pbl30.docx

6
KEMATIAN AKIBAT PEMBUNUHAN DENGAN KEKERASAN Pembunuhan menggunakan kekerasan dapat dilakukan dengan benda tumpul, benda tajam maupun senjata api. Kadang-kadang dapat juga terjadi pembunuhan dengan api, sekalipun jarang terjadi. Pada pembunuhan dengan menggunakan kekerasan tumpul, luka dapat terdiri dari luka memar, luka lecet maupun luka robek. Perhatikan adanya luka tangkis yang terdapat pada daerah ekstensor lengan bawah. Pada pembunuhan dengan menggunakan kekerasan tajam, luka harus dilukiskan dengan baik, dengan memperhatikan bentuk luka, tepi luka, sudut luka, keadaan sekitar luka serta lokasi luka. Dalam peristiwa pembunuhan, cai pula kemungkinan terdapatnya luka tangkis di daerah ekstensor lengan bawah serta telapak tangan. Luka biasanya terdapat beberapa buah yang distribusinya tidak teratur, sekalipun tidak jarang ditemukan kasus pembunuhan hanya terdiri dari satu luka saja tanpa si korban sempat melakukan perlawanan apapun. Dengan menentukan arah kekerasan pada luka yang ditemukan, dapat dilakukan rekonstruksi terjadinya peristiwa. Pada pembunuhan dengan menggunakan senjata api, penembakan dapat dilakukan dari berbagai jarak dan luka yang ditemukan dapat merupakan luka tembak masuk jarak dekat, sangat dekat atau luka tembak masuk jarak jauh dan jarang luka tembak tempel. Pada orang yang melakukan bunuh diri dengan benda tajam, luka bunuh diri seringkali merupakan luka yang mengelompok pada tempat tertentu, antara lain pergelangan tangan, leher atau daerah precordial. Luka-luka biasanya terdiri dari beberapa buah yang berjalan kurang lebih sejajar dan dangkal (luka-luka percobaan, tentative wounds) dengan sebuah luka dalam yang mematikan. AUTOPSI PADA KASUS KEMATIAN AKIBAT ASFIKSIA MEKANIK Asfiksi mekanik meliputi peristiwa pembekapan, penyumbatan, pencekikan, penjeratan dan gantung serta penekanan pada dinding dada. Pada pemeriksaan mayat, umumnya akan ditemukan tanda kematian akibat asfiksi berupa lebam mayat yang gelap dan luas,

Upload: jonathan-rambang

Post on 16-Feb-2016

231 views

Category:

Documents


0 download

DESCRIPTION

hehe

TRANSCRIPT

Page 1: PBL30.docx

KEMATIAN AKIBAT PEMBUNUHAN DENGAN KEKERASAN

Pembunuhan menggunakan kekerasan dapat dilakukan dengan benda tumpul, benda tajam maupun senjata api. Kadang-kadang dapat juga terjadi pembunuhan dengan api, sekalipun jarang terjadi.

Pada pembunuhan dengan menggunakan kekerasan tumpul, luka dapat terdiri dari luka memar, luka lecet maupun luka robek. Perhatikan adanya luka tangkis yang terdapat pada daerah ekstensor lengan bawah.

Pada pembunuhan dengan menggunakan kekerasan tajam, luka harus dilukiskan dengan baik, dengan memperhatikan bentuk luka, tepi luka, sudut luka, keadaan sekitar luka serta lokasi luka. Dalam peristiwa pembunuhan, cai pula kemungkinan terdapatnya luka tangkis di daerah ekstensor lengan bawah serta telapak tangan.

Luka biasanya terdapat beberapa buah yang distribusinya tidak teratur, sekalipun tidak jarang ditemukan kasus pembunuhan hanya terdiri dari satu luka saja tanpa si korban sempat melakukan perlawanan apapun. Dengan menentukan arah kekerasan pada luka yang ditemukan, dapat dilakukan rekonstruksi terjadinya peristiwa.

Pada pembunuhan dengan menggunakan senjata api, penembakan dapat dilakukan dari berbagai jarak dan luka yang ditemukan dapat merupakan luka tembak masuk jarak dekat, sangat dekat atau luka tembak masuk jarak jauh dan jarang luka tembak tempel.

Pada orang yang melakukan bunuh diri dengan benda tajam, luka bunuh diri seringkali merupakan luka yang mengelompok pada tempat tertentu, antara lain pergelangan tangan, leher atau daerah precordial. Luka-luka biasanya terdiri dari beberapa buah yang berjalan kurang lebih sejajar dan dangkal (luka-luka percobaan, tentative wounds) dengan sebuah luka dalam yang mematikan.

AUTOPSI PADA KASUS KEMATIAN AKIBAT ASFIKSIA MEKANIK

Asfiksi mekanik meliputi peristiwa pembekapan, penyumbatan, pencekikan, penjeratan dan gantung serta penekanan pada dinding dada. Pada pemeriksaan mayat, umumnya akan ditemukan tanda kematian akibat asfiksi berupa lebam mayat yang gelap dan luas, pembendungan pada bola mata, busa halus pada lubang hidung, mulut dan saluran pernafasan, perbendungan pada alat-alat dalam serta bintik perdarahan Tardieu.

Pada pemeriksaan luar jenazah dapat ditemukan sianosis pada bibir, ujung-ujung jari dan kuku. Perbendungan sistemik maupun pulmoner dan dilatasi jantung kanan merupakan tanda klasik pada kematian akibat asfiksia.

Warna lebam mayat merah-kebiruan gelap dan terbentuk lebih cepat. Distribusi lebam lebih luas akibat kadar CO2 yang tinggi dan aktivitas fibrinolisin dalam darah sehingga darah sukar membeku dan mudah mengalir. Tingginya fibrinolisin ini sangat berhubungan dengan cepatnya proses kematian.

Terdapat busa halus pada hidung dan mulut yang timbul akibat peningkatan aktivitas pernapasan pada fase I yang disertai sekresi selaput lender saluran napas bagian atas. Keluar masuknya udara

Page 2: PBL30.docx

yang cepat dalam saluran sempit akan menimbulkan busa yang kadang-kadang bercampur darah akibat pecahnya kapiler.

Gambaran perbendungan pada mata berupa pelebaran pembuluh darah konjungtiva bulbi dan palpebral yang terjadi pada fase 2. Akibatnya tekanan hidrostatik dalam pembuluh darah meningkat terutama dalam vena, venula dan kapiler. Selain itu, hipoksia dapat merusak endotel kapiler sehingga dinding kapiler yang terdiri dari selapis sel akan pecah dan timbul bintik-bintik perdarahan yang dinamakan Tardieu’s spot.

Kapiler yang lebih mudah pecah adalah kapiler pada jaringan ikat longgar, misalnya pada konjungtiva bulbi, palpebral dan subserosa lain. Kadang-kadang dijumpai pula di kulit wajah.

Tanda-tanda asfiksia tidak akan ditemukan bila kematian terjadi melalui mekanisme non-asfiksi. Untuk menentukan peristiwa mana yang terjadi pada korban, perlu diketahui ciri khas bagi masing-masing peristiwa tersebut.

Pemeriksaan bedah jenazah

Kelainan yang umum ditemukan pada pembedahan jenazah korban mati akibat asfiksi adalah:

1. Darah berwarna lebih gelap dan lebih encer, karena fibrinolisin darah yang meningkat pascamati.

2. Busa halus didalam saluran pernafasan.3. Perbendungan sirkulasi pada seluruh organ tubuh sehingga menjadi lebih berat, berwarna

lebih gelap dan pada pengirisan banyak mengeluarkan darah.4. Petekie dapat ditemukan pada mukosa usus halus, epikardium pada bagian belakang

jantung daerah aurikoloventrikular, subpleura viseralis paru terutama di lobus bawah pars diafragmatika dan fisura interlobaris, kulit kepada sebelah dalam terutama daerah otot temporal, mukosa epiglottis dan daerah subglotis.

5. Edema paru sering terjadi pada kematian yang berhubungan dengan hipoksia.6. Kelainan-kelainan yang berhubungan dengan kekerasan, seperti fraktur laring langsung

atau tidak langsung, perdarahan faring terutama bagian belakang rawan krikoid (pleksus vena submukosa dengan dinding tipis).

Mati akibat pembekapan

Cari tanda kekerasan disekitar lubang hidung dan mulut, terutama pada bagian muka yang menonjol. Tanda kekerasan seringkali berupa luka memar, atau luka lecet jenis tekan. Perhatikan pula adanya tanda kekerasan pada permukaan belakang bibir yang timbul sebagai akibat tertekannya bibir kearah gigi pada saat terjadinya pembekapan. Kadang-kadang dapat ditemukan pula tanda kekerasan pada daerah belakang kepala atau tengkuk sebagai akibat tertekannya kepala kearah belakang.

Pembekapan paling sering merupakan peristiwa pembunuhan dan jarang sebagai peristiwa bunuh diri atau kecelakaan. Korban pembunuhan dengan cara pembekapan biasanya adalah orang dengan fisik lemah atau dalam keadaan tidak berdaya.

Mati akibat penyumbatan

Page 3: PBL30.docx

Penyumbatan agak jarang ditemukan. Pada kasus pembunuhan, korban biasanya berfisik lemah atau dalam keadaan tidak berdaya. Pada pemeriksaan biasanya benda asing masih terdapat dalam rongga mulut. Bila benda asing tersebut telah dikeluarkan, kadangkala dapat ditemukan sisa benda asing tersebut atau tanda bekas penekanan benda asing pada dinding rongga mulut.

Mati akibat pencekikan

Pada korban pencekikan, kulit daerah leher menunjukkan tanda-tanda kekerasan yang ditimbulkan oleh ujung jari atau kuku berupa luka memar dan luka lecet jenis tekan. Pada pembedahan, akan ditemukan pula tanda kekerasan berupa resapan darah bawah kulit daerah leher serta otot atau alat leher. Tulang lidah kadang-kadang ditemukan patah unilateral.

Mati akibat penjeratan

Penjeratan adalah penekanan benda asing berupa tali, ikat pinggang, rantai, stagen, kawat, kabel, kaos kaki dan sabagainya, melingkari atau mengikat leher yang makin lama makin kuat, sehingga saluran pernapasan tertutup. Berbeda dengan gantung diri yang biasanya merupakan suicide (bunuh diri) maka penjeratan biasanya adalah pembunuhan. Pada gantung diri, semua arteri di leher mungkin tertekan sedangkan pada penjeratan, arteri vertebralis biasanya tetap paten. Hal ini disebabkan oleh karena kekuatan atau beban yang menekan pada penjeratan biasanya tidak besar.

Pada kasus penjeratan, kadangkala masih ditemukan jerat pada leher korban. Jerat harus diperlakukan sebagai barang bukti dan dilepaskan dari leher korban dengan jalan menggunting secara miring pada jerat, ditempat yang paling jauh dari simpul, sehingga simpul pada jerat tetap utuh. Pada kasus penjeratan, jerat biasanya berjalan horizontal/mendatar dan letaknya rendah. Jerat ini meninggalkan jejas jerat berupa luka lecet jenis tekan yang melingkari leher.

Jejas jerat pada leher sangat bervariasi. Bila jerat lunak dan melebar seperti handuk atau selendang sutera, maka jejas mungkin tidak ditemukan dan pada otot-otot leher sebelah dalam dapat atau tidak ditemukan sedikit resapan darah. Tali yang tipis seperti kaus kaki nylon akan meninggalkan jejas dengan lebar tidak lebih dari 2-3 mm.

Bila jerat kasar seperti tali, maka bila tali bergesekan pada saat korban melawan akan menyebabkan luka lecet di sekitar jejas jerat, yang tampak jelas berupa kulit yang mencekung berwarna coklat dengan perabaan kaku seperti kertas perkamen (luka lecet tekan). Pada otot-otot leher sebelah dalam tampak banyak resapan darah.

Catat keadaan jejas jerat dengan teliti, dengan menyebutkan arah, lebar serta letak jerat yang tepat. Perhatikan apakah jejas jerat menunjukkan pola tertentu yang sesuai dengan permukaan jerat yang bersentuhan dengan kulit leher. Pada umumnya dikatakan simpul mati ditemukan pada kasus pembunuhan, sedangkan simpul hidup ditemukan pada kasus bunuh diri. Namun perkecualian selalu terjadi.

Mati tergantung

Kasus gantung hamper sama dengan penjeratan. Perbedaanya terdapat pada asal tenaga yang dibutuhkan untuk memperkecil lingkaran jerat. Pada penjeratan, tenaga tersebut dating dari luar,

Page 4: PBL30.docx

sedangkan pada kasus gantung, tenaga tersebut berasal dari berat badan korban sendiri, meskipun tidak perlu seluruh berat badan digunakan.

Mekanisme kematian pada kasus gantung:

1. Kerusakan pada batang otak dan medulla spinalis. Hal ini terjadi akibat dislokasi atau fraktur vertebra ruas leher, misalnya pada hokum gantung. Terhukum dijatuhkan dari ketinggian 2 meter secara mendadak dengan “menghilangkan” tempat berpijaknya sehingga mengakibatkan terpisahnya C2-C3 atau C3-C4, yang juga terjadi akibat terdorong oleh simpul besar yang terletak pada sisi leher. Medulla spinalis bagian atas akan tertarik atau terputar dan menekan medulla oblongata.

Pada kasus gantung, jerat pada leher menahan berat badan korban dan mengakibatkan tertekannya leher. Jerat pada leher menunjukkan ciri khas berupa arah yang tidak mendatar, tetapi membentuk sudut yang membuka kearah bawah serta letak jerat yang tinggi. Bila korban berada cukup lama pada posisi tergantung, distribusi lebam mayat akan muncul pada daerah ujung tangan dan ujung kaki. Sama halnya dengan kasus penjeratan, jenis simpul tidak selalu dapat mengungkapkan cara kematian. Pada pembedahan, akan dapat ditemukan resapan darah bawah kulit serta pada otot dan alat leher di tempat yang sesuai dengan letak jejas jerat pada kulit.

Mati akibat dada tertekan

Bila terjadi desak-mendesak yang meliputi orang banyak/massa yang sedang panic, beberapa diantaranya ada yang terjepit sedemikian rupa hingga dada tidak lagi dapat dikembang-kempiskan. Ini mengakibatkan timbulnya keadaan yang dikenal sebagai asfiksia traumatic. Korban mati menunjukkan tanda asfiksi yang jelas, disertai tanda-tanda penekanan pada dada berupa luka memar atau luka lecet. Asfiksi traumatic ditemukan pula pada korban yang tertimbun tanah atau bangunan yang runtuh.