uji aktivitas salep minyak atsiri lengkuas merah alpinia
TRANSCRIPT
29 Jurnal Ilmu Kesehatan Vol. IX Nomor 1 Juni 2017
UJI AKTIVITAS SALEP MINYAK ATSIRI LENGKUAS MERAH
(Alpinia purpurata K. Schum) DENGAN BASIS HIDROKARBON DAN
BASIS LARUT AIR TERHADAP Staphylococcus aureus
INTISARI
Elizabeth Kristanti Handayani1, Beta Ria Erika MD
2, Mitta Aninjaya
3
Rimpang lengkuas merah (Alpinia purpurata K.Schum) memiliki kandungan minyak atsiri yang
berfungsi sebagai antibakteri. Untuk memudahkan pemakaian, maka minyak atsiri lengkuas merah
diformulasikan dalam bentuk sediaan salep. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh perbedaan salep
minyak atsiri lengkuas merah (Alpinia purpurata K.Schum) dengan basis hidrokarbon (vaselin album) dan basis
larut air (PEG 4000 dan kombinasi PEG 400 dan 4000) terhadap sifat fisik dan aktivitas antibakteri
Staphylococcus aureus.
Jenis penelitian ini adalah penelitian eksperimental. Metode penyarian yang digunakan adalah destilasi
uap air selama ± 6 jam. Minyak atsiri pada konsentrasi 5%, 10%, 15%, 25%, 35% diuji aktivitas antibakteri.
Kemudian minyak atsiri lengkuas merah konsentrasi 25% diformulasikan dalam sediaan salep dengan basis
hidrokarbon (vaselin album) dan basis larut air (PEG 4000 dan kombinasi PEG 400 dan 4000). Pengujian
aktivitas antibakteri menggunakan Staphylococcus aureus dengan metode difusi agar sumuran, dilanjutkan uji
sifat fisik salep meliputi uji organoleptis, homogenitas, daya proteksi, daya lekat, daya sebar dan pH.
Hasil penelitian salep dengan basis hidrokarbon (vaselin album) memiliki sifat fisik salep yang lebih
baik dari pada basis larut air (PEG 4000 dan Kombinasi PEG), penggunaan ketiga basis memiliki perbedaan
signifikan terhadap mutu fisik salep dan efektivitas terhadap bakteri Staphylococcus aureus.
Kata Kunci : Minyak atsiri lengkuas merah (Alpinia purpurata K.Schum), salep, basis hidrokarbon (vaselin
album), basis larut air (PEG 4000, PEG 400), Staphylococcus aureus.
1Elizabeth Kristanti Handayani, Mahasiswa STIKES Duta Gama Klaten
2Beta Ria Erika MD, M.Sc.,Apt, Pembimbing I
3Mitta Aninjaya, S.Farm.,Apt, Pembimbing II
30 Jurnal Ilmu Kesehatan Vol. IX Nomor 1 Juni 2017
ACTIVITY TEST OF RED GALANGAL (Alpinia purpurata K.Schum)
ESSENTIAL OIL OINTMENT WITH HYDROCARBON BASE AND
WATER SOLUBLE BASE TO Stapphylococcus aureus
Abstract
Elizabeth Kristanti Handayani1, Beta Ria Erika MD
2, Mitta Aninjaya
3
Red Galangal rhizomes (Alpinia purpurata K.Schum) contains essential oil which has
function as antibacterial. To ease in applying, red galangal essential oil is formulated in
ointment form. This research is aimed to know the difference effect of red galangal essential
oil ointment (Alpinia purpurata K.Schum) with hydrocarbon base (vaseline album) and water
soluble base (PEG 4000 and combination PEG 400 and 4000) to physical character and
antibacterial activity to Staphylococcus aureus.
The kind of this research is experimental. Extraction method which is used is water
vapor distillation for ± 6 hours. The essential oil in concentration 5%, 10%, 15%, 25%, 35%
are tested antibacterial activity. Then red galangal essential oil in concentration 25% is
formulated in ointment supply with hydrocarbon base (vaseline album) and water soluble base
(PEG 4000 and combination PEG 400 and 4000). Antibacterial activity test uses
Staphylococcus aureus with diffusion method, then it is tested ointment physical character
which covers organoleptic test, homogeneity, protection power, sticky power, spread power
and pH.
The result shows that the ointment with hydrocarbon base (vaseline album) has
ointment physical character which is better than water soluble base (PEG 4000 and
combination PEG). The use of the three bases has significant difference to ointment physical
quality and effectivity to Staphylococcus aureus.
Key words: red galangal essential oil (Alpinia purpurata K.Schum), ointment, hydrocarbon
base (vaseline album), water soluble base (PEG 4000, PEG 400),
Staphylococcus aureus.
1Elizabeth Kristanti Handayani, student of STIKES Duta Gama Klaten
2Beta Ria Erika MD, M.Sc.,Apt, advisor I
3Mitta Aninjaya, S.Farm.,Apt, advisor II
31 Jurnal Ilmu Kesehatan Vol. IX Nomor 1 Juni 2017
PENDAHULUAN
Iklim di negara Indonesia yang
tropis, serta didukung oleh perubahan
iklim yang tidak menentu menyebabkan
terjadinya banyak penyakit. Hal tersebut
disebabkan oleh berbagai bentuk
mikroorganisme penyebab infeksi, bila
dibiarkan berkembang biak akan dapat
memberikan efek buruk bagi penderita.
Sebagian besar infeksi disebabkan oleh
bakteri. Contoh bakteri yang dapat
menyebabkan infeksi diantaranya
Staphylococcus aureus. Bakteri ini dapat
menyebabkan penyakit bisul, penyakit
bisul merupakan salah satu infeksi lokal
yang terjadi dibawah kulit, yang
disebabkan oleh kuman Staphylococcus
aureus hemolitik (Irianto, 2014).
Salah satu bahan alam yang
memiliki potensi untuk dikembangkan
sebagai obat tradisional adalah lengkuas
merah. Khasiat obat umumnya disebabkan
oleh kandungan metabolit sekundernya,
salah satu diantaranya minyak atsiri.
minyak atsiri dalam lengkuas,
mengandung senyawa eugenol, sineol, dan
metil sinamat Senyawa ini bersifat
bakterisid, fungisid, dan mampu
menonaktifkan virus-virus lipofilik
(Ketaren, 1985)
Dengan kandungan kimia yang ada
pada minyak atsiri lengkuas merah maka
akan lebih mudah dalam pemanfaatannya
adalah dibuat dalam formulasi sediaan
topikal dengan masing-masing pembawa
yang sesuai. Sediaan topikal yang sesuai
adalah salep.
Salep bersifat lembut, melembab-
kan, mempermudah perbaikan luka pada
kulit dan melindungi kulit (Voigt, 1994).
Keberhasilan dan kegagalan terapi
menggunakan salep tergantung pada
pemilihan dasar salep yang sesuai.
Pemilihan dasar salep hidrokarbon
(vaselin album) dikarenakan basis sukar
larut dalam air yang memungkinkan
memiliki daya lekat yang lebih besar dan
pemilihan dasar salep larut air (PEG 4000
dan kombinasi PEG 400 dan 4000) karena
dasar salep dapat dicuci dengan air, dan
campurannya (Departemen Kesehatan RI.,
1979).
Berdasarkan uraian tersebut di atas
dapat diindikasikan bahwa leng-kuas
merah memiliki daya antibakteri, maka
perlu dilakukan penelitian daya antibakteri
salep minyak atsiri lengkuas merah
dengan basis vaselin album, PEG 4000,
kombinasi PEG 4000 dan 400 terhadap
bakteri Staphylococcus aureus.
METODE PENELITIAN
1. Desain Penelitian
Penelitian ini bersifat
eksperimental laboratoris dengan
desain penelitian Posttest Only Control
Group Design.
2. Waktu Dan Tempat Penelitan
Penelitian ini dilaksanakan pada
bulan Mei 2017 hingga Agustus 2017.
32 Jurnal Ilmu Kesehatan Vol. IX Nomor 1 Juni 2017
Tempat penelitian dilakukan di
Laboratorium Kimia Stikes Duta Gama
Klaten, Laboratorium Fitokimia,
Laboratorium Teknologi Farmasi
Kampus III Universitas Ahmad Dahlan
Yogyakarta, serta Balai Laboratorium
Kesehatan Yogyakarta.
3. Bahan Dan Alat Bahan-bahan yang
digunakan
Rimpang lengkuas merah yang
didapat di daerah Delanggu Kabupaten
Klaten, vaselin album, PEG 400, PEG
4000, media uji Mueller Hinton, biakan
bakteri Staphylococcus aureus,
aquadest steril, salep minyak atsiri
lengkuas merah, spirtus, masker,
handscoon, kertas label, kapas.
Alat-alat yang digunakan
Alat destilasi uap dan air,
alumunium foil, botol, corong pisah,
mortir dan stamfer, batang pengaduk,
timbangan analitik, cawan porselin,
sudip, gelas ukur (pyrex), pot salep,
kaca obyek, pH meter, alat uji daya
sebar, alat uji kelengketan, anak
timbang, tabung reaksi (pyrex), cawan
petri, bunsen, jarum ose, pipet, gelas
ukur (pyrex), autoclave, mistar,
pervolator, penangas air, vortex, mikro
pipet, spuit 5 cc, piknometer,
inkubator, densicheck.
4. Jalannya Penelitian Determinasi
tanaman
Determinasi tanaman dilakukan di
Laboratorium Biologi Fakultas
Keguruan Dan Ilmu Pendidikan
Universitas Muhammadiyah Surakarta.
Penyiapan simplisia
Rimpang lengkuas merah diperoleh
dari daerah Delanggu, Kabupaten
Klaten. Rimpang yang telah bersih dan
bebas dari sisa air pencucian kemudian
dipotong secara melintang sepanjang 5
cm sampai 6 cm, kemudian dibelah
memanjang dengan ketebalan 1,5 cm-3
cm. Kemudian dikeringkan di bawah
sinar matahari tidak langsung atau
ditutup dengan kain hitam agar
penguapan yang terjadi tidak terlalu
cepat selama kurang lebih 5 hari,
setelah itu simplisia di simpan dalam
plastik kedap udara.
Pembuatan minyak atsiri lengkuas
merah
Irisan rimpang lengkuas merah yang
telah kering sebanyak 7 kg, dimasukkan
dalam dandang alat destilasi uap air
seluruhnya. Alat destilasi disusun secara
seragam dengan pendingin (kondensor),
Pastikan kondensor tetap mengalir,
sehingga terjadi pengembunan dan uap air
yang bercampur minyak atsiri tersebut
akan mencair kembali. Usahakan
temperatur selalu dikontrol pada suhu uap
5°C dan suhu dalam ketel 100°C sehingga
dihasilkan destilat minyak atsiri. Setelah
didapat minyak atsiri kemudian
tambahkan NaSO4 anhidrat untuk menarik
air yang masih bercampur dengan minyak
atsiri, kemudian disaring untuk
33 Jurnal Ilmu Kesehatan Vol. IX Nomor 1 Juni 2017
mendapatkan minyak atsiri yang sudah
dipisahkan dari kandungan airnya.
Penentuan bobot jenis
Penentuan bobot minyak atsiri
diukur dengan menggunakan alat
piknometer ukur 25 ml, menggunakan
rumus : , untuk A sebagai berat
piknometer kosong, B sebagai berat
piknometer dan minyak atsiri sedangkan
C sebagai berat piknometer dan air.
Penentuan rendemen minyak atsiri
Penentuan rendemen minya atsiri
lengkuas merah dihitung dengan rumus
kadar (%) minyak atsiri. % Kadar minyak
atsiri : %, untuk vol sebagai
volume minyak atsiri yang dihasilkan dan
M sebagai berat rimpang lengkuas kering
yang digunakan.
Formulasi
Tabel 1. Formulasi salep minyak atsiri lengkuas
merah
No Bahan F I F II F III
1. Minyak atsiri
lengkuas merah
15%
10 gr 10 gr 10 gr
2. PEG 4000 30 gr 15 gr -
3. PEG 400 - 15 gr -
4. Vaselin album - - 30 gr
Jumlah 40 gr 40 gr 40 gr
Pembuatan salep minyak atsiri
lengkuas merah dengan basis vaselin
album
Vaselin album dimasukkan ke
dalam mortir. Tambahkan minyak atsiri
yang sudah terdapat basis, aduk hingga
homogen, lakukan 3 kali percobaan.
Masukkan dalam pot salep uji sifat
fisiknya.
Pembuatan salep minyak atsiri
lengkuas merah dengan basis
kombinasi PEG (PEG 4000 dan 400)
Pembuatan salep dengan basis
kombinasi PEG menggunakan peraturan
salep nomor empat yaitu dengan cara PEG
400 dan PEG 4000 dilelehkan dalam
cawan porselin diatas waterbath,
kemudian masukkan dalam mortir panas
digerus hingga dingin dan terbentuk
massa salep. Tambahkan minyak atsiri
lalu aduk hingga homogen, kemudian
masukkan dalam pot salep. Setelah salep
jadi dilakukan uji sediaan sifat fisik salep
tersebut.
Pembuatan salep minyak atsiri
lengkuas merah dengan basis PEG 4000
PEG 4000 dilelehkan dalam cawan
porselin diatas waterbath, kemudian
masukkan dalam mortir panas digerus
hingga dingin dan terbentuk massa salep.
Tambahkan minyak atsiri lalu aduk
hingga homogen, kemudian masukkan
dalam pot salep. Setelah salep jadi
dilakukan uji sediaan sifat fisik salep
tersebut.
Evaluasi sediaan salep minyak atsiri
lengkuas merah
a. Uji homogenitas
Sediaan diuji homogenitasnya
dengan menimbang 0,5 gram salep
kemudian oleskan pada kaca obyek
lalu tutup obyek glass. Diamati sediaan
34 Jurnal Ilmu Kesehatan Vol. IX Nomor 1 Juni 2017
salep tersebut (Ulaen dkk., 2012
cit.Erviana, 2016).
b. Uji pH
Sebanyak 0,5 gram salep dilarutkan
dalam 30 ml aquadest. Ukur pH-nya
dengan pH meter sampai menunjukkan
pH yang konstan.
c. Uji proteksi
Diambil sepotong kertas saring (10
x 10) cm lalu dibasahi dengan larutan
PP sebagai indikator, keringkan.
Kemudian olesi dengan sediaan pada
kertas saring, pada kertas saring yang
lain dibuat suatu area (2,5 x 2,5) cm
dengan paraffin cair. Setelah kering
didapat areal yang dibatasi dengan
paraffin tersebut. Lalu tempelkan
kertas saring (no.2) di atas kertas
saring sebelumnya (no.1), kemudian
basahi areal ini dengan larutan KOH
(0,1). Lakukan pengamatan setelah
kertas saring dibasahi dengan larutan
PP pada waktu 3 dan 5 menit.
d. Uji daya sebar
Sediaan diuji daya sebarnya dengan
menimbang 0,5 gram salep kemudian
letakkan massa salep pada kaca, tutup
dengan kaca penutup. Diukur diameter
sediaan yang menyebar dengan
mengambil rata-rata diameter dari
beberapa sisi. Ditambahkan beban
tambahan sebesar 150 gram, diamkan
selama 1 menit dan catat diameter
salep menyebar. Amati perubahan
diameter setiap 1 menit selama 10
menit, atau ketika diameter sudah
konstan. Ulangi masing-masing 3 kali
untuk setiap salep yang diperiksa.
e. Uji daya lekat
Salep diletakkan secukupnya di
atas gelas obyek, diletakkan gelas
obyek lain diatas salep tersebut yang
dipasang pada alat uji daya, kemudian
tambahkan beban 1000 gram selama 5
menit. Setelah 5 menit beban
diturunkan dan catat waktunya hingga
kedua gelas obyek ini terlepas. Ulangi
masing-masing 3 kali untuk setiap
salep yang diperiksa.
f. Uji anti bakteri
Suspensi kekeruhan Staphylo-
coccus aureus yang setara dengan
kekeruhan standar 0,5Mc Farland,
diambil dengan lidi kapas steril.
Kemudian dioleskan/ digoreskan
secara merata di atas media Mueller
Hinton Agar steril. Buat sumur pada
media agar dengan alat pelubang
berdiameter masing-masing 6 mm.
Salep yang telah dibuat, diisikan
kedalam lubang tersebut hingga terisi
sempurna. Lakukan inkubasi selama 1
x 24 jam hari dengan suhu 37o
C serta
kondisi lingkungan yang sesuai dengan
pertumbuhan bakteri Staphylococcus
aureus.
Pengamatan zona bening sampel
terhadap pertumbuhan bakteri uji
dilakukan dengan mengukur diameter
zona bening.
35 Jurnal Ilmu Kesehatan Vol. IX Nomor 1 Juni 2017
HASIL DAN PEMBAHASAN
1. Determinasi Tanaman
Identifikasi tanaman dilakukan di
Laboratorium Biologi Fakultas
Keguruan Dan Ilmu Pendidikan
Universitas Muhammadiyah Surakarta
dengan mencocokkan ciri morfologi
tanaman seperti daun, akar, batang dan
bunga menurut pustaka acuan.
Berdasarkan hasil determinasi
tanaman didapatkan hasil bahwa benar
tanaman yang digunakan merupakan
tanaman lengkuas merah (Alpinia
purpurata (Vieill.) K.Schum.) dengan
sinonim Guillainia purpurata.
2. Hasil Perhitungan Bobot Jenis
Minyak Atsiri Lengkuas Merah
Simplisia lengkuas merah sebanyak
7 kg didestilasi menggunakan metode
destilasi uap air, dan dihasilkan minyak
atsiri sebanyak 50 mL. sehingga
diperoleh bobot jenis minyak atsiri
lengkuas merah sebesar 0,92 gram/mL.
Pada Buku Pembuatan Simplisia
(Departemen Kesehatan RI, 1985)
disebutkan bahwa BJ minyak pada
umumnya berkisar antara 0,80-1,18,
dilihat dari rata-rata bobot jenisnya
dapat dikatakan bahwa minyak yang
dihasilkan dari proses destilasi uap dan
air memenuhi standar yang telah
ditetapkan.
3. Penentuan Rendemen Minyak Atsiri
Lengkuas Merah
Rimpang lengkuas merah kering
sebanyak 7 kg (7.000 gram) didapat
rendemen minyak atsiri dengan hasil
0,7142 %. Ermiati dkk (2004)
melaporkan bahwa hasil rendemen
minyak atsiri rimpang lengkuas kering
sebanyak 5 kg adalah 3,213%.
Bervariasinya rendemen minyak atsiri
diduga disebabkan oleh varietas, umur
panen, pemupukan, lingkungan
tumbuh, bentuk rimpang dalam
keadaan segar atau kering, metode
penyulingan yang digunakan dalam
proses destilasi minyak atsiri.
4. Hasil Uji Sifat Fisik Sediaan Salep
Minyak Atsiri Lengkuas Merah
Homogenitas sediaan salep
Pengujian ini bertujuan untuk
mengetahui homogenitas dari ketiga
formula salep minyak atsiri lengkuas
merah. Hasil uji homogenitas dari
ketiga formula salep dapat dilihat pada
tabel 2 :
Tabel 2. Hasil uji homogenitas salep minyak
atsiri lengkuas merah No. Formula Hasil uji
1 Formula I Homogen
2 Formula II Homogen
3 Formula III Homogen
Sumber : Data Primer, 2017
Keterangan :
Formula I :salep minyak atsiri
lengkuas merah de-
ngan basis PEG 4000.
36 Jurnal Ilmu Kesehatan Vol. IX Nomor 1 Juni 2017
Formula II :salep minyak atsiri
lengkuas merah dengan
basis kombi-nasi.
Formula III :salep minyak atsiri
lengkuas merah dengan
basis vaselin album.
Hasil pengujian menunjukkan
masing-masing formula salep
menunjukkan hasil salep yang
homogendilihat dengan tidak adanya
partikel yang bergerombol dan salep
menyebar secara merata. Sehingga
dapat diambil kesimpulan bahwa
perbedaan basis salep tidak
mempengaruhi homogenitas salep
minyak atsiri lengkuas merah.
Uji organoleptis salep
Pengujian organolpetis salep
minyak atsiri lengkuas merah meliputi
uji warna, bau dan bentuk salep. Hasil
uji organoleptis dapat dilihat pada
tabel 3.
Tabel 3 Hasil uji organoleptis salep minyak
atsiri lengkuas merah Uji Formula I Formula II Formula III
Warna Putih, keku-
ningan
Putih, keku-
ningan
Putih
Bau Khas minyak
atsiri lengkuas
merah
Khas minyak
atsiri
lengkuas
merah
Khas
minyak
atsiri
lengkuas
merah
Bentuk Konsistensi
padat
Konsistensi
lunak
Konsistensi
lunak
Sumber : Data Primer, 2017
Hasil pengujian menunjukkan
adanya kestabilan warna, bau dan
bentuk salep selama masa
penyimpanan dua minggu pengujian.
Dari hasil didapatkan, sedian salep
dengan basis hidrokarbon maupun
basis larut air memiliki kestabilan yang
baik. Dari pengujian tersebut dapat
diambil kesimpulan bahwa perbedan
tipe basis salep yang digunakan pada
formula salep minyak atsiri lengkuas
merah tidak berpengaruh terhadap hasil
uji organoleptis salep.
Uji pH
Uji pH dilakukan untuk mengetahui
apakah pH salep yang akan digunakan
telah sesuai dengan pH kulit yaitu
berada pada rentang pH 4,5-6,5
sehingga tidak menyebabkan iritasi
pada kulit. Hasil uji pH salep minyak
atsiri lengkuas merah dapat dilihat
pada tabel dibawah ini :
Tabel 4 Hasil uji pH salep minyak atsiri
lengkuas merah
Formula
Derajat keasaman (pH)
R.1 R.2 R.3
I 5 5 5
II 5 5 5
III 5 5 5
Rata-rata 5 5 5
Sumber: Data Primer, 2017.
Pemeriksaan pH menggunakan
Universal Indikator E-Merck.
Berdasarkan hasil pengujian
diketahui pH salep minyak atsiri
lengkuas merah rata-rata adalah 5. Hal
ini menunjukkan bahwa salep minyak
atsiri lengkuas merah telah memenuhi
persyaratan sediaan topikal.
Uji daya proteksi
Pengujian ini bertujuan untuk
mengetahui kekuatan salep dalam
melindungi kulit dari pengaruh luar
pada saat pengobatan. Hasil pengujian
37 Jurnal Ilmu Kesehatan Vol. IX Nomor 1 Juni 2017
daya proteksi dapat dilihat pada tabel
berikut ini :
Tabel 5. Hasil uji daya proteksi salep minyak
atsiri lengkuas merah
Formula
Waktu pengukuran
15 dtk 30 dtk 45 dtk 60 dtk 1 mnt 5 mnt
Formula I - - - - - -
Formula II - - - - - -
Formula III - - - - - -
Sumber : Data Primer, 2017
Keterangan :
Formula I : salep minyak atsiri
lengkuas merah dengan
basis PEG 4000.
Formula II : salep minyak atsiri
lengkuas merah dengan
basis kombinasi.
Formula III : salep minyak atsiri
lengkuas merah dengan
basis vaselin album.
(-) : menunjukkan tidak ada noda merah.
(+) : menunjukkan ada noda merah
Berdasarkan hasil uji daya proteksi
salep minyak atsiri lengkuas merah,
pada ketiga formulasi tersebut dapat
memberikan perlindungan terhadap
kulit dari pengaruh luar sehingga
keefektifan salep lebih maksimal,
ditandai dengan tidak adanya noda
merah pada kertas saring setelah
penambahan KOH 0,1 N dalam kurun
waktu 5 menit serta membuktikan
bahwa salep minyak atsiri lengkuas
merah memiliki daya proteksi yang
baik dan memenuhi syarat uji proteksi,
sehingga perbedaan penggunaan basis
salep antara basis hidrokarbon (vaselin
album) dan basis larut air (PEG 4000
dan kombinasi PEG) tidak berpengaruh
terhadap daya proteksi salep minyak
atsiri lengkuas merah.
Uji daya sebar salep
Uji daya sebar salep digunakan
untuk mengetahui kemampuan
menyebarnya salep pada permukaan
kulit yang akan diobati. Suatu sediaan
salep diharapkan mampu menyebar
dengan mudah di tempat pemberian
tanpa menggunakan tekanan yang
berarti. Hasil pengamatan daya sebar
salep minyak atsiri lengkuas merah
dapat dilihat sebagai berikut:
Tabel 6 Hasil uji daya sebar salep minyak
atsiri lengkuas merah
Replikasi
Rata-rata diameter daerah penyebaran
salep minyak atsiri lengkuas merah (cm)
F I F II F III
1 5,20 5,90 6,30
2 5,33 5,80 6,00
3 5,30 6,00 6,50
Rata-rata 5,30 5,90 6,26
SD 0,08888 0,10000 0,25166
Sumber : Data Primer, 2017
Keterangan :
Hasil pengujian daya sebar salep
minyak atsiri lengkuas merah untuk
salep dengan basis hidrokarbon
memiliki luas penyebaran yang lebih
besar dibandingkan dengan salep
dengan basis larut air (PEG 4000 dan
kombinasi). Hal ini dipengaruhi
dengan konsistensi vaselin album yang
lebih lunak sehingga dalam daya
penyebaran lebih besar dan mudah
dalam pengolesan. Sedangkan
penggunaan basis PEG 4000 memiliki
daya sebar paling sempit karena basis
salep ini memiliki BM di atas 3000
yang berupa padatan semi kristalin,
38 Jurnal Ilmu Kesehatan Vol. IX Nomor 1 Juni 2017
mudah larut dalam air hangat dan
menguap pada suhu kamar sehingga
bentuknya berupa padatan. Hal ini
menyebabkan daya sebar salep lebih
sempit dan pada saat pengolesan agak
lebih sulit dalam penyebarannya.
Berdasarkan hasil uji daya sebar
salep minyak atsiri lengkuas merah,
kemudian dilakukan analisa statistik
menggunakan program SPSS versi 16.
Adapun hasil analisis dapat dilihat
pada tabel di bawah ini :
Tabel 7. Analisis data uji daya sebar salep
minyak atsiri lengkuas merah
Normalitas 0,938 sig > 0,05 Normal
Homogenitas 0,243 sg > 0,05 Homogen
Anova 0,001 sig < 0,05 Ada perbedaan
Sumber : Data Primer, 2017.
Hasil uji normalitas menggunakan
Kolmogorov-Smirnov dan didapatkan
harga signifikansi 0,938 sig > 0,05
artinya data terdistribusi normal dan
hasil uji homogenitas memiliki nilai
signifikansi 0,243 sig > 0,05 yang
berarti data homogen, dilanjutkan uji
One-Way Anova dengan taraf
kepercayaan 95% diperoleh P Value
0,001 < 0,05 berarti ada perbedaan
yang signifikan dari daya sebar salep
minyak atsiri lengkuas merah antara
basis hidrokarbon (vaselin album) dan
basis larut air (PEG 4000 dan
kombinasi PEG).
Uji daya lekat salep
Pengujian daya lekat salep
dilakukan untuk mengetahui
kemampuan lamanya salep dapat
menempel pada permukaan kulit.
Semakin besar daya lekat salep maka
absorpsi zat aktif obat akan semakin
besar karena ikatan atau interaksi salep
dengan kulit akan semakin lama,
sehinga basis salep akan melepaskan
zat aktif obat lebih optimal.
Pengamatan uji daya lekat salep
minyak atsiri lengkuas merah dapat
dilihat pada tabel 8.
Tabel 8. Hasil uji daya lekat salep minyak
atsiri lengkuas merah
Replikasi
Daya lekat (detik)
F I F II F III
1 75,00 35,38 9,00
2 93,00 34,39 8,11
3 120,00 39,17 2,15
Rata-rata 96,00 36,31 6,42
SD 22,64950 2,52298 3,72461
Sumber : Data Primer, 2017
Berdasarkan hasil uji daya lekat
salep minyak atsiri lengkuas merah
formula I memiliki daya lekat paling
besar dibandingkan dengan formula II
dan formula III. Untuk formula I yang
menggunakan basis salep PEG 4000
menyebabkan semakin besar daya lekat
salep karena konsistensi PEG 4000
yang menyebabkan salep lebih padat.
Berdasarkan tabel 8 selanjutnya
dilakukan analisis statistik didapatkan
hasil seperti tabel dibawah ini :
Tabel 9. Analisis data uji daya lekat salep
minyak atsiri lengkuas merah.
Normalitas 0,703 sig >
0,05 Normal
Homogenitas 0,071 sg >
0,05 Homogen
Anova 0,000 sig <
0,05 Ada perbedaan
Sumber : Data Primer, 2017
39 Jurnal Ilmu Kesehatan Vol. IX Nomor 1 Juni 2017
Hasil uji normalitas menggunakan
Kolmogorov-Smirnov dan didapatkan
harga signifikansi 0,703 sig > 0,05
artinya data terdistribusi normal dan
hasil uji homogenitas memiliki nilai
signifikansi 0,071sig > 0,05 yang
berarti data homogen, dilanjutkan uji
One-Way Anova dengan taraf
kepercayaan 95% diperoleh P Value
0,000 < 0,05 berarti kesimpulan ada
perbedaan yang signifikan dari daya
lekat salep minyak atsiri lengkuas
merah antara basis hidrokarbon
(vaselin album) dan basis larut air
(PEG 4000 dan kombinasi PEG).
Hasil Uji Daya Antibakteri
Staphylococcus aureus.
Uji aktivitas antibakteri bertujuan
untuk mengetahui daya hambat minyak
atsiri lengkuas merah terhadap
Staphylococcus aureus. Uji aktivitas
antibakteri yang digunakan pada
penelitian ini adalah menggunakan
metode difusi agar dengan teknik
sumuran dan media yang digunakan
adalah MHA (Mueller Hinton Agar).
Uji aktivitas antibakteri ini dilakukan
pada perbedaan penggunaan basis pada
sediaan salep minyak atsiri lengkuas
merah dengan basis hidrokarbon
(vaselin album) dan basis larut air
(PEG 4000 dan kombinasi PEG).
Hasil daya hambat diperoleh dari
uji aktivitas antibakteri mengunakan
minyak atsiri lengkuas merah dengan
konsentrasi 5%, 10%, 15%, 25%, dan
35%. Dibawah ini adalah hasil uji daya
hambat pertumbuhan bakteri Staphy-
lococcus aureus yang diberi perlakuan
dengan pemberian minyak atsiri
dengan beberapa konsentrasi yang
telah diinkubasi selama 24 jam.
Tabel 10. Hasil uji daya hambat minyak atsiri
lengkuas merah dengan konsentrasi
5%, 10%, 15%, 25%, dan 35%.
Ulangan
Diameter zona hambat (mm)⁎
Minyak atsiri rimpang
lengkuas merah
5% 10% 15% 25% 35%
1 - - 9 10 14
2 - - 8 12 13
3 - - 12 15 15
Rata2 - - 9,67 12,33 14
Hasil daya hambat diperoleh dari
melakukan uji aktivitas salep minyak
atsiri lengkuas merah dengan
perbedaan basis hidrokarbon (vaselin
album) dan basis larut air (PEG 4000
dan kombinasi PEG) yang digunakan
pada pembatan sediaan salep dan dapat
dilihat dari gambar 1, gambar 2,
gambar 3 dan tabel 11.
Ulangan 1
Gambar 1. Diameter zona hambat salep
minyak atsiri lengkuas merah
basis PEG 4000.
40 Jurnal Ilmu Kesehatan Vol. IX Nomor 1 Juni 2017
Ulangan 2
Gambar 2. Diameter zona hambat salep minyak
atsiri lengkuas merah basis kombinasi
PEG 4000 dan 400.
Ulangan 3
Gambar 3. Diameter zona hambat salep
minyak atsiri lengkuas merah basis
vaselin album.
Tabel 11. Hasil pengukuran diameter zona
hambat salep minyak at-siri lengkuas
merah terhadap Staphylococcus aureus
Replikasi
Rata-rata diameter daerah hambat salep minyak atsiri lengkuas merah (mm)
F I F II FIII K (+) K(-)
1 14,33 18,67 20,33 10,33 0
2 14,33 17,33 19,00 19,33 0
3 15,33 17,00 20,22 20,00 0
Rata-rata 14,66 17,67 19,85 16,55 0
SD 0,5773 0,8844 0,7381 5,3999 0
Sumber : Data Primer, 2017
Kontrol (+) : salep gentamisin sulfate
0,1%.
Kontrol (-) : MHA yang ditumbuhi
bakteri S.aureus tanpa
perlakuan.
Berdasarkan hasil uji daya hambat
salep minyak atsiri lengkuas merah
dengan basis hidrokarbon (formula III)
memiliki daya hambat paling besar
dibandingkan dengan salep minyak
atsiri lengkuas merah dengan basis
larut air (formula II dan formula III).
Minyak atsiri lengkuas merah yang
telah diformulasikan ke dalam bentuk
sediaan salep antibakteri, kecepatan
difusi akan lebih lambat. Hal ini
dikarenakan adanya afinitas dari bahan
aktif dengan basis sediaan salep yang
mempengaruhi pelepasan bahan aktif
untuk berinteraksi dengan bakteri uji.
Pada penelitian ini dapat dilihat
bahwa minyak atsiri lengkuas merah
memiliki kepolaran rendah (non polar).
Diformulasikan pada pembuatan
sediaan salep dengan basis hidrokarbon
akan memiliki afinitas yang baik dalam
pelepasan bahan aktif sehingga dapat
berinteraksi dengan bakteri uji secara
maksimal. Sedangkan pada minyak
atsiri lengkuas merah yang diformu-
lasikan dengan basis larut air memiliki
afinitas yang kurang maksimal hal ini
dikarenakan sifat bahan aktif dengan
basis larut air memiliki tingkat
kepolaran yang berbeda.
Faktor lain yang mempengaruhi
pelepasan bahan aktif dari basis salep
adalah karakteristik dari setiap salep
tersebut, semakin tinggi konsistensi
kekerasan salep maka akan semakin
rapat partikel-artikel dari basis tersebut
yang menyebabkan bahan aktif sulit
untuk berdifusi keluar, dan aktivitasnya
akan lebih kecil.
Berdasarkan tabel 11 selanjutnya
dilakukan analisis statistik didapatkan
hasil seperti tabel dibawah ini :
41 Jurnal Ilmu Kesehatan Vol. IX Nomor 1 Juni 2017
Tabel 12. Analisis data uji daya hambat salep
minyak atsiri lengkuas merah.
Normalitas 0,247 sig > 0,05 Normal
Homogenitas 0,001 sg <0,05 TidakHomogen
Kruskal wallis 0,027 sig < 0,05 Ada perbedaan
Sumber : Data Primer, 2017
Hasil uji normalitas meng-gunakan
Kolmogorov-Smirnov dan didapatkan
harga signifikansi 0,247 sig > 0,05
artinya data terdistribusi normal dan
hasil uji homogenitas memiliki nilai
signifikansi 0,001sig > 0,05 yang
berarti data tidak homogen, dilanjutkan
uji non parametrik yaitu Kruskal wallis
dengan taraf kepercayaan 95% dan
diperoleh P Value 0,027 < 0,05 yang
berarti ada perbedaan yang signifikan
dari penggunaan basis salep
hidrokarbon (vaselin album) dan basis
larut air (PEG 4000 dan kombinasi
PEG) dengan daya hambat salep
minyak atsiri lengkuas merah.
Sehingga dapat diketahui bahwa
sediaan salep minyak atsiri lengkuas
merah memiliki daya antibakteri
terhadap Staphylococcus aureus yang
menggambarkan sediaan salep dengan
basis hidrokarbon (vaselin album) dan
basis larut air (PEG 4000 dan
kombinasi) mempengaruhi efektivitas
salep antibakteri.
KESIMPULAN DAN SARAN
KESIMPULAN
Berdasarkan penelitian, dapat
diambil kesimpulan bahwa :
1. Perbedaan pada basis salep yang
digunakan dalam pembuatan sediaan
salep minyak atsiri lengkuas merah
memiliki pengaruh terhadap mutu fisik
salep yang dihasilkan. Sediaan salep
dengan basis hidrokarbon (vaselin
album) memiliki sifat fisik salep yang
lebih baik daripada penggunaan basis
salep larut air (PEG 4000 dan
kombinasi PEG), serta mempengaruhi
efektivitas salep antibakteri.
2. Basis salep (hidrokarbon dan larut air)
yang digunakan dalam pembuatan
sediaan salep minyak atsiri lengkuas
merah memiliki pengaruh terhadap
aktivitas antibakteri terhadap
Staphylococcus aureus.
SARAN
1. Perlu dilakukan uji iritasi ke hewan uji,
salep minyak atsiri lengkuas merah
untuk memastikan keamannya.
2. Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut
untuk mengetahui senyawa yang
bertanggung jawab terhadap efek
antibakteri dari minyak atsiri lengkuas
merah.
3. Perlu dilakukan pengujian
menggunakan kontrol negatif berupa
basis salep tanpa zat aktif, untuk
mengamati efektivitas daya antibakteri
basis salep terhadap Staphylococcus
aureus.
4. Perlu dilakukan uji pengaruh setiap
formulasi salep minyak atsiri lengkuas
merah terhadap kontrol positif pada uji
daya hambat bakteri Staphylococcus
aureus.
42 Jurnal Ilmu Kesehatan Vol. IX Nomor 1 Juni 2017
DAFTAR PUSTAKA
Brooks, G.F, Carroll, K.C, Butel J.S,
Morse, S.A, Mietzner, T.A. 2012.
Mikrobiologi kedokteran (Jawetz,
Melnick, dan Alberg’s Medical
Microbiology). Ed 25th
. Jakarta;
EGC.
Departemen Kesehatan RI. 1995.
Farmakope Indonesia, Ed 4th
.
Jakarta; Departemen Kesehatan
Republik Indonesia.
Erviana, E. 2016. Uji Efektivitas
Pemberian Salep Ekstrak Tanaman
Yodium (Jatropha multifida
Linn)Terhadap Kecepatan
Penyembuhan Luka Pada Hewan Uji
Kelinci (Oryctolagus cuniculus).
KTI, Stikes Duta Gama, Klaten.
Irianto, K. 2014. Bakteriologi, Mikologi
dan Virulogi Panduan Medis dan
Klinis. Bandung; Penerbit Alfabeta.
Ketaren, S. 1985.Pengantar Teknologi
Minyak Atsiri.Jakarta; Balai Pustaka.
Midun. 2012. Uji Efektivitas Ektrak
Lengkuas Merah Dalam
Menghambat Pertumbuhan Bakteri
Stapylococcus aureus Dan Bakteri
Escherichia coli Dengan Metode
Disc Diffusion, Skripsi, Sarjana
Kedokteran, Fakultas Kedokteran
dan Ilmu Kesehatan, Jakarta;UIN
Syarif Hidayatullah.
Natalia, D. 2016. Uji Evaluasi Salep
Minyak Atsiri Rimpang Lengkuas
Merah Dengan Basis Lemak dan
Basis Larut Air Terhadap Aktivitas
Candida albicans.KTI. Klaten;Stikes
Duta Gama.
Realita, T., Rahayu, W.P., Nuraida, L. dan
Nurtama, B. 2015. Aktivitas
AntimikrobaMinyak Esensial Jahe
Merah (Zingiber officinale
var.Rubrum) Dan Lengkuas Merah
(Alpinia purpurata K. Schum)
Terhadap Bakteri Patogen dan
Perusak Pangan, Agritech, 35:1.
Ulaen, dkk. 2012.Pembuatan Salep Anti
Jerawat dari Ekstrak Rimpang
Temulawak(Curcuma xanthorriza
Roxb), Volume 2: 54-49 cit. Erviana,
Eva. 2016. ‘Uji Efektivitas
Pemberian Salep Ekstrak Tanaman
Yodium (Jatropha multifida
Linn)Terhadap Kecepatan
Penyembuhan Luka Pada Hewan Uji
Kelinci (Oryctolagus cuniculus).
KTI. Klaten; Stikes Duta Gama.
Voigt, R. 1994. Buku Pelajaran Teknologi
Farmasi, Diterjemahkan oleh
Soewandhi, S.N, Edisi 2.
Yogyakarta; Gadjah Mada
University Press.