pelaksanaan peraturan daerah nomor 9...
TRANSCRIPT
1
PELAKSANAAN PERATURAN DAERAH NOMOR 9 TAHUN 2007
TENTANG PEMONDOKAN DI PADUKUHAN KRODAN KELURAHAN
MAGUWOHARJO KECAMATAN DEPOK KABUPATEN SLEMAN
A. Latar Belakang Masalah
Negara hukum (rechtstaat), mengandung sekurang-kurangnya dua makna.
Yang pertama adalah pengaturan mengenai batasan-batasan peran negara atau
pemerintahan dalam mencampuri kehidupan dan pergaulan masyarakat,
sedangkan yang kedua adalah jaminan-jaminan hukum akan hak-hak, baik sipil
atau hak-hak pribadi (individual rights), hak-hak politik (political rights), maupun
hak-hak sebagai sebuah kelompok atau hak-hak sosial sebagai hak asasi yang
melekat secara alamiah pada setiapa insani, baik secara pribadi atau kelompok.1
Interaksi antara peran negara atau pemerintahan dengan hak-hak yang ada
pada rakyat atau warga negara, akan melahirkan berbagai asas atau kaidah yang
membatasi wewenang dan kewajiban negara dalam pergaulan masyarakat di satu
pihak, serta hak dan kewajiban yang harus dijamin dan dipikul oleh rakyat atau
warga negara dalam peri kemanusiaan dalam peri kehidupan berbangsa dan
bernegara. Menurut UUD 1945 penyelenggaraan negara mempunyai peran
penting dalam mewujudkan cita-cita bangsa. Semangat para penyelenggara negara
dan pemimpin pemerintahan adalah hal yang terpenting dalam suatu egara.
1Bagir Manan, Teori dan Politik Konstitusi, Fakultas Hukum UII Press, Yogyakarta,
2003, hlm 24
2
Sesuai dengan amanat dari Undang-Undang Dasar 1945, maka pemerintah
mengeluarkan suatu peraturan yang tertuang dalam Undang-Undang Nomor 32
Tahun 2004 Tentang Pemerintahan Daerah. Undang-Undang ini dikeluarkan
dengan tujuan agar pemerintah daerah mempunyai wewenang untuk mengatur dan
mengurus sendiri urusan pemerintahan menurut asas otonomi dan tugas
pembantuan. Daerah otonomi adalah kesatuan hukum masyarakat hukum yang
mempunyai batas-batas wilayah yang berwenang mengatur dan mengurus urusan
pemerintahan dan kepentingan masyarakat setempat menurut prakasa sendiri
berdasarkan aspirasi masyarakat dalam sistem Negara Kesatuan Repubik
Indonesia, untuk itu menjadi tugas pemerintah daerah untuk mendorong dan
melaksanakan upaya percepatan laju pertumbuhan dan sekaligus membuat
pemerataan hasil-hasil pembanguna yang telah dan akan dilaksanakan baik secara
kesejahteraan seluruh masyarakat. Hal ini sesuai dengan Pasal 1 ayat (5) Undang-
Undang Nomor 32 Tahun 2004.
Otonomi daerah merupakan salah satu sendi terpenting bagi suksesnya
penyelenggaraan pemerintahan. Otonomi daerah adalah wujud dari pelaksanaan
demokrasi dan upaya mewujudkan kesejahteraan bangsa secara keseluruhan.
Otonomi daerah adalah bentuk realisasi dari Pasal 18 Undang-Undang Dasar 1945
dan hal yang sangat penting dalam rangka menumbuhkan kreativitas serta
prakarsa dari seluruh elemen masyarakat di daerah, untuk mengacu pada
pelaksanaan pemerintahan dan pembangunan. Adanya otonomi daerah dalam arti
sesungguhnya, maka setiap daerah akan berupanya menggali potensi yang
3
dimiliki, sumber daya alam dan sumber daya mabnusia untuk membangun
daerahnya.
Perda Nomor 9 tahun 2007 tentang pemondokan disahkan oleh Dewan
Perwakilan Rakyat Daerah beserta Pemerintah Daerah Sleman pada Kamis 28
Juni 2007 dengan tujuan agar dapat menjadi payung hukum untuk mengatur
ketentuan bagi para pemilik pemondokan, penghuni, berikut dengan sanksinya
apabila ada pelanggaran yang terjadi.
Dalam Peraturan Daerah Nomor 9 tahun 2007, yang dimaksud pemondokan adalah2 :
1. Bangunan dalam bentuk kamar yang terdiri dari dua atau lebih yang disediakan untuk dimanfaatkan orang lain sebagai tempat tinggal sementara dengan dipungut atau tidak dipungut bayaran.
2. Bangunan rumah yang dua kamar atau lebih disediakan untuk dimanfaatkan orang lain sebagai tempat tinggal sementara dengan dipungut atau tidak dipungut bayaran
3. Dua atau lebih bangunan rumah yang berada dalam satu lokasi yang dimiliki atau dikuasai oleh satu orang atau badan yang disediakan dan dimanfaatkan orang lain sebagai tempat tinggal sementara dengan dipungut atau tidak dipungut bayaran.
Sedangkan Pengecualian dari pemondokan sebagaimana dimaksud pada
ayat (1) adalah3:
1.Satu unit bangunan rumah yang disewa oleh rumah tangga /keluarga 2.Hotel 3.Pondok wisata 4.Apartemen 5.Rumah susun 6.Asrama untuk kegiatan sosial, asrama untuk kepentingan keagamaan,
asrama milik lembaga pendidikan, dan asrama TNI-POLRI.
2 Ibid, Pasal 2 Ayat (1) 3 Ibid
4
Penyelenggaraan pemondokan dilaksanakan berdasarkan asas kemandirian
usaha dengan berpedoman pada norma-norma hukum, agama, adat dan
kepatuhan.4
Tujuan dari pengaturan pemondokan adalah sebagai berikut5:
1. Mengatasi permasalahan sosial yang timbul karena interaksi sosial antar kultur
2. Melestarikan dan mengembangkan nilai-nilai luhur budaya setempat; 3. Penataan dan pengendalian kependudukan 4. Menjaga ketenteraman dan ketertiban dalam kehidupan bermasyarakat; 5. Menjamin tercapainya tujuan pendatang dalam menuntut
ilmu/pendidikan dan atau mencari nafkah/pekerjaan.
Setiap orang atau beberapa orang atau badan yang memiliki pemondokan
wajib memiliki izin penyelenggaraan pemondokan.6 Izin penyelenggaraan
pemondokan dibertikan oleh bupati atau pejabat yang ditunjuk.7
Kabupaten Sleman sebagai salah satu daerah di Propinsi Daerah Istimewa
Yogyakarta yang menjalankan otonomi, berusaha untuk mewujudkan tujuan
tersebut. Salah satu usahanya adalah dengan melakukan pengaturan terhadap
penduduk, khususnya bagi pendatang yang berdiam sementara dengan tujuan
untuk menuntut ilmu atau pendidikan dan atau mencari pekerjaan, mengingat
Kabupaten Sleman merupakan daerah yang mempunyai potensi penduduk yang
cukup tinggi.
Dengan adanya mobilitas penduduk ini tentu saja sangat berpangaruh
terhadap perkembangan dan kepadatan penduduk. Di samping itu dengan adanya
keanekaragaman sosial budaya serta interaksi sosial antar kultur, perlu didukung
4 Ibid, Pasal 3 5 Ibid, Pasal 4 Ayat (1) 6 Ibid, Pasal 7 Ayat (1) 7 Ibid, Ayat (2)
5
dengan administarasi kependudukan yang memadai sehingga permasalahan-
permasalahan kependudukan yang timbul dapat diselesaikan dengan sebaik-
baiknya.
Banyak pemondokan di Kabupaten Sleman memberikan berbagai dampak
positif dan negatif kepada masyarakat, termasuk kepada para pemondok sendiri.
Berbagai dampak positif seperti peningkatan aktifitas ekonomi, pembaharuan
kebudayaan, peningkatan aktivitas pendidikan, dan berbagai hal positif lainnya
dapat langsung dirasakan oleh masyarakat dan para pemondok. Pada sisi lain
perkembangan pemondokan juga memunculkan berbagai dampak negatif seperti
munculnya kasus narkoba, pergaulan bebas, peningkatan kejahatan, permasalahan
sosial, tetibnya administrasi kependudukan, dan sebagainya.8
Khususnya yang dialami oleh Desa Maguwoharjo Kecamatan Depok
Kabupaten Sleman, di mana banyak terdapat pemondokan yang memberikan
dampak positif maupun dampak negatif. mendorong pertumbuhan ekonomi
masyarakat sekitar, hal ini juga tentunya mendorong semakin berkembangnya
pemondokan yang berupa kost, kontrakan, dan lain sebagainya. Hal-hal seperti ini
mendorong pemerintah melakukan penataan dan pendataan yang dilakukan secara
berkala demi terselenggaranya kehidupan yang tertib
Maguwoharjo adalah sebuah desa yang terletak di kecamatan Depok,
Sleman Daerah Istimewa Yogyakarta. Desa Maguwoharjo terletak pada 7º46’21”
LS dan 110º25’30” BT, dengan luas wilayah 15.010.800 M2, dan jumlah
penduduk 25.125 jiwa. Nama Maguwoharjo diambil dari nama lapangan terbang
8 Peraturan Daerah Kabupaten Sleman Nomor 9 Tahun 2007 tentang pemondokan,
Penjelasan Umum, Alenia Ketiga
6
yang ada di wilayah ini yakni lapangan terbang Meguwo, yang sekarang lebih
dikenal dengan Bandar Udara Adisucipto. Maguwoharjo merupakan wilayah yang
terdiri dari 5 (lima) Kelurahan dan 2 (dua) kampung, masing-masing adalah:
Kelurahan Kembang, Kelurahan Nayan, Kelurahan Tajem, Kelurahan Paingan,
Kelurahan Padasan, Kampung Pengawatrejo, Kampung Blimbingsari.
Berdasarkan maklumat Pemerintah Daerah Istimewa Yogyakarta yang diterbitkan
tahun 1946 mengenai Pemerintahan Kelurahan, maka 5 (lima) Kelurahan dan 2
(dua) kampung tersebut kemudian digabung menjadi 1 Desa yang otonom dengan
nama Desa Maguwoharjo. Secara resmi Desa Maguwoharjo ditetapkan
berdasarkan Maklumat Nomor 5 Tahun 1948 tentang Perubahan Daerah-Daerah
Kelurahan.9
Setelah melakukan observasi di Kelurahan Maguwoharjo Kecamatan
Depok Kabupaten Sleman kebanyakan pemondokan berpusat di Padukuhan
Krodan. Hal ini di dukung dengan adanya Universitas Sanata Darma dan Institut
Pertanian (INSTIPER) serta berdirinya stadion bertaraf internasional yang berada
di Padukuhan Krodan. Di Padukuhan Krodan sendiri terdapat bermacam-macam
bentuk pemondokan beserta jumlahnya antara lain10
1. Bangunan yang di jadikan sebagai kost puteri berjumlah 19
2. Bangunan yang di jadikan sebagai kost putera berjumlah 25
Pemilihan Padukuhan Krodan juga didasari oleh letaknya cukup strategis
dan wilayahnya yang luas sehingga mendorong berkembangnya pemondokan itu
sendiri. Pemondokan di Padukuhan Krodan masih banyak yang belum memenuhi
9 http://id.wikipedia.org/wiki/Maguwoharjo,_Depok,_Sleman diakses pada tanggal 20 April 2010 pukul 20.58
10 Data diambil dari kepala dukuh Krodan pada 13 April 2010 pukul 16.45
7
kriteria sesuai dengan Peraturan Daerah nomor 9 tahun 2007 tentang
Pemondokan. Masih banyak juga penyalahgunaaan izin bangunan yang
semestinya diperuntukan untuk rumah tinggal namun dijadikan pemondokan/kost
dan tidak melaporkannya kepada perangkat Desa maupun ke Kecamatan Depok
sehingga tidak ada data yang pasti mengenai jumlah pemondokan dan pemondok
itu sendiri.
Berbagai dampak negatif perkembangan pemondokan di Padukuhan
Krodan Kecamatan Maguwoharjo Kabupaten Sleman perlu diantisipasi dan
diminimalkan dalam rangka memelihara nilai-nilai sosial budaya serta
memberikan perlindungan kepada masyarakat, termasuk para pemondok.
Sebaliknya dampak positif pemondokan perlu ditingkatkan agar dapat
meningkatkan taraf hidup dan kesejahteraan masyarakat. Peran serta masyarakat
juga perlu diberikan ruang melalui pembuatan ketentuan tentang keamanan di
tingkat Rukun Tetangga, Rukun Warga dan Dukuh setempat dengan
memeperhatikan peraturan yang ada di atasnya.11
Keberadaan Perda Nomor 9 Tahun 2007 tentang Pemondokan diharapkan
dapat memberikan keamanan, dan kenyamanan bagi pemilik, pemondok, dan
warga sekitar. Di waktu yang akan datang, dampak negatif dari usaha
pemondokan ini dapat diminimalisir dan akan mendatangkan hal-hal yang positif
demi perkembangan masyarakat, Dalam pelaksanaannya Perda tentang
pemondokan ini belum bisa berjalan secara optimal. Salah satu permasalaahan
yang sering muncul adalah banyaknya pemondokan yang tersebar di seluruh
11 Ibid, Alenia Keempat
8
pelosok Kabupaten Sleman dan tidak diimbangi dengan jumlah aparat yang
memadai serta minimnya pengawasan terhadap pelaksanaan Perda Nomor 9
Tahun 2007 tentang Pemondokan. Namun dalam pemberlakuaan Perda tersebut
tentunya perlu mendapatkan dukungan dari masyarakat serta pengawasan dari
pihak-pihak yang terkait.
Dilatar belakangi masalah diatas, maka penulis memutuskan untuk
melakukan penelitian dengan judul “Pelaksanaan Peraturan Daerah Nomor 9
Tahun 2007 Tentang Pemandokan di Padukuhan Krodan Kelurahan
Maguwoharjo Kecamatan Depok Kabupaten Sleman”
B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana Pelaksanaan Peraturan Daerah Nomor 9 Tahun 2007 tentang
Pemondokan di Padukuhan Krodan Kelurahan Maguwoharjao
Kecamatan Depok Kabupaten Sleman?
2. Kendala apa saja yang menjadi penghambat pelaksanaan Peraturan
Daerah Nomor 9 Tahun 2007 tentang Pemondokan di Padukuhan
Krodan Kelurahan Maguwoharjo Kecamatan Depok Kabupaten Sleman?
C. Tujuan Penelitian
1. Untuk mengetahui seberapa optimalnya pelaksanaan Peraturan Daerah
Nomor 9 Tahun 2007 tentang Pemondokan di Padukuhan Krodan
Kelurahan Maguwoharjo Kecamatan Depok Kabupaten Sleman.
9
2. Untuk mengetahui kendala apa saja yang menjadi penghambat dalam
pelaksanaan Peraturan Daerah Kabupaten Sleman Nomor 9 Tahun 2007
Tentang Pemondokan di Padukuhan Krodan Kelurahan Maguwoharjo
Kecamatan Depok Kabupaten Sleman.
D. Tinjauan Pustaka
Otonomi bukan sekedar pemencaran penyelenggaran pemerintahan untuk
mencapai efisiansi dan efektivitas pemerintahan. Otonomi adalah sebuah tataan
ketatanegaraan (staatsrechtelijk), bukan hanya tataan administrasi negara
(administratiefrechtelijk). Sebagai tataan ketatanegaraan, otonomi berkaitan
dengan dasar-dasar bernegara dan susunan organisasi negara.12
Pembangunan daerah juga merupakan wujud dari intergrasi dari
pembangunan yang dilaksanakan melalui otonomi daerah, dan pengaturan sumber
daya nasional, yang memberikan kesempatan bagi peningkatan demokrasi dan
kinerja daerah yang berdaya guna dalam menyelenggarakan pemerintahan,
pelayanan masyarakat dan pembangunan untuk meningkatkan kesejahteraan
masyarakat.
Menurut Pasal 1 angka 5 Undang-Undang Nomor 32 tahun 2004 tentang
Pemerintahan Daerah, pengertian otonomi daerah adalah hak, wewenang, dan
kewajiban daerah otonomi untuk mengatur dan mengurus sendiri urusna
pemerintahan dan kepentingan masyarakat setempat sesuai dengan peraturan
perundang-undangan. Sementara pada Pasal 1 angka 6 menyebutkan bahwa
12 Bagir Manan, Op.Cit, hlm.24
10
Daerah Otonomi, selanjutnya disebut daerah, adalah kesatuan masyarakat hukum
yang mempunyai batas-batas wilayah yang berwenang mengatur dan mengurus
urusan pemerintah dan kepentingan masyarakat setempat sesuai prakarsa sendiri
berdasarkan aspirasi masyarakat dalam sistem Negara Kesatuan Republik
Indonesia.
Kemudian Undang-Undang Nomor 22 Tahun 1999 jo Undang-Undang
Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah, menghendaki Otonomi
yang bertanggung jawab, dan Otonomi yang luas. Selain itu, penyelenggaraan
Otonomi Daerah harus didasari pula pada prinsip-prinsip demokrasi, peran serta
yang aktif dari masyarakat, keadilan sosial, serta memperhatiakan potensi dan
aspirasi daerah.
Tujuan pemberian otonomi kepada daerah adalah untuk memungkinkan
daerah yang bersangkutan mengatur dan mengurus rumah tangganya sendiri untuk
meningkatakan daya guna dan hasil guna penyelenggaraan pemerintahan dalam
rangka pelayanan kepada masyarakat dan pelaksanaan pembangunan. Untuk dapat
meleksanakan tujuan tersebut, maka kepada daerah perlu diberikan wewenang-
wewenang untuk melaksanakan berbagai urusan pemerintahan sebagai urusan
rumah tangganya.13
Prinsip otonomi daerah mengguanakan prinsip otonomi seluas-luasnya
dalam arti daerah diberikan kewenangan mengurus dan mengatur semua urusan
pemerintahan diluar yang menjadi urusan Pemerintahan yang telah ditetapakan.
Daerah memiliki wewenang membuat kebijakan daerah untuk memberikan
13 C.S.T Kansil, Pokok-Pokok Pemerintah di Daerah, Aksara Baru, Jakarta, 1978, hlm.
131
11
pelayanan, peningakatan peran serta, prakarsa dan pemberdayaan masyarakat
yang bertujuan pada peningakatan kesejateraan rakyat.14
Negara Republik Indonesia sebagai negara kesatuan menganut asas
penyelenggaraan pemerintahan di daerah yang terkandung dalam Undang-Undang
Nomor 32 Tahun 2004, yaitu :
a. Asas Desentralisasi
Pengertian desentralisasi menurut Pasal 1 Angka 7 UU Pemerintahan
Daerah adalah penyerahan wewenang pemerintahan oleh pemerintahan
oleh pemerintah kepada daerah otonom untuk mengatur dan mengurus
pemerintahan dalam system Negara Kesatuan Republik Indonesia.
b. Asas Dekonentrasi
Dekonsentrasi menurut Pasal 1 angka 8 UU Pemerintah Daerah adalah
pelimpahan wewenang kepada Gubernur sebagai wakil pemerintah dan
atau kepada intansi vertikal di wilayah tertentu.
c. Asas pembantuan
Tugas pembantuan adalah penugasan dari pemerintahan kepada daerah
dan desa dari pemerintah propinsi kepada kabupaten atau kota dan atau
desa, serta dari pemerintah kabupaten atau kota kepada desa untuk
melaksanakan tugas tertentu.
Pengembangan asas desentralisasi dalam Pemerintahan Daerah merupakan
aspek yang sangat menentukan untuk melaksanakan yang berorientasi kepada
kepentingan masyarakat dan berkelanjutan (sustainable). Desentralisasi yang
`14Penjelasan Umum Atas Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 Tentang Pemerintahan
Daerah, Angka 1 huruf b, Alenia 1
12
dibutuhkan tidak sekedar dipahami sebagai pendelegasian sebagai otoritas formal
dalam bentuk dekonsentrasi, ataupun devolusi (pelimpahan sebagai wewenang
pembuatan kebijaksanaan atas pengendalian atas sumber daya kepada daerah),
akan tetapi desentralisasi dalam pembuatan kebijakan/keputusan.15
Dilihat dari pelaksanaan fungsi pemerintahan, desentralisasi atau otonomi
itu menunjukan16:
1. Satuan-satuan desentralisasi (otonomi) lebih fleksibel dalam memenuhi berbagai perubahan yang terjadi dengan cepat;
2. Satuan-satuan desentralisasi dapat melaksanakan tugas dengan efektif dan efisien;
3. Satuan-satuan desentralisasi inovatif; 4. Satuan-satuan desentralisasi mendorong tumbunhnya sikap moral yang
lebih tinggi, komitmen yang lebih tinggi dan produktif. Desentralisasi adalah transfer (perpindahan) kewenangan dan
tanggungjawab fungsi-fungsi publik. Transfer ini dilakukan dari pemerintah pusat
ke pihak lain, baik kepada daerah bawahan, organisasi pemerintah yang semi
bebas ataupun kepada sektor swasta. Selanjutnya desentralisasi dibagi menjadi
empat tipe, yaitu17
1. Desentralisasi politik, yang bertujuan menyalurkan semangat demokrasi
secara positif di masyarakat
15 Soehino, Hukum Tata Negara : Pemerintah Daerah Berdasarkan Undang-undang
Nomor 22 Tahun 1999, BPFE, Cetakan Pertama, Yogyakarta, 2002, hlm.20 16 Ni’matul Huda, Otonomi Daerah Filosofi, Sejarah Perkembangan dan Problematika.
Perustakaan Hukum, UII, Yogyakarta, 2005, hlm.89 17 Susiyati Bambang Hirawan, Desentralisasi Fiskal Sebagai Suatu Upaya Meningkatkan
Penyediaan Layanan Publik (Bagi Orang Miskin) di Indonesia, http://web.mac.com/adrianpanggabean/Loose_Notes_on_Indonesia/Decentralization_and_Local_Finance_files/Prof%20Susiyati%20Hirawan%20%28Pidato%20Pengukuhan%29.pdf, diakses pada 6 april 2010 pukul 22.50
13
2. Desentralisasi administrasi, yang memiliki tiga bentuk utama, yaitu :
dekonsentrasi, delegasi dan devolusi, bertujuan agar penyelenggaraan
pemerintahan dapat berjalan secara efektif dan efisien
3. Desentralisasi fiskal, bertujuan memberikan kesempatan kepada daerah
untuk menggali berbagai sumber dana
4. Desentralisasi ekonomi atau pasar, bertujuan untuk lebih memberikan
tanggungjawab yang berkaitan sektor publik ke sektor privat.
Pelaksanaan otonomi daerah, juga sebagai penerapan (implementasi)
tuntutan globalisasi yang sudah seharusnya lebih memberdayakan daerah dengan
cara diberikan kewenangan yang lebih luas, lebih nyata dan bertanggung jawab.
Terutama dalam mengatur, memanfaatkan dan menggali sumber-sumber potensi
yang ada di daerahnya masing-masing. Desentralisasi merupakan simbol atau
tanda adanya kepercayaan pemerintah pusat kepada daerah yang akan
mengembalikan harga diri pemerintah dan masyarakat daerah
Diundangkannya Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang
Pemerintahan Daerah dan Undang-Undang Nomor 33 Tahun 2004 tentang
Perimbangan keuangan antara Pemerintahan Pusat dan Daerah, merupakan
jawaban terhadap salah satu tuntutan reformasi disamping untuk memenuhi
aspirasi daerah.
Dari sudut demokrasi, dalam arti formal, otonomi daerah diperlukan dalam
rangka memperluas partisipasi masyarakat dalam pemerintahan. Dari segi materil,
otonomi daerah mengandung makna sebagai usaha mewujudkan kesejahteraan
yang bersanding dengan prinsip negara kesejahteraan dan sistem pemencaran
14
kekuasan menurut dasar negara berdasarkan atas hukum. Oleh karena otonomi
bertalian dengan demokrasi, maka harus ada lembaga dan tata cara
penyelenggaraan demokrasi daerah.18
Sejalan dengan sistem demokrasi perwakilan, maka secara kelembagaan
perlu ada badan perwakilan rakyat daerah yang di bentuk secara demokratik.
Demikian pula penyelenggaraan pemerintahannya, harus lah dijalan kan secara
demokratis yang meliputi tata cara penunjukan pejabat, penentuan kebijakan,
pertanggung jawaban, pengawasan, dan lain-lain. Mekanisme pemerintahan harus
dilakuakan dengan tata cara yang demokratis pula.19
Pemberian otonomi melalui pembentukan dan penyusunan daerah serta
dengan penyerahan urusan negara adalah prinsip memperkokoh negara kesatuan
dan mempertinggi tingkat kesejahteraan rakyat Indonesia secara merata, dengan
demikian membentuk daerah otonomi dan pemberian berbagai kewenangan untuk
memegang peraturan dan kesatuan bangsa yang sekaligus daerah diberi
kesempatan untuk mewujudkan kesejahteraan masyarakat.
Pasal 18 UUD 1945 sebelum amandemen berbunyi ”pembagian daerah
Indonesia atas daerah besar dan kecil dengan bentuk susunan pemerintahannya
ditetapkan dengan Undang-Undang dengan memandang dan mengingati dasar
permusyawaratan dalam sistem pemerintahan negara, dan hak-hak asal-usul dalam
daerah-daerah yang bersifat istimewa.”
Berpedoman pada ketentuan Pasal 18 beserta penjelasannya setidak-
tidaknya terungkap bahwa “susunan pemerintahan daerah” dibentuk dengan
18 Ni’matul Huda, Otonomi…Op Cit, hlm.190 19 Ibid
15
Undang-Undang dengan memandang dan mengingati dasar permusyawaratan
dalam “sistem pemerintahan negara” yang berbentuk kesatuan. Artinya ada empat
kata kunci di dalamnya, yaitu “susunan pemerintahan daerah”, harus “dibentuk
dengan Undang-Undang”, harus ”memandang dan mengingati dasar
pemusyawaratan”, dan “dalam kerangka sistem pemerintahan negara kesatuan”.20
Atas dasar kata-kata kunci tersebut, dapat dimaknai bahwa sistem
pemerintahan daerah selain didasari pada prinsip-prinsip demokrasi dan
kedaulatan rakyat, juga semestinya juga mengindahkan hal-hal yang bertalian
dengan prinsip-prinsip penyelenggaraan negara kesatuan. Artinya, apa yang
berlaku sebagai sistem pemerintahan negara seharusnya berlaku juga dalam
penyelenggaraan pemerintah daerah. Dengan kata lain, bahwa prinsip yang
dijalankan dalam penyelenggaraan pemerintahan daerah seharusnya tidak boleh
bertentangan dengah prinsip-prinsip yang terdapat pada sistem pemerintahan
negara (pemerintahan pusat).21
Peraturan daerah sebagai wujud dari pelaksanaan otonomi daerah
mempunyai tujuan untuk mengatur masyarakat agar terciptanya kesejahteraan
dean kemakmuran bersama disamping untuk menjaga ketertiban di daerah
otonomi. Hukum tidak lepas dari kebiasaan masyarakat dan nilai moral yang
berlaku dimasyarakat serta adanya sanksi yang mendukung hukum itu berlaku.
20 J.Kaloh, Mencari Bentuk Otonomi Daerah : Suatu Solusi dalam Menjawab Kebutuhan
Lokal dan Tantangan Global, Rineka Cipta, Cetakan Pertama, Jakarta, 2002, hlm.221 21 Ibid, hlm.221-222
16
Sebagian besar teori hukum menyatakan baik secara eksplisit maupun
implisit bahwa yang membedakan norma hukum dan norma-norma lainnya adalah
pada norma hukum dilekatkan suatu paksaan atau sanksi22
Hukum mempunyai tujuan mewujudkan rasa keadilan dalam kehidupan
bermasyarakat. Esensi moral berpangkal dari moral yang sebagai landasan tujuan
hukum. Selain keadilan, kesejahteraan juga sebagai yujuan dari pembentukan
hukum. Di undangkannya suatu peraturan mempunyai landasan agar kepastian
hukum terjamin. Hukum dalam prespektif otonomi daerah selain mempunyai
tujuan namun juga bersifat mengatur dan memaksa.
Keberadaan peraturan daerah sebagai wujud dari otonomi daerah
mendorong daerah otonomi untuk menggali lebih dalam potensi-potensi yang ada
di wilayah tersebut. Hukum menjadi payung masyarakat untuk maju dan
mempunyai keghidupan yang lebih baik. Masyarakat harus mempunyai akses
dalam menyampaikan aspirasinya dalam pembentukan Peraturan Daerah,
sehingga Peraturan daerah yang dibuat sesuai dengan nilai moral dan kebiasaan
masyarakat daerah otonomi. Selain itu Peraturan daerah yang dibuat mempunyai
fungsi lain yaitu sebagi alat untuk meningkatkan kesadaran hukum masyarakat.
E. Metode Penelitian
1. Obyek penelitian
Pelaksanaan Peraturan Daerah Nomor 9 Tahun 2007 Tentang Pemondokan
di Padukuhan Krodan Kecamatan Depok Kabupaten Sleman
22 Lon L.Fuller, The Morality of Law, Yale University Press, New Haven, 1975, hlm.109 dikutip kembali oleh Peter Mahmud Marzuki, Pengantar Ilmu Hukum, Prenada Media Group, cetakan pertama, Jakarta, 2008, hlm.73
17
2. subyek penelitian
a. Kepala Dinas Ketentraman dan Ketertiban Kecamatan Depok
b. Pemilik Pemondokan di Padukuhan Krodan Kelurahan Maguwoharjo
Kecamatan Depok Kabupaten Sleman
c. Kantor Pemerintahan Kelurahan Maguwoharjo dan kantor
pemerintahan Kecamatan Depok Kabipaten Sleman
3. Sumber data
a. Data primer
Data asli yang diperoleh peneliti dari tangan pertama, yang dilakukan
secara langsung dari penelitian lapangan (fileld research), yang
relevan dengan permasalahan yang akan diteliti.
b. Data sekunder
Data yang digunakan untuk membahas skipsi ini, diperoleh dari
penelitian kepustakaan yang meliputi:
a) Bahan hukum primer, antara lain terdiri dari:
1. Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tantang Pemerintahan
Daerah
2. Peraturan Daerah Kabupaten Sleman Nomor 9 Tahun 2007 tentang
Pemondokan
b) Bahan hukum sekunder, antara lain:
1. Buku yang terkait dan atau relevan dengan tema yang diangkat
penulis;
2. Pendapat para ahli;
18
3. Karya tulis;
4. Literatur-literatur lain yang mendukung tema skipsi penulis
c) Bahan hukum tersier, antara lain:
Bahan hukum yang menberi kejelasan atas bahan hukum primer dan
bahan hukum sekunder yaitu berupa:
a) Kamus Hukum;
b) Kamus Umum Bahasa Indonesia;
c) Ensiklopedia
d) Teknik pengumpulan data
Data yang di kumpulkan dengan menggunakan dua metode yaitu:
a. Wawancara
Pengumpulan data yang dilakukan dengan cara mengajukan pertanyaan
secara langsung kepada informan atau seorang ahli yang berwenang
dalam suatu masalah. Informan tersebut seperti Kepala Dukuh, Kepala
Desa, dan pemilik pemondokan, dan kepala dinas kententraman dan
ketertiban kecamatan Depok
b. Studi pustaka
Studi ini dimaksudkan untuk mengumpulkan atau memahami data-data
sekunder dengan berpijakan pada berbagai literature dan dokumen yang
berkaitan dengan obyek penelitian.
5. Metode pendekatan
Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan
yuridis sosiologi, yaitu pendekatan dengan melakukan penelitian
19
lapangaan terhadap pelaksanaan Peraturan Daerah Kabupaten Sleman
Nomor 9 Tahun 2007 tantang Pemondokan
6. analisis data
Data yang diperoleh dituangkan secara diskriptif kemudian dianalisis
kualitatif, yaitu pengolahan data yang diperoleh dari gambaran yang
sistematis berdasarka teori sebagai pengetahuan umum yang terdapat
pada ilmu hukum sehingga diperoleh kesimpulan. Kemudian,
kesimpulan ditarik dengan menggunakan metode induktif yaitu
penarikan kesimpulan yang dimulai dari fakta-fakta khusus menuju
kesimpulan.
20
F. Sistematika Penelitian
BAB I PENDAHULUAN
Bab ini memuat: judul, latar belakang masalah, rumusan masalah,
tujuan penelitian, tinjauan pustaka, metode penelitian, kerangka skipsi,
dan daftar pustaka.
BAB II TINJAUAN UMUM OTONOMI DAERAH DAN
PEMERINTAHAN DAERAH
Bab ini memuat tentang sejarah, pengertian dan pelaksanaan otonomi
daerah di Indonesia, bab ini juga memuat asas, bentuk, dan susunan,
serta pelaksanaan pemerintahan daerah di Indonesia
BAB III PELAKSANAAN PERATURAN DAERAH NOMOR 9 TAHUN
2007 TENTANG PEMONDOKAN DI PADUKUHAN KRODAN
KELURAHAN MAGUWOHARJO KECAMATAN DEPOK
KABUPATEN SLEMAN
Bab ini memuat Deskripsi Kabupaten Sleman, kecamatan Depok pada
umumnya dan padukuhan Krodan serta Kelurahan Maguwoharjo pada
khususnya, serta penerapan dan kendala-kendala dalam Pelaksanaan
peraturan Sleman Nomor 9 Tahun 2007 tentang Pemondokan di
Padukuhan Krodan Kelurahan Maguwoharjo Kecamatan Depok
Kabupaten Sleman
BAB IV KESIMPULAN DAN SARAN
Bab ini memuat kesimpulan dari hasil penelitian studi lapangan di
Dinas Ketentraman dan Ketertiban kecamatan Depok dan para pemilik
21
pemondokan di Padukuhan Krodan Kelurahan Maguwoharjo
Kecamatan Depok Kabupaten Sleman. Bab ini juga memuat
kesimpulan dan saran atas pelaksanaan Peraturan Daerah Nomor 7
Tahun 2009 tentang Pemondokan di di Padukuhan Krodan Kelurahan
Maguwoharjo Kecamatan Depok Kabupaten Sleman