pembesaran kelanjar tiroid

28
Pembesaran Kelanjar Tiroid Ratna Setia Wati 102011203 Fakultas Kedokteran Universitas Kristen Krida Wacana Jl. Terusan Arjuna No. 6, Jakarta 11510 e mail: [email protected] PENDAHULUAN Kelanjar endokrin merupakan salah satu organ endokrin dalam tubuh manusia. Kelanjar endokrin sendiri tersebuat adalah organ yang mensekresi hormon. Sekresi hormon tersebut disekresikan ke dalam tubuh melalui pembuluh darah. Hormon itu sendiri adalah zat perantara kimiawi yang secara spesifik dikeluarkan dalam darah oleh kelenjar endokrin sebagai respon terhadap sinyal yang sesuai. Darah membawa zat perantara tersebut ke bagian tubuh lain tempat zat tersebut menimbulkan pengaruhnya pada sel sasaran yang terletak jauh dari tempat pengeluarannya. Makalah ini khususnya akan membahas kasus tentang kelenjar endokrin yang mengalami pembesaran. Pembesaran ini tentunya akan mempengaruhi sekresi hormon yang dihasilkan dan organ yang menjadi sasaran hormon tersebut. Pembahasan dalam makalah ini akan diserati dengan penganalisisan kasus “seorang laki-laki berusia 40 tahun mengeluh berkeringat yang berlebihan, frekuensi pernafasan yang meningkat dan berat badan menurun. Pada pemeriksaan fisik dokter mendapati adanya pembesaran kelenjar tiroid.” Semoga 1

Upload: evelynanatasya

Post on 17-Dec-2015

21 views

Category:

Documents


2 download

DESCRIPTION

makalah blok 21

TRANSCRIPT

Pembesaran Kelanjar TiroidRatna Setia Wati102011203Fakultas Kedokteran Universitas Kristen Krida WacanaJl. Terusan Arjuna No. 6, Jakarta 11510e mail: [email protected]

PENDAHULUANKelanjar endokrin merupakan salah satu organ endokrin dalam tubuh manusia. Kelanjar endokrin sendiri tersebuat adalah organ yang mensekresi hormon. Sekresi hormon tersebut disekresikan ke dalam tubuh melalui pembuluh darah. Hormon itu sendiri adalah zat perantara kimiawi yang secara spesifik dikeluarkan dalam darah oleh kelenjar endokrin sebagai respon terhadap sinyal yang sesuai. Darah membawa zat perantara tersebut ke bagian tubuh lain tempat zat tersebut menimbulkan pengaruhnya pada sel sasaran yang terletak jauh dari tempat pengeluarannya. Makalah ini khususnya akan membahas kasus tentang kelenjar endokrin yang mengalami pembesaran. Pembesaran ini tentunya akan mempengaruhi sekresi hormon yang dihasilkan dan organ yang menjadi sasaran hormon tersebut. Pembahasan dalam makalah ini akan diserati dengan penganalisisan kasus seorang laki-laki berusia 40 tahun mengeluh berkeringat yang berlebihan, frekuensi pernafasan yang meningkat dan berat badan menurun. Pada pemeriksaan fisik dokter mendapati adanya pembesaran kelenjar tiroid. Semoga makalah ini dapat menjadi sebuah refrensi baru bagi pembaca untuk mempelajari sistem endokrin khususnya tentang kelenjar tiroid.

ISIStruktur Makroskopis Kelenjar Tiroid Thyroid adalah suatu kelenjar endokrin yang sangat vaskular,berwarna merah kecoklatan dengan konsistensi yang lunak.Kelenjar thyroid terdiri dari dua buah lobus yang simetris.Berbentuk konus dengan ujung cranial yang kecil dan ujungcaudal yang besar. Antara kedua lobus dihubungkan olehisthmus, dan dari tepi superiornya terdapat lobus piramidalis yang bertumbuh ke cranial, dapat mencapai os hyoideum. Pada umumnya lobus piramidalis berada di sebelah kiri lineamediana. Setiap lobus kelenjar thyroid mempunyai ukuran kira-kira 5 cm,dibungkus oleh fascia propria yang disebut true capsule, dan disebelah superficialnya terdapat fascia pretrachealis yangmembentuk false capsule.Topografi Kelenjar ThyroidKelenjar thyroid berada di bagian anterior leher, di sebelahventral bagian caudal larynx dan bagian cranial trachea, terletakberhadapan dengan vertebra C 5-7 dan vertebra Th 1. Kedualobus bersama-sama dengan isthmus memberi bentuk huruf U.Ditutupi oleh m. sternohyoideus dan m.sternothyroideus. Ujungcranial lobus mencapai linea obliqua cartilaginis thyreoideae,ujung inferior meluas sampai cincin trachea 5-6. Isthmus difiksasipada cincin trachea 2,3 dan 4. Kelenjar thyroid juga difiksasi padatrachea dan pada tepi cranial cartilago cricoidea oleh penebalanfascia pretrachealis yang dinamakan ligament of Berry. Fiksasi-fiksasi tersebut menyebabkan kelenjar thyroid ikut bergerak padasaat proses menelan berlangsung. Topografi kelenjar thyroidadalah sebagai berikut: Di sebelah anterior terdapat m. infrahyoideus, yaitu m.sternohyoideus, m. sternothyroideus, m. thyrohyoideus dan m.omohyoideus. Di sebelah medial terdapat larynx, pharynx, trachea dan oesophagus, lebih ke bagian profunda terdapat nervus laryngeussuperior ramus externus dan di antara oesophagus dan tracheaberjalan nervus laryngeus recurrens. Nervus laryngeus superior dan nervus laryngeus recurrens merupakan percabangan dari nervus vagus. Pada regio colli, nervus vagus mempercabangkanramus meningealis, ramus auricularis, ramus pharyngealis, nervuslaryngeus superior, ramus cardiacus superior, ramus cardiacusinferior, nervus laryngeus reccurens dan ramus untuk sinuscaroticus dan carotid body. Di sebelah postero-lateral terletak carotid sheath yang membungkus a. caroticus communis, a. caroticus internus, vena jugularis interna dan nervus vagus. Carotid sheath terbentuk dari fascia colli media, berbentuk lembaran pada sisi arteri danmenjadi tipis pada sisi vena jugularis interna. Carotid sheathmengadakan perlekatan pada tepi foramen caroticum, meluas kecaudal mencapai arcus aortae. Fascia colli media juga membentukfascia pretrachealis yang berada di bagian profunda otot-ototinfrahyoideus. Pada tepi kelenjar thyroid, fascia itu terbelah duadan membungkus kelenjar thyroid tetapi tidak melekat padakelenjar tersebut, kecuali pada bagian di antara isthmus dan cincin trachea 2, 3 dan 4.Vaskularisasi Kelenjar Thyroid Kelenjar thyroid memperoleh darah dari arteri thyroidea superior,arteri thyroidea inferior dan kadang-kadang arteri thyroidea ima (kira-kira 3 %). Pembuluh darah tersebut terletak antara kapsula fibrosa dan fascia pretrachealis. Arteri thyroidea superior merupakan cabang pertama artericaroticus eksterna, melintas turun ke kutub atas masing-masinglobus kelenjar thyroid, menembus fascia pretrachealis danmembentuk ramus glandularis anterior dan ramus glandularisposterior.8Arteri thyroidea inferior merupakan cabang truncusthyrocervicalis, melintas ke superomedial di belakang carotedsheath dan mencapai aspek posterior kelenjar thyroid. Truncusthyrocervicalis merupakan salah satu percabangan dari arterisubclavia. Arteri thyroidea inferior terpecah menjadi cabang-cabang yang menembus fascia pretrachealis dan memasok darahke kutub bawah kelenjar thyroid.8Arteri thyroidea ima biasanya dipercabangkan oleh truncusbrachiocephalicus atau langsung dipercabangkan dari arcusaortae.8Tiga pasang vena thyroidea menyalurkan darah dari pleksus venapada permukaan anterior kelenjar thyroid dan trachea. Venathyroidea superior menyalurkan darah dari kutub atas, venathyroidea media menyalurkan darah dari bagian tengah kedualobus dan vena thyroidea inferior menyalurkan darah dari kutubbawah. Vena thyroidea superior dan vena thyroidea mediabermuara ke dalam vena jugularis interna, dan vena thyroideainferior bermuara ke dalam vena brachiocephalica.1Struktur Mikroskopik Kelenjar TiroidKelenjar tiroid memiliki kapsula tipis, terdiri dari jaringan ikat padat irregular,terutama serabut reticular, masuk kedalam parenkim kelenjar membentuksepta, sehingga membagi kelenjar kedalam lobulus-lobulus. Pada septa jaringan ikat kaya pembuluh darah, pembuluh limfe, dan serabut syaraf. Tidak seperti kelenjar endokrin lain yang terdiri dari kelompokan sel, kelenjartiroid terdiri dari folikel-folikel yang mengandung koloid. Koloid adalah suatuglikoprotein atau bulatan berepitel selapis dengan lumen berisikan suatusubstansi gelatinosa. Dalam setiap lobulus terdapat ribuan folikel.Setiap folikel memiliki sel folikel dan sel parafolikular. Jaringan ikat dipisahkan dengan sel oleh lapisan titis lamina basalis. Sel folikelDisebut juga sel prinsipal. Merupakan sel utama yang membentukfolikel tiroid. Bentuk sel kuboid rendah sampai silindris. Inti bulat sampai oval dengan 2 anak inti Sitoplasma basofilik, banyak vesikel-vesikel kecil, terdapat granula sekretoris kecil.Fungsi sel folikel menghasilkan hormin tiroksin (T4) dan triiodotironin(T3). Hormon ini di stimulus oleh hormon TSH. Sel parafolikularDisebut juga clear cell atau cell C.Letak diantara sel folikel, antarafolikel tiroid, atau antara sel folikel dengan membrana basalis folikel. Bisa ditemukan sendirian atau dalam kelompok di antara sel folikel. Selparafolikular tidak mencapai lumen. Lebih besar dari sel folikel Inti besar, bulatSitoplasma dengan granula terwarna pucat, terdapat granulasekretoris kecil.Berfungsi menghasilkan dan sekresi hormon kalsitonin (tirokalsitonin). Hormon ini dilepaskan secara langsung ke dalam jaringan ikat, segeramasuk pembuluh darah. Fungsi hormon kalsitonin adalah menurunkan konsentrasi kalsium dalam plasma dengan cara menenkan resorpsi tulangoleh osteoklas.2Mekanisme Sekresi Hormon Tiroid Bahan dasar untuk sintesis hormon tiroid adalah tirosin dan iodium, di mana keduanya harus diserap dari darah oleh sel folikel. Tirosin, suatu asam amino, dibentuk dalam jumlah yang memadahi oleh tubuh sehingga bukan suatu zat esensial dalam makanan. Sebaliknya, iodium yang dibutuhkan untuk sintesis hormon tiroid harus diperoleh dari makanan. Pembentukan, penyimpanan, dan sekresi hormon tiroid melibatkan langkah-langkah berikut:1. Semua tahap pembentukan hormon tiroid berlangsung di molekul tiroglobulin di dalam koloid. Tiroglobulin itu sendiri diproduksi oleh kompleks Golgi/rertikulum endoplasma sel folikel tiroid. Asam amino tirosin masuk ke dalam molekul tiroglobulin yang jauh lebih besar sewaktu yang terakhir ini sedang diproduksi. Setelah terbentuk, troglobulin yang sudah mengandung tirosin diekspor dari sel folikel ke dalam koloid melalui proses eksositosis.2. Tiroid menagkap iodium dari darah dan memindahkannya ke dalam koloid melalui pompa iodium protein-protein pengangkut yang kuat dan memerlukan energi di membran luar sel folikel. Hampir semua iodium di tubuh dipindahakan melawan gradien konsentrasi untuk disimpan di tiroid untuk membentuk hormon tiroid. Iodium tidak memiliki fungsi lain di tubuh.3. Di dalam koloid, iodium cepat dilekatkan ke tirosin di dalam molekul tiroglobulin. Perlekatan satu iodium ke tirosin menghasilkan monoidotirosin (MIT). Perlekatan dua iodium ke tirosin menghasilkan diiodotirosin (DIT).4. Kemudian, terjadi proses penggabungan antara molekul-molekul tirosin yang telah beriodium untuk membentuk hormon tiroid. Penggabungan satu IMT dan satu DIT menghasilkan triidotironin atau T3 (dengan tiga iodium). Penggabungan dua DIT menghasilkan tetraiodotironin (T4atau tiroksin), yaitu bentuk hormon tiroid dengan empat iodium. Antara kedua MIT tidak terjadi penggabungan.Semua produk ini tetap melekat ke tiroglobulin. Hormon tiroid tetap tersimpan dalam bentuk ini di koloid sampai terurai dan disekresikan. Jumlah hormon tiroid yang tersimpan normalnya dapat memenuhi kebutuhan tubuh untuk beberapa bulan.Untuk mensekresi hormon tiroid, sel folikel akan memfagosit koloid penuh tiroglobulin. Pelepasan hormon tiroid ke dalam sirkulasi sistemik adalah suatu proses yang agak rumit karena dua alasan. Pertama, sebelum pembebasannya, T3 dan T4 masih terikat di dalam molekul tiroglobulin. Kedua, kedua hormon tersimpan di tempat ekstrasel, lumen folikel, sehingga harus diangkut menembus sel folikel untuk mencapai kapiler yang berjalan di ruang intertisium di antara folikel-folikel.Pada proses sekresi hormon tiroid, sel folikel menggigit putus sepotong koloid, menguraikan molekul tiroglobulin menjadi bagian-bagiannya, dan meludahkan T3 dan T4 yang telah dibebaskan ke dalam darah. Pada stimulasi yang sesuai untuk sekresi hormon tiroid, sel-sel folikel menginternalisasi sebagian kompleks tiroglobulin-hormon dengan memfagosit sepotong koloid. Di dalam sel, butir-butir koloid membungkus membran menyatu dengan lisosom, yang enzim-enzimnya memisahkan hormon-hormon tiroid yang aktif secara biologis, T3 dan T4, serta ioditirosin yang inaktif, MIT dan DIT. Hormon tiroid, karena sangat lipofilik, mudah melewati membran luar sel folikel dan masuk ke dalam darah.MIT dan DIT tidak memiliki nilai endokrin. Sel-sel folikel mengandung suatu enzim yang secara cepat mengeluarkan iodium dari MIT dan DIT sehingga iodium yang telah bebas ini dapat di daur ulang untuk membentuk lebih banyak hormon. Enzim yang sangat spesifik ini akan mengeluarkan iodium hanya dari MIT dan DIT, bukan dari T3 atau T4.Setelah dikeluarkan ke dalam darah, molekul-molekul hormon tiroid yang sangat lipofilik (dan karenanya tak larut air) berikatan dengan beberapa protein plasma. Sebagian besar T3 dan T4 diangkut oleh thyroxine-binding globulin (TBG, globulin pengikat tiroksin), suatu protein plasma yang secara selektif berikatan hanya dengan hormon tiroid. Kurang dari 0,1% T4 dan kurang dari 1% T3 tetap berada dalam bentuk bebas. Hal ini mengingat hanya bentuk bebas dari keseluruhan hormn tiroid yang memiliki akses ke reseptor sel sasaran dan menimbulkan efek.Sekitar 90% dari produk sekretorik yang dibebaskan dari kelenjar tiroid adalah dalam bentuk T4 namun T3 memiliki aktivitas biologik empat kali lebih kuat. Meskipun demikian, sebagian besar dari T4 yang disekresikan diubah menjadi T3, atau diaktifkan, ditanggalkan satu iodiumnya di luar kelenjar tiroid, terutama di hati dan ginjal. Sekitar 80% T3 ddalam darah berasal dari T4 yang telah mengalami proses penanggalan di perifer. Karena itu, T3 adalah bentuk hormon tiroid utama yang aktif secara biologis di tingkat sel, meskipun kelenjar tiroid terutama menghasilkan T4.Dibandingkan dengan hormon lain, kerja hormon tiroid relatif lamban. Respons terhadap peningkatan hormon tiroid baru terdeteksi setelah beberapa jam, dan respons maksimal belum terlihat dalam beberapa hari. Durasi respons juga cukup lama, sebagian karena hormon tiroid tidak cepat terurai tetapi juga karena respons terhadap peningkatan sekresi terus terjadi selama beberapa hari atau bahkan minggu setelah konsentrasi hormon tiroid plasma kembali ke normal.Hampir semua jaringan di tubuh terpengaruhi langsung atau tak langsung oleh hormon tiroid. Efek T3 dan T4 dapat dikelompokkan dalam beberapa kategori yang saling tumpang tindih. Efek pada Laju Metabolisme dan Produksi PanasHormon tiroid meningkatkan laju metabolisme basal keseluruhan tubuh, atau laju langsam. Hormon ini adalah resulator terpenting dalam laju konsumsi O2 dan pengeluaran energi tubuh pada keadaan istirahat.Efek metabolik hormon tiroid berkaitan erat dengan efek kalorigenik (penghasil panas). Peningkatan aktivitas metabolik menyebabkan peningkatan produksi panas.3Laju pemakaian energi selama kerja eksternal dan internal dikenal sebagai laju metabolik. Karena sebagian besar pengeluaran energi tubuh akhirnya muncul sebagai panas maka laju metabolik normalnya dinyatakan sebagai laju produksi panas dalam kalori per jam. Peningkatan aktivitas otot rangka adalah faktor yang dapat meningkatkan laju metabolik paling besar. Bahkan peningkatan ringan tonus otot menyebabkan peningkatan laju metabolik yang nyata, dan berbagai tingkat aktivitas fisik secara mencolok mengubah pengeluaran energi dan produksi panasa. Karena itu, laju metabolik seseorang ditentukan di bawah kondisi basal terstandar yang diciptakan untuk mengontrol sebanyak mungkin variabel yang dapat mengubah laju metabolik. Dengan cara ini, aktivitas metabolik yang diperlukan untuk mempertahankan fungsi tubuh dasar saat istirahat dapat ditentukan. Karena itu apa yang disebut sebagai laju metabolik basal (basal metabolic rate, BMR) adalah cerminan kecepatan langsam rubuh, atau laju pengeluaran energi internal minimal saat terjaga. BMR dapat digunakan untuk mengetahui adanya kelainan fungsi tiroid. Pasien yang mengalami gangguan fungsi tiroid, khususnya hipertiroid, nilai BMR nya akan tinggi karena hormon tiroid adalah penentu utama meskipun bukan satu-satunya penentu laju metabolisme basal.BMR diukur di bawah kondisi khusus berikut :1. Dalam keadaan istirahat fisik dan mental sempurna2. Dalam keadaan post absorptive atau sudah berpuasa selama 12 sampai 14 jam3. Ruang pemeriksaan nyaman4. Istirahat selama jam sebelum pemeriksaan5. Satu hari sebelum pemeriksaan mengurangi makanan proteinLaju produksi panas pada pengukuran BMR dapat ditentukan secara langsung dan tak langsung. Pada kalorimetri langsung, yang bersangkutan duduk dalam suatu kamar berinsulasi dengan air mengalir mengelilingi dinding. Perbedaan suhu air yang masuk dan keluar kamar mencerminkan jumlah panas yang dibebaskan oleh yang bersangkutan dan diserap oleh air sewaktu air mengalir melewati kamar. Pada kalorimetri tidak langsung hanya penyerapan O2 per satuan waktu yang diukur, yang merupakan tugas sederhana dengan peralatan peralatan minimal.Terdapat hubungan langsung antara volume O2 yang digunakan dan jumlah panas yang dihasilkan. Hubungan ini jua bergantung pada jenis makanan yang dioksidasi. Dapat dibuat perkiraan rerata tentang jumlah panas yang dihasilkan per liter O2 yang dikonsumsi. Dengan munggunakan metode ini, laju metabolik seseorang yang mengonsumsi 15 liter O2/jam dapat diperkirakan sebagai berikut :15 liter/jam= konsumsi O2x 4,8 kilokalori/liter = ekivalen energi O272 kilokalori/jam= perkiraan laju metabolikDengan cara ini, pengukuran sederhana konsumsi O2 dapat digunakan untuk memperkirakan secara layak produksi panas dalam menentukan laju metabolik.4 Efek pada Metabolisme AntaraSelain meningkatkan laju metabolik secara keseluruhan, hormon tiroid juga memodulasi kecepatan banyak reaksi spesifik yang berperan dalam metabolisme bahan bakar. Efek hormon tiroid pada bahan bakar metabolik memiliki banyak aspek; hormon ini tidak saja dapat mempengaruhi pembentukan dan penguraian karbohidrat, lemak dan protein tetapi hormon dalam jumlah sedikit atau banyak dapat menimbulkan efek sebaliknya. Sebagai contoh, perubahan glukosa menjadi glikogen , bentuk simpanan glukosa, dipermudah oleh hormon tiroid dalam jumlah kecil, tetapi kebalikannya, pemecahan glikogen menjadi glukosa terjadi pada jumlah hormon yang tinggi. Efek Simpatometik Setiap efek yang serupa dengan yang ditimbulkan oleh sistem saraf simpatis dikenal sebagai efek simpatomimetik (menyerupai simpatis). Hormon tiroid meningkatkan responsivitas sel sasaran terhadap katekolamin (epinefin dan norepinefrin), pembawa pesan kimiawi yang digunakan oleh sistem saraf simpatis dan medula adrenal. Hormon tiroid melaksanakan efek permisif ini dengan menyebabkan proliferasi reseptor sel sasaran spesifik katekolamin. Karena pengaruh ini, banyak dari efek yang diamati ketika sekresi hormon tiroid meningkat adalah serupa dengan yang menyertai pengaktifan sistem saraf simpatis. Efek pada Sistem KardiovaskularMelalui efek meningkatkan kepekaan jantung terhadap katekolamin dalam darah, hormon tiroid meningkatkan kecepatan jantung dan kekuatan kontraksi sehingga curah jantung meningkat. Selain itu, sebagai respons terhadap beban panas yang dihasilkan oleh efek kalorigenik hormon tiroid, terjadi vasodilatasi perifer untuk membawa kelebihan panas ke permukaan tubuh dikeluarkan ke lingkungan. Efek pada Pertumbuhan dan Sistem SarafHormon tiroid penting bagi pertumbuhan normal karena efeknya pada hormon pertumbuhan (GH) dan IGF-I. Hormon tiroid tidak saja merangsang sekresi GH dan meningkatkan produksi IGF-I oleh hati tetapi juga mendorong efek GH dan IGF-I pada sintesis proteinstruktual baru dan pada pertumbuhan tulang. Anak dengan defisiensi tiroid mengalami hambatan pertumbuhan yang dapat dipulihkan dengan terapi sulih tiroid. Namun, tidak seperti kelebebihan GH, kelebihan hormon tiroid tidak menyebabkan pertumbuhan yang berlebihan.Hormon tiroid berperan penting dalam perkembangan normal sistem saraf, khususnya SSP, suatu efek yang terganggu pada anak dengan defisiensi tiroid sejak lahir. Hormon tiroid juga esensial untuk aktivitas normal SSP pada orang dewasa.Pengaturan Sekresi Hormon TiroidThyroid-stimulating hormone (TSH), hormon tropik tiroid dari hipofisis anterior, adalah regulator fisiologik terpenting sekresi hormon tiroid. Hampir setiap tahap dalam sintesis dan pelepasan hormon tiroid dirangsang oleh TSH.Selain meningkatkan sekresi hormon tiroid, TSH juga mempertahankan integritas struktural kelenjar tiroid. Tanpa adanya TSH, tiroid akan mengalami atrofi dan mengeluarkan hormon tiroid dalam jumlah sangat rendah. Sebaliknya, kelenjar mengalami hipertrofi dan hiperplasia (peningkatan jumlah sel folikel) sebagai respon terhadap TSH yang berlebihan.Thyroid-releasinghormone (TRH) hipotalamus, melalui efek tropiknya, menyalakan sekresi TSH oleh hipofisis anterior, sementara hormon tiroid, melalui mekanisme umpan balik negatif, memadamkan sekresi TSH dengan menghambat hipofisis anterior. Seperti lengkung umpan balik lainnya, mekanisme antara hormon tiroid dan TSH ini cenderung mempertahankan kestabilan hormon tiroid.Umpan balik negatif antara tiroid dan hipofisis anterior melaksanakan regulasi kadar hormon tiroid bebas sehari-hari, semetara hipotalamus memerantai penyesuaian jangka panjang. Tidak seperti kebanyakan sistem hormon lainnya, hormon-hormon di aksis tiroid pada orang dewasa tidak mengalami perubahan sekresi yang mendadak dan lebar. Sekresi hormon tiroid yang relatif tetap sesuai dengan respons lambat dan berkepanjangan yang diinduksi oleh hormon ini; peningkatan atau penurunan mendadak kadar hormon tiroid tidak memiliki manfaat adaptif.Satu-satunya faktor yang diketahui meningkatkan sekresi TRH adalah pajanan cuaca dingin pada bayi baru lahir, suatu mekanisme yang sangat adaptif. Para ilmuwan berpikir bahwa peningkatan drastis sekresi hormon tiroid yang menghasilkan panas membantu mempertahankan suhu tubuh sewaktu penurunan mendadak suhu lingkungan saat lahir ketika bayi keluar dari tubuh ibunya yang hangat ke udara lingkungan yang sangat dingin. Respons TSH serupa terhadap pajanan dingin tidak terjadi pada orang dewasa, meskipun secara fisiologis masuk akal dan memang terjadi pada beberapa jenis hewan percobaan.Berbagai jenis stres menghambat sekresi TSH dan hormon tiroid, mungkin melalui pengaruh saraf pada hipotalamus, meskipun makna adaptif inhibisi ini masih belum jelas.Kelainan Pembesaran Fungsi Tiroid (Hipertiroidisme)Kelainan fungsi tiroid adalah salah satu gangguan endokrin yang paling sering ditemukan. Kelainan ini tergolong ke dalam dua kategori utama yaitu hipotiroidisme dan hipertiroidisme yang masing-masing mencerminkan defisiensi dan kelebihan sekresi hormon tiroid. dalam makalah ini kita akan membahas tentang hipertiroidisme sesuai dengan kasus.Penyebab tersering hipertiroidisme adalah penyakit Graves. Ini adalah suatu penyakit otoimun di mana tubuh secara salah menghasilkan long-acting stimulator (LATS), suatu antibodi yang sasarannya adalah reseptor TSH di sel tiroid. LATS merangsang sekresi dan pertumbuhan tiroid mirip dengan yang dilakukan oleh TSH. LATS tidak dipengaruhi oleh inhibisi umpan balik hormon tiroid sehingga sekresi dan pertumbuhan tiroid berlanjut tanpa kendali. Meskipun lebih jarang, hipertiroidisme dapat terjadi karena kelebihan TRH atau TSH berkaitan dengan tumor tiroid dengan hipersekresi.Pasien hipertiroid mengalami peningkatan laju metabolik basal. Meningkatnya produksi panas menyebabkan keringat berlebihan dan intoleransi panas. Meskipun nafsu makan dan asupan makanan meningkat yang terjadi sebagai respons terhadap meningkatnya kebutuhan metabolik namun berat tubuh biasanya turun karena tubuh menggunakan bahan bakar jauh lebih cepat. Terjadi penguraian netto simpanan karbohidrat, lemak dan protein. Berkurangnya protein otot menyebabkan tubuh lemah. Berbagai kelainan kardiovaskular dilaporkan berkaitan dengan hipertiroidisme, disebabkan baik oleh karena efek langsung hormon tiroid maupun interaksinya dengan katekolamin. Kecepatan denyut dengan kekuatan kontraksi dapat meningkat sedemikian besar sehingga individu mengalami palpitasi (jantung berdebar-debar). Pada kasus yang parah, jantung mungkin tidak sanggup memenuhi kebutuhan metabolik tubuh meskipun curah jantung meningkat. Efek pada SSP ditadai oleh peningkatan berlebihan kewasapadaan mental hingga ke titik di mana pasien mudah tersinggung, tegang, cemas dan sangat emosional.Tiga metode umum terapi dapat menekan kelebihan sekresi hormon tiroid: pengangkatan dengan pembedahan sebagian dari kelenjar tiroid yang sekresinya berlebihan; pemberian iodium radioaktif yang setelah dipekatkan di kelenjar tiroid oleh pompa iodium, secara selektif merusak jeringan kelenjar tiroid; dan pemakaian obat antitiroid yang secara spesifik mengganggu sintesis hormon tiroid.Pasien yang menderita kelainan fungsi tiroid terkadang disertai dengan gondok. Gondok adalah pembesaran kelenjar tiroid. Gondok dapat terjadi apabila TSH atau LATS merangsang secara berlebihan kelenjar tiroid. Gondok dapat menyertai hipitiroidisme atau hipertiroidisme. Dengan mengetahui sumbu hipotalamus-hipofisis-tiroid dan kontrol umpan balik, kita dapat memperkirakan tipe disfungsi tiroid apa yang menyebabkan gondok. Hipotiroidisme akibat kegagalan hipotalamus atau hipofisis anterior tidak akan disertai gondok, karena kelenjar tiroid tidak dirangsang secara adekuat, apalagi dirangsang secara berlebihan. Pada hipotiroidisme yang disebabkan oleh kegagalan kelenjar tiroid atau kekurangan iodium, gondok terjadi karena kadar hormon tiroid dalam darah sedemikian rendah sehingga tidak terdapat inhibisi umpan balik negatif di hipofisis anterior, dan karenanya sekresi TSH meningkat. TSH bekerja pada tiroid untuk meningkatkan ukuran dan jumlah sel folikel dan untuk meningkatkan laju sekresinya. Jika sel tiroid tidak dapat mengeluarkan hormon karena kurangnya enzim esensial atau iodium, maka seberapapun jumlah TSH tidak dapat menginduksi sel-sel ini untuk mengeluarkan T3 dan T4. Namun, TSH tetap dapat menyebabkan hipertrofi dan hiperplasia tiroid, dengan konsekuensi terjadinya pembesaran paradoks kelenjar (yaitu gondok) meskipun produksi kelenjar tetap kurang.Demikian juga, gondok mungkin menyertai hipertiroidisme mungkin juga tidak: Sekresi TSH yang berlebihan akibat defek dari hipotalamus atau hipofisis anterior akan jelas disertai oleh gondok dan sekresi berlebihan T3 dan T4 karena stimulasi pertumbuhan tiroid yang berlebihan. Karena kelenjar tiroid dalam situasi ini juga mampu berespons terhadap kelebihan TSH disertai peningkatan sekresi hormon maka pada gondok ini terjadi hipertiroidisme Pada penyakit Graves, terjadi gondok dengan hipersekresi karena LATS mendorong pertumbuhan tiroid sekaligus meningkatkan sekresi hormon tiroid. Karena tingginya kadar T3 dan T4 menghambat hipofisis anterior, maka sekresi TSH itu sendiri rendah. Hipertiroidisme yang terjadi karena aktivitas berlebihan tiroid tanpa overstimulasi, misalnya karena tumor tiroid yang tidak terkendali, tidak disertai gondok. Sekresi spontan T3 dan T4 dalam jumlah berlebihan akan menekan TSH sehingga tidak ada sinyal stimulatorik yang mendorong pertumbuhan tiroid.3Hormon tiroid erat kaitannya adalah pemicu utama meskipun bukan satu-satunya penentu laju metabolisme basal. Peningkatan hormon tiroid menyebabkan peningkatan BMR. BMR merupakan laju pengeluaran energi internal minimal saat terjaga. Energi internal tersebut diperoleh dari hasil metabolisme zat makanan yang masuk ke dalam tubuh (karbohidrat, lemak dan protein). Berikut adalah mekanisme metabolisme berbagai jenis zat makanan Metabolisme KarbohidratKarbohidrat adalah komponen utama dalam makanan yang merupakan sumberenergi yang utama bagi organisme hidup. Pada dasarnya metabolisme glukosa dapatdibagi dalam dua bagian yaitu yang tidak menggunakan oksigen atau anaerob dan yangmenggunakan oksigen atau aerob. Glukosa adalah bahan bakar utama kebanyakan jaringan. Glukosa dimetabolismemenjadi piruvat melalui jalur glikolisis. Jaringan aerob memetabolisme piruvat menjadiasetil koA yang dapat memasuki asam sitrat untuk oksidasi sempurna menjadi CO2 dan H2O, yang berkaitan dengan pembentukan ATP dalam proses fosforilasi oksidatif.Glikolisis juga dapat berlangsung secara anaerob (tanpa oksigen), dengan produk akhirberupa laktat. Glukosa dan metabolitnya juga ikut serta dalam proses lain, misalnya (1) sintesis polimer simpanan glikogen di otot dan rangka hati, (2) jalur pentosa fosfat suatualternatif sebagai jalur glikolisis. Jalur ini adalah sumber ekuivalen produksi (NADPH)untuk sintesis asam lemak dan sumber ribosa untuk membentuk nukleotda dan dan asamnukleat. (3) Triosa fosfat membentuk gugus gliserol triasil gliserol. (4) Piruvat dan zat-zatanta siklus asam sitrat menyediakan kerangka karbon untuk sintesis asam amino danasetil koA adalah prekusor sam lemak dan kolwsterol (dan karenanya semua steroid dibentuk oleh tubuli).Metabolisme utamanya yaitu yang pertama glikolisis Emden Myerhof (EM). Padaglikolisis EM, menguraikan glukosa menjadi piruvat (dalam keadaan aerob) atau laktat(dalam keadaan anaerob) untuk menghasilkan energi. Terjadi di sitosol. Jumlah ATP yang dihasilkan pada keadaan aerob yaitu 8 ATP/mpl glukosa dan pada keadaan anaerobmenghasilkan 2 ATP/mol glukosa. Di dalam sel darah merah (eritrosit), glikolisis EMselalau anaerob dan hasil akhirnya asam laktat. Proses yang kedua yaitu oksidasi piruvat menjadi asam laktat. Proses ini terjadi dimitokondria. Di dalam sel darha merah tidak ada mitokondria, maka piruvat diubahmenjadi laktat. Enzim yang digunakan yaitu piruvat dehidrogenase yang meningkat pada saat/setelah makan, berhenti saat lapar, meningkat bila banyak piruvat, dan dihambat oleh peningkatan asetil koA. Selanjutnya siklus asam sitrat merupakan jalur akhir metabolisme bermacam zat. Terjadi di mitokondria. Diawali dengan oksidasi setil koaA membentuk suatu siklus. Asetil koA dapat diperoleh dari oksidasi karbohidrat, lemak dan asam amino. Terjadi dimitokondria. SAS adalah suatu rangkaian reaksi yang melakukan oksidasi terhadap asetilkoA, membebaskan H+ dan e- sehingga menghasilkan ATP. SAS berfungsi amfibolik yaitu berfungsi dalam jalur anabolik dan katabolik. Siklus terdiri dari penggabungan 1molekul asetil koA (2C) dengan asam dikarboksilat (4C) oksaloasetat asam trikarboksilat (6C) yaitu asam sitrat. Dalam siklus asam sitrat dihasilkan 12 ATP.Jadi, produksi ATP pada oksidasi 1 molekul glukosa adalah Glikolisi EM pada keadaan aeob 8 ATP, oksidasi piruvat menjadi asetil koA 6 ATP, dana pada siklus asam sitrat yaitu 24 ATP. Pada keadaan aerob dihasilkan 38 ATP. Metabolisme Protein Asam-asam amino diperlukan untuk mebentuk energi. Sebagian harus dipasok dari makanan (asam amino esensial) karena tidak dapat dibentuk di tubuh. Sisanya asam amino non esensial yang berasal dari makanan, tetapi juga dapat dibentuk dari zat-zat antar metabolik melalui transaminasi dengan menggunakan nitrogen amino dari asam amino lain. Setelah deaminasi nitrogen amino dikeskresikan sebagai urea, dan kerangka karbon yang tesisa setelah transaminasi dapat (1) dioksidasi menjadi CO2 melalui siklus asam sitrat (2) digunakan untuk membentuk glukosa (glukoneogenesis) atau (3) untuk membentuk badan keton. Beberapa asam amino menjadi prekusor bagi senyawa lain, misalnya purin, pirimidin, hormon, seperti epinefrin, tiroksin, dan neurotransmiter.Metabolisme LemakSecara ringkas, hasil akhir dari pemecahan lipid dari makanan adalah asam lemak dan gliserol. Jika sumber energi dari karbohidrat telah mencukupi, maka asam lemak mengalami esterifikasi yaitu membentuk ester dengan gliserol menjadi trigliserida sebagai cadangan energi jangka panjang. Jika sewaktu-waktu tak tersedia sumber energidari karbohidrat barulah asam lemak dioksidasi, baik asam lemak dari diet maupun jikaharus memecah cadangan trigliserida jaringan. Proses pemecahan trigliserida inidinamakan lipolisis.Proses oksidasi asam lemak dinamakan oksidasi beta dan menghasilkan asetil KoA.Selanjutnya sebagaimana asetil KoA dari hasil metabolisme karbohidrat dan protein,asetil KoA dari jalur inipun akan masuk ke dalam siklus asam sitrat sehingga dihasilkan energi. Di sisi lain, jika kebutuhan energi sudah mencukupi, asetil KoA dapat mengalami lipogenesis menjadi asam lemak dan selanjutnya dapat disimpan sebagai trigliserida. Beberapa lipid non gliserida disintesis dari asetil KoA. Asetil KoA mengalami kolesterogenesis menjadi kolesterol. Selanjutnya kolesterol mengalami steroidogenesis membentuk steroid. Asetil KoA sebagai hasil oksidasi asam lemak juga berpotensi menghasilkan badan-badan keton (aseto asetat, hidroksi butirat dan aseton). Proses inidinamakan ketogenesis. Badan-badan keton dapat menyebabkan gangguan keseimbanganasam-basa yang dinamakan asidosis metabolik. Keadaan ini dapat menyebabkan kematian.Metabolisme gliserolGliserol sebagai hasil hidrolisis lipid (trigliserida) dapat menjadi sumber energi. Gliserol ini selanjutnya masuk ke dalam jalur metabolisme karbohidrat yaitu glikolisis. Pada tahap awal, gliserol mendapatkan 1 gugus fosfat dari ATP membentuk gliserol 3-fosfat. Selanjutnya senyawa ini masuk ke dalam rantai respirasi membentuk dihidroksiaseton fosfat, suatu produk antara dalam jalur glikolisis.Oksidasi asam lemak jenuh (oksidasi beta asam lemak) Lemak dalam tubuh tidak hanya berasal dari makanan yang mengandung lemak, tetapi dapat pula berasal dari karbohidrat dan protein. Hal ini dapat terjadi karena ada hubungan antara metabolisme karbohidrat, lemak, protein atau asam amino. Asam lemak yang terjadi pada proses hidrolisis lemak, mengalami proses oksidasi dan menghasilkanasetil-KoA. Berikut ini adalah tahap-tahap reaksi:1. Pembentukan asil-KoA dari asam lemak berlangsung dengan katalis enzim asil-KoA sintase (tiokinase).2. Reaksi kedua ialah pembentukan enoil-KoA dengan cara oksidasi. Enzim asil-KoAdehidrogenase berperan sebagai katalis dalam reaksi ini. Koenzim yang dibutuhkandalam reaksi ini ialah FAD yang berperan sebagai akseptor hydrogen. Dua molekulATP dibentuk untuk tiap pasang elektron yang ditransportasikan dari molekul FADH2 melalui transpor elektron.3. Reaksi ketiga, enzim enoil-KoA hidratase merupakan katalis yang menghasilkan L-hidroksiasil koenzim A. Reaksi ini ialah reaksi hidrasi terhadap ikatan rangkap antara C-2 dan C-3.4. Reaksi keempat adalah reaksi oksidasi yang mengubah hidroksiasil-KoA menjadiketoasil-KoA. Enzim L-hidroksiasil koenzim A dehidrogenase merupakan katalisdalam reaksi ini dan melibatkan NAD yang direduksi menjadi NADH. Prosesoksidasi kembali NADH ini melalui transpor elektron menghasilkan 3 ATP.5. Tahap kelima adalah reaksi pemecahan ikatan C C, sehingga menghasilkan asetil-KoA dan asil-KoA yang mempunyai jumlah atom C yang dua buah lebih pendek dari molekul semula.Asil-KoA yang terbentuk pada reaksi tahap 5, mengalami metabolisme lebih lanjutmelalui reaksi tahap 2 hingga tahap 5 dan demikian seterusnya sampai rantai C padaasam lemak terpecah menjadi molekul-molekul asetil-KoA. Selanjutnya asetil-KoAdapat teroksidasi menjadi CO2 dan H2O melalui siklus asam sitrat atau digunakanuntuk reaksi-reaksi yang memerlukan asetil-KoA.Oksidasi asam lemak tidak jenuhSeperti pada asam lemak jenuh, tahap pertama oksidasi asam lemak tidak jenuh adalahpembentukan asil-KoA. Selanjutnya molekul asil-KoA dari asam lemak tidak jenuhtersebut mengalami pemecahan melalui proses oksidasi seperti molekul asam lemak jenuh, hingga terbentuk senyawa sis-sis-asil KoA atau trans-sis-asil KoA, yangtergantung pada letak ikatan rangkap pada molekul tersebut.Pembentukan dan Metabolisme Senyawa KetonAsetil-KoA yang dihasilkan oleh reaksi oksidasi asam lemak dapat ikut dalam siklus asam sitrat apabila penguraian lemak dan karbohidrat seimbang. Dalam siklus asamsitrat, asetil-KoA bereaksi dengan asam oksaloasetat menghasilkan asam sitrat. Jadi, ikutsertanya asetil-KoA dalam siklus asam sitrat tergantung pada ketersedian asamoksaloasetat dan hal ini bergantung pula pada konsentrasi karbohidrat. Dalam keadaanberpuasa atau kekurangan makan, konsentrasi karbohidrat (glukosa) berkurang, sehinggasebagian dari asam oksaloasetat diubah menjadi glukosa. Karenanya, asetil-KoA darilemak tidak masuk ke dalam siklus asam sitrat tetapi diubah menjadi asam oksaloasetat,asam hidroksibutirat dan aseton. Ketiga senyawa ini dinamakan senyawa keton. Asam asetoasetat terbentuk dari asetil-KoA melalui tiga tahap reaksi :1. Dua molekul asetil-KoA berkondensasi membentuk asetoasetil-KoA oleh enzimketotiolase yang menjadi katalisnya.2. Kedua asetoasetil-KoA bereaksi dengan asetil-KoA dan air menghasilkan 3-hidroksi-3-metilglutaril koenzim A. Dalam reaksi ini enzim hidroksi-metilglutarilKoA bekerja sebagai katalis.3. Reaksi ketiga ialah pemecahan 3-hidroksi-3-metilglutaril koenzim A menjadiasetil-KoA dan asam asetoasetat.Asam asetotasetat yang terjadi, secara spontan membentuk aseton dengan jalandekarboksilasi. Di samping itu asam asam 3-hidroksi-butirat dapat dibentuk dariasam asetoasetat dengan jalan reduksi. Enzim yang bekerja ialah D-3-hidroksibutirat dehidrogenase dengan NADH sebagai koenzim.5Iodium, Komponen Penting dalam Pembentukan Hormon TiroidZat iodium merupakan zat gizi esensial bagi tubuh, karena tubuh tidak dapat mensintesisnya sendiri. Zat iodium dikonsentrasikan di dalam kelenjar gondok (Glandula Thyroidea) untuk dipergunakan dalam sintesis hormon thyroxin. Kekurangan zat iodium memberikan kondisi hipotiroidisme. Sebaliknya kebanyakan zat iodium memberikan gejala-gejala pada kulit yang disebut iodium dermatitis.Defesiensi iodium terdapat dibanyak daerah di seluruh Indonesia secara endemik, terutama di kepulauan yang besar dan terpencil di pegunungan. Ini karena air dan tanah di daerah tersebut miskin akan kandungan zat iodium, sedangkan bahan makanan yang berasal dari laut yang biasanya kaya akan zat iodium tidak dapat mencapai daerah-daerah tersebut.Defisiensi iodium memberikan gambaran klinik yang disebut Iodium Deficiency Diseases (IDD) yang meliputi : Gondok endemik Myxedema CretinismeUpaya prevensi IDD dilakukan dengan penyediaan garam dapur yang diperkaya dengan iodium dalam bentuk KJO3. Sebagai upaya jangka pendek, diberikan suntikan depot larutan iodium dalam minyak dengan menggunakan preparat LIPIODOL dan diberikan secara periodik sebagai dosis depot.6

PENUTUPHormon tiroid adalah penentu utama laju metabolisme keseluruhan tubuh. Dengan mempercepat laju sebagian besar jaringan, hormon ini juga meningkatkan produksi panas. Kelainan fungsi dari kelenjar tiroid, seperti pembesaran kelenjar tiroid atau hipertiroidisme tentunya akan mempengaruhi laju metabolisme dalam tubuh. Maka dari itu, pada pasien penderita hipertiroidisme cenderung memperlihatkan gelaja seperti keringat berlebihan, frekuensi pernafasan meningkat dan berat badan yang menurun.DAFTAR PUSTAKA1. Snell R S. Anatomi klinik. Jakarta: EGC; 2006. Halaman 86-94.2. Junqueria LC, Carneiro J. Histologi dasar: teks & atlas. Jakarta: EGC; 2007. Halaman 112-8.3. Sherwood L. Fisiologi manusia dari sel ke system. Jakarta: EGC; 2011. Halaman 758-63.4. Guyton, arthur C. Fisiologi manusia dan mekanisme penyakit. Jakarta: EGC; 2006. Halaman 589-99.5. Murray RK, Granner DK, Rodwell VW. Biokimia harper. 27th ed. Jakarta: EGC; 2006. p.139-224.6. Barasi ME. At a glance ilmu gizi. Jakarta: Erlangga; 2009. Halaman 176-81.

16