patient safety
DESCRIPTION
bbTRANSCRIPT
Patient Safety –Keselamatan Pasien-
Latar belakang
Keselamatan pasien merupakan isu utama akhir-akhir ini baik di
Indoneisamaupun di luar negeri. Kepedualian pegnambil kebijkan, manajemen
dan praktisiklnis terhadap keselamatan pasien. Berbagai seminar, workshop, dan
pelatihan banyakan diakan; patient safety, risk management, clinical audit,
patient safety indicators – dengan brbagai motif. Studi 1999 di Jawa tengah dan
DIY: prevalensi error berspektrum cukup luas: 1,8% - 88,9%.. Hal ini terjadi
terutama pada medication (pengboatan).
Risiko yang mungkin terjadi pada sarana pelayanan kesehatan (McCaffrey &
Hagg-Ricken, Risk management handbook, pp 10-104, 2004)
- Patient care related risk. Risiko pasien ketika masuk rumah sakit
- Medical staff related. Risiko tenaga kesehatan ketika menerima
pasien
- Employee related risk. Risiko tenaga non kesehatan
- Property related risk. Contoh: di depan, teras basah.
- Financial risk
- Other risk (e.g.: property & liability losses related to operation of
automobiles, truck, vans, ambulances))
Contoh-contoh hal-hal yang membahayakan pasien:
1. Pada common cold, selalu diberikan antibiotic. Sehingga terjadi drug
resisten.
2. Atau bahkan ketika satu pasien dirawat oleh banyak dokter, obatnya
diberi banyak sekali obat dalam satu hari, sehingga sering terjadi double
atau interaksi obat.
3. Selain hal tersebut, pemberian obat via infuse, memberikannya lewat
karet atau menusuk lewat flabot langsung
4. Pemberian terapi oksigen, dosis nya tidak dikontrol, sehingga sering
terjadi intoksikasi oksigen
5. Tangga di rumah sakit yang berbahaya untuk pasien atau staf
6. Penempatan alat-alat strelisator di dekat wastafel dan oksigen
7. Penempatan obat-obat dan alat-alat penunjagn yang tidak benar.
8. Pembuangan linbwsah yang tidak benar
Pengertian Patinet Safety
Reduksi danmeminimalkan tindakan yang tidak aman (unsafe actions)
dalam system pelayanan kesehatan sebisa mungkin melalui praktik yang terbaik
untuk mencapai luaran klnis yang optimum.
Atau
Upaya-upaya yang dirancang untuk mencegah “adverse outcomes”
sebagai akibat “clinical error” sebagai akibat dair “unsafe action” dan “latent
conditions”.
Tiga kegiatan yang saling melengkapi dalam mewujudkan keselamatan pasien:
- mencegah errors
- Membuat erros mudah dilihat
- Meminimalkan akibat dari error
Penyebab terjadinya KTD = Adverse event (Reason, 1997):
1. Tidakan yang tidak aman (unsafe act):
o Human error
Slips. Error sebagai akibat kurang/ teralihnya
perhatian atau salah persepsi
Lapses: error yang terkait dengan kegagalan memori
lupa/tidak ingat
Mistakes. Kesalhan yang terkait dengan proses mental
dalam assessment informasi yang terjadi, kesalahan dalam
merencanakan asuhan, kesalahan dalam menetapkan
tujuan, kesalahan dalam mengambil keputusan klinis.
o Violation (pelanggaran). .e.g aborsi tanpa indikasi medis
o Sabotase (Sabotase). E.g. : Mogok kerja.
2. Kondisi laten
o Sistem yang kurang tertata yang menjadi predisposisi
terjadinya error.
e.g: SOP tidak jelas, tata ruang yang tidak jelas.
o Sumber daya yang tidak memenuhi persyaratan. (mal
praktek)
e.g.: Termometer yang hanya punya satu untuk bnyak pasien,
dokter umum melakukan Caesar/ appendektomi.
Dalam patient safety ditanamkan non blaming culture. Contoh bayi tertukar, Di
Negara kita masih bertanya, siapa yang jaga kemarin? Seharusnya yang
menjadi pertanyaan, mengapa hal ini bisa terjadi?.
Structure and hazard. Contoh: naik pesawat itu hazard. Sehingga kita punya
risiko untuk jatuh
Upaya untuk menghilangkan atau meminimalkan risiko
Risg management: upaya-upaya yang dilakukan organisasi yang
dirancang untuk mencegah cedera pada pasien untuk meminimalkan kehilangan
financial sebagai akibat adverse outcome
Risiko: kemungkinanbaya, kehilangan atau cedera dalam system pelayann
kesehatan.
Apa yang dilakuan: correction (sesudah terjadi) –RCA-, corrective actions,
preventive actions (sebelum terjadi) –FMEA-
Risk Management safety: Identifkasi dari kelemahan sautu system dan
memperbaiki system tersebut untuk mencegah harm, dengan tujuan safety
Tahapan-tahapan risk managemen process/ adverse event management
process (hunter area health service clinical governance unit, August, 2003)
1. Risk identification –audits, complaints, claims and incidents
2. Risk analysis – saverty analysis (RCA & FMEA)
3. Risk evaluation – risk registers action plan
4. Risk treatment – eliminate or minimize risk
5. Ongoing monitoring – Review the effectiveness of investigations and
actors
6. Communication – communicate risks and the outcomeof
investigations
ATAU
1
2
3
4
5
6
Di Amerika, petugas kesehatan yang melakukan kesalahan harus melaporkan,
dan hal ini tidak bisa dijadikan barang bukti.
Terdapat bermacam-macam masalah yang dihadapi. Diperlukan saverty
assessment: untuk menentukan apakah hal tersebut; (1) extreme risk, (2) high
risk, (3) moderate risk, (4) low risk. Tergantung dari:
1. Saverity
a. ekstrim,
b. Major
c. moderate
d. minor
e. minimal
2. Probabilitas
a. Frequent (setiap minggu),
b. Propable, (beberapa kali dalam setahun)
c. Possible,
d. Uncommon
e. Rare
Root Cause analysis (RCA)
Langkah RCA:
1. Investigasi kejadian
o Menentukan masalah
o Mengumpulkan bukti
o Melakukan wawancara
o Meneliti lingkungan kejadian
o Megenali factor-faktor yang berkontribusi terhadap timbulnya
kjadian. Contoh: suasana crowded, ada pasien mengamuk, dll
o Menggambarkan rantai terjadinya kejadian
2. Rekonstruksi kejadian
o Mengenali kejadian-kejadian yang mengawali terjadinya
adverse event ataupun near miss,
o Melakukan analissi dengan menggunakan pohon masalah
untukmengetahui kegiatan atau kondisi yang menyebabkan tinbul
kejadian
o lanjutkan
3. Analissi sebab
o Mengidentifikasi akar penyebab
o Rumskan pernyataan
4. Menyusun rencana tindakan
5. Melaporkan proses analisis
Dari 5 langkah tersebut dijabarkan menjadi 21 steps of RCA (joint commission)
Failure mode and effect analysis
Sebelum terjadi, harus melakukan analisis.
Langkah-langkah
1. Failure mode (identifikasi maslah)
2. Cause of failure
3. Effects of failure
4. OCC – Occurrence- (Frekuensi kejadian) (0-10)
5. SV – severity-(tingkat severity) (0-10)
6. DT – detectable-(kemudahan mendeteksi) (0-10). Makin sulit
dideteksi makin tinggi score nya
7. RPN (Risk priority number) OCC x SV x DT
Kemudian ditetapkan, masalah yang ditetapkan adlaah RPN >=100. Hal
ini sangat tergantung kebijakan.
8. Design action/solution. Contoh: salah baca resep karena tulisan dokte
yang tidak jelas.
9. Design validation
Contoh:
Menerima resep -- > Baca resep -- > meneyrahkan kepada asisten apoteker -- >
baca resep -- > sulit dibaca -- > (ya) -- > telepon dokter. (tidak) -- > ambil obat