ekstraksi agar

23
EKSTRAKSI AGAR Oleh : Nama : Venthyana Lestary NIM : B1J012133 Kelompok : 3 Rombongan : II Asisten : Ilham LAPORAN PRAKTIKUM FIKOLOGI

Upload: venthyana-lestary

Post on 10-Nov-2015

203 views

Category:

Documents


39 download

DESCRIPTION

fikologi

TRANSCRIPT

EKSTRAKSI AGAR

Oleh :Nama: Venthyana LestaryNIM: B1J012133Kelompok: 3Rombongan: IIAsisten: Ilham

LAPORAN PRAKTIKUM FIKOLOGI

KEMENTRIAN RISET TEKNOLOGI DAN PENDIDIKAN TINGGIUNIVERSITAS JENDERAL SOEDIRMANFAKULTAS BIOLOGIPURWOKERTO2015I. PENDAHULUANA. Latar BelakangRumput laut (makroalgae) merupakan salah satu komoditas yang sedang ditingkatkan pemanfaatannya. Hal ini dikarenakan banyak sekali manfaat yang dapat dihasilkan dengan cara mengoptimalkan seluruh potensi rumput laut. Mulanya orang menggunakan rumput laut hanya untuk bahan sayur saja. Namun seiring berjalannya waktu maka pengetahuan tentang rumput laut dan teknik pemanfaatannya semakin berkembang pula. Rumput laut akan bernilai ekonomis setelah mendapatkan penanganan lebih lanjut. Umumnya penanganan pasca panen rumput laut oleh petani hanya sampai pada pengeringan saja. rumput laut kering masih merupakan bahan baku dan masih harus diolah lagi. Rumput laut dapat digunakan langsung sebagai bahan makanan, beberapa hasil olahan rumput laut kering dapat menghasilkan agar-agar, karaginan dan alginat merupakan senyawa yang cukup penting dalam industri. Indonesia di samping mengekspor rumput laut juga mengimpor hasil-hasil olahannya yang dari tahun ke tahun semakin meningkat jumlahnya (Sarjana, 1998).Agar-agar adalah senyawa kompleks polisakarida yang bebas nitrogen dan merupakan hasil ekstraksi baik dalam bentuk kering maupun gel (Insan, 2001). Agar-agar merupakan asam sulfanik, yaitu ester dari galakto linier dan diperoleh dengan mengekstraksi ganggang Agarophyte (ganggang yang mengandung agar-agar). Jenis rumput laut yang dapat digunakan dalam pembuatan agar adalah alga merah (Rhodophyceae), alga jenis Agarophyte, yaitu alga yang menghasilkan agar-agar sebagai metabolit primernya. Beberapa jenis alga merah penghasil agar di Indonesia adalah Gracilaria sp., Gelidium rigidum, Rhodymenia ciliata, dan Gelidiella sp. Jenis yang paling banyak ditemukan di Indonesia adalah jenis Gracilaria karena selain dapat diperoleh dari alam, jenis ini juga telah dibudidayakan.Menurut Rasyid (2004), sifat lain dari agar adalah stabilitas panas yang luar biasa pada pH >5. Larutan agar mempunyai nilai viskositas antara 2-10 mPa.s apabila pada suhu 450C. Sedangkan bobot molekul agar adalah berkisar antara 5000-150000. Kandungan agar-agar dari Gracilaria gigas Harv. dan Gracilaria verrucossa sangat bervariasi tergantung kepada jenis spesies, lokasi pertumbuhan, umur panen dan teknik budidaya yang intensif serta penanganan pasca panen yang tepat (Kadi dan Atmadja, 1992).

B. TujuanTujuan praktikum ini untuk mengetahui rendemen dan proses ekstraksi agar dari rumput laut Gracilaria verucossa.

C. Tinjauan PustakaRumput laut atau seaweed adalah tumbuhan sederhana yang tidak memiliki akar, batang, dan daun sejati. Seluruh bagian tubuhnya disebut thallus. Bentuk thallus rumput laut pipih, gepeng, lembaran, filamen, dan bulat seperti rambut. Rumput laut merupakan salah satu komoditas potensial Indonesia yang digunakan sebagai bahan baku berbagai industri. Rumput laut komersial yang bernilai ekonomi tinggi dan dibudidayakan di Indonesia yaitu Gracilaria spp. sebagai penghasil agar (agarofit), Sargassum spp. sebagai penghasil alginat (alginofit), dan Eucheuma spp. sebagai penghasil karagenan (karaginofit) (Kusuma et al., 2013). Rumput laut dari Gracilaria sp mempunyai nilai ekonomis yang sangat tinggi karena penggunaannya sangat luas dalam berbagai bidang industri. Menurut Suryadi et al. (1993), rumput laut hidup dengan cara menyerap zat makanan dari perairan dan melakukan fotosintesis, intensitas cahaya matahari merupakan faktor pembatas dalam proses fotosintesis. Kandungan zat kimia rumput laut dipengaruhi oleh umur, musim dan habitat. Agarofit adalah rumput laut penghasil agar. Spesies-spesies rumput laut merah penghasil agar adalah Gracilaria, Gelidium, dan Gelidiella. Agar-agar merupakan senyawa kompleks polisakarida yang dapat membentuk jeli. Kualitas agar-agar dapat ditingkatkan dengan suatu proses pemurnian yaitu membuang kandungan sulfatnya. Produk ini dikenal dengan nama agarose. Kualitas agar-agar yang berasal dari Gelidium dan Gelidiella lebih tinggi dibanding dari Gracilaria. Agar-agar dari Gelidium mutunya dapat ditingkatkan menjadi agarose dalam skala industri, tetapi Gracilaria masih dalam skala laboratorium (Atmadja et al., 1996).Agar adalah galaktan sulfat kompleks yang diekstrak dari rumput laut kelas Rhodophyceae. Galaktan adalah polimer dari galaktosa. Agar memiliki dua komponen utama sebagai zat penyusunnya, yaitu agarosa dan agaropektin. Agarosa merupakan polimer netral, sedangkan agaropektin adalah polimer yang mengandung sulfat. Rasio dari polimer ini sangat bervariasi pada setiap jenis rumput laut. Umumnya persentase agarosa dalam agar pada setiap jenis rumput laut berkisarantara 50% dan 90% (Insan & Widyartini, 2001).Fungsi utama agar-agar dalam berbagai industri adalah sebagai bahan pemantap (stabilizer), bahan penolong atau pembuat emulsi (emulsifier), bahan pengental (thickener), bahan pengisi (filler), dan bahan pembuat gel (gelling agent). Agar-agar dipakai untuk berbagai keperluan, seperti dalam pembuatan roti. Agar-agar juga digunakan sebagai bahan pencampur dalam proses pembuatan ice cream, kembang gula, pudding maupun selai (Afrianto et al., 1989).

II. MATERI DAN METODEA. MateriAlat-alat yang digunakan dalam praktikum ini yaitu kompor, panci, blender, pengaduk, baki, timbangan analitik, kain kasa, dan gelas ukur.Bahan-bahan yang digunakan dalam praktikum ini yaitu rumput laut Gracilaria verrucosa, akuades, KOH 10%, KCl 5% dan H2O2 6%.

B. MetodeMetode yang digunakan dalam praktikum ini yaitu:Rumput laut Gracilaria verrucosa ditimbang sebanyak 100gr

Ditambah H2O2 6% sebanyak 10% dari total volume air

Disaring dengan kain kasaDitambah KOH 10% dan KCL 5% sebanyak 10% dari total volume air

Diaduk hingga mendidihDimasukkan ke dalam panci, kemudian direbus dengan 1000 ml airDiblenderDirendam dalam air tawar selama 10 menit

Dihitung rendemennyaRendemen agar (%) =

Dikeringkandimasak lagiDituang ke baki yang telah dialasi kain kasa

III. HASIL DAN PEMBAHASANA. Hasil

Gambar 3.1 Rumput laut keringGambar 3.2 Sebelum diberi KOH+KCl

Gambar 3.3 Setelah diberi KOH+KClGambar 3.4 Penyaringan ke-1

Gambar 3.5 Setelah diberi H2O2Gambar 3.6 Penyaringan ke-2

Gambar 3.7 Siap dijemurGambar 3.8 Hasil akhir penjemuranPerhitungan Rendemen Agar :

Rumput laut: Gracilaria verucossa 100 gr Produk kering: 10 gramRendemen (%) = =

B. PembahasanRumput laut Gracilaria verrucosa mempunyai kandungan nutrisi cukup lengkap. Secara kimia rumput laut terdiri dari air (27,8 %), protein (5,4%), karbohidrat (33,3%), lemak (8,6%), serat (3%) dan abu (22,25%). Rumput laut juga mengandung enzim, asam nukleat, asam amino, vitamin (A,B,C,D, E dan K), makro mineral, seperti: kalsium dan selenium serta mikro mineral, seperti: zat besi, magnesium dan natrium. Kandungan asam amino, vitamin dan mineral rumput laut mencapai 10-20 kali lipat dibandingkan dengan tumbuhan darat. Rumput laut telah banyak dibudidayakan oleh petani rumput laut di perairan laut di kawasan pesisir (Rukmi, 2012).Jenis rumput laut Gracilaria verrucosa sangat mudah untuk dibudidayakan dengan kondisi lingkungan yang berbeda dengan kondisi perairan di laut, seperti tambak. Kondisi perairan habitat asli rumput laut memiliki kualitas air yang cukup baik dalam mendukung kehidupannya. Sementara kondisi tambak memiliki kualitas air yang fluktuatif dan beragam tingkat kesuburannya. Akan tetapi, Gracilaria sp. dapat mentolerir kondisi lingkungan yang tidak sesuai dengan kondisi lingkungan aslinya. Rumput laut dari genus ini dapat mentolerir salinitas terendah 15 g/L dan tertinggi 50 g/L (Rukmi, 2012).Gracilaria verrucosa termasuk dalam kelas Rhodophyceae yang merupakan agarofit. berbentuk pipih atau silindris, memiliki tinggi 1-3 dm, talus kecil dan panjang, cukup kering (kasar) atau agak lembab, dan biasanya hanya sedikit tercampur kotoran (tanah, lumpur, pasir, benda asing lain). Percabangan tidak beraturan, thallus kaku dan di dominasi warna kemerahan (Aslan, 1991). Klasifikasi Gracilaria verrucosa menurut Lobban dan Horisson (1994) adalah sebagai berikut:Divisi: RhodophytaClass: RhodophyceaeOrdo: GracilarialesFamily: GracilariaceaeGenus: GracilariaSpesies: Gracilaria verrucosaRumput laut genus Gracilaria memiliki peranan sangat penting sebagai makanan bagi manusia dan hewan laut, serta untuk industri agar. Budidaya Gracilaria spp. merupakan budidaya agarofit yang paling penting secara ekonomis karena dapat memproduksi sekitar 60% dari produksi agar. Budidaya secara komersial dengan skala besar dilakukan di beberapa negara seperti Chili, China dan Taiwan (Mensi et al., 2011).Agar merupakan salah satu senyawa hidrokoloid yang memiliki banyak manfaat, baik dalam kehidupan sehari-hari, maupun berbagai industri, seperti industri makanan, industri kimia dan obat-obatan. Senyawa hidrokoloid ini dipahami dikandung oleh makroalga (rumput laut). Struktur agar terdiri atas dua komponen utama, yaitu agarosa (salah satu fraksi pembentuk agar) dan agaropektin. Agarosa merupakan suatu polimer netral dan agaropektin merupakan suatu polimer sulfat. Agarosa adalah suatu polisakarida netral yang terdiri dari rangkaian D-galaktosa dengan ikatan -1,3 dan L-galaktosa dengan ikatan -1,4. Agaropektin bersifat lebih kompleks dan mengandung polimer sulfat. Rasio kedua polimer sangat bervariasi dan persentase agarosa dalam ekstrak agar berkisar antara 50% sampai 80% (Kusuma et al., 2013). Fungsi utama agar-agar adalah sebagai bahan pemantap, penstabil, pengemulsi, pengisi, penjernih, pembuat gel dan lain-lain. Beberapa industri yang memanfaatkan sifat kemampuan membentuk gel dari agar-agar adalah industri makanan, farmasi, kosmetik, kulit, fotografi dan sebagai media penumbuh mikroba (Imaniar et al., 2013). Menurut Sahu (2013), agar merupakan polisakarida kompleks yang diekstrak dari alga merah seperti Gracilaria spp., Gracilariopsis spp., Gelidium spp., Gelidiella spp., Pterocladia spp., dan lainnya. Spesies Gracilaria dan Gracilariopsis yang termasuk dalam genus Gracilarioids merupakan penyumbang 53% dari total produksi agar di dunia. Spesies Gracilaria dapat digunakan sebagai bahan makanan manusia seperti salad dan sup, untuk makanan abalone, dan sebagai sumber energi.Sifat yang menonjol dari agar adalah daya gelasi (kemampuan membentuk gel), viskositas (kekentalan), setting point (suhu mencairnya gel) yang sangat menguntungkan dalam industri pangan maupun nonpangan. Indriani dan Suminarsih (1992), menambahkan bahwa beberapa sifat dari agar adalah pada suhu 25C dengan kemurnian tinggi tidak larut dalam air dingin tetapi larut dalam air panas. Agar pada suhu 32-39C berbentuk padat dan mencair pada suhu 60-97C pada konsentrasi 1,5%. Dalam keadaan kering agar sangat stabil, pada suhu tinggi dan pH rendah akan mengalami degradasi. Viskositas agar pada suhu 45C pH 4,5 dengan konsentrasi larutan 1% adalah 2-10 Cps.Menurut Handayani (2006), bahwa tahapan proses produksi agar-agar adalah: a. Pemanenan dan pengeringan rumput lautSetelah dipanen, rumput laut dibersihkan dari pasir, batu, dan kotoran lainnya. Selanjutnya dijemur di bawah sinar matahari selama beberapa hari sampai kering (kadar airnya sekitar 20 persen). b.Pemotongan dan pengasaman. Rumput laut yang sudah kering dimasukkan ke dalam bak pencuci yang berisi air dan dipotong-potong secara mekanis. Selanjutnya dimasukkan ke dalam bak pencuci yang berisi asam sulfat 5-10 persen selama 15 menit dan dibilas dengan air sampai bersih. Jenis asam lain yang dapat dipakai adalah asam asetat atau asam sitrat. Tujuan pengasaman untuk memecahkan dinding sel, sehingga agar-agar mudah diekstrak serta menghancurkan dan melarutkan kotoran sehingga rumput laut menjadi lebih bersih. c.Pemasakan dan ekstraksi. Pemasakan rumput laut dilakukan dalam sebuah bejana besar dengan menggunakan air bersih sebanyak 40 kali berat rumput laut kering yang digunakan. Pemasakan dilakukan dengan penambahan asam cuka 0,5 persen dan dilakukan pada suhu 90-1000 C selama 2-4 jam. Pada saat mulai mendidih, ditambahkan basa (misalnya natrium hidroksida) untuk menetralkan pH menjadi 6-8. d.Pemadatan. Setelah pemasakan selesai, ekstrak rumput laut disaring dengan kain blacu dan diperas perlahan-lahan. Ekstrak yang diperoleh ditampung dalam bejana dan ditambahkan basa hingga pH-nya mencapai 7-7,5. Larutan agar-agar yang telah dinetralkan, dipanaskan lagi sambil diaduk dan dituangkan ke dalam cetakan menurut ukuran yang telah ditentukan. Larutan agar-agar tersebut dibiarkan memadat pada suhu kamar atau menggunakan suhu dingin untuk mempercepat pemadatan.e.Pengeringan.Agar-agar yang sudah memadat, dipotong-potong tipis dalam bentuk lembaran setebal 0,5 cm dengan menggunakan kawat baja halus. Lembaran yang diperoleh dibungkus dengan kain blacu, disusun, dan dimasukkan ke dalam alat pengepres dan dipres perlahan-lahan agar airnya keluar. Padatan agar yang tersisa di kain blacu kemudian dijemur di atas rak-rak bambu sampai kering dan dikemas dengan kantong plastik. Untuk menghasilkan agar-agar tepung, lembaran-lembaran agar-agar kering digiling dan diayak sampai diperoleh bubuk halus. Agar yang dihasilkan merupakan proses dari ekstraksi yang dilakukan melalui tahapan perendaman dan pemucatan, pelembutan, pamasakan, pengepresan dan pencetakan, pendinginan dan pengeringan. Metode ekstraksi yang digunakan yaitu dengan perlakuan alkali (penambahan KOH/NaOH). Menurut Aslan (1991), penambahan KOH/NaOH berfungsi untuk menstabilkan pH (mencapai pH 9,6). Perlakuan perendaman berpengaruh terhadap naik turunnya kandungan agar, dimana perlakuan perendaman yang lama akan menghasilkan kandungan agar lebih tinggi. Fungsi dari perendaman yaitu untuk mendapatkan kualitas agar yang bagus (warna putih), sedangkan perendaman dalam asam asetat/KCl berfungsi untuk memecah diding sel.Larutan yang digunakan dalam praktikum ekstraksi agar yaitu KOH 10%, KCl 5% dan H2O2 6%. Penggunaan KOH dalam ekstraksi agar berfungsi untuk membantu ekstraksi polisakarida menjadi lebih sempurna, berpengaruh terhadap kenaikan rendemen dan mutu agar yang dihasilkan. KCl 5% berfungsi untuk memecah thallus. H2O2 berfungsi untuk mencerahkan warna rumput laut (Rasyid, 2004).Menurut Kadi dan Atmadja (1996), kandungan agar dihitung menggunakan rumus:Kandungan Agar = Keterangan:A = berat sampel setelah ekstraksi (g)B = berat thallus kering (g)Berdasarkan hasil praktikum dapat diketahui bahwa kandungan agar yang diperoleh adalah 8,2%. Handayani (2006), menyatakan bahwa kandungan agar Gracilaria verucossa di Indonesia mencapai 47,3%. Kandungan agar yang diperoleh pada praktikum ini masih sangat rendah. Hal ini kemungkinan disebabkan oleh lokasi penanaman yang kurang sesuai, metode budidaya yang tidak sesuai sehingga menyebabkan pertumbuhan kurang baik, akibatnya agar yang dikandungnya sedikit. Faktor lainnya mungkin disebabkan Gracilaria yang dipakai masih terlalu muda untuk dibuat ekstraksi. Kadi & Atmadja (1996) menambahkan bahwa jenis spesies, lokasi pertumbuhan, umur panen dan teknik budidaya yang intensif serta penanganan pasca panen yang tepat mempengaruhi kandungan agar.Menurut Indriani dan Sumiarsih (1992), agar-agar yang diperdagangkan harus memenuhi standar industri Indonesia yaitu:1. Kadar air 15-21%.2. Kadar abu maksimal 4%.3. Kadar karbohidrat sebagai galakton minimal 30%.4. Logam berbahaya, arsen negatif (tidak ada).5. Zat warna tambahan yang diinginkan untuk mebuat makanan dan minuman.6. Viskositas agar-agar pada pH 4,5-9 pada suhu 450C dengan konsentrasi larutan 1% adalah 2-10 Cps.

IV. KESIMPULAN DAN SARANA. KesimpulanBerdasarkan hasil dan pembahasan praktikum dapat disimpulkan bahwa:1. Persentase rendemen agar dari Gracilaria verrucosa adalah 8,2%.2. Tahapan ekstraksi agar adalah pemanenan dan pengeringan rumput laut, pemotongan dan pengasaman, pemasakan dan ekstraksi, pemadatan, pengeringan.

B. SaranSebaiknya pada saat proses pengeringan lebih diperhatikan lagi supaya agar yang dikeringkan tidak terkena air hujan atau masih basah karena kurang lama dikeringkan.

DAFTAR REFERENSIAfrianto, Eddy & Liviawati, E. 1989. Budidaya Rumput Laut dan Cara Pengolahannya. Bhratara, Jakarta.Aslan, L. M. 1991. Budidaya Rumput Laut . Kanisius, Yogyakarta.Atmadja, W.S., Kadi, A. & Rachmaniar. 1996. Pengenalan Jenis-Jenis Rumput Laut Indonesia. Oseanografi-LIPI, Jakarta.Handayani, T. 2006. Protein pada Rumput Laut. Oseanografi-LIPI, Jakarta.Imaniar, K., Sunaryo & G.W., S. 2013. Pengaruh Penggunaan Divine Cigarette Terhadap Pertumbuhan Rumput Laut Gracilaria verrucosa (Hudson) Papenfus. Journal Of Marine Research, 2(2), pp.65-69.Indriani, H dan Sumiarsih. 1992. Budidaya, Pengelolaan serta Pemasaran Rumput Laut . Penebar Swadaya, Jakarta.Insan, A.L. & Widyartini, D.S. 2001. Makroalgae. Fakultas Biologi. Universitas Jenderal Soedirman, Purwokerto.Kadi, A. & W. S. Atmadja. 1996. Rumput Laut (Algae): Jenis, Reproduksi, Produksi, Budidaya. Puslitbang Oceanologi. LIPI, Jakarta.Kusuma, W.I., Santosa, G.W. & Pramesti, R. 2013. Pengaruh Konsentrasi NaOH yang Berbeda Terhadaap Mutu Agar Rumput Laut Gracilaria verrucosa. Journal Of Marine Research, 2(2), pp.120-29.Lobban, C.S., and Horisson. 1994. Seaweed Ecology and Phisiology. Cambridge University Press, London.Mensi, F., Ksouri, J., Seale, E.G. & Romdhane, M.S. 2011. Modeling laboratory culture of Gracilaria verrucosa (Hudson) Papenfuss according to nutrients concentrations and salinities levels. Bull. Inst. Natn. Scien. Tech. Mer de Salammb, 38(6), pp.123-134.Rasyid, A. 2004. Beberapa Catatan Tentang Agar. Jurnal Oseana , XXIX(2), pp.1-7.Rukmi, Ayuning Smita. 2012. Sistem Budidaya Rumput Laut Gracilaria verrucosa di Pertambakan dengan Perbedaan Waktu Perendaman di Dalam Larutan NPK. Program Studi Ilmu Kelautan, Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Universitas Diponegoro Kampus Tembalang, Semarang 50275. Journal of Marine Research. Volume 1, Nomor 1, Tahun 2012, Halaman 90-94.Sahu, N. & Sahoo, D. 2013. Study of Morphology and Agar Contents in Some Important Gracilaria Species of Indian Coasts. American Journal of Plant Sciences, 4(1), pp.52-59.Suryadi, G. Stetiedharma, H. Hamdani dan Iskandar. 1993. Kecepatan Pertumbuhan Rumput Laut Eucheuma Alvarezii pada 2 Sistem Budidaya yang berbeda. Skripsi tidak dipublikasikan. UNPAD, Jatinangor.