pbl 22 skizofren

Upload: ken-ssd

Post on 04-Jun-2018

228 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

  • 8/13/2019 PBL 22 Skizofren

    1/24

    Patofisiologi Skizofrenia

    PENDAHULUAN

    Berdasarkan kasus yang didapatkan yaitu seorang pemuda yang berusia 25 tahun yang

    mengalami beberapa gejala seperti tidak bisa tidur malam, bicara melantur, mendengar bisikan

    dan menganggap dirinya seorang nabi, di antara gejala-gejala tersebut tampak adanya sebuah

    gangguan yang berhubungan dengan bidang psikiatri. Klasifikasi psikiatri untuk kepentingan

    diagnosis ialah berdasarkan Diagnostic and Statistical Manual of Mental Disorder(DSM-IV),

    yang mengidentifikasi tiap gangguan dengan kumpulan gejala yang khas dan unik. Selain itu,

    dapat pula dilakukan klasifikasi multiaksial untuk membantu menegakkan diagnosis.1

    Gangguan

    mental (psikotik) diklasifikasikan sebagai gangguan mental organik dan non organik. Gangguan

    mental organik terdapat suatu kelainan pada organ lain yang mencetuskan gangguan mental

    tersebut. Pada gangguan mental non organik atau disebut juga gangguan psikotik fungsional,

    awalnya tidak ditemukan kelainan pada organ mana pun yang dapat mencetuskan gangguan

    psikotik tersebut.

    Gangguan psikotik yang paling sering ialah skizofrenia dan gangguan waham menetap.

    Dalam kepentingan menentukan diagnosis di antara keduanya, perlu diketahui lebih lanjut

    beberapa hal yang dapat membedakan keduanya. Pada gangguan psikotik terdapat beberapa

    faktor pencetus yang dapat menimbulkan gejala-gejala yang mengarah ke diagnosis, seperti pada

    skizofrenia paranoid yang gejalanya menonjol lebih kepada waham dan halusinasi. Selain itu

    juga terdapat beberapa teori yang mengemukakan mengenai patofisiologi terjadinya gangguan

    tersebut.

    PEMBAHASAN

    Anamnesis

    Wawancara Psikiatrik

    Wawancara merupakan wadah utama pemeriksaan psikiatrik. Secara teknis sukar

    dipisahkan, misalnya antara anamnesis dan pemeriksaan khusus psikik, dan antara bidang-bidang

  • 8/13/2019 PBL 22 Skizofren

    2/24

    khusus pemeriksaan psikik. Sambil membicarakan keluhan-keluhannya, pasien akan berbicara

    dengan nada emosional tertentu, mengutarakan pikiran-pikiran tertentu, dan memperlihatkan

    perilaku motorik tertentu pula. Dari satu pernyataan dapat diperoleh respons pasien atau data

    pada beberapa bidang sekaligus , juga dari isi pernyataan itu dan cara menyatakannya.

    Perilaku pasien dihadapan dokter sebagian besar merupakan respons terhadap apa yang

    dikatakan oleh dokter dan bagaimana dokter mengatakan itu, sikap dokter dan bagaimana

    pendapat pasien mengenai perilaku dan kepribadian dokter.

    Riwayat Psikiatrik

    Riwayat psikiatrik adalah catatan tentang riwayat penyakit, gangguan jiwa, dan riwayat

    hidup pasien yang diperlukan untuk memahami siapa pasiennya, dari mana pasien berasal dan

    kira-kira akan kearah mana pasien selanjutnya pada masa mendatang. Riwayat ini didapatkan

    selama wawancara psikiatrik, diceritakan oleh pasien dari sudut pandang pasien sendiri.

    Kadangkala diperlukan keterangan tambahan dari sumber lain seperti orang tua atau pasangan

    hidup pasien.2

    Data Pribadi

    Perlu dikumpulkan data demografi pasien berupa nama, alamat, umur, jenis kelamin,

    status perkawinan, pendidikan, pekerjaan, bahasa, suku bangsa, dan agama, dan data lainnya

    yang berhubungan dengan kehidupan pasien saat ini. Catat pula tempat dan situasi saat dilakukan

    wawancara terhadap pasien, sumber informasi, dan apakah gangguan yang dialami pasien adalah

    gangguan yang pertama kali yang dialami pasien. Perlu pula diketahui apakah pasien datang

    sendiri, dibawah oleh anggota keluarga, atau dikonsultasikan oleh sejawat.

    Keluhan Utama

    Pertanyaan pembuka dapat diberikan seperti bagaimana saya bisa menolong saudara?,

    gangguan kesehatan apa yang saudara alami?. Pada umumnya pembukaan seperti ini akan

    memacu pasien untuk bercakap bebas yang menghasilkan keterangan yang jauh lebih bermakna

    dibanding dengan suatu prosedur tanya jawab yang formal. Pasien dibiarkan untuk menceritakan

    segalanya dengan gaya dan caranya sendiri kekurangan dan perincian data dapat dilengkapi dan

    disi kemudian dengan pertanyaan-pertanyaan labih lanjut. Keluhan utama dapat bersifat kabur

    seperti : perasaan tegang, ragu, firasat yang aneh, serta dapat pula tegas dan menyolok. Sering

  • 8/13/2019 PBL 22 Skizofren

    3/24

    kali pasien mengemukakan sejumlah gejala somatik, sakit kepala, sakit pinggang, mual, muntah,

    sesak napas. Pada saat itu pemeriksaan tentu tidak dapat mengetahui sampai dimana gejala-

    gejala ini berhubungan dengan kelainan organik atau merupakan reaksi atas situasi hidup

    (pekerjaan, perkawinan, dan lain-lain), atau berakar pada konflik emosional yang mendalam

    dimasa awal kehidupannya. Adapula pasien yang tidak mengemukakan keluhan tertentu atau

    mengaku tidak menderita apa-apa, rupanya ia puas dengan kehidupan dengan dunia fantasinya,

    tetapi keluhan datang dari pihak keluarga, sahabat, kerabat lain yang khwatir tentang perilaku

    pasien. Bila pasien tidak berbicara, deskripsikan keadaan yang dijumpai pada saat wawancara.2

    Riwayat Gangguan Sekarang

    Apabila pasien cukup operatif hendaknya diceritakan oleh pasien menurut caranya

    sendiri, dan baru kemudian dilengkapi dan diatur kronologiknya dengan pertanyaan-pertanyaan

    khusus. Penting ditanyakan keterangan mengenai sifat dan situasi pada awal (awitan) timbulnya

    penyakit. Pada umumnya, prognosis lebih baik bagi kelainan yang akut dan dramatik,

    dibandingkan dengan kelainan yang berkembang lambat laun atau kelainan yang pada awalnya

    hampir tidak ketahuan. Prognosis juga relative lebih baik apabila awal bertepatan dengan

    kejadian nyata yang dasyat dilingkungan, dan tidak begitu baik apabila timbulnya seolah-olah

    tanpa kaitan jelas dengan sesuatu kejadian di lingkungan. Dapatkan data mengenai dampak

    gangguan terhadap kehidupan pasien sekarang, sifat disfungsinya. Eksplorasi pula kemungkinan

    adanya gejala psikofisiologis, kaitan timbal balik antara gejala/faktor psikologis dan gejala fisik,

    keuntungan sekunder, serta kecemasan dan sifatnya.

    Riwayat Gangguan Sebelumnya

    Ini merupakan keterangan mengenai segala kejadian yang pernah dialami pasien dari

    lingkungan luar maupuan dari dalam dirinya, dan reaksi-reaksinya terhadapnya. Sambil

    bertambahnya keterangan riwayat pasien, muncullah suatu gambran keseluruhan mengenai

    karakteristik kehidupan pasien , mengenai kepribadiannya, dan pola reaksinya terhadap

    peristiwa-peristiwa yang dihadapinya. Riwayat lampau meliputi kelahiran dan tumbuh kembang,

    riwayat kesehatan, riwayat sekolah/pendidikan, riwayat pekerjaan, minat, kebiasaan, kejadian

    penyakit seperti ini sebelumnya, perkembangan seksual dan perkawinan.2

    Riwayat Gangguan Psikiatrik

  • 8/13/2019 PBL 22 Skizofren

    4/24

    Episode terdahulu, gejala, derajat disfungsi, terapi, lama gangguan, kepatuhan terapi

    perhatian khusus pada episode pertama

    Riwayat Gangguan Medik

    Penyakit medik, bedah, trauma, yang memerlukan perawatan trauma kepala, penyakit

    neruologis, tumor, kejang, gangguan kesadaran,HIV, sifilis, gangguan psikosomatik.

    Penggunaan zat psikoaktif

    Stimulan, alcohol, morfin, dll.

    Riwayat hidup

    Riwayat hidup mencakup masa prenatal dan perinatal, masa kanak awal (0-3 tahun), masa kanak

    pertengahan (3-7 th), masa kanak akhir dan remaja, serta masa dewasa (riwayat pekerjaan,

    perkawinan, keluarga), mimpi fantasi dan nilai-nilai.2

    Pemeriksaan Status Mental

    Pemeriksaan status mental merupakan gambaran keseluruhan tentang pasien yang didapat

    dari hasil observasi pemeriksa dan kesan yang dimunculkan oleh pasien saat wawancara. Status

    mental pasien dapat berubah-ubah dari hari ke hari bahkan dari jam ke jam. Bagian yang

    diperiksa meliputi penampilan, pembicaraan, perilaku, pemikiran pasien yang tampak selama

    berlangsungnya wawancara dan pemeriksaan mental atau psikiatrik. Walaupun pada situasi

    pasien sama sekali tidak berbicara, inkoheren, atau menolak untuk menjawab pertanyaan,

    pemeriksa tetap bisa mendapatkan informasi yang memadai melalui observasi yang cermat.

    Secara garis besar gambaran status mental adalah :

    Dekskripsi umum

    Deskripsi umum meliputi, penampilan, perilaku dan aktivitas psikomotor, sikap terhadap

    pemeriksa.

    Mood dan Afek.

    Mood didefinisikan sebagai suasana perasaan yang bersifat pervasive dan bertahan lama,

    yang mewarnai persepsi seseorang terhadap kehidupannya. Pemeriksa dapat menilai suasana

  • 8/13/2019 PBL 22 Skizofren

    5/24

    perasaan pasien dari peryataan yang disampaikan oleh pasien, dari ekspresi wajah, perilaku

    motyorik atau bila perlu dapat ditanyakan kepada pasien tentang suasana perasaan yang

    dialaminya. Mood dapat digambarkan dengan mood yang depresi, berputus asa, iritabel,cemas,

    marah, ekspansif, euphoria, kosong , bersalah , perasaan terpesona, sia-sia, merendahkan diri,

    ketakutan, kebingungan. Mood dapat labil, berfluktasi, atau berubah-ubah dengan cepat dan

    ekstrim.

    Afek merupakan respon emosional saat sekarang, yang dapat dinilai lewat ekspresi

    wajah, pembicaraan, sikap dan gerak-gerik tubuh pasien (bahasa tubuh). Afek mencerminkan

    situasi emosional sesaat, dapat bersesuaian dengan mood maupun tidak. Penilaian terhadap afek

    dapat berupa afek normal, terbatas, tumpul, atau mendatar. Gambaran afek normal dapat terlihat

    dari variasi ekspresi wajah, intonasi suara, serta penggunaan tangan dan pergerakan tubuh.

    Ketika afek menjadi terbatas, maka luas dan intensitas ekspresi pasien berkurang. Pada gambaran

    afek yang menumpul, terlihat intensitas ekspresi emosi berkurang lebih jauh. Afek mendatar

    ditandai dengan tidak adanya ekspresi afektif, intonasi bicara monoton, dan ekspresi wajah datar.

    Pembicaraan

    Deksripsikan pembicaraan pasien apakah ia berbicara spontan atau tidak, gambarkan

    kuantg5itas, kecepatan produksi dan kualitas bicara. Amati cara pasien berbicara seperti banyak

    bicara, mengomel, fasih , pendiam, tidak spontan, atau berespon normal terhadap isyarat yang

    disampaikan pemeriksa. Pembicaraan dapat cepat atau lambat, tertekan, ragu-ragu, emosional,

    dramatik, mononton, keras, berbisik, cadel, terpatah-patah atau bergumam. Adanya hendaya

    berbicara seperti stuttering dan juga irama bicara yang tidak lazim atau disprosodi juga

    dilaporkan saat mengobservasi pembicaraan pasien.

    Persepsi

    Gangguan persepsi seperti halusinasi dan ilusi dapat dihayati pasien terhadap diri dan

    lingkungannya. Gangguan persepsi melibatkan sistem sensorik seperti auditorik, visual,

    olfaktorius atau taktil. Isi halusinasi atau ilusi perlu digambarkan. Dapat dijumpai halusinasi

    yang tidak bermakna yaitu halusinasi hipnagogik yang muncul pada saat mulai tidur, atau

    halusinasi hipnopompik yang muncul pada saat bangun tidur. Halusinasi dapat timbul pada saat

    stress. Perasaan derealisasi dan depersonalisasi merupakan contoh lain gangguan persepsi.

  • 8/13/2019 PBL 22 Skizofren

    6/24

    Pikiran

    Pikiran dapat dibagi menjadi proses dan isi pikir. Proses piker merupakan cara seseorang

    menyatukan semua ide-ide dan asosiasi-asosiasi yang membentuk pikirannya. Proses atau bentuk

    piker dapat bersifat logic dan tidak komprehensif. Isi pikir merujuk kepada apa yang dipikirkan

    oleh seseorang berupa ide, keyakinan, preokupasi dan obsesi.Gangguan terhadap kontinuitas

    pikir dapat berupa tangensial, sirkumstansial, melantur, mengelak, dan perseveratif.

    Perilaku pasien dapat terpengaruh karena adanya delusi, hal ini dapat terlihat dari riwayat

    gangguan sekarang. Delusi dapat bersifat bizarre dan dapat melibatkan keyakinan tentang adanya

    control eskternal. Delusi dapat mempunyai tema persekutorik atau paranoid, grandiose

    (kebesaran), iri hati, somatik, perasaan bersalah, nihilistic, dan erotic. Ide-ide rujukan dan ide-ide

    dipengaruhi juga harus dideskripsikan. Contoh dari ide rujukan adalah seseorang yakin bahwa

    radio atau televisi berbicara untuk atau tentang dirinya. Contoh ide rujukan adalah keyakinan

    tentang orang lain atau kekuatan mengontrol perilaku seseorang.

    Sensorium dan kognisi.

    Ditujukan untuk penilaian fungsi otak organik, taraf intelegensi, kapasitas berpikir

    abstrak, tingkatan tilikan dan daya nilai (judgement). Mini mental state examination (MMSE)

    adalah instrument singkat untuk menilai fungsi kognitif, menilai orientasi, daya ingat, kalkulasi,

    kemampuan membaca dan menulis, kemampuan visuospasial dan berbahasa.

    Kesadaran

    Gangguan kesadaran biasanya menunjukkan adanya gangguan otak organik. Kesadaran

    berkabut merupakan penurunan kewaspadaan menyeluruh terhadap lingkungan. Pasien tidak

    dapat mempertahankan perhatian terhadap stimulus lingkungan, atau mempertahankan pikiran

    dan perilaku yang bertujuan kadang-kadang kesadaran berkabut bukan merupakan status mental

    yang tetap. Pasien memperlihatkan tingkat kesiagaan yang berfluktuasi terhadap lingkungan

    sekitar. Pasien yang mengalami perubahan kesadaran biasanya ditandai dengan gangguan

    orientasi.2

  • 8/13/2019 PBL 22 Skizofren

    7/24

    Pemeriksaan Fisik

    Temuan Neurologis

    Tanda neurologis yang melokalisasi dan tidak melokalisasi ( masing-masing juga dikenal

    sebagai tanda keras dan tanda lunak) lebih sering terdapat pada pasien dengan skizofrenia

    daripada pasien pskiatrik lainnya. Tanda yang tidak melokalisasi adalah disdiadokokinesia,

    astereognosis, tanda cermin, reflek primitive, dan hilangnya ketangkasan. Adanya tanda dan

    gejala neurologis berhubungkan dengan meningkatnya keparahan penyakit,penumpulan afektif,

    dan prognosis yang buruk. Tanda neurologis abnormal lainnya adalah tiks,stereotipik,seringai

    (grimacing), gangguan keterampilan motorik yang halus,tonus motorik abnormal,dan gerakan

    yang abnormal. Satu penelitian telah menemukan bahwa kira-kira 25 persen skizofrenik

    menyadari gerakan involunter yang abnormalnya dan tidak adanya kesadaran tersebut adalah

    berhubungan atau tidak adanya tilikan tentang gangguan psikiatrik utama dan lamanya penyakit.

    Pemeriksaan Mata

    Di samping gangguan pada pengejaran ocular yang halus,pasien skizofrenik mempunyai

    kecepatan kejapan yang lebih tinggi. Peningkatan kecepatan kejapan diperkirakan mencerminkan

    aktivitas hiperdopaminergik.

    Bicara

    Walaupun gangguan bicara pada skizofrenik (sebagai contoh,kelonggaran asosiasi secara

    klasik dianggap menyatakan suatu gangguan berpikir, Gangguan bicara juga dapat menyatakan

    suatu forme frusta dari afasia,kemungkinan yang mengenai lobus parietalis dominan.

    Ketidakmampuan pasien skizofrenik untuk merasakan prosodi bicara atau untuk mengubah

    bicaranya sendiri dapat dipandang sebagai gejala neurologis dari gangguan di lobusparietalis

    non dominan. Gejala mirip lobus parietalis lainnya pada skizofrenia adalah ketidakmampuan

    melakukan tugas (yaitu apraksia),disorientasi kanan dan kiri,dan tidak adanya keprihatinan

    tentang gangguannya.3

    Pemeriksaan Tambahan

  • 8/13/2019 PBL 22 Skizofren

    8/24

    DenganMagnetic Resonance Imaging(MRI) terlihat pelebaran didaerah ventricular tiga

    dan lateral terutama bila yang menonjol adalah gejala negatifnya. Ini merupakan implikasi dari

    perubahan didaerah periventrikular limbic striata, mengecilnya ukuran dari lobus frontal dan

    temporal. Daerah otak yang terlibat adalah system limbic, lobus frontalis, ganglia basalis, batang

    otak dan thalamus. Hal ini berhubungan dengan menurunnya fungsi neurokognitif seperti

    memori, atensi, pemecahan masalah, fungsi eksekutif dansocial cognition.

    EEG, gambaran EEG dari penderita skizofrenia terlihat hilangnya aktifasi gamma-band,

    yang menandakan melemahnya integrasi antara jaringan saraf di otak.4

    Diagnosis Kerja

    Skizofrenia merupakan gangguan pskotik yang paling sering. Gejala skizofrenia biasanya

    muncul pada usia remaja akhir atau dewasa muda. Awitan pada laki-laki biasanya antara 15-25

    tahun dan pada perempuan antara 25-35 tahun. Prognosis biasanya lebih buruk pada laki-laki bila

    dibandingkan dengan perempuan. Awitan setelah umur 40 tahun jarang terjadi. Etiologi

    skizofrenia belum pasti. Berdasarkan penelitian biologik, genetic, dll. Gejela yang paling sering

    pada skizofrenia adalah waham, halusinasi, katatonik dan inkoheren. Berdasarkan kasus ada

    waham dan halusinasi serta inkoheren yang sudah menunjukkan ke skizofrenia.2

    Skizofrenia Paranoid

    Skizofrenia paranoid agak berlainan dari jenis-jenis yang lain dalam jalannya penyakit.

    Skizofrenia hebefrenik dan katatonik sering lama kelamaan menunjukkan gejala-gejala

    skizofrenua simplex, atau gejala-gejala hebefrenik dan katatonik bercampur. Tidak demikian

    halnya dengan skizofrenia paranoid yang jalannya agak konstan. Gejala-gejala yang mencolok

    adalah waham primer, disertai dengan waham-waham sekunder dan halusinasi. Baru dengan

    pemeriksaan yang teliti ternyata ada juga gangguan proses berpikir, gangguan afek, emosi dan

    kemauan. Jenis skizofrenia ini sering mulai sesudah umur 30 tahun. Permulaannya mungkin

    subakut, tetapi mungkin juga akut. Kepribadian penderita sebelum sakit sering digolongkan

    schizoid. Mereka mudah tersinggung, suka menyendiri, agak congkak dan kurang percaya pada

    orang lain.

  • 8/13/2019 PBL 22 Skizofren

    9/24

    Skizofrenia Hebefrenik

    Permulaannya perlahan-lahan atau subakut dan sering timbul pada masa remaja atau

    antara 15-25 tahun. Gejala yang mencolok adalah gangguan proses berpikir, gangguan kemauan

    dan adanya depersonalisasi atau double personality. Gangguan psikomotor seperti mannerism,

    neologisme atau perilaku kekanak-kanak sering terdapat pada skizofrenia hebefrenik. Waham

    dan halusinasi banyak sekali.4

    Skizofrenia Katatonik

    Timbulnya pertama kali antara umur 15-30 tahun, dan biasanya akut serta sering

    didahului oleh stress emosional. Mungkin terjadi gaduh-gelisah katatonik atau stupor katatonik.

    Stupor katatonik adalah penderita tidak menunjukkan perhatian sama sekali terhadap

    lingkungannya. Emosinya sangat dangkal. Gejala yang penting adalah gejala psikomotor seperti:

    Mutisme (kadang-kadang dengan mata tertutup), muka tanpa mimic (seperti topeng), stupor

    (penderita tidak bergerak sama sekali untuk waktu yang lama, beberapa hari, bahkan kadang-

    kadang sampai beberapa bulan), bila diganti posisinya penderita menentang (negativism),

    makanan ditolak, air ludah tidak ditelan sehingga terkumpul didalam mulut dan meleleh keluar,

    air seni dan feses ditahan, terdapat grimas dan katalepsi.

    Secara tiba-tiba atau pelan-pelan penderita keluar dari keadaan stupor ini dan mulai

    berbicara dan bergerak.

    Gaduh gelisah katatonik yaitu terdapat hiperaktivitas motorik, tetapi tidak disertai dengan

    emosi yang semestinya dan tidak dipengaruhi oleh rangsangan dari luar.

    Penderita terus berbicara atau bergerak saja. Ia menunjukkan stereotipi, menerisme,

    grimas, dan neologisme. Ia tidak dapat tidur, tidak makan dan minum sehingga mungkin terjadi

    dehidrasi atau kolaps dan kadang-kadang kematian (karena kehabisan tenaga dan terlebih bila

    terdapat juga penyakit badaniah jantung, paru dan sebagainya).4

    Skizofrenia Simplex

    Sering timbul pertama kali pada masa pubertas. Gejala utama pada jenis simplex adalah

    kadangkalan emosi dan kemunduran kemauan. Gangguan proses berpikir biasanya sukar

  • 8/13/2019 PBL 22 Skizofren

    10/24

    ditemukan. Waham dan halusinasi jarang sekali terdapat. Jenis ini timbulnya perlahan-lahan

    sekali. Pada permulaannya mungkin penderita mulai kurang memperhatikan keluarganya atau

    mulai menarik diri dari pergaulan. Makin lama ia makin mundur dalam pekerjaan atau pelajaran

    dan akhirnya menjadi penggangur. Bila tidak ada orang yang menolongnya ia mungkin akan

    menjadi pengemis, pelacur atau penjahat.2,4

    Skizofrenia Residual

    Jenis ini adalah keadaan kronis dari skizofrenia dengan riwayat sedikitnya satu episode

    psikotik yang jelas dan gejala-gejala berkembang kearah gejala negatif yang lebih menonjol.

    Gejala negatif terdiri darin kelambatan psikomotor, penurunan aktivitas, penumpukan afek, pasif

    dan tidak ada inisiatif, kemiskinan pembicaraan, eksprresi nonverbal yang menurun, serta

    buruknya perawatan diri dan fungsi sosial.4

    Diagnosis Banding

    Gangguan waham

    Penyebab waham tidak diketahui. Pasien yang saat ini digolongkan mengalami gangguan

    waham mungkin mengalami sekelompok keadaan heterogen dengan waham sebagai gejala yang

    menonjol. Konsep utama mengenai penyebab gangguan waham adalah perbedaannya dengan

    skizofrenia dan gangguan mood. Awitannya lebih lambat daripada skizofrenia dan dominasi

    perempuan kurang nyata daripada gangguan mood.3

    Gambaran klinisnya dilihat dari status mental dari pasien. Pasien biasanya rapi dan

    berpakaian layak, tanpa tanda disintegrasi kepribadian atau aktivitas harian yang menyeluruh

    juga tampak eksentrik, aneh, curiga, atau bermusuhan. Mereka kadanh-kadang bermasalah

    dengan hukum dan dapat membuat kecenderungan tersebut jelas bagi pemeriksa. Hal yang

    biasanya paling nyata dari pasien dengan gangguan waham adalah bahwa pemeriksaan status

    mental memperlihatkan hasil normal kecuali adanya sistem waham yang secara nyata abrnormal.

    Pasien dapat mencova mengikat klinis sebagai sekutu dalam wahamnyam tetapi seseorang klinisi

    sebaiknya tidak berpura-pura menerima waham; kolusi tersebut selanjutnya mengacaukan reality

  • 8/13/2019 PBL 22 Skizofren

    11/24

    dan menimbulkan ketidakpercayaan antara pasien dan terapis. Berdasarkan definisi, pasien

    dengan gangguan waham tidak mempunyai halusinasi yang menonjol atau bertahan. Berdasarkan

    DSM-IV-TR, halusinasi taktil atau olfaktori dapat terjadi jika sesuai dengan waham ( misalnya

    waham somatic mengenai aroma tubuh) beberapa pasien dengan waham mempunyai pengalaman

    halusinasi lain-sebenarnya, selalu berupa pendengran dan bukan penglihatan. Beberapa tipe

    waham: waham kejar, waham cemburu, waham erotomania, waham somatik, waham kebesaran,

    waham campuran.3

    EtiologiBeberapa teori yang saat dulu pernah dikemukakan berkaitan dengan skizofrenia.

    Endokrin. Dahulu dikira bahwa skizofrenia mungkin disebabkan oleh gangguan

    endokrin. Teori ini dikemukakan karena skizofrenia sering timbul pada waktu pubertas, waktu

    kehamilan atau puerperium dan waktu klimakterium. Tetapi hal ini tidak dapat dibuktikan.

    Metabolisme.Ada orang yang menyangka bahwa skizofrenia disebabkan oleh gangguan

    metabolisme, karena penderita dengan skizofrenia tampak pucat dan tidak sehat. Ujung

    extremitas agak sianotik, nafsu makan berkurang dan berat menurun. Hipotesis ini tidak

    dibenarkan oleh banyak sarjana. Belakangan ini teori metabolisme mendapat perhatian lagikarena penelitian dengan memakai obat halusinogenik, seperti meskalin dan asam lisergik

    diethilamide (LSD-25). Obat-obat ini dapat menimbulkan gejala-gejala yang mirip dengan

    gejala-gejala skizofrenia, tetapi reversibel. Mungkin skizofrenia disebabkan oleh suatu inborn

    error of metabolism, tetapi hubungan terakhir belum ditemukan.

    Teori-teori tersebut di atas ini dapat dimasukkan ke dalam kelompok teori somatogenik,

    yaitu teori yang mencari penyebab skizofrenia dalam kelainan badaniah. Kelompok teori lain

    adalah teori psikogenik, yaitu skizofrenia diaggap sebagai suatu gangguan fungsional dan

    penyebab utama adalah konflik, stress psikologis dan hubungan antarmanusia yang

    mengecewakan.

    Kemudian muncil teori lain yang menganggap skizofrenia sebagai suatu sindrom yang

    dapat disebabkan oleh bermacam-macam penyebab, antara lain keturunan, pendidikan yang

  • 8/13/2019 PBL 22 Skizofren

    12/24

    salah, maladaptasi, tekanan jiwa, penyakit badani seperti lues otakm atherosclerosis otak dan

    penyakit lain yang belum diketahui.

    Akhirnya timbul pendapat bahwa skizofrenia itu suatu gangguan psikosomatis, gejala-

    gejala pada badan hanya sekunder karena gangguan dasar yang psikogenik, atau merupakan

    manifestasi somatic dari gangguan psikogenik. Tetapi pada skizofrenia justru kesukarannya

    adalah untuk menentukan mana yang primer dan mana yang sekunder, mana yang merupakan

    penyebab dan mana yang hanya akibat saja.4

    Teori tentang etiologi skizofrenia yang saat ini banyak dianut adalah sebagai berikut.

    Genetik. Dapat dipastikan bahwa ada faktor genetik yang turut menentukan timbulnya

    skizofrenia. Hal ini telah dibuktikan dengan penelitian tentang keluarga-keluarga penderita

    skizofrenia dan terutama anak-anak kembar satu telur. Angka kesakitan bagi saudara tiri adalah

    0,9-1,8%; bagi saudara kandung 7-15%; bagi anak dengan salah satu orang tua yang menderita

    skizofrenia 7-16%; bila kedua orang tua menderita skizofrenia 40-68%; bagi kembar dua telur

    (heterozigot) 2-15%; bagi kembar satu ttelur (monozigot) 61-86%.

    Diperkirakan bahwa yang diturunkan adalah potensi untuk mendapatkan skizofrenia

    (bukan penyakit itu sendiri) melalui gen yang resesif. Potensi ini mungkin kuat, mungkin juga

    lemah, tetapi selanjutnya tergantung pada lingkungan individu itu apakah akan terjadi

    manifestasi skizofrenia atau tidak.

    Neurokimia. Hipotesis dopamin menyatakan bahwa skizofrenia disebabkan oleh

    overaktivitas pada jaras dopamine mesolimbik. Hal ini didukung oleh temuan bahwa amfetamin,

    yang kerjanya meningkatkan pelepasan dopamine, dapat menginduksi psikosis yang mirip

    skizofrenia; dan obat antipsikotik (terutama antipsikotik generasi pertama atau antipsikotik

    tipikal/klasik) bekerja dengan memblok reseptor dopamine, terutama reseptor D2.

    Epidemiologi

    Di Amerika Serikat, prevalensi seumur hidup skizofrenia sekitar 1%, yang berarti bahwa

    kurang lebih 1 dari 100 orang akan mengalami skizofrenia selama masa hidupnya. Studi

  • 8/13/2019 PBL 22 Skizofren

    13/24

    Epidemiologic Catchment Area (ECA)yang disponsori olehNational Institute of Mental Health

    (NIMH) melaporkan prevalensi seumur hidup sebesar 0,6 sampai 1,9%. Berdasarkan DSM-IV-

    TR, angka kejadian skizofrenia per tahun sekitar 0,5 hingga 5,0 per 10.000 dengan variasi

    geografik (contoh: insidens lebih tinggi pada orang yang lahir di daerah perkotaan di negara

    maju). Skizofrenia ditemukan pada semua masyarakat dan area geografis dan angka insidens

    serta prevalensinya secara kasar merata di seluruh dunia.

    Tabel 1. Prevalensi Skizofrenia pada Populasi Spesifik3

    Populasi Prevalensi (%)

    Populasi umum 1,0

    Saudara kandung bukan kembar pasien skizofrenia 8,0

    Anak dengan salah satu orang tua penderita skizofrenia 12,0

    Kembaran dizigotik pasien skizofrenia 12,0

    Anak yang kedua orangtuanya menderita skizofrenia 40,0

    Kembar monozigotik pasien skizofrenia 47,0

    Skizofrenia setara prevalensinya pada pria dan wanita, namun awitan lebih dini pada pria

    dibanding wanita. Usia puncak awitan adalah 8-25 tahun untuk pria dan untuk wanita 25-35

    tahun. Selain itu temuan yang kuat dalam penelitian skizofrenia adalah penderita skizofrenia

    kemungkinan besar orang-orang tersebut dilahirkan di musim dingin dan awal musim semi. Satu

    hipotesis menyatakan bahwa faktor risiko spesifik-musim, seperti virus atau perubahan musiman

    dalam diet, mungkin berlaku dalam hal ini. Hipotesis viral mencakupslow virus, retrovirus, dan

    reaksi autoimun yang diaktifkan virus. Beberapa studi menunjukkan bahwa frekuensi skizofrenia

    meningkat setelah pajanan terhadap influenza yang terjadi di musim dingin selama trimester

    kedua kehamilan.3

    Patofisiologi

    Kelainan pada anatomi dan sistem neurotransmitter merupakan kedua faktor yang terlibat

    dalam patofisiologi skizofrenia.

  • 8/13/2019 PBL 22 Skizofren

    14/24

    Kelainan Anatomik

    Beberapa studi mengenai neuroimaging pada pasien dengan skizofrenia menunjukkan

    adanya pembesaran ventrikel, berkurangnya volume otak pada bagian temporal medial, dan

    adanya perubahan pada hipokampus. Temuan-temuan ini biasanya didapatkan untuk tujuan

    penelitian bukan untuk aplikasi klinis.

    Selain itu, hal-hal tersebut juga memfokuskan pada berbagai hubungan yang terdapat di

    otak dibandingkan dengan lokalisasi di satu bagian otak. Studi berdasarkan hasil MRI

    menunjukkan adanya kelainan secara anatomik dalam hubungan neokorteks dan bagian limbic

    serta interkoneksi jalur substansia alba. Sebuah studi analisis yang menggunakan diffusion tensor

    imaging (DTI) untuk memeriksa sustantia alba ditemukan terdapat dua jalur substantia nigra

    yang berkurang/menipis pada penderita skizofrenia.

    Menurut Edinburgh High-Risk Study, pada pemeriksaan radiologi kepala menunjukkan

    pengurangan volume otak secara keseluruhan dan volume di lobus prefrontal dan lobus temporal

    sebelah kanan-kiri pada 17 dari 146 orang yang secara genetic berisiko tinggi menderita

    skizofrenia. Adanya perubahan pada lobus prefrontal berhubungan dengan meningkatnya

    keparahan gejala-gejala psikotik.

    Dalam suatu analisis berdasarkan 27 longitudinal studi MRI, membandingkan pasien

    skizofrenia dengan subjek control, dan ditemukan bahwa skizofrenia berhubungan dengan

    abnormalitas pada struktur otak yang progresif dari waktu ke waktu. Dari kelainan tersebut juga

    teridentifikasi adanya kehilangan volume otak pada substansia grisea dan substansia alba serta

    peningkatan volume pada ventrikel lateral.5

    Kelainan Sistem Neurotransmiter

    Kelainan pada sistem dopaminergik sempat terpikirkan sebagai faktor pengaruh pada

    skizofrenia, namun terdapat beberapa bukti-bukti kecil secara langsung yang dapat mendukung

    teori tersebut. Obat antipsikotik pertama yang secara jelas efektif yaitu klorpromazin dan

    reserpin, memiliki struktur yang berbeda satu sama lain namun keduanya merupakan

    antidopaminergik. Obat-obat yang mengurangi laju pembakaran neuron-neuron mesolimbik

  • 8/13/2019 PBL 22 Skizofren

    15/24

    dopamine D2 disebut obat antipsikotik, dan obat-obat yang menstimulasi neuron-neuron tersebut

    (contoh: amfetamin) dapat menimbulkan gejala psikotik.

    Aktivitas hipodopaminergik pada sistem mesokorteks, dapat menimbulkan gejala

    negative, dan aktivitas hiperdopaminergik pada sistem mesolimbik, dapat menimbulkan gejala

    postif, bisa muncul bersamaan. Selain itu, terdapat obat antipsikotik yang lebih baru yang

    menghambat reseptor dopamine D2 dan 5-hidroxytryptamine(5-HT) secara bersamaan.

    Klozapin, yang dapat dikatakan sebagai agen antipsikotik paling efektif, merupakan

    antagonis dopamine D2 yang paling lemah. Selain itu, sistem neurotransmitter lainnya, seperti

    norepinefrin, serotonin, dan gamma-aminobutirat acid (GABA), juga tidak diragukan terlibat.

    Beberapa penelitian memfokuskan pada N-methyl-D-aspartate (NMDA) subclass dari reseptor

    glutamat karena antagonis NMDA, seperti phencyclidine dan ketamine, dapat memicu gejala

    psikotik pada orang yang sehat.

    Inflamasi dan Fungsi Sistem Imun

    Fungsi sistem imun juga terganggu pada penderita skizofrenia. Aktivasi berlebihan

    sistem imun (pada infeksi prenatal atau stres postnatal) dapat menimbulkan ekspresi berlebihan

    dari sitokin inflamasi dan perubahan struktur serta fungsi otak. Sebagai contoh, pada pasien

    skizofrenia terjadi peningkatan jumlah sitokin pro-inflamasi yang mengaktifkan jalur

    kynurenine, di mana triptofan dimetabolisme menjadi kynurenic dan asam quinolinic. Kedua

    materi tersebut mengatur aktivitas reseptor NMDA dan dapat pula terlibat dalam sistem

    pengaturan dopamine.

    Resistensi insulin dan gangguan metabolism, yang umum terjadi pada populasi dengan

    skizofrenia, juga telah dihubungkan dengan proses inflamasi. Dengan demikian, kemungkinan

    terdapat relasi antara proses inflamasi dengan psikopatologi skizofrenia dan gangguan metabolik

    yang tampak pada pasien dengan skizofrenia.

    5

    Gejala Klinis

  • 8/13/2019 PBL 22 Skizofren

    16/24

    Gejala psikotik ditandai oleh abnormalitas dalam bentuk dan isi pikiran, persepsi, dan

    emosi serta perilaku. Berikut ini beberapa gejala yang dapat diamati pada skizofrenia.

    Penampilan dan Perilaku Umum

    Tidak ada penampilan atau perilaku yang khas skizofrenia. Beberapa bahkan dapat

    berpenampilan dan berperilaku normal. Mungkin mereka tampak berpreokupasi terhadao

    kesehatan, penampilan badan, agama atau minatnya. Pasien dengan skizofrenia kronis cenderung

    menelantarkan penampilannya. Kerapian dan hygiene pribadi juga terabaikan.mereka juga

    cenderung menarik diri secara sosial.

    Gangguan Pembicaraan

    Pada skizofrenia inti gangguan memang terdapat pada proses pikiran. Yang terganggu

    terutama adalah asosiasi. Asosiasi longgar berarti tidak adanya ubungan antaride. Kalimat-

    kalimatnya tidak saling berhubungan. Kadang-kadang satu ide belum selesai diutarakan, sudah

    dikemukakan ide lain. Atau terdapat pemindahan maksud, misalnya maksudnya tani tetapi

    dikatakan sawah. Bentuk yang lebih parah adalah inkoherensi. Neologisme, kadang-kadang

    pasien dengan skizofrenia membentuk kata baru untuk menyatakan arti yang hanya dipahami

    oleh dirinya sendiri. Mutisme sering tampak pada pasien skizofrenia katatonik.

    Gangguan Perilaku

    Salah satu gangguan aktivitas motorik pada skizofrenia adalah gejala katatonik yang

    dapat berupa stupor atau gaduh gelisah (excitement). Pasien dengan stupor tidak bergerak, tidak

    berbicara, dan tidak berespon, meskipun iang sepenuhnya sadar. Sedangkan pasien dengan

    katatonik gaduh gelisah menunjukkan aktivitas motorik yang tidak terkendali. Kedua keadaan ini

    kadang-kadang terjadi bergantian. Pada stupor katatonik juga bisa didapati fleksibilitas serea dan

    katalepsi. Gejala katalepsi adalah bila suatu posisi badan dipertahankan untuk waktu yang lama.

    Fleksibiltas serea adalah bila anggota badan dibengkokan terasa suatu tahanan seperti pada liln

    atau malam dan posisi itu diperthankan agak lama.

  • 8/13/2019 PBL 22 Skizofren

    17/24

    Gangguan perilaku lain adalah streotipi dan menerisme. Berulang-ulang melakukan suatu

    gerakan atau mengambil sikap badan tertentu disebut streotipi; misalnya menarik-narik

    rambutnya, atau tiap kali bila mau menyuap nasi mengetuk piring dulu beberapa kali. Keadaan

    ini dapat berlangsung beberapa hari sampai beberapa tahun.

    Negativisme adalah menentang atau justru melakukan yang berlawanan dengan apa yang

    disuruh. Otomatisme komando (common automatism) sebetulnya merupakan lawan dari

    negativisme yaitu semua perintah dituruti secara otomatis, bagaimana ganjilpun.4

    Gangguan Afek

    Kedangkalan respon emosi (emotional blunting), misalnya penderita menjadi acuh-tak-

    acuh terhadap hal-hal yang penting untuk dirinya sendiri seperti keadaan keluarganya dan masa

    depannya. Perasaan halus sudah hilang. Juga sering didapati anhedonia.

    Parathimi yaitu apa yang sebenarnya menimbulkan rasa senang dan gembira, pada

    penderita timbul rasa sedih atau marah.

    Paramimi yaitu penderita merasa senang dan gembira, akan tetapi ia menangis. Parathimi

    dan paramimi bersama-sama dinamakan incongruity of affect dalam bahasa inggris dan

    inadequate dalam bahasa belanda. Kadang-kadang emosi dan afek serta ekspresinya tidak

    mempunyai kesatuan. Semua ini merupakan gangguan afek dan emosi yang khas untuk

    skizofrenia. Gangguan afek dan emosi lain adalah :

    Emosi berlebihan, sehingga kelihatan seperti dibuat-buat, seperti penderita sedang

    bersandiwara. Yang penting juga pada skizofrenia adalah hilangnya kemampuan untuk

    mengadakan hubungan yang baik (emotional rapport). Karena itu sering kita tidak dapat

    merasakan perasaan penderita.

    Karena terpecah-belahnya kepribadian, maka dua hal yang berlawanan mungkin timbul

    bersama-sama, misalnya mencintai dan membeci satu orang yang sama; atau menangis dan

    tertawa tentang satu hal yang sama. Ini dinamakan ambivalensi afektif.

  • 8/13/2019 PBL 22 Skizofren

    18/24

    Sensitivitas emosi yaitu penderita skizofrenia sering menunjukkan hipersensitivitas

    terhadap penolakan, bahkan sebelum menderita sakit. Sering hal ini menimbulkan isolasi sosial

    untuk menghindari penolakan.

    Gangguan Persepsi

    Halusinasi yaitu pada skizofrenia, halusinasi timbul tanpa penurunan kesadaran dan hal

    ini merupakan suatu gejala yang hampir tidak dijumpai pada keadaan lain. Paling sering pada

    skizofrenia adalah halusinasi pendengaran (auditorik) dalam bentuk suara manusia, bunyi

    barang-barang atau siulan. Halusinasi penciuman (olfaktori), halusinasi pengecapan (gustatorik)

    atau halusinasi rabaan (taktil) jarang dijumpai. Misalnya penderita mencium kembang kemana

    pun ia pergi atau ada orang yang menyinarinya dengan alat rahasia, atau ia merasa ada racun

    dalam makananny. Halusinasi penglihatan (optik) agak jarang pada skizofrenia, lebih sering pada

    psikosis akut yang berhubungan dengan sindrom otak organik.

    Gangguan Pikiran

    Waham yaitu pada skizofrenia waham sering tidak logis sama sekali dan sangat bizar.

    Penderita tidak menginsafi hal ini dan baginya wahamnya merupakan fakta yang tidak dapat

    diubah ole siapapun. Sebaliknya ia tidak mengubah sikapnya yang bertentengan, misalnya

    penderita berwaham bahwa ia raja, tetapi ia bermain-main dengan air ludahnya dan mau disuruh

    melakukan pekerjaan kasar. Mayer-gross membagi waham dalam 2 kelompok yaitu waham

    primer dan waham sekunder. Mungkin juga terdapat waham sistemis. Ada juga tafsiran yang

    bersifat waham (delusion interpretations).4

    Penatalaksanaan

    Farmakoterapi

    Pengobatan antipsikotik, yang diperkenalkan awal tahun 1950-an, telah merevolusi

    penanganan skizofrenia. Kurang lebih dua sampai empat kali lipat pasien mengalami relaps bila

    diobati dengan plasebo dibandingkan mereka yang diobati dengan antipsikotik. Namun, obat-

    obat ini hanya mengatasi gejala gangguan dan tidak menyembuhkan skizofrenia.

  • 8/13/2019 PBL 22 Skizofren

    19/24

    Antagonis Reseptor Dopaminefektif dalam penanganan skizofrenia, terutama terhadap

    gejala positif (cth. waham). Obat-obatan ini memiliki dua kekurangan utama. Pertama, hanya

    persentase kecil pasien yang cukup terbantu untuk dapat memulihkan fungsi mental normal

    secara bermakna. Sebagaimana tercatat sebelumnya, bahkan dengan pengobatan, sekitar 50%

    pasien tetap menjalani kehidupan yang sangat terganggu. Kedua, antagonis reseptor dopamine

    dikaitkan dengan efek samping yang mengganggu, seringnya akatisia dan gejala lir-parkinsonian

    berupa rigiditas dan tremor. Efek lain yang potensial serius mencakup diskinesia tarda dan

    sindrom neuroleptik maligna.

    Antagonis Serotonin-Dopamin (SDA) menimbulkan gejala ekstrapiramidal yang

    minimal atau tidak ada, berinteraksi dengan subtipe reseptor dopamine yang berbeda disbanding

    antipsikotik standar, dan mempengaruhi baik reseptor serotonin maupun glutamat. Obat ini juga

    menghasilkan efek simpang neurologis dan endokrinologis yang lebih sedikti serta lebih efektif

    dalam menangani gejala negative skizofrenia, contohnya penarikan diri. Obat yang juga disebut

    sebagai obat antipsikotik atipikal ini tampaknya efektif untuk pasien skizofrenia dalam kisaran

    yang lebih luas dibanding agen antipsikotik antagonis reseptor dopamin yang tipikal. Golongan

    ini setidaknya sama efektifnya dengan haloperidol untuk gejala positif skizofrenia, secara unik

    efektif untuk gejala negatif, dan lebih sedikit, bila ada, menyebabkan gejala ekstrapiramidal.

    Beberapa SDA yang telah disetujui di antaranya klozapin, risperidon, olanzapin (Zyprexa),

    sertindol, kuetapin, dan ziprasidon. Obat-obat ini tampaknya akan menggantikan antagonis

    reseptor dopamine sebagai obat lini pertama untuk penanganan skizofrenia.3

    Penanganan Penyakit Refrakter. Pada keadaan akut, hampir semua pasien pada

    akhirnya merespons obat antipsikotik dosis berulang tiap 1 2 jam melalui pemberian

    intramuscular atau tiap 2 3 jam per oral. Benzodiazepin kadang-kadang diperlukan untuk

    sedasi pasien lebih lanjut. Kegagalan pasien merespons pada keadaan akut menyebabkan klinisi

    mempertimbangkan kemungkinan adanya lesi organik.3

    Terapi Biologis Lain

    Meski jauh lebih tidak efektif dibanding obat antipsikotik, terapi elektrokonvulsif

    mungkin diindikasikan untuk pasien katatonik serta pasien yang karena alasan tertentu tidak

    dapat mengkonsumsi obat antipsikotik. Pasien yang telah sakit selama kurang dari 1 tahun

  • 8/13/2019 PBL 22 Skizofren

    20/24

    kemungkinan besar akan merespon. Terapi eletrokonvulsif rumatan mungkin berguna pada

    pasien yang nonresponsive terhadap terapi farmakologis.

    Dahulu, pembedahan psikis (psychosurgery), khususnya lobotomi frontal, digunakan

    sebagai penanganan skizofrenia dengan hasil akhir yang bervariasi. Meski pendekatan mutakhir

    terhadap bedah psikis untuk skizofrenia mungkin pada akhirnya dapat dikembangkan, bedah

    psikis tidak lagi dianggap sebagai penanganan yang tepat. Namun, hal ini dipraktikkan dalam

    basis eksperimental terbatas, untuk kasus parah yang membandel.

    Terapi Psikososial

    Terapi psikososial mencakup berbagai metode untuk meningkatkan kemampuan sosial,

    kecukupan diri, ketrampilan praktis, dan komunikasi interpersonal pada pasien skizofrenik.

    Tujuannya adalah memungkinkan seseorang yang sakit parah untuk membangun keterampilan

    social dan keterampilan pekerjaan untuk hidup yang mandiri.

    Pelatihan Keterampilan Sosial kadang-kadang disebut sebagai terapi keterampilan

    perilaku. Terapi ini secara langsung dapat mendukung dan berguna untuk pasien bersama dengan

    terapi farmakologis. Pelatihan dapat berupa penggunaan video tape berisi orang lain dan si

    pasien, bermain drama dalam terapi, dan tugas pekerjaan rumah untuk keterampilan social telah

    terbukti mengurangi angka relaps sebagaimana yang terukur melalui kebutuhan rawta inap.

    Terapi Berorientasi Keluarga. Mengingat pasien skizofrenia sering dilepaskan pada

    keadaan hanya mengalami remisi parsial, keluarga tempat pasien kembali sering dapat

    memperoleh manfaat dari terapi keluarga yang berlangsung singkat namun intensif. Terapi ini

    difokuskan pada situasi saat ini dan sebaiknya mencakup identifikasi dan penghindaran situasi

    yang berpotensi menyusahkan. Ketika benar-benar timbul masalah dengan pasien pada keluarga

    tersebut, tujuan terapi semestinya adalah menyelesaikan masalah tersebut secepatnya. Gejala

    psikotik seringkali menakutkan bagi anggota keluarga, dan membicarakannya secara terbukadengan psikiater serta saudara dengan skizofrenia sering menentramkan semua pihak. Terapis

    kemudian dapat mengarahkan terapi keluarga selanjutnya menuju penerapan jangka panjang

    strategi mengatasi masalah dan mengurangi stress serta menuju reintegrasi bertahap pasien ke

    kehidupan sehari-hari. Selain itu, terapis juga harus mengendalikan intensitas emosional sesi

    keluarga dengan pasien skizofrenia. Ekspresi emosi yang berlebihan dalam suatu sesi dapat

  • 8/13/2019 PBL 22 Skizofren

    21/24

    merusak proses penyembuhan pasien serta dapat mengikis suatu terapi keluarga yang yang

    berpotensi sukses di masa depan. Beberapa studi menunjukkan bahwa terapi keluarga khususnya

    efektif dalam mengurangi relaps.3

    Penanganan Komunitas Asertif (ACT). Melalui program ini, pasien diserahkan ke satu

    tim multidisiplin. Tim ini memiliki beban kasus pasien tertentu dan memberikan semua

    pelayanan di mana dan kapanpun dibutuhkan pasien. Ini merupakan intervensi intensif dan

    bergerak yang memberikan penanganan, rehabilitasi, serta aktivitas pendukung. Hal ini

    mencakup pengantaran obat ke rumah, pemantauan kesehatan mental dan fisik, keterampilan

    social in vivo, dan kontak yang sering dengan anggota keluarga. Program ini secara efektif dapat

    menurunkan risiko perawatan inap kembali bagi orang dengan skizofrenia, namun merupakan

    program yang padat karya dan mahal untuk diterapkan.

    Terapi Kelompok untuk skizofrenia umumnya berfokus pada rencana hubungan dalam

    kehidupan nyata. Kelompok dapat berorientasi perilaku, psikodinamis atau berorientasi tilikan,

    atau suportif. Sejumlah peneliti meragukan bahwa interpretasi dinamik dan terapi tilikan

    bermanfaat untuk pasien skizofrenia tipikal. Namun, terapi kelompok efektif mengurangi isolasi

    social, meningkatkan rasa keterikatan, serta memperbaiki kemampuan uji realitas untuk pasien

    skizofrenia. Kelompok yang mengarahkan ke perilaku suportif, dan bukannya cara interpretative,

    tampaknya paling berguna untuk pasien skizofrenik.

    Terapi Perilaku Kognitif telah digunakan pada pasien skzofrenik untuk memperbaiki

    distorsi kognitif, mengurangi distraktibilitas, serta mengoreksi kesalahan daya nilai. Terdapat

    laporan adanya waham dan halusinasi yang membaik pada sejumlah pasien yang menggunakan

    metode ini. Pasien yang mungkin memperoleh manfaat dari terapi ini umumnya adalah yang

    memiliki tilikan terhadap penyakitnya.

    Psikoterapi Individual. Studi mengenai efek psikoterapi individual dalam penanganan

    skizofrenia telah memberikan data bahwa terapi ini bermanfaat dan bersifat tambahan terhadap

    efek terapi farmakologis. Pada psikoterapi terhadap pasien skizofrenik, amat penting untuk

    membangun hubungan terapeutik sehingga pasien merasa aman. Psikoterapi untuk pasien

    skizofrenik sebaiknya dipertimbangkan untuk dilakukan dalam jangka waktu dekade, dan

    bukannya beberapa sesi, bulan, dan tahun. Tipe psikoterapi flkeksibel yang disebut terapi

  • 8/13/2019 PBL 22 Skizofren

    22/24

    personal merupakan bentuk penanganan individual untuk pasien skizofrenia yang baru-baru ini

    terbentuk. Tujuannya adalah meningkatkan penyesuaian personal dan sosial serta mencegah

    terjadinya relaps. Terapi ini merupakan metode pilihan menggunakan keterampilan soasial dan

    latihan relaksasi, psikoedukasi, refleksi diri, kesadaran diri, serta eksplorasi kerentanan individu

    terhadap stress. Terapis menyediakan suatu situasi yang menekankan pada penerimaan dan

    empati. Pasien yang menerima terapi personal menunjukkan perbaikan penyesuaian sosial

    (ukuran kombinasi yang mencakup performa kerja, hobi, hubungan interpersonal) dan memiliki

    angka relaps yang lebih rendah setelah 3 tahun dibanding pasien yang tidak menerima terapi

    personal.

    Terapi Kejuruan. Berbagai metode dan situasi digunakan untuk membantu pasien

    memperoleh kembali keterampilan lamanya atau membentuk keterampilan baru. Hal ini meliputi

    lokakarya terlindung, klub kerja, dan program penempatan paruh waktu atau transisional.

    Mendorong pasien untuk memperoleh pekerjaan yang menguntungkan merupakan suatu cara

    menuju sekaligus petanda kesembuhan. Banyak pasien skizofrenik mampu melakukan pekerjaan

    berkualitas tinggi meski menderita sakit. Yang lain mungkin menunjukkan keterampilan luar

    biasa atau bahkan kecemerlangan pada bidang tertentu akibat adanya aspek idiosinkratik tertentu

    gangguannya.3

    Pencegahan

    Pencegahan yang dapat dilakukan berupa pencegahan dan intervensi dini pada kelompok

    tertentu. Kelompok pertama ialah remaja atau dewasa muda yang menunjukkan gejala-gejala

    awal skizofrenia seperti terjadinya penurunan kinerja di sekolah atau di pekerjaan, perubahan

    perilaku, adanya gangguan tidur, penurunan nafsu makan, emosi yang labil, tegang, mempunyai

    kepercayaan yang aneh serta penurunan fungsi kognitif. Perlu diingatkan bahwa keberadaan

    gejala tersebut merupakan suatu pertanda dan bukan suatu diagnosis, beberapa gejala mungkin

    hanya merupakan penyimpangan yang normal dari kehidupan remaja. Karena itu, konsultasikan

    dengan ahli (psikiater) sangat diperlukan untuk memastikan langkah pengobatan. Kelompok lain

    adalah mereka yang berasal dari keluarga yang banyak menderita skizofrenia serta mengalami

  • 8/13/2019 PBL 22 Skizofren

    23/24

    beberapa gejala psikiatri ringan. Hingga kini faktor genetic dipercaya mempunyai peran besar

    dalam etimologi penyakit.

    Pencegahan terhadap relaps. Ketidakpatuhan terhadap obat antipsikotik merupakan

    alasan utama terjadinya relaps dan kegagalan percobaan obat. Alasan utama lain kegagalan

    percobaan obat adalah waktu percobaan yang tidak mencukupi. Meningkatkan dosis atau

    mengganti obat antipsikotik dalam 2 minggu pertama penanganan merupakan suatu kesalahan

    umum. Bila seorang pasien membaik dengan regimen saat ini pada akhir minggu kedua,

    penanganan kontinu dengan regimen yang sama mungkin akan menghasilkan perbaikan klinis

    yang stabil. Namun, bila pasien telah menunjukkan sedikit atau tidak ada perbaikan dalam 2

    minggu, kemungkinan alasan kegagalan obat, termasuk ketidakpatuhan, patut dipertimbangkan.

    Pada pasien yang tidak patuh, penggunaan preparat cair atau bentuk depot flufenazin (Proloxin)

    atau haloperidol (Haldol) mungkin diindikasikan. Karena adanya keragaman metabolisme obat,

    klinisi sebaiknya memeriksa kadar plasma bila kemampuan laboratorium tersedia. Kadar plasma

    obat antipsikotik hanya menyajikan ukuran kasar kepatuhan, absorbs, dan metabolism. Tidak ada

    kisaran kadar darah terapeutik yang terdefinisi dengan jelas untuk obat antipsikotik seperti

    halnya yang terdapat pada sejumlah antidepresan. Mengingat efek samping neurologis adalah

    alasan umum ketidakpatuhan pasien skizofrenia dan merupakan kausa utama relaps, profil efek

    samping agen atipikal yang lebih baik mungkin akan menyebabkan perbaikan kepatuhan dan

    hasil akhir yang lebih baik.3

    Prognosis

    Sekarang dengan pengobatan modern, ternyata bila penderita itu datang berobat dalam

    tahun pertama setelah serangan pertama, maka kira-kira sepertiga dari mereka akan sembuh

    sama sekali. Sepertiga yang lain dapat dikembalikan ke masyrakat walaupun masih didapati

    cacat sedikit dan mereka masih harus sering diperiksa dan diobati selanjutnya. Yang sisanya

    biasanya mempunyai prognosis yang jelek, mereka tidak dapat berfungsi didalam masyarakat

    dan menuju ke kemunduran mental, sehingga mungkin menjadi penghuni tetap dirumah sakit

    jiwa. Dengan intervensi dini yang komprehensif, yang antara lain meliputi pemberian

  • 8/13/2019 PBL 22 Skizofren

    24/24

    antipsikotik secara optimal, terapi kognitif perilaku, pelibatan keluarga, perawatan dimasyarakat

    dan manajemen kasus yang baik, angka kesembuhan skizofrena dapat ditingkatkan.4

    PENUTUP

    Berdasarkan kasus tersebut pemuda 25 tahun tersebut menderita gangguan psikosis, yaitu

    skizofrenia paranoid. Hal ini nampak dari gejala pasien yang menonjol yaitu gangguan waham

    dan halusinasi. Berbagai hal dapat mempengaruhi seseorang untuk menderita gangguan tersebut,

    di antaranya dari segi anatomik, tingkat neurotransmitter, genetik, proses inflamasi dan reaksi

    imun. Perlu dilakukan pemeriksaan lebih lanjut untuk mengetahui kemungkinan penyebab

    terjadinya skizofrenia, yang paling utama perlu dilakukan anamnesis serta pemeriksaan lebih

    lanjut. Namun demikian, belum ada kepastian penyebab langsung skizofrenia tersebut.

    DAFTAR PUSTAKA

    1. Tomb DA. Buku saku psikiatri. Edisi 6. Jakarta: EGC, 2004.h. 1-42. Elvira SD, Hadisukanto G. Buku ajar psikiatri. Jakarta: Badan Penerbit FKUI, 2010.h.45-

    59, 170-94.

    3. Sadock BJ, Sadock WA. Kaplan & Sadock buku ajar psikiatri klinis. Edisi 2. Jakarta:EGC, 2010.h.147-68

    4. Maramis WF. Catatan ilmu kedokteran jiwa. Edisi 2. Surabaya: Airlangga UniversityPress, 2009.h.259-75

    5. Frankenburg FR, Dunayevich E. Schizophrenia, December 4th, 2012. MedscapeReference. Diunduh dari: http://emedicine.medscape.com, 25 Desember 2012 pukul

    15.47 WIB.

    http://emedicine.medscape.com/http://emedicine.medscape.com/http://emedicine.medscape.com/