pembuatan salep minyak atsiri daun jeruk limau …... · pembuatan salep minyak atsiri daun jeruk...

107
PEMBUATAN SALEP MINYAK ATSIRI DAUN JERUK LIMAU (Citrus amblycarpa (Hassk) ochse) DAN UJI STABILITAS TERHADAP TIPE BASIS YANG DIGUNAKAN TUGAS AKHIR Diajukan untuk memenuhi salah satu persyaratan memperoleh gelar Ahli Madya D3 Farmasi Oleh: Nindya Nareswari M3508053 DIPLOMA 3 FARMASI FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA 2011

Upload: hatu

Post on 03-Mar-2019

291 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

PEMBUATAN SALEP MINYAK ATSIRI DAUN JERUK LIMAU (Citrus amblycarpa (Hassk) ochse) DAN UJI STABILITAS

TERHADAP TIPE BASIS YANG DIGUNAKAN

TUGAS AKHIR

Diajukan untuk memenuhi salah satu persyaratan

memperoleh gelar Ahli Madya D3 Farmasi

Oleh:

Nindya Nareswari M3508053

DIPLOMA 3 FARMASI FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA

2011

PERNYATAAN

Dengan ini saya menyatakan bahwa tugas akhir ini adalah hasil penelitian saya sendiri dan tidak terdapat karya yang pernah diajukan untuk memperoleh gelar apapun di suatu perguruan tinggi, serta tidak terdapat karya atau pendapat yang pernah ditulis atau diterbitkan oleh orang lain, kecuali secara tertulis diacu dalam naskah ini dan disebutkan dalam daftar pustaka. Apabila di kemudian hari dapat ditemukan adanya unsur penjiplakan maka gelar yang telah diperoleh dapat ditinjau dan / atau dicabut.

Surakarta, 1 Desember 2011

Nindya Nareswari NIM. M3508053

PEMBUATAN SALEP MINYAK ATSIRI DAUN JERUK LIMAU (Citrus amblycarpa (Hassk) ochse) DAN UJI STABILITAS

TERHADAP TIPE BASIS YANG DIGUNAKAN

INTISARI

Jeruk limau mempunyai kandungan minyak atsiri yang terdapat pada bagian daun dan kulitnya. Minyak atsiri dari daun jeruk limau mengandung β-pinena, linalool, sitronelal, sitronelol dan geraniol. Rendemen minyak atsiri daun jeruk limau sebesar 0.47% mampu menghambat pertumbuhan bakteri S.aureus dengan nilai KBM dan KHM sebesar 0.039% (v/v).

Penelitian ini merupakan penelitian eksperimental dengan menggunakan metode Pre Test Post Test Control. Penggunaan minyak atsiri untuk pengobatan pada kulit harus dibuat sediaan yang praktis dan stabil. Salep merupakan sediaan semi padat yang mudah dioleskan dan digunakan sebagai obat luar. Penggunaan minyak atsiri daun jeruk limau dibuat dalam sediaan salep dengan variasi 3 macam basis, yaitu basis larut air, basis serap dan basis hidokarbon untuk memudahkan dalam penggunaannya pada kulit. Ketiga formula diuji kestabilan sediaan salep dengan uji sifat fisik meliputi uji homogenitas, organoleptis, uji viskositas, uji daya lengket, uji daya sebar dan uji pH. Pengujian dilakukan selama 8 minggu untuk mengetahui basis salep yang paling stabil untuk pembuatan salep minyak atsiri daun jeruk limau (Citrus amblycarpa (Hassk) ochse). Kestabilan sediaan salep dilihat dari data hasil pengamatan dari minggu pertama sampai minggu kedelapan. Data pengamatan dianalisis statistik dengan Kolmogorov-Smirnov dan dilanjutkan dengan analisis ANOVA satu jalan dan uji tukey untuk mengetahui perbedaan yang terjadi antar formula.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa ketiga tipe basis yang digunakan dalam salep minyak atsiri daun jeruk limau mempunyai stabilitas fisik yang baik berdasarkan hasil uji viskositas, pH, daya sebar dan kelengketan.

Kata kunci: Minyak atsiri, Citrus amblycarpa (Hassk) ochse, tipe basis salep, stabilitas salep.

MAKING OF OINTMENT FROM THE ESSENTIAL OIL OF CITRUS LIME LEAF (Citrus amblycarpa (Hassk) ochse) AND STABILITY

TEST OF TYPES BASE THAT USED

Abstract

Citrus lime has a content of volatile oil contained in the leaves and the skin. Essential oils from the leaves of citrus lime-containing β-pinena, linalool, citronellal, and geraniol sitronelol. The yield of essential oil of citrus lime leaves 0,47% could inhibit the growth of bacteria S.aureus with KBM and the MIC values of 0,039% (v / v). This research is desain experimental that used Pre Test Post Test Control Desain. The essential oil for skin medication has to be made in practical and stable preparation. Ointment is a semi solid preparation which is easy to be applied and to be used as the external medicine.The use of essential oil of citrus lime leaf was made in ointment preparation with three varieties of basis, those are water-soluble basis, absorptive bases and base hidokarbon, in order for the ointment to be easily applied into skin . The physical stability test series which consisted of the homegeneity, the organoleptic, the viscosity the adhesiveness, and the dispersiveness and the acidity level (pH) of the oinment preparation was tested for 8 weeks in order to investigate the most stable ointment basis out of the three formulae to make the ointment of the essential oil of citrus lime (Citrus amblycarpa (Hassk) ochse). Next, the stability of the ointment preparations was investigated from the data which contained the results of the observation from the first week to the eighth week. The data were analyzed statistically by using the Kolmogorov-Smirnovanalysis technique. Finally, the data were analyzed by using the one-way Analysis of Variance (ANOVA) in order to investigate the effect of the difference in the basis of the ointment on the stability of the ointment preparations.

The results of the research indicate that all three types of base oils used in ointment citrus lime leaves have a good physical stability test based on the results of the viscosity, the acidity level (pH), the dispersiveness and the adhesiveness. Keywords: Essential oils, Citrus amblycarpa (Hassk) ochse, type of ointment base, ointment stability.

MOTTO

Sesungguhnya setelah kesulitan ada kemudahan, maka apabila kamu telah selesai

(dari suatu urusan), kerjakanlah dengan sungguh-sungguh (urusan yang lain). Dan

hanya kepada Tuhanmulah hendaknya kamu berharap.

(Q.S Al-insyirah: 6-8)

Mulai adalah kata yang penuh kekuatan. Cara terbaik untuk menyelesaikan sesuatu adalah mulai. Tapi juga sangat mengherankan, pekerjaan apa yang dapat

kita selesaikan kalau kita hanya memulainya.

(Clifford Waren)

Beranilah bermimpi dan yakini mimpi itu. Bermimpilah yang besar karena sesungguhnya hati dan pikiran kitalah yang akan menuntun kita untuk menggapai

mimpi itu.

PERSEMBAHAN

Kupersembahkan karya kecil ini untuk:

Ibu, Bapak, mbak ringga, mas dhieka, mas

dhita, eyi, tya, kartika, egha dan zainal. Terima

kasih atas doa, kasih sayang, dukungan,

semangat dan motivasinya yang membuatku

tidak berputus asa dalam menyelesaikan tugas

akhir ini.

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, karena telah

melimpahkan rahmat dan karunia-Nya sehingga tugas akhir ini dapat diselesaikan

Penyusunan Tugas Akhir ini merupakan salah satu syarat untuk memperoleh gelar

Ahli Madya Farmasi di Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam,

Universitas Sebelas Maret.

Penulisan tugas akhir ini tidak terlepas dari bantuan dan dukungan berbagai

pihak baik secara langsung maupun tidak langsung, oleh sebab itu penulis

mengucapkan terima kasih yang setulusnya kepada:

1. Ir. Ari Handono Ramelan, M.Sc., PhD. selaku Dekan Fakultas Matematika

dan Ilmu Pengetahuan Alam.

2. Ahmad Ainurofiq, M.Si., Apt. selaku Ketua Prodi Program D3 Farmasi

Universitas Sebelas Maret.

3. Anang Kuncoro, S,Si., Apt. selaku pembimbing tugas akhir yang

senantiasa membimbing, mengarahkan dan berbagai petunjuk dalam

penulisan tugas akhir ini.

4. Nestri Handayani, M, Si., Apt. selaku Pembimbing Akademik atas

kesabaran dan petunjuk yang diberikan kepada penulis selama penulis

menempuh studi di Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam

universitas Sebelas Maret.

5. Anif Nur A, S.Farm, Apt dan Fea Prihapsara, S.Farm, Apt selaku Penguji I

dan Penguji II atas masukan yang diberikan.

6. Bapak/Ibu Dosen Program Studi D3 Farmasi yang telah memberikan ilmu

kepada penulis selama di bangku kuliah.

7. Ibu dan Bapak tercinta, terima kasih atas segala doa, kasih sayang dan

dukungan baik moral maupun materiil yang sangat berharga dan berarti

bagi penulis.

8. Kakak-kakakku tersayang Ringga, Dhieka dan Radhita, yang selalu

memberikan motivasi.

9. Sahabat-sahabatku Mery, Tya, Kartika dan Egha atas persahabatan yang

kita jalin selama ini.

10. Teman-teman Kost Qurota’ayun Endah, Hanny, Ika, Mei, Ayu, Mbak Ari,

Mbak Nurul, Mbak Siti, Mbak Laila, Mbak Asri, Komsi, Tia, Uswah,

Mutia, Aminah, dan Yeni atas kebersamaan, keceriaan dan semangatnya.

11. Zainal atas doa dan perhatian yang telah diberikan selama ini.

12. Teman-teman seperjuangan D3 Farmasi angkatan 2008.

13. Semua pihak yang telah membantu dalam persiapan ujian tugas akhir.

Penulis menyadari bahwa tugas akhir ini masih jauh dari sempurna, namun

dengan segala kerendahan hati atas kekurangan itu, penulis menerima kritik dan

saran dalam rangka perbaikan tugas akhir ini. Semoga tugas akhir ini bermanfaat

bagi perkembangan ilmu kefarmasian khususnya dan ilmu pengetahuan pada

umumnya.

Surakarta, November 2011

Nindya Nareswari

DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN JUDUL ........................................................................................ i

HALAMAN PENGESAHAN .................................................................. …ii

HALAMAN PERNYATAAN ........................................................................iii

INTISARI ....................................................................................................... .iv

ABSTRACT ............................................................................................. ... v

HALAMAN MOTTO .............................................................................. . vi

HALAMAN PERSEMBAHAN ................................................................ . vii

KATA PENGANTAR .............................................................................. viii

DAFTAR ISI .................................................................................................. x

DAFTAR TABEL ........................................................................................ xiii

DAFTAR GAMBAR ................................................................................... xiv

DAFTAR LAMPIRAN ............................................................................ xv

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang .............................................................................. 1

1.2 Perumusan Masalah .......................................................................4

1.3 Tujuan Penelitian ...........................................................................4

1.4 Manfaat Penelitian .........................................................................4

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Jeruk Limau ................................................................................. 5

2.1.1. Sistematika Tanaman .....................................................5

2.1.2. Morfologi Tanaman ......................................................6

2.1.3. Kandungan Kimia ..........................................................6

2.2. Minyak Atsiri ................................................................................6

2.2.1. Metode Penyulingan ......................................................9

2.2.2. Metode penyulingan dengan cara destilasi…………….9

2.2.3. Metode penyulingan dengan cara ekstraksi …………..11

2.4. Salep .............................................................................................11

2.4.1. Pengertian dan Fungsi Salep .........................................11

2.4.2. Penggolongan Dasar Salep ............................................14

2.4.3. Faktor-faktor Pelepasan Obat dari Salep .......................15

2.4.4. Pembuatan Salep ............................................................17

2.5. Kerangka Pemikiran ......................................................................18

2.6. Hipotesis ........................................................................................19

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

3.1. Rancangan Penelitian .................................................................... 20

3.2. Waktu dan Tempat Penelitian ........................................................20

3.2.1. Tempat Penelitian ...........................................................20

3.2.2. Waktu Penelitian ............................................................20

3.3. Variable Penelitian ........................................................................20

3.3.1. Identifikasi variable penelitian .......................................20

3.3.2. Klasifikasi Variabel Utama ............................................21

3.4. Bahan dan Alat ..............................................................................21

3.4.1. Bahan .............................................................................21

3.4.2. Alat .................................................................................21

3.5. Cara Kerja Penelitian .....................................................................22

3.6. Teknik Pengumpulan dan Analisis Data ........................................27

3.7. Diagram Alir Kerja ........................................................................28

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN ................................................... .. 30

BAB V PENUTUP

5.1.Kesimpulan .............................................................................. .. 40

5.2.Saran ........................................................................................ .. 40

DAFTAR PUSTAKA .....................................................................................41

DAFTAR TABEL

Halaman

Tabel I. Tabel Formulasi Salep ........................................................................ 24

Tabel II. Hasil Homogenitas Salep minyak atsiri daun jeruk limau

selama 8 minggu ............................................................................... 30

Tabel III. Hasil Uji Viskositas Selama 8 Minggu ............................................ 31

Tabel IV. Hasil Uji Organoleptis Selama 8 Minggu ........................................ 33

Tabel V. Hasil Uji pH Salep Selama 8 Minggu ............................................... 33

Tabel VI. Hasil Daya Sebar Salep Selama 8 Minggu ...................................... 36

Tabel VII. Hasil Daya Lekat Selama 8 Minggu .............................................. 37

Tabel VIII. Hasil Pengamatan Uji Iritasi ......................................................... 39

DAFTAR GAMBAR

Halaman

Gambar 1. Gambar Jeruk Limau Citrus amblycarpa (Hassk.) Ochse..................5

Gambar 2. Gambar Biosintesis Terpen ............................................................... 8

Gambar 3. Diagram Pembuatan Minyak Atsiri Daun Jeruk Limau ....................28

Gambar 4. Diagram Pembuatan Salep dengan Basis Larut Air ..........................28

Gambar 5. Diagram Pembuatan Salep dengan Basis Serap ................................29

Gambar 6. Diagram Pembuatan Salep dengan Hidrokarbon ..............................29

DAFTAR LAMPIRAN

Halaman

Lampiran 1. Hasil Determinasi Jeruk Limau

(Citrus amblycarpa (Hassk) ochse)............................................. 43

Lampiran 2. Hasil Perhitungan Berat Jenis dan Indeks Bias Minyak Atsiri Daun Jeruk Limau (Citrus amblycarpa (Hassk) ochse) ........................ 44

Lampiran 3. Hasil Perhitungan Rendemen Minyak Atsiri Daun Jeruk Limau (Citrus amblycarpa (Hassk) ochse) ............................................. 45

Lampiran 4. Hasil Uji Homogenitas Selama 8 Minggu .................................. 46

Lampiran 5. Hasil Uji Viskositas Selama 8 Minggu ....................................... 47

Lampiran 6. Hasil Uji Organoleptis Selama 8 Minggu ................................... 48

Lampiran 7. Hasil Uji pH Selama 8 Minggu ................................................... 49

Lampiran 8. Hasil Uji Daya Sebar selama 8 Minggu ...................................... 50

Lampiran 9. Hasil Uji Daya Lekat Selama 8 Minggu ..................................... 51 Lampiran 10. Hasil Pengamatan Uji Iritasi ..................................................... 52

Lampiran 11. Hasil Analisa Statistik Uji Viskositas ....................................... 53 Lampiran 12. Hasil Analisa Statistik Uji pH ....................................................62 Lampiran 13. Hasil Analisa Statistik Uji Daya Sebar ..................................... 71 Lampiran 14. Hasil Analisa Statistik Uji Daya Lekat ..................................... 80 Lampiran 15. Gambar Formulasi Salep ........................................................... 89 Lampiran 16. Gambar Hasil Uji Iritasi ............................................................ 90

Lampiran 17. Gambar Alat Uji ........................................................................ 91

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Penggunaan bahan yang berasal dari alam sebagai obat bukan hal yang

baru. Sejak dahulu manusia mencoba mengobati penyakit yang dideritanya

dengan menggunakan bahan alam. Pada saat ini banyak orang telah kembali pada

pengobatan tradisional dengan menggunakan tanaman obat, baik untuk mengobati

atau menjaga kesehatan. Trend gaya hidup yang mengarah kembali ke alam (back

to nature) membuktikan bahwa hal-hal yang alami bukanlah yang ketinggalan

jaman atau kampungan. Dalam dunia kedokteran banyak yang kembali

mempelajari obat-obat tradisional, tanaman obat ditelaah dan dipelajari secara

ilmiah. Hasilnya mendukung bahwa tanaman obat memang memiliki kandungan

zat-zat atau senyawa yang secara klinis terbukti bermanfaat bagi kesehatan.

Indonesia merupakan negara yang terkenal dengan keanekaragaman tanaman

terutama hasil pertanian dan rempah-rempah. Hal ini didukung oleh keadaan

geografis Indonesia yang beriklim tropis dengan curah hujan rata-rata tinggi

sepanjang tahun. (Muhlisah, 2004).

Beberapa tanaman dari marga Citrus suku Rutaceae seperti C. Limau, dan

C.Reticulo telah dimanfaatkan sebagai aromaterapi dengan efek antiseptik dan

meringankan stress atau relaksasi (Keville,1999). Beberapa penelitian yang telah

dilakukan terhadap tumbuhan Citrus diantaranya adalah efek apoptosis pada cell

line A549 kanker paru-paru dari nobeletinnya (Luo et al.,2008). Penelitian efek

pencegahan 8 tanaman Citrus terhadap bahaya kanker lambung (Bae et al.,2008),

juga penelitian mengenai efek ekstrak C. aurantium terhadap peningkatan anti

oksidan dan penurunan kerusakan pada hepar (Jiao et al., 2007). Di Indonesia

banyak terdapat tanaman Citrus yang lain, salah satunya adalah C. Amblycarpa

(Hassk) Ochse (jeruk limau). Menurut Agusta (2000), kulit buah jeruk limau segar

mengandung minyak atsiri yang komponen penyusunnya terdiri dari α-pinena, β-

pinena, β-mirsena, linalool, limonena, mirsenol, kamfena hidrat, dan α-terpineol.

Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Sri Mulyani (2009) tentang

Analisis GC-MS dan daya anti bakteri minyak atsiri Citrus amblycarpa (Hassk)

Ochse menyatakan bahwa minyak atsiri daun jeruk limau lebih aktif terhadap

Staphylococcus aureus dibandingkan dengan kulitnya. Rendemen minyak atsiri

dari daun jeruk limau sebesar 0.47% mampu menghambat pertumbuhan bakteri

S.aureus dengan nilai KBM dan KHM sebesar 0.039% (v/v). Pengujian dari Sri

Mulyani (2009) tentang minyak atsiri daun jeruk limau ini belum dibuat dalam

bentuk sediaan salep, sehingga perlu dikembangkan lagi agar lebih mudah

diaplikasikan dalam kehidupan sehari-hari.

Sediaan yang cocok untuk sediaan topikal adalah salep (Ansel, 1989).

Penggunaan salep dapat memungkinkan kontak dengan tempat aplikasi lebih

lama sehingga pelepasan zat aktif minyak atsiri akan lebih maksimal. Selain itu

sediaan salep juga lebih disukai karena lebih mudah, praktis, menimbulkan rasa

dingin, melindungi daerah yang terluka dari udara luar dan mempermudah

perbaikan kulit, menjadikan kulit lebih lembab atau untuk menghasilkan efek

emolient serta menghantarkan obat pada kulit untuk efek khusus topikal atau

sistemik (Tjay dan Rahardja, 2002).

Pelepasan obat dari bentuk sediaan salep sangat dipengaruhi oleh faktor antara

lain jenis basis salep, kelarutan, karakteristik dari obat, konsentrasi obat dalam

basis, waktu difusi kekentalan dan viskositas (Tjay dan Rahardja, 2002). Basis

dan bahan pembantu salep harus memenuhi persyaratan umum yaitu tidak

tersatukan dengan bahan pembantu lainnya dan juga dengan bahan obat yang

digunakan dalam terapi salep. Basis salep biasanya memiliki daya sebar yang baik

dan menjamin pelepasan bahan obat yang memuaskan (Voigt, 1984).

Berdasarkan uraian di atas, perlu dilakukan penelitian tentang pembuatan

salep minyak atsiri yang dibuat dengan 3 macam basis salep yang berbeda. Salep

minyak atsiri daun jeruk limau (Citrus Amblycarpa (Hassk) Ochse ) dibuat

dengan basis larut air, basis serap dan basis hidrokarbon. Perbedaan basis ini

dilakukan untuk mengetahui apakah ketiga basis tersebut mempunyai stabilitas

fisik yang baik berdasarkan pengujian sifat fisik salep yang dilakukan selama 8

minggu. Basis salep yang paling stabil dalam uji sifat fisik selama 8 minggu

merupakan basis salep yang baik untuk pembuatan salep minyak atsiri daun jeruk

limau (Citrus Amblycarpa (Hassk) Ochse ). Pengujian iritasi salep dilakukan pada

minggu ke 8 untuk mengetahui salep aman digunakan untuk sediaan topikal dan

tidak terjadi iritasi.

1.2. Perumusan Masalah

Permasalahan dalam penelitian ini adalah :

1. Apakah basis yang digunakan dalam salep minyak atsiri mempunyai stabilitas

fisik yang baik?

2. Basis salep manakah yang mempunyai stabilitas fisik paling baik?

1.3. Tujuan Penelitian

1. Mengetahui stabilitas tipe basis yang digunakan dalam salep minyak atsiri

daun jeruk limau.

2. Mengetahui tipe basis salep yang paling baik ditinjau dari hasil uji stabilitas

fisik.

1.4. Manfaat Penelitian

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan bagi Ilmu

Pengetahuan dibidang industri farmasi. Memberikan informasi kepada masyarakat

dalam upaya mengembangkan salep minyak atsiri daun jeruk limau sehingga

dapat memudahkan dalam penggunaan tanpa mengurangi keamanan, khasiat dan

mutu daun jeruk limau sebagai tanaman obat tradisional.

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Jeruk Limau

2.1.1. Sistematika Tanaman

Kedudukan jeruk limau dalam sistematika tumbuhan adalah sebagai

berikut:

Gambar 1. Tanaman jeruk limau

Divisi : Magnoliophyta

Sub divisi : Spermatophyta

Kelas : Magnoliopsida

Ordo : Sapindales

Famili : Rutaceae

Genus : Citrus

Spesies : Citrus amblycarpa (Hassk.) Ochse

(Backer, 1965)

2.1.2. Morfologi Tanaman

Pohon tinggi 3 - 10 m. Ranting berduri, duri pendek berbentuk paku. Tangkai

daun panjang 0.5 sampai 3.5 cm. Helaian daun bulat telur, ellipitis atau

memanjang, dengan ujung tumpul atau meruncing tumpul, kerapkali melekuk

kedalam lemah, tepi beringgit melekuk kedalam, panjang 2 - 15 cm. Mahkota

bunga putih atau putih kekuningan. Buah bentuk bola atau bentuk bola

bertekanan, diameter 4 - 7.5 cm, kuning kotor, orange atau hijau dengan kuning,

kulit 0.3 – 0.5 cm tebalnya, daging buah kuning muda orange kuning atau

kemerah – merahan, dengan gelembung yang bersatu, satu dengan yang lain

( Backer, 1965).

2.1.3. Kandungan Kimia

Komponen penyusun minyak daun jeruk limau yang dapat diidentifikasi

adalah β-pinena, linalool, sitronelal, sitronelol dan geraniol. Minyak kulit buah

jeruk limau tersusun dari β-pinena, simena, limonena dan sitronelal. Tiga

komponen utama dalam minyak atsiri kulit buah jeruk umumnya adalah limonena,

terpinena, dan linalil asetat, sementara komponen penyusun minyak atsiri daun

adalah linalool, γ-terpinena, dan metil-N-metil antranilat. (Lota et al,2001).

2.2.Minyak atsiri

Minyak atsiri atau sering disebut minyak eteris adalah minyak yang bersifat

mudah menguap, yang terdiri dari campuran zat yang berbeda-beda. Minyak atsiri

banyak digunakan dalam industri sebagai bahan pewangi atau penyedap

(flavoring), terutama oleh bangsa-bangsa yang telah maju dan sudah digunakan

sejak beberapa abada yang lalu. Minyak atsiri juga dapat digunakan dalam bidang

kesehatan. Beberapa minyak atsiri dapat digunakan sebagai antiseptic internal

atau eksternal, sebagai bahan analgesik, hemolitik atau sebagai zat anti zimatik,

sebagai sedative, stimulan untuk obat sakit perut. Minyak atsiri juga digunakan

sebagai bahan parfum dan ada beberapa jenis minyak atsiri lainnya yang

digunakan sebagai obat cacing (Agusta, 2000). Minyak atsiri secara umum

banyak digunakan untuk wangi-wangian, pemberi aroma pada makanan

minuman, juga dipakai didalam dunia pengobatan sebagai antiseptik, antimikroba,

dan antifungi (Guenther, 1987).

Umumnya minyak atsiri terdiri dari campuran senyawa yang kompleks.

Minyak atsiri dari simplisia biasanya terdiri dari alkohol, hidrokarbon, aldehid,

fenol, keton,eter, fenolik, dan lain-lain. Sebagian minyak atsiri terdiri dari terpen-

terpen yang merupakan turunan hidrokarbon. Minyak atsiri tersebut mudah

menguap pada suhu kamar tanpa mengalami dekomposisi atau peruraian,

mempunyai rasa getir, umumnya larut dalam pelarut organik dan atau larut dalam

pelarut air . Menurut biosintesisnya komponen minyak atsiri dapat digolongkan

menjadi 4 golongan, yaitu:

a. Terpen, yang ada hubungan dengan isoprene atau isopentena.

Terpen secara lebih luas meliputi senyawa yang mempunyai rumus bangun

dengan unit kimia sederhana (C5H8) dan secara lebih terbatas meliputi senyawa

dengan jumlah atom C10 yang diturunkan dari C10H16 Anggota dari C10

tersebut disebut monoterpene dapat disusun dari dua rantai isopentene jika tiga

unit isopentene terdapat dalam satu molekul persenyawaan tersebut disebut

sesquiterpen. Senyawa terpena dibangun dari unit isoprene yang aktif yang

disebut isopentil pirofosfat yang dibentuk dari asam asetat melalui jalur asam

mevalonat. Biosentesis senyawa terpen dapat dilihat pada gambar di bawah ini.

Gambar 2. Biosintesis senyawa terpen

b. Persenyawaan berantai lurus, tidak mengandung rantai cabang.

Kelompok kedua ini hanya mengandung hidrokarbon rantai lurus dan

turunannya yang mengandung oksigen yaitu : alkohol, aldehid, keton, asam, ester

dan eter. Dalam kelompok ini juga termasuk asam-asam lemak bebas ataupun

diesterifikasi dengan alkohol yang mempunyai panjang rantai dan derajat

kejenuhan berbeda.

c. Turunan Benzen

Kelompok ketiga dari komponen minyak atsiri meliputi zat pemberi rasa dan

minyak parfum yang merupakan turunan benzen atau lebih spesifik lagi n-propil

benzene.

d. Bermacam-macam persenyawaan lainnya, missal metal sinamat (Guenther,

1987).

2.2.1.Metode Penyulingan

Penyulingan adalah proses pemisahan komponen yang berupa cairan atau

padatan dari 2 macam campuran atau lebih, berdasarkan perbedaan titik uapnya

dan proses ini dilakukan terhadap minyak atsiri yang tidak larut dalam air. Jumlah

minyak yang menguap bersama-sama dengan uap air ditentukan oleh 3 faktor

yaitu besarnya tekanan uap yang digunakan, berat molekul masing-masing

komponen dalam minyak dan kecepatan minyak yang keluar dari bahan yang

mengandung minyak (Guenther,1987). Minyak atsiri dapat diperoleh dengan dua

cara yaitu destilasi dan ekstraksi.

2.2.2. Metode penyulingan dengan cara destilasi

Metode penyulingan atau destilasi ada tiga macam :

I) Penyulingan dengan air (water destilation)

Pada penyulingan dalam air, bahan kontak langsung dengan air mendidih, air

dipanaskan dengan metode pemanasan biasanya dilakukan pemanasan langsung,

mantel uap pipa melingkar tertutup atau pipa uap terlingkar terbuka atau

berlubang.

2) Penyulingan dengan uap air (water and steam destilation)

Dengan penyulingan ini bahan diletakkan di atas atau saringan berlubang,

katel suling diisi dengan air permukaan air berada tidak jauh dibawah saringan, air

dipanaskan dengan berbagai cara yaitu dengan uap jenuh basah dan bertekanan

rendah.

3) Penyulingan dengan uap langsung (steam destilation)

Penyulingan ini, air tidak diisikan dengan katel, uap yang digunakan adalah

uap jenuh atau uap yang sangat panas pada tekanan lebih dari 1 atm. Uap dialiri

melalui pipa uap melingkar yang berpori yang terletak dibawah bahan, dan uap

bergerak keatas melalui bahan yang terletak diatas jaringan (Agusta, 2000).

Pada dasarnya tidak ada perbedaan yang menyolok pada ketiga alat

penyulingan tersebut. Namun demikian pemilihan tergantung pada cara yang

digunakan, karena reaksi tertentu dapat terjadi selama penyulingan

(Sastrohamidjojo, 2004).

Pada waktu penyimpanan, minyak atsiri harus dipisahkan dari benda-benda

asing seperti logam, dijernihkan dan dibebaskan dari air terlebih dahulu, karena

air merupakan salah satu faktor yang paling berpengaruh terhadaap kerusakan

minyak atsiri. Minyak atsiri juga ditempatkan dalam wadah tertutup rapat dan

berwarna gelap. Minyak atsiri dapat didehidrasi dengan menambahkan natrium

sulfat anhydrous, lalu dikocok, kemudian didiamkan dan disaring (Guenther,

1987).

Fungsi pemisahan minyak atsiri adalah memisahkan secara sempurna minyak

atsiri dan air yang terkondensasi/terembunkan karena kuantitas/volume air yang

terembunkan biasanya selalu lebih banyak daripada minyak atsiri yang dihasilkan.

Minyak atsiri yang mudah menguap dengan air akan terpisah dengan sendirinya

karena minyak atsiri tidak mau larut dalam air karena berbeda berat jenisnya.

Kedua cairan tersebut membentuk dua lapisan yang terpisah biasanya minyak

atsiri lebih ringan, mengambang diatas air (Sastrohamidjojo, 2004).

2.2.3. Metode penyulingan dengan cara ekstraksi

Cara ekstraksi dapat dibedakan menjadi tiga jenis, yaitu ekstraksi dengan

pelarut menguap, ekstraksi dengan lemak dingin, dan ekstraksi dengan lemak

panas. Ekstraksi minyak atsiri secara komersial umumnya dilakukan dengan

pelarut menguap (solvent extraction).

Prinsip metode ekstraksi dengan pelarut menguap adalah melarutkan minyak

atsiri di dalam bahan pelarut organik yang mudah menguap. Pelarut yang dapat

digunakan di antaranya alkohol, heksana, benzena, dan toluena. Selain itu, dapat

juga menggunakan pelarut non-polar seperti metanol, etanol, kloroform, aseton,

petroleum eter, dan etilasetat dengan kadar 96%.

Alat yang digunakan dalam metode ini adalah ekstraktor yang terdiri dari

tabung ekstraktor berputar dan tabung evaporator (penguap). Tabung ekstraktor

dan evaporator ini dilengkapi dengan penunjuk tekanan dan suhu. Di dalam

ekstraktor berputar terdapat saluran masuk pelarut organik dan pompanya.

Sementara itu, saluran masuk evaporator dibuat tertutup agar pelarut tidak mudah

menguap. Berikut tahapan pembuatan minyak dengan metode ekstraksi dengan

pelarut (Syahbana, 2010).

2.4. Salep

2.4.1. Pengertian dan fungsi salep

Salep merupakan sediaan semi padat yang mudah dioleskan dan digunakan

sebagai obat luar. Bahan obatnya harus larut atau terdispersi homogen dalam salep

yang cocok (Anonim, 1979).

Pada umumnya salep ditujukan untuk pengobatan lokal, walaupun salep dapat

pula dipergunakan untuk sistemik dengan bentuk salep atau bentuk yang

berangkat dari sediaan salep yaitu plester. Dalam sediaan salep komposisi basis

merupakan hal yang penting karena akan mempengaruhi kecepatan pelepasan obat

dari basisnya secara langsung akan mempengaruhi khasiat dari obat yang

dikandungnya, karena untuk dapat berkhasiat obat harus terlepas dahulu dari basis

salepnya. Kecepatan pelepasan ini dipengaruhi oleh faktor kimia fisika baik dari

basis maupun dari bahan obatnya, misalnya konsentrasi obat, kelarutan obat

dalam basis, viskositas massa salep, ukuran partikel bahan obat, formulasi dan

lain-lain. Salep bisa digunakan sebagai pelindung, pelunak kulit dan sebagai

vehiculum (pembawa). Salep yang baik seharusnya stabil dalam penyimpanan,

lunak, mudah dipakai, protektif, basis yang cocok dan homogen. Pelepasan obat

dari basis salep secara invitro dapat digambarkan dengan kecepatan pelarutan obat

yang dikandungnya dalam medium tertentu. Ini disebabkan karena kecepatan

pelarutan (mass transfer) merupakan langkah yang menentukan dalam proses

berikutnya. Faktor yang mempengaruhi pelepasan obat dari basis yaitu kelarutan

obat dalam basis, konsentrasi obat, koefisien obat dalam basis medium pelepasan

(Anief, 2000).

Salep terdiri dari basis salep yang berupa sistem sederhana atau dari komposisi

yang lebih kompleks bermasssa bahan aktif atau kombinasi atau bahan aktif

(Voigt, 1984). Basis salep merupakan pembawa dalam penyiapan salep menjadi

obat (Ansel, 1989). Maka sebaiknya basis salep memiliki daya sebar yang baik

dan dapat menjamin pelepasan bahan obat pada daerah yang diobati, dan tidak

menimbulkan rasa panas, juga tidak ada hambatan pada pernafasan kulit (Voigt,

1984).

Formulasi salep yang ideal harus bersifat antara lain tidak toksik, tidak

mengiritasi, tidak menyebabkan alergi, tidak meninggalkan bekas, dan tidak

melukai. Salep dapat berfungsi sebagai:

I) Sebagai bahan pembawa substansi obat untuk kulit.

2) Sebagai pelumas pada kulit

3) Sebagai pelindung kulit untuk mencegah kontak permukaan kulit dengan

rangsang kulit.

Beberapa syarat yang harus dipenuhi oleh sediaan salep diantaranya:

1. Stabil secara fisik maupun kimiawi, lunak karena digunakan untuk kulit

yang teriritasi, inflamasi, dan eskariasi.

2. Mudah dipakai yang diharapkan tidak terlalu keras dan tidak terlalu encer,

sehingga mudah diambil dan enak dipakai.

3. Terdispersi merata karena homogenitas merupakan syarat pokok yang

harus dipenuhi oleh sediaan terutama untuk obat yang mempunyai dosis

maksimal.

4. Bahan aktif yang harus terdistribusi merata dalam basis salep sehingga di

setiap bagian dari salep mengandung sejumlah zat aktif yang sama.

5. Basis yang dipakai kondisi fisika dan kimianya harus sesuai dengan bahan

obat dan tidak mempengaruhi kerja dari bahan obatnya.

6. Basis salep tidak merusak atau menghambat efek terapi dari bahan obat

serta jangan menimbulkan kerja sampingan dan dipilih basis yang mampu

melepaskan obat pada daerah yang diinginkan (Ansel, 1989).

2.4.2. Pengolongan dasar salep

Pada metode peleburan, semua atau beberapa komponen dari salep

berdasarkan komposisinya, dasar salep dapat digolongkan sebagai berikut :

I) Dasar salep berminyak (hidrokarbon)

Dasar salep hidrokarbon (minyak) bebas air, perparat yang berair mungkin

dapat dicampurkan hanya dalam jumlah sedikit. Bila lebih akan sukar larut. Dasar

salep minyak dapat dipakai terutama untuk efek emolien. Dasar salep tersebut

bertahan pada kulit untuk waktu yang lama dan tidak memungkinkan hilangnya

lembab ke udara serta sukar dicuci dengan air. Dasar salep berminyak terdiri dari

minyak hidrofob seperti; vaselin, paraffin cair, minyak tumbuh-tumbuhan dan

silicon. Basis hidrokarbon bersifat melunakkan lapisan kulit (emollient) karena

meninggalkan lapisan dipermukaan kulit sehingga akan meningkatkan hidratasi

kulit dengan menghambat penguapan air pada lapisan kulit. Akibat hidratasi

lapisan kulit mungkin akan meningkatkan aktivitas obat, tetapi basis hidrokarbon

kurang nyaman karena berlemak dan kotor.

2) Dasar salep absorbsi

Dasar salep absorbsi dapat menjadi dua tipe : (1) yang memungkinkan

percampuran larutan berair, hasil dari pembentukan emulsi air dan minyak

(misalnya Petrolatum Hidrofilik dan Lanolin Anhidra); dan (2) yang sudah

menjadi emulsi air minyak (dasar emulsi), memungkinkan bercampurnya sedikit

penambahan jumlah larutan berair (misalnya Lanolin dan Cold Cream ). Dasar

salep ini berguna sebagai emolien walaupun tidak menyediakan derajat penutup

seperti yang dihasilkan dasar salep berlemak. Dasar salep absorbsi sukar

dihilangkan dengan air. Dasar salep ini dalam farmasi untuk pencampuran larutan

berair ke dalam larutan berlemak. Misalnya larutan berair mula-mula dapat

diabsorbsi ke dalam dasar salep absorbi, kemudian campuran ini dengan mudah

dicampurkan ke dalam dasar salep berlemak.

3) Dasar salep tercuci oleh air

Dasar salep ini mudah dibersihkan dengan air, merupakan emulsi minyak

dalam air yang dapat tercuci dari kulit dan pakaian dengan air. Atas dasar ini

bahan tersebut sering dikatakan sebagai bahan dasar salep “tercuci air”. Dasar

salep ini nampaknya seperti krim dapat diencerkan dengan air atau larutan berair.

4) Dasar salep larut air

Dasar salep yang larut dalam air biasanya disebut greaseless karena tidak

mengandung bahan berlemak. Dasar salep ini sangat mudah melunak dengan

penambahan air ,maka larutan air tidak efektif dicampurkan ke dalam dasar salep

ini. Nampaknya dasar salep ini lebih baik digunakan untuk dicampurkan dengan

bahan tidak berair atau bahan padat (Ansel, 1989).

2.4.3. Faktor-faktor Pelepasan Obat dari Salep

Pelepasan dari bentuk-bentuk sediaan dan kemudian absorbsi dalam tubuh

dikontrol oleh sifat fisika kimia dari obat dan bentuk yang diberikan, serta sifat-

sifat kimia dan fisiologi dari sistem biologi (Susanti, 2007). Faktor-faktor yang

dapat memenuhi pelepasan obat dari salep pada dasarnya sama dengan faktor-

faktor absorbsi pada saluran cerna dengan laju difusi yang sangat tergantung pada

sifat fisika kimia obat (Ansel, 1989).

Faktor-faktor yang mempengaruhi pelepasan obat tersebut diantaranya :

a) Kelarutan dari bahan obat (afinitas obat) terhadap bahan pembawa

Obat yang sangat larut dalam bahan pembawa pada umumnya mempunyai

afnitas kuat terhadap bahan pembawa dapat menunjukkan bahwa koefisien

aktifitasnya rendah, sehingga pelepasan obat dari bahan pembawanya menjadi

lambat demikian sebaliknya (Voigt, 1984).

Pelepasan zat aktif dari basis salep dapat tercapai lebih baik lagi jika bahan

obat sedikit larut dalam basis tidak membentuk akumulasi panas dan harga PH

fase airnya dapat memungkinkan terbentuknya konsentrasi tinggi zat aktif

terdisosiasi. Bahan obat terlarut biasanya memberikan kuota absorbansi larutan

yang lebih rendah daripada bahan obat yang tersuspensi dalam pembawa (Voigt,

1984).

b) Waktu difusi

Semakin cepat waktu difusi akan semakin besar obat yang dilepas, sebaliknya

obat dilepas akan semakin kecil bila waktu difusi semakin lambat (Voigt, 1984).

c) Jenis basis salep

Basis salep yang satu mempunyai sifat yang berbeda dengan jenis basis salep

lainnya, misalnya pH, polaritas, viskositas dan sebagainya, sehingga pemilihan

basis sangat penting karena kesesuaian basis salep sangat berpengaruh pada

proses pelepasannya. Jenis basis salep dengan viskositas tinggi menyebabkan

koefisien difusi obat dalam basis rendah sehingga pelepasan obat akan menjadi

kecil.

Formulasi salep untuk dapat memberikan efek penyembuhan, maka obatnya

harus lepas dari basis salep kemudian berpenetrasi ke dalam kulit mempunyai

afinitas rendah terhadap bahan pembawa akan menunjukkan koefisien yang

tinggi, sehingga pelepasan obat dari bahan pembawa akan tinggi (Lachman,

1994).

2.4.4. Pembuatan Salep

Salep dibuat dengan dua metode umum : campuran dan pelelehan. Metode

untuk pembuatan tertentu terutama tergantung pada sifat-sifat bahannya.

I) Pencampuran

Dalam metode pencampuran, komponen dari dasar salep dicampur dengan

segala cara sampai sediaan yang rata tercapai.

2) Peleburan

Dicampurkan dengan melebur bersama-sama dan didinginkan dengan

pengadukan yang konstan sampai mengental. Komponen-komponen yang tidak

dicairkan biasanya ditambahkan pada cairan yang sedang mengental setelah

didinginkan. Bahan yang mudah menguap ditambahkan terakhir bila temperatur

dari campuran telah cukup rendah tidak menyebabkan penguraian atau penguapan

dari komponen (Ansel, 1989).

2.5. Kerangka Pemikiran

Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Sri Mulyani (2009) tentang

Analisis GC-MS dan daya anti bakteri minyak atsiri Citrus amblycarpa (Hassk)

Ochse menyatakan bahwa minyak atsiri daun jeruk limau lebih aktif terhadap

S.aureus dibandingkan dengan kulitnya. Rendemen minyak atsiri dari daun jeruk

limau sebesar 0.47% mampu menghambat pertumbuhan bakteri S.aureus dengan

nilai KBM dan KHM sebesar 0.039% (v/v). Pengujian dari Sri Mulyani (2009)

tentang minyak atsiri daun jeruk limau ini belum dibuat dalam bentuk sediaan

salep, sehingga perlu dikembangkan lagi agar lebih mudah diaplikasikan dalam

kehidupan sehari-hari.

Pada penelitian ini dibuat sediaan salep minyak atsiri daun jeruk limau dengan

menggunakan berbagai macam tipe basis salep yaitu basis salep larut air, basis

salep serap dan basis salep hidrokarbon. Perbedaan tipe basis salep dimaksudkan

untuk mencari tahu apakah ketiga tipe basis salep yang digunakan mempunyai

stabilitas fisik yang baik untuk salep minyak atsiri daun jeruk limau dan basis

yang mempunyai stabilitas paling baik.

Masing-masing formula salep dilakukan uji homogenitas, uji viskositas, uji

organoleptis, uji pH, uji daya sebar, uji daya lekat dan uji iritasi. Setelah dilakukan

uji-uji diatas kita dapat menentukan tipe basis mana yang paling baik dan stabil

untuk pembuatan salep minyak atsiri daun jeruk limau.

2.6. Hipotesis

1. Tipe basis salep yang digunakan dalam salep minyak atsiri daun jeruk

limau yaitu tipe basis larut air, serap dan hidrokarbon diduga mempunyai

stabilitas fisik yang baik.

2. Tipe basis salep yang diduga paling baik untuk salep minyak atsiri daun

jeruk limau (Citrus amblycarpa (hassk) ochse) adalah kombinasi basis

larut air PEG 400 dan PEG 4000 dengan persentase 70:30.

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

3.1. Rancangan Penelitian

Penelitian ini merupakan penelitian eksperimental dengan menggunakan

metode Pre Test Post Test Control. Dalam metode terdapat kelompok kontrol

yang dipakai sebagai perbandingan terhadap kelompok yang diberi perlakuan

eksperimental.

3.2. Tempat dan Waktu Penelitian

3.2.1. Tempat Penelitian

Penelitian ini dilakukan di dua laboratorium. Untuk penyulingan minyak atsiri

dilakukan di laboratorium Universitas Setia Budi sedangkan untuk pembuatan dan

uji sifat fisik salep dilakukan di laboratorium Farmasetika Universitas Sebelas

Maret.

3.2.2. Waktu Penelitian

Penelitian akan dilaksanakan pada pertengahan bulan Mei sampai

pertengahan bulan Juli.

3.3. Variabel Penelitian

3.3.1. Identifikasi variabel penelitian

Basis salep larut air, basis salep serap dan basis salep hidrokarbon dibuat

sediaan salep dan diuji sifat fisik salep meliputi uji homogenitas, uji viskositas,

uji organoleptis, uji pH, uji daya sebar, uji daya lekat dan uji iritasi.

3.3.2. Klasifikasi Variabel Utama

Variabel bebas dalam penelitian ini adalah perbedaan tipe basis salep dalam

salep minyak atsiri daun jeruk limau (Citrus amblycarpa (Hassk) ochse) yaitu

basis larut air, basis serap dan basis hidrokarbon.

Variabel tergantung dalam penelitian ini adalah mutu fisik salep meliputi

organoleptis, homogenitas, daya sebar, daya lengket, daya sebar, pH dan iritasi.

Variabel terkendali dalam penelitian ini adalah proses pembuatan salep

minyak atsiri daun jeruk limau (Citrus amblycarpa (Hassk) ochse).

3.4. Bahan dan Alat

3.4.1. Bahan

Bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah:

a) Daun jeruk limau segar 2 kg yang diambil dari tanaman berumur 6 bulan,

dari daerah ceper, Klaten.

b) Vaselin album

c) Parafin encer

d) Basis salep berupa lanolin ( adeps lanae dan aquadest; 75:25)

e) Basis salep berupa unguentum simplex (cera flava dan minyak wijen;

30:70)

f) Basis salep berupa PEG 400 dan PEG 4000 dengan perbandingan 70:30.

3.4.2. Alat

Alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah:

a) Seperangkat alat destilasi uap air

b) Labu erlemeyer ukuran 1000 ml (pyrex)

c) Corong pisah (pyrex)

d) Gelas ukur 10 ml (pyrex)

e) Timbangan digital (HWH)

f) Kaca arloji

g) Kaca objek

h) Mortir dan stamper

i) Water bath (Termo star)

j) pH meter (Friwo inolab)

k) Alat uji daya sebar salep

l) Viskotester (VT-04 E-RION CO)

m) Anak timbang 10 gr, 20 gr, 50 gr, dan 500 gr.

3.5. Cara Kerja Penelitian

1. Pembuatan Minyak Atsiri Daun Jeruk Limau

Daun jeruk limau segar sebanyak 2 kg yang sudah dicuci bersih dimasukkan

ke dalam dandang alat destilasi uap air seluruhnya . Alat destilasi dirangkai

dengan pendingin (kondensor), kemudian dipanaskan dengan suhu yang sesuai.

Air dialirkan pada kondensor dan dijaga agar air terus mengalir. Temperatur

dijaga sehingga dihasilkan destilat minyak atsiri. Minyak atsiri kemudian

ditambahkan dengan Na2SO4 anhidrat untuk memurnikan minyak atsiri dengan

cara menarik air yang masih bercampur dengan minyak atsiri. Minyak atsiri yang

sudah ditambahkan Na2SO4 anhidrat kemudian disaring sehingga didapat minyak

atsiri murni.

2. Penentuan bobot jenis minyak atsiri daun jeruk limau

Penentuan bobot jenis minyak atsiri dihitung dengan piknometer ukuran 10

ml. Berat piknometer kosong kemudian ditimbang dan dicatat beratnya. Timbang

piknometer yang sudah berisi minyak atsiri daun jeruk limau dicatat beratnya.

Piknometer yang sudah berisi air ditimbang dan dicatat beratnya.

Bobot minyak atsiri dihitung dengan perhitungan sebagai berikut:

Berat pikno kosong : A (gram)

Berat pikno + minyak atsiri : B (gram)

Berat pikno + air : C (gram)

Berat jenis minyak atsiri = B-A = .... gram/ml ................................... (1) C-A 3. Penentuan Indeks Bias Minyak Atsiri Daun Jeruk Limau

Penentuan indeks bias minyak atsiri menggunakan alat refraktometer. Tetesi

refraktometer dengan aquadest, kemudian bersihkan sisa aquadest dengan tisu.

Teteskan minyak atsiri daun jeruk limau pada permukaan kaca prisma pada

refraktometer. Lihat ditempat yang bercahaya dan pada suhu ruangan sekitar 25-

28°C. Akan terlihat berapa nilai indeks bias pada skala dalam refraktometer.

4. Penghitungan Rendemen Minyak Atsiri

Penghitungan rendemen minyak atsiri dihitung dengan % v/b :

Volume minyak atsiri : vol (ml)

Berat jenis minyak atsiri : BJ (gram/ml)

Berat daun segar : M (gram)

% Kadar minyak atsiri = Vol x 100 % .......................................... (2) M 5. Perhitungan Dosis Minyak Atsiri Daun jeruk limau

Minyak atsiri daun jeruk limau aktif pada bakteri Staphylococcus aureus pada

konsentrasi 0.039 % v/v (Mulyani,2009). Hal ini berarti:

0.039 % v/v = 0.039 ml / 100ml = 0.039 ml / 92.8 gram

6. Formulasi Salep

Tabel I. Formulasi salep minyak atsiri daun jeruk limau

No. Bahan Formula I Formula II Formula III

1 Minyak atsiri 0.01 ml 0.01 ml 0.01 ml

2 PEG 400 17.46 gram - -

3 PEG 4000 7.48 gram - -

4 Lanolin - 14.9 gram -

5 Ungt. Simplek - 10.1 gram -

6 Paraffin cair - - 23.6 gram

7 Vaselin album - - 1.3 gram

8 Nipagin 0.025 gram 0.025 gram 0.025 gram

9 Nipasol 0.025 gram 0.025 gram 0.025 gram

Jumlah 25 gram 25 gram 25 gram

7. Pembuatan Salep Minyak Atsiri Daun Jeruk Limau dengan Basis Larut

Air

PEG 4000 dilelehkan diatas waterbath kemudian ditambahkan PEG 400

masukkan dalam mortir panas sekitar suhu 80°C, digerus sampai dingin dan

terbentuk masa salep. Tambahkan minyak atsiri daun jeruk limau aduk sampai

homogen. Masukkan dalam pot salep. Kemudian dilakukan uji sifat fisik salep

yang dilakukan setiap satu minggu sekali selama 2 bulan.

8. Pembuatan Salep Minyak Atsiri Daun Jeruk Limau dengan Basis Serap

Adeps lanae 70 bagian ditambahkan air 30 bagian diaduk sampai homogen.

Cera flava dan minyak wijen dilelehkan bersamaan di atas waterbath, kemudian

ditambahkan dalam lanolin. Minyak atsiri ditambahkan dalam basis dan diaduk

sampai homogen. Masukkan dalam pot salep. Kemudian dilakukan uji sifat fisik

salep yang dilakukan setiap satu minggu sekali selama 2 bulan.

9. Pembuatan Salep Minyak Atsiri Daun Jeruk Limau dengan Basis Salep

Hidrokarbon

Vaselin album dan paraffin cair dilebur diatas waterbath secara bersamaan

sambil diaduk. Kemudian dituang dalam mortir panas sekitar suhu 80°C, digerus

sampai homogen dan tambahkan minyak atsiri. Basis yang sudah dicampurkan

minyak atsiri diaduk sampai homogen. Masukkan dalam pot salep. Kemudian

dilakukan uji sifat fisik salep yang dilakukan setiap satu minggu sekali selama 2

bulan.

10. Pemeriksaan kestabilan fisik

Sediaan salep diamati secara organoleptis untuk mengetahui

homogenitas,warna dan bau setiap minggu selama delapan minggu pada suhu

kamar.

a) Uji Homogenitas

Sediaan diuji homogenitasnya dengan mengoleskan pada sekeping kaca

atau bahan transparan yang cocok. Diamati sediaan salep menunjukan

susunan yang homogen. Cara diatas diulangi masing-masing 3 kali (Anonim,

1974)

b) Uji daya sebar salep

Di timbang 0.5 gram salep, kemudian diletakkan di tengah alat (kaca

bulat). Ditimbang dahulu kaca yang satunya. Kaca di letakkkan diatas massa

salep dan dibiarkan selama 1 menit. Kemudian diukur berapa diameter salep

yang menyebar (dengan mengambil panjang rata-rata diameter dari beberapa

sisi). Ditambahkan 10 gram beban tambahan, diamkan selama 1 menit dan

dicatat diameter salep yang menyebar seperti sebelumnya. Diteruskan dengan

menambah tiap kali dengan beban tambahan 10 gram sampai salep tidak

menyebar dan dicatat diameter salep yang menyebar. Uji ini diulang masing-

masing 3 kali untuk tiap salep yang diperiksa.

c) Uji daya melekat salep

Salep diletakkan secukupnya diatas gelas objek yang telah diketahui

luasnya. Diletakkan gelas objek yang lain diatas salep tersebut. Kemudian

ditekan dengan beban 500 kg selama 5 menit. Dipasang gelas objek pada alat

tes. Kemudian dilepaskan beban seberat 50 gram dan dicatat waktunya hingga

kedua gelas objek ini terlepas. Dilakukan tes untuk formula salep dengan

masing-masing 3 kali percobaan.

d) Uji Viskositas

Uji viskositas salep dilakukan dengan alat viskotester. Viskotester

dipasang pada klemnya dengan arah horizontal atau tegak lurus dengan arah

klem. Rotor kemudian dipasang viskotester dengan menguncinya berlawanan

arah dengan jarum jam. Mangkuk diisi sampel salep yang akan diuji, rotor

ditempatkan tepat berada ditengah-tengah yang berisi salep, kemudian alat

dihidupkan dan ketika rotor mulai berputar jarum penunjuk viskositas secara

otomatis akan bergerak menuju kekanan kemudian setelah stabil, viskositas

dibaca pada skala dari rotor yang digunakan. Cara diatas diulangi masing-

masing 3 kali.

e) Pemeriksaan pH

Sebanyak 0,5 gram sediaan salep dilarutkan dalam 30 ml aquadest.

Diukur nilai pH-nya menggunakan pH meter sampai menunjukkan nilai pH

yang konstan. Pemeriksaan pH dilakukan setiap minggu selama delapan

minggu pada suhu kamar.

f) Uji iritasi

Uji iritasi dilakukan dengan mengoleskan salep ke kulit tangan

sukarelawan. Dibiarkan selama 5 menit. Pengujian keamanan sediaan salep

yang dibuat dilakukan terhadap dua puluh orang sukarelawan dengan uji

tempel terbuka (patch test), yakni : Sejumlah sediaan uji dioleskan pada

punggung tangan kanan sukarelawan dan dibiarkan terbuka selama 5 menit.

Punggung tangan kanan diolesi sediaan basis salep. Selanjutnya perubahan

warna yang terjadi pada punggung tangan kanan masing-masing sukarelawan

diamati. Jika tidak terjadi reaksi (tidak merah dan tidak bengkak) diberi tanda

(-), jika terjadi reaksi (kulit memerah) diberi tanda (+), selanjutnya jika terjadi

pembengkakan diberi tanda (++) . Pada punggung tangan dilihat apakah

tampak adanya iritasi (kemerahan) ada kulit yang dioleskan salep tersebut

dibandingkan dengan kontrol yaitu punggung tangan kiri (Padmadisastra dkk,

2007).

3.6. Teknik Pengumpulan dan Analisis Data

Data yang diperoleh dari uji sifat fisik salep dianalisis secara statistik untuk

mengetahui data terdistribusi secara normal atau tidak menggunakan Kolmogrof-

Smirnov. Hasil data yang diperoleh dilanjutkan dengan analisis ANOVA satu

jalan dan uji tukey.

3.7. Diagram Alir Cara Kerja

Pembuatan Minyak Atsiri Daun Jeruk Limau

Dimasukkan

diperoleh

Gambar 3. Diagram Pembuatan Minyak Atsiri Daun Jeruk Limau

Pembuatan Salep dengan Basis Larut Air

dilebur ditambah

dituang

diaduk ad homogen ditambah

Gambar 4. Diagram Pembuatan Salep dengan Basis Larut Air

Daun segar

Minyak atsiri Alat destilasi uap

PEG 400 Waterbath PEG 4000

Masukkan pot salep Minyak atsiri daun

jeruk limau Mortir panas ± 80°C

Pembuatan Salep dengan Basis Serap

dilebur dituang

ditambah

diaduk ad homogen

ditambah dan di aduk

dimasukkan

Gambar 5. Diagram Pembuatan Salep dengan Basis Serap

Pembuatan Salep dengan Basis Hidrokarbon

dilebur dituang

ditambah

diaduk ad homogen

Gambar 6. Diagram Pembuatan Salep dengan Basis Hidrokarbon

Mortir panas ± 80°C

Unguentum simplex

Water bath

Campuran lanolin dan unguentum simplek

lanolin

Minyak atsiri daun jeruk limau pot salep

Vaselin album dan parafin cair Mortir panas ± 80°C Water bath

Masukkan dalam pot salep

Minyak atsiri daun jeruk limau

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

1. Determinasi Tanaman

Determinasi daun jeruk limau (Citrus amblycarpa (Hassk) ochse) dilakukan di

Laboratorium Morfologi Sistematik Tumbuhan Universitas Setia Budi. Hasil

determinasi daun jeruk limau (Citrus amblycarpa (Hassk) ochse) dapat dilihat

pada lampiran 1.

2. Hasil Penentuan Rendemen Minyak Atsiri

Daun jeruk limau segar sebanyak 2 kg (2.000 gram) didestilasi dengan

destilasi uap air dan didapat minyak atsiri 15 ml. Bobot jenis minyak atsiri daun

jeruk limau didapat 0,928 gram/ml. Hasil perhitungan bobot jenis minyak atsiri

daun jeruk limau dapat dilihat pada lampiran 2. Rendemen minyak atsiri daun

jeruk limau didapat sebesar 0,696 %. Hasil perhitungan rendemen minyak atsiri

daun jeruk limau dapat dilihat pada lampiran 3.

3. Hasil Uji Sifat Fisik Salep Minyak Atsiri Daun jeruk limau

3.1. Homogenitas Salep

Pengujian ini bertujuan untuk mengetahui homogenitas dari formula salep

yang diteliti. Hasil uji homogenitas dari ketiga formula salep dapat dilihat pada

tabel II. Tabel II. Hasil Homogenitas Salep minyak atsiri daun jeruk limau selama 8 minggu

No Formula Hasil Uji 1 Formula I Homogen 2 Formula II Homogen 3 Formula III Homogen

Keterangan : Formula I : Salep minyak atsiri daun jeruk limau dengan basis larut air Formula II : Salep minyak atsiri daun jeruk limau dengan basis absorbsi / serap Formula III : Salep minyak atsiri daun jeruk limau dengan basis hidrokarbon Masing-masing formula direplikasi 3 kali dengan kontrol negatif untuk tiap formula

Hasil pengujian homogenitas masing-masing formula salep saat dioleskan

pada sekeping kaca menunjukkan hasil yang homogen yaitu olesan terlihat rata

dan tidak ada perbedaan warna. Selama waktu delapan minggu, salep disimpan

dalam suhu kamar dan saat diamati salep tetap homogen dan konsistensi

bentuknya tidak mengalami perubahan yaitu tidak ada pemisahan komponen

ataupun ketidakseragaman bentuknya. Hasil pengujian homogenitas ini sesuai

dengan persyaratan Ekstra Farmakope Indonesia 1974 yaitu jika salep dioleskan

pada sekeping kaca atau bahan transparan lain yang cocok harus menunjukkan

susunan yang homogen yang dapat dilihat dengan tidak adanya partikel yang

bergerombol dan menyebar secara merata. Hal ini berarti ketiga tipe basis salep

yang digunakan dalam pembuatan salep minyak atsiri daun jeruk limau

mempunyai homogenitas yang baik.

3.2 Uji Viskositas Salep

Viskositas merupakan tahanan dari suatu cairan untuk mengalir. Semakin

besar tahanan, maka viskositasnya semakin besar. Hasil uji viskositas salep

minyak atsiri daun jeruk limau dapat dilihat pada tabel III.

Tabel III. Hasil Uji Viskositas Selama 8 Minggu

No Formula x ± Sd 1 I 618.96 ± 2.944 2 II 225 ± 8.9078 3 III 311.46 ± 7.635

Keterangan : Formula I : Salep minyak atsiri daun jeruk limau dengan basis larut air Formula II : Salep minyak atsiri daun jeruk limau dengan basis absorbsi / serap Formula III : Salep minyak atsiri daun jeruk limau dengan basis hidrokarbon Masing-masing formula direplikasi 3 kali dengan kontrol negatif untuk tiap formula

Data hasil viskositas ketiga formula tersebut kemudian diuji menggunakan uji

Kolmogorov-Smirnov untuk mengetahui data terdistribusi secara normal atau

tidak. Hasil yang diperoleh dari analisis Kolmogorov-Smirnov menunjukkan

bahwa besarnya signifikan untuk Formula I, Formula II dan Formula III terhadap

kontrolnya yaitu sebesar 0.062, 0.061, dan 0.060 > 0.05 sehingga dapat

disimpulkan data terdistribusi secara normal. Selanjutnya, untuk mengetahui

adanya pengaruh penambahan minyak atsiri daun jeruk limau terhadap viskositas

basis salep yang digunakan maka dilakukan uji ANOVA satu jalan. Hasil

perhitungan analisis anova didapat nilai F hitung untuk Formula I, Formula II dan

Formula III terhadap kontrolnya masing masing sebesar 0.146, 0,131 dan 0.272

dengan nilai signifikans masing-masing 0.931, 0.941 dan 0.704. Nilai F tabel (df

3-28) pada tingkat signifikansi 0,05 adalah 2.95. Nilai F hitung (0.931, 0.941,

0.704) < F tabel (2.95). Artinya tidak ada pengaruh penambahan minyak atsiri

daun jeruk limau terhadap ketiga basis salep yang digunakan. Selanjutnya

dilakukan uji Post Hoc Test yaitu metode Tukey. Dipilih metode tukey karena

sebelumnya data dianalisa dengan ANOVA dimana jika data diuji menggunakan

ANOVA selanjutnya diteruskan dengan uji Post Hoc Test metode Tukey. Salah

satu fungsi uji Post Hoc Test adalah mengetahui lebih lanjut perbedaan yang

terjadi antar kelompok variabel. Dari hasil analisis menunjukkan tidak ada

perbedaan yang signifikan antar kelompok variabel. Tidak adanya tanda bintang

(*) pada mean difference menunjukkan tidak adanya perbedaan yang signifikan

antara kontrol dan formula. Dapat disimpulkan tidak ada pengaruh penambahan

minyak atsiri daun jeruk limau terhadap viskositas ketiga basis salep yang

digunakan. Hasil analisa statistik pengujian viskositas dapat dilihat pada lampiran

11.

3.3. Uji Organoleptis Salep

Pengujian organoleptis salep minyak atsiri daun jeruk limau meliputi bentuk

warna dan bau. Hasil uji organoleptis dapat dilihat pada tabel IV.

Tabel IV. Hasil Uji Organoleptis Selama 8 Minggu

Uji Formula I Formula II Formula III Warna putih Agak kekuningan putih

Bau Khas minyak atsiri Khas minyak atsiri Khas minyak atsiri Bentuk Konsistensi salep Konsistensi salep Konsistensi salep

Keterangan : Formula I : Salep minyak atsiri daun jeruk limau dengan basis larut air Formula II : Salep minyak atsiri daun jeruk limau dengan basis absorbsi / serap Formula III : Salep minyak atsiri daun jeruk limau dengan basis hidrokarbon

Masing-masing formula direplikasi 3 kali dengan kontrol negatif untuk tiap formula Hasil pengujian menunjukkan kestabilan warna, bau dan bentuk yang tidak

mengalami perubahan selama 8 minggu. Dari hasil yang didapat, sediaan salep

dengan basis larut air, adsorbsi dan hidrokarbon dapat dikatakan memiliki

kestabilan yang cukup baik.

3.4 Uji pH

Pemeriksaan pH adalah salah satu bagian dari kriteria pemeriksaan sifat kimia

dalam memprediksi kestabilan sediaan salep. Hasil pengamatan uji pH selama 8

minggu dapat dilihat pada tabel V.

Tabel V. Hasil Uji pH Salep Selama 8 Minggu

No Formula x ± Sd 1 I 7.26 ± 0.0185 2 II 6.64 ± 0.0383 3 III 6.29 ± 0.0372

Keterangan : Formula I : Salep minyak atsiri daun jeruk limau dengan basis larut air Formula II : Salep minyak atsiri daun jeruk limau dengan basis absorbsi / serap Formula III : Salep minyak atsiri daun jeruk limau dengan basis hidrokarbon

Masing-masing formula direplikasi 3 kali dengan kontrol negatif untuk tiap formula

Dari tabel 4 diatas dapat dlihat tidak terjadi penurunan pH yang signifikan dari

minggu ke minggu untuk masing-masing formula salep. Besarnya nilai pH telah

memenuhi persyaratan nilai pH basis salep yang baik yaitu antara 5,5 hingga 7

(Troy et al, 2005). Penurunan yang terjadi karena ketidakstabilan suhu dan kondisi

penyimpanan pada waktu pengamatan.

Uji pH penting dilakukan untuk mengetahui stabilitas pH salep dan pH harus

sesuai dengan pH kulit supaya tidak terjadi iritasi pada kulit. Kestabilan pH harus

stabil dari minggu ke minggu agar salep aman digunakan pada kulit.

Data hasil pH ketiga formula tersebut kemudian diuji menggunakan uji

Kolmogorov-Smirnov untuk mengetahui data terdistribusi secara normal atau

tidak. Hasil yang diperoleh dari analisis Kolmogorov-Smirnov menunjukkan

bahwa besarnya signifikan untuk Formula I, Formula II dan Formula III terhadap

kontrolnya yaitu sebesar 0.061, 0.152, dan 0.053 > 0.05 sehingga dapat

disimpulkan data terdistribusi secara normal. Selanjutnya, untuk mengetahui

adanya pengaruh penambahan minyak atsiri daun jeruk limau terhadap pH basis

salep yang digunakan maka dilakukan uji ANOVA satu jalan. Hasil perhitungan

analisis anova didapat nilai F hitung untuk Formula I, Formula II dan Formula III

terhadap kontrolnya masing masing sebesar 0.301, 0,506 dan 0.196 dengan nilai

signifikans masing-masing 0.824, 0.681 dan 0.898. Nilai F tabel (df 3-28) pada

tingkat signifikansi 0,05 adalah 2.95. Nilai F hitung (0.301, 0.506, 0,196) < F

tabel (2.95). Artinya tidak ada pengaruh penambahan minyak atsiri daun jeruk

limau terhadap ketiga basis salep yang digunakan. Selanjutnya dilakukan uji Post

Hoc Test yaitu metode Tukey. Dipilih metode tukey karena sebelumnya data

dianalisa dengan ANOVA dimana jika data diuji menggunakan ANOVA

selanjutnya diteruskan dengan uji Post Hoc Test metode Tukey. Salah satu fungsi

uji Post Hoc Test adalah untuk mengetahui lebih lanjut perbedaan yang terjadi

antar kelompok variabel. Dari hasil analisis menunjukkan tidak ada perbedaan

yang signifikan antar kelompok variabel. Tidak adanya tanda bintang (*) pada

mean difference menunjukkan tidak adanya perbedaan yang signifikan antara

kontrol dan formula. Dapat disimpulkan tidak ada pengaruh penambahan minyak

atsiri daun jeruk limau terhadap pH ketiga basis salep yang digunakan. Hasil

analisa statistik pengujian pH dapat dilihat pada lampiran 12.

3.5 Daya Sebar Salep

Daya sebar salep dapat didefinisikan sebagai kemampuan menyebarnya salep

pada permukaan kulit yang akan diobati. Suatu sediaan salep diharapkan mampu

menyebar dengan mudah ditempat pemberian, tanpa menggunakan tekanan yang

berarti. Semakin mudah dioleskan maka luas permukaan kontak obat dengan kulit

semakin besar, sehingga absorbsi obat ditempat pemberian semakin optimal.

Daya menyebar berhubungan dengan viskositas, semakin besar viskositas

salep maka daya penyebarannya menjadi semakin kecil. Permukaan penyebaran

yang dihasilkan dengan peningkatan beban yang ditambahkan merupakan

karakterisktik daya sebar salep. Luas penyebaran berbanding lurus dengan

kenaikan beban yang ditambahkan, semakin besar beban yang ditambahkan maka

luas penyebarannya semakin lama.

Hasil uji daya sebar salep minyak atsiri daun jeruk limau dapat dilihat pada

tabel VI.

Tabel VI. Hasil Daya Sebar Salep Selama 8 Minggu

No Formula x ± Sd 1 I 2,44 ± 0,0259 2 II 5.56 ± 0,0988 3 III 4.28 ± 0,0309

Keterangan : Formula I : Salep minyak atsiri daun jeruk limau dengan basis larut air Formula II : Salep minyak atsiri daun jeruk limau dengan basis absorbsi / serap Formula III : Salep minyak atsiri daun jeruk limau dengan basis hidrokarbon

Masing-masing formula direplikasi 3 kali dengan kontrol negatif untuk tiap formula

Hasil pengujian menunjukkan bahwa luas penyebaran pada formula II

memberikan hasil penyebaran yang paling besar, karena formula II memiliki

viskositas yang paling rendah. Formula I memiliki daya sebar paling kecil karena

formula I memiliki viskositas yang paling besar.

Data hasil penyebaran ketiga formula tersebut kemudian diuji menggunakan

uji Kolmogorov-Smirnov untuk mengetahui data terdistribusi secara normal atau

tidak. Hasil yang diperoleh dari analisis Kolmogorov-Smirnov menunjukkan

bahwa besarnya signifikan untuk Formula I, Formula II dan Formula III terhadap

kontrolnya yaitu sebesar 0.052, 0.135, dan 0.052 > 0.05 sehingga dapat

disimpulkan data terdistribusi secara normal. Selanjutnya, untuk mengetahui

adanya pengaruh penambahan minyak atsiri daun jeruk limau terhadap diameter

penyebaran basis salep yang digunakan maka dilakukan uji ANOVA satu jalan.

Hasil perhitungan analisis anova didapat nilai F hitung untuk Formula I, Formula

II dan Formula III terhadap kontrolnya masing masing sebesar 0.467, 1.031 dan

0.246 dengan nilai signifikansi masing-masing 0.708, 0.394 dan 0.864. Nilai F

tabel (df 3-28) pada tingkat signifikansi 0,05 adalah 2.95. Nilai F hitung (0.467,

1.031, 0.246) < F tabel (2.95). Artinya tidak ada pengaruh penambahan minyak

atsiri daun jeruk limau terhadap diameter penyebaran ketiga basis salep yang

digunakan. Selanjutnya dilakukan uji Post Hoc Test yaitu metode Tukey. Dipilih

metode tukey karena sebelumnya data dianalisa dengan ANOVA dimana jika data

diuji menggunakan ANOVA selanjutnya diteruskan dengan uji Post Hoc Test

metode Tukey. Salah satu fungsi uji Post Hoc Test adalah untuk mengetahui lebih

lanjut perbedaan yang terjadi antar kelompok variabel. Dari hasil analisis

menunjukkan tidak ada perbedaan yang signifikan antar kelompok variabel.

Tidak adanya tanda bintang (*) pada mean difference menunjukkan tidak adanya

perbedaan yang signifikan antara kontrol dan formula. Dapat disimpulkan tidak

ada pengaruh penambahan minyak atsiri daun jeruk limau terhadap diameter

penyebaran ketiga basis salep yang digunakan. Hasil analisa statistik pengujian

pH dapat dilihat pada lampiran 13.

3.6 Daya Lekat Salep

Pengujian daya lekat salep dilakukan untuk mengetahui kemampuan salep

untuk menempel pada permukaan kulit. Semakin besar daya lekat salep maka

absorbsi obat akan semakin besar karena ikatan yang terjadi antara salep dengan

kulit semakin lama, sehingga basis dapat melepaskan obat lebih optimal. Hasil uji

daya lekat salep minyak atsiri daun jeruk limau dapat dilihat pada tabel VII.

Tabel VII. Hasil Daya Lekat Selama 8 Minggu

No Formula x ± Sd 1 I 6.26 ± 0,0185 2 II 1.73 ± 0,0709 3 III 3.42 ± 0,0555

Keterangan : Formula I : Salep minyak atsiri daun jeruk limau dengan basis larut air Formula II : Salep minyak atsiri daun jeruk limau dengan basis absorbsi / serap Formula III : Salep minyak atsiri daun jeruk limau dengan basis hidrokarbon

Masing-masing formula direplikasi 3 kali dengan kontrol negatif untuk tiap formula

Pada data pengamatan menunjukkan formula I memiliki daya lekat yang

paling lama dibanding formula yang lainnya. Hal ini dikarenakan formula I juga

memiliki viskositas yang besar, sehingga kemampuan melekatnya pada kulit juga

semakin lama. Formula II memiliki daya melekat yang paling kecil. Hal ini

dikarenakan formula I memiliki viskositas yang paling rendah.

Data hasil daya lekat ketiga formula tersebut kemudian diuji menggunakan uji

Kolmogorov-Smirnov untuk mengetahui data terdistribusi secara normal atau

tidak. Hasil yang diperoleh dari analisis Kolmogorov-Smirnov menunjukkan

bahwa besarnya signifikan untuk Formula I, Formula II dan Formula III terhadap

kontrolnya yaitu sebesar 0.060, 1.175, dan 0.058 > 0.05 sehingga dapat

disimpulkan data terdistribusi secara normal. Selanjutnya, untuk mengetahui

adanya pengaruh penambahan minyak atsiri daun jeruk limau terhadap daya lekat

basis salep yang digunakan maka dilakukan uji ANOVA satu jalan. Hasil

perhitungan analisis anova didapat nilai F hitung untuk Formula I, Formula II dan

Formula III terhadap kontrolnya masing masing sebesar 0.115, 1.083 dan 0.520

dengan nilai signifikansi masing-masing 0.951, 0.373 dan 0.672. Nilai F tabel (df

3-28) pada tingkat signifikansi 0,05 adalah 2.95. Nilai F hitung (0.115, 1.083,

0.520) < F tabel (2.95). Artinya tidak ada pengaruh penambahan minyak atsiri

daun jeruk limau terhadap daya lekat ketiga basis salep yang digunakan.

Selanjutnya dilakukan uji Post Hoc Test yaitu metode Tukey. Dipilih metode

tukey karena sebelumnya data dianalisa dengan ANOVA dimana jika data diuji

menggunakan ANOVA selanjutnya diteruskan dengan uji Post Hoc Test metode

Tukey. Salah satu fungsi uji Post Hoc Test adalah untuk mengetahui lebih lanjut

perbedaan yang terjadi antar kelompok variabel. Dari hasil analisis menunjukkan

tidak ada perbedaan yang signifikan antar kelompok variabel. Tidak adanya tanda

bintang (*) pada mean difference menunjukkan tidak ada perbedaan yang

signifikan antara kontrol dan formula. Dapat disimpulkan tidak ada pengaruh

penambahan minyak atsiri daun jeruk limau terhadap daya lekat ketiga basis salep

yang digunakan. Hasil analisa statistik pengujian pH dapat dilihat pada lampiran

13.

3.7 Uji Iritasi

Uji iritasi dilakukan pada akhir minggu ke delapan. Hasil uji iritasi dapat

dilihat pada tabel VIII di bawah ini

Tabel VIII. Hasil Pengamatan Uji Iritasi

No Formula Hasil Uji 1 Formula I (-) 2 Formula II (-) 3 Formula III (-)

Keterangan : Formula I : Salep minyak atsiri daun jeruk limau dengan basis larut air Formula II : Salep minyak atsiri daun jeruk limau dengan basis absorbsi / serap Formula III : Salep minyak atsiri daun jeruk limau dengan basis hidrokarbon

Masing-masing formula direplikasi 3 kali dengan kontrol negatif untuk tiap formula

Dari data hasil pengamatan, dapat diketahui bahwa setiap formula sediaan

salep minyak atsiri daun jeruk limau dengan variasi basis salep tidak memberikan

reaksi iritasi baik reaksi kemerahan maupun pembengkakan pada tangan kanan

yang dioleskan dibandingkan dengan tangan kiri sebagai kontrol pada kulit

sukarelawan sehingga dapat disimpulkan bahwa sediaan salep minyak atsiri daun

jeruk limau aman untuk digunakan. Sehingga dapat disimpulkan bahwa sediaan

salep minyak atsiri daun jeruk limau aman untuk digunakan.

BAB V

PENUTUP

5.1. Kesimpulan

1. Berdasarkan uji stabilitas salep yang dilakukan, ketiga tipe basis yang

digunakan dalam salep minyak atsiri daun jeruk limau mempunyai

stabilitas fisik yang baik.

2. Formulasi pertama yaitu dengan menggunakan tipe basis salep larut air

(campuran PEG 400 dan PEG 4000 70:30) merupakan tipe basis yang

paling stabil untuk digunakan sebagai basis minyak atsiri daun jeruk limau

karena mempunyai hasil yang paling kecil yaitu uji viskositas sebesar

2.944, uji pH sebesar 0.0185, uji daya sebar sebesar 0,0259 dan uji daya

lekat sebesar 0,0185.

5.2. Saran

1. Perlu dilakukan pengujian salep minyak atsriri daun jeruk limau (Citrus

amblycarpa (Hassk) ochse) dengan formulasi yang lain terhadap aktivitas

antibakteri secara in vitro.

2. Perlu dilakukan penelitian yang serupa terhadap zat aktif yang berbeda.

3. Perlu dilakukan penelitian tentang pengaruh suhu penyimpanan terhadap

stabilitas salep minyak atsriri daun jeruk limau (Citrus amblycarpa

(Hassk) ochse).

DAFTAR PUSTAKA

Agusta, A., 2000, Minyak Atsiri Tumbuhan Tropik Indonesia, ITB, Bandung.

Anief, M., 2000. Ilmu Meracik Obat Teori dan Praktek, Hal 211-212, Gadjah Mada University Press, Yogyakarta.

Anonim, 1979, Farmakope Indonesia , edisi III, hal XXXIII, 6-7,9, Departemen Kesehatan Republik Indonesia, Jakarta.

Anonim, 1989, Materi Medika Indonesia, Jilid 5, Hal 50-51, Departemen Kesehatan Republik Indonesia, Jakarta.

Anonim, 1995, Farmakope Indonesia, Edisi IV, Departemen Kesehatan Republik Indonesia, Jakarta.

Ansel H.C, 1989, Pengantar Bentuk Sediaan Farmasi, Hal 357 - 374,

Penerjemah: Ibrahim F;n Pendamping Asmanizar, Aisyah I. Edisi ke-4. Jakarta:UI Pr.

C.A. Backer, 1965, Flora of Java.

Bae, J.M., Lee, E.J., and Guejati, G., 2008, Citrus Fruit in take and Stomach Cancer Risk a Quantitative Systematic review, Gastric Cancer, II (I) 23- 32. Darmayanti, Danik., 2008, Pengaruh Perbedaan Tipe Basis Salep Benzokain 5%

Terhadap Sifat Fisik dan Kecepatan Pelepasan Obat, Skipsi, Fakultas Farmasi Universitas Setia Budi Surakarta.

Guenther, E., 1987, Minyak atsiri, Jilid I, UI. Press, Jakarta. Terjemahan S.

Ketaren. Jiao S, Huang C, Wang H, and Yu S, 2007, Effects of Citrus aurantium extract on Liver Antioxidant Defense Fungtion in Experimental Diabetic Mose., Wei Sheng Yan Juu, 36 (6), 689-692 Keville, K., I999, Aromatherapy for Dummies, IDG Books., Worldwide Inc., NewYork.

Lota, M.L., Serra, D.R., Tomi, F., and Casanova, J., 2001, Chemical variability of peel and leaf essential oils of 15 species of mandarins., Biochem Sys and Ecol., January 29,77-104

Luo, G., Guan, X., and Zhou, L., 2008, Apoptotic Effect of Citrus Fruit Extract Nobiletin on Lung Cancer Cell Line A549 in vitro and in vivo, Cancer Biol. Ther., I (I)7, 6.

Muhlisah F, 2004, Tanamaan Obat Keluarga, Jakarta, Penebar swadaya, Hlm 3.

Mulyani, Sri, 2009, Analisis GC-MS dan daya anti bakteri minyak atsiri Citrus amblycarpa (Hassk) ochse. Fakultas Farmasi UGM Padmadisastra, Y., & Anggia, S., 2007, Formulasi Sediaan Salep Antikeloidal

Yang Mengandung Ekstrak Terfasilitasi Panas Microwave Dari Herba Pegagan (Centella asiatica (L.) Urban), Jurnal Farmasi, 28-31 Mei 2007. I (I) hal 5.

Price, S., and Price, L., I995, Aromatherapy for Health Professionals, Churchill

Livingstone, London. Sastrohamidjojo, H., 2004, Kimia Minyak Atsiri, Gadjah Mada University Press,

Yogyakarta. Syahbana, Meika Rusli. 2010. Sukses Memproduksi Minyak Atsiri. Agromedia Sugiyono. 2008. Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R & D. Bandung: Alfabeta Susanti, H, 2007, Pengaruh Perbedaan Tipe Basis Salep Terhadap Sifat Fisik dan

Kecepatan Pelepasan Minyak Atsiri Rimpang Kencur, Skripsi, Fakultas Farmasi Universitas Setia Budi Surakarta

Tjay dan Raharja, 2007, Obat-Obat Penting: Khasiat, Penggunaan dan Efek-efek Sampingan, Jakarta:EGC

Voight R, I995, Buku Pelajaran Teknologi Farmasi, Yogyakarta: Gadjah Mada University Press.

LAMPIRAN

Lampiran 1. Hasil Determinasi Jeruk Limau (Citrus amblycarpa (Hassk) ochse)

Lampiran 2. Hasil perhitungan berat jenis minyak atsiri dan indeks bias

daun jeruk limau

Hasil perhitungan berat jenis minyak atsiri daun jeruk limau

Berat pikno kosong (A) : 11,56 gram

Berat pikno + minyak atsiri (B) : 20,47 gram

Berat pikno + air (C) : 21,16 gram

Berat jenis minyak atsiri = B-A = 25,47 – 16,56 = 0,928 gram/ml C-A 26,16 – 16,56

Indeks bias diukur menggunakan alat refraktometer pada suhu kamar yaitu 28° C didapat indeks bias sebesar 1.47.

Lampiran 3. Hasil perhitungan rendemen minyak atsiri daun jeruk limau

Hasil perhitungan rendemen minyak atsiri daun jeruk limau

Volume minyak atsiri : 15 ml

Berat jenis minyak atsiri : 0,928 gram/ml

Berat daun segar : 2.000 gram

% Kadar minyak atsiri = Vol x BJ x 100 % M = 15 x 0,928 x 100% = 0,696% 2.000

Lampiran 4. Hasil Uji Homogenitas Selama 8 Minggu

Ket: homogen : tidak ada gelembung-gelembung udara dalam salep, semua partikel minyak atsiri terdispersi secara merata dalam salep.

Minggu ke-

Hasil Homogenitas FIA FIB FIC FIIA FIIB FIIC FIIIA FIIIB FIIIC

1 Homogen Homogen Homogen Homogen homogen Homogen homogen Homogen homogen

2 Homogen Homogen Homogen Homogen homogen Homogen homogen Homogen homogen

3 Homogen Homogen Homogen Homogen homogen Homogen homogen Homogen homogen

4 Homogen Homogen Homogen Homogen homogen Homogen homogen Homogen homogen

5 Homogen Homogen Homogen Homogen homogen Homogen homogen Homogen homogen

6 Homogen Homogen Homogen Homogen homogen Homogen homogen homogen homogen

7 Homogen Homogen Homogen Homogen homogen Homogen homogen homogen homogen

8 Homogen Homogen Homogen Homogen homogen Homogen homogen homogen homogen

Lampiran 5. Hasil Uji Viskositas Selama 8 Minggu

Minggu

ke

Formula (dPa-s)

Kontrol FIA FIB FIC Kontrol FIIA FIIB FIIC Kontrol FIIIA FIIIB FIIIC

1 630 630 630 600 300 300 300 325 225 200 250 250

2 600 600 630 630 325 325 325 325 250 225 200 250

3 630 630 600 630 325 325 325 300 250 250 225 200

4 600 625 625 625 300 300 300 300 225 225 250 225

5 625 600 625 625 325 300 325 300 250 250 200 200

6 600 625 600 625 325 325 300 325 200 250 225 200

7 625 625 625 600 300 300 300 325 250 225 200 200

8 625 600 625 625 325 325 300 300 225 200 250 250

Lampiran 6. Hasil Uji Organoleptis Selama 8 Minggu

Minggu ke- Uji Formula I Formula II Formula III

1 Warna Putih Agak kekuningan putih

Bau Khas minyak atsiri Khas minyak atsiri Khas minyak atsiri

Bentuk Konsistensi lunak Konsistensi lunak Konsistensi lunak

2 Warna Putih Agak kekuningan putih

Bau Khas minyak atsiri Khas minyak atsiri Khas minyak atsiri

Bentuk Konsistensi lunak Konsistensi lunak Konsistensi lunak

3 Warna Putih Agak kekuningan putih

Bau Khas minyak atsiri Khas minyak atsiri Khas minyak atsiri

Bentuk Konsistensi lunak Konsistensi lunak Konsistensi lunak

4 Warna Putih Agak kekuningan putih

Bau Khas minyak atsiri Khas minyak atsiri Khas minyak atsiri

Bentuk Konsistensi lunak Konsistensi lunak Konsistensi lunak

5 Warna Putih Agak kekuningan putih

Bau Khas minyak atsiri Khas minyak atsiri Khas minyak atsiri

Bentuk Konsistensi lunak Konsistensi lunak Konsistensi lunak

6 Warna Putih Agak kekuningan putih

Bau Khas minyak atsiri Khas minyak atsiri Khas minyak atsiri

Bentuk Konsistensi lunak Konsistensi lunak Konsistensi lunak

7 Warna Putih Agak kekuningan putih

Bau Khas minyak atsiri Khas minyak atsiri Khas minyak atsiri

Bentuk Konsistensi lunak Konsistensi lunak Konsistensi lunak

8 Warna Putih Agak kekuningan putih

Bau Khas minyak atsiri Khas minyak atsiri Khas minyak atsiri

Bentuk Konsistensi lunak Konsistensi lunak Konsistensi lunak

Lampiran 7. Hasil Uji pH Selama 8 Minggu

Minggu

ke

pH

Kontrol FIA FIB FIC Kontrol FIIA FIIB FIIC Kontrol FIIIA FIIIB FIIIC

I 7.3 7.3 7.3 7.2 6.6 6.5 6.5 6.7 6.2 6.4 6.3 6.3

2 7.3 7.3 7.3 7.2 6.5 6.6 6.7 6.6 6.3 6.3 6.2 6.4

3 7.2 7.2 7.3 7.3 6.7 6.8 6.7 6.5 6.2 6.2 6.2 6.3

4 7.2 7.3 7.2 7.2 6.7 6.6 6.7 6.7 6.4 6.3 6.3 6.4

5 7.3 7.2 7.3 7.3 6.6 6.7 6.8 6.5 6.4 6.4 6.2 6.2

6 7.2 7.3 7.2 7.3 6.6 6.5 6.7 6.8 6.3 6.3 6.4 6.3

7 7.3 7.2 7.2 7.3 6.5 6.7 6.5 6.6 6.3 6.2 6.3 6.3

8 7.2 7.3 7.3 7.2 6.5 6.8 6.5 6.6 6.2 6.3 6.3 6.2

Lampiran 8. Hasil Uji Daya Sebar selama 8 Minggu

Minggu

ke

Daya Sebar (cm)

Kontrol FIA FIB FIC Kontrol FIIA FIIB FIIC Kontrol FIIIA FIIIB FIIIC

I 2.4 2.5 2.5 2.4 5.5 5.5 5.7 5.7 4.3 4.2 4.2 4.3

2 2.4 2.5 2.4 2.4 5.5 5.6 5.7 5.8 4.3 4.3 4.4 4.2

3 2.5 2.4 2.5 2.5 5.7 5.4 5.5 5.5 4.2 4.2 4.2 4.4

4 2.4 2.4 2.4 2.4 5.6 5.3 5.5 5.4 4.4 4.3 4.2 4.4

5 2.5 2.4 2.4 2.5 5.4 5.5 5.5 5.7 4.3 4.4 4.2 4.3

6 2.5 2.5 2.5 2.4 5.6 5.4 5.7 5.7 4.2 4.3 4.4 4.3

7 2.4 2.5 2.4 2.4 5.7 5.8 5.6 5.5 4.4 4.2 4.2 4.3

8 2.5 2.4 2.5 2.4 5.4 5.5 5.4 5.6 4.3 4.3 4.4 4.2

Lampiran 9. Hasil Uji Daya Lekat Selama 8 Minggu

Ming

gu ke

Waktu (detik)

Kontrol FIA FIB FIC Kontrol FIIB FIIC FIIA Kontrol FIIIA FIIIB FIIIC

1 6.3 6.2 6.3 6.3 1.6 1.8 1.9 1.7 3.3 3.4 3.3 3.3

2 6.3 6.2 6.3 6.2 1.6 1.7 1.8 1.6 3.3 3.5 3.4 3.5

3 6.2 6.3 6.2 6.3 1.7 1.9 1.7 1.5 3.5 3.5 3.5 3.3

4 6.2 6.3 6.3 6.2 1.9 1.8 1.8 1.7 3.4 3.4 3.5 3.4

5 6.3 6.2 6.2 6.3 1.7 1.8 1.7 1.6 3.5 3.4 3.5 3.4

6 6.2 6.3 6.3 6.2 1.7 1.8 1.7 1.9 3.3 3.5 3.4 3.5

7 6.3 6.2 6.3 6.3 1.6 1.7 1.6 1.6 3.3 3.4 3.3 3.3

8 6.3 6.3 6.2 6.3 1.8 1.6 1.7 1.8 3.5 3.4 3.4 3.5

Lampiran 10. Hasil Pengamatan Uji Iritasi

Sukarelawan

Formula

FIA FIB FIC FIIA FIIB FIIC FIIIA FIIIB FIIIC

1 (-) (-) (-) (-) (-) (-) (-) (-) (-)

2 (-) (-) (-) (-) (-) (-) (-) (-) (-)

3 (-) (-) (-) (-) (-) (-) (-) (-) (-)

4 (-) (-) (-) (-) (-) (-) (-) (-) (-)

5 (-) (-) (-) (-) (-) (-) (-) (-) (-)

6 (-) (-) (-) (-) (-) (-) (-) (-) (-)

7 (-) (-) (-) (-) (-) (-) (-) (-) (-)

8 (-) (-) (-) (-) (-) (-) (-) (-) (-)

9 (-) (-) (-) (-) (-) (-) (-) (-) (-)

10 (-) (-) (-) (-) (-) (-) (-) (-) (-)

11 (-) (-) (-) (-) (-) (-) (-) (-) (-)

12 (-) (-) (-) (-) (-) (-) (-) (-) (-)

13 (-) (-) (-) (-) (-) (-) (-) (-) (-)

14 (-) (-) (-) (-) (-) (-) (-) (-) (-)

15 (-) (-) (-) (-) (-) (-) (-) (-) (-)

16 (-) (-) (-) (-) (-) (-) (-) (-) (-)

17 (-) (-) (-) (-) (-) (-) (-) (-) (-)

18 (-) (-) (-) (-) (-) (-) (-) (-) (-)

19 (-) (-) (-) (-) (-) (-) (-) (-) (-)

20 (-) (-) (-) (-) (-) (-) (-) (-) (-)

Lampiran 11. Hasil Analisa Statistik Uji Viskositas a. Kontrol dengan formula I NPar Tests

Oneway Descriptives

Viskositas

N Mean Std. Deviation Std. Error

95% Confidence Interval for Mean

Minimum Maximum Lower Bound Upper Bound

kontrol 8 616.88 14.126 4.994 605.07 628.68 600 630

formula IA 8 616.88 14.126 4.994 605.07 628.68 600 630

formula IB 8 620.00 12.536 4.432 609.52 630.48 600 630

formula IC 8 620.00 12.536 4.432 609.52 630.48 600 630

Total 32 618.44 12.791 2.261 613.83 623.05 600 630

One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test

Nilai

N 32

Normal Parametersa,,b Mean 618.44

Std.

Deviation

12.791

Most Extreme Differences Absolute .384

Positive .238

Negative -.384

Kolmogorov-Smirnov Z 2.170

Asymp. Sig. (2-tailed) .062

a. Test distribution is Normal.

b. Calculated from data.

Keterangan :

Dari hasil uji normalitas dengan menggunakan One-Sample

Kolmogorov-Smirnov Test didapatkan nilai signifikan 0,062. Nilai

signifikan > 0.05. Jadi, dapat disimpulkan data terdistribusi normal. Data

selanjutnya diuji dengan Oneway Anova.

Keterangan :

H0 ; Diduga bahwa penambahan minyak atsiri daun jeruk limau tidak

mempengaruhi viskositas salep

Ha : Diduga bahwa penambahan minyak atsiri mempengaruhi viskositas salep

Dari hasil perhitungan diatas didapat nilai F hitung = 0.146 dengan signifikan

0,931. Nilai F tabel (df 3-28) pada tingkat signifikansi 0,05 adalah 2.95.

Nilai F hitung (0.146) < F tabel (2.95).

Dengan demikian H0 : diterima; Ha : ditolak

Kesimpulan : Penambahan minyak atsiri daun jeruk limau tidak mempengaruhi

viskositas salep.

Lanjutan Lampiran 11. Hasil Analisa Statistik Uji Viskositas

ANOVA

Viskositas

Sum of Squares Df Mean Square F Sig.

Between Groups 78.125 3 26.042 .146 .931

Within Groups 4993.750 28 178.348

Total 5071.875 31

Lanjutan Lampiran 11. Hasil Analisa Statistik Uji Viskositas Post Hoc Tests

Keterangan :

Salah satu fungsi uji Tukey adalah untuk mengetahui lebih lanjut perbedaan yang

terjadi antar kelompok variabel.

Dari hasil analisis menunjukkan tidak adanya perbedaan yang signifikan antar

kelompok variabel. Tidak adanya tanda bintang (*) pada mean difference

menunjukkan tidak adanya perbedaan yang signifikan atau nyata antar formula.

Multiple Comparisons Dependent Variable:viskositas

(I) formula (J) formula

Mean Difference

(I-J) Std. Error Sig.

95% Confidence Interval

Lower Bound Upper Bound

Tukey HSD

kontrol formula IA .000 6.677 1.000 -18.23 18.23

formula IB -3.125 6.677 .965 -21.36 15.11

formula IC -3.125 6.677 .965 -21.36 15.11

formula IA kontrol .000 6.677 1.000 -18.23 18.23

formula IB -3.125 6.677 .965 -21.36 15.11

formula IC -3.125 6.677 .965 -21.36 15.11

formula IB kontrol 3.125 6.677 .965 -15.11 21.36

formula IA 3.125 6.677 .965 -15.11 21.36

formula IC .000 6.677 1.000 -18.23 18.23

formula IC kontrol 3.125 6.677 .965 -15.11 21.36

formula IA 3.125 6.677 .965 -15.11 21.36

formula IB .000 6.677 1.000 -18.23 18.23

Lanjutan Lampiran 11. Hasil Analisa Statistik Uji Viskositas b. Kontrol dengan formula II NPar Tests

Keterangan :

Dari hasil uji normalitas dengan menggunakan One-Sample Kolmogorov-

Smirnov Test didapatkan nilai signifikan 0,060. Nilai signifikan > 0.05. Jadi,

dapat disimpulkan data terdistribusi normal. Data selanjutnya diuji dengan

Oneway Anova.

Oneway Descriptives

viskositas

N Mean Std. Deviation Std. Error

95% Confidence Interval for

Mean

Minimum Maximum Lower Bound Upper Bound

kontrol 8 321.88 20.863 7.376 304.43 339.32 300 350

formula IIIA 8 318.75 17.678 6.250 303.97 333.53 300 350

formula IIIB 8 318.75 22.160 7.835 300.22 337.28 300 350

formula IIIC 8 315.63 18.601 6.576 300.07 331.18 300 350

Total 32 318.75 19.050 3.368 311.88 325.62 300 350

One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test

nilai

N 32

Normal Parametersa,,b Mean 318.75

Std. Deviation 19.050

Most Extreme Differences Absolute .275

Positive .275

Negative -.191

Kolmogorov-Smirnov Z 1.556

Asymp. Sig. (2-tailed) .060

a. Test distribution is Normal.

b. Calculated from data.

Keterangan :

H0 ; Diduga bahwa penambahan minyak atsiri daun jeruk limau tidak

mempengaruhi viskositas salep

Ha : Diduga bahwa penambahan minyak atsiri mempengaruhi viskositas salep

Dari hasil perhitungan diatas didapat nilai F hitung = 0.131 dengan signifikan

0,941. Nilai F tabel (df 3-28) pada tingkat signifikansi 0,05 adalah 2.95.

Nilai F hitung (0.131) < F tabel (2.95).

Dengan demikian H0 : diterima; Ha : ditolak

Kesimpulan : Penambahan minyak atsiri daun jeruk limau tidak mempengaruhi

viskositas salep.

Lanjutan Lampiran 11. Hasil Analisa Statistik Uji Viskositas

ANOVA

viskositas

Sum of Squares df Mean Square F Sig.

Between Groups 156.250 3 52.083 .131 .941

Within Groups 11093.750 28 396.205

Total 11250.000 31

Lanjutan Lampiran 11. Hasil Analisa Statistik Uji Viskositas

Post Hoc Tests

Keterangan :

Salah satu fungsi uji Tukey adalah untuk mengetahui lebih lanjut perbedaan yang

terjadi antar kelompok variabel.

Dari hasil analisis menunjukkan tidak adanya perbedaan yang signifikan antar kelompok variabel. Tidak adanya tanda bintang (*) pada mean difference menunjukkan tidak adanya perbedaan yang signifikan atau nyata antar formula

Multiple Comparisons Dependent Variable:viskositas

(I) formula (J) formula Mean Difference

(I-J) Std. Error Sig.

95% Confidence Interval

Lower Bound

Upper Bound

Tukey HSD

kontrol formula IIIA 3.125 9.952 .989 -24.05 30.30

formula IIIB 3.125 9.952 .989 -24.05 30.30

formula IIIC 6.250 9.952 .922 -20.92 33.42

formula IIIA kontrol -3.125 9.952 .989 -30.30 24.05

formula IIIB .000 9.952 1.000 -27.17 27.17

formula IIIC 3.125 9.952 .989 -24.05 30.30

formula IIIB kontrol -3.125 9.952 .989 -30.30 24.05

formula IIIA .000 9.952 1.000 -27.17 27.17

formula IIIC 3.125 9.952 .989 -24.05 30.30

formula IIIC kontrol -6.250 9.952 .922 -33.42 20.92

formula IIIA -3.125 9.952 .989 -30.30 24.05

formula IIIB -3.125 9.952 .989 -30.30 24.05

Lanjutan Lampiran 11. Hasil Analisa Statistik Uji Viskositas c. Kontrol dengan formula III NPar Tests

One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test

nilai

N 32

Normal Parametersa,,b Mean 227.34

Std. Deviation 21.402

Most Extreme Differences Absolute .261

Positive .212

Negative -.261

Kolmogorov-Smirnov Z 1.478

Asymp. Sig. (2-tailed) .060

a. Test distribution is Normal.

b. Calculated from data.

Keterangan :

Dari hasil uji normalitas dengan menggunakan One-Sample Kolmogorov-

Smirnov Test didapatkan nilai signifikan 0,060. Nilai signifikan > 0.05. Jadi,

dapat disimpulkan data terdistribusi normal. Data selanjutnya diuji dengan

Oneway Anova.

Oneway

Descriptives

viskositas

N Mean Std. Deviation Std. Error

95% Confidence Interval for

Mean

Minimum Maximum Lower Bound Upper Bound

kontrol 8 234.38 18.601 6.576 218.82 249.93 200 250

formula IIA 8 228.13 20.863 7.376 210.68 245.57 200 250

formula IIB 8 225.00 23.146 8.183 205.65 244.35 200 250

formula IIC 8 221.88 24.776 8.760 201.16 242.59 200 250

Total 32 227.34 21.402 3.783 219.63 235.06 200 250

Keterangan :

H0 ; Diduga bahwa penambahan minyak atsiri daun jeruk limau tidak

mempengaruhi viskositas salep

Ha : Diduga bahwa penambahan minyak atsiri mempengaruhi viskositas salep

Dari hasil perhitungan diatas didapat nilai F hitung = 0.272 dengan signifikan

0,704. Nilai F tabel (df 3-28) pada tingkat signifikansi 0,05 adalah 2.95.

Nilai F hitung (0.272) < F tabel (2.95).

Dengan demikian H0 : diterima; Ha : ditolak

Kesimpulan : Penambahan minyak atsiri daun jeruk limau tidak mempengaruhi

viskositas salep.

Lanjutan Lampiran 11. Hasil Analisa Statistik Uji Viskositas

ANOVA

viskositas

Sum of Squares df Mean Square F Sig.

Between Groups 683.594 3 227.865 .272 .704

Within Groups 13515.625 28 482.701

Total 14199.219 31

Lanjutan Lampiran 11. Hasil Analisa Statistik Uji Viskositas

Post Hoc Tests Multiple Comparisons

Dependent Variable:viskositas

(I) formula (J) formula Mean Difference (I-

J) Std. Error Sig.

95% Confidence Interval

Lower Bound

Upper Bound

Tukey HSD

kontrol formula IIA 6.250 10.985 .940 -23.74 36.24

formula IIB 9.375 10.985 .828 -20.62 39.37

formula IIC 12.500 10.985 .670 -17.49 42.49

formula IIA kontrol -6.250 10.985 .940 -36.24 23.74

formula IIB 3.125 10.985 .992 -26.87 33.12

formula IIC 6.250 10.985 .940 -23.74 36.24

formula IIB kontrol -9.375 10.985 .828 -39.37 20.62

formula IIA -3.125 10.985 .992 -33.12 26.87

formula IIC 3.125 10.985 .992 -26.87 33.12

formula IIC kontrol -12.500 10.985 .670 -42.49 17.49

formula IIA -6.250 10.985 .940 -36.24 23.74

formula IIB -3.125 10.985 .992 -33.12 26.87

Keterangan :

Salah satu fungsi uji Tukey adalah untuk mengetahui lebih lanjut perbedaan yang

terjadi antar kelompok variabel.

Dari hasil analisis menunjukkan tidak adanya perbedaan yang signifikan antar

kelompok variabel. Tidak adanya tanda bintang (*) pada mean difference

menunjukkan tidak adanya perbedaan yang signifikan atau nyata antar formula.

Lampiran 12. Hasil Analisa Statistik Uji pH a. Kontrol dengan formula I NPar Tests

Keterangan :

Dari hasil uji normalitas dengan menggunakan One-Sample Kolmogorov-

Smirnov Test didapatkan nilai signifikan 0,061. Nilai signifikan > 0.05. Jadi,

dapat disimpulkan data terdistribusi normal. Data selanjutnya diuji dengan

Oneway Anova.

Oneway Descriptives

dayalekat

N Mean Std. Deviation Std. Error

95% Confidence Interval for Mean

Minimum Maximum Lower Bound Upper Bound

kontrol 8 315.63 12.939 4.575 304.81 326.44 300 325

formula IIIA 8 312.50 13.363 4.725 301.33 323.67 300 325

formula IIIB 8 309.38 12.939 4.575 298.56 320.19 300 325

formula IIIC 8 312.50 13.363 4.725 301.33 323.67 300 325

Total 32 312.50 12.700 2.245 307.92 317.08 300 325

One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test

dayalekat

N 32

Normal Parametersa,,b Mean 312.50

Std. Deviation 12.700

Most Extreme Differences Absolute .338

Positive .338

Negative -.338

Kolmogorov-Smirnov Z 1.909

Asymp. Sig. (2-tailed) .061

a. Test distribution is Normal.

b. Calculated from data.

Lanjutan Lampiran 12. Hasil Analisa Statistik Uji pH

ANOVA

dayalekat

Sum of Squares df Mean Square F Sig.

Between Groups 156.250 3 52.083 .301 .824

Within Groups 4843.750 28 172.991

Total 5000.000 31 Keterangan :

H0 ; Diduga bahwa penambahan minyak atsiri daun jeruk limau tidak

mempengaruhi pH salep

Ha : Diduga bahwa penambahan minyak atsiri mempengaruhi pH salep

Dari hasil perhitungan diatas didapat nilai F hitung = 0.301 dengan signifikan

0,824. Nilai F tabel (df 3-28) pada tingkat signifikansi 0,05 adalah 2.95.

Nilai F hitung (0.301) < F tabel (2.95).

Dengan demikian H0 : diterima; Ha : ditolak

Kesimpulan : Penambahan minyak atsiri daun jeruk limau tidak mempengaruhi

pH salep.

Lanjutan Lampiran 12. Hasil Analisa Statistik Uji pH Post Hoc Tests

Multiple Comparisons Dependent Variable:dayalekat

(I) formula (J) formula

Mean Difference

(I-J) Std. Error Sig.

95% Confidence Interval

Lower Bound Upper Bound

Tukey HSD

kontrol formula IIIA 3.125 6.576 .964 -14.83 21.08

formula IIIB 6.250 6.576 .778 -11.71 24.21

formula IIIC 3.125 6.576 .964 -14.83 21.08

formula IIIA kontrol -3.125 6.576 .964 -21.08 14.83

formula IIIB 3.125 6.576 .964 -14.83 21.08

formula IIIC .000 6.576 1.000 -17.96 17.96

formula IIIB kontrol -6.250 6.576 .778 -24.21 11.71

formula IIIA -3.125 6.576 .964 -21.08 14.83

formula IIIC -3.125 6.576 .964 -21.08 14.83

formula IIIC kontrol -3.125 6.576 .964 -21.08 14.83

formula IIIA .000 6.576 1.000 -17.96 17.96

formula IIIB 3.125 6.576 .964 -14.83 21.08

Keterangan :

Salah satu fungsi uji Tukey adalah untuk mengetahui lebih lanjut perbedaan yang

terjadi antar kelompok variabel.

Dari hasil analisis menunjukkan tidak adanya perbedaan yang signifikan antar

kelompok variabel. Tidak adanya tanda bintang (*) pada mean difference

menunjukkan tidak adanya perbedaan yang signifikan atau nyata antar formula.

Lanjutan Lampiran 12. Hasil Analisa Statistik Uji pH

b. Kontrol dengan formula II

NPar Tests One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test

nilai

N 32

Normal Parametersa,,b Mean 6.625

Std. Deviation .1047

Most Extreme Differences Absolute .201

Positive .196

Negative -.201

Kolm ogorov-Smirnov Z 1.134

Asymp. Sig. (2-tailed) .152

a. Test distribution is Normal.

b. Calculated from data.

Keterangan :

Dari hasil uji normalitas dengan menggunakan One-Sample Kolmogorov-

Smirnov Test didapatkan nilai signifikan 0,152. Nilai signifikan > 0.05. Jadi,

dapat disimpulkan data terdistribusi normal. Data selanjutnya diuji dengan

Oneway Anova.

Oneway

Descriptives

Nilai

N Mean Std. Deviation Std. Error

95% Confidence Interval for

Mean

Minimum Maximum Lower Bound Upper Bound

kontrol 8 6.588 .0835 .0295 6.518 6.657 6.5 6.7

formula IIA 8 6.650 .1195 .0423 6.550 6.750 6.5 6.8

formula IIB 8 6.638 .1188 .0420 6.538 6.737 6.5 6.8

formula IIC 8 6.625 .1035 .0366 6.538 6.712 6.5 6.8

Total 32 6.625 .1047 .0185 6.587 6.663 6.5 6.8

Lanjutan Lampiran 12. Hasil Analisa Statistik Uji pH

ANOVA

Nilai

Sum of Squares df Mean Square F Sig.

Between Groups .017 3 .006 .506 .681

Within Groups .323 28 .012

Total .340 31

Keterangan :

H0 ; Diduga bahwa penambahan minyak atsiri daun jeruk limau tidak

mempengaruhi pH salep

Ha : Diduga bahwa penambahan minyak atsiri mempengaruhi pH salep

Dari hasil perhitungan diatas didapat nilai F hitung = 0.506 dengan signifikan

0,681. Nilai F tabel (df 3-28) pada tingkat signifikansi 0,05 adalah 2.95.

Nilai F hitung (0.506) < F tabel (2.95).

Dengan demikian H0 : diterima; Ha : ditolak

Kesimpulan : Penambahan minyak atsiri daun jeruk limau tidak mempengaruhi

pH salep.

Lanjutan Lampiran 12. Hasil Analisa Statistik Uji pH Post Hoc Tests

Multiple Comparisons Dependent Variable:pH

(I) formula (J) formula Mean Difference

(I-J) Std. Error Sig.

95% Confidence Interval

Lower Bound Upper Bound

Tukey HSD kontrol formula IIA -.0625 .0537 .653 -.209 .084

formula IIB -.0500 .0537 .788 -.197 .097

formula IIC -.0375 .0537 .897 -.184 .109

formula IIA kontrol .0625 .0537 .653 -.084 .209

formula IIB .0125 .0537 .995 -.134 .159

formula IIC .0250 .0537 .966 -.122 .172

formula IIB kontrol .0500 .0537 .788 -.097 .197

formula IIA -.0125 .0537 .995 -.159 .134

formula IIC .0125 .0537 .995 -.134 .159

formula IIC kontrol .0375 .0537 .897 -.109 .184

formula IIA -.0250 .0537 .966 -.172 .122

formula IIB -.0125 .0537 .995 -.159 .134

Keterangan :

Salah satu fungsi uji Tukey adalah untuk mengetahui lebih lanjut perbedaan yang

terjadi antar kelompok variabel.

Dari hasil analisis menunjukkan tidak adanya perbedaan yang signifikan antar

kelompok variabel. Tidak adanya tanda bintang (*) pada mean difference

menunjukkan tidak adanya perbedaan yang signifikan atau nyata antar formula.

Lanjutan Lampiran 12. Hasil Analisa Statistik Uji pH

b. Kontrol dengan formula III

NPar Tests

One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test

pH

N 32

Normal Parametersa,,b Mean 6.291

Std. Deviation .0734

Most Extreme Differences Absolute .238

Positive .230

Negative -.238

Kolmogorov-Smirnov Z 1.348

Asymp. Sig. (2-tailed) .053

a. Test distribution is Normal.

b. Calculated from data.

Keterangan :

Dari hasil uji normalitas dengan menggunakan One-Sample Kolmogorov-

Smirnov Test didapatkan nilai signifikan 0,053. Nilai signifikan > 0.05. Jadi,

dapat disimpulkan data terdistribusi normal. Data selanjutnya diuji dengan

Oneway Anova.

Oneway

Descriptives

pH

N Mean Std. Deviation Std. Error

95% Confidence Interval for Mean Minimu

m Maximum Lower Bound Upper Bound

kontrol 8 6.288 .0835 .0295 6.218 6.357 6.2 6.4

formula IIIA 8 6.300 .0756 .0267 6.237 6.363 6.2 6.4

formula IIIB 8 6.275 .0707 .0250 6.216 6.334 6.2 6.4

formula IIIC 8 6.300 .0756 .0267 6.237 6.363 6.2 6.4

Total 32 6.291 .0734 .0130 6.264 6.317 6.2 6.4

Keterangan :

H0 ; Diduga bahwa penambahan minyak atsiri daun jeruk limau tidak

mempengaruhi pH salep

Ha : Diduga bahwa penambahan minyak atsiri mempengaruhi pH salep

Dari hasil perhitungan diatas didapat nilai F hitung = 0.198 dengan signifikan

0,898. Nilai F tabel (df 3-28) pada tingkat signifikansi 0,05 adalah 2.95.

Nilai F hitung (0.196) < F tabel (2.95).

Dengan demikian H0 : diterima; Ha : ditolak

Kesimpulan : Penambahan minyak atsiri daun jeruk limau tidak mempengaruhi

pH salep.

Lanjutan Lampiran 12. Hasil Analisa Statistik Uji pH

ANOVA

pH

Sum of Squares df Mean Square F Sig.

Between Groups .003 3 .001 .196 .898

Within Groups .164 28 .006

Total .167 31

Lanjutan Lampiran 12. Hasil Analisa Statistik Uji pH

Post Hoc Tests

Keterangan :

Salah satu fungsi uji Tukey adalah untuk mengetahui lebih lanjut perbedaan yang

terjadi antar kelompok variabel.

Dari hasil analisis menunjukkan tidak adanya perbedaan yang signifikan antar

kelompok variabel. Tidak adanya tanda bintang (*) pada mean difference

menunjukkan tidak adanya perbedaan yang signifikan atau nyata antar formula.

Multiple Comparisons Dependent Variable:pH

(I) formula (J) formula Mean Difference

(I-J) Std. Error Sig.

95% Confidence Interval

Lower Bound Upper Bound

Tukey HSD

kontrol formula IIIA -.0125 .0382 .988 -.117 .092

formula IIIB .0125 .0382 .988 -.092 .117

formula IIIC -.0125 .0382 .988 -.117 .092

formula IIIA kontrol .0125 .0382 .988 -.092 .117

formula IIIB .0250 .0382 .913 -.079 .129

formula IIIC .0000 .0382 1.000 -.104 .104

formula IIIB kontrol -.0125 .0382 .988 -.117 .092

formula IIIA -.0250 .0382 .913 -.129 .079

formula IIIC -.0250 .0382 .913 -.129 .079

formula IIIC kontrol .0125 .0382 .988 -.092 .117

formula IIIA .0000 .0382 1.000 -.104 .104

formula IIIB .0250 .0382 .913 -.079 .129

Lampiran 13. Hasil Analisa Statistik Uji Daya Sebar

a. Kontrol dengan formula I

NPar Tests

One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test

nilai

N 32

Normal Parametersa,,b Mean 2.444

Std. Deviation .0504

Most Extreme Differences Absolute .370

Positive .370

Negative -.305

Kolmogorov-Smirnov Z 2.092

Asymp. Sig. (2-tailed) .052

a. Test distribution is Normal.

b. Calculated from data.

Keterangan :

Dari hasil uji normalitas dengan menggunakan One-Sample Kolmogorov-

Smirnov Test didapatkan nilai signifikan 0,052. Nilai signifikan > 0.05. Jadi,

dapat disimpulkan data terdistribusi normal. Data selanjutnya diuji dengan

Oneway Anova.

Oneway

Descriptives

Nilai

N Mean Std. Deviation Std. Error

95% Confidence Interval for Mean

Minimum Maximum Lower Bound Upper Bound

kontrol 8 2.450 .0535 .0189 2.405 2.495 2.4 2.5

formula IA 8 2.450 .0535 .0189 2.405 2.495 2.4 2.5

formula IB 8 2.450 .0535 .0189 2.405 2.495 2.4 2.5

formula IC 8 2.425 .0463 .0164 2.386 2.464 2.4 2.5

Total 32 2.444 .0504 .0089 2.426 2.462 2.4 2.5

Lanjutan Lampiran 13. Hasil Analisa Statistik Uji Daya Sebar

ANOVA

Nilai

Sum of Squares df Mean Square F Sig.

Between Groups .004 3 .001 .467 .708

Within Groups .075 28 .003

Total .079 31

Keterangan :

H0 ; Diduga bahwa penambahan minyak atsiri daun jeruk limau tidak

mempengaruhi daya sebar salep

Ha : Diduga bahwa penambahan minyak atsiri mempengaruhi daya sebar

salep

Dari hasil perhitungan diatas didapat nilai F hitung = 0.467 dengan signifikan

0,708. Nilai F tabel (df 3-28) pada tingkat signifikansi 0,05 adalah 2.95.

Nilai F hitung (0.467) < F tabel (2.95).

Dengan demikian H0 : diterima; Ha : ditolak

Kesimpulan : Penambahan minyak atsiri daun jeruk limau tidak mempengaruhi

daya sebar salep.

Lanjutan Lampiran 13. Hasil Analisa Statistik Uji Daya Sebar Post Hoc Tests

Multiple Comparisons Dependent Variable:daya sebar

(I) formula (J) formula Mean Difference

(I-J) Std. Error Sig.

95% Confidence Interval

Lower Bound Upper Bound

Tukey HSD kontrol formula IA .0000 .0259 1.000 -.071 .071

formula IB .0000 .0259 1.000 -.071 .071

formula IC .0250 .0259 .770 -.046 .096

formula IA kontrol .0000 .0259 1.000 -.071 .071

formula IB .0000 .0259 1.000 -.071 .071

formula IC .0250 .0259 .770 -.046 .096

formula IB kontrol .0000 .0259 1.000 -.071 .071

formula IA .0000 .0259 1.000 -.071 .071

formula IC .0250 .0259 .770 -.046 .096

formula IC kontrol -.0250 .0259 .770 -.096 .046

formula IA -.0250 .0259 .770 -.096 .046

formula IB -.0250 .0259 .770 -.096 .046

Keterangan :

Salah satu fungsi uji Tukey adalah untuk mengetahui lebih lanjut perbedaan yang

terjadi antar kelompok variabel.

Dari hasil analisis menunjukkan tidak adanya perbedaan yang signifikan antar

kelompok variabel. Tidak adanya tanda bintang (*) pada mean difference

menunjukkan tidak adanya perbedaan yang signifikan atau nyata antar formula.

Lanjutan Lampiran 13. Hasil Analisa Statistik Uji Daya Sebar b. Kontrol dengan formula II NPar Tests

One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test

nilai

N 32

Normal Parametersa,,b Mean 5.559

Std. Deviation .1316

Most Extreme Differences Absolute .205

Positive .205

Negative -.170

Kolmogorov-Smirnov Z 1.161

Asymp. Sig. (2-tailed) .135

a. Test distribution is Normal.

b. Calculated from data.

Keterangan :

Dari hasil uji normalitas dengan menggunakan One-Sample Kolmogorov-

Smirnov Test didapatkan nilai signifikan 0,135. Nilai signifikan > 0.05. Jadi,

dapat disimpulkan data terdistribusi normal. Data selanjutnya diuji dengan

Oneway Anova.

Oneway

Descriptives

Nilai

N Mean Std. Deviation Std. Error

95% Confidence Interval for Mean

Minimum Maximum Lower Bound Upper Bound

kontrol 8 5.550 .1195 .0423 5.450 5.650 5.4 5.7

formula IIA 8 5.500 .1512 .0535 5.374 5.626 5.3 5.8

formula IIB 8 5.575 .1165 .0412 5.478 5.672 5.4 5.7

formula IIC 8 5.613 .1356 .0479 5.499 5.726 5.4 5.8

Total 32 5.559 .1316 .0233 5.512 5.607 5.3 5.8

Lanjutan Lampiran 13. Hasil Analisa Statistik Uji Daya Sebar ANOVA

Nilai

Sum of Squares df Mean Square F Sig.

Between Groups .053 3 .018 1.031 .394

Within Groups .484 28 .017

Total .537 31 Keterangan :

H0 ; Diduga bahwa penambahan minyak atsiri daun jeruk limau tidak

mempengaruhi daya sebar salep

Ha : Diduga bahwa penambahan minyak atsiri mempengaruhi daya sebar

salep

Dari hasil perhitungan diatas didapat nilai F hitung = 1.031 dengan signifikan

0,394. Nilai F tabel (df 3-28) pada tingkat signifikansi 0,05 adalah 2.95.

Nilai F hitung (1.031) < F tabel (2.95).

Dengan demikian H0 : diterima; Ha : ditolak

Kesimpulan : Penambahan minyak atsiri daun jeruk limau tidak mempengaruhi

daya sebar salep.

Lanjutan Lampiran 13. Hasil Analisa Statistik Uji Daya Sebar

Post Hoc Tests

Multiple Comparisons

Dependent Variable:daya sebar

(I) formula (J) formula Mean Difference

(I-J) Std. Error Sig.

95% Confidence Interval

Lower Bound Upper Bound

Tukey HSD kontrol formula IIA .0500 .0657 .871 -.129 .229

formula IIB -.0250 .0657 .981 -.204 .154

formula IIC -.0625 .0657 .778 -.242 .117

formula IIA kontrol -.0500 .0657 .871 -.229 .129

formula IIB -.0750 .0657 .668 -.254 .104

formula IIC -.1125 .0657 .337 -.292 .067

formula IIB kontrol .0250 .0657 .981 -.154 .204

formula IIA .0750 .0657 .668 -.104 .254

formula IIC -.0375 .0657 .940 -.217 .142

formula IIC kontrol .0625 .0657 .778 -.117 .242

formula IIA .1125 .0657 .337 -.067 .292

formula IIB .0375 .0657 .940 -.142 .217

Keterangan :

Salah satu fungsi uji Tukey adalah untuk mengetahui lebih lanjut perbedaan yang

terjadi antar kelompok variabel.

Dari hasil analisis menunjukkan tidak adanya perbedaan yang signifikan antar

kelompok variabel. Tidak adanya tanda bintang (*) pada mean difference

menunjukkan tidak adanya perbedaan yang signifikan atau nyata antar formula.

Lanjutan Lampiran 13. Hasil Analisa Statistik Uji Daya Sebar

c. Kontrol dengan formula III NPar Tests

One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test

nilai

N 32

Normal Parametersa,,b Mean 4.288

Std. Deviation .0793

Most Extreme Differences Absolute .240

Positive .240

Negative -.188

Kolmogorov-Smirnov Z 1.358

Asymp. Sig. (2-tailed) .052

a. Test distribution is Normal.

b. Calculated from data.

Keterangan :

Dari hasil uji normalitas dengan menggunakan One-Sample Kolmogorov-

Smirnov Test didapatkan nilai signifikan 0,52. Nilai signifikan > 0.05. Jadi, dapat

disimpulkan data terdistribusi normal. Data selanjutnya diuji dengan Oneway

Anova.

Oneway

Descriptives

Nilai

N Mean Std. Deviation Std. Error

95% Confidence Interval for Mean

Minimum Maximum Lower Bound Upper Bound

kontrol 8 4.300 .0756 .0267 4.237 4.363 4.2 4.4

formula IIIA 8 4.275 .0707 .0250 4.216 4.334 4.2 4.4

formula IIIB 8 4.275 .1035 .0366 4.188 4.362 4.2 4.4

formula IIIC 8 4.300 .0756 .0267 4.237 4.363 4.2 4.4

Total 32 4.288 .0793 .0140 4.259 4.316 4.2 4.4

Lanjutan Lampiran 13. Hasil Analisa Statistik Uji Daya Sebar

ANOVA

Nilai

Sum of Squares df Mean Square F Sig.

Between Groups .005 3 .002 .246 .864

Within Groups .190 28 .007

Total .195 31 Keterangan :

H0 ; Diduga bahwa penambahan minyak atsiri daun jeruk limau tidak

mempengaruhi daya sebar salep

Ha : Diduga bahwa penambahan minyak atsiri mempengaruhi daya sebar

salep

Dari hasil perhitungan diatas didapat nilai F hitung = 0.246 dengan signifikan

0,864. Nilai F tabel (df 3-28) pada tingkat signifikansi 0,05 adalah 2.95.

Nilai F hitung (0.246) < F tabel (2.95).

Dengan demikian H0 : diterima; Ha : ditolak

Kesimpulan : Penambahan minyak atsiri daun jeruk limau tidak mempengaruhi

daya sebar salep.

Lanjutan Lampiran 13. Hasil Analisa Statistik Uji Daya Sebar

Post Hoc Tests

Multiple Comparisons Dependent Variable:daya sebar

(I) formula (J) formula

Mean Difference

(I-J) Std. Error Sig.

95% Confidence Interval

Lower Bound Upper Bound

Tukey HSD

kontrol formula IIIA .0250 .0412 .929 -.087 .137

formula IIIB .0250 .0412 .929 -.087 .137

formula IIIC .0000 .0412 1.000 -.112 .112

formula IIIA kontrol -.0250 .0412 .929 -.137 .087

formula IIIB .0000 .0412 1.000 -.112 .112

formula IIIC -.0250 .0412 .929 -.137 .087

formula IIIB kontrol -.0250 .0412 .929 -.137 .087

formula IIIA .0000 .0412 1.000 -.112 .112

formula IIIC -.0250 .0412 .929 -.137 .087

formula IIIC kontrol .0000 .0412 1.000 -.112 .112

formula IIIA .0250 .0412 .929 -.087 .137

formula IIIB .0250 .0412 .929 -.087 .137

Keterangan :

Salah satu fungsi uji Tukey adalah untuk mengetahui lebih lanjut perbedaan yang

terjadi antar kelompok variabel.

Dari hasil analisis menunjukkan tidak adanya perbedaan yang signifikan antar

kelompok variabel. Tidak adanya tanda bintang (*) pada mean difference

menunjukkan tidak adanya perbedaan yang signifikan atau nyata antar formula.

Lampiran 14. Hasil Analisa Statistik Uji Daya Lekat

a. Kontrol dengan formula I

NPar Tests

One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test

nilai

N 32

Normal Parametersa,,b Mean 6.259

Std. Deviation .0499

Most Extreme Differences Absolute .386

Positive .289

Negative -.386

Kolmogorov-Smirnov Z 2.183

Asymp. Sig. (2-tailed) .060

a. Test distribution is Normal.

b. Calculated from data.

Keterangan :

Dari hasil uji normalitas dengan menggunakan One-Sample Kolmogorov-

Smirnov Test didapatkan nilai signifikan 0,060. Nilai signifikan > 0.05. Jadi,

dapat disimpulkan data terdistribusi normal. Data selanjutnya diuji dengan

Oneway Anova.

Oneway

Descriptives

Nilai

N Mean Std. Deviation Std. Error

95% Confidence Interval for Mean

Minimum Maximum Lower Bound Upper Bound

kontrol 8 6.262 .0518 .0183 6.219 6.306 6.2 6.3

formula IA 8 6.250 .0535 .0189 6.205 6.295 6.2 6.3

formula IB 8 6.263 .0518 .0183 6.219 6.306 6.2 6.3

formula IC 8 6.262 .0518 .0183 6.219 6.306 6.2 6.3

Total 32 6.259 .0499 .0088 6.241 6.277 6.2 6.3

Lanjutan Lampiran 14. Hasil Analisa Statistik Uji Daya Lekat

ANOVA

Nilai

Sum of Squares df Mean Square F Sig.

Between Groups .001 3 .000 .115 .951

Within Groups .076 28 .003

Total .077 31

Keterangan :

H0 ; Diduga bahwa penambahan minyak atsiri daun jeruk limau tidak

mempengaruhi daya lekat salep

Ha : Diduga bahwa penambahan minyak atsiri mempengaruhi daya lekat salep

Dari hasil perhitungan diatas didapat nilai F hitung = 0.115 dengan signifikan

0.951 Nilai F tabel (df 3-28) pada tingkat signifikansi 0,05 adalah 2.95.

Nilai F hitung (0.115) < F tabel (2.95).

Dengan demikian H0 : diterima; Ha : ditolak

Kesimpulan : Penambahan minyak atsiri daun jeruk limau tidak mempengaruhi

daya lekat salep.

Lanjutan Lampiran 14. Hasil Analisa Statistik Uji Daya Lekat

Post Hoc Tests Multiple Comparisons

Dependent Variable:dayalekat

(I) formula (J) formula Mean Difference

(I-J) Std. Error Sig.

95% Confidence Interval

Lower Bound Upper Bound

Tukey HSD kontrol formula IA .0125 .0261 .963 -.059 .084

formula IB .0000 .0261 1.000 -.071 .071

formula IC .0000 .0261 1.000 -.071 .071

formula IA kontrol -.0125 .0261 .963 -.084 .059

formula IB -.0125 .0261 .963 -.084 .059

formula IC -.0125 .0261 .963 -.084 .059

formula IB kontrol .0000 .0261 1.000 -.071 .071

formula IA .0125 .0261 .963 -.059 .084

formula IC .0000 .0261 1.000 -.071 .071

formula IC kontrol .0000 .0261 1.000 -.071 .071

formula IA .0125 .0261 .963 -.059 .084

formula IB .0000 .0261 1.000 -.071 .071

Keterangan :

Salah satu fungsi uji Tukey adalah untuk mengetahui lebih lanjut perbedaan yang

terjadi antar kelompok variabel.

Dari hasil analisis menunjukkan tidak adanya perbedaan yang signifikan antar

kelompok variabel. Tidak adanya tanda bintang (*) pada mean difference

menunjukkan tidak adanya perbedaan yang signifikan atau nyata antar formula.

Lanjutan Lampiran 14. Hasil Analisa Statistik Uji Daya Lekat

b. Kontrol dengan formula II NPar Tests

One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test

nilai

N 32

Normal Parametersa,,b Mean 1.719

Std. Deviation .1061

Most Extreme Differences Absolute .195

Positive .195

Negative -.153

Kolmogorov-Smirnov Z 1.104

Asymp. Sig. (2-tailed) .175

a. Test distribution is Normal.

b. Calculated from data.

Keterangan :

Dari hasil uji normalitas dengan menggunakan One-Sample Kolmogorov-

Smirnov Test didapatkan nilai signifikan 0,175. Nilai signifikan > 0.05. Jadi,

dapat disimpulkan data terdistribusi normal. Data selanjutnya diuji dengan

Oneway Anova.

Oneway

Descriptives

Nilai

N Mean Std. Deviation Std. Error

95% Confidence Interval for Mean

Minimum Maximum Lower Bound Upper Bound

kontrol 8 1.700 .1069 .0378 1.611 1.789 1.6 1.9

formula IIA 8 1.763 .0916 .0324 1.686 1.839 1.6 1.9

formula IIB 8 1.737 .0916 .0324 1.661 1.814 1.6 1.9

formula IIC 8 1.675 .1282 .0453 1.568 1.782 1.5 1.9

Total 32 1.719 .1061 .0187 1.681 1.757 1.5 1.9

Lanjutan Lampiran 14. Hasil Analisa Statistik Uji Daya Lekat

ANOVA

Nilai

Sum of Squares df Mean Square F Sig.

Between Groups .036 3 .012 1.083 .373

Within Groups .312 28 .011

Total .349 31

Keterangan :

H0 ; Diduga bahwa penambahan minyak atsiri daun jeruk limau tidak

mempengaruhi daya lekat salep

Ha : Diduga bahwa penambahan minyak atsiri mempengaruhi daya lekat salep

Dari hasil perhitungan diatas didapat nilai F hitung = 1.083 dengan signifikan

0.373 Nilai F tabel (df 3-28) pada tingkat signifikansi 0,05 adalah 2.95.

Nilai F hitung (1.083) < F tabel (2.95).

Dengan demikian H0 : diterima; Ha : ditolak

Kesimpulan : Penambahan minyak atsiri daun jeruk limau tidak mempengaruhi

daya lekat salep.

Lanjutan Lampiran 14. Hasil Analisa Statistik Uji Daya Lekat

Post Hoc Tests

Keterangan :

Salah satu fungsi uji Tukey adalah untuk mengetahui lebih lanjut perbedaan yang

terjadi antar kelompok variabel.

Dari hasil analisis menunjukkan tidak adanya perbedaan yang signifikan antar

kelompok variabel. Tidak adanya tanda bintang (*) pada mean difference

menunjukkan tidak adanya perbedaan yang signifikan atau nyata antar formula.

Multiple Comparisons Dependent Variable:daya lekat

(I) formula (J) formula

Mean Difference (I-

J) Std. Error Sig.

95% Confidence Interval

Lower Bound Upper Bound

Tukey HSD kontrol formula IIA -.0625 .0528 .642 -.207 .082

formula IIB -.0375 .0528 .892 -.182 .107

formula IIC .0250 .0528 .964 -.119 .169

formula IIA kontrol .0625 .0528 .642 -.082 .207

formula IIB .0250 .0528 .964 -.119 .169

formula IIC .0875 .0528 .365 -.057 .232

formula IIB kontrol .0375 .0528 .892 -.107 .182

formula IIA -.0250 .0528 .964 -.169 .119

formula IIC .0625 .0528 .642 -.082 .207

formula IIC kontrol -.0250 .0528 .964 -.169 .119

formula IIA -.0875 .0528 .365 -.232 .057

formula IIB -.0625 .0528 .642 -.207 .082

Lanjutan Lampiran 14. Hasil Analisa Statistik Uji Daya Lekat

c. Kontrol dengan formula III NPar Tests

One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test

nilai

N 32

Normal Parametersa,,b Mean 3.409

Std. Deviation .0818

Most Extreme Differences Absolute .241

Positive .191

Negative -.241

Kolmogorov-Smirnov Z 1.364

Asymp. Sig. (2-tailed) .058

a. Test distribution is Normal.

b. Calculated from data.

Keterangan :

Dari hasil uji normalitas dengan menggunakan One-Sample Kolmogorov-

Smirnov Test didapatkan nilai signifikan 0,058. Nilai signifikan > 0.05. Jadi,

dapat disimpulkan data terdistribusi normal. Data selanjutnya diuji dengan

Oneway Anova.

Oneway

Descriptives

Nilai

N Mean Std. Deviation Std. Error

95% Confidence Interval for Mean

Minimum Maximum Lower Bound Upper Bound

kontrol 8 3.388 .0991 .0350 3.305 3.470 3.3 3.5

formula IIIA 8 3.437 .0518 .0183 3.394 3.481 3.4 3.5

formula IIIB 8 3.412 .0835 .0295 3.343 3.482 3.3 3.5

formula IIIC 8 3.400 .0926 .0327 3.323 3.477 3.3 3.5

Total 32 3.409 .0818 .0145 3.380 3.439 3.3 3.5

Lanjutan Lampiran 14. Hasil Analisa Statistik Uji Daya Lekat

ANOVA

Nilai

Sum of Squares df Mean Square F Sig.

Between Groups .011 3 .004 .520 .672

Within Groups .196 28 .007

Total .207 31

Keterangan :

H0 ; Diduga bahwa penambahan minyak atsiri daun jeruk limau tidak

mempengaruhi daya lekat salep

Ha : Diduga bahwa penambahan minyak atsiri mempengaruhi daya lekat salep

Dari hasil perhitungan diatas didapat nilai F hitung = 0.520 dengan signifikan

0.672. Nilai F tabel (df 3-28) pada tingkat signifikansi 0,05 adalah 2.95.

Nilai F hitung (0.520) < F tabel (2.95).

Dengan demikian H0 : diterima; Ha : ditolak

Kesimpulan : Penambahan minyak atsiri daun jeruk limau tidak mempengaruhi

daya lekat salep.

Lanjutan Lampiran 14. Hasil Analisa Statistik Uji Daya Lekat

Post Hoc Tests

Keterangan:

Salah satu fungsi uji Tukey adalah untuk mengetahui lebih lanjut perbedaan yang

terjadi antar kelompok variabel.

Dari hasil analisis menunjukkan tidak adanya perbedaan yang signifikan antar

kelompok variabel. Tidak adanya tanda bintang (*) pada mean difference

menunjukkan tidak adanya perbedaan yang signifikan atau nyata antar formula.

Multiple Comparisons Dependent Variable:daya lekat

(I) formula (J) formula Mean Difference (I-J) Std. Error Sig.

95% Confidence Interval

Lower Bound Upper Bound

Tukey HSD

kontrol formula IIIA -.0500 .0419 .635 -.164 .064

formula IIIB -.0250 .0419 .932 -.139 .089

formula IIIC -.0125 .0419 .991 -.127 .102

formula IIIA kontrol .0500 .0419 .635 -.064 .164

formula IIIB .0250 .0419 .932 -.089 .139

formula IIIC .0375 .0419 .807 -.077 .152

formula IIIB kontrol .0250 .0419 .932 -.089 .139

formula IIIA -.0250 .0419 .932 -.139 .089

formula IIIC .0125 .0419 .991 -.102 .127

formula IIIC Kontrol .0125 .0419 .991 -.102 .127

formula IIIA -.0375 .0419 .807 -.152 .077

formula IIIB -.0125 .0419 .991 -.127 .102

Lampiran 15. Gambar Formulasi Salep I, II, dan III

Gambar formula I

Gambar formula II

Gambar formula III

Lampiran 16. Hasil Uji Iritasi

Hasil Uji Iritasi Formulasi I

Tangan kanan yang diolesi Tangan kiri sebagai kontrol

Hasil Uji Iritasi Formulasi II

Tangan kanan yang diolesi Tangan kiri sebagai kontrol

Hasil Uji Iritasi Formulasi III

Tangan kanan yang diolesi Tangan kiri sebagai kontrol

Lampiran 17. Gambar alat uji

Gambar alat uji daya sebar Gambar alat uji kelengketan

Gambar alat viskostester Gambar pH meter

Gambar alat refraktometer