penetapan golongan darah

22
I. Judul : Penetapan golongan darah II. Hari/tanggal : Sabtu/1 mei 2010 III Tujuan : 1. untuk mengetahui macam-macam golongan darah 2. untuk mengamati adanya aglutinasi IV. Kajian Pustaka : Dalam tubuh manusia terdapat tiga golongan darah utama yaitu golongan darah ABO, golongan darah Rhesus (Rh) dan golongan darah MN. Golongan darah ABO Ditinjau dari golongan ini, manusia dikelompokkan menjadi 4 golongan. Pengelompokan ini didasarkan atas ada tidaknya suatu zat tertentu di dalam sel darah merah yaitu yang dikenal dengan nama aglutinogen (antigen) dan ada tidaknya suatu zat tertentu di dalam plasma darah. Ada dua macam aglutinogen yaitu aglutinogen A dan aglutinogen B, dan dua macam aglutinin yaitu aglutinin A/alfa dan aglutinogen B/beta. (Wulangi, 1993) Aglutinogen merupakan polisakarida dan terdapat tidak saja terbatas di dalam sel darah merah tetapi juga di kelenjar ludah, pankreas, hati, ginjal, paru- paru, testis dan semen. (Michael, 2009)

Upload: mico-arisanto

Post on 19-Jun-2015

3.112 views

Category:

Documents


1 download

TRANSCRIPT

Page 1: penetapan golongan darah

I. Judul : Penetapan golongan darah

II. Hari/tanggal : Sabtu/1 mei 2010

III Tujuan : 1. untuk mengetahui macam-macam golongan darah

2. untuk mengamati adanya aglutinasi

IV. Kajian Pustaka :

Dalam tubuh manusia terdapat tiga golongan darah utama yaitu golongan

darah ABO, golongan darah Rhesus (Rh) dan golongan darah MN.

Golongan darah ABO

Ditinjau dari golongan ini, manusia dikelompokkan menjadi 4 golongan.

Pengelompokan ini didasarkan atas ada tidaknya suatu zat tertentu di dalam sel

darah merah yaitu yang dikenal dengan nama aglutinogen (antigen) dan ada

tidaknya suatu zat tertentu di dalam plasma darah. Ada dua macam aglutinogen

yaitu aglutinogen A dan aglutinogen B, dan dua macam aglutinin yaitu aglutinin

A/alfa dan aglutinogen B/beta. (Wulangi, 1993)

Aglutinogen merupakan polisakarida dan terdapat tidak saja terbatas di

dalam sel darah merah tetapi juga di kelenjar ludah, pankreas, hati, ginjal, paru-

paru, testis dan semen. (Michael, 2009)

Seseorang disebut mempunyai golongan darah A, bila di dalam sel darah

merahnya terdapat aglutinogen A dan aglutinin B/beta ; golongan darah B, bila di

dalam sel darah merahnya terdapat aglutinogen B dan agglutinin A/alfa ; golongan

darah AB, bila mengandung aglutinogen A dan aglutinogen B, tetapi tidak

memiliki agglutinin A dan agglutinin B ; golongan darah O, bila di dalam sel

darah merahnya terdapat agglutinin A dan agglutinin B, tetapi tidak memiliki

aglutinogen A dan aglutinogen B.

Perlu dicatat disini bahwa golongan darah O yang tidak mempunyai

aglutinogen A dan aglutinogen B, merupakan golongan darah yang paling banyak

dijumpai pada hampir 47% penduduk dunia, sedangkan golongan darah AB

Page 2: penetapan golongan darah

adalah yang paling sedikit dijumpai, hanya sekitar 3% dari jumlah penduduk

dunia. (wulangi, 1993)

Bila suatu aglutinogen (misalnya A) terdapat di dalam sel darah merah

tertentu, maka aglutinin yang bersangkutan (anti A atau alfa) tidak boleh ada di

dalam plasma. Demikian pula, bila aglutinogen tidak terdapat di dalam sel darah

merah, aglutinin yang bersangkutan harus ada di dalam plasma.

Apa yang telah dijelaskan ini merupakan hukum Landsteiner. Kalau

aglutinogen bertemu dengan aglutinin yang bersangkutan (misalnya, aglutinogen

A bertemu dengan aglutinin/anti A atau aglutinogen B bertemu dengan

aglutinin/anti B) maka terjadilah aglutinasi, yaitu sel darah merah akan

berkelompok dan diikuti oleh “hemolisa”. Hemolisa adalah peristiwa keluarnya

hemoglobin dari dalam sel darah merah menuju ke cairan sekelilingnya.

Keluarnya hemoglobin ini disebabkan karena pecahnya membran sel darah merah.

(Eckert, 1978)

Ada 2 macam hemolisa yaitu :

1. hemolisa osmotic.

Hemolisa osmotic terjadi karena adanya perbedaan yang besar antara

tekanan osmosis cairan di dalam sel darah merah dengan cairan di

sekililing sel darah merah

2. hemolisa kimiawi

Pada hemolisa kimiawi, membran sel darah merah dirusak oleh

macam-macam substansi kimia. Pada dasarnya membran sel darah

merah terutama terdiri dari lipida dan protein yang membentuk suatu

lapisan yang disebut lipoprotein. Jadi setiap substansi kimia yang dapat

melarutkan lemak (pelarut lemak) dapat merusak atau melarutkan

membran sel darah merah.

Page 3: penetapan golongan darah

Kehadiran aglutinin di dalam plasma darah sudah ada sejak lahir, namun

demikian kadar aglutinin akan berbeda menurut umur. Kadar maksimum aglutinin

tercapai pada umur 8 sampai 10 tahun, kemudian menurun lagi pada umur

berikutnya. Sebagaimana diketahui bahwa aglutinin adalah gama globulin dan

dibuat di dalam sel-sel yang juga menghasilkan benda kebal. Globulin merupakan

benda penolak yang dapat melawan antigen yang masuk ke dalam tubuh. (Wilson,

1986)

Golongan Darah Berdasarkan System Rhesus

Pada tahun 1940, Landsteiner dan Wiener menemukan golongan darah

lain yang dikenal dengan nama factor Rhesus (Rh). Faktor Rh ini semula berasal

dari jenis kera Rhesus macaca. Selain aglutinogen A dan aglutinogen B, ada pula

aglutinogen lain yaitu aglutinogen C, D, dan E. diantaranya, aglutinogen D adalah

yang utama. Bila sesorang di dalam sel darah merahnya mengandung aglutinogen

D, maka orang tersebut adalah bergolongan Rh+ (Rh positif). Diantara orang-

orang barat kurang lebih 85% daripada seluruh populasinya mempunyai

aglutinogen D, sedangkan 15% sisanya tidak mempunyai aglutinogen D dan

disebut Rh negative (Rh- ).

Berbeda dengan golongan darah ABO, yang di dalam plasmanya tidak

terdapat anti D, maka orang yang Rh- nya dapat membentuk anti D setelah

mendapat transfusi darah dari orang yang Rh+ . orang yang Rh+ tidak dapat

membentuk anti D, maka dari itu dapat menerima darah dengan aman , baik dari

orang yang Rh+ atau dari orang yang Rh-. Jadi transfusi darah dari Rh- ke Rh+

selalu dapat dilakukan tanpa mengakibatkan hal yang diinginkan.

Faktor Rh+ diturunkan secara dominant, jadi Rh+ dapat berupa Rhesus

homozigot (DD) atau Rhesus heterozigot (Dd). Rh- tidak mengandung

aglutinogen D, sehingga satu-satunya kemungkinan Rh- adalah homozigot dd.

(Wulangi, 1993). Bila wanita dengan Rh- kawin dengan pria Rh+ yang homozigot,

semuanya anaknya adalah Rh+. Bila hal ini terjadi, dapatlah timbul hal yang tidak

diinginkan.

Page 4: penetapan golongan darah

Telah diketahui, bayi yang masih berada di dalam uterus mempunyai

jantung dan peredaran darah tersendiri dan sel darahnya juga tidak tergantung atau

tidak berasal dari darah ibunya.

Plasenta memungkinkan terjadinya pemindahan zat baik dari peredaran

darah ibu ke peredaran darah fetus atau sebaliknya. Dalam keadaan normal, sel

darah merah tidak dapat pindah dari peredaran darah yang satu ke yang lain. Bila

darah ibu (Rh-) yang karena transfusi misalnya mengandung anti D, anti D ini

dapat melalui plasenta menuju ke peredaran darah bayi (Rh+). Akibatnya anti D

akan bertemu dengan aglutinogen D dan menyebabkan aglutinasi sel darah merah

bayi. Bila anti D cukup banyak, bayi akan mati. Seandainya bayi yang lahir dapat

hidup, bayi menderita kekuningan yang berat. Keadaan yang demikian itu disebut

icterus gravis neonatorum. (Wilson, 1986)

Golongan Darah MN

Pada tahun 1927, Landsteiner dan Levine menemukan aglutinogen macam

lain di dalam sel darah merah, yaitu aglutinogen M dan N. hal ini akan

menghasilkan tiga macam golongan darah yaitu golongan darah M, N, dan MN.

(Michael, 2009) Berbeda dengan golongan darah ABO, golongan darah MN tidak

disertai kehadiran aglutinogen di dalam plasma darah, maka dari itu pada transfusi

darah, tidak perlu diperhatikan ketiga aglutinogen ini. Aglutinogen ini bermanfaat

untuk membantu menetukan orang tua seseorang. Karena aglutinogen M dan N

diturunkan menurut hukum Mendel, dengan mengetahui jenis golongan darah

seseorang, dapatlah ditentukan bahwa seseorang pasti ayahnya. Bila ada bayi

tertukar di rumah sakit bersalin, dengan menguji golongan darah MN dapat

diketahui kemungkinan orang tua mereka yang sebenarnya. (Eckert, 1978)

Page 5: penetapan golongan darah

V. Alat & Bahan

Alat

1. kaca objek

2. jarum Francke

3. kapas

Bahan

1. alcohol 70%

2. serum anti A dan anti B

VI. Prosedur Kerja

1. disediakan kaca benda yang bersih dan bening

2. dibersihkan permukaan ujung jari ke 3 atau ke 4 dari probandus

dengan alcohol 70%

3. diteteskan tetesan darah pertama pada salah satu ujung kaca benda dan

tetesan darah kedua pada ujung lainnya dari kaca benda tersebut.

4. diteteskan setetes kecil serum anti A dan serum anti B pada darah yang

terdapat dikedua sisi kaca benda

5. digoyangkan kaca benda dengan membuat gerakan lingkaran

6. diamati kedua tetesan darah yang telah diberi serum anti A dan anti B,

apakah terjadi aglutinasi atau tidak

Page 6: penetapan golongan darah

Pembahasan

Sistem penggolongan darah ABO didasarkan pada ada tidaknya suatu zat

tertentu di dalam plasma darah & sel darah merah. Zat tertentu yang dimaksudkan

berada dalam plasma darah adalah aglutinin, sedangkan zat tertentu yang

dimaksudkan berada dalam sel darah merah adalah aglutinogen.

Aglutinin merupakan bentuk gama globulin dan dibuat di dalam sel-sel

yang juga menghasilkan benda kebal. Menurut Wilson (Wilson, 1986 ) globulin

itu sendiri merupakan benda penolak yang dapat melawan antigen/aglutinogen

yang masuk ke dalam tubuh. Jumlah/kadar aglutinin pada manusia berbeda-beda

menurut tingkat perkembangannya (usia). Menurut Wilson (Wilson, 1986) kadar

maksimum aglutinin tercapai pada umur 8 sampai 10 tahun, kemudian menurun

lagi pada umur berikutnya.

Aglutinogen merupakan bentuk polisakarida, dan menurut Michael

(Michael, 2009 ) aglutinogen ini tidak hanya terdapat di dalam sel darah merah

tetapi juga di kelenjar ludah, pankreas, hati, ginjal, paru-paru, testis, dan semen.

Berdasarkan sistem penggolongan ABO, aglutinogen yang terdapat di

dalam sel darah merah terdiri atas aglutinogen A dan aglutinogen B, sedangkan

aglutinin yang terdapat di dalam plasma darah terdiri atas aglutinin A dan

aglutinin B. keberadaan/kepemilikan aglutinogen maupun aglutinin pada

golongan darah A, B, O, dan AB dapat dilihat pada table berikut ini.

Table perbedaan antar golongan darah

Berdasarkan aglutinin dan aglutinogen yang dimiliki

Golongan

darah

Aglutinin Aglutinogen

A A B

B B A

O A & B Tidak ada

AB Tidak ada A & B

Page 7: penetapan golongan darah

Berdasarkan penjelasan dari table di atas dapat dikatakan bahwa

keberadaan aglutinin yang bersangkutan (misalnya aglutinin B) yang ada di dalam

plasma bersifat membahayakan terhadap aglutinogen (misalnya B) yang ada di

dalam sel darah merah tertentu.

Kalau aglutinogen bertemu dengan aglutinin yang bersangkutan maka

terjadilah aglutinasi. Aglutinasi mengakibatkan sel darah merah akan

berkelompok dan diikuti dengan hemolisa. Menurut Eckert (Eckert,1978 )

hemolisa adalah keluarnya hemoglobin dari dalam sel darah merah menuju ke

cairan sekelilingnya.

Oleh karena itu, bila aglutinogen (misalnya aglutinogen B) terdapat di

dalam sel darah merah tertentu, maka aglutinin yang bersangkutan (misal

aglutinin B) tidak boleh ada di dalam plasma, melainkan aglutinin yang tidak

bersangkutan (misal aglutinin A) saja yang boleh ada di dalam plasma. Begitu

pula bila tidak terdapat aglutinin di dalam plasma, maka harus ada aglutinogen

yang bersangkutan dan bila tidak terdapat aglutinogen di dalam sel darah merah,

maka harus ada aglutinin yang bersangkutan di dalam plasma.

Uaraian/penjelasan tadi ternyata telah dibuktikan melalui percobaan yang

telah dilakukan, melalui pemberian serum anti A dan anti B pada darah

probandus. Melalui pengamatan dengan mata telanjang tampak darah yang diberi

serum anti A mengalami penggumpalan/aglutinasi. Sehingga dapat diketahui

golongan darah dari probandus adalah A. kenapa hal ini bisa terjadi?

Serum anti A mengandung agglutinin yang dapat menggumpalkan darah

golongan A dan AB, tetapi tidak ada pengaruhnya terhadap golongan B dan O.

Ketika serum anti A diberikan pada darah probandus yang terletak pada

salah satu bagian/ujung kaca benda, maka agglutinin A yang berasal dari serum

anti A bertemu dengan aglutinogen A yang ada di dalam sel darah merah.

Pertemuan ini mengakibatkan terjadinya penumpukan sel darah merah, semakin

banyak sel darah merah yang menumpuk, maka semakin tinggi konsentrasi zat

terlarut dalam cairan yang terdapat di ruang antar sel, ini berarti sel darah merah

berada dalam lingkungan yang hipertonik. Sehingga zat-zat atau partikel dalam

cairan yang berada di luar sel atau di ruang antar sel cenderung bergerak

menembus masuk ke dalam sel darah merah melalui membran selektif permeable.

Page 8: penetapan golongan darah

Substansi kimia yang dapat melarutkan lemak khusunya lipoprotein yang

merupakan komponen penyusun lapisan membran sel, sehingga sel darah merah

pecah atau lisis dan seketika itu juga hemoglobin keluar dari sel darah merah.

Perlu diperhatikan bahwa tidak semua sel darah merah yang lisis/pecah,

melainkan sel darah merah yang sudah tua yang berkemungkinan besar dalam

mengalami lisis. Ini dikarenakan membran sel darah merahnya yang sudah lemah

dan mudah pecah/rusak. Berbeda dengan sel darah merah yang muda/baru, yang

memiliki membran sel yang kuat dan tidak mudah pecah/rusak. Oleh karena itu,

kemungkinan sel darah merah muda untuk lisis adalah sangat kecil.

Serum anti B mengandung aglutinin yang dapat menggumpalkan darah

golongan B dan AB, tetapi tidak ada pengaruhnya terhadap golongan A dan O

Ketika serum anti B diberikan pada darah probandus yang terletak pada

salah satu ujung atau bagian lain kaca benda, menunjukkan tidak terjadinya

aglutinasi/penggumpalan. Ini dikarenakan aglutinogen yang terdapat di dalam sel

darah merah tidak bertemu dengan aglutinin yang bersangkutan yang berasal dari

serum anti B. ini menunjukkan kesesuaian antara serum anti B dengan darah

probandus atau bisa dikatakan serum ini tidak berpengaruh pada darah probandus.

Menurut Wulangi (Wulangi, 1993 ) “golongan darah A memiliki

agglutinin B”. Sehingga bisa dipastikan bahwa probandus bergolongan darah A.

Golongan darah AB tidak memiliki aglutinin A dan aglutinin B, hal ini

dikarenakan golongan darah AB bersifat recipient universal, dimana golongan ini

hanya mampu menerima darah yang ditransfusikan dari berbagai golongan darah

termasuk golongan darah AB itu sendiri. Karena golongan ini mempunyai dua

macam aglutinogen (A&B), maka ketika darah dari golongan lain (A,B, dan O)

ditransfusikan ke golongan ini, pada saat itu golongan AB akan mempertemukan

satu macam aglutinogen (misalnya B) yang terdapat di dalam sel darah merah

tertentu dengan aglutinogen yang bersangkutan (B) yang terdapat di dalam sel

darah merah dari golongan di luar AB (A, B, dan O). ini berarti bila aglutinin

tidak terdapat di dalam plasma darah, maka aglutinogen yang bersangkutan harus

ada di dalam sel darah merah. Golongan darah AB hanya dapat mentransfusikan

darah ke sesama golongannya.

Page 9: penetapan golongan darah

Serum anti A dan anti B yang diberikan pada darah probandus yang

terdapat di kedua sisi kaca benda menunjukkan terjadinya aglutinasi. Ini berarti

darah probandus tidak memiliki aglutinin yang bersangkutan di dalam plasma

darah. Sehingga aglutinin yang terdapat pada kedua serum tidak bertemu dengan

aglutinin yang bersangkutan. Berdasarkan uraian yang telah dijelaskan

sebelumnya, maka dapat dipastikan probandus bergolongan darah AB.

Golongan darah O tidak memiliki aglutinogen A dan aglutinogen B, hal ini

dikarenakan golongan darah O bersifat donor universal, dimana golongan ini

mampu mentransfusikan darah ke berbagai golongan darah (A, B, dan AB)

termasuk golongan darah O itu sendiri. Karena golongan ini mempunyai dua

macam aglutinin (A&B), maka ketika darah ditransfusikan dari golongan ini ke

berbagai golongan lainnya, pada saat itu golongan darah O akan mempertemukan

satu macam aglutinin (misalnya A) yang ada dalam plasma darah dengan aglutinin

yang bersangkutan (A) dari golongan darah di luar O (golongan darah B). ini

berarti bila aglutinogen tidak terdapat di dalam sel darah merah, maka aglutinin

yang bersangkutan harus ada di dalam plasma darah. Berdasarkan uraian yang

telah dijelaskan sebelumnya, maka dapat dipastikan probandus bergolongan darah

AB.

Serum anti A dan anti B yang diberikan pada darah probandus yang

terdapat pada kedua sisi kaca benda menunjukkan tidak terjadinya aglutinasi. Ini

berarti darah probandus memiliki aglutinin yang bersangkutan dengan aglutinin

yang terdapat pada kedua serum, sehingga aglutinin yang berasal dari plasma

darah dapat bertemu dengan aglutinin yang bersangkutan dari serum anti A dan

anti B. berdasarkan uraian yang telah dijelaskan sebelumnya, maka dapat

dipastikan probandus bergolongan darah O.

VIII. Kesimpulan

Penetapan golongan darah ABO, didasarkan pada ada tidaknya

aglutinogen (A&B) dan aglutinin (A&B), sehingga dikenal adanya

golongan darah A, B, O, dan AB.

Page 10: penetapan golongan darah

Penetapan golongan darah pada System Rhesus didasarkan pada

adanya/ditemukannya aglutinogen selain A, B, O, dan AB. Yaitu

aglutinogen C, D (paling utama), dan E

Bila di dalam sel darah merah terdapat aglutinogen D, maka disebut

Rh+, sedangkan bila di dalam sel darah merah tidak terdapat aglutinogen

D, maka disebut Rh-.

Penetapan golongan darah MN didasarkan pada adanya/ditemukannya

aglutinogen M dan N di dalam plasma darah. Sehingga golongan

darahnya terbagi menjadi golongan M, N, dan MN.

Tidak seperti golongan darah AB pada system ABO, golongan MN

tidak disertai kehadiran aglutinogen.

Aglutinasi terjadi bila aglutinin di dalam plasma darah bertemu dengan

aglutinin yang tidak bersangkutan (misalnya aglutinin A bertemu

dengan aglutinin B) atau aglutinogen yang ada di dalam sel darah merah

bertemu dengan aglutinin yang bersangkutan di dalam plasma darah

(misalnya aglutinogen B bertemu dengan aglutinin B)

Bila aglutinogen tidak terdapat di dalam sel darah merah, maka

aglutinin yang bersangkutan harus ada di dalam plasma darah.

Bila aglutinin tidak terdapat di dalam plasma darah, maka aglutinogen

yang bersangkutan harus ada di dalam sel darah merah.

IX. Pertanyaan Pasca praktek

1. berdasarkan kelompok anda, golongan darah apa yang anda peroleh ?

Jawab : Golongan darah A.

Ketika serum anti B diberikan pada darah yang

ditempatkan pada salah satu bagian/ujung kaca benda,

menunjukkan tidak terjadinya aglutinasi. Hal ini

dikarenakan aglutinin yang terdapat pada plasma darah

Page 11: penetapan golongan darah

bertemu dengan aglutinin yang bersangkutan

(aglutinin/anti B) dari serum anti B. atau aglutinogen

yang terdapat di dalam sel darah merah tidak bertemu

dengan aglutinin yang bersangkutan. Kesesuaian antara

aglutinin dari plasma darah dengan aglutinin dari serum

anti A terjadi karena menurut Wulangi (Wulangi,

1993 ) golongan darah A memiliki aglutinin B,

sehingga dapat dipastikan bahwa probandus

bergolongan darah A.

2. jelaskan jenis penggolongan selain system ABO ?

jawab : Golongan darah MN

Pada tahun 1927, Landsteiner dan Levine menemukan

aglutinogen macam lain di dalam sel darah merah, yaitu

aglutinogen M dan N. hal ini akan menghasilkan tiga

macam golongan darah yaitu golongan darah M, N, dan

MN. Berbeda dengan golongan darah ABO, golongan

darah MN tidak disertai kehadiran aglutinogen di dalam

plasma darah, maka dari itu pada transfuse darah, tidak

perlu diperhatikan ketiga aglutinogen ini. Aglutinogen ini

bermanfaat untuk membantu menetukan orang tua

seseorang. Karena aglutinogen M dan N diturunkan

menurut hukum Mendel, dengan mengetahui jenis

golongan darah seseorang, dapatlah ditentukan bahwa

seseorang pasti ayahnya. Bila ada bayi tertukar di rumah

sakit bersalin, dengan menguji golongan darah MN dapat

diketahui kemungkinan orang tua mereka yang

sebenarnya.

Golongan darah Rh (Rh+ & Rh-)

Page 12: penetapan golongan darah

Pada tahun 1940, Landsteiner dan Wiener

menemukan golongan darah lain yang dikenal dengan

nama factor Rhesus (Rh). Factor Rh ini semula berasal

dari jenis kera Rhesus macaca. Selain aglutinogen A dan

aglutinogen B, ada pula aglutinogen lain yaitu

aglutinogen C, D, dan E. diantaranya, aglutinogen D

adalah yang utama. Bila sesorang di dalam sel darah

merahnya mengandung aglutinogen D, maka orang

tersebut adalah bergolongan Rh+ (Rh positif). Diantara

orang-orang barat kurang lebih 85% daripada seluruh

populasinya mempunyai aglutinogen D, sedangkan 15%

sisanya tidak mempunyai aglutinogen D dan disebut Rh

negative (Rh- ).

Berbeda dengan golongan darah ABO, yang di

dalam plasmanya tidak terdapat anti D, maka orang yang

Rh- nya dapat membentuk anti D setelah mendapat

transfuse darah dari orang yang Rh+ . orang yang Rh+

tidak dapat membentuk anti D, maka dari itu dapat

menerima darah dengan aman , baik dari orang yang Rh+

atau dari orang yang Rh-. Jadi transfuse darah dari Rh- ke

Rh+ selalu dapat dilakukan tanpa mengakibatkan hal yang

diinginkan.

Factor Rh+ diturunkan secara dominant, jadi Rh+

dapat berupa Rhesus homozigot (DD) atau Rhesus

heterozigot (Dd). Rh- tidak mengandung aglutinogen D,

sehingga satu-satunya kemungkinan Rh- adalah

homozigot dd. Kemungkinan kombinasi gen yang timbul

dapat dilihat pada bagan berikut ini.

Page 13: penetapan golongan darah

Bila wanita dengan Rh- kawin dengan pria Rh+ yang

homozigot, semuanya anaknya adalah Rh+. Bila hal ini

terjadi, dapatlah timbul hal yang tidak diinginkan.

3. apa yang akan terjadi pada resipient, apabila menerima darah dari

pendonor yang berbeda golongan darahnya?

jawab : ada dua kemungkinan yang terjadi saat transfuse darah di

lakukan

aglutinasi

ini terjadi bila aglutinin dari resipient tidak bertemu dengan

aglutinin yang bersangkutan. Contohnya ; aglutinin A bertemu

dengan aglutinin B atau aglutinin A tidak bertemu dengan aglutinin

A.

atau aglutinogen dari resipient bertemu dengan aglutinin yang

bersangkutan yang berasal dari pendonor di luar golongan darah

resipient. Contohnya ; aglutinin B bertemu dengan aglutinogen B

kesesuaian/kecocokan

ini terjadi bila aglutinin dari resipient bertemu dengan aglutinin

yang bersangkutan yang berasal dari pendonor di luar golongan

darah resipient.

Contohnya ; aglutinin A bertemu dengan aglutinin A

Atau aglutinogen dari resipient bertemu dengan aglutinin yang

tidak bersangkutan yang berasal dari pendonor di luar golongan

darah resipient.

Contohnya ; aglutinogen A bertemu dengan aglutinin B

X. Daftar Pustaka

Page 14: penetapan golongan darah

Eckert, R., and D. Randall. 1978. Animal Physiologi : Mechanism and

Adaptation, W. H. Freeman and company

Konrad, Michael. 2009. Golongan darah.

http;//www.scienceart.com/golongan-darah_1.html. diakses 4 mei

2010

Wilson, J.A. 1986. Principles of Animal Physiology. The Macmillan

Company

Wulangi, Kartolo S. 1993. Prinsip-Prinsip Fisiologi Hewan. Biologi

FMIPA - ITB

Page 15: penetapan golongan darah