variasi morfologi dan anatomi lengkuas (alpinia galanga ...mahasiswa.mipastkipllg.com/repository/ita...

32
VARIASI MORFOLOGI dan ANATOMI LENGKUAS (Alpinia galanga) BERDASARKAN PERBEDAAN KETINGGIAN TEMPAT SEBAGAI BOOKLET DALAM MATA KULIAH MORFOLOGI dan ANATOMI TUMBUHAN Oleh : Ita Yulianti 1 , Ria Dwi Jayati, M. Pd. 2 , Mareta Widiya, M. Pd. Si. 3 1 Mahasiswa STKIP-PGRI Lubuklinggau 2 dan 3 Dosen STKIP-PGRI Lubuklinggau Program Studi Pendidikan Biologi STKIP-PGRI Lubuklinggau Email : [email protected] ABSTRACT This research was cerried out in order to find out the morphological and anatomical variations in the galangal plant ( Alpinia galanga). This is due to the lack or not many learning resources that can be used in the course of Plant Morphology and Anatomy, especially in epidermal tissue in the galangal plant (Alpinia galanga). Selupu Rejang subdistrict Karang Jaya Village an Tugumulyo Subdistrict E Wonokerto Village which have different location. And the results of the morphological variation of the two galangal plants ( Alpinia galanga) in different regions and the height of different plants ranging from leaf height, leaf color, rhizome size, and roots. For anatomical variations from both places also showed different results which include the shape of the epidermis, then the size of the epidermal cell, size, density, and number of stomata. Keywords: Mophology, Anatomy, Height Of Place, Galangal and Booklet. A. PENDAHULUAN Morfologi dan Anatomi Tumbuhan yaitu ilmu biologi yang berbeda namun masih saling terkait satu sama lain. Morfologi Tumbuhan merupakan cabang ilmu biologi yang mempelajari tentang bentuk dan susunan luar tubuh tumbuhan. Sedangkan Anatomi Tumbuhan merupakan ilmu urai, dalam botani, yaitu yang mempelajari susunan dalam tumbuh-tumbuhan (Sa’adah, 2015:15). Seperti tumbuhan lengkuas (Alpinia galanga) yang dapat di amati secara morfologi dan anatominya. Lengkuas yaitu jenis tanaman yang bisa di amati morfologi dan anatominya. Lengkuas atau laos adalah jenis tanaman terna, tanaman ini tumbuh tegak dan memiliki tinggi sekitar 1-2 m. Biasanya hidup di dataran rendah dan dataran tinggi, diketinggian 1200 m diatas permukaan laut (Ernawati, 2011:2).

Upload: others

Post on 26-Dec-2019

117 views

Category:

Documents


1 download

TRANSCRIPT

VARIASI MORFOLOGI dan ANATOMI LENGKUAS (Alpinia galanga)

BERDASARKAN PERBEDAAN KETINGGIAN TEMPAT SEBAGAI

BOOKLET DALAM MATA KULIAH MORFOLOGI dan ANATOMI

TUMBUHAN

Oleh : Ita Yulianti1, Ria Dwi Jayati, M. Pd.

2, Mareta Widiya, M. Pd. Si.

3

1 Mahasiswa STKIP-PGRI Lubuklinggau

2 dan 3 Dosen STKIP-PGRI Lubuklinggau

Program Studi Pendidikan Biologi STKIP-PGRI Lubuklinggau

Email : [email protected]

ABSTRACT

This research was cerried out in order to find out the morphological and

anatomical variations in the galangal plant (Alpinia galanga). This is due to the

lack or not many learning resources that can be used in the course of Plant

Morphology and Anatomy, especially in epidermal tissue in the galangal plant

(Alpinia galanga). Selupu Rejang subdistrict Karang Jaya Village an Tugumulyo

Subdistrict E Wonokerto Village which have different location. And the results of

the morphological variation of the two galangal plants (Alpinia galanga) in

different regions and the height of different plants ranging from leaf height, leaf

color, rhizome size, and roots. For anatomical variations from both places also

showed different results which include the shape of the epidermis, then the size of

the epidermal cell, size, density, and number of stomata.

Keywords: Mophology, Anatomy, Height Of Place, Galangal and Booklet.

A. PENDAHULUAN

Morfologi dan Anatomi

Tumbuhan yaitu ilmu biologi yang

berbeda namun masih saling terkait

satu sama lain. Morfologi Tumbuhan

merupakan cabang ilmu biologi yang

mempelajari tentang bentuk dan

susunan luar tubuh tumbuhan.

Sedangkan Anatomi Tumbuhan

merupakan ilmu urai, dalam botani,

yaitu yang mempelajari susunan

dalam tumbuh-tumbuhan (Sa’adah,

2015:15).

Seperti tumbuhan lengkuas

(Alpinia galanga) yang dapat di

amati secara morfologi dan

anatominya. Lengkuas yaitu jenis

tanaman yang bisa di amati

morfologi dan anatominya. Lengkuas

atau laos adalah jenis tanaman terna,

tanaman ini tumbuh tegak dan

memiliki tinggi sekitar 1-2 m.

Biasanya hidup di dataran rendah

dan dataran tinggi, diketinggian 1200

m diatas permukaan laut (Ernawati,

2011:2).

Menurut Nurmasari dan

Djumali (2011:48), ketinggian

tempat berpengaruh terhadap

pertumbuhan tanaman, semakin

tinggi tempat penanaman, tinggi

tanaman dan ukuran daun semakin

menurun. Hal ini di sebabkan oleh

adanya unsur-unsur iklim di antara

perbedaan lokasi atau tempat

tersebut, di mana unsur-unsur iklim

sangat mempengaruhi proses

fisiologi tanaman.

B. METODE PENELITIAN

Metode penelitian ini

merupakan penelitian kualitatif yaitu

metode yang berlandaskan pada

filsafat post positiv, yaitu dimana

meneliti pada kondisi objek yang

alamiah, (sebagai lawannya adalah

eksperimen) peneliti sebagai

instrumen kunci, serta pengambilan

sampel di lakukan secara purposive,

cara pengumpulan data di lakukan

dengan triangulasi (gabungan),

analisis data bersifat kualitatif atau

induktif, dan hasil penelitian

kualitatif lebih menekankan makna

dari pada generalisasi (Sugiyono,

2013:15).

Pengambilan sampel

berdasarkan metode purposive

sampling, yaitu pengambilan sampel

sumber data dengan menggunakan

pertimbangan tertentu (Sugiyono,

2013:300).

Berikut alat dan bahan

penelitian:

1. Alat

a) Instrumen pengamatan 1 buah

b) Kaca penutup

c) Penggaris 1 buah

d) Alat tulis

e) Benang jahit 1 buah

f) Toples

g) Koran

h) Karton

i) Buku rujukan morfologi

tumbuhan

j) Bingkai

k) Pinset

l) Silet

m) Mikroskop cahaya

n) Pipet tetes

o) Kamera

p) Higro meter

q) Alti meter

r) Soil Tester

2. Bahan

a) Sampel lengkuas

b) Alkohol 70%

c) Sampel rimpang lengkuas

d) Aquades

Prosedur pengamatan

morfologi dan pembuatan herbarium

adalah:

3. Cara Kerja

a. Sampel di ambil dan di

letakkan di meja. Daun yang

diukur merupakan daun

terlebar.

b. Panjang daun di ukur dengan

mistar mulai dari pangkal daun

sampai ujung daun.

c. Lebar daun di ukur secara

horizontal menggunakan

penggaris.

d. Batang diukur menggunakan

benang mulai dari helaian daun

yang terakhir sampai pangkal

batang

e. Benang hasil pengukuran di

ukur menggunakan mistar

f. Karakter kualitatif di amati dan

hasilnya dicatat dalam tabel

pengamatan

g. Sampel lengkuas untuk

pembuatan herbarium di pilih

rimpang tanaman lengkuas

yang segar

h. Pada pembuatan herbarium

kering, bagian daun, batang,

dan akar tanaman lengkuas di

bersihkan terlebih dahulu

kemudian di lapisi dengan

koran dan kemudian jemur di

bawah terik matahari, setelah

kering bagian daun, batang,

akar bisa di bingkai.

i. Pada pembuatan herbarium

basah sampel lengkuas di

masukkan ditoples dan di

berikan alkohol 70%.

j. Penyimpanan herbarium.

Herbarium bisa di manfaatkan

sebagai obyek sumber

penelitian karakterisasi

morfologi tumbuhan jika di

lain hari di perlukan (Sa’adah,

2015:47).

Langkah-langkah pengamatan

anatomi jaringan adalah:

1. Cara Kerja

a. Rimpang lengkuas di sayat

secara melintang menggunakan

silet.

b. Sayatan di letakkan pada gelas

benda kemudian di tetesi

aquades satu tetes.

c. Preparat yang sudah di beri

aquades ditutup dengan gelas

penutup.

d. Preparat di tutup dengan kaca

penutup dan di lihat di

mikroskop pada perbesaran

10x 40x.

e. Objek yang sudah di temukan

kemudian di foto (Sa’adah,

2015:47).

Prosedur pengembangan

booklet dalam penelitian ini adalah:

Model pengembangan yang di

gunakan pada penelitian ini adalah

model Borg dan Gall. Model Borg

dan Gall adalah suatu proses yang di

pakai untuk mengembangkan dan

memvalidasi produk penelitian

(Setyosari, 2013:276). Menurut

Tegeh, dkk (2014:7) langkah-

langkah penelitian dan

pengembangan model Borg dan gall

terdiri dari 10 tahapan, yaitu:

penelitian dan pengumpulan

informasi, perencanaan,

mengembangkan bentuk

pendahuluan produk, uji lapangan

persiapan, revisi produk utama, uji

lapangan utama, pelaksanaan revisi

produk, uji lapangan operasi, revisi

produk akhir, penyebaran dan

pengimplementasian. Tetapi, dalam

penelitian ini peneliti memodifikasi

langkah-langkah penelitian dan

pengembangan tersebut menjadi 4

tahap. Hal ini dikarenakan terbatas

waktu dan biaya yang diperlukan

peneliti dalam penelitian ini.

Berikut ini langkah-langkah

penelitian dan pengembangan yaitu:

1) pengumpulan informasi, pada

tahap ini peneliti mengkaji dan

memperkuat hasil penelitian

dengan teori-teori yang

mendukung dengan cara

mengumpulkan data, buku-buku

dan sumber refensi lainnya terkait

dengan inventarisasi famili

Zingiberaceae.

2) Perencanaan, pada tahap ini

peneliti menentukan spesifikasi

produk yang akan di buat dengan

memperhatikan kebutuhan dalam

pembuatan booklet. Kemudian

peneliti menentukan kualifikasi

validator. Validator tersebut

meliputi validator ahli materi, ahli

bahasa, dan ahli desain. Adapun

instrumen dalam validasi tersebut

berupa angket.

3) Perencanaan produk, pada tahap

ini peneiliti menyusun rancangan

media booklet termasuk persiapan

materi, isi dan alat evaluasi yang

akan digunakan. Susunan

rancangan media booklet tersebut

dapat dilihat

4) Validasi produk, pada tahap ini

dilakukan oleh validator ahli,

yang terdiri dari validator ahli

materi, ahli bahasa dan ahli

desain. Validasi ini dilakukan oleh

seseorang yang memang ahli

dalam bidang tersebut. Jika hasil

validasi booklet tersebut menurut

validator belum layak berarti

booklet perlu dilakukan perbaikan

dan penyempurnaan

C. HASIL

1. Variasi Morofologi dan

Anatomi Lengkuas (Alpinia

galanga) Berdasarkan

Perbedaan Ketinggian tempat

Hasil perbandingan pada

sampel lengkuas dikedua wilayah

dapat dilihat pada gambar 4.1

berikut:

Gambar 4.1 Perbedaan

Tanaman Lengkuas Di Kedua

Wilayah (a) Kecamatan Selupu

Rejang dan (b) Kecamatan

Tugumulyo

(Dokumentasi Pribadi, 2018)

a. Morfologi dan Anatomi

Daun (Folium) Lengkuas

(Alpinia galanga)

Hasil pengamatan pada

sampel daun lengkuas dikedua

wilayah dapat dilihat pada

gambar 4.2 berikut:

Gambar 4.2 (a) Daun Lengkuas

(Alpinia galanga) di Kecamatan

Selupu Rejang dan (b) Daun

Lengkuas (Alpinia galanga) di

Kecamatan Tugumulyo

(Sumber: Dokumentasi Pribadi,

2018)

Berikut saat

pengukuran sampel daun dapat

di lihat pada gambar 4.3,

sebagai berikut:

Gambar 4.3 Pengukuran Panjang

dan Lebar Daun Lengkuas

(Alpinia galanga)

(Sumber: Dokumentasi Pribadi,

2018)

Panjang daun

Lebar daun

a b

a b

b

Panjang

Lebar

Hasil Variasi

morfologi daun lengkuas di

dataran tinggi dan dataran

rendah dapat di lihat pada

Tabel 4.2:

Tabel 4.2 Variasi Morfologi

Daun Lengkuas (Alpinia

galanga) Variasi

morfologi

Dataran

Tinggi

(Kecamatan

Selupu

Rejang)

Dataran

Rendah

(Kecamatan

Tugumulyo)

Panjang daun 23 cm 35,1 cm

lebar daun 7 cm 8,74 cm

Warna daun Hijau

kekuningan

Hijau Pekat

Bangun daun Lanset Lanset

Tepi daun Rata Rata

Ujung daun Runcing Runcing

Pangkal daun Tumpul Tumpul

Pertulangan

daun

Menyirip Menyirip

Tekstur daun Licin Licin

Tipe daun Lengkap Lengkap

Hasil variasi anatomi

daun lengkuas di kedua

wilayah dapat di lihat pada

tabel 4.3 sebagai berikut:

Tabel 4.3 Variasi Anatomi

Daun lengkuas (Alpinia

galanga) Variasi

anatomi

Dataran Tinggi

(Kecamatan

selupu Rejang)

Dataran

Rendah

(Kecamatan

Tugumulyo)

Jaringan

epidermis

daun

(folium)

Deskripsi 1. Pada sampel

daun jaringan

epidermisnya

memiliki

ukuran yang

relatif kecil

1. jaringan

epidermisnya

memiliki

ukuran yang

besar dan

jelasserta rapat

dan rapat

2. bentuknya ada

yang segi lima,

bulat, dan

lonjong. Dan

jika dilihat

secara

keseluruhan

bentuk bulat

kecil dan

lonjong lebih

menonjol.

3. Terdapat

stomata pada

setiap barisnya

dan letaknya

sejajar dan

jumlahnya

tidak terlalu

banyak rata-

rata 7.

2. bentuknya

beragam ada

yang segi lima,

bulat, lonjong,

namun bentuk

segi lima lebih

menonjol.

3. Dengan

stomata yang

memiliki

ukaran sama

dengan sel

epidermis,

letaknya tidak

beraturan pada

setiap barisnya

namun jumlah

cukup banyak

yaitu 10.

Berdasarkan hasil

pengamatan pada sampel

lengkuas yang ada di

kecamatan Selupu Rejang dan

kecamatan Tugumulyo pada

Tabel 4.2 menunjukan bahwa

daun lengkuas dari dataran

tinggi memiliki ukuran panjang

dan lebar yang berbeda.

Sampel daun lengkuas di

dataran tinggi memiliki ukuran

panjang dan lebar yang lebih

kecil di bandingkan dengan

yang di dataran rendah. Pada

dataran rendah daun lengkuas

memiliki ukuran panjang dan

lebar yang besar. Setelah di

amati pada sampel daun

lengkuas selain ukurannya

yang berbeda secara morfologi

dari daun tersebut relatif sama

yang berbeda hanyalah pada

warna daun saja daun lengkuas

pada dataran tinggi memiliki

warna hijau kekuningan

sedangkan daun lengkuas pada

dataran rendah memiliki warna

hijau pekat.

b. Morfologi dan Anatomi

Batang (Caulis) Semu

hasil pengamatan pada

batang semu lengkuas di kedua

wilayah yaitu dataran tinggi

dan dataran rendah dapat di

lihat pada gambar 4.4 sebagai

berikut:

Gambar 4.4 (a) Batang Semu

Lengkuas (Alpinia galanga) Dari

Kecamatan Selupu Rejang dan (b)

Kecamatan Tugumulyo

(Sumber: Dokumentasi Pribadi,

2018)

Hasil variasi morfologi

pada sampel batang semu di

kedua wilayah dapat di lihat

pada Tabel 4.4 sebagai berikut:

Tabel 4.4 Variasi Morfologi

Batang Semu Lengkuas

(Alpinia galanga) Variasi

morfologi

Dataran

tinggi

(Kecamatan

Selupu

Rejang)

Dataran Rendah

(Kecamatan

Tugumulyo)

Panjang

batang

49,5 cm 110 cm

Jenis batang Semu Semu

Bentuk

batang

Bulat Bulat

Warna batang Hijau

keputihan

Hijau keputihan

Jenis

percabangan

Monopodial Monopodial

Tekstur

batang

Basah Basah

Arah tumbuh

batang

Tegak lurus Tegak lurus

Hasil variasi anatomi

pada sampel batang semu di

kedua wilayah dapat di lihat

pada Tabel 4.5 sebagai berikut:

Tabel 4.5 Variasi Anatomi

Batang Semu Lengkuas

(Alpinia galanga) Variasi

anatomi

Dataran Tinggi

(Kecamatan

selupu Rejang)

Dataran Rendah

(Kecamatan

Tugumulyo)

Jaringan

epidermis

batang

(caulis)

semu

Deskripsi 1. bentuknya

segilima dan

bulat dan

lonjong

2. susunan nya

sangat rapat

1. Dari bentuk

jaringan

epidermis nya

sangat beragam

mulai dari

lonjong, bulat,

Panjang

batang

a b

3. ukuran

jaringan

epidermisnya

masih

bervariasi

mulai dari

kecil sampai

besar.

segi lima ada

juga segi enam

2. Susunan nya

rapat

3. Ukurannya

relatif kecil dan

susah untuk

diamati dan hal

tersebut karena

batang memiliki

warna hijau

yang pekat dan

serat yang

banyak.

Hasil pengamatan dan

pengukuran morfologi pada

batang lengkuas yang

tergolong batang semu, pada

sampel A yang ada pada

dataran tinggi memiliki batang

lebih pendek. Pada sampel B

batang lengkuas yang ada

didataran rendah memiliki

ukuran lebih panjang dan

besar. Secara kesluruhan

morfologi batang lengkuas dari

kedua tempat yang berbeda

ketinggian relatif sama.

c. Morfologi dan Anatomi

Rimpang (Rhizoma)

Berikut hasil pengamatan

sampe rimpang lengkuas di

kedua wilayah dataran tinggi

dan dataran rendah dapat di

lihat pada gambar 4.5 sebagai

berikut:

Gambar 4.5 (a) Sampel Rimpang

Lengkuas (Alpinia galanga) di

Kecamatan Selupu Rejang dan (b)

Sampel di kecamatan Tugumulyo

(Sumber: Dokumentasi pribadi,

2018)

Hasil pengamatan

morfologi rimpang lengkuas

dapat di lihat pada Tabel 4.6

berikut:

Tabel 4.6 Variasi Morfologi

Rimpang Lengkuas (Alpinia

galanga) Variasi

morfologi

Dataran tinggi

(Kecamatan

Selupu Rejang)

Dataran Rendah

(Kecamatan

Tugumulyo)

Panjang

rimpang

5,9 cm 6,8 cm

Lebar

rimpang

2,9 cm 2,7 cm

Bentuk

rimpang

Silindris Silindris

Warna kulit Coklat agak

kemerahan atau

kuning

kehijauan pucat

jika sudah tua

Coklat agak

kemerahan atau

kuning kehijauan

pucat pucat jika

sudah tua

Warna

daging

rimpang

Putih Putih

Variasi anatomi sampel

rimpang lengkuas dapat di lihat

pada Tabel 4.7 sebagai berikut:

a

b

b

Tabel 4.7 Variasi Anatomi

Rimpang Lengkuas

(Alpinia galanga) Variasi

anatomi

Dataran Tinggi

(Kecamatan

selupu Rejang)

Dataran

Rendah

(Kecamatan

Tugumulyo)

Jaringan

epidermis

rimpang

(rhizoma)

Deskripsi 1. Bentuknya ada

yang bulat

besar, segi

empat segi

lima, segi

enam.

2. Susunan

terlihat sangat

berantakan.

3. terdapat

senyawa fenol

yang berwarna

kekuning-

kuningan.

Berguna

sebagai anti

jamur, tersebar

tidak terlalu

banyak dan

tidak jelas

warna nya.

1. Berbentuk segi

lima, bulat,

segi tiga

2. Susunan nya

tak beraturan.

3. Diantara sel

tersebut ada

senyawa fenol

yang berwarna

kekuning-

kuningan yang

sedikit lebih

jelas. Senyawa

tersebut

berguna

sebagai anti

jamur, dan

tersebar cukup

banyak.

Hasil pengamatan pada

sampel rimpang lengkuas dari

kedua tempat yaitu Kecamatan

Selupu Rejang dan Kecamatan

Tugumulyo menunjukan

bahwa secara morfologi jelas

sekali perbedaan antara kedua

sampel tersebut. Di mana

sampel A memiliki ukuran

rimpang yang lebih kecil,

selain itu buku-buku yang ada

pada luar rimpang antara ruas

satu dengan yang selanjutnya

memiliki jarak yang dekat.

Berbeda dengan sampel B atau

sampel lengkuas yang ada di

Kecamatan Tugumulyo, pada

sampel rimpang lengkuas ini

memiliki ukuran yang lebih

besar di bandingkan dengan

yang sampel A, selain itu

buku-buku antara ruas satu

dengan selanjutnya memiliki

jarak yang tidak terlalu dekat.

d. Akar (radix)

Hasil pengamatan

morfologi pada sampel akar

dari kedia wilayah dapat dilihat

pada gambar 4.6 berikut:

Gambar 4.6 (a) Sampel Akar Dari

Kecamatan Selupu Rejang dan (b)

Sampel Kecamatan Tugumulyo

(Sumber: Dokumentasi Pribadi,

2018)

a b b

hasil pengamatan

morfologi pada sampel akar

dapat di lihat pada Tabel 4.8

berikut:

Tabel 4.8 Variasi Morfologi

Akar Lengkuas (Alpinia

galanga)

Variasi yang

Diamati

Dataran

tinggi

(Kecamatan

Selupu

Rejang)

Dataran

Rendah

(Kecamatan

Tugumulyo)

Tipe akar Serabut Serabut

Bentuk akar Bulat

memanjang

Bulat

memanjang

Berdasarkan hasil

hasil pengamatan morfologi

akar pada lengkuas,

menunjukan bahwa akar

lengkuas merupakan akar

serabut dengan bentuk bulat

memanjang, namun secara

morfologi sampel akar dari

kedua tempat memiliki ukuran

berbeda, akar sampel A atau

yang ada didataran tinggi

memiliki akar yang lebih

panjang namun ukuran nya

kecil, sedangkan sampel B

yang ada didataran rendah

memiliki ukuran yang lebih

besar namun tidak terlalu

panjang.

2. Booklet Dalam Mata Kuliah

Morfologi dan Antomi

Tumbuhan

Berikut merupakan hasil

validasi dan uji coba kelompok

kecil dari ketiga ahli, yaitu ahli

bahasa, ahli media, ahli materi

dan mahasiswa sebagai berikut:

Gambar 4.7 Hasil Uji Coba

Kelompok Kecil

Booklet ini dibuat

sebagai sumber belajar bagi

mahasiswa dan kalangan

umum untuk menambah

wawasan atau informasi

mengenai morfologi dan

anatom lengkuas. Booklet yang

telah dibuat kemudian

divalidasikan kepada tiga ahli,

0

20

40

60

80

100

yaitu ahli bahasa, ahli media,

dan ahli materi morfologi dan

anatomi dengan menggunakan

kuesioner (angket).

D. Pembahasan

hasil dari penelitian tanaman

lengkuas yang telah diamati dan

diukur kemudian dijelaskan dalam

pembahasan berikut:

1. Variasi Morfologi dan

Anatomi Lengkuas (Alpinia

galanga)

Sampel lengkuas dari

Kabupaten Rejang Lebong di

ambil di Desa Karang Jaya

Kecamatan Selupu Rejang.

Desa Karang Jaya memiliki

ketinggian 1113 mdpl,

dengan skala kelembaban 76

%, suhu udara 27 oC, dan pH

tanah 6. Pada pengambilan

sampel lokasi untuk

pengambilan sampel adalah

di halaman belakang rumah

warga setempat. Kegiatan

sampling di lakukan di

Kecamatan Selupu Rejang

pada tanggal 29 juli 2018

pukul 10.00-18.00 WIB.

Sampel di ambil sebanyak 5

sampel yang sesuai dengan

kriteria yang di inginkan dan

kemudian di samakan dari

kedua tempat. Sampel di

ambil berdasarkan hasil

wawancara dengan pemilik

tanaman lengkuas tersebut

guna mengetahui informasi

tentang lengkuas tersebut

yang ia tanam. Meliputi

varietas lengkuas apa yang

ditanam, perlakuan yang di

berikan berupa apa, umur

tumbuhan lengkuas dan

penggunaan pupuk apa.

Setelah itu sampel diambil

dan untuk penelitian ini

sampel yang berasal dari

Desa Karang jaya diberi

inisial A sedangkan yang

berasal dari Desa E

Wonokerto diberi inisial B.

Kegiatan sampling di

Desa E Wonokerto dilakukan

pada tanggal 31 juli 2018

pada pukul 10.00-18.00 WIB.

Desa E Wonokerto memiliki

ketinggian mencapai 136

mdpl, dengan skala

kelembaban 62 %, suhu udara

yaitu 33 oC, dan pH tanah 6

yang tergolong asam. Sampel

ini diambil dipekarangan

rumah warga setempat,

tepatnya dihalaman depan

rumah warga. Lengkuas yang

tumbuh ditempat subur tinggi

batang bisa mencapai 2-2,5

meter bahkan lebih dan

daunnya juga lebih panjang

dan lebar. Seperti sampel

yang berada di Kecamatan

Tugumulyo. Sedangkan yang

tumbuh pada tempat yang

tidak subur memiliki batang

yang pendek dan daunnya

lebih kecil. Sampel yang

diperoleh kemudian dibawa

ke Laboratorium STKIP-

PGRI Lubuklinggau untuk

dilakukan pengamatan variasi

morfologi dan anatominya.

Sampel yang diambil dari

satu tempat dan yang berumur

sama yaitu berumur 9 bulan, serta

perlakuan yang diberikan sama.

Penduduk setempat menyebutkan

bahwa lengkuas yang sudah

memiliki rimpang yaitu yang

berumur 3-4 bulan. Variasi

morfologi yang dilakukan

berdasarkan pada karakter

morfologi menurut Tjitrosoepomo

(2007).

a. Daun (Folium)

Dari hasil pengukuran

yang telah di lakukan pada

sampel daun lengkuas,

menunjukan bahwa variasi

morfologi daun lengkuas dari

Kecamatan Selupu Rejang

memiliki ukuran panjang daun

dan lebar daun yang lebih kecil

di bandingkan dengan sampel

daun yang ada di kecamatan

Tugumulyo, di mana sampel

yang ada berasal dari

Kecamatan Tugumulyo

memiliki ukuran panjang dan

lebar yang lebih besar. Hal

tersebut sependapat dengan

Nurmasari dan Djumali

(2011:48), bahwa ketinggian

tempat berpengaruh terhadap

pertumbuhan tanaman,

semakin tinggi tempat

penanaman, tinggi tanaman

dan ukuran daun semakin

menurun. Hal ini di sebabkan

oleh adanya unsur-unsur iklim

diantara perbedaan lokasi

atau tempat tersebut, dimana

unsur-unsur iklim sangat

mempengaruhi proses fisiologi

tanaman.

Selain itu daun yang

diukur adalah daun yang

memiliki ukuran terbesar

diantara daun lainnya dalam

satu batang, dan pengulangan

dilakukan sebanyak 3x untuk

mendapatkan nilai rata-rata

panjang daun dan lebar daun.

Hal tersebut dibuktikan dengan

hasil pengukuran yang telah

dilakukan yaitu pada sampel

daun yang diukur dari

Kecamatan Selupu Rejang

memiliki ukuran panjang

dengan rata-rata 27 cm dengan

lebar daun rata-rata 7 cm.

Sedangkan pada sampel daun

lengkuas yang ada di

Kecamatan Tugumulyo

memiliki ukuran panjang

dengan rata-rata 35,1cm

dengan lebar daun rata-rata

8,74 cm. Selain pengukuran

hasil pengamatan menunjukan

bahwa daun lengkuas dari

kedua tempat relatif sama,

hanya saja yang berbeda pada

sampel daun lengkuas di

Kecamatan Selupu Rejang

pada sampel A1 dan A2

memiliki bercak atau bintik

kuning pada daun lengkuas

tersebut. Sedangkan sampel

daun di Kecamatan Tugumulyo

memiliki warna daun hijau

pekat.

Selain itu variasi

pengamatan juga dilakukan

yaitu bangun daun lanset

(Lanceolatus), tepi daun rata,

ujung daun runcing, pangkal

daun tumpul (obtusus),

pertulangan daun menirip dan

tekstur permukaan nya licin,

serta lengkuas memilki tipe

daun lengkap. Perbandingan

kedua sampel daun lengkuas

yang ada di dataran tinggi dan

dataran rendah, diketahui

bahwa ketinggian tempat dapat

mempengaruhi faktor abiotik

untuk tanaman lengkuas

tersebut. Sampel lengkuas yang

ada di Kecamatan Tugumulyo

memiliki ukuran yang lebih

besar dari pada sampel

lengkuas yang ada di

Kecamatan Selupu Rejang hal

tersebut di karenakan

Kecamatan Tugumulyo

merupakan wilayah yang dapat

di katakan telah memenuhi

kriteria syarat tumbuh tanaman

lengkuas.

Selain variasi morfologi

daun lengkuas, variasi anatomi

yang diamati yaitu jaringan

epidermis. Struktur yang

diamati merupakan bentuk sel,

dan juga stomata pada daun

lengkuas tersebut. Sampel daun

dari Kecamatan Selupu Rejang

menunujukan bahwa jaringan

epidermisnya memiliki ukuran

yang relatif kecil di

bandingkan dengan yang di

Kecamatan Tugumulyo, dan

bentuk yang berbeda-beda.

Setelah diamati di bawah

mikroskop cahaya bentuknya

ada yang segi lima, bulat, dan

lonjong. Jika dilihat dari

keseluruhan dapat dilihat

bahwa bentuk bulat kecil dan

lonjong lebih menonjol dan

sangat rapat sehingga tidak ada

ruang antar sel.

Selain jaringan epidermis

terdapat pula stomata pada

tumbuhan yang terdapat di

daun. Pengamatan yang

dilakukan pada sampel

Kecamatan Selupu Rejang,

ukuran stomatanya yang sama

dengan jaringan epidermisnya,

letak beraturan (sejajar) pada

satu barisnya. Dan jumlah

stomatanya tidak terlalu

banyak,hal tersebut telah

disebutkan oleh Hamzah

(2010:19-20), ia menyatakan

bahwa bagian tumbuhan yang

dipengaruhi oleh faktor

lingkungan termasuk

(ketinggian tempat) salah

satunya adalah anatomi

stomata. Anatomi stomata

meliputi tipe, ukuran,

kerapatan dan indeks stomata.

Hasil dari pengamatan sampel

yang diambil di Kecamatan

Tugumulyo, jaringan

epidermisnya memiliki ukuran

yang besar dan jelas, serta

bentuknya beragam ada yang

segi lima, bulat, lonjong,

namun bentuk segi lima lebih

menonjol. Hal tersebut juga

dipengaruhi oleh ukuran

rimpang yang besar sehingga

ukuran jaringan epidermisnya

juga besar dan jelas.

Sedangkan stomatanya

dalam setiap baris dapat

terlihat jelas dan jumlahnya

cukup banyak karena daun

yang cukup lebar dan panjang,

dan juga letaknya tidak

beraturan, ukuran stomata

sama dengan ukuran jaringan

epidermis yaitu lebih besar dari

sampel di Kecamatan Selupu

Rejang. Pada saat pengamatan

stomata dalam keadaan terbuka

hal tersebut dikarenakan saat

pengamatan sampel diambil

dan diamati saat siang hari

stomata pada tumbuhan pada

umumnya membuka pada saat

matahari terbit dan menutup

pada saat hari gelap, sehingga

memungkinkan masuknya

CO2yang diperlukan saat

proses fotosintesis pada siang

hari. Pada umumnya stomata

membuka memerlukan waktu

hingga satu jam dan menutup

kembali secara bertahap

sepanjang sore (Hamzah,

2010:21).

Sehingga dapat

disimpulkan bahwa sampel

jaringan epidermis daun

lengkuas di dataran rendah

memiliki ukuran yang lebih

besar dan terlihat sangat jelas,

bentuknya juga yang beragam,

ada yang bulat, segi lima,

lonjong. Seperti penelitian

yang dilakukan oleh Anu, dkk

(2017:72), dari hasil

pengamatannya pada daun

jarak pagar yang memiliki

bentuk sel epidermis segi lima,

segi enam, dan ada yang

berbentuk tidak beraturan.

Sedangkan stomata susunannya

yang tidak beraturan dalam

setiap barisnya namun

jumlahnya cukup banyak dan

ukurannya sama dengan sel

epidermis.

Sampel jaringan

epidermis di dataran tinggi

sangat rapat dan ukurannya

relatif kecil serta bentuknya

yang tidak jelas. Hal tersebut

telah dinyatakan Hamzah

(2010:53) bahwa tanaman yang

tumbuh pada ketinggian atau

pada kondisi kekeringan akan

mengurangi jumlah stomata

sehingga menurunnya laju

kehilangan air. Sehingga untuk

daerah Kecamatan Selupu

Rejang otomatis suhu udaranya

rendah dan menyebabkan

stomata menjadi lebih banyak

agar proses transpirasi tetap

dapat berlangsung, dan sampel

diKecamatan Tugumulyo

jumlah stomata sama relatif

hampir sama hal tersebut

dikarenakan daun memiliki

ukuran yang lebih panjang dan

lebar sehingga dapat

mengimbangi proses evaporasi

(penguapan) sehingga

tumbuhan tidak menjadi kering

dan kekurangan air.

b. Batang (Caulis) Semu

Variasi morfologi yang

diukur pada batang lengkuas

adalah panjang batangnya yang

merupakan pelepah-pelepah

daun dari tanaman lengkuas

tersebut atau batang semu.

Batang lengkuas yang dari

dataran tinggi memiliki ukuran

yang lebih pendek dan kecil di

bandingkan dengan sampel

batang yang ada di dataran

rendah. Setelah di lakukan

pengukuran pada batang

lengkuas yang ada di dataran

tinggi panjang batang rata-rata

adalah 49,5 cm sedangkan

yang ada di dataran tinggi

panjang batang mencapai 110

cm. Pada variasi morfologi lain

diamati dari kedua sampel

relatif sama yaitu jenis batang

semu, bentuk batang bulat,

warna pelepah hijau keputihan,

jenis percabangan monopodial,

tekstur batang basah, dan

Lengkuas memiliki batang

yang tegak lurus dan tingginya

mencapai 2-2,5 m (Sugiaman,

2015:13).

Selanjutnya variasi yang

diamati yaitu variasi anatomi

pada sampel batang lengkuas,

Dari hasil pengamatan susunan

jaringan epidermis pada batang

lengkuas di kedua daerah

memiliki bentuk, ukuran dan

susunan yang berbeda. Hal

tersebut di karenakan kedua

daerah memiliki faktor abiotik

yang berbeda, sehingga dapat

menyebabkan tumbahan yang

varietasnya sama namun secara

morfologi dan anatomi

memiliki perbedaan.

Begitu pula pada batang

lengkuas yang di ambil dari

kedua daerah yaitu di

Keamatan Selupu Rejang dan

Kecamatan Tugumulyo yang

memiliki perbedaan pada

ketinggian. Kedua batang

tersebut memiliki perbedaan

baik dari morfologi maupun

anatominya. Jaringan

epidermis dari batang lengkuas

dari kedua daerah. Dapat

dilihat bahwa kedua nya

memiliki bentuk, ukuran yang

beragam dan tak beraturan, ada

yang segi lima, lonjong, segi

empat dan bulat. Sampel dari

Kecamatan Selupu Rejang rata-

rata memiliki bentuk segilima

dan bulat dan susunannya

sangat rapat baik pada bagian

tepi dan tengah serta ukuran

jaringan epidermisnya masih

bervariasi mulai dari kecil

sampai besar. Untuk

pengamatan jaringan epidermis

maka tidak ditemukannya

ruang antar sel pada jaringan

ini.

Sedangkan sampel yang

diambil dari kecamatan

Tugumulyo jaringan

epidermisnya memiliki ukuran

yang relatif kecil dan susah

untuk diamati dan sangat rapat

hal tersebut karena batang

memiliki warna hijau yang

pekat dan serat yang banyak.

Bentuk jaringan epidermisnya

sangat beragam mulai dari

lonjong, bulat, dan dan segi

lima. Jaringan epidermis itu

sendiri berfungsi untuk

melindungi jaringan dari

lingkungan luar, serta berperan

dalam pengaturan pertukaran

gas pada daun dan permukaan

luarnya dilapisi oleh kutikula

(Anu, 2017:70). Selain jaringan

epidermis pada sampel batang

di Kecamatan Tugumulyo ini

terdapat stomata yang sangat

rapat pada setiap barisnya.

Seperti pernyataan Hamzah

(2010:18), bahwa stomata

biasanya ditemukan pada

bagian tumbuhan yang

berhubungan dengan udara,

terutama di daun, batang dan

rhizoma. Stomata juga terdapat

pada mahkota bunga, daun

buah, tangkai sari, dan biji

tetapi biasanya stomata

tersebut tidak berfungsi.

c. Rimpang (Rhizoma)

Variasi sampel

rimpang yang diukur dari

kedua wilayah yang berbeda

ketinggian tempat tersebut

yaitu meliputi panjang dan

lebar reimpang tersebut.

Setelah dilakukan pengukuran

sampel rimpang yang memiliki

ukuran dengan ukuran besar

yaitu sampel rimpang yang ada

di kecamatan Tugumulyo,

sedangkan sampel rimpang

yang ada di Kecamatan Selupu

Rejang ukuran rimpangnya

lebh kecil. Ukuran sampel

rimpang di kecamatan

tugumulyo mencapai 6,8 cm

dengan lebar rimpang yaitu 2,7

cm. Sedangkan sampel

lengkuas yang ada di

Kecamatan Selupu Rejang

memiliki ukuran dengan

panjang 5,9 cm dan lebar

rimpang 2,9 cm. Hal tersebut

disebabkan lengkuas tergolong

tanaman yang dapat hidup di

daerah dataran rendah hingga

daerah dataran tinggi sekitar

1.200 mdpl (Sugiaman,

2015:13).

Selain pengukuran,

pengamatan morfologi juga di

lakukan untuk melihat seperti

bentuk rimpang silindris,

warna kulit coklat agak

keputihan, dan warna daging

rimpang putih. Pada sampel

rimpang di Kedua wilayah

tersebut terdapat buku-buku

pada rimpang yang berfungsi

untuk melindungi daging

rimpang tersebut. Rimpang

pada Kecamatan Selupu

Rejang memiliki buku-buku

dengan jakrak ruas satu ke

selanjutnya tidak terlalu

panjang sedangkan sampel

rimpang Tugumulyo buku-

bukunya dari jarak ruas satu ke

ruas selanjutnya memiliki jarak

yang cukup panjang.

Perbandingan dari

kedua tempat terlihat pada

ukuran rimpang dimana sampel

yang yang diambil di

Kecamatan selupu Rejang

ukuran rimpangnya kecil

berbeda dengan sampel dari

Kecamatan Tugumulyo yang

memiliki ukuran lebih besar

hal tersebut sependapat dengan

Haryanti (2010:41), bahwa

respon tumbuhan sebagai

akibat dari faktor lingkungan

terlihat pada penampilan

tumbuhan. Tumbuhan berusaha

merespon kebutuhan

khususnya selama siklus

hidupnya, jika kondisi

lingkungan tersebut tidak

mendukung. Tanggapan ini

dapat berupa morfologis,

fisiologis, dan anatomis.

Tanaman yang memiliki

genotip yang sama, dalam

lingkungan yang berbeda,

penampilan dapat berbeda

pula. Termasuk ketinggian

tempat yang berbeda akan

mempengaruhi morfologi dan

anatomi pada tanaman

dikarenakan pada ketinggian

tempat yang berbeda terdapat

faktor iklim yang ikut berbeda

sehingga penampilan pada

tanaman akan ikut

mempengaruhi. Namun, untuk

warna kulit rimpang lengkuas

dan warna daging lengkuas

dari kedua tempat relatif sama.

Hasil pengamatan

variasi anatomi pada rimpang

lengkuas (Alpinia galanga) di

Kecamatan Selupu Rejang,

jaringan epidermis rimpang

lengkuas tersebut memiliki

bentuk yang beragam mulai

dari bulat besar, segi lima, segi

enam, segi empat. Namun,

karena bentuknya yang tidak

teratur sehingga jaringan

epidermisnya terlihat sangat

berantakan. Sel tersebut juga

memiliki ukuran yang relatif

kecil hal tersebut dikarenakan

ukuran rimpang tidak terlalu

besar seperti di Kecamatan

Tugumulyo. Dimana sampel

yang diambil di Kecamatan

Tugumulyo jaringan

epidermisnya memiliki ukuran

yang cukup besar dan jelas

serta bentuknya yang bervariasi

mulai dari bentuk segi lima,

bulat, segi tiga, dan tak

beraturan. Diantara sel tersebut

ada juga sel yang berwarna

putih kekuningan-kuningan

yang berbentuk seperti kristal

yang disebut senyawa fenol

dan berguna sebagai anti

jamur. Sel yang bentuknya

seperti kristal tersebut tersebar

susunannya tidak beraturan

yang terdapat diantara jaringan

epidermis lain. Pada senyawa

tersebut dari kedua sampel

yang telah di amati

menunjukan sampel yang

berasal dari Kecamatan

Tugumulyo lebih terlihat jelas

dan cukup banyak dengan

varietasnya juga sama yaitu

lengkuas putih.

Seperti penelitian

yang dilakukan oleh Salni dkk

(2013:305), yaitu hasil uji

bioautografi fan penentuan

golongan senyawa aktif pada

fraksi n-heksan pada plat silika

gel DF254 setelah disemprot

dengan H2SO4 timbul bercak

berwarna juning dengan nilai

Rf 0,9, ini menunjukan bahwa

didalam fraksi n-heksan

terdapat senyawa fenol. Pada

kromatogram bercak warna

kuning menunjukan senyawa

aktif terhadap Candida

albicans. Zona bening yang

terbentuk di kromatogram

memiliki diamater 15 mm. Ini

bererti senyawa fenol yang

terdapat didalam rimpang

lengkuas putih merupakan

senyawa anti jamur Candida

albicans.

d. Akar (Radix)

Hasil pengukuran pada

sampel akar baik di

Kecamatan Selupu Rejang dan

Kecamatan Tugumulyo relatif

sama, dari tipe akar, dan

bentuk akar. Hasil pengamatan

variasi morfologi sampel akar

lengkuas yang ada di

Kecamatan Selupu Rejang dan

Kecamatan Tugumulyo relatif

sama yaitu merupakan akar

serabut, karena lengkuas

tergolong tumbuhan monokotil

dan bentuk akarnya bulat

memanjang. Namun sampel

akar dari Kecamatan Selupu

Rejang akarnya memiliki akar

halus lebih banyak seperti

benang-benang dan akar nya

lebih panjang sedangkan akar

yang ada di Kecamatan

Tugumulyo memiliki akar yang

cukup besar dan jelas. Hal

tersebut sependapat dengan

Patricia dkk (2013:59) bahwa

pada umumnya tanaman

dengan irigasi yang baik

memiliki akar yang panjang

dibandingkan dengan tanaman

yang tumbuh di tempat yang

kering. Namun, panjang akar

berkaitan dengan ketahanan

tanaman pada saat terjadi

kekurangan air.

Hal ini disebabkan pada

saat kekurangan air, tanaman

akan memanjangkan akarnya

sampai kelapisan tanah yang

memiliki ketersediaan air yang

cukup, sehingga tanaman

tersebut dapat bertahan hidup.

Sampel dari Kecamatan

Tugumulyo lebih jelas yaitu

agak sedikit besar, hal tersebut

dikarenakan dataran rendah

lebih cocok untuk tumbuhan

lengkuas sehingga akar bisa

tumbuh dengan maksimal.

Dalam proses pertumbuhannya

akar juga dapat dipengaruhi

oleh beberapa faktor abiotik

seperti intensitas cahaya, suhu

yang rendah dapat

menyebabkan proses

pertumbuhan nya tidak

maksimal sehingga akar akan

terlihat lebih kecil dan halus

meskipun dengan umur yang

sama seperti sampel dari

Kecamatan Selupu Rejang.

2. Booklet Dalam Mata Kuliah

Morfologi dan Antomi

Tumbuhan

Booklet ini dibuat

sebagai sumber belajar bagi

mahasiswa dan kalangan

umum untuk menambah

wawasan atau informasi

mengenai morfologi dan

anatomi lengkuas. Booklet

yang telah dibuat kemudian di

validasikan kepada tiga ahli,

yaitu ahli bahasa, ahli media,

dan ahli materi dan kelompok

kecil pada mahasiswa

morfologi dan anatomi dengan

menggunakan kuesioner

(angket). Validasi dilakukan

hanya satu kali saja karena

tujuan dari penelitian ini adalah

membuat booklet sebagai

sumber belajar bukan bahan

ajar. Booklet dibuat hanya

sebagai produk dari hasil

penelitian tersebut.

Validasi booklet

dilakukan untuk menilai

susunan dalam pebuatan

booklet hasil penelitian

Variasi Morfologi dan

Anatomi lengkuas (Alpinia

galanga) Berdasarkan

Perbedaan Ketinggian

Tempat. Validasi dilakukan

oleh tiga ahli, yaitu ahli

Bahasa oleh Ibu Dr. Rusmana

Dewi, M.Pd. kemudian ahli

media atau desain oleh bapak

Leo Charli. M.Pd. dan ahli

materi oleh ibu Reny Dwi

Riastuti, M.Pd.Si.

Dalam penilaian dari

hasil validasi booklet tersebut

juga memiliki kelemahan di

beberapa bagian booklet yang

disusun, namun telah direvisi

dan disempurnakan sesuai

dengan saran dari tim

validator. Saran yang

diberikan sebagai berikut:

a. Ahli Bahasa

Saran yang diberikan

yaitu dalam penggunaan

kalimat yang efetif seperti

kata pada, yang, akan, kan

harus dihindari atau jangan

terlalu sering

menggunakan kata

tersebut. Tata cara

penulisan baik spasi,

huruf, dalam penggunaan

bahasa. Informasi yang

yang diberikan dalam

booklet tersebut haruslah

berfokus pada apa yang

menjadi hasil dari

penelitian mengenai

“Variasi Morfologi dan

Anatomi Lengkuas

(Alpinia galanga)

Berdasarkan Perbedaan

Ketiinggian Tempat”.

b. Ahli Media/Desain

Ahli media

menyarankan dalam

penggunaan warna font

pada sampul yang tidak

terlalu jelas sehingga

disarankan untuk

memperbaiki warna font

agar bila dibaca dapat jelas

baik warna font danukuran

font. Kemudian untuk jenis

kertas sampul yang

digunakan harus tebal atau

bisa menggunakan kertas

foto agar kualitas gambar

pada sampulnya terlihat

bagus dan menarik.

c. Ahli Materi

Saran yang diberikan

berupa perbaikan tata tulis.

Dimana masih sangat

banyak sekali tata cara

penulisan yang salah, spasi

juga kurang diperhatikan,

kemudian ukuran font

dalam tabel juga tidak

boleh teralu kecil. Dalam

penggunaan istilah-istilah

didalam booklet juga harus

diperbaiki misalnya seperti

nama latin pada bagian

tumbuhan.

d. Penilaian Mahasiswa

Berdasarkan penilaian

angket adalah mahasiswa

biologi yang telah

menempuh mata kuliah

morfologi dan anatomi

tumbuhan. Penilaian yang

di lakukan merupakan uji

coba skala kecil

menggunakan 10

mahasiswa. Persentase

penilaiannya adalah 92,5

%. Tidak ada kritik dan

saran yang di berikan,

yang artinya booklet telah

di anggap praktis untuk di

gunakan sebagai informasi

dan sumber belajar bagi

mahasiswa khususnya

dalam mata kuliah

morfologi dan anatomi

tumbuhan.

Hal tersebut

sependapat dengan

Ernawati (2014:64), bahwa

uji coba kelompok kecil

berjumlah 9 orang. Dan

sependapat dengan Avisha

(2017:71), bahwa

pentingnya di lakukan uji

coba produk pada skala

kecil terlebih dahulu untuk

mengantisipasi kesalahan

yang dapat terjadi.

Saran yang diberikan

dari tim validator telah

direvisi dan di sempurnakan

sesuai dengan saran yang

diberikan, kemudian hasil

skor yang didapat dari hasil

kuisioner atau angket

dilakukan perhitungan dan

didapatkan hasil data

perhitungan untuk aspek

bahasa dalam tabel 4.17

menunjukan bahwa

persentase mencapai 72,5 %,

artinya dari hasil persentase

tersebut dari segi aspek

bahasa yang digunakan dalam

booklet dapat dikatakan

layak atau baik. Aspek bahasa

tersebut telah divalidasikan

kepada ahli bahasa yaitu ibu

Dr. Rusmana dewi, M. Pd,

yang merupakan dosen

bahasa dan sastra di Sekolah

Tinggi Keguruan dan Ilmu

Pendidikan Persatuan Guru

Republik Inonesia (STKIP-

PGRI Lubuklinggau).

Hasil perhitungan

untuk aspek media/desain

booklet tentang variasi

morfologi dan anatomi

lengkuas (Alpinia galanga),

bahwa persentase mencapai

82,5%, artinya dari segi aspek

media/desain dikatakan layak.

Aspek media tersebut

divalidasikan oleh ahli media

yaitu bapak Leo Charli, M.Pd

sebagai ahli media.

Aspek materi

divalidasikan kepada ibu

Reny Dwi Riastuti, M.Pd.Si

yang merupakan Dosen

Pendidikan Biologi dengan

mengampu mata kuliah

morfologi tumbuhan di

Sekolah Tinggi Keguruan dan

Ilmu Pendidikan Persatuan

Guru Republik Inonesia

(STKIP-PGRI

Lubuklinggau). Hasil

persentase booklet yang telah

divalidasi mencapai 87,6 %.

Artinya dari segi aspek materi

booklet yang dibuat layak

untuk digunakan.Secara

keseluruhan hasil-hasil

tersebut kemudian di

dapatkan nilai rata-rata 81%.

Dimana skor 81 %

menunjukan bahwa booklet

yang telah dibuat sangat

layak untuk diuji cobakan

kepada Mahasiswa Biologi

yang telah menempuh mata

kuliah Morfologi dan

Anatomi Tumbuhan. Pada

tahapini untuk mengetahui

keterbatasan booklet yang

meliputi kemudahan,

kemenarikan, dan

keterpahaman. Hasil

penilaian kuantitatif dari

mahasiswa mendapatkan

persentase 92,5 %.

E. KESIMPULAN

Berdasarkan hasil penelitian

dapat di simpulkan bahwa:

1. Variasi morfologi dari kedua

tanaman lengkuas (Alpinia

galanga) yang berbeda wilayah

serta ketinggian tempat yang

berbeda menghasilkan tanaman

yang berbeda. Hasi penelitian

yang dilakukan menunjukan

bahwa sampel tanaman yang

berada didataran rendah lebih

bagus, dibuktikan dengan batang

yang lebih tinggi, kemudian

ukuran daun lebih panjang dan

lebih lebar, serta warna daun juga

lebih hijau. Dengan rimpang yang

memiliki ukuran lebih besar, dan

akar yang besar.Dari segi

Anatomi sampel dikedua wilayah

memiliki bentuk sel epidermis

yang bervariasi, ada yang segi

empat, segi lima, segi enam, bulat,

lonjong, dengan kerapat berbeda,

serta jumlah stomata yang

berbeda ada yang 7 dan yang 10.

2. Presentase hasil penilaian booklet

secara keseluruhan dari segi

bahasa, media, dan materi,

didapatkan nilai rata-rata yaitu

81%. Dan hasil penilaian angket

kepada Mahasiswa Biologi secara

keseluruhan mencapai 92,5 %.

Sehingga dapat dikatakan bahwa

desain booklet yang telah dibuat

sudah baik dan sangat layak.

DAFTAR PUSTAKA

Anu, O. Rampe, L. H. & Pelealu, J.

J. (2017). Struktur Sel Epidermis

dan Stomata Daun Beberapa

Tumbuhan Suku Euphorbiaceae.

Jurnal MIPA UNSRAT ONLINE.

6 (1) 69-73.

Avisha, P. Kurniawan, D. A. &

Rahayu, M. H. (2017).

Pengembangan Media

Pembelajaran Booklet Pada

Materi Sistem Imun Terhadap

Hasil Belajar Siswa Kelas XI

SMAN 8 PONTIANAK. Jurnal

Bioeducation. 4. 1. 64-73.

Ernawati. (2011). Pengaruh Ekstrak

Rimpang Lengkuas (Languas

galanga) Terhadap

Pertumbuhan Bakteri

(Staphylococcus aureus dan

Escherichia coli dan JAMUR

Candida albicans. Makasar:

Skripsi Program Studi Biologi

Universitas Islam Negeri

Alauddin makasar.

Ernawati. (2014). Pengembangan

Perangkat Pembelajaran

Berdasarkan Model 4-D Pada

Materi Getaran Gelombang dan

Bunyi Dalam Meningkatkan

Pemahaman Konsep Siswa SMP

Negeri 6 Palu. Jurnal Sains dan

Teknologi Tadulako. 3. 1. 62-71.

Hamzah, F, M. (2010). Studi

Morfologi dan Anatomi Daun

Edelweis Jawa (Anaphalis

javanica) Pada Zona Ketinggian

Yang Berbeda di Taman

Nasional Bromo Tengger

Semeru. Skripsi Jurusan Biologi

Fakultas Sains dan Teknologi

Universitas Islam Negeri (UIN)

Maulana Malik Ibrahim Malang.

Haryanti, S. (2010). Pengaruh

Nauangan Yang Berbeda

Terhadap Jumlah Stomata dan

Ukuran Porus Stomata Daun

Zephyranthes rosea Lindl,

BulletinAnatomi dan Fisiologi,

XVIII (I).

Nurmasari, E. &Djumali. (2010).

Pengaruh Kondisi Ketinggian

Tempat Terhadap Produksi dan

Mutu Tembakau Temanggung.

Malang: Jurnal Balai Penelitian

Tanaman Tembakau dan Serat.

3. 2. 71-79.

Sa’adah, L. (2015). Karakterisasi

Morfologi dan Anatomi Selada

Air (Nasturtium spp.) Di

Kabupaten Batang dan

Semarang Sebagai Sumber

Belajar Dalam Mata Kuliah

Morfologi dan Anatomi

Tumbuhan. Semarang: Skripsi

Program Studi Biologi

Universitas Islam Negeri

Walisongo Semarang.

Salni. Aminasih, N. dan Sriviona, R.

(2013). Isolasi Senyawa

Antijamur Dari Rimpang

Lengkuas Putih (Alpinia

galanga (L.) Willd) dan

Penentuan Konsentrasi Hambat

Minimum Terhadap Candida

albicans. Jurnal Prosidin Semirf

FMIPA Universits Lmpun:

Jurusan Biologi FMIPA Unsri.

Setyosari, P. (2013). Metode

Penelitian Pendidikan dan

Pengembangan. Jakarta Prenada

Media Group.

Sugiaman, H. L. (2015). Daya

Antibakteri Ekstrak Rimpang

Lengkuas Merah (Alpinia

purpurata K. Schum) Terhadap

Pertumbuhan Bakteri

Streptococcus mutans Secara In

Vitro. Makasar: Skripsi Fakultas

Kedokteran Gigi Universitas

Hasanuddin Makasar.

Sugiyono. (2013). Metode Penelitian

Kuantitatif, Kualitatif dan

Kombinasi (Mixed Methods). Bandung: Alfa Beta.

Tegeh, M. Nyoman, J. & Ketut, P.

(2014). Model Penelitian

Pengembangan. Yogyakarta:

Graha Ilmu.

Tjitrosuepomo, G. (2009). Morfologi

Tumbuhan. Yogyakarta: Gadjah

Mada University Press.

Torey, C, P. Al, S, N. Siahaan, P. &

Mambu, M, S. (2013). Karakter

Morfologi Akar Sebagai

Indikator Kekurangan Air Pada

Padi Lokal Superwin. Jurnal

Jurusan Biologi Fakultas MIPA

Universitas Sam Ratulangi

Manado.