bab i pendahuluan a. latar belakang...

21
1 BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH Dalam persidangan kasus pembunuhan aktivis HAM Munir dengan terdakwa mantan Deputi V Badan Intelijen Negara (BIN) Muchdi Purwopranjono yang dilaksanakan di Pengadilan Negeri Jakarta Selatan telah melalui rangkaian proses acara pidana di tingkat pengadilan negeri yang berakhir dengan pembacaan putusan No.1488/Pid.B/2008/PN.Jkt.Sel. yang memutuskan Terdakwa Muchdi Purwopranjono tidak terbukti secara sah dan meyakinkan bersalah melakukan tindak pidana yang didakwakan kepadanya sehingga membebaskan Terdakwa Muchdi Purwopranjono dari semua dakwaan 1 . Dari serangkaian proses acara pidana yang telah dilaksanakan, proses terpenting bagi Majelis Hakim dalam membuat pertimbangan didalam putusan ialah pembuktian yang bertujuan untuk mencari kebenaran materiil. Pembuktian tentang benar tidaknya terdakwa melakukan perbuatan yang didakwakan, merupakan bagian yang terpenting acara pidana. Dalam hal ini pun hak asasi manusia dipertaruhkan. Bagaimana akibatnya jika seseorang yang didakwa dinyatakan terbukti melakukan perbuatan yang didakwakan berdasarkan alat bukti yang disertai keyakinan hakim, padahal tidak benar. Untuk inilah maka hukum acara pidana bertujuan untuk mencari kebenaran materiil, berbeda dengan hukum acara perdata yang cukup puas dengan kebenaran formil 2 . 1 Lihat Putusan Pengadilan Negeri Jakarta Selatan No.1488/Pid.B/2008/PN.Jkt.Sel. 2 Andi Hamzah, Hukum Acara Pidana Indonesia, Ctk. Kelima, Sinar Grafika, Jakarta, 2006, hlm. 245.

Upload: haphuc

Post on 07-Feb-2018

220 views

Category:

Documents


4 download

TRANSCRIPT

Page 1: BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAHrepository.uii.ac.id/410/SK/I/0/00/000/000743/uii-skripsi-05410194... · keterangan saksi dengan nilai pembuktian yang sama lebih baik semua

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG MASALAH

Dalam persidangan kasus pembunuhan aktivis HAM Munir dengan

terdakwa mantan Deputi V Badan Intelijen Negara (BIN) Muchdi Purwopranjono

yang dilaksanakan di Pengadilan Negeri Jakarta Selatan telah melalui rangkaian

proses acara pidana di tingkat pengadilan negeri yang berakhir dengan pembacaan

putusan No.1488/Pid.B/2008/PN.Jkt.Sel. yang memutuskan Terdakwa Muchdi

Purwopranjono tidak terbukti secara sah dan meyakinkan bersalah melakukan

tindak pidana yang didakwakan kepadanya sehingga membebaskan Terdakwa

Muchdi Purwopranjono dari semua dakwaan1. Dari serangkaian proses acara

pidana yang telah dilaksanakan, proses terpenting bagi Majelis Hakim dalam

membuat pertimbangan didalam putusan ialah pembuktian yang bertujuan untuk

mencari kebenaran materiil.

Pembuktian tentang benar tidaknya terdakwa melakukan perbuatan yang

didakwakan, merupakan bagian yang terpenting acara pidana. Dalam hal ini pun

hak asasi manusia dipertaruhkan. Bagaimana akibatnya jika seseorang yang

didakwa dinyatakan terbukti melakukan perbuatan yang didakwakan berdasarkan

alat bukti yang disertai keyakinan hakim, padahal tidak benar. Untuk inilah maka

hukum acara pidana bertujuan untuk mencari kebenaran materiil, berbeda dengan

hukum acara perdata yang cukup puas dengan kebenaran formil2.

1 Lihat Putusan Pengadilan Negeri Jakarta Selatan No.1488/Pid.B/2008/PN.Jkt.Sel.

2 Andi Hamzah, Hukum Acara Pidana Indonesia, Ctk. Kelima, Sinar Grafika, Jakarta,

2006, hlm. 245.

Page 2: BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAHrepository.uii.ac.id/410/SK/I/0/00/000/000743/uii-skripsi-05410194... · keterangan saksi dengan nilai pembuktian yang sama lebih baik semua

2

Dalam proses pembuktian yang dilaksanakan persidangan kasus

pembunuhan aktivis HAM Munir dengan terdakwa mantan Deputi V Badan

Intelijen Negara (BIN) Muchdi Purwopranjono yang dilaksanakan di Pengadilan

Negeri Jakarta Selatan telah memunculkan pertentangan yang diwarnai keberatan

dari penasehat hukum terdakwa Muchdi Purwopranjono. Keberatan diajukan

penasehat hukum terdakwa pada saat jaksa penuntut umum tidak mampu

menghadirkan dua saksi kunci yaitu Wakil Kepala Badan Intelijen Negara M

As'ad dan Direktur 5.1 BIN Budi Santoso pada persidangan, kemudian jaksa

penuntut umum meminta majelis hakim untuk diijinkan membacakan Berita

Acara Pemeriksaan kedua saksi tersebut yang telah dibuat oleh penyidik.

Saksi Budi Santoso merupakan saksi kunci yang dapat menyeret Terdakwa

Muchdi Pr dalam perkara yang didakwakan yaitu pasal 55 ayat (1) ke-2 atau ke-1

jo. pasal 340 KUHP. Hal ini sesuai dengan keterangan yang telah disampaikan

Saksi Budi Santoso pada penyidik yang telah dituangkan didalam berita acara

pemeriksaan saksi yang ditandatangani oleh saksi dan diberikan dibawah sumpah

dihadapan penyidik, yang akan mampu membuktikan dakwaan jaksa penuntut

umum.

Pada persidangan yang dilaksanakan pada tanggal 16 September 2008

dengan agenda pembuktian oleh Jaksa Penuntut Umum yang secara resmi dan

patut telah menghadirkan saksi Budi Santoso dan M As'ad, pada kenyataannya

Page 3: BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAHrepository.uii.ac.id/410/SK/I/0/00/000/000743/uii-skripsi-05410194... · keterangan saksi dengan nilai pembuktian yang sama lebih baik semua

3

kedua saksi secara resmi melalui surat menyatakan berhalangan mengikuti

persidangan dalam pemeriksaan saksi persidangan tersebut3.

Akhirnya pada persidangan kelima belas tanggal 6 November 2008, Jaksa

Penutut Umum Cyrus Sinaga,SH,M.Mum. memberikan laporan kepada Majelis

Hakim mengenai pemanggilan kepada saksi Budi Santoso dan M As’ad dilakukan

15 kali panggilan namun tidak pernah hadir dalam pemeriksaan saksi

dipersidangan. Atas hal tersebut JPU berpendapat telah maksimal melakukan

pemanggilan kepada kedua saksi sesuai dengan undang-undang yang berlaku

karena yang bersangkutan telah dipanggil secara patut dan dengan bukti-bukti

relas panggilan dan surat keterangan lainnya dan yang bersangkutan telah

disumpah pemeriksaan karena itu JPU meminta kepada majelis hakim yang mulia

supaya keterangan kedua saksi tersebut ditahap penyidikan dapat dibacakan

dalam persidangan4. Meskipun hal ini tetap ditentang oleh tim penasehat hukum

terdakwa yang menyatakan keraguannya terhadap tandatangan saksi didalam BAP

karena majelis hakim juga tidak bisa memberikan pertanyaan seputar tandatangan

dan paraf pada saksi seperti pada pemeriksaan saksi pada umumnya.

Akhirnya Hakim mengijinkan pembacaan dilakukan terhadap BAP Budi

Santoso tertanggal 3 oktober 2007, 8 Oktober 2007, 27 Maret 2008 dan 7 Mei

2008 serta BAP M As’ad tertanggal 16 Maret 2008.

3 Kontras, Monitoring Persidangan V Kasus Pembunuhan Munir Dengan Terdakwa

Muhdi Purwoprajono, dalam

http://www.kontras.org/munir/Monitor%20Persidangan%20kelima%20160908.pdf , diakses

tanggal 27 Januari 2009, jam 19.30. 4 Kontras, Monitoring Persidangan XV Kasus Pembunuhan Munir Dengan Terdakwa

Muhdi Purwoprajono, dalam

http://www.kontras.org/munir/persidangan%20kelimabelas%20061108.pdf, diakses tanggal

27 Januari 2009, jam 19.30.

Page 4: BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAHrepository.uii.ac.id/410/SK/I/0/00/000/000743/uii-skripsi-05410194... · keterangan saksi dengan nilai pembuktian yang sama lebih baik semua

4

Dari kasus diatas telah memberikan banyak pelajaran yang bisa dikaji

untuk dapat melakukan koreksi terhadap penegakan hukum di Indonesia yang

berpedoman pada KUHAP untuk dapat melihat keadilan secara berimbang tidak

hanya mencari keadilan bagi korban tanpa mempertimbangkan keadilan bagi

terdakwa dengan hak-hak yang dia miliki.

Dalam perkara Muchdi Purwopranjono pihak penasehat hukum terdakwa

menyatakan keberatan dari awal atas adanya saksi Budi Santoso serta M As’ad

yang tidak dapat hadir dipersidangan tetapi Berita Acara Pemeriksaan (BAP)

kedua saksi oleh JPU dibacakan pada saat pembuktian dengan berpedoman pada

Pasal 162 KUHAP5. Pihak JPU berpendapat telah memenuhi persyaratan untuk

dapat membacakan BAP dipersidangan karena telah sebanyak 15 kali melakukan

panggilan secara patut dan sah terhadap para saksi tetapi tidak sekalipun para

saksi hadir dipersidangan, sementara saksi Budi Santoso merupakan saksi kunci

yang mampu membuktikan semua dakwaan dari JPU terhadap terdakwa. Dari

pihak tim penasehat hukum terdakwa selalu menyatakan keberatan terhadap

pembacaan BAP dan meminta untuk menghadirkan saksi dengan berlandaskan

pada Pasal 185 ayat (1) berbunyi: ”Keterangan saksi sebagai alat bukti ialah apa

5 Pasal 162 KUHAP yang berbunyi :

Ayat (1) Jika saksi sesudah memberi keterangan dalam penyidikan meninggal dunia atau karena

halangan yang sah tidak dapat hadir di sidang atau tidak dipanggil karena jauh tempat kediaman

atau tempat tinggalnya atau karena sebab lain yang berhubungan dengan kepentingan negara,

maka keterangan yang telah diberikannya itu dibacakan.

Ayat (2) Jika keterangan itu sebelumnya telah diberikan di bawah sumpah, maka keterangan itu

disamakan nilainya dengan keterangan saksi di bawah sumpah yang diucapkan di sidang.

Page 5: BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAHrepository.uii.ac.id/410/SK/I/0/00/000/000743/uii-skripsi-05410194... · keterangan saksi dengan nilai pembuktian yang sama lebih baik semua

5

yang saksi nyatakan di sidang pengadilan.” Tim penuntut umum beranggapan

sejak awal memang tidak ada niat dari JPU untuk menghadirkan para saksi.

Dengan keberadaan Pasal 162 KUHAP ini apakah telah mengurangi hak

dari terdakwa untuk dapat melakukan cross examination terhadap saksi sehingga

terdakwa telah diperlakukan tidak adil. Selain itu keberadaan Pasal 162 ini

dapatkah mengurangi kebenaran materiil yang sebenarnya dicari didalam hukum

acara pidana dan akan mengarah kepada kebenaran formil saja. Mengingat dalam

Pasal 162 Ayat (2) bahwa keterangan tersebut dibawah sumpah maka nilainya

dengan keterangan saksi dibawah sumpah yang diterangkan dipersidangan akan

memunculkan kekhawatiran disalah gunakan oleh pihak Jaksa Penuntut Umum

tidak perlu lagi menghadirkan para saksi ke pengadilan karena cukup

membacakan keterangannya hasil penyidikan di persidangan. Hal ini jelas

merugikan sekali bagi terdakwa dipersidangan karena kedudukan pada saat

pembuktian yang tidak berimabang. Sementara disisi lain jika hanya karena

kondisi saksi yang memang tidak dapat dihadirkan dipersidangan akan menjadi

sebab ketidakadilan bagi korban.

Pada persidangan dengan terdakwa Muchdi Purwopranjono memunculkan

sebuah fenomena yang sering terjadi di dunia peradilan di Indonesia khususnya

dalam tahap sidang pengadilan, adanya kecenderungan keterangan saksi dalam

Berita Acara Pemeriksaan (BAP) penyidikan dibacakan dalam persidangan. Hal

ini disebabkan karena jaksa yang bersangkutan tidak mampu menghadirkan saksi-

saksi di persidangan, khususnya terhadap saksi yang memberatkan ( a charge ),

sehingga seringkali keterangan saksi-saksi yang diberikan dalam BAP dibacakan

Page 6: BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAHrepository.uii.ac.id/410/SK/I/0/00/000/000743/uii-skripsi-05410194... · keterangan saksi dengan nilai pembuktian yang sama lebih baik semua

6

dalam persidangan. Bahkan seringkali terungkap dalam persidangan bahwa

ketidakhadiran saksi-saksi yang dimaksud tanpa didasari alasan yang jelas atau

sah. Tentunya hal ini akan mengurangi tingkat kebenaran materil (legalitas)

sebagai tujuan dari proses pemeriksaan perkara pidana. Selain itu apakah dengan

adanya pembacaan BAP ketentuan yang membolehkan BAP saksi yang disumpah

untuk dapat dibacakan di persidangan dan dinilai mempunyai kekuatan

pembuktian yang sama dengan bukti keterangan saksi yang memberikan

kesaksian di persidangan akan dapat merugikan hak-hak terdakwa.

Tujuan hukum acara pidana adalah untuk menemukan kebenaran materiil

atau kebenaran hakiki yang menjadi dasar terbentuknya putusan yang berkeadilan,

apakah dengan proses pemeriksaan saksi melalui berita acara pemeriksaaan saksi

di penyidikan dapat mencapai sebuah kebenaran yang hakiki. Salah satu cara

untuk mewujudkan kebenaran yang hakiki harus melalui sebuah proses peradilan

yang berkeadilan bagi para pihak.

Ada yang berpendapat bahwa alasan-alasan yang menjadi dasar penerapan

pembacaan BAP saksi untuk menggantikan ketidak hadiran saksi pada

pemeriksaan peradilan, seperti untuk menciptakan proses peradilan yang

sederhana, cepat, dan biaya ringan yang hal ini juga untuk kepentingan terdakwa

sendiri, tetapi mengapa jika melihat dalam peradilan pembunuhan Munir dengan

terdakwa Muchdi Pr, tim penasihat hukum terdakwa dari awal menyatakan

keberatan atas pembacaan BAP saksi dipersidangan jika hal itu untuk

meringankan terdakwa. Jadi patut kita pertanyakan, benarkah pembacaan BAP

Page 7: BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAHrepository.uii.ac.id/410/SK/I/0/00/000/000743/uii-skripsi-05410194... · keterangan saksi dengan nilai pembuktian yang sama lebih baik semua

7

saksi tersebut untuk melindungi hak terdakwa untuk memperoleh peradilan yang

cepat, sederhana dan biaya murah.

Selanjutnya dalam Pasal 162 KUHAP ayat (2) diberikan ketentuan bahwa

pembacaan BAP saksi yang telah diberikan dibawah sumpah saat penyidikan

mempunyai kekuatan pembuktian yang disamakan dengan keterangan saksi yang

diberikan dipersidangan. Seperti yang kita tahu banyak syarat-syarat yang harus

dipenuhi untuk dapat dikatakan sebagai keterangan saksi yang disebut dalam

Pasal 184 ayat (1) KUHAP. Apakah dengan dapat dipersamakannya nilai

kekuatan pembuktian pembacaan BAP saksi dibawah sumpah di persidangan

dengan keterangan saksi berarti telah memenuhi syarat-syarat yang harus dimiliki

sebagai keterangan saksi. Apabila memang memenuhi syarat-syarat sebagai

keterangan saksi dengan nilai pembuktian yang sama lebih baik semua saksi saat

penyidikan disumpah dan dibacakan saja dipersidangan untuk lebih menciptakan

peradilan yang cepat, sederhana dan biaya yang ringan, tetapi jelas kebenaran

materiil yang ingin dicapai hukum acara pidana tidak akan pernah tercapai.

Hakim sebagai orang yang memberikan putusan harus menjatuhkan putusan

didasarkan alat bukti yang dihadirkan penuntut umum dan penasihat hukum guna

memperoleh sebuah keyakinan akan kebenaran fakta yang terjadi, haruskah terikat

pada ketentuan Pasal 162 ayat (1) KUHAP dalam memberikan pertimbangan nilai

kekuatan pembuktian saksi yang dibacakan.

Penyidik merupakan orang yang bertindak untuk mengumpulkan alat bukti

yang membuat terang tindak pidana dan menemukan pelaku. Berita acara

pemeriksaan saksi merupakan buatan penyidik atas telah dilakukannya

Page 8: BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAHrepository.uii.ac.id/410/SK/I/0/00/000/000743/uii-skripsi-05410194... · keterangan saksi dengan nilai pembuktian yang sama lebih baik semua

8

pemeriksaan kepada saksi. Sejak awal apakah BAP yang dibuat penyidik ini

memang diperuntukan untuk pembuktian dipersidangan. Hal ini jelas penyidikan

dapat menjadi proses yang sangat menentukan dalam terciptanya putusan akhir

dari majelis hakim.

Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan di atas, maka penulis

hendak melakukan penelitian yang akan dituangkan kedalam bentuk skripsi

dengan judul “PEMBACAAN BERITA ACARA PEMERIKSAAN (BAP)

SAKSI DALAM PENYIDIKAN UNTUK PEMBUKTIAN DI SIDANG

PENGADILAN YANG DAPAT MELEMAHKAN KEDUDUKAN

TERDAKWA (Studi Kasus Persidangan Kasus Pembunuhan Munir Dengan

Terdakwa Muchdi Purwopranjono Di Pengadilan Negeri Jakarta Selatan)”.

B. RUMUSAN MASALAH

1. Bagaimana kekuatan pembuktian dari pembacaan berita acara

pemeriksaan (BAP) saksi dalam penyidikan di sidang pengadilan bagi

pertimbangan hakim di dalam putusannya?

2. Apakah pembacaan berita acara pemeriksaan (BAP) saksi dalam

penyidikan untuk pembuktian di sidang pengadilan dapat merugikan

hak-hak terdakwa di dalam proses persidangan ?

Page 9: BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAHrepository.uii.ac.id/410/SK/I/0/00/000/000743/uii-skripsi-05410194... · keterangan saksi dengan nilai pembuktian yang sama lebih baik semua

9

C. TUJUAN PENELITIAN

1. Untuk mengetahui kekuatan pembuktian dari pembacaan berita acara

pemeriksaan (BAP) saksi dalam penyidikan di sidang pengadilan bagi

pertimbangan hakim di dalam putusannya

2. Untuk mengetahui bahwa pembacaan berita acara pemeriksaan (BAP)

saksi dalam penyidikan untuk pembuktian di sidang pengadilan dapat

merugikan hak-hak terdakwa di dalam proses persidangan

D. TINJAUAN PUSTAKA

Berdasarkan Pedoman Pelaksanaan KUHAP yang dikeluarkan oleh

Menteri Kehakiman, dijelaskan tujuan hukum acara pidana adalah6:

”Tujuan dari hukum acara pidana adalah untuk mencari dan mendapatkan

setidak-tidaknya mendekati kebenaran materiil, ialah kebenaran

Kebenaran materiil ialah kebenaran yang selengkap-lengkapnya dari suatu

perkara pidana dengan menerapkan ketentuan hukum acara pidana secara

jujur dan tepat dengan tujuan untuk mencari siapakah pelaku yang dapat

didakwakan melakukan suatu pelanggaran hukum, dan selanjutnya

meminta pemeriksaan dan putusan dari pengadilan guna menemukan

apakah terbukti bahwa suatu tindak pidana telah dilakukan dan apakah

orang yang didakwa itu dapat dipersalahkan.”

Pada tujuan hukum acara pidana yang dirumuskan didalam Pedoman

Pelaksanaan KUHAP tersebut terdapat bagian kalimat yang berbunyi : ”...setidak-

tidaknya mendekati kebenaran materiil,....”. Kalau dibandingkan dengan

pandangan doktrina Hukum Pidana seperti Simons dan Mr. J.M van Bemmelen

6 Dikutip dari : Andi Hamzah, Hukum…op.cit.,hlm. 8.

Page 10: BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAHrepository.uii.ac.id/410/SK/I/0/00/000/000743/uii-skripsi-05410194... · keterangan saksi dengan nilai pembuktian yang sama lebih baik semua

10

yang menganggap tujuan Hukum Acara Pidana sebagai ketentuan hukum yang

mencari kebenaran materiil sehingga kebenaran formal bukanlah merupakan

tujuan dari Hukum Acara Pidana. Seharusnya tujuan yang dirumuskan tidak hanya

sekedar bertujuan mencapai setidak-tidaknya mendekati kebenaran materiil, tetapi

bertujuan mencapai kebenaran materiil7, tetapi usaha hakim menemukan

kebenaran materiil itu dibatasi oleh surat dakwaan jaksa. Hakim tidak dapat

menuntut supaya jaksa mendakwa dengan dakwaan lain atau menambah

perbuatan yang didakwakan8.

Untuk mencapai kebenaran materiil yang diharapkan, hakim sesuai dengan

ketentuan didalam Pasal 183 KUHAP yang berbunyi : ”Hakim tidak boleh

menjatuhkan pidana kepada seorang kecuali apabila dengan sekurang-kurangnya

dua alat bukti yang sah ia memperoleh keyakinan bahwa suatu tindak pidana

benar-benar terjadi dan bahwa terdakwalah yang bersalah melakukannya.”

Selanjutnya didalam penjelasan Pasal 183 menyatakan bahwa ”Ketentuan ini

adalah untuk menjamin tegaknya kebenaran, keadilan dan kepastian hukum bagi

seseorang.”

Dalam memberikan putusan yang mengandung kebenaran materiil hakim

harus memperoleh keyakinan yang dia peroleh dari minimal dua alat bukti yang

sah. Sedangkan alat bukti yang sah menurut Pasal 184 KUHAP terdiri dari :

a. Keterangan saksi;

b. Keterangan ahli;

7 Lilik Mulyadi, Hukum Acara Pidana, Ctk. Kesatu, Citra Aditya Bakti, Bandung, 1996,

hlm. 11. 8 Andi Hamzah, Hukum…op.cit.,hlm. 8.

Page 11: BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAHrepository.uii.ac.id/410/SK/I/0/00/000/000743/uii-skripsi-05410194... · keterangan saksi dengan nilai pembuktian yang sama lebih baik semua

11

c. Surat;

d. Petunjuk;

e. Keterangan terdakwa;

Pada umumnya alat bukti keterangan saksi merupakan alat bukti yang

paling utama dalam perkara pidana. Boleh dikatakan, tidak ada suatu perkara

pidana yang luput dari pembuktian keterangan alat bukti saksi. Hampir semua

pembuktian perkara pidana, selalu dilakukan adanya pemeriksaan keterangan

saksi. Sekurang-kurangnya disamping pembuktian dengan alat bukti yang lain,

masih tetap selalu diperlukan pembuktian dengan alat bukti keterangan saksi9.

Pengertian saksi yang diberikan didalam ketentuan umum Pasal 1 angka

26 KUHAP adalah orang yang dapat memberikan keterangan guna kepentingan

penyidikan, penuntutan, dan peradilan tentang suatu perkara pidana yang ia

dengar sendiri, ia lihat sendiri, dan ia alami sendiri. Sedangkan pengertian

keterangan saksi didalam Pasal 1 angka 27 adalah salah satu alat bukti dalam

perkara pidana yang berupa keterangan yang dari saksi mengenai suatu peristiwa

pidana yang ia dengar sendiri, ia lihat sendiri, dan ia alami sendiri dengan

menyebut alasan dari pengetahuan itu.

Syarat yang harus dipenuhi agar keterangan saksi dapat dikatakan sah

adalah:

a. Syarat formil

9 M.Yahya Harahap, Pembahasan Permasalahan Dan Penerapan KUHP Jilid II, Ctk.

Ketiga, Pustaka Kartini, Jakarta, 1993, hlm. 808.

Page 12: BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAHrepository.uii.ac.id/410/SK/I/0/00/000/000743/uii-skripsi-05410194... · keterangan saksi dengan nilai pembuktian yang sama lebih baik semua

12

1) seorang saksi harus mengucapkan sumpah dan janji baik sebelum maupun

setelah memberikan keterangan (Pasal 160 ayat 3 dan 4 KUHAP);

2) seorang saksi telah mencapai usia dewasa yang telah mencapai usia 15

tahun atau lebih atau sudah menikah. Sedangkan orang yang belum

mencapai usia 15 tahun atau belum menikah dapat memberikan keterangan

tanpa disumpah dan dianggap sebagai keterangan biasa (Pasal 171 butir a

KUHAP);

b. Syarat materil

1) melihat, mendengar, atau mengalami sendiri suatu persitiwa pidana (Pasal

1 butir 26 atau 27 KUHAP);

2) seorang saksi harus dapat menyebutkan alasan dari kesaksiannya itu

(Pasal 1 butir 27 KUHAP);

3) keterangan seorang saksi saja tidak cukup untuk membuktikan kesalahan

terdakwa. Asas ini terkenal dengan sebutan unus testis nullus testis (Pasal

185 ayat 2 KUHAP).

Kitab Hukum Acara Pidana mengandung beberapa landasan asas satu

prinsip, yang diartikan sebagai dasar patokan hukum yang melandasi dalam

penerapan dan penegakan KUHAP. Asas-asas atau prinsip hukum inilah tonggak

pedoman bagi aparat penegak hukum dalam menerapkan pasal-pasal KUHAP.

Bukan saja hanya kepada aparat penegak hukum saja asas atau prinsip hukum

yang dimaksud menjadi patokan dan landasan tetapi juga bagi setiap anggota

masyarakat yang terlibat dan berkepentingan atas pelaksanaan tindakan yang

Page 13: BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAHrepository.uii.ac.id/410/SK/I/0/00/000/000743/uii-skripsi-05410194... · keterangan saksi dengan nilai pembuktian yang sama lebih baik semua

13

menyangkut KUHAP. Apabila menyimpang dari prinsip-prinsip hukum yang

terdapat dalam KUHAP, berarti orang yang bersangkutan telah sengaja

mengabaikan hakikat kemurnian yang dicita-citakan KUHAP. Salah satu prinsip

KUHAP tersebut adalah pemeriksaan hakim yang langsung dan lisan.

Pemeriksaan di sidang pengadilan dilakukan oleh hakim secara langsung artinya

langsung kepada terdakwa dan para saksi10

. Jadi menurut prinsip ini seorang

terdakwa dan para saksi harus dilakukan pemeriksaan didalam proses di

pengadilan harus secara langsung kepada terdakwa dan para saksi, dimana hakim

akan berhadapan secara langsung kepada terdakwa dan saksi untuk dapat

memberikan pertanyaan secara lisan. Ketentuan dalam prinsip ini berhubungan

dengan Pasal 185 ayat (1) berbunyi: ”Keterangan saksi sebagai alat bukti ialah apa

yang saksi nyatakan di sidang pengadilan.” Kesaksian yaitu suatu keterangan

dengan lisan di muka hakim dengan sumpah tentang hal-hal mengenai kejadian

tertentu yang didengar, dilihat dan dialami sendiri, bukan merupakan keterangan

yang diperoleh dari orang lain atau testimonium de auditu. Sering terjadi pula

keterangan saksi itu tidak lisan melainkan tertulis, akan tetapi tulisan itu harus

dibacakan (dengan lisan) di muka hakim dan sesudahnya surat mana diserahkan

kepada hakim itu11

.

Keterangan saksi yang tertulis dibuat oleh penyidik Kepolisian yang

berwenang melakukan penyidikan dalam bentuk Berita Acara Pemeriksaan Saksi.

Berdasarkan ketentuan Pasal 162 KUHAP yang berbunyi :

10

Andi Hamzah, Hukum…op.cit.,hlm. 22. 11

M Karjadi dan R.Soesilo, Kitab Undang-Undang Hukum Acara Pidana Dengan

Penjelasan Resmi Dan Komentar, Politeia, Bogor, 1997, hlm. 164.

Page 14: BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAHrepository.uii.ac.id/410/SK/I/0/00/000/000743/uii-skripsi-05410194... · keterangan saksi dengan nilai pembuktian yang sama lebih baik semua

14

Ayat (1) Jika saksi sesudah memberi keterangan dalam penyidikan

meninggal dunia atau karena halangan yang sah tidak dapat hadir di sidang

atau tidak dipanggil karena jauh tempat kediaman atau tempat tinggalnya

atau karena sebab lain yang berhubungan dengan kepentingan negara,

maka keterangan yang telah diberikannya itu dibacakan.

Ayat (2) Jika keterangan itu sebelumnya telah diberikan di bawah sumpah,

maka keterangan itu disamakan nilainya dengan keterangan saksi di bawah

sumpah yang diucapkan di sidang.

KUHAP juga menganut asas peradilan sederhana, cepat, dan biaya ringan.

KUHAP berusaha mempercepat terciptanya suatu putusan terhadap tindakan yang

telah dilakukan seseorang yang sedang mengalami proses pembuktian

dipersidangan pidana dengan hasil akhir putusan yang membuktikan bersalah

tidaknya seseorang. Asas ini berusaha melindungi hak asasi manusia terdakwa

dari suatu proses persidangan yang akan memakan waktu sangat lama. Sehingga

agar jangan sampai suatu proses pembuktian memakan waktu lama karena saksi

tidak dapat hadir dalam persidangan maka didalam Pasal 162 KUHAP tersebut

memberikan ketentuan agar keterangan yang telah diberikan saksi ketika di

penyidikan dibacakan dipersidangan. Jika keterangan itu sebelumnya dibawah

sumpah maka keterangan itu disamakan nilainya dengan keterangan saksi di

bawah sumpah yang diucapkan di sidang. Penyumpahan terhadap saksi pada

proses penyidikan didalam Pasal 116 diatur bahwa saksi diperiksa dengan tidak

disumpah kecuali apabila ada cukup alasan untuk diduga bahwa ia tidak akan

dapat hadir dalam pemeriksaan di pengadilan.

Adanya ketentuan Pasal 162 KUHAP yang dinilai menguntungkan

terdakwa karena mempercepat proses persidangan terhadap dirinya tetapi telah

Page 15: BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAHrepository.uii.ac.id/410/SK/I/0/00/000/000743/uii-skripsi-05410194... · keterangan saksi dengan nilai pembuktian yang sama lebih baik semua

15

merugikan terdakwa di dalam proses pembuktian. Pasal 162 KUHAP hanya diatur

bahwa keterangan saksi yang dapat dibacakan didalam persidangan hanyalah

keterangan saksi yang diberikan didalam penyidikan. Dimana dalam Pasal 1

angka 2 penyidikan adalah serangkaian tindakan penyidik dalam hal dan menurut

cara yang diatur dalam undang-undang ini untuk mencari serta mengumpulkan

bukti yang dengan bukti itu membuat terang tentang tindak pidana yang terjadi

dan guna menemukan tersangkanya. Sehingga didalam proses penyidikan yang

dilakukan penyidik akan mencari keterangan yang dapat mendukung pembuktian

tindak pidana yang dilakukan tersangka sehingga dapat segera dilimpahkan ke

jaksa penuntut umum untuk dilakukan penuntutan. Hal ini jelas merugikan

terdakwa dengan adanya keterangan saksi a charge yang diberikan dipenyidikan

dibacakan di persidangan karena ketidakhadirannya dipersidangan yang

disamakan nilainya dengan keterangan saksi di bawah sumpah yang diucapkan di

sidang. Padahal terdakwa masih mempunyai hak untuk memberikan tanggapan

terkait keterangan yang telah diberikan saksi sesuai yang diatur didalam Pasal 164

ayat (1), selain itu penasihat hukum terdakwa dapat mengajukan pertanyaan

kepada saksi yang akan bersifat meringankan terdakwa.

Seorang saksi yang diperiksa pada proses penyidikan memberikan

keterangan yang dicatat dengan teliti oleh penyidik dalam berita acara

pemeriksaan. Prinsip pencatatan keterangan saksi dicatat sesuai dengan kata-kata

dan kalimat yang dipergunakan oleh saksi. Pendapat ini didasarkan pada

sistematika Pasal 117, yakni pada ayat (1) dijelaskan keterangan tersangka dan

atau saksi kepada penyidik diberikan tanpa tekanan dari siapapun atau dalam

Page 16: BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAHrepository.uii.ac.id/410/SK/I/0/00/000/000743/uii-skripsi-05410194... · keterangan saksi dengan nilai pembuktian yang sama lebih baik semua

16

bentuk apapun. Ayat (2) memang tidak dirangkai lagi dengan saksi, tapi hanya

menyebutkan tersangka saja, yang menentukan prinsip, agar keterangan tersangka

dicatat dengan teliti oleh penyidik sesuai dengan kata yang dipergunakan

tersangka sendiri. Ditinjau dari segi sistematika antara ayat (1) dan (2) Pasal 117,

kedua ayat ini sama-sama ditujukan kepada pemeriksaan tersangka dan saksi, lagi

pula tidak mungkin dibedakan prinsip pencatatan keterangan tersangka dengan

saksi. Seandainya prinsip pencatatan keterangan yang disebutkan tidak berlaku

kepada pencatatan keterangan saksi, dan hanya kepada tersangka saja, hal ini pasti

menimbulkan kesewenangan dan kecurangan dalam mencatat keterangan saksi.

Bahkan akan menjurus kepada pemeriksaan saksi untuk menandatangani

keterangan yang bukan diberikannya, sebab dia disudutkan pada suatu posisi

harus menandatangani berita acara yang lain dari apa yang dikehendaki12

. Apabila

hal semacam ini terus banyak terjadi di lingkungan penegakkan hukum di

Indonesia tentulah tidak akan tercapai suatu keadilan yang diharapkan melainkan

suatu penegakkan hukum yang dijalankan oleh kekuasaan.

E. METODE PENELITIAN

1. Fokus Penelitian

Berupa hal-hal yang akan di teliti sebagaimana yang tertuang

dalam rumusan masalah, yaitu:

12

M.Yahya Harahap, Pembahasan Permasalahan Dan Penerapan KUHP Penyidikan

Dan Penuntutan, Ctk. Kelima, Sinar Grafika Offset, Jakarta, 2003, hlm. 143.

Page 17: BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAHrepository.uii.ac.id/410/SK/I/0/00/000/000743/uii-skripsi-05410194... · keterangan saksi dengan nilai pembuktian yang sama lebih baik semua

17

1. Bagaimana kekuatan pembuktian dari pembacaan berita acara

pemeriksaan (BAP) saksi dalam penyidikan di sidang

pengadilan bagi pertimbangan hakim di dalam putusannya.?

2. Apakah pembacaan berita acara pemeriksaan (BAP) saksi

untuk pembuktian dalam penyidikan di sidang pengadilan

dapat merugikan hak-hak terdakwa di dalam proses

persidangan ?

2. Nara Sumber

Berupa pihak pihak yang bisa memberikan pendapat, informasi

atau keterangan terhadap masalah yang diteliti. Dalam tulisan ini

penulis mengambil 2 pihak untuk dijadikan subyek penelitian, yaitu:

a. Mohammad Assegaf,S.H., (pengacara Muchdi Purwopranjono)

memberikan pandangan penerapan Pasal 162 KUHAP dari sudut

pandang penasihat hukum.

b. Sapawi,S.H. (Hakim Pengadilan Negeri Jogjakarta) memberikan

pandangan penerapan PAsal 162 KUHAP dari sudut pandang

hakim.

3. Bahan Hukum

Bahan-bahan hukum yang digunakan didalam penelitian ini yaitu :

a) Bahan hukum primer

Page 18: BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAHrepository.uii.ac.id/410/SK/I/0/00/000/000743/uii-skripsi-05410194... · keterangan saksi dengan nilai pembuktian yang sama lebih baik semua

18

Undang -Undang Nomor 8 Tahun 1981 Tentang Hukum

Acara Pidana atau KUHAP, Putusan Pengadilan Negeri Jakarta

Selatan No.1488/Pid.B/2008/PN.Jkt.Sel atas nama terdakwa

Muchdi Purwopranjono.

b) Bahan hukum sekunder:

Rancangan Kitab Undang-Undang Hukum Pidana, buku-

buku literatur, dokumen-dokumen, makalah hasil seminar, jurnal

ilmiah hukum, karya tulis dari ahli hukum, hasil-hasil penelitian,

serta artikel-artikel yang terkait.

c) Bahan hukum tersier:

Kamus, dan ensiklopedia yang berkaitan dengan obyek penelitian.

4. Cara Pengumpulan Bahan Hukum

Teknik pengumpulan data yang digunakan adalah :

a) Studi pustaka, yakni dengan mengkaji jurnal, hasil penelitian

hukum , dan literatur yang berhubungan dengan obyek penelitian.

b) Studi dokumen, yakni dengan mengkaji berbagai dokumen resmi

institusional yang berupa peratuan perundang-undangan, putusan

pengadilan, risalah sidang dan lain-lain yang berhubungan dengan

obyek penelitian.

Page 19: BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAHrepository.uii.ac.id/410/SK/I/0/00/000/000743/uii-skripsi-05410194... · keterangan saksi dengan nilai pembuktian yang sama lebih baik semua

19

c) Wawancara, yakni dengan mengajukan pertanyaan kepada nara

sumber baik secara bebas maupun terpimpin.

5. Metode Pendekatan

Metode pendekatan dalam penelitian ini dilakukan dengan

pendekatan sebagi berikut:

a) Pendekatan yuridis normatif, yaitu mengkaji permasalahan dari

segi hukum yang terdapat dalam berbagai peraturan perundang-

undangan, doktrin-doktrin dasar, dan dari pustaka yang relefan

dengan pokok bahasan.

b) Pendekatan konseptual adalah pendekatan yang beranjak dari

pandangan pandangan dan doktrin dalam ilmu hukum yang

berhubungan dengan obyek penelitian13

.

6. Analisis Data

Analisis data yang digunakan adalah deskriptif-kualitatif. Yaitu

menganalisis dan menyajikan fakta secara sistematik sehingga dapat

lebih mudah untuk difahami dan disimpulkan. Kesimpulan yang

diberikan selalu jelas dasar faktualnya sehingga semuanya selalu dapat

dikembalikan langsung pada data yang diperoleh14

.

13

Peter Mahmud Marzuki, Penelitian Hukum, Kencana, Jakarta, 2005, hlm. 93. 14

Saifuddin Azwar, Metode Penelitian, ctk. kedua, Pustaka pelajar, Yogyakarta, 1999,

hlm 6.

Page 20: BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAHrepository.uii.ac.id/410/SK/I/0/00/000/000743/uii-skripsi-05410194... · keterangan saksi dengan nilai pembuktian yang sama lebih baik semua

20

F. PERTANGGUNGJAWABAN SISTEMATIKA

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar belakang masalah

B. Rumusan masalah

C. Tujuan penelitian

D. Tinjauan pustaka

E. Metode penelitian

F. Sistematika penulisan

BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG PEMBUKTIAN DAN

KETERANGAN SAKSI

A. Pembuktian

B. Keterangan Saksi

BAB III ANALISIS PENERAPAN PASAL 162 KUHAP BAGI

KEDUDUKAN TERDAKWA DI SIDANG PENGADILAN

A. Pemeriksaan Keterangan Saksi Yang Berhalangan Hadir Di

Persidangan berdasarkan Pasal 162 KUHAP

B. Pembacaan Berita Acara Pemeriksaan Saksi Di Persidangan Pada

Kasus Peradilan Pembunuhan Munir

C. Analisis Penerapan Pasal 162 KUHAP Bagi Kedudukan Terdakwa Di

Sidang Pengadilan

Page 21: BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAHrepository.uii.ac.id/410/SK/I/0/00/000/000743/uii-skripsi-05410194... · keterangan saksi dengan nilai pembuktian yang sama lebih baik semua

21

BAB IV PENUTUP

A. Kesimpulan

B. Saran