plagiat merupakan tindakan tidak terpuji · sediaan sabun cair ekstrak etanol rimpang lengkuas...

96
FORMULASI SEDIAAN SABUN CAIR EKSTRAK ETANOL RIMPANG LENGKUAS (Alpinia galanga) : PENGARUH COCOAMIDOPROPYL BETAINE DAN GLISERIN TERHADAP SIFAT DAN STABILITAS FISIK SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Farmasi (S.Farm.) Program Studi Farmasi Diajukan oleh : Lukas Ingheneng Laksito Kinkin NIM : 118114076 FAKULTAS FARMASI UNIVERSITAS SANATA DHARMA YOGYAKARTA 2015 PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Upload: others

Post on 23-Jan-2020

15 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

FORMULASI SEDIAAN SABUN CAIR EKSTRAK ETANOL RIMPANG

LENGKUAS (Alpinia galanga) : PENGARUH COCOAMIDOPROPYL

BETAINE DAN GLISERIN TERHADAP SIFAT DAN STABILITAS FISIK

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat

Memperoleh Gelar Sarjana Farmasi (S.Farm.)

Program Studi Farmasi

Diajukan oleh :

Lukas Ingheneng Laksito Kinkin

NIM : 118114076

FAKULTAS FARMASI

UNIVERSITAS SANATA DHARMA

YOGYAKARTA

2015

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

i

FORMULASI SEDIAAN SABUN CAIR EKSTRAK ETANOL RIMPANG

LENGKUAS (Alpinia galanga) : PENGARUH COCOAMIDOPROPYL

BETAINE DAN GLISERIN TERHADAP SIFAT DAN STABILITAS FISIK

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat

Memperoleh Gelar Sarjana Farmasi (S.Farm.)

Program Studi Farmasi

Diajukan oleh :

Lukas Ingheneng Laksito Kinkin

NIM : 118114076

FAKULTAS FARMASI

UNIVERSITAS SANATA DHARMA

YOGYAKARTA

2015

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

ii

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

iii

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

iv

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

v

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

vi

HALAMAN PERSEMBAHAN

Mangkono ngelmu kang

nyata,

Sanyatane mung weh

reseping ati,

Bungah ingaran cubluk,

Sukeng tyas yen

denina,

Nora kaya si punggung

anggung gumrunggung,

Ugungan sadina dina

Aja mangkono wong

urip.

- Wedhatama (Pangkur pada V)-

Karya ini kupersembahkan

untuk :

Dia Yang Mahatahu,

Keluarga,

Rekan, serta

Almamater

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

vii

PRAKATA

Puji syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa atas segala berkat dan

rahmat-Nya, penulis mampu menyelesaikan skripsi yang berjudul “Formulasi

Sediaan Sabun Cair Ekstrak Etanol Rimpang Lengkuas (Alpinia galanga) :

Pengaruh Cocoamidopropyl Betaine dan Gliserin terhadap Sifat dan Stabilitas

Fisik” dengan baik. Penulisan skripsi ini bertujuan untuk memenuhi salah satu

syarat dalam memperoleh gelar Sarjana Farmasi (S.Farm.) Fakultas Farmasi

Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.

Proses penyelesaian skripsi ini tidak lepas dari bantuan berbagai

pihak. Oleh karena itu, penulis mengucapkan terima kasih kepada :

1. Bapak FX. Dapiyanta, SFK, M.Pd. dan Ibu R. Estin Ami Wardani,

S.Pd. yang telah memberikan segala yang terbaik bagi penulis, baik

secara moral maupun material.

2. Ibu Aris Widayati M.Si., Ph.D., Apt., selaku Dekan Fakultas Farmasi

Universitas Sanata Dharma

3. Bapak Dr. Teuku Nanda Saifullah Sulaiman, M.Si., Apt., selaku dosen

pembimbing skripsi atas segala bimbingan, arahan, motivasi, dan

segala masukan dalam penyusunan skripsi.

4. Ibu Beti Pudyastuti, M.Sc., Apt., dan Bapak Yohanes Dwiatmaka,

M.Si., selaku dosen penguji, atas kritik, masukan dan saran dalam

proses penyelesaian skripsi ini.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

viii

5. Seluruh dosen Fakultas Farmasi Universitas Sanata Dharma yang telah

membekali penulis dengan ilmu dan pengalaman selama menjalani

masa perkuliahan.

6. Balai Laboratorium Kesehatan Kota Yogyakarta atas bantuan dan

kerjasamanya dalam melakukan pengujian potensi anti bakteri ekstrak

rimpang lengkuas, sehingga penelitian ini dapat berjalan dengan

lancar.

7. Staf Universitas Sanata Dharma yang berkenan meluangkan waktu

dan tenaga untuk membantu dan berpartisipasi dalam penelitian.

8. Simbah R. Soeprapto yang selalu memberikan perhatian, semangat,

dan motivasi bagi penulis.

9. Abigail Daudina Olivia Rosa dan keluarga yang selalu memberikan

perhatian, semangat, dan motivasi bagi penulis.

10. Adik - adikku, Johana Kinanthi dan Imanuel Laksta yang selalu

menghibur penulis.

11. Rekan skripsi Maria Verita Vita Christiani yang selalu memberikan

semangat dan selalu membantu penulis selama proses skripsi.

12. Deni, Surya, Ervan, Dara, Ella, Tia, Dea, Putu, Satrio, dan teman-

teman FSM-B, FST-A, serta Farmasi 2011 yang selalu memberikan

semangat, motivasi, dan doa untuk penulis.

13. Regita, Bagas, Alvin, Bram, dan Yusti yang selalu memberikan

semangat, motivasi, dan hiburan untuk penulis.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

ix

14. Robin, Anton, Hendi, Pandu, Vian, Aji, dan teman- teman Mudika

Santo Yohanes Don Bosco Kalasan Tengah yang selalu memberikan

semangat, motivasi, dan doa untuk penulis.

15. Pihak lain yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu.

Penulis menyadari terdapat banyak kekurangan dalam penelitian ini,

penulis sangat mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun.

Penulis juga mengharapkan tulisan ini mampu menyumbangkan bantuan dan

informasi baru kepada ilmu pengetahuan.

Yogyakarta, 21 Agustus 2015

Penulis

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

x

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL .......................................................................................... …i

HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ................................................... ii

HALAMAN PENGESAHAN .............................................................................. iii

PERNYATAAN KEASLIAN KARYA .............................................................. iv

LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI................................ v

HALAMAN PERSEMBAHAN .......................................................................... vi

PRAKATA .......................................................................................................... vii

DAFTAR ISI ......................................................................................................... x

DAFTAR TABEL .............................................................................................. xiv

DAFTAR GAMBAR .......................................................................................... xv

DAFTAR LAMPIRAN ...................................................................................... xvi

INTISARI ........................................................................................................ xvii

ABSTRACT ....................................................................................................... xviii

BAB I. PENGANTAR .......................................................................................... 1

A. Latar Belakang ............................................................................................. 1

1. Perumusan masalah ............................................................................ 3

2. Keaslian penelitian ............................................................................. 4

3. Manfaat penelitian .............................................................................. 5

B. Tujuan .......................................................................................................... 5

1. Tujuan umum ..................................................................................... 5

2. Tujuan khusus .................................................................................... 5

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

xi

BAB II. PENELAAHAN PUSTAKA................................................................... 7

A. Lengkuas (Alpinia galangal) ....................................................................... 7

1. Klasifikasi........................................................................................... 7

2. Kandungan kimia ............................................................................... 7

3. Kegunaan dan khasiat......................................................................... 8

B. Bakteri S. epidermidis .................................................................................. 9

C. Sabun Cair ................................................................................................. 10

1. Definisi ............................................................................................. 10

2. Mekanisme pembersihan sabun cair ................................................ 10

3. Bahan-bahan dalam sabun cair ......................................................... 10

4. Sifat fisik sabun cair ......................................................................... 12

D. Cocoamidopropyl betaine .......................................................................... 14

E. Gliserin ...................................................................................................... 15

F. Desain Faktorial ........................................................................................ 16

G. Landasan Teori .......................................................................................... 17

H. Hipotesis .................................................................................................... 19

BAB III. METODE PENELITIAN..................................................................... 20

A. Jenis dan Rancangan Penelitian ................................................................. 20

B. Variabel Penelitian..................................................................................... 20

C. Definisi Operasional .................................................................................. 21

D. Bahan Penelitian ........................................................................................ 22

E. Alat Penelitian ........................................................................................... 22

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

xii

F. Tata Cara Penelitian ................................................................................... 23

1. Ekstraksi lengkuas ............................................................................ 23

2. Formulasi sediaan sabun cair ........................................................... 24

3. Evaluasi sediaan sabun cair .............................................................. 26

4. Analisis hasil .................................................................................... 28

BAB IV. HASIL DAN PEMBAHASAN ........................................................... 29

A. Karakteristik Ekstrak Etanol Rimpang Lengkuas...................................... 29

B. Penentuan Zona Hambat Ekstrak Etanol Rimpang Lengkuas terhadap

Bakteri S.epidermidis ................................................................................ 30

C. Sifat Fisik Sabun Cair Ekstrak Etanol Rimpang Lengkuas ....................... 32

1. Organoleptis dan pH .............................................................................. 33

2. Viskositas ............................................................................................... 34

3. Ketahanan busa ...................................................................................... 38

D. Pengujian Sifat Fisik Sabun Cair Ekstrak Etanol Rimpang Lengkuas

pada Formula Optimum ............................................................................ 42

E. Stabilitas Fisik Sabun Cair Ekstrak Etanol Rimpang Lengkuas ................ 43

F. Pengujian Potensi Antibakteri Sabun Cair Ekstrak Etanol Rimpang

Lengkuas terhadap Bakteri S. epidermidis ............................................... 45

BAB V. KESIMPULAN DAN SARAN ............................................................. 47

A. Kesimpulan ................................................................................................ 47

B. Saran .......................................................................................................... 48

DAFTAR PUSTAKA ......................................................................................... 49

LAMPIRAN ........................................................................................................ 53

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

xiii

BIOGRAFI PENULIS ........................................................................................ 77

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

xiv

DAFTAR TABEL

Tabel I . Rancangan desain faktorial dengan dua faktor dan dua level ........ 16

Tabel II. Formula acuan ............................................................................... 24

Tabel III. Formula sabun cair ekstrak etanol rimpang lengkuas ................... 25

Tabel IV. Karakteristik ekstrak etanol lengkuas ........................................... 29

Tabel V. Pengukuran zona hambat ekstrak etanol lengkuas terhadap

bakteri S.epidermidis .................................................................... 30

Tabel VI. Pengamatan sifat fisik sabun cair ekstrak etanol rimpang

lengkuas ........................................................................................ 32

Tabel VII. Pengaruh cocoamidopropyl betaine, gliserin, dan interaksinya

terhadap respon viskositas ............................................................ 35

Tabel VIII. Pengaruh cocoamidopropyl betaine, gliserin, dan interaksinya

terhadap respon ketahanan busa ................................................... 39

Tabel IX. Hasil pengujian formula optimum ................................................ 43

Tabel X. Hasil pengukuran diameter zona hambat ..................................... 46

Tabel XI. Hasil uji Wilcoxon ......................................................................... 46

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

xv

DAFTAR GAMBAR

Gambar 1. Struktur asetoksikhavikol asetat ......................................................... 8

Gambar 2. Struktur cocoamidopropyl betaine ................................................... 14

Gambar 3. Struktur gliserin ................................................................................ 15

Gambar 4. Pengukuran zona hambat ekstrak etanol rimpang lengkuas

terhadap bakteri S.epidermidis ....................................................... 31

Gambar 5. Grafik hubungan efek cocoamidopropyl betaine terhadap respon

viskositas ......................................................................................... 36

Gambar 6. Grafik hubungan efek gliserin terhadap respon viskositas.............. 36

Gambar 7. Contour plot respon viskositas ........................................................ 37

Gambar 8. Grafik hubungan efek cocoamidopropyl betaine terhadap respon

ketahanan busa ................................................................................. 40

Gambar 9. Grafik hubungan efek gliserin terhadap respon ketahanan busa ....... 40

Gambar 10. Contour plot respon ketahanan busa ............................................... 41

Gambar 11. Overlay plot formulasi sabun cair ekstrak rimpang lengkuas ......... 42

Gambar 12. Profil stabilitas viskositas ................................................................ 44

Gambar 13. Profil stabilitas ketahanan busa ....................................................... 45

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

xvi

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1. Surat keterangan simplisia .......................................................... 54

Lampiran 2. Sertifikat hasil uji bakteri S.epidermidis .................................... 55

Lampiran 3. Perhitungan rendemen ekstrak etanol rimpang lengkuas ........... 56

Lampiran 4. Uji potensi daya antibakteri ekstrak etanol rimpang lengkuas ... 57

Lampiran 5. Pengujian sifat fisik sabun cair ekstrak etanol rimpang

lengkuas....................................................................................... 59

Lampiran 6. Analisis statistik pengaruh faktor pada sediaan sabun cair

ekstrak etanol rimpang lengkuas terhadap respon dengan

software Design Expert 9.0.4 trial .............................................. 63

Lampiran 7. Analisis statistik stabilitas sediaan sabun cair ekstrak etanol

rimpang lengkuas dengan software R 3.1.1 .............................. 65

Lampiran 8. Uji aktivitas antibakteri sabun cair ekstrak etanol rimpang

lengkuas (ekstrak 3%) terhadap bakteri S. epidermidis ............. 72

Lampiran 9. Uji aktivitas antibakteri sabun cair ekstrak etanol rimpang

lengkuas (ekstrak 5%) terhadap bakteri S. epidermidis .............. 74

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

xvii

INTISARI

Lengkuas (Alpinia galanga) secara tradisional banyak digunakan

sebagai obat dan bumbu masakan. Ekstrak etanol rimpang lengkuas memiliki

potensi antibakteri terhadap bakteri penyebab bau badan (Staphylococus

epidermidis). Ekstrak etanol rimpang lengkuas tersebut diformulasikan ke

dalam sediaan sabun cair. Cocoamidopropyl betaine merupakan surfaktan

amfoter dengan sifat pembusa yang baik. Gliserin digunakan untuk menjaga

kelembaban kulit juga berfungsi sebagai thickening agent pada sediaan.

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh cocoamidopropyl betaine

dan gliserin terhadap sifat fisik sediaan serta komposisinya dalam area

optimum yang dapat menghasilkan sabun cair ekstrak etanol rimpang

lengkuas dengan sifat fisik yang diinginkan, mengetahui stabilitas fisik

sediaan selama penyimpanan (28 hari), dan mengetahui potensi antibakteri

sediaan.

Penelitian ini merupakan penelitian eksperimental menggunakan

rancangan penelitian desain faktorial 2 faktor dan 2 level. Respon viskositas

dan ketahanan busa dioptimasi dengan uji ANOVA dengan taraf kepercayaan

95% menggunakan software Design Expert 9.0.4 trial.

Hasil penelitian menunjukan bahwa cocoamidopropyl betaine

berpengaruh meningkatkan viskositas sabun cair ekstrak etanol rimpang

lengkuas. Komposisi bahan pada area optimum dapat ditemukan dan

menghasilkan sediaan dengan sifat fisik yang diinginkan. Sabun cair ekstrak

rimpang lengkuas stabil dalam penyimpanan selama 28 hari. Sediaan

memiliki potensi antibakteri dengan daya hambat yang lebih besar dari basis.

Kata kunci : ekstrak etanol rimpang lengkuas, Alpinia galanga, sabun

cair, cocoamidopropyl betaine, gliserin, desain faktorial.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

xviii

ABSTRACT

Galangal (Alpinia galangal) is traditionally used as medicine and

food ingredients. The ethanol extract of galangal rhizome potentially has an

anti bacteria activity to Staphylococus epidermidis. The extract is formulated

into liquid soap product. Cocoamidopropyl betaine is amphoteric surfactants

with good foaming. Glycerin is used to keep the skin humidity and as a

thickening agent. This research were aimed to analize the influence of

cocoamidopropyl betaine and glycerin to physical characteristics of liquid

soap, to optimize the composition formula that can produce galangal extract

liquid soap with expected physical characteristics, to analize physical

stability during 28 days, and to analize anti bacteria activity of the liquid

soap.

This research were an experimental research using 2-factors and 2-

levels of factorial design. The viscosity and the foam endurance responses

were optimized by 95% confidential degree of ANOVA test using software

Design Expert 9.0.4 trial.

The result were showed that cocoamidopropyl betaine increase the

liquid soap’s viscosity. The composition in the optimum area were be found,

and it could produces product with expected physical characteristics.

Galangal extract liquid soap were stable during 28 days. The product have

bigger anti bacteria activity than base of liquid soap.

Keywords: galangal rhizome ethanol extract, Alpinia galanga, liquid soap,

cocoamidopropyl betaine, glycerin, factorial design.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

1

BAB I

PENGANTAR

A. Latar Belakang

Dewasa ini banyak dilakukan eksplorasi mengenai khasiat tanaman obat

dalam berbagai bidang, salah satunya adalah lengkuas (Alpinia galanga).

Lengkuas merupakan tanaman yang banyak tumbuh di dataran tinggi maupun

dataran rendah. Lengkuas termasuk dalam golongan empon-empon yang dikenal

di masyarakat Jawa dan sering digunakan sebagai bumbu masakan dan jamu

tradisional. Secara tradisional, lengkuas sering digunakan sebagai obat sakit perut,

antijamur, antigatal, obat bengkak, antialergi, dan antihipoglikemik (Kubo,

Himejima, dan Muroi, 1991). Pada penelitian yang dilakukan oleh Oonmetta-

aree, Suzuki, Gasalucka, dan Eumkeb (2005), diketahui bahwa ekstrak etanol

rimpang lengkuas mengandung asetoksikhavikol asetat (ACA). Komponen ini

dapat menghambat pertumbuhan bakteri S. epidermidis yang merupakan bakteri

penyebab bau badan. ACA menyebabkan perubahan pH internal dan denaturasi

protein dalam sel serta merusak membran sitoplasma yang menyebabkan

sitoplasma kehilangan ion dan konstituennya. Menurut Wijayakusuma (2008) bau

badan ditandai dengan bau tidak sedap yang berasal dari tubuh yang dapat

menimbulkan ketidaknyamanan akibat kurang menjaga kebersihan badan,

hormon, makanan yang dikonsumsi, serta keberadaan bakteri yang menguraikan

keringat.

Sabun adalah sediaan yang merupakan suatu campuran yang

mengandung surfaktan yang digunakan bersama dengan air untuk mencuci dan

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

2

membersihkan kotoran yang biasanya berupa lemak (Ertel, 2006). Terdapat

beberapa jenis sabun, seperti sabun batang, sabun cair, dan lain sebagainya. Sabun

cair ekstrak etanol rimpang lengkuas merupakan pemanfaatan tanaman obat yang

diformulasikan dalam bentuk sediaan kosmetik. Bentuk sediaan sabun cair dengan

basis surfaktan dipilih karena memiliki banyak keunggulan antara lain lebih

nyaman dipakai karena fisiknya yang berupa cairan kental, mudah dibilas dengan

air, memberikan lebih banyak busa karena basisnya adalah surfaktan, serta

kemasan lebih mudah dibawa dan tidak mudah terkontaminasi oleh lingkungan

dan pengotor

Surfaktan merupakan suatu molekul yang terdiri dari bagian non-polar

yang hidrofobik dan bagian polar yang hidrofilik, yang dapat bersifat nonionik,

ionik, atau zwitterion. Surfaktan dapat menurunkan energi bebas yang berkaitan

dengan tegangan antarmuka (Tadros, 2005). Selain itu penggunaan surfaktan

dapat meningkatkan terjadinya busa (foam) karena kegunaan lain surfaktan adalah

sebagai foaming agent. Surfaktan yang digunakan adalah surfaktan anionik yaitu

sodium lauryl sulfate dan surfaktan amfoterik cocoamidopropyl betaine.

Cocoamidopropyl betaine mempunyai daya busa yang relatif stabil, baik pada

soft water maupun hard water, serta kompatibel dengan surfaktan anionik,

kationik, maupun nonionik. Cocoamidopropyl betaine juga mempunyai potensi

iritasi mata dan kulit yang sangat rendah (Rieger dan Rhein, 1997).

Selain surfaktan yang membersihkan kulit, diperlukan bahan yang dapat

menjaga kelembaban kulit yaitu humektan. Humektan merupakan bahan kosmetik

yang dapat meningkatkan kandungan air dari lapisan kulit. Humektan merupakan

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

3

molekul bekerja dengan mencegah penguapan atau mempertahankan air yang ada

dalam kandungan kulit, sehingga diperoleh sensasi lembap di kulit (Rieger, 2000).

Sensasi lembab merupakan salah satu hal yang diharapkan setelah menggunakan

sabun. Gliserin merupakan humektan untuk menjaga kelembaban kulit juga

berfungsi sebagai thickening agent yang digunakan untuk meningkatkan

viskositas (Tadros, 2005).

Sediaan sabun cair ekstrak etanol rimpang lengkuas dibuat dengan

surfaktan cocoamidopropyl betaine dan gliserin sebagai humektan. Penggunaan

cocoamidopropyl betaine dan gliserin akan memberikan pengaruh terhadap sifat

dan stabilitas fisik sediaan, serta aktivitas antibakteri sediaan sabun cair ekstrak

rimpang lengkuas terhadap bakteri S. epidermidis. Komposisi yang tepat dari

kedua komponen dapat memberikan sediaan sabun cair dengan sifat dan stabilitas

fisik yang baik serta dapat melepaskan zat aktif yaitu ekstrak etanol rimpang

lengkuas sehingga dapat menghambat pertumbuhan bakteri S. epidermidis.

1. Perumusan masalah

a. Bagaimana pengaruh cocoamidopropyl betaine dan gliserin terhadap sifat

fisik sabun cair ekstrak etanol rimpang lengkuas ?

b. Berapa komposisi cocoamidopropyl betaine dan gliserin dalam area

optimum yang menghasilkan sabun cair ekstrak etanol rimpang lengkuas

dengan sifat fisik yang diinginkan?

c. Bagaimana stabilitas fisik sabun cair ekstrak etanol rimpang lengkuas dalam

penyimpanan selama 28 hari ?

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

4

d. Apakah sediaan sabun cair ekstrak etanol rimpang lengkuas memiliki

potensi anti bakteri terhadap S.epidermidis ?

2. Keaslian penelitian

Sejauh pengetahuan penulis, penelitian mengenai formulasi sediaan

sabun cair ekstrak etanol rimpang lengkuas (Alpinia galanga) : pengaruh

cocoamidopropyl betaine dan gliserin terhadap sifat dan stabilitas fisik belum

pernah dilakukan sebelumnya. Penelitian yang pernah dilakukan oleh peneliti

lain adalah :

a. “Formula Sabun Transparan Antijamur dengan Bahan Aktif Ekstrak

rimpang lengkuas (Alpinia galanga L.Swartz.)” yang dilakukan oleh

Hernani, Bunasor, dan Fitriati pada tahun 2010.

b. “Optimasi Formula Sabun Transparan dengan Humectant Gliserin dan

Surfaktan Cocoamidopropyl betaine : Aplikasi Desain Faktorial” yang

dilakukan oleh Verysa Budianto pada tahun 2010.

c. “Pengaruh Penambahan Bahan Pengental Gliserin dan Surfaktan

Cocoamidopropyl betaine terhadap Viskositas dan Ketahanan Busa pada

Sediaan Sabun cair : Aplikasi Desain Faktorial” yang dilakukan oleh Devina

Anggraeni pada tahun 2011.

d. “Formulasi Gel Ekstrak rimpang lengkuas (Alpinia galanga L.) sebagai

Antijamur dengan Basis Hidroksi Propil Metil Selulosa (HPMC) dan

Carbopol” yang dilakukan oleh Taurina dan Andrie pada tahun 2013.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

5

3. Manfaat penelitian

a. Manfaat teoritis: Penelitian ini diharapkan memberikan sumbangan ilmiah di

bidang kefarmasian, mengenai komposisi cocoamidopropyl betaine sebagai

surfaktan dan gliserin sebagi humektan dalam formulasi sabun cair ekstrak

etanol rimpang lengkuas.

b. Manfaat praktis: Penelitian ini diharapkan dapat memberikan gambaran

mengenai pengaruh cocoamidopropyl betaine dan gliserin terhadap sifat dan

stabilitas fisik sabun cair ekstrak etanol rimpang lengkuas meliputi

viskositas, ketahanan busa, dan pergeseran viskositas, serta potensi

antibakteri terhadap bakteri S.epidermidis.

B. Tujuan

1. Tujuan umum

Tujuan umum dari penelitian ini adalah untuk mendapatkan

formula yang optimum sehingga diperoleh sediaan sabun cair ekstrak

etanol rimpang lengkuas dengan sifat dan stabilitas fisik yang sesuai

dengan kriteria.

2. Tujuan khusus

a. Mengetahui pengaruh cocoamidopropyl betaine dan gliserin terhadap

sifat fisik sabun cair ekstrak etanol rimpang lengkuas .

b. Mengetahui komposisi cocoamidopropyl betaine dan gliserin yang

menghasilkan sabun cair ekstrak etanol rimpang lengkuas dengan

sifat fisik yang diinginkan.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

6

c. Mengetahui stabilitas fisik sabun cair ekstrak etanol rimpang lengkuas

dalam penyimpanan selama 28 hari.

d. Mengetahui potensi antibakteri sediaan sabun cair ekstrak etanol

rimpang lengkuas terhadap bakteri S.epidermidis.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

7

BAB II

PENELAAHAN PUSTAKA

A. Lengkuas (Alpinia galanga)

1. Klasifikasi

Lengkuas (Alpinia galanga) dikenal pada masyarakat Jawa dengan

nama laos, sedangkan masyarakat Sunda mengenalnya dengan nama laja.

Klasifikasi lengkuas adalah sebagai berikut :

Kingdom : Plantae

Divisi : Magnoliophyta

Kelas : Liliopsida

Ordo : Zingiberales

Famili : Zingiberaceae

Genus : Alpinia

Spesies : Alpinia galanga (Alice dan Sankar, 2007)

2. Kandungan kimia

Sebagian besar senyawa kimia dalam ekstrak etanol lengkuas adalah

asetoksikhavikol asetat (ACA) sebanyak 76,49%. Komponen ini dapat

menyebabkan perubahan pH internal pada bakteri spesies Staphylococal dan

menyebabkan denaturasi protein dalam sel serta merusak membran sitoplasma

yang menyebabkan sitoplasma kehilangan ion dan konstituennya. ACA yang

terkandung dalam lengkuas ini merupakan komponen yang bersifat

hidrofobik. Hal ini menyebabkan perubahan pada struktur membran sel

bakteri dan menyebabkan membran tersebut menjadi semakin permeabel.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

8

Disamping itu ACA menyebabkan kebocoran ion dan bagian lain dari sel

bakteri tersebut. Meskipun dapat menghambat pertumbuhan bakteri gram

positif seperti Staphylococal, lengkuas tidak dapat menghambat pertumbuhan

bakteri gram negatif seperti E. coli karena adanya monolayer lipopolisakarida

yang membatasi difusi dari komponen yang bersifat hidrofobik. Komponen

lain yang terdapat dalam lengkuas adalah p-coumaryl diacetate (7,96%),

palmitic acid (3,19%), acetoxyeugenol acetate (3,06%), 9-octadecenoic acid

(2,28%), eugenol, b-bisabolene, b-farnesene dan sesquiphellandrene.

(Oonmetta-aree, dkk., 2005).

Gambar 1. Struktur asetoksikhavikol asetat (Seo, dkk., 2013)

3. Kegunaan dan khasiat

Secara tradisional, lengkuas sering digunakan sebagai obat sakit perut,

antijamur, antigatal, obat bengkak, antialergi, dan antihipoglikemik (Kubo,

dkk., 1991). Penelitian yang dilakukan oleh Rao, Ch, Narasu, dan Giri (2010),

menunjukkan ekstrak etanol, metanol, dan eter dari daun, rimpang, dan akar

lengkuas memberikan aktivitas yang baik dalam menghambat pertumbuhan

bakteri S. epidermidis yang merupakan penyebab utama bau badan. Ekstrak

rimpang lengkuas poten menghambat pertumbuhan bakteri Bacillus cereus,

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

9

Bacillus megaterium, Streptococcus lactis, dan Staphylococcus epidermidis.

Bakteri S. epidermidis merupakan bakteri yang berkontribusi dalam

menyebabkan bau badan. Hasil sekresi oleh sebaceous dan kelenjar keringat

serta plak kulit dari stratum korneum diuraikan oleh bakteri di kulit atau

teroksidasi akan menghasilkan bau tak sedap yang mudah menguap. Bau

badan tersebut terdiri dari asam lemak, aldehid, keton, senyawa yang

mengandung nitrogen, dan senyawa sulfur (Yamazaki, Hoshino, dan

Kusuhara, 2010). Minimum inhibitory concentration (MIC) dari ekstrak etanol

rimpang lengkuas terhadap bakteri S. epidermidis adalah 0,325 mg/ml dan

minimum bactericidal concentration (MBC) sebesar 1,3 mg/ml (Oonmetta-

aree, dkk., 2005).

B. Bakteri S. epidermidis

Staphylococcus epidermidis merupakan salah satu spesies bakteri dari

genus Staphylococcus yang sering ditemukan dalam berbagai kasus. S.

epidermidis merupakan bakteri gram positif, non-motile, bersifat anaerob

fakultatif sehingga dapat tumbuh secara aerob ataupun fermentasi. S. epidermidis

merupakan flora normal pada kulit dan mukosa. Bakteri ini sebenarnya jarang

menyebabkan infeksi patogenik tetapi dewasa ini diketahui bahwa S. epidermidis

merupakan salah satu bakteri pathogen pada infeksi nosocomial. Bayi baru lahir,

lansia, serta pasien yang menggunakan kateter berisiko terkena infeksi tersebut

(Zhang dkk., 2003).

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

10

C. Sabun Cair

1. Definisi

Sabun adalah sediaan yang merupakan suatu campuran yang

mengandung berbagai macam surfaktan yang digunakan bersama dengan air

untuk mencuci dan membersihkan kotoran yang biasanya berupa lemak (Ertel,

2006). Sabun cair mudah ditempatkan dalam botol pengemas sederhana dan

formulasinya mengandung antara lain surfaktan seperti lauryl sulphates,

humektan seperti gliserin, foam booster seperti cocoamides, dan fragrance

untuk menambah aroma yang menyenangkan dari sabun cair (Tadros, 2005).

2. Mekanisme pembersihan sabun cair

Tegangan antar muka antara kotoran dan permukaan kulit diturunkan

oleh surfaktan dalam sabun cair. Surfaktan terdiri atas bagian polar dan non

polar. Bagian polar berinteraksi dengan air, sedangkan bagian non polar

berinteraksi dengan kotoran yang biasanya berupa lemak. Surfaktan tersebut

akan membentuk misel dengan kotoran yang berada di bagian dalam. Bagian

luar misel yang bersifat polar akan berinteraksi dengan air sehingga saat

pembilasan akan terbawa oleh air dengan membawa kotoran (Tadros, 2005).

3. Bahan – bahan dalam sabun cair

a. Surfaktan

Surfaktan merupakan senyawa yang pada konsentrasi rendah

memiliki sifat teradsorpsi pada permukaan ataupun antarmuka dari suatu

sistem yang mampu menurunkan energi bebas permukaan maupun energi

bebas antarmuka (Rosen, 2004). Terdapat dua macam surfaktan yang

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

11

digunakan yaitu, surfaktan primer yang berfungsi sebagai detergen yang

biasanya merupakan surfaktan anionik karena sifat pembusaanya baik dan

relatif tidak iritatif jika dibandingkan dengan surfaktan kationik. Yang

kedua adalah surfaktan sekunder yang berfungsi sebagai foam booster

yang memperbaiki detergensi dan pembusaan yang biasanya merupakan

surfaktan amfoter karena dapat memperbanyak dan menstabilkan busa

juga dapat melembutkan kulit (Rieger, 2000).

b. Humektan

Senyawa yang dapat meningkatkan kelembaban di kulit setelah

pemakaian sabun perlu ditambahkan. Penggunaan gliserin dapat

digunakan untuk memenuhi kebutuhan tersebut. Selain itu gliserin dapat

berfungsi sebagai thickening agent serta clarifying agent (agen penjernih)

(Barel, Paye, dan Maibach, 2001).

c. Fragrance

Fragrance merupakan bahan tambahan yang penting dalam

formulasi sabun cair. Namun agar dapat diterima oleh konsumen, perlu

diperhatikan bahwa penambahan fragrance tidak boleh menyebabkan

perubahan stabilitas pada produk akhir (Barel, Paye, dan Maibach, 2009).

d. Pengatur keasaman

Bahan tambahan ini berfungsi untuk menyesuaikan pH sabun

cair agar tidak jauh dari pH kulit yaitu 4,5-7. Bahan yang biasa digunakan

adalah asam sitrat, asam laktat, atau asam fosfat (Fonseca, 2005).

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

12

4. Sifat fisik sabun cair

a. Viskositas

Viskositas adalah tahanan dari suatu cairan untuk mengalir,

semakin tinggi viskositas semakin besar tahanannya (Martin, Swabrick,

dan Cammarata, 1993). Viskositas ditunjukkan dengan persamaan :

η : Viskositas

σ : Gaya geser (shearing stress)

γ : Kecepatan geser (shearing rate )

Peningkatan gaya geser akan berbanding lurus dengan

peningkatan viskositas. Hal ini berlaku untuk senyawa yang termasik tipe

Newtonian. (Martin, Swabrick, dan Cammarata, 1993). Pada tipe non-

Newtonian, viskositas tidak berbanding lurus dengan kecepatan gaya

geser. Yang termasuk tipe non-Newtonian antara lain plastis,

pseudoplastis, dan dilatan (Lieberman, Rieger, dan Banker, 1996).

Tipe pseudoplastis menunjukkan penurunan viskositas seiring

meningkatnya kecepatan gaya geser. Dalam suatu larutan, molekul dengan

berat molekul besar serta struktur panjang akan salaing terpilin dan

terperangkap bersama-sama dengan solven yang tidak bergerak. Gaya

geser menyebabkan molekul terbebas dan menyusun diri secara terarah

kemudian mengalir. Dengan demikian molekul akan memiliki sedikit

tahanan untuk mengalir dan viskositas akan menurun (Aulton, 1988).

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

13

b. pH

Menurut Walters dan Roberts (2008) pH kulit manusia ialah

sekitar 4,5-6,5. pH yang terlalu asam dapat mengiritasi kulit, sedangkan

apabila terlalu basa, dapat menyebabkan kulit kering. Dari hal tersebut

maka sediaan yang berkaitan dengan kulit manusia perlu disesuaikan

dengan pH kulit tersebut.

c. Ketahanan busa

Busa adalah dispersi koloid gas di dalam cairan. Adanya

perbedaan densitas antara gelembung gas dan medium, sistem akan

dengan cepat memisah menjadi dua lapisan dan gelembung gas akan naik

ke atas. Adanya surfaktan akan mengurangi tegangan antarmuka sehingga

dispersi gas dalam cairan akan terjadi dengan mudah (Tadros, 2005).

Ketahanan busa adalah kemampuan busa untuk mempertahankan

parameter utamanya (ukuran gelembung, kandungan cairan, dan volume

total busa) dalam keadaan konstan selama waktu tertentu (Exerowa,1998).

Untuk melihat ketahanan busa dilakukan dengan cara membusakan sabun

cair dengan konsentrasi 1% selama 2 menit, dengan kecepatan konstan.

Busa yang terjadi diukur lalu didiamkan 5 menit kemudian diukur

kembali. Persen selisih busa antara menit ke-0 dan ke-5 menunjukkan

ketahanan busa. Semakin kecil selisih tinggi busa menunjukkan ketahanan

busa yang semakin baik.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

14

D. Cocoamidopropyl betaine

Gambar 2. Struktur cocoamidopropyl betaine (Cirelli, Ojeda, Castro, dan Salgot, 2009)

Cocoamidopropyl betaine (gambar 2) adalah surfaktan dengan sifat

pembusa, pembasah, dan pengemulsi yang baik, khususnya dengan keberadaan

surfaktan anionik. Surfaktan ini juga dapat melindungi kulit dari iritasi. (Barel,

Paye, dan Maibach, 2001). Menurut Rieger dan Rhein (1997) busa yang

dihasilkan relatif stabil baik pada soft water dan hard water, serta kompatibel

dengan surfaktan anionik, kationik, maupun nonionik. Dari sebab itu,

cocoamidopropyl betaine sering digunakan dalam berbagai formulasi sediaan

kosmetik. Cocoamidopropyl betaine jika dikombinasikan dengan alkil sulfat atau

alkil eter sulfat akan menghasilkan sediaan dengan viskositas yang relatif tinggi

(Butler, 2000).

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

15

E. Gliserin

Gambar 3. Struktur gliserin (Rowe, Sheskey, dan Quinn, 2009)

Gliserin (gambar 3) adalah cairan seperti sirup jernih dengan rasa manis.

Gliserin dapat bercampur dengan air dan etanol. Sebagai pelarut, gliserin dapat

disamakan dengan etanol, tetapi karena kekentalannya, zat terlarut akan larut

perlahan-lahan di dalamnya, kecuali jika dibuat kurang kental dengan pemanasan.

Gliserin bersifat sebagai bahan pengawet dan sering digunakan sebagai

stabilisator dan sebagai suatu pelarut pembantu dalam hubungannya dengan air

dan etanol (Ansel, 1989). Dalam pembuatan gel, gliserin merupakan thickening

agent yang digunakan untuk meningkatkan viskositas dan dapat membentuk

struktur transparan dalam sabun cair. Juga dapat berfungsi sebagai humektan

untuk menjaga kelembaban kulit (Tadros, 2005). Menurut Rieger (2000) gliserin

termasuk dalam tipe humektan organik yang paling banyak digunakan dalam

industri kosmetik karena kestabilan harga dan persentasenya relatif sedikit dari

jumlah total penggunaan produk. Penggunaan gliserin dalam sediaan topikal

sebagai humektan dan thickening agent berkisar dalam rentang konsentrasi 0,2 –

65,7% (Smolinske, 1992).

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

16

F. Desain Faktorial

Desain faktorial merupakan teknik untuk mengamati faktor yang terlibat

dalam suatu proses secara simultan sehingga dapat diketahui interaksi antara

faktor – faktor tersebut. Dengan demikian dapat dipisahkan antara faktor – faktor

yang penting dengan yang tidak dalam proses tersebut. Penelitian desain faktorial

yang paling sederhana adalah penelitian dengan 2 faktor dan 2 level (Armstrong

dan James, 1996). Dua faktor yang berbeda dan masing - masing faktor diuji pada

dua level yang berbeda, yaitu level rendah dan level tinggi. Faktor yang

berpengaruh secara signifikan terhadap suatu respon dan interaksi antar faktor

dapat diketahui dengan metode ini (Bolton, 1997).

Desain faktorial digunakan untuk melihat efek atau interaksi faktor –

faktor yang ada. Besar suatu efek yang disebabkan oleh suatu faktor akan

berpengaruh terhadap faktor yang lain. Langkah desain faktorial dimulai dengan

menetapkan faktor yang dianggap penting dan faktor yang tidak, dengan cara

mengevaluasi variabel sebagai faktor secata simultan, lalu menetapkan hubungan

yang penting di antara faktor tersebut (Amstrong dan James, 1996).

Tabel I. Rancangan desain faktorial dengan dua faktor dan dua level

Formula Faktor A Faktor B Interaksi

1 - - +

a + - -

b - + -

ab + + +

Keterangan :

(-) : level rendah

(+) : level tinggi

Formula 1 : formula dengan faktor A level rendah dan faktor B level rendah

Formula a : formula dengan faktor A level tinggi dan faktor B level rendah

Formula b : formula dengan faktor A level rendah dan faktor B level tinggi

Formula ab : formula dengan faktor A level tinggi dan faktor B level tinggi

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

17

Persamaan umum desain faktorial adalah sebagai berikut : Y = B0 +

B1(X1) + B2(X2) + B1.2(X1)(X2). Di mana Y adalah respon hasil atau sifat yang

diamati, X1; X2 merupakan level faktor bagian A, level faktor bagian B; B1; B2;

B1.2 merupakan koefisien, dapat dihitung dari hasil percobaan, dan B0 merupakan

rata-rata dari semua percobaan. Dari persamaan tersebut dapat diperoleh contour

plot suatu respon tertentu yang berguna untuk memilih komposisi campuran yang

optimum (Bolton, 1997). Desain faktorial memiliki keuntungan yaitu metode ini

mampu mengidentifikasi efek masing-masing faktor, maupun efek interaksi antar

faktor (Muth,1999).

G. Landasan Teori

Ekstrak etanol rimpang lengkuas memiliki kemampuan menghambat

pertumbuhan bakteri S.epidermidis. Ekstrak etanol rimpang lengkuas

mengandung senyawa asetoksikhavikol asetat (ACA) sebanyak 76,49%.

Komponen ini dapat menyebabkan perubahan pH internal pada bakteri spesies

Staphylococal dan menyebabkan denaturasi protein dalam sel serta merusak

membran sitoplasma yang menyebabkan sitoplasma kehilangan ion dan

konstituennya (Oonmetta-aree, dkk., 2005).

Formulasi sabun cair ekstrak etanol rimpang lengkuas menggunakan

surfaktan cocoamidopropyl betaine. Cocoamidopropyl betaine adalah surfaktan

dengan sifat pembusa, pembasah, dan pengemulsi yang baik, khususnya dengan

keberadaan surfaktan anionik. Surfaktan ini juga dapat melindungi kulit dari

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

18

iritasi. (Barel, Paye, dan Maibach, 2001). Busa yang dihasilkan relatif stabil baik

pada soft water dan hard water, serta kompatibel dengan surfaktan anionik,

kationik, maupun nonionik (Rieger dan Rhein, 1997). Selain itu untuk menjaga

kelembaban kulit digunakan humektan yaitu gliserin (Tadros, 2005). Gliserin

termasuk dalam tipe humektan organik yang paling banyak digunakan dalam

industri kosmetik karena kestabilan harga dan presentasenya relatif sedikit dari

jumlah total penggunaan produk (Rieger,2000).

Penelitian yang dilakukan oleh Anggraeni (2011), penggunaan

cocoamidopropyl betaine 7,5% dan 9,5% , sedangkan gliserin 7,5% dan 39,5%.

Penelitian yang dilakukan oleh Budianto (2010), penggunaan cocoamidopropyl

betaine 7% dan 18%, sedangkan gliserin 3% dan 7%. Mengacu pada penelitian

tersebut, maka digunakan cocoamidopropyl betaine sebesar 7% dan 10% serta

gliserin sebesar 7% - 10%.

Sifat fisik yang perlu diperhatikan dalam formulasi sabun cair antara

lain viskositas dan ketahanan busa. Viskositas adalah tahanan dari suatu cairan

untuk mengalir, semakin tinggi viskositas semakin besar tahanannya. Viskositas

akan mempengaruhi pengemasan, penyimpanan, aplikasi serta penghantaran

sediaan. Ketahanan busa adalah kemampuan busa untuk mempertahankan

parameter utamanya (ukuran gelembung, kandungan cairan , dan volume total

busa) dalam keadaan konstan selama waktu tertentu (Exerowa, 1998).

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

19

H. Hipotesis

1. Surfaktan cocoamidopropyl betaine dan gliserin memberikan pengaruh

terhadap sifat fisik sabun cair ekstrak etanol rimpang lengkuas yaitu

peningkatan viskositas dan ketahanan busa.

2. Komposisi area optimum dari cocoamidopropyl betaine dan gliserin dalam

formula sabun cair ekstrak etanol rimpang lengkuas dapat diperoleh.

3. Sabun cair ekstrak etanol rimpang lengkuas stabil dalam penyimpanan selama

28 hari.

4. Sediaan sabun cair ekstrak etanol rimpang lengkuas memiliki potensi

antibakteri terhadap bakteri S. epidermidis.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

20

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Jenis dan Rancangan Penelitian

Penelitian merupakan penelitian eksperimental menggunakan rancangan

penelitian desain faktorial dengan 2 faktor (cocoamidopropyl betaine dan gliserin)

dan 2 level (level tinggi dan level rendah).

B. Variabel Penelitian

1. Variabel bebas. Variabel bebas dalam penelitian ini adalah komposisi

cocoamidopropyl betaine dan komposisi gliserin.

2. Variabel tergantung. Variabel tergantung dalam penelitian ini adalah sifat

fisik dan stabilitas fisik sediaan, yaitu organoleptis, pH, viskositas sediaan,

ketahanan busa, serta pergeseran viskositas.

3. Variabel pengacau terkendali. Variabel pengacau terkendali dalam penelitian

ini adalah komposisi bahan lain yang digunakan dalam formulasi, kecepatan

pengadukan, dan alat yang digunakan.

4. Variabel pengacau tak terkendali. Variabel pengacau tak terkendali dalam

penelitian ini adalah suhu dan kelembaban ruangan, serta adanya interaksi

antar bahan selama penyimpanan.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

21

C. Definisi Operasional

1. Sabun cair ekstrak etanol rimpang lengkuas yang dimaksud adalah sediaan

sabun cair dengan surfaktan cocoamidopropyl betaine dan humektan gliserin

yang diformulasikan dengan penambahan ekstrak etanol rimpang lengkuas.

2. Ekstrak etanol rimpang lengkuas adalah ekstrak kental dari rimpang lengkuas

yang diserbukkan kemudian diekstraksi dengan pelarut etanol (1:10) selama

24 jam dan diuapkan pelarutnya.

3. Cocoamidopropyl betaine merupakan surfaktan amfoter yang sering dipakai

dalam formulasi kosmetik, keunggulan surfaktan ini adalah dapat

meningkatkan jumlah busa yang digunakan dalam sediaan. Penggunaan

cocoamidopropyl betaine dalam formula ini sebanyak 7% dan 10%.

4. Gliserin merupakan thickening agent yang digunakan untuk meningkatkan

viskositas dan dapat membentuk struktur transparan dalam sabun cair, juga

dapat berfungsi sebagai humektan untuk menjaga kelembaban kulit.

Penggunaan gliserin dalam formula ini sebanyak 7% dan 10%.

5. Viskositas merupakan tahanan sabun cair untuk mengalir yang diukur dengan

viskotester. Viskositas yang diinginkan adalah 5-7 dPa.s

6. Ketahanan busa adalah selisih tinggi busa antara menit ke-0 dan ke-5 setelah

di-vortex. Semakin kecil selisih tinggi busa maka ketahanan busa semakin

baik. Ketahanan busa yang diinginkan adalah 0-2 mm.

7. pH sediaan disesuaikan dengan pH kulit manusia yaitu sekitar 4,5-6,5.

8. Desain faktorial merupakan teknik untuk mengamati faktor yang terlibat

dalam suatu proses secara simultan sehingga dapat diketahui interaksi antara

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

22

faktor – faktor tersebut. Dengan demikian dapat dipisahkan antara faktor –

faktor yang penting dengan yang tidak dalam proses tersebut.

9. Potensi antibakteri adalah kemampuan sediaan untuk menghambat

pertumbuhan bakteri S. epidermidis yang ditunjukkan oleh zona hambat pada

media.

D. Bahan Penelitian

Bahan-bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah serbuk rimpang

lengkuas (Alpinia galanga, CV. Merapi Farma Herbal), etanol 96% (kualitas

teknis), cocoamidopropyl betaine (kualitas farmasetis), sodium lauryl sulfate

(kualitas farmasetis), gliserin (kualitas farmasetis), asam sitrat, aqua

demineralisata, media Muller-Hinton Agar, dan kultur bakteri Staphylococcus

epidermidis (Balai Laboratorium Kesehatan Yogyakarta).

E. Alat Penelitian

Alat-alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah glassware (Pyrex,

Germany), magnetic stirrer, shaker, waterbath, kertas saring, neraca analitik

(Mettlter Toledo), indikator pH universal (Merck, Germany), viscometer (VT 04,

Rion, Japan), vortex (Laboratorium Farmasi Universitas Sanata Dharma), autoklaf

(KT-40 ALP Co. Ltd., Midorigouka, Japan), inkubator (MEMMERT), cotton bud

steril, software Design Expert 9.0.4 trial dan software R 3.1.1.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

23

F. Tata Cara Penelitian

1. Ekstraksi lengkuas

a. Pembuatan ekstrak kental lengkuas

Serbuk lengkuas diektraksi sebanyak 80 gram dengan 800 ml etanol

96% pada suhu ruangan selama 24 jam. Ekstrak disaring dengan

menggunakan kertas saring sebanyak dua kali. Filtrat yang tertinggal

diektstrak kembali dengan 800 ml etanol 96% pada suhu ruangan selama 24

jam dan disaring kembali dengan menggunakan kertas saring sebanyak dua

kali. Hasil penyaringan dicampur kemudian pelarut diuapkan dengan rotary

evaporator sehingga didapatkan ekstrak kental dengan bobot tetap. Ekstrak

disimpan hingga digunakan pada proses berikutnya dalam lemari pendingin.

b. Uji potensi antibakteri ekstrak kental lengkuas

Ekstrak kental lengkuas yang didapatkan diencerkan menjadi larutan

ekstrak rimpang lengkuas dengan variasi konsentrasi 1, 2, 3, 4, 5, 6, 7, 8%.

Media Muller-Hinton Agar steril disiapkan. Suspensi bakteri uji

Staphylococcus epidermidis (3x108 CFU/mL) diinokulasikan merata pada

media dengan metode streak plate. Lubang sumuran dibuat sejumlah 4

lubang sumuran pada masing-masing media dengan setiap sumuran berisi

larutan ekstrak rimpang lengkuas dengan konsentrasi 1, 2, 3, 4, 5, 6, 7, 8%,

etanol 96% sebagai kontrol negatif, dan ekstrak kental lengkuas sebagai

kontrol positif, kemudian diinkubasi selama 24 jam pada suhu 37°C.

Diameter zona hambat yang terbentuk diukur dengan menggunakan

penggaris dan dicatat.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

24

2. Formulasi sediaan sabun cair

a. Desain formula

Formula yang digunakan dalam penelitian ini mengacu pada formula

sabun cair pada penelitian yang dilakukan Anggraeni (2011).

Tabel II. Formula acuan (Anggraeni, 2011)

Bahan Jumlah (gram)

Gliserin 33,0

Cocoamidopropyl

betaine 33,0

Sodium lauryl sulfate 40,0

Natrium klorida 12,0

Aqua Demineralisata Ad 400,0

Fragrance 3

Asam sitrat q.s pH 4,5-6,5

Modifikasi pada formula tersebut, yaitu dengan perubahan jumlah

cocoamidopropyl betaine dan gliserin, serta penambahan gelatin sehingga

didapatkan formula sebagai berikut :

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

25

Tabel III. Formula sabun cair ekstrak rimpang lengkuas

Bahan Jumlah (gram)

F1 Fa Fb Fab

Ekstrak rimpang lengkuas 5 5 5 5

Giliserin 7 7 10 10

Cocoamidopropyl betaine 7 10 7 10

Gelatin 3 3 3 3

Sodium lauryl sulfate 10 10 10 10

Aqua Demineralisata 70 70 70 70

Fragrance 3 3 3 3

Asam sitrat q.s q.s q.s q.s

Keterangan :

F1 : Formula dengan cocoamidopropyl betaine level rendah, dan gliserin level rendah

Fa : Formula dengan cocoamidopropyl betaine level tinggi dan gliserin level rendah

Fb : Formula dengan cocoamidopropyl betaine level rendah, dan gliserin level tinggi

Fab : Formula dengan cocoamidopropyl betaine level tinggi dan gliserin level tinggi

b. Pembuatan sediaan sabun cair

Bagian A : Sebagian aqua demineralisata dimasukkan ke dalam

beaker glass kemudian dipanaskan pada suhu 50°C. Sodium lauryl sulfate

ditambahkan pada beaker glass tersebut sambil diaduk dengan magnetic

stirrer dengan kecepatan 500 rpm hingga terbentuk larutan.

Bagian B : Sisa aqua demineralisata digunakan untuk melarutkan

gelatin. Larutan gelatin tersebut ditambahkan pada bagian A, kemudian

diaduk hingga membentuk campuran yang homogen.

Bagian C : Cocoamidopropyl betaine dan gliserin ditambahkan secara

berturut-turut, ke dalam bagian B kemudian diaduk hingga membentuk

campuran yang homogen. Ekstrak rimpang lengkuas ditambahkan pada

campuran tersebut dan diaduk kembali hingga homogen. Asam sitrat

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

26

ditambahkan kemudian pH sediaan diukur menggunakan indikator pH

universal, hingga sediaan memiliki pH 4,5-6,5. Campuran diaduk hingga

homogen, kemudian didinginkan lalu ditambahkan fragrance.

3. Evaluasi sediaan sabun cair

a. Uji organoleptis

Bentuk, warna, dan bau dari sediaan diamati. Pengujian ini dilakukan

pada hari ke-2, ke-7, ke-14, ke-21, dan ke-28 setelah pembuatan sediaan.

b. Uji viskositas

Pengujian viskositas sediaan menggunakan viskometer. Sediaan

dituang ke dalam wadah yang tersedia hingga tanda batas pada wadah

tersebut. Rotor kemudian dipasang dan viskometer dinyalakan. Viskositas

sediaan diamati berdasarkan jarum penunjuk viskositas. Nilai yang

ditunjukkan kemudian dicatat. Pengujian ini dilakukan pada hari ke-2, ke-7,

ke-14, ke-21, dan ke-28 setelah pembuatan sediaan.

c. Uji ketahanan busa

Sediaan sebanyak 0,5 gram dilarutkan dalam 50 ml aquadest,

kemudian 10 ml larutan tersebut dimasukkan ke dalam tabung reaksi

berskala melalui dinding. Tabung reaksi tersebut ditutup kemudian di-vortex

selama 2 menit. Tinggi busa yang terbentuk dicatat pada menit ke-0 dan ke-

5. Nilai ketahanan busa didapatkan dari selisih tinggi busa pada menit ke-0

dan ke-5. Pengujian ini dilakukan hari ke-2, ke-7, ke-14, ke-21, dan ke-28

setelah pembuatan sediaan.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

27

d. Uji potensi antibakteri

i. Pembuatan suspensi bakteri

Bakteri S.epidermidis diambil sebanyak 2 ose dari stok kemudian

dicelupkan pada larutan NaCl fisiologis (0,9%) steril dalam tabung reaksi

steril. Tabung reaksi di-vortex dan kekeruhannya dibandingkan dengan

Mac Farland 1 (3x108 CFU/mL).

ii. Pembuatan kontrol media steril

Media Muller-Hinton Agar steril bersuhu 45-50°C dituang ke

dalam cawan petri steril, kemudian diinkubasi selama 24 jam pada suhu

37°C. Media diamati dan dibandingkan dengan kontrol pertumbuhan

bakteri.

iii. Pembuatan kontrol pertumbuhan bakteri

Suspensi bakteri uji diinokulasikan merata pada media dengan

metode streak plate pada media Muller-Hinton Agar steril, kemudian

diinkubasi selama 24 jam pada suhu 37°C. Pertumbuhan bakteri diamati

dan dibandingkan dengan perlakuan.

iv. Pengujian potensi antibakteri sediaan

Suspensi bakteri uji diinokulasikan merata pada media dengan

metode streak plate dengan kepadatan dan jumlah yang sama dengan

suspensi bakteri uji dalam perlakuan pada media Muller-Hinton Agar

steril. Pada masing – masing media, dibuat sebanyak 1 sumuran berisi

sediaan tanpa ekstrak rimpang lengkuas dengan formula yang sama

sebagai kontrol negatif, pada media yang lain masing – masing diisikan

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

28

dengan sediaan dengan ekstrak sesuai dengan formula. Selanjutnya,

diinkubasi selama 24 jam pada suhu 37°C. Setelah diinkubasi, diameter

zona hambat yang terbentuk diukur dengan menggunakan penggaris.

G. Analisis Hasil

Data sifat dan stabilitas fisik sediaan yang diperoleh dalam penelitian ini

adalah data uji pH, viskositas, dan ketahanan busa. Pada desain faktorial, dari

besarnya efek penambahan cocoamidopropyl betaine, gliserin, dan interaksinya

dapat diketahui faktor yang signifikan mempengaruhi sifat fisik dan stabilitas fisik

sediaan yang dibuat. Pengaruh faktor terhadap respon diinteprestasikan dari

analisis menggunakan software R 3.1.1 dan Design Expert 9.0.4 trial yakni

dengan analisis statistik ANOVA. Apabila nilai p < 0,05, maka faktor dianggap

signifikan mempengaruhi respon. Pada uji potensi antibakteri sediaan, didapatkan

data yakni berupa diameter zona hambat yang terbentuk. Selanjutnya dilakukan

penghitungan rata-rata zona hambat yang terbentuk dari ketiga replikasi yang

dilakukan.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

29

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Karakteristik Ekstrak Etanol Rimpang Lengkuas

Formulasi sabun cair pada penelitian ini menggunakan ekstrak etanol

rimpang lengkuas sebagai zat aktif yang memiliki efek antibakteri. Serbuk

rimpang lengkuas yang diperoleh dari CV. Merapi Farma Herbal telah

dilampirkan surat keterangan simplisia pada lampiran 1, sebagai bukti kebenaran

dari serbuk rimpang lengkuas yang diekstraksi. Ekstrak rimpang lengkuas hasil

ekstraksi tersebut memiliki karakteristik seperti yang ditunjukkan tabel IV.

Tabel IV. Karakteristik ekstrak etanol lengkuas

Hasil Pengamatan Farmakope Herbal Indonesia

Bentuk Ekstrak kental Ekstrak kental

Warna Kuning kecokelatan Kuning kecokelatan

Aroma Khas lengkuas Khas

Rendemen 15,7% >16,0%

Menurut Farmakope Herbal Indonesia (2008) ekstrak etanol rimpang

lengkuas hasil ekstraksi memiliki bentuk warna dan aroma yang sesuai dengan

persyaratan. Hasil rendemen yang didapatkan adalah 15,7% dan hasil ini tidak

sesuai dengan persyaratan, di mana rendemen harus tidak kurang dari 16,0%.

Hasil yang didapatkan dibandingkan dengan persyaratan Farmakope Herbal

Indonesia secara statistik. Hasil uji statistik menunjukkan bahwa kedua data

tersebut tidak berbeda signifikan dengan p-value 0,05685.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

30

B. Penentuan Zona Hambat Ekstrak Etanol Rimpang Lengkuas

terhadap Bakteri S.epidermidis

Penentuan zona hambat ekstrak etanol rimpang lengkuas bertujuan untuk

mengetahui konsentrasi terrendah yang digunakan dalam formulasi sabun cair

ekstrak etanol yang dapat menghambat pertumbuhan bakteri S.epidermidis. Hasil

pengukuran diameter zona hambat ekstrak etanol rimpang lengkuas terhadap

bakteri S.epidermidis disajikan dalam tabel V.

Tabel V. Pengukuran zona hambat ektrak etanol rimpang lengkuas terhadap bakteri

S.epidermidis

Konsentrasi Ekstrak (%) Diameter Zona Hambat (mm)

1 36,67 ± 3,06

2 41,33 ± 2,31

3 45,33 ± 3,06

4 48,67 ± 2,31

5 52,83 ± 0,76

6 53,50 ± 0,50

7 53,53 ± 0,50

8 54,00 ± 0,00

Kontrol (-) 0

Keterangan :

Kontrol (-) : etanol 96%

Hasil pengamatan menunjukkan bahwa semakin tinggi konsentrasi ekstrak

rimpang lengkuas, maka zona hambat yang dihasilkan cenderung meningkat. Hal

ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Oonmeta-aree dkk. (2005), yang

membuktikan bahwa ekstrak etanol rimpang lengkuas dapat menghambat

pertumbuhan bakteri S.epidermidis.

Gambar 4 menunjukkan pengukuran zona hambat pada setiap

konsentrasi disertai kontrol positif dan negatif. Kontrol negatif tidak menunjukkan

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

31

adanya zona hambat, hal ini membuktikan bahwa pelarut yang digunakan yaitu

etanol 96% tidak memiliki daya hambat terhadap bakteri S. epidermidis.

(a) (b) (c) Gambar 4. Pengukuran zona hambat ektrak etanol rimpang lengkuas terhadap bakteri

S.epidermidis. (a) Ekstrak tanpa pengenceran dan kontrol negatif (etanol 96%), (b) Ekstrak

dengan konsentrasi 1-4%, (c) Ekstrak dengan konsentrasi 5-8%.

Ekstrak dengan konsentrasi 1% merupakan konsentrasi terendah yang

diamati sudah memberikan daya hambat terhadap bakteri S.epidermidis. Ekstrak

dalam matriks pelepasan zat aktifnya akan jauh lebih kecil dari pada ekstrak di

luar matriks. Banyaknya ekstrak yang ditambahkan ditentukan dengan uji ANOVA

analisis post-hoc Tukey HSD yang membandingkan diameter zona hambat yang

terbentuk antar konsentrasi.

Ekstrak dengan konsentrasi 1% diketahui berbeda signifikan dengan 3%

(p-value = 0,0008258), maka dilakukan penambahan ekstrak sebanyak 3 gram

pada tiap formula. Berdasarkan lampiran 8, sabun cair ekstrak rimpang lengkuas

dengan konsentrasi ekstrak 3% tidak memberikan daya hambat yang berbeda

signifikan dengan daya hambat basis, sehingga penambahan ekstrak ke dalam

formula sabun cair ditingkatkan menjadi 5 gram. Ekstrak 5 gram dipilih karena

ekstrak dengan konsentrasi 5% memiliki diameter zona hambat yang berbeda

signifikan dengan konsentrasi 3% (p-value = 0,0038) tetapi tidak berbeda

signifikan dengan ekstrak dengan konsentrasi 6%, 7%, dan 8%.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

32

Kemampuan antibakteri suatu senyawa dapat dikatakan sangat kuat

apabila diameter zona hambat ≥ 20 mm, kuat 10-20 mm, sedang 5-10 mm, dan

lemah ≤ 5 mm (Rita, 2010). Pada semua konsentrasi yang diuji dalam penelitian

ini memiliki daya anti bakteri yang termasuk dalam kategori sangat kuat.

C. Sifat Fisik Sabun Cair Ekstrak Etanol Rimpang Lengkuas

Pada penelitian ini, ekstrak etanol rimpang lengkuas diformulasikan

menjadi sediaan sabun cair dengan optimasi penggunaan cocoamidopropyl

betaine dan gliserin pada level tinggi dan level rendah. Pengujian sifat fisik sabun

cair yang dilakukan meliputi pengamatan organoleptis, pH sediaan, viskositas,

dan ketahanan busa. Pengujian sifat fisik sediaan dilakukan pada hari ke-2 setelah

pembuatan agar sistem yang terbentuk telah sempurna, sehingga pengukuran tidak

terpengaruh oleh energi dan gaya yang diberikan saat pencampuran bahan.

Tabel VI. Pengamatan sifat fisik sabun cair ekstrak etanol rimpang lengkuas

Pengamatan F1 Fa Fb Fab

Bentuk Cairan

kental

Cairan

kental

Cairan

kental

Cairan

kental

Warna Cokelat

muda

Cokelat

muda

Cokelat

muda Cokelat tua

Aroma Khas

rempah

Khas

rempah

Khas

rempah

Khas

rempah

pH sediaan 5,5 5,5 5,5 5,5

Viskositas

(dPa.s) 1,83 ± 0,12 6,40 ± 0,14 1,28 ± 0,24 6,57 ± 0,33

Selisih tinggi

busa (mm) 1,3 ± 0,94 1,0 ± 0,82 1,0 ± 0,82 0,7 ± 0,47

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

33

1. Organoleptis dan pH

Organoleptis sediaan sabun cair ekstrak etanol rimpang lengkuas

yang diamati adalah bentuk, warna, dan aroma. Berdasarkan hasil pengamatan

sediaan yang diasjikan pada tabel VI, sabun cair ekstrak rimpang lengkuas

memiliki bentuk yang sama yaitu cairan kental, serta aroma yang sama yaitu

khas rempah. Aroma khas rempah diperoleh dari percampuran antara aroma

lengkuas dan fragrance melati yang ditambahkan. Warna sediaan relatif sama

karena warna sediaan terpengaruh oleh warna cokelat tua pekat dari ekstrak,

hanya terdapat perbedaan warna yang lebih tua yang terdapat pada formula b.

Warna yang lebih tua diakibatkan oleh penambahan cocoamidopropyl betaine

dan gliserin yang keduanya merupakan level tinggi.

Sediaan pada semua formula memiliki pH 5,5. Penambahan

cocoamidopropyl betaine dan gliserin dalam jumlah yang berbeda pada setiap

formula tidak mempengaruhi pH sediaan. Cocoamidopropyl betaine

merupakan surfaktan yang bersifat amfoter, lingkungan yang cenderung asam

akan membuat cocoamidopropyl betaine bermuatan positif. Muatan negatif

dari lingkungan akan berinteraksi dengan N+ pada cocoamidopropyl betaine

dan hasil akhirnya cenderung netral. Gliserin merupakan bahan dengan pH

netral. Penggunaan gliserin dalam formula yang dioptimasi hanya 7% dan

10% sehingga tidak mempengaruhi pH sediaan. pH sediaan tersebut sesuai

dengan pH kulit yaitu 4,5 – 6,5. pH merupakan parameter yang perlu dikontrol

karena sediaan diharapkan mendekati pH kulit. pH yang terlalu asam akan

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

34

mengiritasi kulit sedangkan yang terlalu basa akan mengakibatkan kulit

kering.

2. Viskositas

Viskositas merupakan faktor yang mempengaruhi sifat alir dari

sabun cair ekstrak etanol. Viskositas berpengaruh pada pengisian sediaan ke

dalam kemasan serta aplikasi sediaan. Semakin tinggi viskositas maka tahanan

pada sediaan akan semakin besar dan sediaan akan semakin sulit untuk

mengalir sehingga sulit dituang. Jika viskositas rendah maka sediaan akan

mudah tahanan sediaan kecil sehingga mudah mengalir, hal ini menyebabkan

sediaan mudah tumpah dari kemasan. Berdasarkan sediaan pembanding, maka

ditetapkan kriteria penerimaan viskositas sebesar 5-7 d.Pas.

Tabel VI menunjukkan bahwa formula ab memiliki viskositas yang

paling tinggi diikuti oleh formula b dengan perbedaan yang tidak begitu jauh.

Formula ab dan b merupakan formula dengan cocoamidopropyl betaine level

tinggi, maka penggunaan cocoamidopropyl betaine level tinggi dapat

meningkatkan viskositas sediaan.

Persamaan desain faktorial yang didapatkan memiliki p-value < 0,05

yang menyatakan bahwa hasil permodelan signifikan pada respon viskositas.

Persamaan yang diperoleh adalah sebagai berikut :

Y = -11,97037 + 1,79815X1 + 0,092593X2 – 3,70370E-003X1X2

dengan X1 merupakan faktor cocoamidopropyl betaine, X2 merupakan faktor

gliserin, dan X1X2 merupakan interaksi dari kedua faktor tersebut.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

35

Tabel VII. Pengaruh cocoamidopropyl betaine, gliserin, dan interaksinya terhadap respon

viskositas

Faktor Efek p-value p-value

Persamaan

Cocoamidopropyl betaine (A) 5,30 < 0,0001

Gliserin (B) 0,183 0,2080 < 0,0001

AB - 0,016 0,9040

Data tabel VII efek paling besar ditunjukkan oleh cocoamidopropyl

betaine dengan nilai efek sebesar 5,30. Nilai efek yang besar berarti

cocoamidopropyl betaine memiliki pengaruh dalam menentukan viskositas

sediaan. Efek gliserin sebesar 0,183 maka gliserin memiliki pengaruh yang

lebih kecil dalam menentukan respon viskositas. Cocoamidopropyl betaine

dan gliserin menunjukan nilai efek yang positif sehingga efek faktor tersebut

meningkatkan viskositas sabun cair. Interaksi keduanya menunjukkan efek

negatif sehingga menurunkan viskositas tetapi efeknya hanya sebesar 0,016.

Berikut merupakan grafik interaksi antara cocoamidopropyl betaine dan

gliserin terhadap respon viskositas.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

36

Gambar 5. Grafik hubungan efek cocoamidopropyl betaine terhadap respon

viskositas

Gambar 6. Grafik hubungan efek gliserin terhadap respon viskositas

Pada gambar 5, garis merah merupakan pengaruh cocoamidopropyl

betaine level tinggi, sedangkan garis hitam merupakan pengaruh

cocodamidopropyl betaine level rendah. Jumlah cocoamidopropyl betaine

Design-Expert® Software

Factor Coding: Actual

viskositas (d.Pas)

Design Points

X1 = A: cocoamidopropyl betaine

X2 = B: gliserin

B- 7

B+ 10

A: cocoamidopropyl betaine (%)

B: gliserin (%)

7 7.6 8.2 8.8 9.4 10

vis

ko

sit

as

(d

.Pa

s)

0

1

2

3

4

5

6

7

22

2

3

2

Interaction

Design-Expert® Software

Factor Coding: Actual

viskositas (d.Pas)

Design Points

X1 = B: gliserin

X2 = A: cocoamidopropyl betaine

A- 7

A+ 10

B: gliserin (%)

A: cocoamidopropyl betaine (%)

7 7.6 8.2 8.8 9.4 10

vis

ko

sit

as

(d

.Pa

s)

0

1

2

3

4

5

6

7

2

2

2

Interaction

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

37

level rendah maupun level tinggi yang semakin tinggi akan meningkatkan

viskositas sediaan. Pada gambar 6, garis merah merupakan pengaruh gliserin

level tinggi, sedangkan garis hitam merupakan pengaruh gliserin level rendah.

Kedua garis tersebut hampir linear, hal ini menunjukkan bahwa gliserin tidak

berpengaruh signifikan terhadap peningkatan viskositas.

Gambar 7. Contour plot respon viskositas

Warna pada gambar 7 menunjukkan gambaran pengukuran

viskositas sabun cair ekstrak rimpang lengkuas. Semakin merah pada gambar

berarti viskositas semakin tinggi. Semakin banyak penggunaan

cocoamidopropyl betaine akan menyebabkan peningkatan viskositas, terlihat

pada gambar bahwa pada penggunaan cocoamidopropyl betaine level rendah

memberikan respon viskositas yang rendah dan viskositas meningkat seiring

dengan penambahan cocoamidopropyl betaine. Gliserin pada level rendah

sampai dengan level tinggi tidak memberikan pengaruh karena pada level

Design-Expert® Software

Factor Coding: Actual

viskositas (d.Pas)

Design Points

7

1

X1 = A: cocoamidopropyl betaine

X2 = B: gliserin

7 7.6 8.2 8.8 9.4 10

7

7.6

8.2

8.8

9.4

10

viskositas (d.Pas)

A: cocoamidopropyl betaine (%)

B:

gli

se

rin

(%

)

2 3 4 5 6

3 3

3 3

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

38

rendah maupun level tinggi jika cocoamidopropyl betaine yang digunakan

level rendah maka viskositas sediaan yang dihasilkan tetap kecil.

Cocoamidopropyl betaine akan memberikan sifat anionik di bagian

hidrofil pada permukaan micelle. Konformasi micelle berbentuk spherical

karena adanya gaya tolak menolak antar muatan pada head groups di

permukaan micelle. Adanya gliserin menyebabkan berkurangnya gaya tolak

menolak antar muatan pada permukaan micelle sehingga ukuran micelle dapat

membesar. Membesarnya ukuran micelle terjadi karena adanya perubahan

konformasi micelle menjadi non-spherical. Ukuran micelle yang besar akan

meningkatkan viskositas sediaan (Atwood dan Florence, 2008). Peningkatan

konsentrasi surfaktan akan membentuk rod-like micelle. Micelle tersebut akan

saling berpilin sehingga viskositas sistem akan semakin meningkat.

3. Ketahanan busa

Ketahanan busa merupakan kemampuan busa yang dihasilkan oleh

sabun cair dalam waktu, energi, dan kecepatan tertentu untuk

mempertahankan diri. Ketahanan busa dilihat dari pengukuran busa pada

menit ke-0 dan ke-5 setelah dilakukan penggojokan. Selisih tinggi busa yang

semakin kecil pada menit ke-0 dan ke-5 maka ketahanan busa semakin baik.

Berdasarkan sediaan pembanding, maka ditetapkan kriteria penerimaan

ketahanan busa sebesar 0-2mm.

Tabel VI menunjukkan ketahanan busa yang paling baik adalah

formula ab yang merupakan formula dengan cocoamidopropyl betaine dan

gliserin level tinggi. Hal ini menunjukkan semakin besar penggunaan

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

39

cocoamidopropyl betaine dan gliserin akan menghasilkan busa yang lebih

optimal dan memiliki kemampuan mempertahankan busa yang baik.

Persamaan yang diperoleh adalah sebagai berikut :

Y = 12,74074 - 1,40741X1 – 1,51852X2 + 0,18519X1X2

dengan X1 merupakan faktor cocoamidopropyl betaine, X2 merupakan faktor

gliserin, dan X1X2 merupakan interaksi dari kedua faktor tersebut. Akan tetapi

p-value yang diperoleh 0,4180 maka persamaan tersebut tidak signifikan pada

taraf kepercayaan 95%.

Tabel VIII. Pengaruh cocoamidopropyl betaine, gliserin, dan interaksinya terhadap respon

ketahanan busa

Faktor Efek p-value p-value

Persamaan

Cocoamidopropyl betaine (A) 0,50 0,3921

Gliserin (B) 0,17 0,7707 0,4180

AB 0,83 0,1701

Respon ketahanan busa lebih dipengaruhi oleh interaksi dari kedua

faktor yaitu cocoamidopropyl betaine dan gliserin. Tabel VIII menunjukkan

interaksi kedua faktor memiliki efek sebesar 0,83, sedangkan efek

cocoamidopropyl betaine sebesar 0,50 dan gliserin 0,17. Gambar 9 dan 10

merupakan grafik interaksi antara cocoamidopropyl betaine dan gliserin

terhadap respon ketahanan busa.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

40

Gambar 8. Grafik hubungan efek cocoamidopropyl betaine terhadap respon ketahanan busa

Gambar 9. Grafik hubungan efek gliserin terhadap respon ketahanan busa

Hubungan faktor terhadap respon yang ditunjukkan pada gambar 8 garis

merah merupakan pengaruh cocoamidopropyl betaine level tinggi, sedangkan

garis hitam merupakan pengaruh cocoamidopropyl betaine level rendah. Jumlah

cocoamidopropyl betaine level tinggi yang semakin tinggi akan meningkatkan

selisih tinggi busa, sedangkan semakin tinggi jumlah cocoamidopropyl betaine

level rendah akan menurunkan selisih tinggi busa. Selisih tinggi busa semakin

Design-Expert® Software

Factor Coding: Actual

ketahanan busa (mm)

Design Points

X1 = A: cocoamidopropyl betaine

X2 = B: gliserin

B- 7

B+ 10

A: cocoamidopropyl betaine (%)

B: gliserin (%)

7 7.6 8.2 8.8 9.4 10

ke

tah

an

an

bu

sa

(m

m)

-1

0

1

2

3

2

2

2

2

2

Interaction

Design-Expert® Software

Factor Coding: Actual

ketahanan busa (mm)

Design Points

X1 = B: gliserin

X2 = A: cocoamidopropyl betaine

A- 7

A+ 10

B: gliserin (%)

A: cocoamidopropyl betaine (%)

7 7.6 8.2 8.8 9.4 10

ke

tah

an

an

bu

sa

(m

m)

-1

0

1

2

3

3

2

3

Interaction

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

41

tinggi maka ketahanan busa akan menurun. Cocoamidopropyl betaine level tinggi

mengakibatkan penurunan ketahanan busa, hal ini terjadi karena busa yang

dihasilkan oleh cocoamidopropyl betaine level tinggi cenderung tidak seragam

dan busa yang terjadi berukuran besar. Busa yang berukuran besar tidak mampu

mempertahankan diri dan mudah pecah.

Gambar 10. Contour plot respon ketahanan busa

Warna pada gambar 10 menunjukkan gambaran pengukuran ketahanan

busa sabun cair ekstrak etanol rimpang lengkuas. Semakin biru pada gambar

berarti selisih tinggi busa semakin kecil maka ketahanan busa semakin baik.

Peningkatan ketahanan busa terjadi saat penggunaan gliserin yang semakin

banyak dan cocoamidopropyl betaine yang semakin sedikit. Cocoamidopropyl

betaine merupakan pembusa dan pembasah yang baik, maka dengan penggunaan

yang tidak terlalu banyak busa yang dihasilkan sudah optimal, sedangkan perlu

Design-Expert® Software

Factor Coding: Actual

ketahanan busa (mm)

Design Points

3

0

X1 = A: cocoamidopropyl betaine

X2 = B: gliserin

7 7.6 8.2 8.8 9.4 10

7

7.6

8.2

8.8

9.4

10

ketahanan busa (mm)

A: cocoamidopropyl betaine (%)

B:

gli

se

rin

(%

)

0.8

1

1.2 1.2

1.2 1.4

1.6

1.8

3 3

3 3

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

42

cukup banyak gliserin untuk dapat menciptakan halangan sterik pada gelembung

busa agar tidak mudah pecah.

D. Pengujian Sifat Fisik Sabun Cair Ekstrak Etanol Rimpang Lengkuas

pada Formula Optimum

Setelah diketahui efek faktor cocoamidopropyl betaine dan gliserin

terhadap respon viskositas dan ketahanan busa, maka dilakukan pengujian

kembali sifat dan stabilitas fisik tersebut pada sediaan dengan formula optimum.

Kriteria viskositas yang ditetapkan adalah 5-7 dPa.s sehingga sediaan yang dibuat

tidak terlalu kental dan tidak terlalu encer, sedangkan untuk selisih tinggi busa

ditetapkan kriteria 0-2 mm karena ketahanan busa pada sediaan yang dibuat

diharapkan dapat maksimal dengan meminimalkan selisih tinggi busa.

Gambar 11. Overlay plot formulasi sabun cair ekstrak rimpang lengkuas

Gambar 11 menunjukkan overlay plot dari formulasi sabun cair ekstrak

rimpang lengkuas. Warna kuning menunjukkan area optimum dari formula yang

Design-Expert® Software

Factor Coding: Actual

Overlay Plot

viskositas

ketahanan busa

Design Points

X1 = A: cocoamidopropyl betaine

X2 = B: gliserin

7 7.6 8.2 8.8 9.4 10

7

7.6

8.2

8.8

9.4

10

Overlay Plot

A: cocoamidopropyl betaine (%)

B:

gli

se

rin

(%

)

viskositas: 5

3 3

3 3

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

43

dioptimasi. Formula optimum didapatkan dari software Design Expert 9.0.4. trial

dari 100 solusi yang ditampilkan dipilih secara acak. Formula yang dipilih adalah

dengan penambahan cocoamidopropyl betaine 10 gram dan gliserin 7 gram

karena memiliki desirability 1,0.

Sediaan sabun cair ekstrak rimpang lengkuas dengan formula optimum

diuji kembali viskositas dan ketahanan busanya dan didapatkan hasil yang

disajikan dalam tabel IX.

Tabel IX. Hasil pengujian formula optimum

Hasil Pengamatan Teoretis p-value

Viskositas (dPa.s) 6,32 ± 0,118 6,5667 0,6485

Ketahanan busa (mm) 2,0± 0,816 2 1

Hasil tersebut kemudian dibandingkan dengan prediksi yang diberikan

oleh software Design Expert 9.0.4 trial dengan uji T dan hasilnya tidak berbeda

signifikan. Hal ini menunjukkan bahwa didapatkan komposisi area optimum

dalam formulasi sabun cair ekstrak rimpang lengkuas dengan kriteria yang

diinginkan.

E. Stabilitas Fisik Sabun Cair Ekstrak Etanol Rimpang Lengkuas

Stabilitas fisik sabun cair ekstrak etanol rimpang lengkuas dilihat dari

parameter viskositas dan ketahanan busa yang diamati dalam penyimpanan

selama 28 hari. Pengamatan dilakukan pada hari ke-2, ke-7, ke-14, ke-21, dan ke-

28. Gambar 12 menunjukkan perubahan viskositas pada keempat formula dalam

penyimpanan selama 28 hari. Setiap formula menunjukan viskositas sabun cair

yang stabil dengan perubahan yang sangat minim.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

44

Gambar 12. Profil stabilitas viskositas

Stabilitas penyimpanan sediaan dipertegas dengan uji statistik. Semua

formula menunjukkan perubahan yang tidak signifikan dengan nilai p-value lebih

besar dari 0,05. Hal ini menunjukkan bahwa viskositas semua formula tetap stabil

dalam penyimpanan selama 28 hari.

Dalam penyimpanan selama 28 hari, ketahanan busa dari keempat formula

masing masing mengalami perubahan. Gambar 13 menunjukkan adanya fluktuasi

ketahanan busa pada setiap formula. Formula dengan stabilitas paling baik adalah

formula ab di mana merupakan formula yang paling sedikit mengalami fluktuasi.

Terjadinya fluktuasi ini disebabkan karena adanya variasi ukuran busa dan saat

pengujian terdapat busa yang menempel pada dinding tabung reaksi. Ukuran busa

yang besar akan membuat busa lebih mudah hilang daripada yang berukuran lebih

kecil, hal ini akan membuat ketahanan busa menurun. Busa yang menempel pada

dinding tabung, semakin ke atas akan semakin banyak terpengaruh udara luar

sehingga lebih mudah hilang.

0

2

4

6

8

10

2 7 14 21 28

Vis

kosit

as (d.P

as)

Waktu (hari)

Formula 1

Formula a

Formula b

Formula ab

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

45

0

1

2

3

4

5

6

2 7 14 21 28

Sel

isih

tin

gg

i b

usa

(m

m)

Waktu ( hari )

Formula 1

Formula a

Formula b

Formula ab

.

Gambar 13. Profil stabilitas ketahanan busa

Stabilitas penyimpanan sediaan dipertegas dengan uji statistik. Masing –

masing formula memiliki p-value lebih besar dari 0,05. Semua formula

menunjukkan perubahan yang tidak signifikan meskipun terjadi fluktuasi pada

ketahanan busa dalam penyimpanan selama 28 hari.

F. Pengujian Aktivitas Antibakteri Sabun Cair Ekstrak Etanol Rimpang

Lengkuas Terhadap Bakteri S.epidermidis

Tujuan pengujian aktivitas antibakteri dari sabun cair ekstrak etanol

rimpang lengkuas terhadap bakteri S.epidermidis adalah untuk melihat seberapa

besar aktivitas ekstrak etanol rimpang lengkuas setelah diformulasikan menjadi

sediaan sabun cair dalam menghambat pertumbuhan bakteri S.epidermidis. Dalam

pengujian ini digunakan basis setiap formula sebagai kontrol negatif dan ekstrak

etanol 5% sebagai pembanding. Hasil pengukuran zona hambat tersaji dalam tabel

X.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

46

Tabel X. Hasil pengukuran diameter zona hambat

Formula

Diameter zona hambat (mm)

Sabun cair dengan

ekstrak etanol lengkuas

Kontrol negatif

(basis)

Ekstrak etanol

5%

Formula 1 59,2 ± 0,85 31,0 ± 0,92

52,0 ± 0,00 Formula a 51,5 ± 1,01 24,5 ± 0,95

Formula b 67,3 ± 1,40 28,2 ± 0,25

Formula ab 54,4 ± 0,72 26,8 ± 0,25

Tabel X menunjukkan hasil pengukuran zona hambat sabun cair terhadap

bakteri S.epidermidis. Rata – rata zona hambat menunjukkan basis juga

memberikan efek antibakteri. Hal ini disebabkan oleh adanya eksipien yang

digunakan memiliki aktivitas antibakteri, yaitu sodium lauryl sulfate (Piret,

Desormeaux, dan Bergeron, 2002).

Tabel XI. Hasil uji Wilcoxon

Formula p-value

Formula 1 : Basis Formula 1 1,302e-05

Formula a : Basis Formula a 4,731e-06

Formula b : Basis Formula b 0,000296

Formula ab : Basis Formula ab 4,944e-05

Keterangan : p-value < 0,05 menunjukkan data berbeda signifikan

Hasil analisis statistik dengan uji Wilcoxon menunjukkan bahwa diameter

zona hambat antara sabun cair ekstrak etanol dibandingkan dengan zona hambat

kontrol negatif (basis) berbeda signifikan. Hal ini menunjukkan bahwa sabun cair

ekstrak rimpang lengkuas memiliki potensi antibakteri terhadap S. epidermidis.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

47

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

1. Cocoamidopropyl betaine memiliki pengaruh yang signifikan terhadap

peningkatan viskositas. Gliserin dan interaksi keduanya berpengaruh tidak

signifikan terhadap peningkatan viskositas. Cocoamidopropyl betaine,

gliserin dan interaksi keduanya berpengaruh tidak signifikan terhadap

peningkatan ketahanan busa.

2. Komposisi cocoamidopropyl betaine dan gliserin dalam area optimum

adalah komposisi yang menghasilkan persamaan respon viskositas sebesar

Y = -11,97037 + 1,79815X1 + 0,092593X2 – 3,70370E-003X1X2 dan

persamaan respon ketahanan busa sebesar Y = 12,74074 - 1,40741X1 –

1,51852X2 + 0,18519X1X2 dengan X1 merupakan faktor cocoamidopropyl

betaine, X2 merupakan faktor gliserin, dan X1X2 merupakan interaksi dari

kedua faktor tersebut.

3. Sediaan sabun cair ekstrak etanol rimpang lengkuas stabil seraca fisik

selama penyimpanan 28 hari dilihat dari viskositas dan ketahanan busa.

4. Sediaan sabun cair ekstrak etanol rimpang lengkuas memiliki potensi

antibakteri terhadap bakteri S. epidermidis, dengan daya hambat yang

lebih besar dan berbeda signifikan terhadap basis.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

48

B. Saran

1. Perlu dilakukan standarisasi rimpang lengkuas dan ekstrak etanol rimpang

lengkuas.

2. Pengujian stabilitas sediaan dalam waktu penyimpanan yang lebih lama (6

bulan).

3. Pengujian iritasi ekstrak dan sediaan untuk mendukung keamanan sabun

cair ekstrak etanol rimpang lengkuas yang diformulasikan.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

49

DAFTAR PUSTAKA

Alice, K., dan Sankar., M.A., 2007, Medical Plants, Jai Bharat Printing Press,

Delhi, hal. 100.

Amstrong, N.A., dan James, K.C., 1996, Pharmaceutical Experimental Design

and Interpretation : Faktorial Design of Experiments, Taylor

andFrancix, USA, hal. 131-165.

Anggraeni, D., 2011, Pengaruh Penambahan Bahan Pengental Gliserin dan

Surfaktan Cocoamidopropyl betaine Terhadap Viskositas dan Ketahanan

Busa pada Sediaan Sabun cair : Aplikasi Desain Faktorial, Skripsi,

Universitas Sanata Dharma, Yogyakarta

Ansel, H. C., 1989, Introduction to Pharmaceutical Dosage Forms, diterjemahkan

oleh Farida Ibrahim, Edisi IV, hal. 313, Universitas Indonesia Press,

Jakarta.

Attwood, D., dan Florence, A.T., 2008, Physical Pharmacy,Pharmaceutical Press,

London, hal. 54.

Barel, A.O., Paye, M., dan Maibach, H.I., 2009, Handbook of Cosmetic Science

and Technology, 3rd Edition, Informa Healthcare USA, Inc., New

York, hal. 6, 485-491, 495-496.

Bolton, S., 1997, Pharmaceutical Statistik Practical and Clinical Application, 3rd

Ed., Marcel Dekker inc., New York, hal. 326, 595-596.

Budianto, V., 2010, Optimasi Formula Sabun Transparan dengan Humectant

Gliserin dan Surfaktan Cocoamidopropyl betaine : Aplikasi Desain

Faktorial , Skripsi, Universitas Sanata Dharma, Yogyakarta

Bukhari, M., 2004, Staphylococcus epidermidis, http://web.uconn.edu/mcbstaff/

graf/Student%20presentations/S%20epidermidis/sepidermidis.html,

diakses tanggal 12 Februari 2015.

Butler, H., 2000, Poucer,s Perfumes, Cosmetics and Soaps, 10th

Edition, Kluwer

Academic Publishers, Great Britain, pp.102-116.

Cirelli, A.F., Ojeda, C., Castro, M.J.T, dan Salgot, M., 2009, Surfactans in

Sludge-Amended Agricultural Soils : A Review, Sustainable Agricultural

Reviews : Organic Farming, Pest Kontrol and Remediation of Soil

Pollutants, Springer Science-Business Media, London, 231.

Departemen Kesehatan Republik Indonesia, 2008, Farmakope Herbal Indonesia,

Edisi 1, Depertemen Kesehatan Republik Indonesia, hal. 51-54.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

50

Ertel, K., 2006, Cosmetic Formulation of Skin Care Product, Taylor & Francis

Group, New York, hal. 35-36.

Exerowa, D., dan Kruglyakov, P. M., 1998, Foam and Foam Films : Theory,

Experiment, Application, Elsevier, Netherlands, hal. 3, 494.

Fonseca, S., 2005, Basics of Compounding for Hair Care – Part 1 : Medicated

Shampoos, International Journal of Pharmaceutical Compounding, 9, 140

Hambali, E., Suryani, A., dan Rivai, M., 2005, Membuat Sabun Transparan untuk

Gift & Kecantikan, Penebar Swadaya, Jakarta, hal. 19-30.

Hastuti, D., dan Sumpe, I., 2007, Pengenalan dan Proses Pembuatan Gelatin,

Mediagro, 3, 39-48.

Hernani, Bunasor, T.K., dan Fitrianti, 2010, Formula Sabun Transparan dengan

Bahan Aktif Ekstrak Lengkuas (Alpinia galanga L.Swartz.), Bul.Littro, 21

(2), 192.

Kubo, I., Himejima, M. dan Muroi, H., 1991, Antimicrobial Activity of Flavor

Components of Elettaria cardamomum (Zingiberaceae) seed, J. Agric.

Food. Chem., 39, 1984-1986.

Kurniawan, D.W., dan Sulaiman, T.N., 2009, Teknologi Sediaan Farmasi, Graha

Ilmu, Yogyakarta, hal 97-99.

Falah, L.M., Gunawan, dan Haris, A., 2009 Pembuatan Aquadm

(Aquademineralized) dari Air AC (Air Conditioner) Menggunakan Resin

Kation dan Anion, Skripsi, Universitas Diponegoro, Semarang

Leidetrier, H., Jenny, K., dan Maczkiewitz, U., 1995, Rheology of Toiletry

Products – Physical Properties and Sensory Assesment, Th. Goldschmidt

AGD-45116 Essen, Germany, hal,172-173.

Liebermann, H.A., Rieger, M.M., dan Banker, G.S., 1996, Pharmaceutical

Dosage Forms: Disperse Sistem, Marcel Dekker, Inc., New York, hal.

157-158, 213.

Martin, A., Swarbrick, J., dan Cammarata, A., 1983, Physical Pharmacy, 3rd

edition, Lea & Febiger, Philadelphia, hal. 524-526.

Marx, S., 2000, Cosmetic Frame Formulation, COLIPA – The European

Cosmetic, Toiletry and Perfumery Association, Brussels, hal. 35.

Muth, J. E., De., 1999, Basic Statistik and Pharmaceutical Statistikal

Applications, Marcel Dekker, New York, hal. 294.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

51

Oonmetta-aree J., Suzuki, T., Gasalucka, P., dan Eumkeb, G., 2005,

Antimicrobial properties and action of galangal (Alpinia galanga Linn.) on

Staphylococcus aureus, LWT, 39 , 1214 – 1220.

Piret, J., Desormeaux, dan Bergeron, M. G., 2002, Sodium Lauryl Sulfate, a

Microbicide Effective Against Enveloped and Nonenveloped Viruses,

Current Drug Targets, 3, 17-18.

Rao, K., Ch, B., Narasu, L. M., dan Giri, A., 2009, Antibacterial Activity of

Alpinia galanga (L) Willd Crude Extracts, Appl Biochem Biotechnol, 162,

871- 884.

Rieger, M.M., 2000, Harry’s Cosmetology, 8th ed, Chemical Publishing Co. Inc.,

New York, hal. 641-643.

Rita, W.S., 2010, Isolasi, Identifikasi, dan Uji Aktivitas Antibakteri Senyawa

Golongan Terpenoid pada Rimpang Temu Putih, Jurnal Kimia, 4(1), 20 -

26.

Rosen, M.J., 2004, Surfactants and Interfacial Phenomena, 3rd

edition, John

Wiley & Sons, Inc., New Jersey, hal 1.

Rowe, R.C., Sheskey, P.J., dan Quinn, M.E., 2009, Handbook of Pharmaceutical

Excipients, 6th edition, Pharmaceutical Press, USA, hal. 592-593.

Seo, J.W., Cho, S.C., Park, S.J., Lee, E.J., Lee, J.H., Pyo, B.S., dkk., 2009, 1’-

Acetoxychavicol Acetate Isolated from Alpinia galanga Ameliorates

Ovalbumin-Induced Asthma in Mice, Journal Plos One, 10, 1371.

Smolinske, S. C., 1992, Handbook of Food, Drug and Cosmetic Excipients, CRC

Press, USA, hal. 199 - 203.

Tadros, 2005, Applied Surfaktan : Principles & Application, Wiley-VCH Verlag

GmbH & Co, Weinhem, hal. 1-2, 91-92, 259.

Taurina, W., dan Andrie, M., 2013, Formulasi Gel Ekstrak rimpang lengkuas

(Alpinia galanga L.) sebagai Antijamur dengan Basis Hidroksi Propil

Metil Selulosa (HPMC) dan Carbopol, Trad.Med.J., 18 (3), 157-161.

Thibodeau, A., dan Amari, S., 2009, Maintenance and Repair of the Hydrolipid

Film with Skin Molecular Mimetic Emollients and Surfactants, Laporan

Penelitian, Cosmetic Science Technology B&T Company, Italy

Yamazaki, S., Hoshino, K., dan Kusuhara, M., 2010, Review Article: Odor

Associated with Aging, Anti Aging Medicine, Japanesse Society of Anti

Aging Medicine, 7 (6), 60-64.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

52

Zhang, Y.Q., Ren, S.X., Li, H.L., Wang, Y.X., Fu, G., Yang, J., dkk., 2003,

Genome-based Analysis of Virulence Genes in a Non-biofilm-forming

Staphylococcus epidermidis strain, Molecular Microbiology, 49(6), 1557-

1593.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

53

LAMPIRAN

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

54

Lampiran 1. Surat keterangan simplisia

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

55

Lampiran 2. Sertifikat hasil uji bakteri S.epidermidis

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

56

Lampiran 3. Perhitungan rendemen ekstrak etanol rimpang lengkuas

a. Perhitungan rendemen ekstrak rimpang lengkuas

Total serbuk yang diekstrak = 80 gram x 10

= 800 gram

Rendemen ekstrak = ( ekstrak kental/berat awal serbuk ) x 100%

= 125,6 gram/ 800 gram

= 15,7%

b.Uji statistik ekstrak rimpang lengkuas

> wilcox.test(eks$a, eks$b) Wilcoxon rank sum test with continuity correction data: eks$a and eks$b W = 0, p-value = 0.05685 alternative hypothesis: true location shift is not equal to 0

*p-value < 0,05 data berbeda signifikan

c.Dokumentasi

Ekstrak kental lengkuas

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

57

Lampiran 4. Uji potensi daya antibakteri ekstrak etanol rimpang lengkuas

a. Pengukuran diameter zona hambat ekstrak etanol rimpang lengkuas

b. Uji statistik diameter zona hambat ekstrak rimpang lengkuas

Uji normalitas data

> shapiro.test(ekstrak$"k1") Shapiro-Wilk normality test data: ekstrak$k1 W = 0.9643, p-value = 0.6369 0.6

Uji Levene’s

> leveneTest(ekstrak$values~ekstrak$ind) Levene's Test for Homogeneity of Variance (center = median) Df F value Pr(>F) group 8 0.981 0.4814

18

Uji ANOVA

> summary(ekstrak.aov) Df Sum Sq Mean Sq F value Pr(>F)

pend1$ind 8 1174.2 146.78 39.53 7.23e-10 *** Residuals 18 66.8 3.71 --- Signif. codes: 0 ‘***’ 0.001 ‘**’ 0.01 ‘*’ 0.05 ‘.’ 0.1 ‘ ’ 1

Konsentrasi

Ekstrak (%)

Diameter zona hambat (mm)

Replikasi I Replikasi II Replikasi III rata-rata ± SD

1 40 36 34 36,67 ± 3,06

2 44 40 40 41,33 ± 2,31

3 48 42 46 45,33 ± 3,06

4 50 46 50 48,67 ± 2,31

5 53 52 53,5 52,83 ± 0,76

6 53 53,5 53 53,50 ± 0,50

7 53,6 54 53 53,53 ± 0,50

8 54 54 54 54,00 ± 0,00

Kontrol (+) 60 60 56 58,67 ± 2,31

Kontrol (-) 0 0 0 0

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

58

Uji post-hoc Tukey HSD

> TukeyHSD(ekstrak.aov) Tukey multiple comparisons of means 95% family-wise confidence level Fit: aov(formula = pend1$values ~ pend1$ind) $`pend1$ind`

diff lwr upr p adj X2-X1 5.00000000 -0.5129492 10.5129492 0.0931210 X3-X1 8.66666667 3.1537175 14.1796158 0.0008258 X4-X1 12.33333333 6.8203842 17.8462825 0.0000095 X5-X1 16.16666667 10.6537175 21.6796158 0.0000002 X6-X1 16.83333333 11.3203842 22.3462825 0.0000001 X7-X1 16.86666667 11.3537175 22.3796158 0.0000001 X8-X1 17.34333333 11.8303842 22.8562825 0.0000001 X3-X2 3.66666667 -1.8462825 9.1796158 0.3747656 X4-X2 7.33333333 1.8203842 12.8462825 0.0047335 X5-X2 11.16666667 5.6537175 16.6796158 0.0000368 X6-X2 11.83333333 6.3203842 17.3462825 0.0000169 X7-X2 11.86666667 6.3537175 17.3796158 0.0000162 X8-X2 12.34333333 6.8303842 17.8562825 0.0000094 X4-X3 3.66666667 -1.8462825 9.1796158 0.3747656 X5-X3 7.50000000 1.9870508 13.0129492 0.0038000 X6-X3 8.16666667 2.6537175 13.6796158 0.0015829 X7-X3 8.20000000 2.6870508 13.7129492 0.0015154 X8-X3 8.67666667 3.1637175 14.1896158 0.0008151 X5-X4 3.83333333 -1.6796158 9.3462825 0.3227530 X6-X4 4.50000000 -1.0129492 10.0129492 0.1644240 X7-X4 4.53333333 -0.9796158 10.0462825 0.1585361 X8-X4 5.01000000 -0.5029492 10.5229492 0.0920291 X6-X5 0.66666667 -4.8462825 6.1796158 0.9999529 X7-X5 0.70000000 -4.8129492 6.2129492 0.9999319 X8-X5 1.17666667 -4.3362825 6.6896158 0.9970804 X7-X6 0.03333333 -5.4796158 5.5462825 1.0000000 X8-X6 0.51000000 -5.0029492 6.0229492 0.9999940 X8-X7 0.47666667 -5.0362825 5.9896158 0.9999964

c. Dokumetasi

(a) (b) (c)

(a) Ekstrak tanpa pengenceran dan kontrol negatif (etanol 96%),

(b) Ekstrak dengan konsentrasi 1-4%, (c) Ekstrak dengan konsentrasi 5-8%.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

59

Lampiran 5. Pengujian sifat fisik sabun cair ekstrak etanol rimpang

lengkuas

a. Organoleptis

Formula

Pengamatan organoleptis

pH

sediaan Bentuk Warna Aroma

F1 Cairan kental Cokelat muda Khas rempah 5

Fa Cairan kental Cokelat muda Khas rempah 5

Fb Cairan kental Cokelat muda Khas rempah 5

Fab Cairan kental Cokelat tua Khas rempah 5

b. pH sediaan

Waktu

Pengujian Replikasi

pH sediaan

F 1 F a F b F ab

Hari ke-2

I 5 5 5 5

II 5 5 5 5

III 5 5 5 5

Hari ke-7

I 5 5 5 5

II 5 5 5 5

III 5 5 5 5

Hari ke-14

I 5 5 5 5

II 5 5 5 5

III 5 5 5 5

Hari ke-21

I 5 5 5 5

II 5 5 5 5

III 5 5 5 5

Hari ke-28

I 5 5 5 5

II 5 5 5 5

III 5 5 5 5

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

60

c. Viskositas

Waktu

Pengujian Replikasi

Viskositas (dPa.s)

F 1 F a F b F ab

Hari ke-2

I 1,00 6,20 1,30 7,00

II 1,00 6,50 1,30 6,20

III 1,25 6,50 1,25 6,50

Hari ke-7

I 1,25 6,20 1,40 7,00

II 1,10 6,20 1,70 7,00

III 1,25 6,50 1,50 8,00

Hari ke-14

I 1,25 6,50 1,60 7,50

II 1,20 6,50 1,80 7,50

III 1,25 6,50 1,70 8,00

Hari ke-21

I 1,25 6,50 1,80 8,00

II 1,25 6,50 1,70 7,50

III 1,25 7,00 1,80 8,00

Hari ke-28

I 1,25 7,00 1,80 7,50

II 1,25 6,60 1,80 7,00

III 1,25 7,00 1,70 8,00

d. Ketahanan busa

Waktu

Pengujian Replikasi

Ketahanan busa (mm)

F 1 F a F b F ab

Hari ke-2

I 0 0 1 1

II 2 1 0 2

III 2 2 1 3

Hari ke-7

I 0 1 1 0

II 1 1 0 2

III 2 1 1 1

Hari ke-14

I 1 0 0 1

II 2 2 1 1

III 2 3 2 1

Hari ke-21

I 1 0 0 1

II 1 1 1 1

III 1 2 1 1

Hari ke-28

I 0 0 1 1

II 1 2 1 1

III 1 1 1 0

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

61

e. Dokumentasi

Sabun cair ekstrak etanol rimpang lengkuas hari ke-2

Formula 1 Formula A

Formula B Formula AB

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

62

Sabun cair ekstrak etanol rimpang lengkuas hari ke-28

Formula B Formula AB

Formula 1 Formula A

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

63

Lampiran 6. Analisis statistik pengaruh faktor pada sediaan sabun cair

ekstrak etanol rimpang lengkuas terhadap respon dengan

software Design Expert 9.0.4 trial

a. Respon viskositas

Signifikansi model persamaan

Response 1 viskositas

ANOVA for selected faktorial model

Analysis of variance table [Partial sum of squares - Type III]

Sum of

Mean F p-value

Source Squares df Square Value Prob >

F

Model 84.37 3 28.12 523.24 < 0.0001 significant

A-cocoamidopropyl

betaine 84.27 1 84.27 1567.81

<

0.0001

B-gliserin 0.10 1 0.10 1.88 0.2080

AB 8.333E-

004 1

8.333E-

004 0.016 0.9040

Pure Error 0.43 8 0.054

Cor Total 84.80 11

Model persamaan respon viskositas

Final Equation in Terms of Actual Faktors:

viskositas =

-11.97037

+1.79815 * cocoamidopropyl betaine

+0.092593 * gliserin

-3.70370E-003 * cocoamidopropyl betaine * gliserin

Persamaan desain faktorial

Y = -11,97037 + 1,79815(X1) + 0,092593(X2) – 3,70370E-003(X1)(X2)

Nilai efek

on.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

64

b. Respon ketahanan busa

Signifikansi model persamaan

Response 2 ketahanan busa

ANOVA for selected faktorial model

Analysis of variance table [Partial sum of squares - Type III]

Sum of

Mean F p-value

Source Squares df Square Value Prob > F

Model 2.92 3 0.97 1.06 0.4180 not significant

A-cocoamidopropyl betaine 0.75 1 0.75 0.82 0.3921

B-gliserin 0.083 1 0.083 0.091 0.7707

AB 2.08 1 2.08 2.27 0.1701

Pure Error 7.33 8 0.92

Cor Total 10.25 11

Model persamaan respon viskositas

Final Equation in Terms of Actual Faktors:

ketahanan busa =

+12.74074

-1.40741 * cocoamidopropyl betaine

-1.51852 * gliserin

+0.18519 * cocoamidopropyl betaine * gliserin

Persamaan desain faktorial

Y = 12,74074 - 1,40741(X1) – 1,51852(X2) +0,18519(X1)(X2)

Nilai efek

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

65

Lampiran 7. Analisis statistik stabilitas sediaan sabun cair ekstrak etanol

rimpang lengkuas dengan software R 3.1.1

a. Stabilitas viskositas f1

Uji normalitas data

> shapiro.test(viskositasf1$"2") Shapiro-Wilk normality test data: viskositasf1$"2" W = 0,75, p-value < 2.2e-16 > shapiro.test(viskositasf1$"7") Shapiro-Wilk normality test data: viskositasf1$"7" W = 0,75, p-value < 2.2e-16 > shapiro.test(viskositasf1$"14") Shapiro-Wilk normality test data: viskositasf1$"14" W = 0,75, p-value < 2.2e-16 > shapiro.test(viskositasf1$"21") Error in shapiro.test(viskositasf1$"21") : all 'x' values are identical > shapiro.test(viskositasf1$"28") Error in shapiro.test(viskositasf1$"30") : all 'x' values are identical

Kruskal-Wallis Rank Sum Test

> viskositasf1.kruskal Kruskal-Wallis rank sum test data: viskositasf1.input$values by viskositasf1.input$ind Kruskal-Wallis chi-squared = 5,3412, df = 4, p-value = 0,254

b. Stabilitas viskositas fa

Uji normalitas data

> shapiro.test(viskositasfa$"2") Shapiro-Wilk normality test data: viskositasfa$"2" W = 0,75, p-value < 2.2e-16

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

66

> shapiro.test(viskositasfa$"7") Shapiro-Wilk normality test data: viskositasfa$"7" W = 0,75, p-value < 2.2e-16 > shapiro.test(viskositasfa$"14") Error in shapiro.test(viskositasfa$"14") : all 'x' values are identical > shapiro.test(viskositasfa$"21") Shapiro-Wilk normality test data: viskositasfa$"21" W = 0,75, p-value < 2.2e-16 > shapiro.test(viskositasfa$"28") Shapiro-Wilk normality test data: viskositasfa$"30" W = 0,75, p-value < 2.2e-16

Kruskal-Wallis Rank Sum Test

> viskositasfa.kruskal Kruskal-Wallis rank sum test data: viskositasfa.input$values by viskositasfa.input$ind Kruskal-Wallis chi-squared = 7,7778, df = 4, p-value = 0,1001

c. Stabilitas viskositas fb

Uji normalitas data

> shapiro.test(viskositasfb$"2") Shapiro-Wilk normality test data: viskositasfb$"2" W = 0,75, p-value < 2.2e-16 > shapiro.test(viskositasfb$"7") Shapiro-Wilk normality test data: viskositasfb$"7" W = 0,9643, p-value = 0,6369 > shapiro.test(viskositasfb$"14") Shapiro-Wilk normality test data: viskositasfb$"14" W = 1, p-value = 1

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

67

> shapiro.test(viskositasfb$"21") Shapiro-Wilk normality test data: viskositasfb$"21" W = 0,75, p-value < 2.2e-16 > shapiro.test(viskositasfb$"28") Shapiro-Wilk normality test data: viskositasfb$"30" W = 0,75, p-value < 2.2e-16

Kruskal-Wallis Rank Sum Test

> viskositasfb.kruskal Kruskal-Wallis rank sum test data: viskositasfb.input$values by viskositasfb.input$ind Kruskal-Wallis chi-squared = 10,5684, df = 4, p-value = 0,3187

d. Stabilitas viskositas fab

Uji normalitas data

> shapiro.test(viskositasfab$"2") Shapiro-Wilk normality test data: viskositasfab$"2" W = 0,9796, p-value = 0,7262 > shapiro.test(viskositasfab$"7") Shapiro-Wilk normality test data: viskositasfab$"7" W = 0,75, p-value < 2.2e-16 > shapiro.test(viskositasfab$"14") Shapiro-Wilk normality test data: viskositasfab$"14" W = 0,75, p-value < 2.2e-16 > shapiro.test(viskositasfab$"21") Shapiro-Wilk normality test data: viskositasfab$"21" W = 0,75, p-value < 2.2e-16

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

68

> shapiro.test(viskositasfab$"28") Shapiro-Wilk normality test data: viskositasfab$"30" W = 1, p-value = 1

Kruskal-Wallis Rank Sum Test

> viskositasfab.kruskal Kruskal-Wallis rank sum test data: viskositasfab.input$values by viskositasfab.input$ind Kruskal-Wallis chi-squared = 7,6551, df = 4, p-value = 0,1051

e. Stabilitas ketahanan busa f1

Uji normalitas data

> shapiro.test(busaf1$"2") Shapiro-Wilk normality test data: busaf1$"2" W = 0,75, p-value < 2.2e-16 > shapiro.test(busaf1$"7") Shapiro-Wilk normality test data: busaf1$"7" W = 1, p-value = 1 > shapiro.test(busaf1$"14") Shapiro-Wilk normality test data: busaf1$"14" W = 0,75, p-value < 2.2e-16 > shapiro.test(busaf1$"21") Error in shapiro.test(busaf1$"21") : all 'x' values are identical > shapiro.test(busaf1$"28") Shapiro-Wilk normality test data: busaf1$"30" W = 0,75, p-value < 2.2e-16

Kruskal-Wallis Rank Sum Test

> busaf1.kruskal Kruskal-Wallis rank sum test data: busaf1.input$values by busaf1.input$ind Kruskal-Wallis chi-squared = 3,3833, df = 4, p-value = 0,4958

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

69

f. Stabilitas ketahanan busa fa

Uji normalitas data

> shapiro.test(busafa$"2") Shapiro-Wilk normality test data: busafa$"2" W = 1, p-value = 1 > shapiro.test(busafa$"7") Error in shapiro.test(busafa$"7") : all 'x' values are identical > shapiro.test(busafa$"14") Shapiro-Wilk normality test data: busafa$"14" W = 0,9643, p-value = 0,6369 > shapiro.test(busafa$"21") Shapiro-Wilk normality test data: busafa$"21" W = 1, p-value = 1 > shapiro.test(busafa$"28") Shapiro-Wilk normality test data: busafa$"30" W = 1, p-value = 1

Uji ANOVA

> busafa.aov <- aov(busafa.input$values~busafa.input$ind);summary(busafa.aov) Df Sum Sq Mean Sq F value Pr(>F) busafa.input$ind 4 1,067 0,2667 0,25 0,903 Residuals 10 10,667 1,0667 > busafa.aov Call: aov(formula = busafa.input$values ~ busafa.input$ind) Terms: busafa.input$ind Residuals Sum of Squares 1,066667 10,666667 Deg. of Freedom 4 10 Residual standard error: 1,032796 Estimated effects may be unbalanced

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

70

g. Stabilitas ketahanan busa fb

Uji normalitas data

> shapiro.test(busafb$"2") Shapiro-Wilk normality test data: busafb$"2" W = 0,75, p-value < 2.2e-16 > shapiro.test(busafb$"7") Shapiro-Wilk normality test data: busafb$"7" W = 0,75, p-value < 2.2e-16 > shapiro.test(busafb$"14") Shapiro-Wilk normality test data: busafb$"14" W = 1, p-value = 1 > shapiro.test(busafb$"21") Shapiro-Wilk normality test data: busafb$"21" W = 0,75, p-value < 2.2e-16 > shapiro.test(busafb$"28") Error in shapiro.test(busafb$"30") : all 'x' values are identical

Kruskal-Wallis Rank Sum Test

> busafb.kruskal Kruskal-Wallis rank sum test data: busafb.input$values by busafb.input$ind Kruskal-Wallis chi-squared = 1,0154, df = 4, p-value = 0,9075

h. Stabilitas ketahanan busa fab

Uji normalitas data

> shapiro.test(busafab$"2") Shapiro-Wilk normality test data: busafab$"2" W = 1, p-value = 1

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

71

> shapiro.test(busafab$"7") Shapiro-Wilk normality test data: busafab$"7" W = 1, p-value = 1 > shapiro.test(busafab$"14") Error in shapiro.test(busafab$"14") : all 'x' values are identical > shapiro.test(busafab$"21") Shapiro-Wilk normality test data: busafab$"21" W = 0,75, p-value < 2.2e-16 > shapiro.test(busafab$"30") Shapiro-Wilk normality test data: busafab$"30" W = 0,75, p-value < 2.2e-16

Kruskal-Wallis Rank Sum Test > busafab.kruskal Kruskal-Wallis rank sum test data: busafab.input$values by busafab.input$ind Kruskal-Wallis chi-squared = 5,6, df = 4, p-value = 0,2311

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

72

Lampiran 8. Uji aktivitas antibakteri sabun cair ekstrak etanol rimpang

lengkuas (ekstrak 3%) terhadap bakteri S. epidermidis

a. Pengukuran diameter zona hambat sabun cair ekstrak rimpang lengkuas

b. Analisis Statistik dengan Software R. 3.1.1

Uji normalitas data

> shapiro.test(hambat$"f1") Shapiro-Wilk normality test data: hambat$f1 W = 1, p-value = 1

Uji T tidak berpasangan

> wilcox.test(hambat$fa, hambat$pfa) Wilcoxon rank sum test with continuity correction data: hambat$fa and hambat$pfa W = 7, p-value = 0.3758 alternative hypothesis: true location shift is not equal to 0

Sampel

D zona hambat (mm)

Replikasi I Replikasi II Replikasi III rata-rata ± SD

F1 31.2 31,0 31,4 31,20 ± 0,20

Fa 25,6 23,8 25,6 25,00 ± 1,03

Fb 28,4 28,6 28,5 28,50 ± 0,10

Fab 26,2 27,4 27,8 27,13± 0,83

Placebo F1 30,0 31,2 31,8 31,00 ± 0,92

Placebo Fa 24,5 23,6 25,5 24,53 ± 0,95

Placebo Fb 28,0 28,2 28,5 28,23 ± 0,25

Placebo Fab 26,5 27,0 26,8 26,77 ± 0,25

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

73

var.test(hambat$f1, hambat$pf1);t.test(hambat$f1, hambat$pf1) F test to compare two variances data: hambat$f1 and hambat$pf1 F = 0.0476, num df = 2, denom df = 2, p-value = 0.09091 alternative hypothesis: true ratio of variances is not equal to 1 95 percent confidence interval: 0.001221001 1.857142857 sample estimates: ratio of variances 0.04761905 Welch Two Sample t-test data: hambat$f1 and hambat$pf1 t = 0.3693, df = 2.19, p-value = 0.7446 alternative hypothesis: true difference in means is not equal to 0 95 percent confidence interval: -1.946877 2.346877 sample estimates: mean of x mean of y 31.2 31.0

Formula p-value

Formula 1 : Basis Formula 1 0,7446

Formula a : Basis Formula a 0,3758

Formula b : Basis Formula b 0,1998

Formula ab : Basis Formula ab 0,5309

p-value < 0,05 menunjukkan data berbeda signifikan

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

74

Lampiran 9. Uji aktivitas antibakteri sabun cair ekstrak etanol rimpang

lengkuas (ekstrak 5%) terhadap bakteri S. epidermidis

a. Pengukuran diameter zona hambat sabun cair ekstrak rimpang lengkuas

b. Analisis Statistik dengan Software R. 3.1.1

Uji normalitas data

> shapiro.test(hambatf1$f1) Shapiro-Wilk normality test data: hambatf1$f1 W = 1, p-value = 1

Uji T tidak berpasangan

> var.test(hambatf1$f1, hambatf1$plasf1);t.test(hambatf1$f1, hambatf1$plasf1) F test to compare two variances data: hambatf1$f1 and hambatf1$plasf1 F = 1,7143, num df = 2, denom df = 2, p-value = 0,7368 alternative hypothesis: true ratio of variances is not equal to 1 95 percent confidence interval: 0,04395604 66,85714286 sample estimates: ratio of variances 1,714286

Sampel

D zona hambat (mm)

Replikasi I Replikasi II Replikasi III rata-rata ± SD

F1 58,6 56,2 57,4 59,20 ± 0,85

Fa 52,6 51,4 50,6 51,53 ± 1,01

Fb 67,4 68,6 65,8 67,27 ± 1,40

Fab 54,2 55,2 53,8 54,40 ± 0,72

Plasebo F1 30,0 31,2 31,8 31,00 ± 0,92

Plasebo Fa 24,5 23,6 25,5 24,53 ± 0,95

Plasebo Fb 28,0 28,2 28,5 28,23 ± 0,25

Plasebo Fab 26,5 27,0 26,8 26,77 ± 0,25

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

75

Welch Two Sample t-test data: hambatf1$f1 and hambatf1$plasf1 t = 30,2829, df = 3,741, p-value = 1,302e-05 alternative hypothesis: true difference in means is not equal to 0 95 percent confidence interval: 23,91199 28,88801 sample estimates: mean of x mean of y 57,4 31,0

c. Dokumentasi

Formula p-value

Formula 1 : Basis Formula 1 1,302e-05

Formula a : Basis Formula a 4,731e-06

Formula b : Basis Formula b 0,000296

Formula ab : Basis Formula ab 4,944e-05

p-value < 0,05 menunjukkan data berbeda signifikan

Kontrol media Kontrol pertumbuhan bakteri

Formula 1 Formula A

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

76

Formula B Formula AB

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

77

BIOGRAFI PENULIS

Lukas Ingheneng Laksito Kinkin, lahir di

Yogyakarta pada 18 Oktober 1993, merupakan

anak sulung dari tiga bersauda yang lahir dari

pasangan FX. Dapiyanta dan R. Estin Ami

Wardani. Penulis menempuh pendidikan di TK

Kanisius Kadirojo pada tahun 1998-2000, SD

Kanisius Kalasan pada tahun 2000- 2006, SMP

Negeri 1 Yogyakarta pada tahun 2006-2009,

SMA Negeri 8 Yogyakarta pada tahun 2009-

2011. Penulis melanjutkan pendidikan di

Fakultas Farmasi Universitas Sanata Dharma pada tahun 2011-2015. Selama

kuliah, penulis mempunyai pengalaman sebagai asisten Praktikum

Biofarmasetika pada tahun 2015. Penulis juga pernah terlibat dalam

kepanitiaan antara lain, seksi dekorasi dan dokumentasi pada acara Pharmacy

Performance pada tahun 2011, seksi kesenian pada acara Inisiasi Sanata

Dharma pada tahun 2012, koordinator seksi publikasi pada acara Paingan

Festival 2012, dan koordinator seksi kesenian pada acara Inisiasi Sanata

Dharma pada tahun 2013.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI