alpinia purpurata k. schum) hasil berbagai lama ekstraksi

71
i USM AKTIVITAS ANTIOKSIDAN EKSTRAK LENGKUAS MERAH (Alpinia purpurata K. Schum) HASIL BERBAGAI LAMA EKSTRAKSI BERBANTU GELOMBANG MIKRO DAN MASERASI Skripsi S-1 Diajukan Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Dalam Mencapai Gelar Sarjana S-1 Program Studi S-1 Teknologi Hasil Pertanian Disusun Oleh : TRI HANDOYO PUTRO PAMUNGKAS NIM : D.131.14.0006 PROGRAM STUDI S-1 TEKNOLOGI HASIL PERTANIAN FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN UNIVERSITAS SEMARANG 2019

Upload: others

Post on 18-Oct-2021

8 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: Alpinia purpurata K. Schum) HASIL BERBAGAI LAMA EKSTRAKSI

i

USM

AKTIVITAS ANTIOKSIDAN EKSTRAK LENGKUAS MERAH

(Alpinia purpurata K. Schum) HASIL BERBAGAI LAMA EKSTRAKSI

BERBANTU GELOMBANG MIKRO DAN MASERASI

Skripsi S-1

Diajukan Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan

Dalam Mencapai Gelar Sarjana S-1

Program Studi S-1

Teknologi Hasil Pertanian

Disusun Oleh :

TRI HANDOYO PUTRO PAMUNGKAS

NIM : D.131.14.0006

PROGRAM STUDI S-1 TEKNOLOGI HASIL PERTANIAN

FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN

UNIVERSITAS SEMARANG

2019

Page 2: Alpinia purpurata K. Schum) HASIL BERBAGAI LAMA EKSTRAKSI

ii

Page 3: Alpinia purpurata K. Schum) HASIL BERBAGAI LAMA EKSTRAKSI

iii

Page 4: Alpinia purpurata K. Schum) HASIL BERBAGAI LAMA EKSTRAKSI
Page 5: Alpinia purpurata K. Schum) HASIL BERBAGAI LAMA EKSTRAKSI
Page 6: Alpinia purpurata K. Schum) HASIL BERBAGAI LAMA EKSTRAKSI

iv

KATA PENGANTAR

Puji syukur saya panjatkan kehadirat Allah SWT, karena atas

limpahanrahmat, taufik serta hidayahNya sehingga penulis dapat menyelesaikan

laporan penelitian ini dalam bentuk skripsi yang berjudul “Aktivitas Antioksidan

Ekstrak Lengkuas Merah ( Alpinia Purpurata K. Scum) Hasil Berbagai Lama

Ekstraksi Berbantu Gelombang Mikro Dan Maserasi” sebagai salah satusyarat

untuk memperoleh gelar sarjana pada Jurusan Teknologi Hasil PertanianFakultas

Teknologi Pertanian Universitas Semarang.

Dalam penyusunan skripsi ini, penulis mendapatkan bimbingan dan

bantuandari berbagai pihak. Oleh karena itu penulis ingin mengucapkan terima

kasihkepada:

1. Ir. Bambang Kuanrto, M.P selaku pembimbing utama yang telah bersedia

menyediakan waktu dan tenaganya untuk membimbing, mengarahkan, dan

memberikan masukan kepada penulis dalam melakukan penelitian dan

penulisanskripsi.

2. Ir. Elly Yuliarti Sani. M.Si, selaku pembimbing anggota yang telah memberikan

masukan dan pengarahan dalam penulisan skripsi ini.

3. Ir. Erry Pratiwi, M.P, selaku penguji yang telah memberikan masukan dan

pengarahan dalam penulisan skripsi ini.

4. Dr. Ir. Haslina, M.Si, selaku Dekan Fakultas Teknologi Pertanian Universitas

Semarang.

5. Ir. Sri Haryati, M.Si, selaku Ketua Jurusan Fakultas Teknologi Pertanian

Universitas Semarang.

Page 7: Alpinia purpurata K. Schum) HASIL BERBAGAI LAMA EKSTRAKSI

v

6. Orang tuaku tercinta yang telah memotivasi dalam memberikan

pendidikanhingga perkuliahan.

7. Anak-anak Fakultas Teknologi Pertanian angkatan 2014 dan teman-temanselain

Fakultas Teknologi Pertanian.

8. Semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu yang telah

memberidukungan dalam penyusunan laporan skirpsi ini.

Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan, untuk

itupenulis terbuka menerima saran dan kritik guna penyempurnaan dan semoga

skripsi ini dapat dimanfaatkan bagi semua pihak. Semoga skripsi ini dapat

bermanfaat bagi pembacanya.

Page 8: Alpinia purpurata K. Schum) HASIL BERBAGAI LAMA EKSTRAKSI

vi

INTISARI

Tri Handoyo Putro Pamungkas, D.131.14.0006 “ Aktivitas Antioksidan

Ekstrak Lengkuas Merah ( Alpinia purpurata K. Schum) Hasil Berbagai Lama

Ekstraksi Berbantu Gelombang Mikro Dan Maserasi “

Rimpang lengkuas mengandung minyak atsiri lebih kurang 1 % minyak

atsiri berwarna kuning kehijauan yang terutama terdiri dari metil-sinamat 48 %,

sineol 20 % - 30 %, eugenol, kamfer 1 %, seskuiterpen, δ-pinen, galangin. Bahan

baku lengkuas dapat menghasilkan minyak atsiri, selain itu juga bahan baku

lengkuas mudah didapat dan murah, maka pengolahannya dapat dikembangkan

untuk mendapatkan suatu produk oleoresin dengan proses ekstraksi dengan metode

MAE (Microwave Assisted Extraction) dan maserasi sehingga menghasilkan

produk oleoresin. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh lama waktu

ekstraksi menggunakan metode Microwave Assisted Extraction (MAE) dan

maserasi terhadap total fenolik, flavonoid, tanin, dan aktivitas antioksidan oleoresin

lengkuas merah.

Penelitian ini dilaksanakan pada bulan September - November 2018 di

Laboratorium Rekayasa Pangan, Laboratorium Kimia Pangan Universitas

Semarang, dan Laboratorium CV. Cemix Pratama Bantul Yogyakarta. Rancangan

percobaan yang digunakan pada penelitian ini adalah Rancangan Acak Lengkap

(RAL) 5 perlakuan yang teridiri 5 level waktu (, 2, 4, 6, 8 dan 10 menit) dengan 4

kali ulangan.

Hasil penelitian menunjukan Perlakuan lama MAE dan maserasi

berpengaruh nyata (p<0,05) terhadap seluruh variabel yang diamati yaitu kadar

fenolat, kadar flavonoid, kadar tanin dan aktivitas antioksidan. Semakin lama waktu

MAE, cenderung meningkatkan kadar dari variabel yang diamati seluruh variabel

yang diamati yaitu kadar fenolaik, kadar flavonoid, kadar tanin dan Aktivitas

Antioksidan. Karakteristik L5 (MAE 10 menit) sebagai perlakuan terbaik adalah

sebagai berikut kadar fenolik 0.7623 mg.EAG/g, kadar flavonoid 0,6109 mg.QE/g,

kadar tanin 0,8203 mg.EC/g, dan kadar Aktivitas Antioksidan 79.5663 %.

Page 9: Alpinia purpurata K. Schum) HASIL BERBAGAI LAMA EKSTRAKSI

vii

ABSTRACK

Tri Handoyo Putro Pamungkas, D.131.14.0006 "Antioxidant Activity of Red

Galangal Extract (Alpinia purpurata K. Schum) Results of Various Helpful

Extraction LongingsMicrowave And Maserasi”

Galangal rhizome contains essential oil of approximately 1% volatile oil

greenish yellow which mainly consists of methyl-cinnamic 48%, cineol 20% - 30%,

eugenol, camphor 1%, sesquiterpen, δ-pinen, galangin. Galangal raw material can

produce essential oils, besides that, the galangal raw material is easily available and

inexpensive, so the processing can be developed to obtain an oleoresin product with

the extraction process using the MAE (Microwave Assisted Extraction) and

maserasi method to produce oleoresin products.This study aims to determine the

effect of extraction time using the Microwave Assisted Extraction (MAE) and

maserasimethod on total phenolics, flavonoids, tannins, and Antioxidant Activity

of red galangal oleoresin.

This research was conducted in September - November 2018 at the

Laboratory of Food Engineering, University of Semarang Food Chemistry

Laboratory, and Laboratory CV. Cemix Pratama Bantul Yogyakarta. The

experimental design used in this study was a 5 treatment Completely Randomized

Design (RAL) consisting of 5 levels of time (2, 4, 6, 8 and 10 minutes) with 4

replications.

The results showed that the old MAE and maserasi treatment had a

significant effect (p <0.05) on all observed variables namely phenolic levels,

flavonoid levels, tannin levels and Antioxidant Activity. The longer the MAE time,

tends to increase the level of the variables observed in all observed variables,

namely phenolic levels, flavonoid levels, tannin levels and Antioxidant Activity.

The characteristics of L5 (10 minutes MAE) as the best treatment were as follows

the phenolic levels of 0.7623 mg.EAG / g, flavonoid levels of 0.6109 mg.QE / g,

tannin levels of 0.8203 mg.EC/g, and antioxidant levels of 79.5663%.

Page 10: Alpinia purpurata K. Schum) HASIL BERBAGAI LAMA EKSTRAKSI

viii

DAFTAR ISI

HALAMAN COVER ................................................................................ i

HALAMAN PENGESAHAN I ............................................................... ii

HALAMAN PENGESAHAN II ............................................................... iii

KATA PENGANTAR ............................................................................... iv

INTISARI .................................................................................................. vi

ABSTRACK .............................................................................................. vii

DAFTAR ISI ............................................................................................ viii

DAFTAR TABEL...................................................................................... x

DAFTAR GAMBAR ................................................................................. xi

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang ................................................................................ 1

B. Perumusan Masalah ....................................................................... 3

C. Tujuan ............................................................................................ 3

D. Manfaat . ......................................................................................... 3

E. Hipotesis ......................................................................................... 3

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

A. Lengkuas Merah (Alpinia purpurata K. Schum) ............................ 4

B. Total Fenolik ................................................................................... 6

C. Flavonoid......................................................................................... 7

D. Tanin ............................................................................................... 9

E. Antioksidan ..................................................................................... 10

F. Oleoresin ......................................................................................... 12

G. Pelarut ............................................................................................. 14

H. Ekstraksi ......................................................................................... 15

I. Oven Microwave ............................................................................. 17

J. MicrowaveAssisted Extraction ........................................................ 18

K. Maserasi ......................................................................................... 20

Page 11: Alpinia purpurata K. Schum) HASIL BERBAGAI LAMA EKSTRAKSI

ix

BAB III METODE PENELITIAN

A. Waktu dan Tempat Penelitian ........................................................ 22

B. Alat dan Bahan ................................................................................ 22

C. Rancangan Percobaan .................................................................... 22

D. Prosedur Penelitian.......................................................................... 23

E. Diagram Alir Penelitian ................................................................. 24

F. Variabel Pengamatan ..................................................................... 25

BAB IVHASIL DPEMBAHASAN

A. Rimpang Lengkuas Merah .............................................................. 27

B. Total Fenolik ................................................................................... 30

C. Kadar Flavonoid .............................................................................. 32

D. Kadar Tanin ..................................................................................... 34

E. Aktivitas Antioksidan...................................................................... 37

F. Korelasi .......................................................................................... 39

BAB V PENUTUP

A. Kesimpulan ..................................................................................... 41

B. Saran ................................................................................................ 41

DAFTAR PUSTAKA ................................................................................ 42

LAMPIRAN ............................................................................................... 45

Page 12: Alpinia purpurata K. Schum) HASIL BERBAGAI LAMA EKSTRAKSI

x

DAFTAR TABEL

Tabel Halaman

1. Sifat-sifat Minyak Lengkuas ........................................................... 6

2. Komponen Non-Volatile Oil dan Volatile Rimpang Lengkuas ....... 6

3. Hasil Randemen lengkuas Merah .................................................... 28

4. Hasil analisis total fenolat lengkuas Merah..................................... 29

5. Hasil analisis total flavonoid lengkuas merah ................................. 33

6. Hasil analisis tanin lengkuas merah ................................................ 35

7. Hasil analisis Aktivitas Antioksidan ............................................... 37

Page 13: Alpinia purpurata K. Schum) HASIL BERBAGAI LAMA EKSTRAKSI

xi

DAFTAR GAMBAR

Gambar Halaman

1. Lengkuas Merah .............................................................................. 5

2. Struktur fenolik ............................................................................... 7

3. Struktur umum flavonoid .................................................................. 8

4. Stuktur asam tanat ........................................................................... 9

5. Senyawa Kimia Pada Lengkuas ...................................................... 13

6. Diagram Alir Penelitian .................................................................. 24

7. Grafik rerata hasil rendemen ekstrak lengkuas merah .................... 29

8. Grafik rerata total fenolat ekstrak lengkuas merah ......................... 31

9. Grafik rerata total flavonoid ekstrak lengkuas merah ..................... 33

10. Grafik rerata hasil kadar tanin ekstrak lengkuas merah .................. 36

11. Grafik rerata Aktivitas Antioksidan ............................................... 38

Page 14: Alpinia purpurata K. Schum) HASIL BERBAGAI LAMA EKSTRAKSI

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Tanaman lengkuas, laos atau kelawas (Alpinia galanga) merupakan jenis

tumbuhan rempah-rempah yang bisa hidup di daerah dataran tinggi maupun

dataran rendah. Umumnya masyarakat memanfaatkannya sebagai campuran

bumbu masak dan pengobatan tradisional. Pemanfaatan lengkuas untuk

masakan dengan cara mememarkan rimpang kemudian dicelupkan begitu saja

ke dalam campuran masakan, sedangkan untuk pengobatan tradisional yang

banyak digunakan adalah lengkuas merah Alpinia purpurata K. Schum.

(Vankar, 2006).

Berdasarkan warna, bentuk dan ukuran rimpang, lengkuas dibedakan

atas dua varietas, yaitu lengkuas putih dan lengkuas merah. Lengkuas putih

biasanya digunakan sebagai bumbu rempah untuk tambahan masakan,

sedangkan lengkuas merah biasanya dimanfaatkan sebagai obat. Secara

tradisional, lengkuas sering digunakan sebagai obat sakit perut, anti gatal, anti

jamur, anti inflamasi, anti alergi dan anti hipoglikemik (Darmawan, 2013).

Rimpang lengkuas mengandung minyak atsiri lebih kurang 1 % minyak

atsiri berwarna kuning kehijauan yang terutama terdiri dari metil-sinamat 48

%, sineol 20 % - 30 %, eugenol, kamfer 1 %, seskuiterpen, δ-pinen, galangin.

Selain itu rimpang juga mengandung resin yang disebut galangol, kristal

berwarna kuning yang disebut kaemferida dan galangin, kadinen,

Page 15: Alpinia purpurata K. Schum) HASIL BERBAGAI LAMA EKSTRAKSI

2

heksabidrokadalen hidrat, kuersetin, amilum, beberapa senyawa flavonoid, dan

lain-lain (Tjitrosoepomo, 1994).

Lengkuas diketahui memiliki banyak kandungan senyawa kimia.

Kandungan kimia lengkuas antara lain senyawa-senyawa terpenoid seperti

galanolakton, 16-dial, 12-labdiena-1510,25, 12-labdiena-15 yang termasuk

dalam golongan diterpen dan 1,8 cineol yang termasuk golongan monoterpen

(Darmawan, 2013). Sehingga lengkuas ini bisa dikembangkan pengolahannya.

Berdasarkan urain diatas, maka bahan baku lengkuas dapat menghasilkan

minyak atsiri, selain itu juga bahan baku lengkuas mudah didapat dan murah,

maka pengolahannya dapat dikembangkan untuk mendapatkan suatu produk

oleoresin dengan proses ekstraksi dengan metode MAE (Microwave Assisted

Extraction) sehingga menghasilkan produk oleoresin. Oleoresin merupakan

campuran yang terdiri dari minyak atsiri pembawa aroma dan damar sebagai

pembawa rasa. Oleoresin umumnya didapatkan dari ekstraksi rempah-rempah

misalnya jahe, cengkeh, lada, kayu manis, dengan pelarut tertentu. Pelarut yg

dapat digunakan misalnya heksan, metanol, alkohol, aseton, isopropanol, dan

lain-lain. Oleoresin biasanya berbentuk pasta atau cairan kental.

Dalam penelitian ini lengkuas merah akan dikenai perlakuan lama

ekstraksi yaitu 2 menit, 4 menit, 6 menit, 8 menit dan 10 menit pada power 20P

dan maserasi selama 12 jam. Pemilihan perlakuan tersebut didasarkan pada

penelitian yang dilakukan oleh (Purwanto, 2010) yang mengekstaraksi

oleoresin jahe emprit menggunakan metode Microwave Assisted Extraction

(MAE).

Page 16: Alpinia purpurata K. Schum) HASIL BERBAGAI LAMA EKSTRAKSI

3

B. Rumusan Masalah

Rumusan masalah dalam penelitian ini adalah apakah lama waktu

ekstraksi menggunakan metode Microwave Assisted Extraction (MAE) dan

Maserasi dapat mempengaruhi total fenolik, flavonoid, tanin, dan aktivitas

antioksidan oleoresin lengkuas merah yang dihasilkan.

C. Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian ini adalah mengetahui pengaruh lama waktu ekstraksi

menggunakan metode Microwave Assisted Extraction (MAE) dan Maserasi

terhadap total fenolik, flavonoid, tanin, dan aktivitas antioksidan oleoresin

lengkuas merah.

D. Manfaat Penelitian

Manfaat penelitian ini adalah memberi informasi ilmiah berupa data total

fenolik, flavonoid, tanin, dan aktivitas antioksidan oleoresin lengkuas merah

sekaligus memberi informasi pada masyarakat tentang pengaruh ekstraksi

menggunakan metode Microwave Assisted Extraction (MAE) dan Maserasi

pada oleoresin lengkuas merah.

E. Hipotesis

Diduga lama waktu ekstraksi menggunakan metode Microwave Assisted

Extraction (MAE) dan Maserasi berpengaruh terhadap total fenolik, flavonoid,

tanin, dan aktivitas antioksidan oleoresin lengkuas merah.

Page 17: Alpinia purpurata K. Schum) HASIL BERBAGAI LAMA EKSTRAKSI

4

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Lengkuas merah (Alpinia purpurata K. Schum)

Morfologi lengkuas merah secara umum terdiri atas struktur rimbang,

batang, daun, bunga, buah dan biji. Batang lengkuas merah merupakan batang

Semu, tegak, masif, terdiri dari pelepah daun hijau kemerahan dengan tinggi 1

– 2 m. Akarnya berbentuk rimpang dengan daging akar berwarna merah

dengan bau menyengat. Daun tunggal, duduk dalam roset akar, lanset, ujung

runcing, pangkal tumpul dengan panjang 30 – 90 cm dan lebar 5 – 15 cm,

pertulangan menyirip berwarna hijau. Bunga majemuk, berkelamin dua, di

ujung batang berkelopak hijau, mahkota merah. Buah berbentuk kotak, bulat

dengan warna hijau dan biji bulat berwarna hitam (Suranto, 2004).

Tumbuhan lengkuas merah berdasarkan penggolongan dan tata nama

tumbuhan, termasuk ke dalam klasifikasi (Anonim, 1993) sebagai berikut:

Divisi : Spermatophyta

Sub Divisi : Angiospermae

Kelas : Monocotyledoneae

Bangsa : Zingiberales

Suku : Zingiberaceae

Anak suku : Alpinioideae

Marga : Alpinia

Jenis : Alpinia purpurata K. Schum

Page 18: Alpinia purpurata K. Schum) HASIL BERBAGAI LAMA EKSTRAKSI

5

Lengkuas atau laos adalah rempah-rempah populer dalam tradisi boga dan

pengobatan tradisional Indonesia maupun Asia Tenggara lainnya. Bagian yang

dimanfaatkan adalah rimpangnya yang beraroma khas. Masyarakat

menggunakan lengkuas sebagai pewangi dan penambah cita rasa masakan.

Selain itu, rimpang mudanya banyak dimanfaatkan sebagai sayuran dan

lalapan. Dalam bidang pengobatan, lengkuas digunakan sebagai antiseptik,

pencegah kangker, antialergi, antijamur, dan antioksidan. Selain itu, digunakan

sebagai obat panu, pelancar haid, diuretik,memperkuat lambung,

meningkatkan nafsu makan, dan sebagai penyegar (Suranto, 2004).

Gambar 1. Rimpang lengkuas merah

Lengkuas banyak mengandung oleoresin yang terdiri dari komponen

damar dan minyak atsiri. Selain itu, lengkuas mengandung komponen flavonol,

yang terdiri dari galangin, kaemferol, kuersetin, dan miliselin. Komponen

lainnya adalah à-pinen, 1,8- sineol, limonen, terpineol, kaemferol, kuarsetin,

dan miristin (Suranto, 2004).

Page 19: Alpinia purpurata K. Schum) HASIL BERBAGAI LAMA EKSTRAKSI

6

Tabel 1. Sifat-sifat Minyak Lengkuas

Komponen Total

Berat jenis 15o 0,9847

Rotasi optik + 4o 20’

Indeks bias 20o 1,5164

Bilangan asam 1,8

Bilangan ester 145,6

Kandungan eugenol 3 - 4%

Kelarutan Campur dengan alkohol absolut.

Sumber : (Schimmel, 2003)

Secara umum rimpang mengandung dua komponen utama, yaitu non-

volatile oil dan volatile oil.

Tabel 2. Komponen Non-Volatil dan Volatil Oil Rimpang Lengkuas

Fraksi Komponen

Non-volatil Oil Gingerol, shogaol, gingediols, gingediacetates,

Gingerdiones, Gingerenones.

Volatil Oil (-) zingeberene, (+) ar-curcumene, (-)-β

sesquiphelandrene, β bisaboline, α-pinene, bomyl

acetat, borneol, camphene, ρ-cymene, cineol, citral,

cumene, β elemene, farnesene,

Sumber: WHO Monographs on selected medicinal plants Vol 1, (1999)

B. Total Fenolik

Fenolik atau fenolat juga dikenal dengan nama asam karboksilat,

merupakan cairan bening yang beracun dengan bau yang khas. Rumus

kimianya adalah C6-H5-OH dan memiliki struktur grup hidroksil (-OH) yang

terikat dengan sebuah cincin phenyl yang juga merupakan senyawa aromatis.

Fenolik mempunyai sebuah cincin aromatic dengan satu atau lebih gugus

hidroksil sering bergabung dengan glikosida dan biasanya terdapat dalam

rongga sel. Beberapa golongan polimer penting seperti lignin, melanin, dan

tannin, adalah polfenol.

Page 20: Alpinia purpurata K. Schum) HASIL BERBAGAI LAMA EKSTRAKSI

7

Fenolat memiliki kelarutan terbatas dalam air, yakni 8,3 gram/100 ml.

Fenolat memiliki sifat yang cenderung asam, artinya ia dapat melepaskan ion

H+ dari gugus hidroksilnya. Pengeluaran ion tersebut menjadikan anion

fenoksida C6- H5- O yang dapat dilarutkan dalam air.

Gambar 2. Struktur fenolik, Sumber: (wikipedia)

Dibandingkan dengan alkohol alifatik lainnya, fenol bersifat lebih asam.

Hal ini dibuktikan dengan mereaksikan fenol dengan NaOH, di mana fenol

dapat melepaskan H+. Pada keadaan yang sama, alkohol alifatik lainnya tidak

dapat bereaksi seperti itu. Pelepasan ini diakibatkan pelengkapan orbital antara

satu-satunya pasangan oksigen dan sistem aromatik, yang mendelokalisasi

beban negatif melalui cincin tersebut dan menstabilkan anionnya. (Robinson,

2005; Markakis, (1988). Dalam penelitian ini penentuan kadar total fenol

dilakukan menggunakan metode Follin – Ciocalteau karena paling mudah dan

murah proses pengerjaannya.

C. Flavonoid

Flavonoid merupakan senyawa bahan alam yang mengandung dua cincin

aromatik benzena yang dihubungkan oleh 3 atom karbon atau fenil

benzopiran(C6-C3-C6). Kerangka flavonoid terdiri atas satu cincin aromatik

A, satu cincin aromatik B, dan cincin tengah berupa heterosiklik yang

Page 21: Alpinia purpurata K. Schum) HASIL BERBAGAI LAMA EKSTRAKSI

8

mengandung oksigen dan bentuk teroksidasi cincin ini dijadikan dasar

pembagian flavonoid ke dalam sub-sub kelompoknya (Hess, tt).

Sistem penomoran digunakan untuk membedakan posisi karbon di sekitar

molekulnya (Cook dan S. Samman, 1996). Berbagai jenis senyawa, kandungan

dan aktivitas antioksidatif flavonoid sebagai salah satu kelompok antioksidan

alami yang terdapat pada sereal, sayur sayuran dan buah, telah banyak

dipublikasikan.

1 2 3

Gambar 3. Struktur umum flavonoid, isoflavonoid, dan neoflavonoid

Sumber : (Grotewold, 2006).

Flavonoid berperan sebagai antioksidan dengan cara mendonasikan atom

hidrogennya atau melalui kemampuannya mengkelat logam, berada dalam

bentuk glukosida (mengandung rantai samping glukosa) atau dalam bentuk

bebas yang disebut aglikon (Baud et.al, 2014).

Uji kuantitatif dinyatakan sebagai jumlah flavonoid total menggunakan

metode yang diperkenalkan oleh (Chang et.al, 2002). Metode ini menetapkan

flavonoid sebagai senyawa kuersetin sehingga dalam perlakuannya

menggunakan kuersetin sebagai baku pembanding. Kadar flavonoid total

dilakukan dengan mengukur absorbansi senyawa uji lalu diekstrapolasikan

Page 22: Alpinia purpurata K. Schum) HASIL BERBAGAI LAMA EKSTRAKSI

9

menggunakan persamaan regresi linear serangkaian seri kadar kuersetin

standar yang telah diukur absorbansinya sehingga kadar total flavonoid

sampel ditentukan sebagai kadar kuersetin (mg QE/100 g bahan ) (Baud,

2014).

D. Tanin

Tanin dalah suatu senyawa polifenol yang berasal dari tumbuhan, berasa

pahit dan kelat, yang bereaksi dengan dan menggumpalkan protein, atau

berbagai senyawa organik lainnya termasuk asam amino dan alkaloid. Secara

struktural tanin adalah suatu senyawa fenol yang memiliki berat molekul besar

yang terdiri dari gugus hidroksi dan beberapa gugus yang bersangkutan seperti

karboksil untuk membentuk kompleks kuat yang efektif dengan protein dan

beberapa makromolekul (Deaville et al, 2010).

Tanin mempunyai kemampuan mengendapkan protein, karena tanin

mengandung sejumlah kelompok ikatan fungsional yang kuat dengan molekul

protein yang selanjutnya akan menghasilkan ikatan silang yang besar dan

komplek yaitu protein tanin.

Gambar 4. Stuktur asam tanat (salah satu jenis tanin)

Sumber : (wikipedia)

Tanin mempunyai berat molekul 0,5-3 KD. Tanin alami larut dalam air dan

memberikan warna pada air, warna larutan tanin bervariasi dari warna terang

Page 23: Alpinia purpurata K. Schum) HASIL BERBAGAI LAMA EKSTRAKSI

10

sampai warna merah gelap atau coklat, karena setiap tanin memiliki warna

yang khas tergantung sumbernya (Ahadi, 2003).

Senyawa tanin terdiri dari dua jenis yaitu tanin terkondensasi dan tanin

terhidrolisis (Hovart, 1981). Tanin memiliki peranan biologis yang kompleks

mulai dari pengendap protein hingga pengkhelat logam. Tanin juga dapat

berfungsi sebagai antioksidan biologis (Hagerman, 2002).

E. Antioksidan

Oksidasi adalah reaksi kimia yang dapat menghasilkan radikal bebas,

sehingga memicu reaksi berantai yang dapat merusak sel. Sedangkan

Antioksidan merupakan molekul yang mampu memperlambat atau mencegah

proses oksidasi molekul lain. Karakter utama antioksidan adalah

kemampuannya untuk menangkap radikal bebas.

Antioksidan berfungsi sebagai senyawa yang dapat menghambat reaksi

radikal bebas penyebab penyakit karsinogenis, kardiovaskuler dan penuaan

dalam tubuh manusia. Antioksidan diperlukan karena tubuh manusia tidak

memiliki sistem pertahanan antioksidan yang cukup, sehingga apabila terjadi

paparan radikal berlebihan, maka tubuh membutuhkan antioksidan eksogen.

Antioksidan alami mampu melindungi tubuh dari kerusakan yang

disebabkan oleh spesies oksigen reaktif, menghambat terjadinya penyakit

degeneratif, dan menghambat peroksidasi lipid pada makanan. Antioksidan

alami umumnya memiliki gugus hidroksi dalam struktur molekulnya (Sunarni

2005). Antioksidan alami dapat diisolasi dari tumbuhan dan tersebar di

berbagai bagian tanaman seperti pada kayu, kulit kayu, akar, daun, bunga,

Page 24: Alpinia purpurata K. Schum) HASIL BERBAGAI LAMA EKSTRAKSI

11

buah, biji, rimpang, dan serbuk sari. Antioksidan sintetik yang banyak

digunakan adalah a-tokoferol, asam nordihidrokuairetis (NDGA), propilgalat

(PG), (tert)butilhidroksilkuinon (TBHQ), butilhidroksitoluena (BHT), dan

butilhidroksilanisol (BHA).

Berdasarkan fungsinya, antioksidan terbagi menjadi antioksidan primer,

sekunder, dan tersier. Antioksidan primer berperan mengurangi pembentukan

radikal bebas baru dengan memutus reaksi berantai dan mengubahnya menjadi

produk yang lebih stabil. Antioksidan primer terdiri atas superoksida dismutase

(SOD), katalase, dan glutation peroksidase. Ketiga antioksidan tersebut dapat

mengubah radikal bebas menjadi air.

Antioksidan sekunder berperan mengikat radikal bebas dan mencegah

amplifikasi senyawa radikal. Antioksidan sekunder terdapat pada vitamin C,

vitamin B, vitamin E, betakaroten, dan senyawa-senyawa fitokimia.

Antioksidan tersier terdiri atas enzim perbaikan DNA dan metionin sulfoksida

reduktase (Kartikawati 1999).

Salah satu uji yang dapat digunakan untuk menentukan aktivitas

antioksidan adalah metode 1,1-difenil-2-pikrilhidrazil (DPPH). Marxen dkk

(2007) menyebutkan bahwa penggunaan metode DPPH untuk pengukuran

radikal telah digambarkan oleh Burda dan Oleszek (2001).

Metode DPPH merupakan suatu metode yang mudah, cepat, dan sangat

baik untuk sampel dengan polaritas tertentu. Metode ini digunakan untuk

screening berbagai sampel dalam penentuan aktivitas suatu radikal (Koleva et

al. 2001, diacu dalam Marxen dkk, 2007). Selain itu, metode DPPH dapat

Page 25: Alpinia purpurata K. Schum) HASIL BERBAGAI LAMA EKSTRAKSI

12

digunakan untuk menghitung kapasitas antioksidan secara keseluruhan pada

suatu sampel. Pengukuran absorbansi DPPH biasanya berkisar pada panjang

gelombang 515-520 nm (Marxen dkk, 2007).

Senyawa DPPH adalah komponen berwarna ungu yang tidak

berdimerisasi dan berbentuk kristalin. Senyawa tersebut merupakan radikal

bebas yang stabil Metode DPPH hanya mengukur senyawa antioksidan yang

terlarut dalam pelarut organik khususnya alkohol. Metode tersebut secara luas

digunakan untuk pengukuran dan perbandingan aktivitas antioksidan senyawa-

senyawa fenolik. (Marxen , 2007).

F. Oleoresin

Oleoresin adalah zat kimia berupa minyak kental yang memiliki sifat asli

seperti bahan bakunya (misalnya pala) yang terdiri dari campuran minyak atsiri

dan resin. Secara umum oleoresin didefinisikan sebagai campuran minyak dan

resin atau gum diperoleh hasil ekstraksi, pemekatan dan standarisasi minyak

atsiri (minyak essential dan komponen non volatile dari rempah-rempah).

Oleoresin berwarna coklat tua dan mengandung minyak atsiri 15-35%.

Oleoresin diperoleh dengan cara mengekstraksi rempah – rempah dengan

menggunakan pelarut organik tertentu. Sifat fisik oleorisin yaitu memiliki

bentuk seperti minyak kental sampai bentuk pasta. Sifat ini membuat oleorisin

sulit bercampur dengan makanan, sehingga untuk membantu pencampuran

sering ditambahkan pelarut yang diizinkan seperti propylene atau minyak

sayur.

Page 26: Alpinia purpurata K. Schum) HASIL BERBAGAI LAMA EKSTRAKSI

13

Dibandingkan dengan minyak atsiri, senyawa aromatik dalam oleoresin

mempunyai aroma yang lebih lemah, namun lebih tahan lama dan menyebar.

Pada proses pengolahan makanan dibutuhkan pemanasan, sedangkan minyak

atsiri merupakan zat volatile yang dapat menguap dan hilang apabila

dipanaskan dalam suhu tinggi dan waktu yang lama. Mutu oleoresin

dipengaruhi beberapa faktor, yaitu jenis tanaman dan umur panen, perlakuan

bahan sebelum proses ekstraksi, sistem dan kondisi ekstraksi, perlakuan

terhadap oleoresin setelah ekstraksi, serta pengemasan dan penyimpanan

(Ketaren, 1980).

Gambar 5. Struktur senyawa kimia oleoresin lengkuas Sumber :(wikipedia)

Oleoresin mengandung bahan yang tidak menguap dalam jumlah besar

dan akan terus memberikan rasa walaupun minyak atsirinya telah menguap

(Cripps, 1973).

G. Pelarut

Pelarut adalah suatu zat yang melarutkan zat terlarut (cairan, padat atau

gas yang berbeda secara kimiawi), menghasilkan suatu larutan. Pelarut paling

umum digunakan dalam kehidupan sehari-hari adalah air. Pelarut lain yang

Page 27: Alpinia purpurata K. Schum) HASIL BERBAGAI LAMA EKSTRAKSI

14

juga umum digunakan adalah bahan kimia organik (mengandung karbon)

biasanya disebut pelarut organik (Anonim, 2015).

Berdasarkan sumbernya pelarut dibedakan menjadi dua yaitu pelarut

organik dan pelarut anorganik. Pelarut organik merupakan pelarut yang

umumnya mengandung atom karbon dalam molekulnya. Dalam pelarut

organik, zat terlarut didasarkan pada kemampuan koordinasi dan konstanta

dielektriknya. Pelarut organik dapat bersifat polar dan non-polar bergantung

pada gugus kepolaran yang dimilikinya. Sedangkan pelarut anorganik adalah

pelarut selain air yang tidak memiliki komponen organik di dalamnya. Dalam

pelarut anorganik, zat terlarut dihubungkan dengan konsep sistem pelarut yang

mampu mengautoionisasi pelarut tersebut. Biasanya pelarut anorganik

merupakan pelarut yang bersifat polar sehingga tidak larut dalam pelarut

organik dan non-polar.

Sabel dan Warren (1973) menyatakan bahwa pelarut yang digunakan

hendaknya mempunyai titik didih yang tidak terlalu tinggi dan tidak terlalu

rendah, karena hal ini akan mempersulit pemisahan pelarut. Dan Cripps (1973)

menambahkan pada pelarut yang mempunyai titik didih rendah, pelarut akan

mudah diperoleh kembali dan dapat melarutkan oleoresin dengan cepat dan

sempurna.

Volume pelarut akan mempengaruhi jumlah oleoresin yang dihasilkan.

Semakin besar volume pelarut jumlah yang akan digunakan maka akan

semakin besar jumlah oleoresin yang akan terekstraksi (Suryandari, 1981).

Menurut (Somaatmadja, 1981) etanol merupakan pelarut yang paling aman

Page 28: Alpinia purpurata K. Schum) HASIL BERBAGAI LAMA EKSTRAKSI

15

karena tidak beracun dalam batas kandungan 1% untuk bahan pangan. Etanol

adalah etil alkohol dengan rumus kimia C2HOH, yaitu suatu cairan bening

tidak berwarna, mudah menguap, berbau merangsang dan mudah larut dalam

air. Etanol mempunyai polaritas tinggi sehingga dapat mengekstrak oleoresin

lebih banyak dibandingkan pelarut organik lainnya seperti aseton. Etanol

mudah melarutkan senyawa resin, lemak, minyak, sebagian karbohidrat dan

senyawa organik lainnya (Anton, 2001).

Menurut Mapiliandri (1989), etanol memberikan rendemen yang lebih

tinggi dibandingkan dengan ekstraksi heksan. Hal ini menunjukkan bahwa

komponen yang terkandung di dalam oleoresin lengkuas merah cenderung

polar, sehingga penggunaan pelarut yang polar akan menghasilkan rendemen

oleoresin yang lebih besar dibandingkan jika menggunakan pelarut non polar.

Kelebihan lain dari etanol adalah pelarut ini tidak menimbulkan bau yang

menggangu seperti kloroform dan etanol.

H. Ekstraksi

Ekstraksi merupakan suatu proses penarikan suatu komponen yang

diinginkan pada suatu bahan dengan cara memisahkan satu komponen atau

lebih dari suatu bahan. Tujuan ekstraksi bahan alam adalah untuk menarik

komponen kimia yang terdapat pada bahan alam (Markakis, 1982). Pada proses

ekstraksi semakin halus serbuk simplisia maka akan semakin baik proses

ekstraksinya, selain itu ekstraksi juga dipengaruhi oleh sifat fisik dan kimia

simplisia yang bersangkutan (Ahmad, 2006)

Page 29: Alpinia purpurata K. Schum) HASIL BERBAGAI LAMA EKSTRAKSI

16

Tahap-tahap dalam melakukan ekstraksi oleoresin meliputi pemilihan

bahan, persiapan pelarut, dan pengawasan mutu. Persiapan bahan baku

mencakup pengeringan bahan baku sampai kadar air tertentu, penggilingan

untuk mempermudah proses ekstraksi serta mempermudah kontak bahan

dengan pelarut sehingga proses ekstraksi berlangsung dengan baik (Sabel dan

Warren, 1973).

Ukuran bahan baku yang biasa digunakan untuk ekstraksi adalah 40

mesh. Pelarut yang sering digunakan dalam ekstraksi oleoresin adalah etanol,

aseton, dan ethilen diklorida. Kehalusan partikel bahan yang sesuai akan

menghasilkan ekstraksi yang optimal dalam waktu yang singkat (Moestafa,

1981).

Ekstraksi akan lebih cepat dilakukan pada temperature tinggi, tetapi pada

ekstraksi oleoresin akan menyebabkan beberapa komponen dalam rempah

akan mengalami perubahan (Moestafa, 1981). Oleoresin tahan terhadap panas

hingga suhu 90oC tanpa mengalami perubahan mutu yang nyata. Pemanasan

yang melebihi suhu 100oC akan menyebabkan penguraian komponen penyusun

oleoresin, sehingga akan menimbulkan perubahan bau dan minyak atsiri

banyak yang menguap (Sabel dan Warren, 1973).

I. Oven Microwave

Oven microwave adalah oven listrik yang memanaskan dan memasak

makanan dengan cara memaparkannya radiasi elektromagnetik dalam rentang

frekuensi microwave. Oven microwave bekerja dengan memancarkan radiasi

gelombang mikro, biasanya pada frekuensi 2.450 MHz (dengan panjang

Page 30: Alpinia purpurata K. Schum) HASIL BERBAGAI LAMA EKSTRAKSI

17

gelombang 12,24 cm). Oven microwave dapat bekerja dengan cepat dan efisien

karena gelombang elektro magnetiknya menembus makanan dan mengeksitasi

molekul-molekul air dan lemak secara merata.

Selain itu, gelombang mikro pada frekuensi ini tidak diserap oleh bahan-

bahan gelas, keramik, dan sebagian jenis plastik. Bahan logam bahkan

memantulkan gelombang ini, sehingga gelombang micro hanya diserap oleh

bahan saja. (Quoc, 2014).

Cara kerja oven microwave dalam memanaskan sebuah objek adalah

sebagai berikut :

1. Arus listrik bolak-balik dengan beda potensial rendah dan arus searah

dengan beda potensial tinggi diubah dalam bentuk arus searah.

2. Magnetron menggunakan arus ini untuk menghasilkan gelombang mikro

dengan frekuensi 2,45 GHz.

3. Gelombang mikro diarahkan oleh sebuah antenna pada bagian atas

magnetron ke dalam sebuah waveguide.

4. Waveguide meneruskan gelombang mikro ke sebuah alat yang menyerupai

kipas, disebut dengan stirrer. Stirrer menyebarkan gelombang mikro di

dalam ruang microwave.

5. Gelombang mikro ini kemudian dipantulkan oleh dinding dalam microwave

dan diserap oleh molekul – molekul makanan.

6. Karena setiap gelombang mempunyai sebuah komponen positif dan negatif,

molekul-molekul makanan didesak kedepan dan kebelakang selama 2 kali

kecepatan frekuensi gelombang mikro, yaitu 4,9 juta kali dalam setiap detik.

Page 31: Alpinia purpurata K. Schum) HASIL BERBAGAI LAMA EKSTRAKSI

18

Microwave dapat membuat air berputar, putaran molekul air akan

mendorong terjadinya tabrakan antar molekul. Tabrakan antar molekul inilah

yang akan membuat molekul-molekultersebut memanas. Perlu diingat bahwa

sebagian besar makanan memiliki kadar air didalamnya dan jika makanan

tersebut memiliki kadar air berarti efek yang sama akan terjadi jika makanan

tersebut dimasukan dalam microwave. Selain itu harus dingat juga bahwa

molekul makanan yang lain akan menjadi panas karena ada kontak langsung

antara molekul tersebut dengan molekul air yang memanas.

J. Microwave Assisted Extraction

Microwave Assisted Extraction (MAE) merupakan ekstraksi yang

memanfaatkan radiasi gelombang mikro untuk mempercepat ekstraksi selektif

melalui pemanasan pelarut secara cepat dan efisien (Jain, 2009). Menurut

beberapa hasil penelitian, MAE meningkatkan efisiensi dan efektifitas

ekstraksi bahan aktif berbagai jenis rempah-rempah, tanaman herbal, dan buah-

buahan (Calinescu dkk, 2001).

Ganzler dan Salgo (1986) adalah yang pertama kali melakukan ekstraksi

menggunakan gelombang mikro. Mereka mengekstrak berbagai senyawa dari

tanah, bahan makanan, biji-bijian dan menyatakan bahwa ekstraksi berbantu

gelombang mikro lebih efektif dibandingkan dengan ekstraksi menggunakan

Soxhlet.

Daya gelombang mikro dan waktu merupakan dua faktor yang saling

mempengaruhi. Kombinasi daya yang rendah dan waktu ekstraksi yang

panjang dan sebaliknya merupakan pilihan yang bijak mengingat kombinasi

Page 32: Alpinia purpurata K. Schum) HASIL BERBAGAI LAMA EKSTRAKSI

19

tersebut dapat menghindari terjadinya degradasi termal produk. Secara umum,

efisiensi ekstraksi dengan waktu ekstraksi yang singkat akan meningkat seiring

dengan meningkatnya daya mikrowave dari 30-150 W (Shu ,2003). Namun

demikian pada daya yang lebih tinggi (400-1200W), variasi daya tidak

memberikan pengaruh yang nyata pada rendemen ekstraksi (Gao, 2006).

Bahan-bahan yang terkandung dalam sampel tersebut akan menyerap

gelombang micro melalui proses yang disebut pemanasan dielektrik yang

artinya molekul-molekul pada makanan bersifat dipol eletrik yang berarti

molekul tersebut memiliki muatan negatif pada satu sisi dan positif pada sisi

yang lain. Gelombang micro bekerja melewatkan radiasi gelombang micro

pada molekul air, lemak maupun gula yang merupakan dipol elektrik yang

mempunyai kutub positif dan negatif, pada molekul-molekul ini akan berotasi

jika terkena berkas gelombang micro. Dengan kehadiran gelombang micro tiap

sisi akan berputar untuk mensejajarkan diri satu sama lain. Pergerakan molekul

ini akan mengakibatkan panas yang disebabkan gesekan antar molekul,

gesekan tesebut mengakibatkan panas (Gao dkk, 2006).

K. Maserasi

Maserasi adalah salah satu jenis metode ekstraksi dengan sistem tanpa

pemanasan atau dikenal dengan istilah ekstraksi dingin, pada metode ini

pelarut dan sampel tidak mengalami pemanasan sama sekali. Sehingga

maserasi merupakan teknik ekstraksi yang dapat digunakan untuk senyawa

yang tidak tahan panas ataupun tahan panas (Hamdani, 2014). Maserasi

Page 33: Alpinia purpurata K. Schum) HASIL BERBAGAI LAMA EKSTRAKSI

20

dilakukan dengan cara merendam serbuk simplisia dalam cairan penyari

(Afifah, 2012).

Prinsip maserasi adalah pengikatan/ pelarutan zat aktif berdasarkan sifat

kelarutannya dalam suatu pelarut. Langkah kerjanya adalah merendam

simplisia dalam suatu wadah menggunakan pelarut penyari tertentu selama

beberapa hari sambil sesekali diaduk, lalu disaring dan diambil beningannya.

Metode Maserasi umumnya menggunakan pelarut non air atau pelarut non-

polar. Maserasi biasanya dilakukan pada temperatur 15-20ºC selama 3 hari

sampai bahan - bahan yang larut, melarut (Ansel, 1989).

a. Cara kerja

1. 10 bagian simplisia dengan derajat halus yang cocok dimasukkan

kedalam bejana, lalu dituangi 90 bagian cairan penyari, ditutup dan

dibiarkan selama 3 hari terlindung dari cahaya, sambil diaduk berulang

– ulang.

2. setelah 5 hari, sari diserkai dan ampas diperas

3. Ampas ditambah cairan penyari secukupnya, diaduk dan diserkai,

sampaidiperoleh seluruh sari sebanyak 100 bagian

4. Setelah itu, sari dipekatkan dengan cara diuapkan pada tekanan rendah

dan suhu 50ºC hingga konsentrasi yang dikehendaki

b. Keuntungan maserasi

Proses maserasi ini menguntungkan dalam isolasi bahan alam

karena selama proses perendaman sampel akan terjadi proses pemecahan

dinding dan membran sel akibat perbedaan tekanan antara di dalam dan di

Page 34: Alpinia purpurata K. Schum) HASIL BERBAGAI LAMA EKSTRAKSI

21

luar selnya sehingga metabolit sekunder yang ada dalam sitoplasma akan

terlarut dalam pelarut organik dan senyawa akan terekstraksi sempurna

karena dapat diatur lama perendaman yang dilakukan.

c. Kekurangan Maserasi

Perlu dilakukannya pengadukan untuk meratakan konsentrasi

larutan diluar butir serbuk simplisia sehingga tetap terjaga adanya derajat

konsentrasi yang sekecil-kecilnya antara larutan didalam sel dengan

larutan diluar sel.

Page 35: Alpinia purpurata K. Schum) HASIL BERBAGAI LAMA EKSTRAKSI

22

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

A. Waktu dan Tempat Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan pada bulan September - November 2018 di

Laboratorium Rekayasa Pangan, Laboratorium Kimia Pangan Universitas

Semarang, dan Laboratorium CV. Cemix Pratama Bantul Yogyakarta.

B. Bahan dan Alat

1. Bahan : Rimpang lengkuas merah yang berumur 3 - 4 bulan diperoleh dari

Relokasi Pasar Johar, Semarang, Jawa Tengah, etanol, 70%, larutan DPPH

(1,1-Diphenyl-2-picryl-hydrazyl), larutan Na2CO3, larutan AlCl3, aquadest,

kertas saring.

2. Alat : Oven Microwave merk SIGNORA, Waterbath Shaker Memmert,

Blender merk Pioner, termometer, spektrofotometer, pipet, glass beaker,

elemeyer beaker, sendok, garpu, pisau, talenan dan baskom.

C. Rancangan Percobaan

Rancangan percobaan yang diggunakan dalam penelitian ini adalah

Rancangan Acak Lengkap (RAL) 5 perlakuan 4 kali ulangan. Adapun

perlakuan yang telah ditetapkan adalah sebagai berikut :

T0 : Kontrol (Maserasi 12 jam, tanpa perlakuan MAE)

T1 : MAE selama 2 menit

T2 : MAE selama 4 menit

T3 : MAE selama 6 menit

T4 : MAE selama 8 menit

Page 36: Alpinia purpurata K. Schum) HASIL BERBAGAI LAMA EKSTRAKSI

23

T5 : MAE selama 10 menit

D. Prosedur Penelitian

1. Mempersiapkan alat dan bahan.

2. Membersihkan rimpang lengkuas merah dari kotoran dan mengiris rimpang

lengkuas dengan ketebalan 1,5 mm.

3. Rimpang Lengkuas merah yang telah diiris kemudian dihaluskan

menggunakan blender selama 3 menit.

4. Sebanyak 40 g bubur lengkuas merah dituang ke dalam glass beaker,

kemudian ditambahkan sebanyak 200 ml pelarut etanol.

5. Kemudian dilakukan Microwave Assisted Extraction dengan memasukkan

glass beaker ke dalam microwave sesuai dengan waktu yang telah

ditentukan (2 menit, 4 menit, 6 menit, 8 menit, 10 menit) dengan power 20

(160 watt).

6. Maserasi dilakukan selama 12 jam dihomogenisasi dengan homogenizer

selama 15 menit.

7. Oleoresin yang dihasilkan kemudian disaring menggunakan kertas saring

untuk memisahkan ampas dengan pelarut.

8. Kemudian dievaporasi dengan waterbath pada suhu 78˚C selama 12 jam

sehingga diperoleh oleoresin lengkus merah kental.

9. Oleoresin yang dihasilkan kemudian di analisis total fenolat, flavonoid,

tanin dan aktivitas antioksidannya

Page 37: Alpinia purpurata K. Schum) HASIL BERBAGAI LAMA EKSTRAKSI

24

E. Diagram Alir Penelitian

Rimpang lengkuas merah

Bubur lengkuas

Oleoresin lengkuas Merah

Gambar 6. Diagram alir penelitian

Sortasi

Pencucian

Pemotongan (1,5 mm)

Penghalusan (3 menit)

Penimbangan (40 gr bubur / sampel)

Pencampuran 200 ml per sampel

(Ethanol 70%)

Limbah cair

Microwave Asissted Extraction (waktu 2, 4,6,8,10 menit, 20 P)

Maserasi (12 jam)

Penyaringan Residu pelarut

Analisis: 1. Total Fenolik

2. Flavonoid

3. Tanin

4. Antioksidan

Waterbath (78ºC, 12 jam)

Air

Page 38: Alpinia purpurata K. Schum) HASIL BERBAGAI LAMA EKSTRAKSI

25

F. Variabel Pengamatan

1. Total Fenol (Metode Follin – Ciocalteau; Pourmorad dkk, 2006)

Standar asam galat dibuat dengan variasi konsetrasi 5-125 ppm dan

diukur absorbansinya pada panjang gelombang 765 nm. Kemudian ditimbang

100 mg oleoresin lengkuas, kemudian ditambahkan 0,5 ml etanol, 2,5 ml

aquadest, daa 2,5 ml reagent Follin – Dennis. Campuran didiamkan selama 5

menit kemudian ditambahkan 2 ml Na2CO3 7,5% dan divorteks lalu diinkubasi

selama 15 menit pada suhu 45 oC. Absorbansi sampel diukur pada panjang

gelombang 765 nm dengan menggunakan spektrofotometer UV-Vis.

2. Total Flavonoid (Chang dkk, 2002)

Standar kuersetin dibuat dengan variasi konsentrasi 20 - 60 ppm.

Sebanyak 0,5 mL yang diukur absorbansinya pada panjang gelombang 400-

800 nm. Kemudian sebanyak 20 mg sampel ditimbang dan dilarutkan dalam

10 mL etanol teknis kemudian disentrifuge sehingga diperoleh konsentrasi

2000 ppm. Sebanyak 0,5 mL sampel uji ditambahkan dengan 0,1 mL

AlCl310%, 0,1 mL natrium asetat 1 M dan 2,8 mL aqudest. Setelah diinkubasi

selama 30 menit. Absorbansi diukur menggunakan spektrofotometer UV-Vis

pada panjang gelombang maksimum kuersetin 437,55 nm.

3. Tanin (Xu dan Chang 2007)

Prosedur kerja untuk uji kadar tanin dengan senyawa katekin (C) adalah

sebagai berikut sampel 50 μl ditambah 3 ml metanol vanilin 4% dan 1,5 ml

HCl pekat kemudian divorteks 2 menit, ditera pada λ 500 nm dan digunakan

metanol sebagai blanko. Kadar tanin terkondensasi dihitung sebagai mg

Page 39: Alpinia purpurata K. Schum) HASIL BERBAGAI LAMA EKSTRAKSI

26

ekivalen catechin (EC)/ g ekstrak kering dengan kurva kalibrasi (8,9-44,4

mg/L) dengan r = 0,99. Analisis dilakukan 3 batch masing-masing 3 kali

ulangan.

Kurva kalibrasi asam galat digunakan untuk menentukan kadar senyawa

tanin yang terkandung dalam sampel melalui persamaan regresi dan dinyatakan

dalam satuan mg ekuivalen asam galat/g ekstrak (mg GAE/g ekstrak) dengan

rumus perhitungan.

C= 𝑪𝟏 ×𝑽

𝑴

C : Total tanin (mg GAE/g ekstrak) M : Berat ekstrak (g)

C1 : Konsentrasi asam galat (mg/l) V : Volume ekstrak (l)

4. Aktivitas Antioksidan dengan metoda RSA (Radikal Scavanging Activity)

DPPH (1-1Dhypenil-1 Picrylhydrazil) menurut Awak, (2010)

Sebanyak 20 ml larutan ekstrak pada beberapa konsentrasi yang

diencerkan dua kali (2,5-40 µg/ml) dalam etanol dicampurkan dengan 10 ml

DPPH 0,5 mM dalam etanol. Campuran tersebut kemudian dikocok dengan

kuat dan dibiarkan pada suhu 25°C dalam gelap selama 25 menit. Larutan

blanko dibuat untuk setiap larutan sampel dengan mencampurkan 2 ml larutan

sampel dan 10 ml etanol. Sebagai kontrol negatif adalah 1,0 ml larutan DPPH

0,5mM ditambahkan 2,0 ml etanol. Absorbansi (Abs) diukur pada panjang

gelombang 518 nm menggunakan spektrofotometer. Adapun rumus

penghitungan aktivitas antioksidan adalah sebagai berikut :

Aktivitas Antioksidan = 1 - 𝐴𝑏𝑠𝑜𝑟𝑟𝑏𝑎𝑛𝑠𝑖 𝑠𝑎𝑚𝑝𝑒𝑙+𝑘𝑜𝑡𝑟𝑜𝑙

𝐴𝑏𝑠𝑜𝑟𝑏𝑎𝑛𝑠𝑖 𝑘𝑜𝑛𝑡𝑟𝑜𝑙× 100%

Page 40: Alpinia purpurata K. Schum) HASIL BERBAGAI LAMA EKSTRAKSI

27

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Rimpang Lengkuas Merah

Rimpang lengkuas merah adalah produk yang diperoleh setelah berumur

3 - 4 bulan, rimpang lengkuas merah diperoleh dari relokasi pasar Johar,

Semarang, Jawa Tengah. Rimpang lengkuas merah kemudian dilakukan

pencucian umtuk menghilangkan kotoran, rimpang lengkuas merah

selanjutnya dilakukan pengrisisan menyamping dengan ukuran ketebalan

kurang lebih 1,5 mm.

Rimpang lengkuas merah yang telah diiris kemudian dihaluskan

menggunakan blender selama selama kurang lebih 3 menit. Sebanyak 40 g

bubur lengkuas merah dituang ke dalam glass beaker, kemudian dituang

sebanyak 200 ml pelarut etanol. Selanjutnya dilakukan Microwave Assisted

Extraction dengan memasukkan glass beaker ke dalam microwave sesuai

dengan waktu yang telah ditentukan yakni (2 menit, 4 menit, 6 menit, 8 menit,

10 menit ) dengan power 20 dan maserasi selama 12 jam.

Selanjutnya didapatkan Oleoresin yang kemudian disaring menggunakan

kertas saring untuk memisahkan ampas dengan pelarut. Kemudian dievaporasi

dengan waterbath pada suhu 78˚C selama 12 jam sehingga diperoleh oleoresin

lengkuas merah kental. Hasil ekstrak rimpang lengkuas merah menunjukkan

perbedaan yang nyata pada pengujian (P<0,05) karena perlakuan lama

ekstraksi menggunakan MAE ( Microwave Assisted Extraction)pada lengkuas

merah. Hasil randemen ekstrak lengkuas merah dapat dilihat pada Tabel 3.

Page 41: Alpinia purpurata K. Schum) HASIL BERBAGAI LAMA EKSTRAKSI

28

Tabel 3. Hasil Randemen lengkuas Merah

Sampel Rendemen (%)

T0 (Control) 10,1084a

T1 (2 menit) 10,5314b

T2 (4 menit) 12,3084c

T3 (6 menit) 12,4380d

T4 (8 menit) 12,8489e

T5 (10 menit) 13,4787f

Keterangan: Angka yang ditandai superskrip yang tidak sama pada kolom

menunjukkan perbedaan yang nyata (P<0,05)

Pada Tabel 3. menunjukkan rata-rata hasil randemen dari pengaruh

berbagai perlakuan lama Microwave Assisted Extraction pada lengkuas merah.

Rata-rata minimal rendemen ekstrak lengkuas merah sebesar 10,1084 % dan

rata-rata maksimalnya sebesar 13,4787 %. Dapat dilihat bahwa hasil rendemen

lengkuas merah perlakuan T5 dengan lama MAE 10 menit memiliki hasil

rendemen paling tinggi yaitu 13,4787 % dibandingkan ekstrak lengkuas merah

perlakuan T0 dengan lama Microwave Assisted Extraction (MAE) 0 menit

memiliki hasil rendemen paling rendah yaitu 10,1084 %.

Berdasarkan hasil uji lanjut dengan metode DMRT 5%, pada sampel

T0, T1, T2, T3, T4 dan T5 menunjukkan adanya beda nyata mengenai hasil

rata-rata rendemen ekstrak lengkuas merah. Hasil rendemen ekstrak lengkuas

merah disajikan dalam bentuk grafik garis. Pada Gambar 7. menunjukan hasil

rata-rata rendemen ekstrak lengkuas merah mengalami peningkatan setelah

dilakukan ekstraksi dengan perlakuan berbagai lama waktu dibandingkan

dengan lengkuas merah segar.

Page 42: Alpinia purpurata K. Schum) HASIL BERBAGAI LAMA EKSTRAKSI

29

Gambar 7. Grafik rerata hasil rendemen ekstrak lengkuas merah

Menurut (Chen, 2007) adanya thermal stress akibat timbulnya

gelombang panas yang cepat membuat pelarut lebih cepat menguap dan

rendemen yang dihasilkan lebih pekat. Etanol yang ditambahkan saat ekstraksi

berfungsi untuk mendenaturasi sel sehingga semakin tinggi konsentrasi yang

digunakan, maka semakin banyak membran sel yang terdegradasi yang

mengakibatkan komponen pigmen mudah keluar dari membran dan

menghasilkan rendemen yang lebih banyak.

Menurut (Turkmen, 2005) mengemukakan bahwa perlakuan

pemanasan terhadap kobis brussel dapat memperbaiki sifat dan meningkatan

rendemen yang dihasilkan. Peningkatan rendemen tersebut diduga karena

perlakuan pemanasan dapat menyebabkan komponen senyawa-senyawa dalam

suatu bahan pangan dapat mudah lepas dari dalam sel, sehingga meningkatkan

hasil ekstraksi.

Page 43: Alpinia purpurata K. Schum) HASIL BERBAGAI LAMA EKSTRAKSI

30

B. Total Fenolik

Kandungan total fenolik (termasuk gingerol dan shogaol) merupakan

komponen yang berperan sebagai antioksidan yang terdapat dalam oleoresin

lengkuas merah yang dinyatakan dalam mg.EAG/g. Hasil analisis kandungan

total fenolat lengkuas merah menunjukkan perbedaan yang nyata pada

pengujian (P<0,05) karena perlakuan lama waktu MAE pada lengkuas merah.

Hasil analisis total fenolik lengkuas merah dapat dilihat pada Tabel 4.

Tabel 4. Hasil analisis total fenolik lengkuas Merah

Sampel Rerata (mg.EAG/g)

T0 (Control) 0,4396a

T1 (2 menit) 0,5828b

T2 (4 menit) 0,6511c

T3 (6 menit) 0,7263d

T4 (8 menit) 0,7294d

T5 (10 menit) 0,7623e

Keterangan: Angka yang ditandai superskrip yang tidak sama pada kolom

menunjukkan perbedaan yang nyata (P<0,05)

Pada Tabel 4. menunjukkan rata-rata hasil kandungan total fenolik dari

pengaruh lengkuas merah segar dan berbagai perlakuan lama Microwave

Assisted Extraction pada lengkuas merah. Nilai rata-rata hasil total fenolik

paling rendah ekstrak lengkuas merah sebesar 0,4396 mg.EAG/g dan nilai rata-

rata paling tinggi sebesar 0.7623 mg.EAG/g. Dapat dilihat bahwa hasil total

fenolik lengkuas merah setelah dilakukan MAE lebih rendah secara nyata

dibanding pada lengkuas merah segar.

Berdasarkan hasil uji lanjut dengan metode DMRT 5%, pada sampel

T3 dan T4 menunjukkan tidak berbeda nyata mengenai hasil rata-rata hasil

kandungan total fenolik ekstrak lengkuas merah. Pada sampel T0, T1, T2 dan

Page 44: Alpinia purpurata K. Schum) HASIL BERBAGAI LAMA EKSTRAKSI

31

T5 menunjukkan berbeda nyata. Hasil kadar fenolik lengkuas merah disajikan

dalam bentuk grafik garis dapat dilihat pada pada Gambar 8.

Gambar 8. Grafik rerata total fenolik ekstrak lengkuas merah

Pada Gambar 8. dapat dilihat bahwa hasil rata-rata kandungan total

fenolik ekstrak lengkuas merah mengalami peningkatan setelah dilakukan

MAE dengan perlakuan berbagai macam lama waktu dibandingkan dengan

lengkuas merah segar. Menurut (Puji mujani, 2010) hal ini diduga terjadi

degradasi senyawa fenol komplek menjadi genol sederhana. selain itu diduga

senyawa fenol tidak mengalami oksidasi enzimatis sehingga jumlahnya tidak

menurun.

Selain itu, diduga disebabkan karena lama waktu dan suhu yang tinggi

akan menyebabkan kelarutan senyawa phenolic dalam pelarut semakin besar.

Dengan meningkatkan waktu dan suhu, difusi yang terjadi juga semakin besar,

sehingga proses ekstraksi juga akan berjalan lebih cepat. Akan tetapi dalam

meningkatkan suhu operasi juga perlu diperhatikan, karena suhu yang terlalu

0

0,1

0,2

0,3

0,4

0,5

0,6

0,7

0,8

T0(Control)

T1(2menit)

T2(4menit)

T3(6menit)

T4(8menit)

T5(10menit)

(mg.

EAG

/g

Perlakuan

Page 45: Alpinia purpurata K. Schum) HASIL BERBAGAI LAMA EKSTRAKSI

32

tinggi dapat menyebabkan kerusakan pada bahan yang sedang diproses.

Komponen bioaktif utama dalam lengkuas, yaitu gingerol, merupakan senyawa

yang tahan panas (Miryanti, 2011).

C. Kadar Flavonoid

Analisis kadar flavonoid ekstrak lengkuas merah dinyatakan dalam

mg.QE/g. Hasil analisis kandungan flavonoid lengkuas merah menunjukkan

perbedaan yang nyata pada pengujian (P<0,05) karena perlakuan lama waktu

Microwave Assisted Extraction pada lengkuas merah.

Tabel 5. Hasil analisis total flavonoid lengkuas merah

Sampel Rerata (mg.QE/g)

T0 (Control) 0,3608a

T1 (2 menit) 0,4066b

T2 (4 menit) 0,4935c

T3 (6 menit) 0,5393d

T4 (8 menit) 0,6077 e

T5 (10 menit) 0,6109 f

Keterangan: Angka yang ditandai superskrip yang tidak sama pada kolom

menunjukkan perbedaan yang nyata (P<0,05)

Pada Tabel 5. menunjukkan rata-rata analisis flavonoid dari pengaruh

berbagai perlakuan lama Microwave Assisted Extraction pada lengkuas merah.

Kandungan flavonoid lengkuas merah setelah dilakukan MAE lebih besar dari

pada lengkuas merah segar. Rata-rata minimal kandungan flavonoid ekstrak

lengkuas merah sebesar 0.3608 mg.QE/g dan nilai rata-rata maksimal sebesar

0,6109 mg.QE/g. Dapat dilihat bahwa hasil rendemen lengkuas merah

perlakuan T5 dengan lama MAE 10 menit memiliki kandungan flavonoid

paling tinggi yaitu 0,6109 mg.QE/g dibandingkan ekstrak lengkuas merah

perlakuan T0 dengan lama MAE 0 menit memiliki hasil rendemen paling

Page 46: Alpinia purpurata K. Schum) HASIL BERBAGAI LAMA EKSTRAKSI

33

rendah yaitu 0.3608 mg.QE/g. Perlakuan T1 dengan lama waktu MAE 2 menit

diperoleh kadar flavonoid sebesar 0,4066 mg.EAG/gr. Perlakuan T2 dengan

lama waktu MAE 4 menit diperoleh kadar flavonoid sebesar 0,4935 mg.QE/g.

Perlakuan T3 dengan lama waktu MAE 6 menit diperoleh kadar flavonoid

sebesar 0,5393 mg.QE/g. Perlakuan T4 dengan lama waktu MAE 8 menit

diperoleh kadar flavonoid sebesar 0,6077 mg.QE/g.

Berdasarkan hasil uji lanjut menggunakan metode Duncan Multiple

Range Test (DMRT) 5%, menunjukkan bahwa terdapat beda nyata antar

perlakuan . Hasil kandungan flavonoid ekstrak lengkuas merah disajikan dalam

bentuk grafik garis dapat dilihat pada Gambar 9.

Gambar 9. Grafik rerata total flavonoid ekstrak lengkuas merah

Flavonoid merupakan senyawa bahan alam yang mengandung dua cincin

aromatik benzena yang dihubungkan oleh 3 atom karbon atau fenil

benzopiran(C6-C3-C6). Kerangka flavonoid terdiri atas satu cincin aromatik

A, satu cincin aromatik B, dan cincin tengah berupa heterosiklik yang

mengandung oksigen dan bentuk teroksidasi cincin ini dijadikan dasar

0

0,2

0,4

0,6

0,8

T0(Control)

T1(2menit)

T2(4menit)

T3(6menit)

T4(8menit)

T5(10menit)

Perlakuan

(mg.

QE/

g)

Page 47: Alpinia purpurata K. Schum) HASIL BERBAGAI LAMA EKSTRAKSI

34

pembagian flavonoid ke dalam sub-sub kelompoknya (Hess, tt). Grafik di atas

menunjukkan bahwa kadar flavonoid lengkuas merah setelah di MAE lebih

besar dari pada lengkuas merah segar.

Hal ini diduga senyawa flavonoid mudah terekstrak pada lengkuas merah

setelah dilakukan MAE dibanding lengkuas merah segar. Flavonoid

merupakan senyawa fenol yang memiliki sistem aromatik yang terkonjugasi.

Saat proses MAE sistem aromatik diduga mengakibatkan senyawa flavonoid

dalam bentuk glikosida akan terdegradasi menjadi aglikon dan gula sehingga

meningkatkan aktivitas antioksidan. Flavonoid berperan sebagai antioksidan

dengan cara mendonasikan atom hidrogennya atau melalui kemampuannya

mengkelat logam, berada dalam bentuk glukosida (mengandung rantai

samping glukosa) atau dalam bentuk bebas yang disebut aglikon (Baud et.al,

2014).

D. Kadar Tanin

Tanin (katekin) merupakan senyawa flavonoid yang sering disebut

dengan asam tanat dan asam galatonat ynag dinyatakan dalam satuan mg.EC/g.

Hasil analisis kandungan tanin lengkuas merah menunjukkan perbedaan yang

nyata pada pengujian (P<0,05) karena perlakuan lama waktu MAE pada

lengkuas merah.

Page 48: Alpinia purpurata K. Schum) HASIL BERBAGAI LAMA EKSTRAKSI

35

Tabel 6. Hasil analisis tanin lengkuas merah

Sampel Rerata (mg.EC/g)

T0 (kontrol) 0,4839a

T1 (2 menit) 0,6335b

T2 (4 menit) 0,7048c

T3 (6 menit) 0,7845d

T4 (8 menit) 0,7875d

T5 (10 menit) 0,8203e

Keterangan: Angka yang ditandai superskrip yang tidak sama pada kolom

menunjukkan perbedaan yang nyata (P<0,05)

Tabel 6. menunjukkan rata-rata hasil kandungan tanin dari pengaruh

berbagai perlakuan lama MAE pada lengkuas merah. Rata-rata minimal kadar

tanin ekstrak lengkuas merah sebesar 0,4839 mg.EC/g dan rata-rata

maksimalnya sebesar 0,8203 mg.EC/g. Dapat dilihat bahwa hasil kadar tanin

lengkuas merah perlakuan T5 dengan lama MAE 10 menit memiliki hasil tanin

paling tinggi yaitu 0,8203 mg.EC/g dibandingkan ekstrak lengkuas merah

perlakuan T0 dengan lama MAE 0 menit memiliki hasil tanin paling rendah

yaitu 0,4839 mg.EC/g. Pada perlakuan lama waktu T1 dengan lama MAE 2

menit diperoleh tanin lengkuas merah sebesar 0,6335 mg.EC/g. Perlakuan L2

dengan lama MAE 4 menit diperoleh kandungan tanin sebesar 0,7048

mg.EC/g. perlakuan T3 dengan lama waktu MAE 6 menit diperoleh tanin

sebesar 0,7845 mg.EC/g. perlakuan T4 dengan lama waktu MAE 8 menit

diperoleh tanin sebesar 0,7875 mg.EC/g. Perlakuan T5 dengan lama MAE 10

menit diperoleh kadar total fenolat sebesar 0,8203 mg.EAG/g.

Berdasarkan hasil uji lanjut dengan metode DMRT 5%, pada sampel

T3 dan T4 menunjukkan tidak berbeda nyata mengenai hasil rata-rata hasil

Page 49: Alpinia purpurata K. Schum) HASIL BERBAGAI LAMA EKSTRAKSI

36

kandungan total fenolat ekstrak lengkuas. Pada sampel T0, T1, T2 dan T5

menunjukkan berbeda nyata.

Gambar 10. Grafik rerata hasil kadar tanin ekstrak lengkuas merah

Pada Gambar 10 menunujukan bahwa kadar tanin terkondensasi

lengkuas merah setelah dilakukan MAE dalam media etanol 70% secara nyata

lebih tinggi dibandingkan dengan lengkuas merah segar. Peningkatan kadar

tanin tertingi pada sampel T5 dengan lama waktu MAE 10 menit. Semakin

lama waktu MAE tanin yang terekstrak cenderung semakin besar hal ini karena

semakin banyak komponen bioaktif yang dapat terekstrak oleh pelarut

(Harborne, 1996).

Lebih lanjut (Nurlita et.al, 2016) menjelaskan bahwa dalam ekstraksi

menggunakan gelombang mikro cairan bahan yang diekstrak menyerap

gelombang radiasi yang selanjutnya bereaksi dengan berbagai senyawa yang

terkandung dalam oleoresin. Pada saat MAE terjadi proses radiolisis, eksitasi,

dan ionisasi berbagai senyawa aktif yang terus meningkat seiring dengan

0

0,1

0,2

0,3

0,4

0,5

0,6

0,7

0,8

0,9

T0(kontrol)

T1(2menit)

T2(4menit)

T3 (6menit)

T4(8menit)

T5(10menit)

(mg.

EC/g

)

Perlakuan

Page 50: Alpinia purpurata K. Schum) HASIL BERBAGAI LAMA EKSTRAKSI

37

semakin lamanya MAE hingga tercapai waktu optimal ekstraksi. Menurut

Quoc dkk (2015) ekstraksi dengan MAE menghasilkan kadar tanin teh yang

lebih tinggi dibandingkan dengan ekstraksi menggunakan refluks, Ultrasound

assisted extraction (UAE) dan maserasi. Metode ekstraksi yang berbasis

gelombang mikro memiliki transfer massa dan panas yang lebih baik sehingga

distribusi panas akan merata dan energi yang dibutuhkan untuk menghasilkan

panas cenderung lebih kecil.

E. Aktivitas Antioksidan Lengkuas Merah

Pengukuran aktivitas antioksidan dilakukan dengan metode DPPH

yang dinyatakan dalam satuan persen (%). Hasil analisis antioksidan lengkuas

merah menunjukkan perbedaan yang nyata pada pengujian (P<0,05) karena

perlakuan lama waktu MAE pada lengkuas merah. Tabel 7. menunjukkan rata-

rata hasil aktivitas antioksidan dari pengaruh berbagai perlakuan lama MAE

pada lengkuas merah. Rata-rata minimal aktivitas antioksidan ekstrak lengkuas

merah sebesar 50.4599% dan rata-rata maksimalnya sebesar 79.5663%.

Tabel 7. Hasil analisis Aktivitas Antioksidan

Sampel Rerata (%)

T0 (kontrol) 50,4599a

T1 (2 menit) 55,0919b T2 (4 menit) 60,3809c

T3 (6 menit) 67,9040d

T4 (8 menit) 74,2115e

T5 (10 menit) 79,5663f

Keterangan: Angka yang ditandai superskrip yang tidak sama pada kolom

menunjukkan perbedaan yang nyata (P<0,05)

Pada Tabel 7. menunjukkan hasil aktivitas antioksidan ektrak lengkuas

merah perlakuan T5 dengan lama MAE 10 menit memiliki hasil aktivitas

Page 51: Alpinia purpurata K. Schum) HASIL BERBAGAI LAMA EKSTRAKSI

38

antioksidan paling tinggi yaitu 79.5663 % dibandingkan ekstrak lengkuas

merah perlakuan T0 dengan lama MAE 0 menit. Pada perlakuan lama waktu

T1 dengan lama MAE 2 menit diperoleh aktivitas antioksidan lengkuas merah

sebesar 55.0919 %. Perlakuan T2 dengan lama MAE 4 menit diperoleh

kandungan antioksidan sebesar 60.3809 %. perlakuan T3 dengan lama waktu

MAE 6 menit diperoleh aktivitas antioksidan sebesar 67.9040 %. perlakuan T4

dengan lama waktu MAE 8 menit diperoleh aktivitas antioksidan sebesar

74.2115 %.

Gambar 11. Grafik rerata Aktivitas Antioksidan

Pada Gambar 11. menunjukkan aktivitas antioksidan tertinggi

diperoleh dari T5 yaitu oleoresin lengkuas merah yang memiliki kadar tanin

dan flavonoid tertinggi diketahui bahwa oleoresin yang kadar flavonoid dan

tanin yang tinggi mempunyai aktivitas antioksidan yang tinggi. flavonoid dan

tanin merupakan senyawa aktif yang berpotensi sebagai antioksidan alami.

0

20

40

60

80

T0(kontrol)

T1(2menit)

T2(4menit)

T3(6menit)

T4(8menit)

T5(10menit)

(%)

Perlakuan

Page 52: Alpinia purpurata K. Schum) HASIL BERBAGAI LAMA EKSTRAKSI

39

Peningkatan aktivitas antioksidan ini sesuai hasil penelitian yang

dilakukan oleh Lestari (2006) bahwa peningkatan waktu ekstraksi cenderung

meningkatkan bahan atau senyawa target yang diekstrak. Hal ini disebabkan

karena semakin lama waktu antara pelarut dengan bahan proses penetrasi

pelarut dalam sel bahan (sampel) cenderung semakin banyak senyawa aktif

yang berdifusi jeluar sel (Suryandari, 1981).

F. Korelasi Total Fenolik, Flavonoid, Tanin dan Aktivitas Antioksidan

Ektrak Etanol Lengkuas Merah.

1. Korelasi Total Fenolik dengan Aktivitas Antioksidan

Pada baris person correlation antara total fenol dengan aktivitas

antioksidan ataupun sebaliknya menghasilkan korelasi sebesar (r = 0,922).

Pada garis sig. (2 tailed) menunjukan angka 0,000 yang menunjukkan

signifikan korelasi antara total fenolik dan aktivitas antioksidan ataupun

sebaliknya. Koefisien determinasi dihitung dengan cara mengkuadratkan

nilai r tersebut kemudian dikalikan 100% untuk menafsirkan pearson

correlation (r), koefisien determinasi dari korelasi tersebut adalah 85,00 %.

Dari penjelsan diatas dapat ditarik kesimpulan bahwa korelasi (r) antara

total fenolik dan aktivitas antioksidan kuat 0,922 (mendekati 1) dan

korelasinya signifikan karena nilai signifikasinya < 0,05.

2. Korelasi Tanin dangan Aktivitas Antioksidan

Pada baris person correlation antara total fenol dengan aktivitas

antioksidan ataupun sebaliknya menghasilkan korelasi sebesar (r = 0,921).

Pada garis sig. (2 tailed) menunjukan angka 0,000 yang menunjukkan

signifikan korelasi antara total fenol dan aktivitas antioksidan ataupun

Page 53: Alpinia purpurata K. Schum) HASIL BERBAGAI LAMA EKSTRAKSI

40

sebaliknya. Koefisien determinasi dihitung dengan cara mengkuadratkan

nilai r tersebut kemudian dikalikan 100% untuk menafsirkan pearson

correlation (r), koefisien determinasi dari korelasi tersebut adalah 84,82 %.

Dari penjelsan diatas dapat ditarik kesimpulan bahwa korelasi (r) antara

Tanin dan aktivitas antioksidan kuat 0,921 (mendekati 1) dan korelasinya

signifikan karena nilai signifikasinya < 0,05.

3. Korelasi Flavonoid dengan Aktivitas Antioksidan

Pada baris person correlation antara total fenol dengan aktivitas

antioksidan ataupun sebaliknya menghasilkan korelasi sebesar (r = 0,975).

Pada garis sig. (2 tailed) menunjukan angka 0,000 yang menunjukkan

signifikan korelasi antara total fenol dan aktivitas antioksidan ataupun

sebaliknya. Koefisien determinasi dihitung dengan cara mengkuadratkan

nilai r tersebut kemudian dikalikan 100% untuk menafsirkan pearson

correlation (r), koefisien determinasi dari korelasi tersebut adalah 95,06 %.

Dari penjelsan diatas dapat ditarik kesimpulan bahwa korelasi (r) antara

Tanin dan aktivitas antioksidan kuat 0,921 (mendekati 1) dan korelasinya

signifikan karena nilai signifikasinya < 0,05.

Page 54: Alpinia purpurata K. Schum) HASIL BERBAGAI LAMA EKSTRAKSI

41

BAB V

PENUTUP

A. Kesmpulan

Perlakuan lama waktu MAE dan maserasi berpengaruh nyata (p<0,05)

terhadap seluruh variabel yang diamati yaitu kadar fenolik, kadar flavonoid,

kadar tanin dan aktivitas antioksidan. Semakin lama waktu MAE dan maserasi

semakin meningkatkan seluruh kadar variabel yang diamati, karakteristik T5

(MAE 10 menit) dipilih sebagai perlakuan terbaik karena memiliki

karakteristik peningkatan kadar yang baik dengan sebagai berikut kadar fenolik

0.7623 mg.EAG/g, kadar flavonoid 0,6109 mg.QE/g, kadar tanin 0,8203

mg.EC/g, dan kadar aktivitas oksidan 79.5663%.

B. Saran

Berdasarkan hasil penelitian ini perlu dilakukankan penelitian lebih

lanjut dengan perlakukan kajian variabel bebas selain perlakuan lama MAE

dan maserasi.

Page 55: Alpinia purpurata K. Schum) HASIL BERBAGAI LAMA EKSTRAKSI

42

DAFTAR PUSTAKA

Ahadi, M. R. 2003. Kandungan Tanin Terkondensasi dan Laju Dekomposisi pada

Serasah Daun Rhizospora mucronata lamk pada Ekosistem Tambak

Tumpangsari, Purwakarta, Jawa Barat. Skripsi. Institut Pertanian

Bogor,Bogor .

Baud, G.S., M.S. Sangi & H.S.J. Koleangan. 2014. Analisis senyawa metabolit

sekunder dan uji toksisitas ekstrak etanol batang tanaman patah tulang

(euphorbia tirucalli l.) Dengan metode brine shrimp lethality test (bslt).

Calinescu, I., C. Ciuculescu, M. Popescu, S. Bajenaru, G. Epure.

2001. Microwaves Assisted Extraction of Active Principles from Vegetal

Material. Romanian International Conference on Chemistry and Chemical

Engineering.

Cook, N. C. & Samman, S., 1996, Flavonoids : Chemistry, Metabolism,

Carsioprotective Effects, and Dietary Sources, Nutr. Biochem., 7, 66-67

Chang CC, Yang MH, Wen HM, Chern JC. 2002. Estimation of total flavonoids

content in propolis by two complementary colorimetric methods. J Food

Drug Anal 10: 178-182.

Darmawan, D.A. 2013. Efektivitas Ekstrak Etanol Lengkuas Putih (Alpinia galanga

L. Willd.) dalam Menghambat Pertumbuhan Candida albicans Secara In

Vitro. Tugas Akhir. Program Studi Pendidikan Dokter Gigi Fakultas

Kedokteran Universitas Brawijaya

Deaville, E. R., D. I. Givens, & I. Mueler-Harvey. 2010. Chesnut and Mimosa

tannin silages: Effect in sheep differ for apparent digestibilty, nitrogen

utilitation and losses. Anim. Feed Sci. Technol. 157: 129-138.

Fathona, D. 2011, Kandungan Gingerol dan Shogaol, Intensitas Kepedasan dan

Penerimaan Panelis Terhadap Oleoresin Jahe Gajah (Zingiber officinale

var. Roscoe), Jahe Emprit (Zingiber officinale var. Amarum), dan jahe

merah (Zingiber officinale var. Rubrum). Skripsi. Institut Pertanian Bogor,

Bogor.

Goldman, E. dan Green, L.H. 2009. Practical Handbook of Microbiology. CRC

Press, Boca Raton.

Ganzler, K and A. Salgo, Microwave Extraction-a new method superseding

traditional Soxhlet extraction.

Gao, M., Song, B., Lin, C., 2006, DynamicMicrowave Assisted Extraction Of

Flavonoids From Saussurea Medusa Maxim. Cultured Cells, Biochemical

Engineering Journal.

Grotewold, E., 2006, The Science of Flavonoid, halaman 71-73, Springer ,United

States of America.

Page 56: Alpinia purpurata K. Schum) HASIL BERBAGAI LAMA EKSTRAKSI

43

Hagerman, A. E. 2002. Tannin Handbook. Department of Chemistry and

Biochemistry, Miami University, Miami.

Hess, D, tt. Plant Physiology, Molecular, Biochemical, and Physiological

Fundamentals of Metabolism and Development. Toppan Company (S) Pte

Ltd, Singapore: 117-118

Jain, T., V. Jain, R. Pandey, A. Vyas, S. S. Shukla. 2009. Microwave Assisted

Extraction for Phytoconstituents – An Overview. Asian Journal Research

Chemistry.

Kartikawati D. 1999. Studi efek protektif vitamin C dan vitamin E terhadap respon

imun dan enzim antioksidan pada mencit yang dipapar paraquat. Tesis.

Institut Pertanian Bogor, Bogor.

Kuncahyo, I. dan Sunardi, 2007. Uji aktivitas antioksidan ekstrak belimbing wuluh

(averrhoa bilimbi, l.) Terhadap 1,1-diphenyl-2- Picrylhidrazyl (dpph).

Seminar Teknologi Nasional, Yogyakarta.

Lestari, W. 2006. pengaruh nisbah rimpang dengan pelarut dan lama ekstraksi

terhadap mutu oleoresin jahe merah (Zingiber officinale var. rubrum).

Skripsi. Intitut Pertanian Bogor, Bogor.

Marxen, K. Vanselow K.H., Lippemeier S., Hintze R., Ruser A. dan Hansen U.P.

2007. Determination of DPPH Radical Oxidation Caused by Methanolic

Extracts of Some Microalgal Species by Linear Regression Analysis of

Spectrophotometric Measurements. Sensors.

Maslarova, N.V. Yanishlieva. (2001). Inhibiting oxidation dalam Jan Pokorny,

Nedyalka Yanislieva dan Michael Gordon: Antioxidants in food, Practical

applications. Woodhead Publishing Limited, Cambridge: 22-70

Nurlita, S, B.L. Sari, D.P. Rahayu. 2016. Penetapan kadar flavonoid ekstrak etanol

60 % daun teh putih (Camellia sinensis l.) dan benalu teh (Scurulla

atropurpurea bl. dans) hasil iradiasi gamma. Junal Fitofarmaka.. Universitas

Pakuan, Bogor.

Ramadhan, A.E. dan Phaza, H.A., 2010, pengaruh konsentrasi etanol, suhu dan

jumlah stage pada ekstraksi oleoresin jahe (Zingiber officinale Rosc.) secara

batch, Skripsi, Universitas Diponegoro, Semarang.

Suhartono, E., Fujiati, Aflanie, I. (2002). Oxygen toxicity by radiation and effect of

glutamic piruvat transamine (GPT) activity rat plasma after vitamine C

treatmen, Diajukan pada Internatinal seminar on Environmental Chemistry

and Toxicology, Yogyakarta.

Suranto., (2004). Khasiat dan Manfaat madu Herbal. Agromedia Pustaka Jakarta.

Stecher P.G. (Editor), 1968, The Merck Index: an Encyclopedia of Chemicals and

Drugs., Merck & Co. Inc. USA., p. 31-32,472

Page 57: Alpinia purpurata K. Schum) HASIL BERBAGAI LAMA EKSTRAKSI

44

Sunarni,T., (2005). Aktivitas Antioksidan Penangkap Radikal Bebas Beberapa

kecambah Dari Biji Tanaman Familia Papilionaceae, Jurnal Farmasi

Indonesia.

Tjitrosoepomo, G. (1994). Morfologi Tumbuhan. Gajah Mada. University Press.

Yogyakarta

Vankar, P.S., V. Tivari, I.W., Singh, and N. Swapana, 2006. Antioxidant properties

of some exclusive species of Zingiberacea family of Manipur. Electronic

Journal of Environmental, Agriculture and Food Chemistry (EJEAFChe).

5(2): 1318-1322

WHO (1999). Monographs on Selected Medical Plants. Volume 1. World Health

Organization, Geneva.

Widayanti, S.M. (2004). Uji penggunaan microwave pada proses ekstraksi jahe

(Zingiber Officinale Rosc.). Skripsi. Institut Pertanian Bogor, Bogor.

Page 58: Alpinia purpurata K. Schum) HASIL BERBAGAI LAMA EKSTRAKSI

45

Lampiran

Kadar Phenol (mg.GAE/g)

Test of Homogeneity of Variances

Kadar_Phenol

Levene Statistic df1 df2 Sig.

,738 5 18 ,605

ANOVA

Kadar_Phenol

Sum of Squares df Mean Square F Sig.

Between Groups ,294 5 ,059 2386,230 ,000

Within Groups ,000 18 ,000

Total ,294 23

Descriptives

Kadar_Phenol

N Mean Std. Deviation Std. Error

95% Confidence Interval for

Mean

Minimum Maximum Lower Bound Upper Bound

T0 4 ,4397013 ,00644611 ,00322306 ,4294441 ,4499585 ,43316 ,44770

T1 4 ,5829060 ,00364459 ,00182230 ,5771067 ,5887054 ,57929 ,58797

T2 4 ,6511744 ,00528389 ,00264195 ,6427665 ,6595822 ,64539 ,65696

T3 4 ,7263840 ,00515280 ,00257640 ,7181847 ,7345832 ,72110 ,73317

T4 4 ,7294937 ,00510071 ,00255035 ,7213773 ,7376100 ,72277 ,73472

T5 4 ,7623349 ,00353641 ,00176820 ,7567077 ,7679621 ,75882 ,76725

Total 24 ,6486657 ,11313832 ,02309426 ,6008916 ,6964398 ,43316 ,76725

Page 59: Alpinia purpurata K. Schum) HASIL BERBAGAI LAMA EKSTRAKSI

46

Kadar_Phenol

Duncana

Perlakuan N

Subset for alpha = 0.05

1 2 3 4 5

T0 4 ,4397013

T1 4 ,5829060

T2 4 ,6511744

T3 4 ,7263840

T4 4 ,7294937

T5 4 ,7623349

Sig. 1,000 1,000 1,000 ,387 1,000

Means for groups in homogeneous subsets are displayed.

a. Uses Harmonic Mean Sample Size = 4,000.

Kadar Tanin (mg.GAE/g)

Descriptives

Kadar_Tanin

N Mean

Std.

Deviation Std. Error

95% Confidence Interval for

Mean

Minimum Maximum Lower Bound Upper Bound

T0 4 ,4838909 ,00673757 ,00336879 ,4731699 ,4946119 ,47705 ,49225

T1 4 ,6334813 ,00380938 ,00190469 ,6274198 ,6395429 ,62970 ,63878

T2 4 ,7048171 ,00552281 ,00276140 ,6960290 ,7136051 ,69877 ,71087

T3 4 ,7844563 ,00538579 ,00269289 ,7758863 ,7930263 ,77894 ,79155

T4 4 ,7874515 ,00533134 ,00266567 ,7789682 ,7959349 ,78043 ,79291

T5 4 ,8203042 ,00369631 ,00184815 ,8144226 ,8261859 ,81663 ,82544

Total 24 ,7024002 ,11831525 ,02415100 ,6524401 ,7523604 ,47705 ,82544

Test of Homogeneity of Variances

Kadar_Tanin

Levene Statistic df1 df2 Sig.

,738 5 18 ,605

Page 60: Alpinia purpurata K. Schum) HASIL BERBAGAI LAMA EKSTRAKSI

47

ANOVA

Kadar_Tanin

Sum of Squares df Mean Square F Sig.

Between Groups ,321 5 ,064 2388,711 ,000

Within Groups ,000 18 ,000

Total ,322 23

Kadar_Tanin

Duncana

Perlakuan N

Subset for alpha = 0.05

1 2 3 4 5

T0 4 ,4838909

T1 4 ,6334813

T2 4 ,7048171

T3 4 ,7844563

T4 4 ,7874515

T5 4 ,8203042

Sig. 1,000 1,000 1,000 ,425 1,000

Means for groups in homogeneous subsets are displayed.

a. Uses Harmonic Mean Sample Size = 4,000.

Kadar Flavonoid (mg.QE/g)

Descriptives

Kadar_Flavonoid

N Mean

Std.

Deviation Std. Error

95% Confidence Interval for

Mean

Minimum Maximum Lower Bound Upper Bound

T0 4 ,3602147 ,00603357 ,00301678 ,3506140 ,3698155 ,35361 ,36682

T1 4 ,4066326 ,02091064 ,01045532 ,3733591 ,4399061 ,38523 ,43462

T2 4 ,4885554 ,01908919 ,00954459 ,4581803 ,5189306 ,46388 ,50665

T3 4 ,5393407 ,00585755 ,00292877 ,5300201 ,5486614 ,53162 ,54534

T4 4 ,6077327 ,00619868 ,00309934 ,5978692 ,6175962 ,60094 ,61452

T5 4 ,6110126 ,00954003 ,00477002 ,5958322 ,6261929 ,60063 ,62299

Total 24 ,5022481 ,09743422 ,01988868 ,4611053 ,5433910 ,35361 ,62299

Page 61: Alpinia purpurata K. Schum) HASIL BERBAGAI LAMA EKSTRAKSI

48

Test of Homogeneity of Variances

Kadar_Flavonoid

Levene Statistic df1 df2 Sig.

2,310 5 18 ,087

ANOVA

Kadar_Flavonoid

Sum of Squares df Mean Square F Sig.

Between Groups ,215 5 ,043 257,947 ,000

Within Groups ,003 18 ,000

Total ,218 23

Kadar_Flavonoid

Duncana

Perlakuan N

Subset for alpha = 0.05

1 2 3 4 5

T0 4 ,3602147

T1 4 ,4066326

T2 4 ,4885554

T3 4 ,5393407

T4 4 ,6077327

T5 4 ,6110126

Sig. 1,000 1,000 1,000 1,000 ,724

Means for groups in homogeneous subsets are displayed.

a. Uses Harmonic Mean Sample Size = 4,000.

Page 62: Alpinia purpurata K. Schum) HASIL BERBAGAI LAMA EKSTRAKSI

49

Aktivitas Antioksidan (%)

Descriptives

Aktivitas_Antioksidan

N Mean

Std.

Deviation Std. Error

95% Confidence Interval for

Mean

Minimum Maximum Lower Bound Upper Bound

T0 4 50,4599212 ,10729259 ,05364629 50,2891947 50,6306476 50,32852 50,59133

T1 4 55,0919842 ,22441854 ,11220927 54,7348842 55,4490842 54,79632 55,32194

T2 4 60,3810775 ,16964448 ,08482224 60,1111353 60,6510197 60,18397 60,57819

T3 4 67,9040736 ,34559207 ,17279603 67,3541595 68,4539877 67,41130 68,19974

T4 4 74,2115637 ,40679316 ,20339658 73,5642650 74,8588624 73,85020 74,77004

T5 4 79,5663601 ,16964447 ,08482224 79,2964178 79,8363023 79,36925 79,76347

Total 24 64,6024967 10,51489806 2,14634458 60,1624447 69,0425488 50,32852 79,76347

Test of Homogeneity of Variances

Aktivitas_Antioksidan

Levene Statistic df1 df2 Sig.

1,430 5 18 ,261

ANOVA

Aktivitas_Antioksidan

Sum of Squares df Mean Square F Sig.

Between Groups 2541,738 5 508,348 7543,211 ,000

Within Groups 1,213 18 ,067

Total 2542,951 23

Page 63: Alpinia purpurata K. Schum) HASIL BERBAGAI LAMA EKSTRAKSI

50

Aktivitas_Antioksidan

Duncana

Perlakuan N

Subset for alpha = 0.05

1 2 3 4 5 6

T0 4 50,4599212

T1 4 55,0919842

T2 4 60,3810775

T3 4 67,9040736

T4 4 74,2115637

T5 4 79,5663601

Sig. 1,000 1,000 1,000 1,000 1,000 1,000

Means for groups in homogeneous subsets are displayed.

a. Uses Harmonic Mean Sample Size = 4,000.

Korelasi

Correlations

Kadar_Phenol Kadar_Tanin

Kadar_Flavono

id

Aktivitas_Antio

ksidan

Kadar_Phenol Pearson Correlation 1 1,000** ,942** ,922**

Sig. (2-tailed) ,000 ,000 ,000

N 24 24 24 24

Kadar_Tanin Pearson Correlation 1,000** 1 ,942** ,921**

Sig. (2-tailed) ,000 ,000 ,000

N 24 24 24 24

Kadar_Flavonoid Pearson Correlation ,942** ,942** 1 ,975**

Sig. (2-tailed) ,000 ,000 ,000

N 24 24 24 24

Aktivitas_Antioksidan Pearson Correlation ,922** ,921** ,975** 1

Sig. (2-tailed) ,000 ,000 ,000

N 24 24 24 24

**. Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed).

Page 64: Alpinia purpurata K. Schum) HASIL BERBAGAI LAMA EKSTRAKSI

51

Page 65: Alpinia purpurata K. Schum) HASIL BERBAGAI LAMA EKSTRAKSI

52

Page 66: Alpinia purpurata K. Schum) HASIL BERBAGAI LAMA EKSTRAKSI

53

Page 67: Alpinia purpurata K. Schum) HASIL BERBAGAI LAMA EKSTRAKSI

54

Page 68: Alpinia purpurata K. Schum) HASIL BERBAGAI LAMA EKSTRAKSI

55

Page 69: Alpinia purpurata K. Schum) HASIL BERBAGAI LAMA EKSTRAKSI
Page 70: Alpinia purpurata K. Schum) HASIL BERBAGAI LAMA EKSTRAKSI
Page 71: Alpinia purpurata K. Schum) HASIL BERBAGAI LAMA EKSTRAKSI