uji aktivitas salep minyak atsiri lengkuas merah alpinia

14
29 Jurnal Ilmu Kesehatan Vol. IX Nomor 1 Juni 2017 UJI AKTIVITAS SALEP MINYAK ATSIRI LENGKUAS MERAH (Alpinia purpurata K. Schum) DENGAN BASIS HIDROKARBON DAN BASIS LARUT AIR TERHADAP Staphylococcus aureus INTISARI Elizabeth Kristanti Handayani 1 , Beta Ria Erika MD 2 , Mitta Aninjaya 3 Rimpang lengkuas merah (Alpinia purpurata K.Schum) memiliki kandungan minyak atsiri yang berfungsi sebagai antibakteri. Untuk memudahkan pemakaian, maka minyak atsiri lengkuas merah diformulasikan dalam bentuk sediaan salep. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh perbedaan salep minyak atsiri lengkuas merah (Alpinia purpurata K.Schum) dengan basis hidrokarbon (vaselin album) dan basis larut air (PEG 4000 dan kombinasi PEG 400 dan 4000) terhadap sifat fisik dan aktivitas antibakteri Staphylococcus aureus. Jenis penelitian ini adalah penelitian eksperimental. Metode penyarian yang digunakan adalah destilasi uap air selama ± 6 jam. Minyak atsiri pada konsentrasi 5%, 10%, 15%, 25%, 35% diuji aktivitas antibakteri. Kemudian minyak atsiri lengkuas merah konsentrasi 25% diformulasikan dalam sediaan salep dengan basis hidrokarbon (vaselin album) dan basis larut air (PEG 4000 dan kombinasi PEG 400 dan 4000). Pengujian aktivitas antibakteri menggunakan Staphylococcus aureus dengan metode difusi agar sumuran, dilanjutkan uji sifat fisik salep meliputi uji organoleptis, homogenitas, daya proteksi, daya lekat, daya sebar dan pH. Hasil penelitian salep dengan basis hidrokarbon (vaselin album) memiliki sifat fisik salep yang lebih baik dari pada basis larut air (PEG 4000 dan Kombinasi PEG), penggunaan ketiga basis memiliki perbedaan signifikan terhadap mutu fisik salep dan efektivitas terhadap bakteri Staphylococcus aureus. Kata Kunci : Minyak atsiri lengkuas merah (Alpinia purpurata K.Schum), salep, basis hidrokarbon (vaselin album), basis larut air (PEG 4000, PEG 400), Staphylococcus aureus. 1 Elizabeth Kristanti Handayani, Mahasiswa STIKES Duta Gama Klaten 2 Beta Ria Erika MD, M.Sc.,Apt, Pembimbing I 3 Mitta Aninjaya, S.Farm.,Apt, Pembimbing II

Upload: others

Post on 16-Oct-2021

4 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: UJI AKTIVITAS SALEP MINYAK ATSIRI LENGKUAS MERAH Alpinia

29 Jurnal Ilmu Kesehatan Vol. IX Nomor 1 Juni 2017

UJI AKTIVITAS SALEP MINYAK ATSIRI LENGKUAS MERAH

(Alpinia purpurata K. Schum) DENGAN BASIS HIDROKARBON DAN

BASIS LARUT AIR TERHADAP Staphylococcus aureus

INTISARI

Elizabeth Kristanti Handayani1, Beta Ria Erika MD

2, Mitta Aninjaya

3

Rimpang lengkuas merah (Alpinia purpurata K.Schum) memiliki kandungan minyak atsiri yang

berfungsi sebagai antibakteri. Untuk memudahkan pemakaian, maka minyak atsiri lengkuas merah

diformulasikan dalam bentuk sediaan salep. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh perbedaan salep

minyak atsiri lengkuas merah (Alpinia purpurata K.Schum) dengan basis hidrokarbon (vaselin album) dan basis

larut air (PEG 4000 dan kombinasi PEG 400 dan 4000) terhadap sifat fisik dan aktivitas antibakteri

Staphylococcus aureus.

Jenis penelitian ini adalah penelitian eksperimental. Metode penyarian yang digunakan adalah destilasi

uap air selama ± 6 jam. Minyak atsiri pada konsentrasi 5%, 10%, 15%, 25%, 35% diuji aktivitas antibakteri.

Kemudian minyak atsiri lengkuas merah konsentrasi 25% diformulasikan dalam sediaan salep dengan basis

hidrokarbon (vaselin album) dan basis larut air (PEG 4000 dan kombinasi PEG 400 dan 4000). Pengujian

aktivitas antibakteri menggunakan Staphylococcus aureus dengan metode difusi agar sumuran, dilanjutkan uji

sifat fisik salep meliputi uji organoleptis, homogenitas, daya proteksi, daya lekat, daya sebar dan pH.

Hasil penelitian salep dengan basis hidrokarbon (vaselin album) memiliki sifat fisik salep yang lebih

baik dari pada basis larut air (PEG 4000 dan Kombinasi PEG), penggunaan ketiga basis memiliki perbedaan

signifikan terhadap mutu fisik salep dan efektivitas terhadap bakteri Staphylococcus aureus.

Kata Kunci : Minyak atsiri lengkuas merah (Alpinia purpurata K.Schum), salep, basis hidrokarbon (vaselin

album), basis larut air (PEG 4000, PEG 400), Staphylococcus aureus.

1Elizabeth Kristanti Handayani, Mahasiswa STIKES Duta Gama Klaten

2Beta Ria Erika MD, M.Sc.,Apt, Pembimbing I

3Mitta Aninjaya, S.Farm.,Apt, Pembimbing II

Page 2: UJI AKTIVITAS SALEP MINYAK ATSIRI LENGKUAS MERAH Alpinia

30 Jurnal Ilmu Kesehatan Vol. IX Nomor 1 Juni 2017

ACTIVITY TEST OF RED GALANGAL (Alpinia purpurata K.Schum)

ESSENTIAL OIL OINTMENT WITH HYDROCARBON BASE AND

WATER SOLUBLE BASE TO Stapphylococcus aureus

Abstract

Elizabeth Kristanti Handayani1, Beta Ria Erika MD

2, Mitta Aninjaya

3

Red Galangal rhizomes (Alpinia purpurata K.Schum) contains essential oil which has

function as antibacterial. To ease in applying, red galangal essential oil is formulated in

ointment form. This research is aimed to know the difference effect of red galangal essential

oil ointment (Alpinia purpurata K.Schum) with hydrocarbon base (vaseline album) and water

soluble base (PEG 4000 and combination PEG 400 and 4000) to physical character and

antibacterial activity to Staphylococcus aureus.

The kind of this research is experimental. Extraction method which is used is water

vapor distillation for ± 6 hours. The essential oil in concentration 5%, 10%, 15%, 25%, 35%

are tested antibacterial activity. Then red galangal essential oil in concentration 25% is

formulated in ointment supply with hydrocarbon base (vaseline album) and water soluble base

(PEG 4000 and combination PEG 400 and 4000). Antibacterial activity test uses

Staphylococcus aureus with diffusion method, then it is tested ointment physical character

which covers organoleptic test, homogeneity, protection power, sticky power, spread power

and pH.

The result shows that the ointment with hydrocarbon base (vaseline album) has

ointment physical character which is better than water soluble base (PEG 4000 and

combination PEG). The use of the three bases has significant difference to ointment physical

quality and effectivity to Staphylococcus aureus.

Key words: red galangal essential oil (Alpinia purpurata K.Schum), ointment, hydrocarbon

base (vaseline album), water soluble base (PEG 4000, PEG 400),

Staphylococcus aureus.

1Elizabeth Kristanti Handayani, student of STIKES Duta Gama Klaten

2Beta Ria Erika MD, M.Sc.,Apt, advisor I

3Mitta Aninjaya, S.Farm.,Apt, advisor II

Page 3: UJI AKTIVITAS SALEP MINYAK ATSIRI LENGKUAS MERAH Alpinia

31 Jurnal Ilmu Kesehatan Vol. IX Nomor 1 Juni 2017

PENDAHULUAN

Iklim di negara Indonesia yang

tropis, serta didukung oleh perubahan

iklim yang tidak menentu menyebabkan

terjadinya banyak penyakit. Hal tersebut

disebabkan oleh berbagai bentuk

mikroorganisme penyebab infeksi, bila

dibiarkan berkembang biak akan dapat

memberikan efek buruk bagi penderita.

Sebagian besar infeksi disebabkan oleh

bakteri. Contoh bakteri yang dapat

menyebabkan infeksi diantaranya

Staphylococcus aureus. Bakteri ini dapat

menyebabkan penyakit bisul, penyakit

bisul merupakan salah satu infeksi lokal

yang terjadi dibawah kulit, yang

disebabkan oleh kuman Staphylococcus

aureus hemolitik (Irianto, 2014).

Salah satu bahan alam yang

memiliki potensi untuk dikembangkan

sebagai obat tradisional adalah lengkuas

merah. Khasiat obat umumnya disebabkan

oleh kandungan metabolit sekundernya,

salah satu diantaranya minyak atsiri.

minyak atsiri dalam lengkuas,

mengandung senyawa eugenol, sineol, dan

metil sinamat Senyawa ini bersifat

bakterisid, fungisid, dan mampu

menonaktifkan virus-virus lipofilik

(Ketaren, 1985)

Dengan kandungan kimia yang ada

pada minyak atsiri lengkuas merah maka

akan lebih mudah dalam pemanfaatannya

adalah dibuat dalam formulasi sediaan

topikal dengan masing-masing pembawa

yang sesuai. Sediaan topikal yang sesuai

adalah salep.

Salep bersifat lembut, melembab-

kan, mempermudah perbaikan luka pada

kulit dan melindungi kulit (Voigt, 1994).

Keberhasilan dan kegagalan terapi

menggunakan salep tergantung pada

pemilihan dasar salep yang sesuai.

Pemilihan dasar salep hidrokarbon

(vaselin album) dikarenakan basis sukar

larut dalam air yang memungkinkan

memiliki daya lekat yang lebih besar dan

pemilihan dasar salep larut air (PEG 4000

dan kombinasi PEG 400 dan 4000) karena

dasar salep dapat dicuci dengan air, dan

campurannya (Departemen Kesehatan RI.,

1979).

Berdasarkan uraian tersebut di atas

dapat diindikasikan bahwa leng-kuas

merah memiliki daya antibakteri, maka

perlu dilakukan penelitian daya antibakteri

salep minyak atsiri lengkuas merah

dengan basis vaselin album, PEG 4000,

kombinasi PEG 4000 dan 400 terhadap

bakteri Staphylococcus aureus.

METODE PENELITIAN

1. Desain Penelitian

Penelitian ini bersifat

eksperimental laboratoris dengan

desain penelitian Posttest Only Control

Group Design.

2. Waktu Dan Tempat Penelitan

Penelitian ini dilaksanakan pada

bulan Mei 2017 hingga Agustus 2017.

Page 4: UJI AKTIVITAS SALEP MINYAK ATSIRI LENGKUAS MERAH Alpinia

32 Jurnal Ilmu Kesehatan Vol. IX Nomor 1 Juni 2017

Tempat penelitian dilakukan di

Laboratorium Kimia Stikes Duta Gama

Klaten, Laboratorium Fitokimia,

Laboratorium Teknologi Farmasi

Kampus III Universitas Ahmad Dahlan

Yogyakarta, serta Balai Laboratorium

Kesehatan Yogyakarta.

3. Bahan Dan Alat Bahan-bahan yang

digunakan

Rimpang lengkuas merah yang

didapat di daerah Delanggu Kabupaten

Klaten, vaselin album, PEG 400, PEG

4000, media uji Mueller Hinton, biakan

bakteri Staphylococcus aureus,

aquadest steril, salep minyak atsiri

lengkuas merah, spirtus, masker,

handscoon, kertas label, kapas.

Alat-alat yang digunakan

Alat destilasi uap dan air,

alumunium foil, botol, corong pisah,

mortir dan stamfer, batang pengaduk,

timbangan analitik, cawan porselin,

sudip, gelas ukur (pyrex), pot salep,

kaca obyek, pH meter, alat uji daya

sebar, alat uji kelengketan, anak

timbang, tabung reaksi (pyrex), cawan

petri, bunsen, jarum ose, pipet, gelas

ukur (pyrex), autoclave, mistar,

pervolator, penangas air, vortex, mikro

pipet, spuit 5 cc, piknometer,

inkubator, densicheck.

4. Jalannya Penelitian Determinasi

tanaman

Determinasi tanaman dilakukan di

Laboratorium Biologi Fakultas

Keguruan Dan Ilmu Pendidikan

Universitas Muhammadiyah Surakarta.

Penyiapan simplisia

Rimpang lengkuas merah diperoleh

dari daerah Delanggu, Kabupaten

Klaten. Rimpang yang telah bersih dan

bebas dari sisa air pencucian kemudian

dipotong secara melintang sepanjang 5

cm sampai 6 cm, kemudian dibelah

memanjang dengan ketebalan 1,5 cm-3

cm. Kemudian dikeringkan di bawah

sinar matahari tidak langsung atau

ditutup dengan kain hitam agar

penguapan yang terjadi tidak terlalu

cepat selama kurang lebih 5 hari,

setelah itu simplisia di simpan dalam

plastik kedap udara.

Pembuatan minyak atsiri lengkuas

merah

Irisan rimpang lengkuas merah yang

telah kering sebanyak 7 kg, dimasukkan

dalam dandang alat destilasi uap air

seluruhnya. Alat destilasi disusun secara

seragam dengan pendingin (kondensor),

Pastikan kondensor tetap mengalir,

sehingga terjadi pengembunan dan uap air

yang bercampur minyak atsiri tersebut

akan mencair kembali. Usahakan

temperatur selalu dikontrol pada suhu uap

5°C dan suhu dalam ketel 100°C sehingga

dihasilkan destilat minyak atsiri. Setelah

didapat minyak atsiri kemudian

tambahkan NaSO4 anhidrat untuk menarik

air yang masih bercampur dengan minyak

atsiri, kemudian disaring untuk

Page 5: UJI AKTIVITAS SALEP MINYAK ATSIRI LENGKUAS MERAH Alpinia

33 Jurnal Ilmu Kesehatan Vol. IX Nomor 1 Juni 2017

mendapatkan minyak atsiri yang sudah

dipisahkan dari kandungan airnya.

Penentuan bobot jenis

Penentuan bobot minyak atsiri

diukur dengan menggunakan alat

piknometer ukur 25 ml, menggunakan

rumus : , untuk A sebagai berat

piknometer kosong, B sebagai berat

piknometer dan minyak atsiri sedangkan

C sebagai berat piknometer dan air.

Penentuan rendemen minyak atsiri

Penentuan rendemen minya atsiri

lengkuas merah dihitung dengan rumus

kadar (%) minyak atsiri. % Kadar minyak

atsiri : %, untuk vol sebagai

volume minyak atsiri yang dihasilkan dan

M sebagai berat rimpang lengkuas kering

yang digunakan.

Formulasi

Tabel 1. Formulasi salep minyak atsiri lengkuas

merah

No Bahan F I F II F III

1. Minyak atsiri

lengkuas merah

15%

10 gr 10 gr 10 gr

2. PEG 4000 30 gr 15 gr -

3. PEG 400 - 15 gr -

4. Vaselin album - - 30 gr

Jumlah 40 gr 40 gr 40 gr

Pembuatan salep minyak atsiri

lengkuas merah dengan basis vaselin

album

Vaselin album dimasukkan ke

dalam mortir. Tambahkan minyak atsiri

yang sudah terdapat basis, aduk hingga

homogen, lakukan 3 kali percobaan.

Masukkan dalam pot salep uji sifat

fisiknya.

Pembuatan salep minyak atsiri

lengkuas merah dengan basis

kombinasi PEG (PEG 4000 dan 400)

Pembuatan salep dengan basis

kombinasi PEG menggunakan peraturan

salep nomor empat yaitu dengan cara PEG

400 dan PEG 4000 dilelehkan dalam

cawan porselin diatas waterbath,

kemudian masukkan dalam mortir panas

digerus hingga dingin dan terbentuk

massa salep. Tambahkan minyak atsiri

lalu aduk hingga homogen, kemudian

masukkan dalam pot salep. Setelah salep

jadi dilakukan uji sediaan sifat fisik salep

tersebut.

Pembuatan salep minyak atsiri

lengkuas merah dengan basis PEG 4000

PEG 4000 dilelehkan dalam cawan

porselin diatas waterbath, kemudian

masukkan dalam mortir panas digerus

hingga dingin dan terbentuk massa salep.

Tambahkan minyak atsiri lalu aduk

hingga homogen, kemudian masukkan

dalam pot salep. Setelah salep jadi

dilakukan uji sediaan sifat fisik salep

tersebut.

Evaluasi sediaan salep minyak atsiri

lengkuas merah

a. Uji homogenitas

Sediaan diuji homogenitasnya

dengan menimbang 0,5 gram salep

kemudian oleskan pada kaca obyek

lalu tutup obyek glass. Diamati sediaan

Page 6: UJI AKTIVITAS SALEP MINYAK ATSIRI LENGKUAS MERAH Alpinia

34 Jurnal Ilmu Kesehatan Vol. IX Nomor 1 Juni 2017

salep tersebut (Ulaen dkk., 2012

cit.Erviana, 2016).

b. Uji pH

Sebanyak 0,5 gram salep dilarutkan

dalam 30 ml aquadest. Ukur pH-nya

dengan pH meter sampai menunjukkan

pH yang konstan.

c. Uji proteksi

Diambil sepotong kertas saring (10

x 10) cm lalu dibasahi dengan larutan

PP sebagai indikator, keringkan.

Kemudian olesi dengan sediaan pada

kertas saring, pada kertas saring yang

lain dibuat suatu area (2,5 x 2,5) cm

dengan paraffin cair. Setelah kering

didapat areal yang dibatasi dengan

paraffin tersebut. Lalu tempelkan

kertas saring (no.2) di atas kertas

saring sebelumnya (no.1), kemudian

basahi areal ini dengan larutan KOH

(0,1). Lakukan pengamatan setelah

kertas saring dibasahi dengan larutan

PP pada waktu 3 dan 5 menit.

d. Uji daya sebar

Sediaan diuji daya sebarnya dengan

menimbang 0,5 gram salep kemudian

letakkan massa salep pada kaca, tutup

dengan kaca penutup. Diukur diameter

sediaan yang menyebar dengan

mengambil rata-rata diameter dari

beberapa sisi. Ditambahkan beban

tambahan sebesar 150 gram, diamkan

selama 1 menit dan catat diameter

salep menyebar. Amati perubahan

diameter setiap 1 menit selama 10

menit, atau ketika diameter sudah

konstan. Ulangi masing-masing 3 kali

untuk setiap salep yang diperiksa.

e. Uji daya lekat

Salep diletakkan secukupnya di

atas gelas obyek, diletakkan gelas

obyek lain diatas salep tersebut yang

dipasang pada alat uji daya, kemudian

tambahkan beban 1000 gram selama 5

menit. Setelah 5 menit beban

diturunkan dan catat waktunya hingga

kedua gelas obyek ini terlepas. Ulangi

masing-masing 3 kali untuk setiap

salep yang diperiksa.

f. Uji anti bakteri

Suspensi kekeruhan Staphylo-

coccus aureus yang setara dengan

kekeruhan standar 0,5Mc Farland,

diambil dengan lidi kapas steril.

Kemudian dioleskan/ digoreskan

secara merata di atas media Mueller

Hinton Agar steril. Buat sumur pada

media agar dengan alat pelubang

berdiameter masing-masing 6 mm.

Salep yang telah dibuat, diisikan

kedalam lubang tersebut hingga terisi

sempurna. Lakukan inkubasi selama 1

x 24 jam hari dengan suhu 37o

C serta

kondisi lingkungan yang sesuai dengan

pertumbuhan bakteri Staphylococcus

aureus.

Pengamatan zona bening sampel

terhadap pertumbuhan bakteri uji

dilakukan dengan mengukur diameter

zona bening.

Page 7: UJI AKTIVITAS SALEP MINYAK ATSIRI LENGKUAS MERAH Alpinia

35 Jurnal Ilmu Kesehatan Vol. IX Nomor 1 Juni 2017

HASIL DAN PEMBAHASAN

1. Determinasi Tanaman

Identifikasi tanaman dilakukan di

Laboratorium Biologi Fakultas

Keguruan Dan Ilmu Pendidikan

Universitas Muhammadiyah Surakarta

dengan mencocokkan ciri morfologi

tanaman seperti daun, akar, batang dan

bunga menurut pustaka acuan.

Berdasarkan hasil determinasi

tanaman didapatkan hasil bahwa benar

tanaman yang digunakan merupakan

tanaman lengkuas merah (Alpinia

purpurata (Vieill.) K.Schum.) dengan

sinonim Guillainia purpurata.

2. Hasil Perhitungan Bobot Jenis

Minyak Atsiri Lengkuas Merah

Simplisia lengkuas merah sebanyak

7 kg didestilasi menggunakan metode

destilasi uap air, dan dihasilkan minyak

atsiri sebanyak 50 mL. sehingga

diperoleh bobot jenis minyak atsiri

lengkuas merah sebesar 0,92 gram/mL.

Pada Buku Pembuatan Simplisia

(Departemen Kesehatan RI, 1985)

disebutkan bahwa BJ minyak pada

umumnya berkisar antara 0,80-1,18,

dilihat dari rata-rata bobot jenisnya

dapat dikatakan bahwa minyak yang

dihasilkan dari proses destilasi uap dan

air memenuhi standar yang telah

ditetapkan.

3. Penentuan Rendemen Minyak Atsiri

Lengkuas Merah

Rimpang lengkuas merah kering

sebanyak 7 kg (7.000 gram) didapat

rendemen minyak atsiri dengan hasil

0,7142 %. Ermiati dkk (2004)

melaporkan bahwa hasil rendemen

minyak atsiri rimpang lengkuas kering

sebanyak 5 kg adalah 3,213%.

Bervariasinya rendemen minyak atsiri

diduga disebabkan oleh varietas, umur

panen, pemupukan, lingkungan

tumbuh, bentuk rimpang dalam

keadaan segar atau kering, metode

penyulingan yang digunakan dalam

proses destilasi minyak atsiri.

4. Hasil Uji Sifat Fisik Sediaan Salep

Minyak Atsiri Lengkuas Merah

Homogenitas sediaan salep

Pengujian ini bertujuan untuk

mengetahui homogenitas dari ketiga

formula salep minyak atsiri lengkuas

merah. Hasil uji homogenitas dari

ketiga formula salep dapat dilihat pada

tabel 2 :

Tabel 2. Hasil uji homogenitas salep minyak

atsiri lengkuas merah No. Formula Hasil uji

1 Formula I Homogen

2 Formula II Homogen

3 Formula III Homogen

Sumber : Data Primer, 2017

Keterangan :

Formula I :salep minyak atsiri

lengkuas merah de-

ngan basis PEG 4000.

Page 8: UJI AKTIVITAS SALEP MINYAK ATSIRI LENGKUAS MERAH Alpinia

36 Jurnal Ilmu Kesehatan Vol. IX Nomor 1 Juni 2017

Formula II :salep minyak atsiri

lengkuas merah dengan

basis kombi-nasi.

Formula III :salep minyak atsiri

lengkuas merah dengan

basis vaselin album.

Hasil pengujian menunjukkan

masing-masing formula salep

menunjukkan hasil salep yang

homogendilihat dengan tidak adanya

partikel yang bergerombol dan salep

menyebar secara merata. Sehingga

dapat diambil kesimpulan bahwa

perbedaan basis salep tidak

mempengaruhi homogenitas salep

minyak atsiri lengkuas merah.

Uji organoleptis salep

Pengujian organolpetis salep

minyak atsiri lengkuas merah meliputi

uji warna, bau dan bentuk salep. Hasil

uji organoleptis dapat dilihat pada

tabel 3.

Tabel 3 Hasil uji organoleptis salep minyak

atsiri lengkuas merah Uji Formula I Formula II Formula III

Warna Putih, keku-

ningan

Putih, keku-

ningan

Putih

Bau Khas minyak

atsiri lengkuas

merah

Khas minyak

atsiri

lengkuas

merah

Khas

minyak

atsiri

lengkuas

merah

Bentuk Konsistensi

padat

Konsistensi

lunak

Konsistensi

lunak

Sumber : Data Primer, 2017

Hasil pengujian menunjukkan

adanya kestabilan warna, bau dan

bentuk salep selama masa

penyimpanan dua minggu pengujian.

Dari hasil didapatkan, sedian salep

dengan basis hidrokarbon maupun

basis larut air memiliki kestabilan yang

baik. Dari pengujian tersebut dapat

diambil kesimpulan bahwa perbedan

tipe basis salep yang digunakan pada

formula salep minyak atsiri lengkuas

merah tidak berpengaruh terhadap hasil

uji organoleptis salep.

Uji pH

Uji pH dilakukan untuk mengetahui

apakah pH salep yang akan digunakan

telah sesuai dengan pH kulit yaitu

berada pada rentang pH 4,5-6,5

sehingga tidak menyebabkan iritasi

pada kulit. Hasil uji pH salep minyak

atsiri lengkuas merah dapat dilihat

pada tabel dibawah ini :

Tabel 4 Hasil uji pH salep minyak atsiri

lengkuas merah

Formula

Derajat keasaman (pH)

R.1 R.2 R.3

I 5 5 5

II 5 5 5

III 5 5 5

Rata-rata 5 5 5

Sumber: Data Primer, 2017.

Pemeriksaan pH menggunakan

Universal Indikator E-Merck.

Berdasarkan hasil pengujian

diketahui pH salep minyak atsiri

lengkuas merah rata-rata adalah 5. Hal

ini menunjukkan bahwa salep minyak

atsiri lengkuas merah telah memenuhi

persyaratan sediaan topikal.

Uji daya proteksi

Pengujian ini bertujuan untuk

mengetahui kekuatan salep dalam

melindungi kulit dari pengaruh luar

pada saat pengobatan. Hasil pengujian

Page 9: UJI AKTIVITAS SALEP MINYAK ATSIRI LENGKUAS MERAH Alpinia

37 Jurnal Ilmu Kesehatan Vol. IX Nomor 1 Juni 2017

daya proteksi dapat dilihat pada tabel

berikut ini :

Tabel 5. Hasil uji daya proteksi salep minyak

atsiri lengkuas merah

Formula

Waktu pengukuran

15 dtk 30 dtk 45 dtk 60 dtk 1 mnt 5 mnt

Formula I - - - - - -

Formula II - - - - - -

Formula III - - - - - -

Sumber : Data Primer, 2017

Keterangan :

Formula I : salep minyak atsiri

lengkuas merah dengan

basis PEG 4000.

Formula II : salep minyak atsiri

lengkuas merah dengan

basis kombinasi.

Formula III : salep minyak atsiri

lengkuas merah dengan

basis vaselin album.

(-) : menunjukkan tidak ada noda merah.

(+) : menunjukkan ada noda merah

Berdasarkan hasil uji daya proteksi

salep minyak atsiri lengkuas merah,

pada ketiga formulasi tersebut dapat

memberikan perlindungan terhadap

kulit dari pengaruh luar sehingga

keefektifan salep lebih maksimal,

ditandai dengan tidak adanya noda

merah pada kertas saring setelah

penambahan KOH 0,1 N dalam kurun

waktu 5 menit serta membuktikan

bahwa salep minyak atsiri lengkuas

merah memiliki daya proteksi yang

baik dan memenuhi syarat uji proteksi,

sehingga perbedaan penggunaan basis

salep antara basis hidrokarbon (vaselin

album) dan basis larut air (PEG 4000

dan kombinasi PEG) tidak berpengaruh

terhadap daya proteksi salep minyak

atsiri lengkuas merah.

Uji daya sebar salep

Uji daya sebar salep digunakan

untuk mengetahui kemampuan

menyebarnya salep pada permukaan

kulit yang akan diobati. Suatu sediaan

salep diharapkan mampu menyebar

dengan mudah di tempat pemberian

tanpa menggunakan tekanan yang

berarti. Hasil pengamatan daya sebar

salep minyak atsiri lengkuas merah

dapat dilihat sebagai berikut:

Tabel 6 Hasil uji daya sebar salep minyak

atsiri lengkuas merah

Replikasi

Rata-rata diameter daerah penyebaran

salep minyak atsiri lengkuas merah (cm)

F I F II F III

1 5,20 5,90 6,30

2 5,33 5,80 6,00

3 5,30 6,00 6,50

Rata-rata 5,30 5,90 6,26

SD 0,08888 0,10000 0,25166

Sumber : Data Primer, 2017

Keterangan :

Hasil pengujian daya sebar salep

minyak atsiri lengkuas merah untuk

salep dengan basis hidrokarbon

memiliki luas penyebaran yang lebih

besar dibandingkan dengan salep

dengan basis larut air (PEG 4000 dan

kombinasi). Hal ini dipengaruhi

dengan konsistensi vaselin album yang

lebih lunak sehingga dalam daya

penyebaran lebih besar dan mudah

dalam pengolesan. Sedangkan

penggunaan basis PEG 4000 memiliki

daya sebar paling sempit karena basis

salep ini memiliki BM di atas 3000

yang berupa padatan semi kristalin,

Page 10: UJI AKTIVITAS SALEP MINYAK ATSIRI LENGKUAS MERAH Alpinia

38 Jurnal Ilmu Kesehatan Vol. IX Nomor 1 Juni 2017

mudah larut dalam air hangat dan

menguap pada suhu kamar sehingga

bentuknya berupa padatan. Hal ini

menyebabkan daya sebar salep lebih

sempit dan pada saat pengolesan agak

lebih sulit dalam penyebarannya.

Berdasarkan hasil uji daya sebar

salep minyak atsiri lengkuas merah,

kemudian dilakukan analisa statistik

menggunakan program SPSS versi 16.

Adapun hasil analisis dapat dilihat

pada tabel di bawah ini :

Tabel 7. Analisis data uji daya sebar salep

minyak atsiri lengkuas merah

Normalitas 0,938 sig > 0,05 Normal

Homogenitas 0,243 sg > 0,05 Homogen

Anova 0,001 sig < 0,05 Ada perbedaan

Sumber : Data Primer, 2017.

Hasil uji normalitas menggunakan

Kolmogorov-Smirnov dan didapatkan

harga signifikansi 0,938 sig > 0,05

artinya data terdistribusi normal dan

hasil uji homogenitas memiliki nilai

signifikansi 0,243 sig > 0,05 yang

berarti data homogen, dilanjutkan uji

One-Way Anova dengan taraf

kepercayaan 95% diperoleh P Value

0,001 < 0,05 berarti ada perbedaan

yang signifikan dari daya sebar salep

minyak atsiri lengkuas merah antara

basis hidrokarbon (vaselin album) dan

basis larut air (PEG 4000 dan

kombinasi PEG).

Uji daya lekat salep

Pengujian daya lekat salep

dilakukan untuk mengetahui

kemampuan lamanya salep dapat

menempel pada permukaan kulit.

Semakin besar daya lekat salep maka

absorpsi zat aktif obat akan semakin

besar karena ikatan atau interaksi salep

dengan kulit akan semakin lama,

sehinga basis salep akan melepaskan

zat aktif obat lebih optimal.

Pengamatan uji daya lekat salep

minyak atsiri lengkuas merah dapat

dilihat pada tabel 8.

Tabel 8. Hasil uji daya lekat salep minyak

atsiri lengkuas merah

Replikasi

Daya lekat (detik)

F I F II F III

1 75,00 35,38 9,00

2 93,00 34,39 8,11

3 120,00 39,17 2,15

Rata-rata 96,00 36,31 6,42

SD 22,64950 2,52298 3,72461

Sumber : Data Primer, 2017

Berdasarkan hasil uji daya lekat

salep minyak atsiri lengkuas merah

formula I memiliki daya lekat paling

besar dibandingkan dengan formula II

dan formula III. Untuk formula I yang

menggunakan basis salep PEG 4000

menyebabkan semakin besar daya lekat

salep karena konsistensi PEG 4000

yang menyebabkan salep lebih padat.

Berdasarkan tabel 8 selanjutnya

dilakukan analisis statistik didapatkan

hasil seperti tabel dibawah ini :

Tabel 9. Analisis data uji daya lekat salep

minyak atsiri lengkuas merah.

Normalitas 0,703 sig >

0,05 Normal

Homogenitas 0,071 sg >

0,05 Homogen

Anova 0,000 sig <

0,05 Ada perbedaan

Sumber : Data Primer, 2017

Page 11: UJI AKTIVITAS SALEP MINYAK ATSIRI LENGKUAS MERAH Alpinia

39 Jurnal Ilmu Kesehatan Vol. IX Nomor 1 Juni 2017

Hasil uji normalitas menggunakan

Kolmogorov-Smirnov dan didapatkan

harga signifikansi 0,703 sig > 0,05

artinya data terdistribusi normal dan

hasil uji homogenitas memiliki nilai

signifikansi 0,071sig > 0,05 yang

berarti data homogen, dilanjutkan uji

One-Way Anova dengan taraf

kepercayaan 95% diperoleh P Value

0,000 < 0,05 berarti kesimpulan ada

perbedaan yang signifikan dari daya

lekat salep minyak atsiri lengkuas

merah antara basis hidrokarbon

(vaselin album) dan basis larut air

(PEG 4000 dan kombinasi PEG).

Hasil Uji Daya Antibakteri

Staphylococcus aureus.

Uji aktivitas antibakteri bertujuan

untuk mengetahui daya hambat minyak

atsiri lengkuas merah terhadap

Staphylococcus aureus. Uji aktivitas

antibakteri yang digunakan pada

penelitian ini adalah menggunakan

metode difusi agar dengan teknik

sumuran dan media yang digunakan

adalah MHA (Mueller Hinton Agar).

Uji aktivitas antibakteri ini dilakukan

pada perbedaan penggunaan basis pada

sediaan salep minyak atsiri lengkuas

merah dengan basis hidrokarbon

(vaselin album) dan basis larut air

(PEG 4000 dan kombinasi PEG).

Hasil daya hambat diperoleh dari

uji aktivitas antibakteri mengunakan

minyak atsiri lengkuas merah dengan

konsentrasi 5%, 10%, 15%, 25%, dan

35%. Dibawah ini adalah hasil uji daya

hambat pertumbuhan bakteri Staphy-

lococcus aureus yang diberi perlakuan

dengan pemberian minyak atsiri

dengan beberapa konsentrasi yang

telah diinkubasi selama 24 jam.

Tabel 10. Hasil uji daya hambat minyak atsiri

lengkuas merah dengan konsentrasi

5%, 10%, 15%, 25%, dan 35%.

Ulangan

Diameter zona hambat (mm)⁎

Minyak atsiri rimpang

lengkuas merah

5% 10% 15% 25% 35%

1 - - 9 10 14

2 - - 8 12 13

3 - - 12 15 15

Rata2 - - 9,67 12,33 14

Hasil daya hambat diperoleh dari

melakukan uji aktivitas salep minyak

atsiri lengkuas merah dengan

perbedaan basis hidrokarbon (vaselin

album) dan basis larut air (PEG 4000

dan kombinasi PEG) yang digunakan

pada pembatan sediaan salep dan dapat

dilihat dari gambar 1, gambar 2,

gambar 3 dan tabel 11.

Ulangan 1

Gambar 1. Diameter zona hambat salep

minyak atsiri lengkuas merah

basis PEG 4000.

Page 12: UJI AKTIVITAS SALEP MINYAK ATSIRI LENGKUAS MERAH Alpinia

40 Jurnal Ilmu Kesehatan Vol. IX Nomor 1 Juni 2017

Ulangan 2

Gambar 2. Diameter zona hambat salep minyak

atsiri lengkuas merah basis kombinasi

PEG 4000 dan 400.

Ulangan 3

Gambar 3. Diameter zona hambat salep

minyak atsiri lengkuas merah basis

vaselin album.

Tabel 11. Hasil pengukuran diameter zona

hambat salep minyak at-siri lengkuas

merah terhadap Staphylococcus aureus

Replikasi

Rata-rata diameter daerah hambat salep minyak atsiri lengkuas merah (mm)

F I F II FIII K (+) K(-)

1 14,33 18,67 20,33 10,33 0

2 14,33 17,33 19,00 19,33 0

3 15,33 17,00 20,22 20,00 0

Rata-rata 14,66 17,67 19,85 16,55 0

SD 0,5773 0,8844 0,7381 5,3999 0

Sumber : Data Primer, 2017

Kontrol (+) : salep gentamisin sulfate

0,1%.

Kontrol (-) : MHA yang ditumbuhi

bakteri S.aureus tanpa

perlakuan.

Berdasarkan hasil uji daya hambat

salep minyak atsiri lengkuas merah

dengan basis hidrokarbon (formula III)

memiliki daya hambat paling besar

dibandingkan dengan salep minyak

atsiri lengkuas merah dengan basis

larut air (formula II dan formula III).

Minyak atsiri lengkuas merah yang

telah diformulasikan ke dalam bentuk

sediaan salep antibakteri, kecepatan

difusi akan lebih lambat. Hal ini

dikarenakan adanya afinitas dari bahan

aktif dengan basis sediaan salep yang

mempengaruhi pelepasan bahan aktif

untuk berinteraksi dengan bakteri uji.

Pada penelitian ini dapat dilihat

bahwa minyak atsiri lengkuas merah

memiliki kepolaran rendah (non polar).

Diformulasikan pada pembuatan

sediaan salep dengan basis hidrokarbon

akan memiliki afinitas yang baik dalam

pelepasan bahan aktif sehingga dapat

berinteraksi dengan bakteri uji secara

maksimal. Sedangkan pada minyak

atsiri lengkuas merah yang diformu-

lasikan dengan basis larut air memiliki

afinitas yang kurang maksimal hal ini

dikarenakan sifat bahan aktif dengan

basis larut air memiliki tingkat

kepolaran yang berbeda.

Faktor lain yang mempengaruhi

pelepasan bahan aktif dari basis salep

adalah karakteristik dari setiap salep

tersebut, semakin tinggi konsistensi

kekerasan salep maka akan semakin

rapat partikel-artikel dari basis tersebut

yang menyebabkan bahan aktif sulit

untuk berdifusi keluar, dan aktivitasnya

akan lebih kecil.

Berdasarkan tabel 11 selanjutnya

dilakukan analisis statistik didapatkan

hasil seperti tabel dibawah ini :

Page 13: UJI AKTIVITAS SALEP MINYAK ATSIRI LENGKUAS MERAH Alpinia

41 Jurnal Ilmu Kesehatan Vol. IX Nomor 1 Juni 2017

Tabel 12. Analisis data uji daya hambat salep

minyak atsiri lengkuas merah.

Normalitas 0,247 sig > 0,05 Normal

Homogenitas 0,001 sg <0,05 TidakHomogen

Kruskal wallis 0,027 sig < 0,05 Ada perbedaan

Sumber : Data Primer, 2017

Hasil uji normalitas meng-gunakan

Kolmogorov-Smirnov dan didapatkan

harga signifikansi 0,247 sig > 0,05

artinya data terdistribusi normal dan

hasil uji homogenitas memiliki nilai

signifikansi 0,001sig > 0,05 yang

berarti data tidak homogen, dilanjutkan

uji non parametrik yaitu Kruskal wallis

dengan taraf kepercayaan 95% dan

diperoleh P Value 0,027 < 0,05 yang

berarti ada perbedaan yang signifikan

dari penggunaan basis salep

hidrokarbon (vaselin album) dan basis

larut air (PEG 4000 dan kombinasi

PEG) dengan daya hambat salep

minyak atsiri lengkuas merah.

Sehingga dapat diketahui bahwa

sediaan salep minyak atsiri lengkuas

merah memiliki daya antibakteri

terhadap Staphylococcus aureus yang

menggambarkan sediaan salep dengan

basis hidrokarbon (vaselin album) dan

basis larut air (PEG 4000 dan

kombinasi) mempengaruhi efektivitas

salep antibakteri.

KESIMPULAN DAN SARAN

KESIMPULAN

Berdasarkan penelitian, dapat

diambil kesimpulan bahwa :

1. Perbedaan pada basis salep yang

digunakan dalam pembuatan sediaan

salep minyak atsiri lengkuas merah

memiliki pengaruh terhadap mutu fisik

salep yang dihasilkan. Sediaan salep

dengan basis hidrokarbon (vaselin

album) memiliki sifat fisik salep yang

lebih baik daripada penggunaan basis

salep larut air (PEG 4000 dan

kombinasi PEG), serta mempengaruhi

efektivitas salep antibakteri.

2. Basis salep (hidrokarbon dan larut air)

yang digunakan dalam pembuatan

sediaan salep minyak atsiri lengkuas

merah memiliki pengaruh terhadap

aktivitas antibakteri terhadap

Staphylococcus aureus.

SARAN

1. Perlu dilakukan uji iritasi ke hewan uji,

salep minyak atsiri lengkuas merah

untuk memastikan keamannya.

2. Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut

untuk mengetahui senyawa yang

bertanggung jawab terhadap efek

antibakteri dari minyak atsiri lengkuas

merah.

3. Perlu dilakukan pengujian

menggunakan kontrol negatif berupa

basis salep tanpa zat aktif, untuk

mengamati efektivitas daya antibakteri

basis salep terhadap Staphylococcus

aureus.

4. Perlu dilakukan uji pengaruh setiap

formulasi salep minyak atsiri lengkuas

merah terhadap kontrol positif pada uji

daya hambat bakteri Staphylococcus

aureus.

Page 14: UJI AKTIVITAS SALEP MINYAK ATSIRI LENGKUAS MERAH Alpinia

42 Jurnal Ilmu Kesehatan Vol. IX Nomor 1 Juni 2017

DAFTAR PUSTAKA

Brooks, G.F, Carroll, K.C, Butel J.S,

Morse, S.A, Mietzner, T.A. 2012.

Mikrobiologi kedokteran (Jawetz,

Melnick, dan Alberg’s Medical

Microbiology). Ed 25th

. Jakarta;

EGC.

Departemen Kesehatan RI. 1995.

Farmakope Indonesia, Ed 4th

.

Jakarta; Departemen Kesehatan

Republik Indonesia.

Erviana, E. 2016. Uji Efektivitas

Pemberian Salep Ekstrak Tanaman

Yodium (Jatropha multifida

Linn)Terhadap Kecepatan

Penyembuhan Luka Pada Hewan Uji

Kelinci (Oryctolagus cuniculus).

KTI, Stikes Duta Gama, Klaten.

Irianto, K. 2014. Bakteriologi, Mikologi

dan Virulogi Panduan Medis dan

Klinis. Bandung; Penerbit Alfabeta.

Ketaren, S. 1985.Pengantar Teknologi

Minyak Atsiri.Jakarta; Balai Pustaka.

Midun. 2012. Uji Efektivitas Ektrak

Lengkuas Merah Dalam

Menghambat Pertumbuhan Bakteri

Stapylococcus aureus Dan Bakteri

Escherichia coli Dengan Metode

Disc Diffusion, Skripsi, Sarjana

Kedokteran, Fakultas Kedokteran

dan Ilmu Kesehatan, Jakarta;UIN

Syarif Hidayatullah.

Natalia, D. 2016. Uji Evaluasi Salep

Minyak Atsiri Rimpang Lengkuas

Merah Dengan Basis Lemak dan

Basis Larut Air Terhadap Aktivitas

Candida albicans.KTI. Klaten;Stikes

Duta Gama.

Realita, T., Rahayu, W.P., Nuraida, L. dan

Nurtama, B. 2015. Aktivitas

AntimikrobaMinyak Esensial Jahe

Merah (Zingiber officinale

var.Rubrum) Dan Lengkuas Merah

(Alpinia purpurata K. Schum)

Terhadap Bakteri Patogen dan

Perusak Pangan, Agritech, 35:1.

Ulaen, dkk. 2012.Pembuatan Salep Anti

Jerawat dari Ekstrak Rimpang

Temulawak(Curcuma xanthorriza

Roxb), Volume 2: 54-49 cit. Erviana,

Eva. 2016. ‘Uji Efektivitas

Pemberian Salep Ekstrak Tanaman

Yodium (Jatropha multifida

Linn)Terhadap Kecepatan

Penyembuhan Luka Pada Hewan Uji

Kelinci (Oryctolagus cuniculus).

KTI. Klaten; Stikes Duta Gama.

Voigt, R. 1994. Buku Pelajaran Teknologi

Farmasi, Diterjemahkan oleh

Soewandhi, S.N, Edisi 2.

Yogyakarta; Gadjah Mada

University Press.