B) yang terdapat pada permukaan eritrosit dan antibody atau aglutinin ( dan ) dalam plasmanya. Antigen ini merupakan suatu glikoprotein yang ada tidaknya adalah sebagai dasar pembeda pada penentuan golongan darah seseorang, sedangkan antibody merupakan suatu molekul protein yang dihasilkan oleh sel- untuk merespon adanya antigen.

Gambar 2. Golongan Darah B Rhesus (+) Gambar 3. Golongan Darah O Rhesus (+)Gambar 4. Golongan Darah A Rhesus (+)

Dari gambar di atas dapat diambil skema tentang transfusi darah manusia. Hal ini dapat dikatakan bahwa golongan darah O dapat memberikan ke semua jenis golongan darah, mengingat bahwa golongan darah O tidak memiliki antigen sama sekali. Sehingga kesimpulannya bahwa golongan darah O adalah sebagai donor universal. Sedangkan darah AB dapat menerima darah dari semua golongan, mengingat bahwa golongan darah AB memiliki 2 jenis antigen, namun tidak memiliki aglutinin sama sekali. Sehingga, golongan darah AB adalah sebagai resipien universal.Dalam penggolongan darah dikenal juga sistem rhesus. Berdasarkan sistem rhesus, golongan darah terbagi menjadi dua yaitu rhesus positif dan rhesus negatif. Rhesus adalah protein (antigen) yang terdapat pada permukaan sel darah merah. Pada tes golongan darah yang kami lakukan, tampak semua mahasiswa memiliki rhesus positif hal ini terbukti adanya penggumpalan pada darah yang diberi cairan anti rhesus. Mengenali golongan darah kita lengkap dengan rhesusnya itu sangat penting, agar tidak terjadi masalah ketika kita membutuhkan transfusi darah.

DAFTAR PUSTAKA1. Baratawidjaja, Karnen. 2006.Imunologi DasarEdisi ke-7. Jakarta: FKUI2. Sudiana. 2005. Konsep Dasar Imunologi. http://www.ners.unair.ac.id/ diakses 18 November 2013.3. Sindu, E. Hemolytic disease of the newborn. Direktorat Laboratorium Kesehatan Dirjen Pelayanan Medik Depkes dan Kessos RI4. Salem L. Rh incompatibility. www. Neonatology.org. 2001 5. Cunningham FG, MacDonald PC, et al. Williams Obstetrics. 18th edition 1995. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC, 1995: 706-721. 6. Wright, P.F. International standards for test methods and reference sera for diagnostic tests for antibody detection. Rev. sci. tech. Off. int. Epiz., 1998,17 (2), 527-5337. https://sites.google.com/site/uddpmikendari/golongan-darah accessed on November 18th 2013

16