pbl 2 fix

35
A. Kasus Liputan6.com, Dinas Kesehatan (Dinkes) Provinsi Sulawesi Barat, mencatat kasus gizi buruk yang terjadi selama tahun 2012 sebanyak 299 kasus yang tersebar pada enam kabupaten yang ada di daerah itu. “Petugas kamu telah mencatat angka penderita gizi buruk selama tahun 2012 cenderung mengalami peningkatan. Jumlah kasus yang kita temukan merupakan data yang pernah ditangani secara medis,” kata kepala Dinkes Sulbar, dr. Achmad Aziz di Mamuju, seperti dikutip Antara, Rabu (25/9/2013). Menurutnya, masih banyak anggota masyarakat penderita gizi buruk yang belum tertangani secara medis akibat pemahaman masyarakat yang keliru. “Terkadang masyarakat enggan membawa korban anak penderita gizi buruk ke rumah sakit karena mengandalkan dukun kampong. Pemahaman seperti itu keliru sehingga petugas medis diharuskan ikut memberikan sosialisasi penanganan gizi buruk,” jelasnya. Faktor lain terjadinya gizi buruk di Sulbar, disebabkan oleh permasalahan ekonomi atau kemiskinan serta pemahaman masyarakat terntang penanganan kesehatan belum membaik. “Angka kemiskinan kita memang telah mengalami penurunan. Namun, sebagian masyarakat kita khususnya yang ada di pedalaman belum mampu memahami tata cara penanganan kasus gizi buruk,” jelasnya. 1

Upload: normalisanovrita

Post on 03-Oct-2015

11 views

Category:

Documents


3 download

DESCRIPTION

PBL 2 fix

TRANSCRIPT

A. Kasus

Liputan6.com, Dinas Kesehatan (Dinkes) Provinsi Sulawesi Barat, mencatat kasus gizi buruk yang terjadi selama tahun 2012 sebanyak 299 kasus yang tersebar pada enam kabupaten yang ada di daerah itu. Petugas kamu telah mencatat angka penderita gizi buruk selama tahun 2012 cenderung mengalami peningkatan. Jumlah kasus yang kita temukan merupakan data yang pernah ditangani secara medis, kata kepala Dinkes Sulbar, dr. Achmad Aziz di Mamuju, seperti dikutip Antara, Rabu (25/9/2013).

Menurutnya, masih banyak anggota masyarakat penderita gizi buruk yang belum tertangani secara medis akibat pemahaman masyarakat yang keliru. Terkadang masyarakat enggan membawa korban anak penderita gizi buruk ke rumah sakit karena mengandalkan dukun kampong. Pemahaman seperti itu keliru sehingga petugas medis diharuskan ikut memberikan sosialisasi penanganan gizi buruk, jelasnya. Faktor lain terjadinya gizi buruk di Sulbar, disebabkan oleh permasalahan ekonomi atau kemiskinan serta pemahaman masyarakat terntang penanganan kesehatan belum membaik. Angka kemiskinan kita memang telah mengalami penurunan. Namun, sebagian masyarakat kita khususnya yang ada di pedalaman belum mampu memahami tata cara penanganan kasus gizi buruk, jelasnya.

Achmad Azis menuturkan, balita gizi buruk terjadi akibat pola asuh anak yang salah serta akibat penyakit terutama infeksi bawaan sejak lahir. Ia mengatakan, pemerintah provinsi Sulbar selama ini telah memberikan perhatian serius terhadap penanganan kasus gizi buruk dengan menjadikan posyandu sebagai ujung tombak dalam melakukan pelayanan kesehatan. Melalui posyandu, kita bisa memberikan pelayanan terhadap ibu hamil agar intens memeriksakan kehamilan, memberikan makanan tambahan ibu hamil, pemberian unsur zat besi pada ibu hamil, hingga pada paska kelahiran anaknya dengan cara memberikan pengetahuan tentang pemberian asupan gixi yang cukup kepada anak,: katanya.

Ia menuturkan, berdasarkan Riset Kesehatan Daerah Badan Penelitian dan Pengembangan Kementerian Kesehatan tahun 2010, tingkat prevalensi gizi buruk nasional menurun dari 5,4 persen tahun 2007 menjadi 4,9 persen tahun 2010. Kendati demikian, masih ada kesenjangan antarprovinsi. (Abd)

B. Panduan Pertanyaan

1. Apakah yang dimaksud dengan status gizi? Bagaimana cara mengukurnya?Definisi Status gizia. Status gizi adalah ekspresi dari keadaan keseimbangan dalam bentuk variabel tertentu (Supariasa, 2002).b. Status gizi merupakan tanda- tanda penampilan seseorang akibat keseimbangan antara pemasukan dan pengeluaran zat gizi yang berasal dari pangan yang dikonsumsi pada suatu saat berdasarkan pada kategori dan indikator yang digunakan (Depkes, 2002).c. Status gizi adalah keadaan tubuh sebagai akibat konsumsi makanan dan penggunaan zat- zat gizi (Supariasa, 2001). d. Status gizi didefinisikan sebagai status kesehatan yang dihasilkan oleh keseimbangan antara kebutuhan dan masukan nutrien (Beck, 2000).e. Status gizi adalah keadaan kesehatan akibat interaksi antara makanan, tubuh manusia dan lingkungan hidup manusia (Soekirman, 2000).f. Status gizi merupakan hasil keseimbangan antara zat-zat gizi yang masuk dalam tubuh dan penggunaannya (Laren, 1989).Cara Mengukur Status Gizia. Pengukuran Secara LangsungPenilaian status gizi secara langsung dibagi menjadi empat penilaian yaitu antropometri, klinis, biokimia, dan biofisik. Adapun penilaian dari masing-masing diuraikan menurut Kurniasih (2010) sebagai berikut:1) AntropometriAntropometri adalah ukuran tubuh manusia. Sedangkan antropometri gizi adalah berhubungan dengan berbagai macam pengukuran dimensi tubuh dan komposisi tubuh dan tingkat umur dan tingkat gizi. Antropometri secara umum digunakan untuk melihat keseimbangan asupan protein dan energi. Contoh dari antropometri adalah berat badan, tinggi badan, lingkar lengan.2) KlinisMetode klinis didasarkan atas perubahan-perubahan yang terjadi yang dihubungkan dengan ketidakcukupan zat gizi. Hal tersebut dapat dilihat pada jaringan epitel seperti kulit, mata, rambut, dan mukosa oral atau pada organ-organ yang dekat dengan permukaan tubuh seperti kelenjar tiroid.3) BiokimiaPenilaian status gizi dengan biokimia adalah pemeriksaan spesimen yang diuji secara laboratoris yang dilakukan pada berbagai macam jaringan. Jaringan tubuh yang digunakan antara lain darah, urine, tinja, dan juga beberapa jaringan tubuh seperti hati dan otot.4) BiofisikaPenentuan gizi secara biofisik adalah suatu metode penentuan status gizi dengan melihat kemampuan fungsi, khususnya jaringan, dan melihat perubahan struktur jaringan.

b. Pengukuran Secara Tidak LangsungPenilaian status gizi secara tidak langsung dibagi menjadi 3 yaitu: survey konsumsi makanan, statistik vital, dan faktor ekologi. Adapun uraian dari ketiga hal tersebut menurut Kurniasih (2010) adalah sebagai berikut:1) Survey Konsumsi MakananSurvey konsumsi makanan adalah metode penentuan status gizi secara tidak langsung dengan melihat jumlah dan jenis zat dan gizi yang dikonsumsi. Kesalahan dalam survey makanan bisa disebabkan oleh perkiraan yang tidak tepat dalam menentukan jumlah makanan yang dikonsumsi balita, kecenderungan untuk mengurangi makanan yang banyak dikonsumsi dan menambah makanan yang sedikit dikonsumsi ( The Flat Slope Syndrome ), membesar-besarkan konsumsi makanan yang bernilai sosial tinggi, keinginanmelaporkan konsumsi vitamin dan mineral tambahan kesalahan dalam mencatat (food record).2) Statistik VitalStatistik vital yaitu dengan menganalisis data beberapa statistik kesebatan seperti angka kematian berdasarkan umur, angka kesakitan dan kematian karena penyebab tertentu dan data lainnya yang berhubungan dengan gizi.3) Faktor EkologiMalnutrisi merupakan masalah ekologi sebagai hasil interaksi antara beberapa faktor fisik, biologis dan lingkungan budaya. Jumlah makanan yang tersedia sangat tergantung dan keadaan ekologi seperti iklim, tanah, irigasi, dan lain-lain.

2. Bagaimana menggolongkan status gizi pada anak-anak? Apa perbedaannya?Dalam menentukan klasifikasi status gizi harus ada ukuran baku yang sering disebut dengan reference. Namun, baku antopometri yang sekarang di Indonesia adalah WHO-NCHS. Ada banyak klasifikasi status gizi yang pernah dibuat antara lain : a) Klasifikasi Gomez (1959) b) Klasifikasi Watelow,c) Klasifikasi welcome trust, d) Jellife,e) Klasifikasi bengoa,f) Klasifikasi rekomendasi lokakarya antropometri 1975, g) Klasifikasipuslibang Gizi 1978,h) Klasifikas WHO. Namun, berdasarkan kesepakatan Pakar Gizi Cipanas 2001 dan berdasarkan surat keputusan Menteri Kesehatan 920/2002 pengklasifikasian status gizi berdasarkan antropometri adalah sebagai berikut:

Secara umum antropometri artinya ukuran tubuh manusia. Ditinjau dari sudut pandang gizi, maka antropometri gizi berhubungan dengan berbagai macam pengukuran dimensi tubuh dan komposisi kasar tubuh dari berbagai tingkat umur dan tingkat gizi. Penilaian dilakukan terhadap berat badan (BB), tinggi badan (TB), lingkar kepala, lingkar lengan atas (LLA/LILA), dan tebal lemak kulit, serta cara lain seperti tinggi lutut pada pasien yang tidak dapat berdiri. Pada usia kurang dari 2 tahun pengukuran tinggi badan dilakukan dengan mengukur panjang badan dalam keadaan tidur, sedangkan pada usia 2 tahun atau lebih pengukuran dilakukan dalam keadaan berdiri tinggi badan juga dapat ditentukan melalui pengukuran tinggi lutut (dengan menggunakan kaki kiri dan sudut 90 derajat) pada orang yang meiliki kelainan tulang belakang atau tidak mampu berdiri tegak.

Pengukuran antropometri yang sering digunakan yaitu berat badan per umur (BB/U), tinggi badan per umur (TB/U), berat badan per tinggi badan (BB/TB), dan Indeks Massa Tubuh atau IMT (BB/TB2).

Tabel 1. Penilaian Status Gizi berdasarkan Indeks BB/U,TB/U, BB/TB Standart Baku Antropometeri WHO-NCHS (Depkes, 2004)NoIndeks yang dipakaiBatas PengelompokanSebutan Status Gizi

1BB/U < -3 SDGizi buruk

- 3 s/d +2 SDGizi lebih

2TB/U < -3 SDSangat Pendek

- 3 s/d +2 SDTinggi

3BB/TB < -3 SDSangat Kurus

- 3 s/d +2 SDGemuk

Data baku WHO-NCHS indeks BB/U, TB/U dan BB/TB disajikan dalan dua versi yakni persentil (persentile) dan skor simpang baku (standar deviation score = z). Menurut Waterlow, et al., gizi anak-anak dinegara-negara yang populasinya relatif baik (well-nourished), sebaiknya digunakan presentil, sedangkan dinegara untuk anak-anak yang populasinya relatif kurang (under nourished) lebih baik menggunakan skor simpang baku (SSB) sebagai persen terhadap median baku rujukan ( Djumadias, 1990).

Tabel 2. Interpretasi Status Gizi Berdasarkan Tiga Indeks Antropometri (BB/U,TB/U, BB/TB Standart Baku Antropometeri WHO-NCHS) (Depkes, 2004).NoIndeks yang digunakanInterpretasi

BB/UTB/UBB/TB

1RendahRendahNormalNormal, dulu kurang gizi

RendahTinggiRendahSekarang kurang ++

RendahNormalRendahSekarang kurang +

2NormalNormalNormalNormal

NormalTinggiRendahSekarang kurang

NormalRendahTinggiSekarang lebih, dulu kurang

3TinggiTinggiNormalTinggi, normal

TinggiRendahTinggiObese

TinggiNormalTinggiSekarang lebih, belum obese

Keterangan : untuk ketiga indeks ( BB/U,TB/U, BB/TB) :Rendah : < -2 SD Standar Baku Antropometri WHO-NCHS Normal : -2 s/d +2 SD Standar Baku Antropometri WHO-NCHS Tinggi : > + 2 SD Standar Baku Antropometri WHO-NCHS

Pengukuran Skor Simpang Baku (Z-score) dapat diperoleh dengan mengurangi Nilai Induvidual Subjek (NIS) dengan Nilai Median Baku Rujukan (NMBR) pada umur yang bersangkutan, hasilnya dibagi dengan Nilai Simpang Baku Rujukan (NSBR). Atau dengan menggunakan rumus :

Z-score = (NIS-NMBR) / NSBR

3. Apa saja jenis gizi buruk yang ada pada anak-anak? Apa perbedaannya?

Status gizi buruk dibagi menjadi tiga bagian, yakni gizi buruk karena kekurangan protein (disebut kwashiorkor), karena kekurangan karbohidrat atau kalori (disebut marasmus), dan kekurangan kedua-duanya. Gizi buruk ini biasanya terjadi pada anak balita (bawah lima tahun) dan ditampakkan oleh membusungnya perut (busung lapar). Gizi buruk adalah suatu kondisi di mana seseorang dinyatakan kekurangan zat gizi, atau dengan ungkapan lain status gizinya berada di bawah standar rata-rata. Zat gizi yang dimaksud bisa berupa protein, karbohidrat dan kalori. Gizi buruk (severe malnutrition) adalah suatu istilah teknis yang umumnya dipakai oleh kalangan gizi, kesehatan dan kedokteran. Gizi buruk adalah bentuk terparah dari proses terjadinya kekurangan gizi menahun (Nency, 2005).

a. KwashiorkorPenampilan tipe kwashiorkor seperti anak yang gemuk (suger baby), bilamana dietnya mengandung cukup energi disamping kekurangan protein, walaupun di bagian tubuh lainnya terutama dipantatnya terlihat adanya atrofi. Tampak sangat kurus dan atau edema pada kedua punggung kaki sampai seluruh tubuh. Berikut adalah gejala pada kwashiorkor adalah (Depkes RI, 2000)1) Perubahan status mental : cengeng, rewel, kadang apatis2) Rambut tipis kemerahan seperti warna rambut jagung dan mudah dicabut, pada penyakit kwashiorkor yang lanjut dapat terlihat rambut kepala kusam.3) Wajah membulat dan sembab4) Pandangan mata anak sayu5) Pembesaran hati, hati yang membesar dengan mudah dapat diraba dan terasa kenyal pada rabaan permukaan yang licin dan pinggir yang tajam. 6) Kelainan kulit berupa bercak merah muda yang meluas dan berubah menjadi coklat kehitaman dan terkelupas.

b. MarasmusMarasmus adalah gangguan gizi karena kekurangan karbohidrat. Gejala yang timbul diantaranya muka seperti orangtua (berkerut), tidak terlihat lemak dan otot di bawah kulit (kelihatan tulang di bawah kulit), rambut mudah patah dan kemerahan, gangguan kulit, gangguan pencernaan (sering diare), pembesaran hati dan sebagainya. Anak tampak sering rewel dan banyak menangis meskipun setelah makan, karena masih merasa lapar. Berikut adalah gejala pada marasmus adalah (Depkes RI, 2000, Nelson, 2000) : 1) Anak tampak sangat kurus karena hilangnya sebagian besar lemak dan otot-ototnya, tinggal tulang terbungkus kulit 2) Wajah seperti orang tua3) Iga gambang dan perut cekung 4) Otot paha mengendor (baggy pant) 5) Cengeng dan rewel, setelah mendapat makan anak masih terasa lapar6) Kulit keriput karena turgor kulit jelek7) Ubun-ubun cekung pada bayi8) Abdomen kembung dan datar9) Ada atrofi otot karena hipotoni10) Apatis

c. Marasmik-kwashiorkorGambaran klinis merupakan campuran dari beberapa gejala klinik kwashiorkor dan marasmus. Makanan sehari-hari tidak cukup mengandung protein dan juga energi untuk pertumbuhan yang normal. Pada penderita demikian disamping menurunnya berat badan < 60% dari normal memperlihatkan tanda-tanda kwashiorkor, seperti edema, kelainan rambut, kelainan kulit, sedangkan kelainan biokimiawi terlihat pula (Depkes RI, 2000).

Gambar 1. Marasmus dan Kwashiorkor (International Child Health, 2012)

4. Apakah penyebab terjadinya gizi buruk di masyarakat? Apa tanggapan anda atas pernyataan mengenai penyebab gizi buruk pada berita di atas?

Bagan 1. Penyebab terjadinya gizi buruk

Gizi buruk merupakan salah satu masalah kesehatan yang patut dikhawatirkan oleh masyarakat. Pasalnya, prevalensi kasus gizi buruk cukup besar, terutama di Negara-negara berkembang seperti Indonesia. Tidak hanya jumlahnya yang sangat besar, dampak dari gizi buruk juga bersifat sangat kronis. Dampak yang ditimbulkannya berefek sangat panjang, dan dapat menimbulkan kerusakan permanen apabila tidak ditangani dengan baik.

Gizi buruk tidak hanya merugikan orang-perorang tetapi juga merugikan masyarakat dan negara. Anak yang terkena gizi buruk dan tidak ditangani secara benar, akan menyebabkan anak tersebut tidak dapat tumbuh dan berkembang secara normal. Anak dengan gizi buruk akan mengalami gangguan pertumbuhan dan perkembangan baik secara fisik maupun mental. Akibatnya, anak dengan gizi buruk akan terus tumbuh menjadi remaja dengan gizi buruk, serta orang dewasa dengan gizi buruk. Sehingga, sumber daya manusia yang dihasilkan tidaklah berkualitas dan tidak produktif. Hal ini tentunya sangat merugikan.

Seperti ulasan di atas, gizi buruk berdampak sangat negatif. Oleh karena itu, kejadian gizi buruk harus dicegah agar tidak bertambah jumlahnya. Untuk dapat melakukan pencegahan, kita sebagai tenaga kesehatan harus mengetahui penyebab terjadinya gizi buruk di masyarakat agar dapat memutus mata rantai gizi buruk. Sesuai dengan bagan yang dibuat oleh WHO serta praktik di masyarakat, gizi buruk disebabkan oleh hal-hal seperti pada bagan di atas.

Akar permasalahan dari gizi buruk adalah masalah ekonomi, sosial, dan politik yang sangat lumrah dialami oleh negara-negara berkembang, bahkan negara maju sekalipun. Masalah-masalah krusial tersebut apabila tidak segera ditangani akan menyebabkan akses terhadap pengetahuan tidak merata di masyarakat. Akibatnya masyarakat menjadi kurang pengetahuan dan tidak dapat menerapkan pola asuh yang baik terhadap anak-anaknya. Selain itu, masalah ekonomi juga berpengaruh pada ketersediaan pangan yang tidak mencukupi, dampaknya, anak-anak menjadi kurang asupan.

Pada dasarnya, gizi buruk hanya disebabkan oleh dua hal, yaitu asupan kurang dan penyakit infeksi. Kedua penyebab ini dapat saling mempengaruhi satu sama lainnya, dan dapat disebabkan oleh banyak hal. Salah satunya seperti yang sudah disinggung. Asupan kurang dapat disebabkan karena persediaan pangan yang tidak mencukupi. Sedangkan penyakit infeksi dapat disebkan oleh banyak hal, diantaranya ialah sanitasi yang buruk dan layanan kesehatan yang tidak terjangkau.

5. Apabila ada seorang anak dengan gizi buruk dibawa kepada anda (sebagai seorang dokter yang bertugas di Puskesmas), apa yang anda lakukan?Apabila ada seorang anak dengan gizi buruk yang harus ditangani, maka penatalaksanaan yang harus dilakukan sesuai dengan arahan Departemen Kesehatan mencakup 10 tindakan yang dibagi ke dalam 4 fase, yaitu fase stabilisasi, fase Transisi, fase Rehabilitasi, dan fase Tindak Lanjut (Kementrian Kesehatan Republik Indonesia, 2011).

Tabel 3. Tabel Penatalaksanaan Gizi Buruk (Kementrian Kesehatan Republik Indonesia, 2011)

a. Fase Stabilisasi Diberikan makanan formula 75 (F-75) dengan asupan gizi 80-100 KKal/kgBB/hari dan protein 1-1,5 g/KgBB/hari. ASI tetap diberikan pada anak yang masih mendapatkan ASI (Kementrian Kesehatan Republik Indonesia, 2011). b. Fase TransisiPada fase transisi ada perubahan pemberian makanan dari F-75 menjadi F-100. Diberikan makanan formula 100 (F-100) dengan asupan gizi 100-150 KKal/kgBB/ hari dan protein 2-3 g/kgBB/hari (Kementrian Kesehatan Republik Indonesia, 2011). c. Fase RehabilitasiDiberikan makanan seperti pada fase transisi yaitu F-100, dengan penambahan makanan untuk anak dengan BB < 7 kg diberikan makanan bayi dan untuk anak dengan BB > 7 kg diberikan makanan anak. Asupan gizi 150-220 KKal/kgBB/hari dan protein 4-6 g/kgBB/hari (Kementrian Kesehatan Republik Indonesia, 2011). d. Fase Tindak LanjutSetelah anak pulang dari PPG (Pusat Pemulihan Gizi), anak tetap dikontrol oleh Puskesmas pengirim secara berkala melalui kegiatan Posyandu atau kunjungan ke Puskesmas. Lengkapi imunisasi yang belum diterima, berikan imunisasi campak sebelum pulang. Anak tetap melakukan kontrol (rawat jalan) pada bulan I satu kali/ minggu, bulan II satu kali/ 2 minggu, selanjutnya sebulan sekali sampai dengan bulan ke-6. Tumbuh kembang anak dipantau oleh tenaga kesehatan Puskesmas pengirim sampai anak berusia 5 tahun (Kementrian Kesehatan Republik Indonesia, 2011).

Sedangkan tindakan yang harus dilakukan yaitu (Kementrian Kesehatan Republik Indonesia, 2011) :1. Atasi/ cegah hipoglikemiaMengatasi hipoglikemia dapat dilakukan dengan pemberian glukosa 10% peroral. Pemberian glukosa dilakukan sampai gejala hipoglikemia hilang.

2. Atasi/ cegah hipotermiaMengatasi hipotermia dapat dilakukan dengan menjaga suhu tubuh balita agar tetap hangat, bisa dilakukan dengan meletakan balita di ruangan yang hangat, atau bisa juga dilakukan dengan menghangatkan tubuh balita, misalnya dengan cara diselimuti. Menjaga suhu tubuh dan menghangatkan balita dilakukan sampai gejala hipotermia hilang.

3. Atasi/ cegah dehidrasiUpaya mengatasi dehidrasi dapat dilakukan dengan memberikan air minum dalam jumlah banyak. Upaya ini dilakukan sampai gejala dehidrasi hilang.

4. Perbaiki gangguan elektrolitMemperbaiki gangguan elektrolit dilakukan dengan cara memberikan mineral mix, yaitu :- KCl: 224 gram- Tropotasium sitrat: 81 gram- MgCl2.6H2O: 76 gram- Zn asetat2H2O: 8,2 gram- Cu SO4.5H2O: 1,4 gram- Ditambah dengan air : 2,5 liter

Apabila terdapat edema, jangan diberikan diuretikum.

5. Obati InfeksiMengobati infeksi dapat dilakukan dengan memberikan antibotik sesuai dengan infeksinya.

6. Perbaiki defisiensi mikronutrienDefisiensi mikronutrien dapat diatasi dengan memberikan makanan-makanan yang tinggi kadar gizi mikronya. Namun perlu diingat, suplementasi Fe sangat tidak dianjurkan pada fase stabilisasi, sebab suplementasi Fe dapat memperparah beberapa gangguan tertentu, gangguan pada saluran cerna misalnya.

7. Makanan stabilisasi dan transisiSalah satu makanan stabilisasi dan transisi adalah MODISCO (Modified Skim and Coconut Oil) yang tinggi karbohidrat dan lemak tak jenuh. MODISCO dapat berupa campuran antara susu skim, tepung, mentega, dan minyak kelapa.

8. Makanan tumbuh kejarMakanan tumbuh kejar yang diberikan disesuaikan dengan kebutuhan kalori yang bergantung pada berat badan. Perhitungan kalori yang dilakukan sama dengan perhitungan kalori untuk balita normal, hanya saja ditambahkan 10% dari total kebutuhan kalori untuk memperbaiki gizi kurang.

9. StimulasiAnak yang mengalami gizi buruk atau KEP berat akan mengalami keterlambatan perkembangan mental dan perilaku. Oleh karena itu dibutuhkan stimulasi sensorik dan dukungan emosional khusus berupa :1) Kasih sayang2) Lingkungan yang ceria3) Terapi bermain terstruktur selama 15 30 menit/ hari4) Aktivitas fisik segera setelah sembuh5) Keterlibatan ibu (memberi makan, memandikan, bermain)

10. Siapkan tindak lanjutTindak lanjut dilakukan apabila gejala klinis sudah tidak ada dan berat badan balita sudah mencapai 80% BB/U atau 90% BB/TB. Apabila angka ini sudah tercapai, maka anak dapat dikatakan telah sembuh. Namun, harus tetap diperhatikan pola pemberian makan yang baik dan stimulasi harus tetap dilanjutkan di rumah.

Untuk perawatan yang dilakukan oleh orang tua di rumah, tindak lanjut dari petugas pelayanan kesehatan dilakukan dengan memperagakan tindakan-tindakan yang harus dilakukan oleh orang tua, yaitu :1) Pemberian makanan dengan frekuensi lebih sering dengan kandungan tinggi energy dan padat gizi2) Terapi bermain terstruktur.

Selanjutnya, disarankan untuk membawa kembali anak untuk control secara teratur:1) Bulan I: 1x/minggu2) Bulan II: 1x/ 2 minggu3) Bulan III VI: 1x/ bulan

6. Langkah apa yang anda lakukan untuk mencegah terjadinya kasus gizi buruk pada masyarakat?Langkah-langkah yang dapat dilakukan untuk mencegah terjadinya kasus gizi buruk, diantaranya (Soegianto, 2010)a. Mencegah munculnya kasus gizi buruk baru 1) Meningkatkan pemantauan pertumbuhan melalui revitalisasi posyandu2) Menyamakan dan memantapkan pemahaman pola tumbuh balita dengan penggunaan kartu menuju sehat (KMS)3) Melakukan pengenalan dini terhadap terjadinya penyimpanan pertumbuhan dengan KMS di posyandu4) Melakukan tindak lanjut terhadap penyimpangan dini pertumbuhan dengan memberikan pengobatan dan nasihat pemberian makanan dan minuman sehat padat gizi.5) Pemberian suplemen tambahan TaburiaMerupakan solusi jangka pendek untuk mengatasi kekurangan nutrisi. Mengandung 12 macam vitamin dan 4 mineral penting yang dibutuhkan tubuh (selenium, yodium, zat besi, dan seng). Dianjurkan untuk disantap sampai habis, jangan bubuhkan pada makanan yang panas karena panas akan menyebabkan lapisan lemak yang menyelubunginya menjadi rusak dan memicu munculnya rasa pahit.

b. Menemukan semua kasus gizi buruk yang ada1) Melalui usaha bersama antara Pemerintah Daerah dan masyarakat2) Melalui berbagai saranaa) Pelayanan kesehatan (Rumah Sakit, Puskesmas, Polindes)b) Posyanduc) Kunjungan rumah untuk keluarga balita yang jarang/tidak pernah berkunjung ke posyandu

c. Memulihkan semua kasus gizi buruk yang ada1) Menggunakan 10 langkah tatalaksana gizi buruk2) Dianggap berhasil ketika angka kematian akibat kasus