paper+praper

20
ANALISIS SURAT KUASA Paper Ini Dibuat Untuk Memenuhi Tugas Kelompok Mata Kuliah Praktek Hukum Perdata Oleh: Amanah Rahmatika (0806341381) Atiqoh Prakasi (0806461240) Gita Rianty Hapsari (0806342182) Muhammad Faisal (0806342756) Novita Anggraenny (0806461695) Ria Astuti Adipuri (0806461764) Sellya Utami Candrasari (0806461833) Shima Kencono Puteri (0806461846) Sulistyo Aris (0806343273) Tatiana Novianka Dewi (0806343355)

Upload: razik-bieber-justin

Post on 08-Apr-2016

6 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

ANALISIS SURAT KUASA

Paper Ini Dibuat Untuk Memenuhi Tugas Kelompok

Mata Kuliah Praktek Hukum Perdata

Oleh:

Amanah Rahmatika (0806341381)

Atiqoh Prakasi (0806461240)

Gita Rianty Hapsari (0806342182)

Muhammad Faisal (0806342756)

Novita Anggraenny (0806461695)

Ria Astuti Adipuri (0806461764)

Sellya Utami Candrasari (0806461833)

Shima Kencono Puteri (0806461846)

Sulistyo Aris (0806343273)

Tatiana Novianka Dewi (0806343355)

UNIVERSITAS INDONESIA

DEPOK, 2010

LANDASAN TEORI

A. PEMBERIAN KUASA

A.1 Definisi

Pada dasarnya tidak ada aturan hukum apapun yang memberikan definisi

tentang surat kuasa, perlu dipahami terlebih dahulu mengenai apa yang dimaksud

dengan Pemberian Kuasa. Berdasarkan pasal 1792 KUHPerdata, yang dimaksud

dengan Pemberian Kuasa adalah suatu perjanjian dengan mana seorang

memberikan kekuasaan kepada seorang lain, yang menerimanya, untuk atas

namanya menyelenggarakan suatu urusan.1

Pemberian Kuasa dalam pasal 1792 KUHPerdata ini mengandung unsur

antara lain:2

1. Persetujuan

Persetujuan harus memenuhi syarat persetujuan sebagaimana

disebutkan dalam Pasal 1320 KUHPerdata :

- Sepakat mereka yang mengikatkan dirinya;

- Kecakapan untuk membuat suatu perikatan;

- Suatu hal tertentu; dan

- Suatu sebab yang halal.

2. Memberikan kekuasaan untuk menyelenggarakan suatu urusan

Memberikan kekuasaan untuk menyelenggarakan suatu urusan adalah

sesuai dengan yang telah disetujui oleh para pihak, baik yang

dirumuskan secara umum maupun yang dinyatakan dengan kata-kata

yang tegas.

3. Atas nama pemberi kuasa

Unsur atas nama pemberi kuasa berarti bahwa penerima kuasa diberi

wewenang untuk mewakili pemberi kuasa. Akibatnya tindakan hukum

yang dilakukan penerima kuasa merupakan tindakan hukum dari

pemberi kuasa.

1 Indonesia, Kitab Undang-Undang Hukum Perdata, LN No. 12 Tahun 1975, Pasal 1792. 2 Surat Kuasa, http://jdih.bpk.go.id/informasihukum/Surat_Kuasa.pdf, diakses pada tanggal 17 September 2010 pukul 14.10 WIB

A.2 Bentuk Pemberian Kuasa

Berdasarkan Pasal 1793 KUHPerdata,

Kuasa dapat diberikan dan diterima dalam suatu akta umum, dalam suatu

tulisan di bawah tangan, bahkan dalam sepucuk surat atau pun dengan lisan.

Penerimaan suatu kuasa dapat pula terjadi secara diam-diam dan

disimpulkan dari pelaksanaan kuasa itu oleh si kuasa.

Pemberian kuasa dapat dilakukan secara umum, yaitu meliputi segala

kepentingan si pemberi kuasa, dan juga dapat dilakukan secara khusus, yaitu

hanya mengenai satu kepentingan tertentu atau lebih. Pemberian kuasa secara

umum diatur dalam pasal 1796 KUHPerdata, yang menyatakan bahwa pemberian

kuasa yang dirumuskan dalam kata-kata umum hanya meliputi perbuatan-

perbuatan pengurusan.3 Contohnya adalah kuasa untuk mengambil uang di bank.

Sedangkan pengertian pemberian kuasa khusus menurut Pasal 1795 KUHPerdata

adalah mengenai satu kepentingan tertentu. Pada umumnya, pemberian kuasa

khusus berbentuk surat, dan yang biasanya dipakai khusus untuk beracara di

pengadilan. Contohnya untuk melakukan perbuatan-perbuatan tertentu, diperlukan

pemberian kuasa khusus yang menyebutkan perbuatan yang harus dilakukan,

yaitu misalnya untuk menjual sebuah rumah, untuk mencarikan seorang partner

dalam usaha perdagangan, dan lain sebagainya.

B. SURAT KUASA

Seperti telah diuraikan di atas bahwa Surat Kuasa dapat pula kita artikan

sebagai pemberian kuasa secara tertulis. Berdasarkan Pasal 123 HIR, SEMA No.

2 Tahun 1959, dan Putusan MA No. 531K/Sip/1973, untuk mengajukan suatu

perkara di muka pengadilan, diperlukan suatu kuasa khusus. Sifat khusus ini

ditujukan pada keharusan menyebutkan nama pihak yang digugat dan mengenai

perkara apa. Kuasa khusus ini diberikan kepada advokat untuk mewakili (dalam

perkara perdata) atau mendampingi (dalam perkara pidana) pihak yang

memberikan kuasa kepadanya dalam suatu perkara, baik di dalam maupun di luar

pengadilan.

3 Indonesia, Kitab Undang-Undang Hukum Perdata, LN No. 12 Tahun 1975, Pasal 1796.

Hal yang sama juga berlaku bagi surat kuasa untuk mengajukan

permintaan banding dan kasasi, dimana dalam surat kuasa disebutkan bahwa

putusan dari pengadilan mana dan tanggal berapa, nomor berapa, dan siapa pihak

lawannya.4 Surat Kuasa khusus ini akan ditunjukkan di muka pengadilan dan

harus dibubuhi materai untuk memenuhi ketentuan UU No. 13 Tahun 1985

tentang Bea Materai dan PP No. 24 Tahun 2000 tentang Perubahan Bea

Tarif Materai dan Besarnya Batas Pengenaan tentang Nominal yang

Dikenakan Bea Materai. Penjelasan Pasal 1 huruf a PP No.24 tahun 2000

menyebutkan bahwa Pihak-pihak yang memegang suarat perjanjian atau surat-

surat lainnya tersebut, dibebani kewajiban untuk membayar Bea Meterai atas

suarat perjanjian atau surat-surat yang dipegangnya. Yang dimaksud surat-surat

lainnya pada huruf a ini antara lain surat kuasa, surat hibah, dan surat pernyataan.

Berdasarkan SEMA No. 2 Tahun 1959, syarat formil pembuatan surat

kuasa khusus yang bersifat kumulatif artinya tidak dipenuhinya satu syarat

mengakibatkan surat kuasa tidak sah, sekurang-kurangnya memuat:

1. Menyebutkan identitas dan kedudukan para pihak yakni identitas Pihak

Pemberi Kuasa dan Pihak Penerima Kuasa yang harus disebutkan dengan

jelas. Contoh : nama dan domisili masing-masing.

2. Kompetensi absolut dan relatif

Menyebutkan kompetensi absolut dan kompetensi relatif dimana surat

kuasa khusus tersebut akan digunakan.

Mengenai kompetensi absolut dan relatif ini mengacu pada pasal 118 HIR.

3. Pokok sengketa (permohonan dan gugatan)

Menyebutkan obyek sengketa yang harus ditangani oleh penerima kuasa

yang disebutkan secara jelas dan benar. Tidak disebutkannya atau

terdapatnya kekeliruan penyebutan obyek gugatan menyebabkan surat

kuasa khusus tersebut menjadi tidak sah;

Di dalam Hukum Acara Perdata, pokok sengketa dapat dibagi menjadi

dua, yaitu :

a. Wanprestasi

Yang dimaksud dengan wanprestasi adalah apabila seseorang :

4 Subekti, R. Aneka Perjanjian. 1995. Bandung: Citra Aditya Bakti, hlm. 144

1. Tidak melaksanakan perjanjian

2. Melaksanakan tetapi tidak sesuai

3. Melaksanakan tetapi terlambat

4. Melaksanakan hal yang tidak boleh dilakukan

b. Perbuatan Melawan Hukum

Menurut Pasal 1365 KUHPerdata bahwa perbuatan melawan hukum

1. Ada perbuatan

2. Perbuatannya melanggar hukum

3. Ada kesalahan

4. Ada kerugian

5. Ada hubungan antara kerugian dengan perbuatan yang dilakukan

Selain itu, SEMA No. 1 Tahun 1971 menegaskan bahwa Pengadilan

Negeri dan Pengadilan Tinggi tidak boleh menyempurnakan surat kuasa khusus

yang tidak memenuhi syarat sehingga tidak dapat dipergunakan untuk beracara di

muka pengadilan. Tidak terpenuhinya syarat formil surat kuasa khusus tersebut,

khususnya dalam perkara perdata, dapat menyebabkan perkara tidak dapat

diterima. Sehingga walaupun tidak ada format tertentu surat kuasa yang dianggap

terbaik dan sempurna, namun surat kuasa pada pokoknya terdiri dari :

a) identitas pemberi kuasa;

b) identitas penerima kuasa;

c) hal yang dikuasakan, disebutkan secara khusus dan rinci, tidak boleh

mempunyai arti ganda;

d) waktu pemberian kuasa;

e) tanda tangan pemberi dan penerima kuasa.

Menurut Ali Budiarto, walaupun dalam pasal 123 HIR tidak diatur secara

spesifik mengenai perincian hal-hal apa yang harus dimuat dalam suatu surat

kuasa (khusus), namun dalam pembuatan surat kuasa sekurang-kurangnya harus

memuat:5

1. nama para pihak, subjek (identitas);

2. pokok sengketa atau obyek sengketa

3. nama pengadilan

5 Ali Budiarto, Kompilasi Abstrak Hukum Putusan Mahkamah Agung tentang Hukum Hutang Piutang, Jakarta: Ikahi, Cet. 1, April 2000.

4. apa berlaku juga untuk banding atau kasasi.

Ada dua jenis Surat Kuasa  yang diatur berdasarkan pasal  1795 Kitab

Undang-Undang Hukum Perdata, yaitu  Surat Kuasa Umum dan Surat Kuasa

Khusus. Seperti yang telah diuraikan di atas mengenai Pemberian Kuasa Umum

dan Pemberian Kuasa Khusus. Surat Kuasa Umum yaitu kuasa tertulis yang

diberikan kepada seorang penerima kuasa antara lain meliputi  perbuatan

pengurusan untuk kepentingan si pemberi kuasa. Sedangkan Surat Kuasa khusus 

diberikan hanya untuk kepentingan  tindakan tertentu. Di dalam Surat Kuasa

khusus ini harus dengan jelas dan tegas disebutkan tindakan tertentu yang

dikuasakan tersebut. 

C. FORMAT SURAT KUASA KHUSUS

Berbeda dengan format surat kuasa sebagai salah satu surat dinas,

keberadaan surat kuasa dalam tata cara dan proses bantuan hukum dilakukan

sesuai dengan format surat kuasa khusus yang umumnya digunakan di pengadilan.

Berikut adalah contoh format surat kuasa khusus :

SURAT KUASA

Yang bertanda tangan dibawah ini, saya:..............1), pekerjaan:...............2), bertempat tinggal di.............3)

Dengan ini menerangkan memberi kuasa kepada:Marshanda S.H., Advokat, berkantor di Jalan Jendral Sudirman No. 112, Jakarta Selatan

------------------------------------------------KHUSUS------------------------------------------------

Untuk dan atas nama pemberi kuasa mewakili sebagai Penggugat mengajukan gugatan terhadap...................4) di Pengadilan Negeri ..............5) mengenai...........................6)Untuk itu penerima kuasa dikuasakan untuk...........................7)

Kuasa ini diberikan dengan hak honorarium dan hak retensi, serta hak substitusi baik sebagian maupun seluruhnya.

.................,....................8)

Penerima Kuasa Pemberi Kuasa

Materai

Tanda Tangan Tanda Tangan

Keterangan:

1) Nama pihak pemberi kuasa

2) Pekerjaan pemberi kuasa

3) Alamat pemberi kuasa

4) Identitas pihak yang dilawan

5) Kompetensi Relatif sesuai pasal 118 HIR

6) Pokok Perkara

7) Hal-hal yang dikuasakan

8) Tempat dan tanggal surat kuasa

SURAT KUASA

Yang bertanda tangan dibawah ini, saya:..............1) dalam hal ini mewakili PT. ABC, pekerjaan: direktur, beralamat di................2),

Dengan ini menerangkan memberi kuasa kepada:Tiana S.H., Advokat, berkantor di Jalan Jendral Sudirman No. 112, Jakarta Selatan

KHUSUS (3)

Untuk dan atas nama pemberi kuasa mewakili sebagai tergugat dalam perkara nomor......... .......4) melawan..........5) di Pengadilan Negeri ..............6) mengenai.........................7)Untuk itu penerima kuasa dikuasakan untuk...........................8)

Kuasa ini diberikan dengan hak honorarium dan hak retensi, serta hak substitusi baik sebagian maupun seluruhnya.

.................,....................9)

Penerima Kuasa Pemberi Kuasa

Materai

Tanda Tangan Tanda Tangan

Ps: surat kuasa ini adalah contoh format surat kuasa atas wakil perusahaan.

SURAT KUASA LIMPAHAN

Yang bertanda tangan di bawah ini, saya:Tiana S.H., Advokat, berkantor di Jendral Sudirman No. 112, Jakarta Selatan , dalam hal ini bertindak selaku kuasa dari..........................1), berkedudukan hukum (domisili) di......................2), berdasarkan surat kuasa khusus tertanggal........................3) sebagai..........4) dalam perkara...................5) di Pengadilan Negeri.........................6)

Dengan ini menerangkan melimpahkan kuasa tersebut kepada:Faisal, S.H., Advokat, berkantor di Jendral Sudirman No. 205, Jakarta Selatan

KHUSUS

untuk dan atas nama pemberi kuasa tersebut, mewakili sebagai...........7) dalam perkara............8) di Pengadilan Negeri...............9)

.............,.......................10)

Penerima Kuasa Pemberi Kuasa

materai

Tanda Tangan Tanda Tangan

Ps: surat kuasa ini adalah contoh format surat kuasa limpahan yang biasa digunakan di lingkungan

kantor hukum antara Senior Associate kepada Junior Associate-nya.

ANALISIS SURAT KUASA

I. Surat Kuasa 1

SURAT KUASA

Nomor : 71/UT-SK/X/2001

Dasar hukum dari surat kuasa berdasarkan pasal 1792-1813 KUHPerdata dan Pasal 123 HIR. Sedangkan untuk surat kuasa khusus, dasar hukumnya diatur dalam Putusan MA Nomor 531K/Sip/1973 dimana disebutkan bahwa untuk beracara di pengadilan harus dilakukan dengan surat kuasa khusus. Lebih lanjut, Mahkamah Agung (MA) telah mengeluarkan beberapa praturan mengenai surat kuasa khusus. Salah satunya adalah SEMA Nomor 2 Tahun 1959. Dalam SEMA tersebut disebutkan tentang syarat formil dari surat kuasa khusus, yaitu :

Menyebutkan kompetensi relatif, di PN mana kuasa itu dipergunakan mewakili kepentingan pemberi kuasa;

Menyebutkan identitas dan kedudukan para pihak (sebagai penggugat dan tergugat);

Meyebutkan secara ringkas dan konkret pokok dan objek sengketa yang diperkarakan antara pihak yang berperkara.

Syarat formil di atas bersifat kumulatif. Apabila salah satu syarat formil tersebut tidak dipenuhi maka akan berakibat :

Surat kuasa khusus cacat formil Kedudukan kuasa dan segala tindakan kuasa yang terdapat dalam surat

kuasa tersebut tidak sah.

Berdasarkan syarat formil di atas, kompetensi relatif dari surat kuasa tersebut adalah Pengadilan Negeri Jakarta Pusat. Sedangkan identitas dan kedudukan para pihak terdiri dari H. Gufroni beralamat di Jalan Kebon Kacang VI No. 27 Rt. 03 Rw 06, Kelurahan Kebon Kacang, Kecamatan Tanah Abang, Jakarta Pusat sebagai pihak Pemberi Kuasa. Serta, Umar Tuasikal, S.H., Anita Yulita Dewi, S.H., Rusli Tahir, S.H., Syaiful Abbas, S.H., Abdullah Sella, S.H., Dja’far Tuasikal, S.H., Muhammad Jihadin, S.H., dan Idris Wasahua, S.Ag. beralamat di Jalan Tali Raya No.10 Lt.2-3 Slipi Jakarta Barat sebagai Penerima Kuasa.

Berdasarkan pasal 3 butir (e) UU No. 18 Tahun 2003 tentang Advokat dikatakan bahwa untuk dapat diangkat sebagai advokat haruslah memiliki ijazah sarjana yang berlatar pendidikan tinggi hukum sebagaimana dimaksud dalam ketentuan Pasal 2 ayat 1. Sedangkan, dalam surat kuasa khusus tersebut di atas dicantumkan salah satu penerima kuasa yang bernama Idris Wasahua, S.Ag. yang dalam hal ini tidak memiliki latar belakang pendidikan tinggi hukum jika dilihat dari gelar yang dimilikinya. Jadi, seharusnya penerima kuasa atas nama Idris Wasahua, S.Ag, tidak dapat menjalankan kuasa yang diberikan kepadanya

menyangkut perihal yang dikuasakan, sekalipun namanya tertera pada surat kuasa tersebut.

Dalam surat kuasa tersebut disebutkan juga mengenai hak substitusi. Dengan adanya hak substitusi ini berarti penerima kuasa berhak untuk mengalihkan sebagian/seluruh wewenang yang diberikan oleh pemberi kuasa kepada orang lain. Jadi apabila salah satu penerima kuasa dalam surat kuasa tersebut berhalangan untuk hadir dalam persidangan atau dalam melaksanakan hal-hal yang diberikan oleh pemberi kuasa, maka penerima kuasa bisa mengalihkannya kepada orang lain (yang juga berprofesi sebagai advokat).

Selain itu, dalam surat kuasa tersebut penerima kuasa juga diberikan Hak Retensi yaitu penerima kuasa berhak untuk menahan segala apa kepunyaan si pemberi kuasa yang berada di tangannya, sekian lamanya, hingga kepadanya dibayar lunas segala apa yang dapat dituntutnya sebagai akibat pemberian kuasa (Pasal 1812 KUHPerdata). Jadi apabila pemberi kuasa belum membayar apa yang dapat dituntut akibat pemberian kuasa ini maka penerima kuasa dapat menahan apa yang menjadi kepunyaan pemberi kuasa yang ada ditangan penerima kuasa sampai pemberi kuasa membayar lunas.

Mengenai pokok perkara dan objek sengketa dijelaskan dalam surat kuasa tersebut yakni mengenai sebidang tanah milik H. Gufroni seluas 340 m2

sesuai dengan Girik C Nomor : 5790 Persil 136 D III milik H. Gufroni yang terletak di Kebon Kacang Rt 03/Rw 06 Kelurahan Kebon Kacang Kedoya Kecamatan Kebun Jeruk Jakarta Barat yang dikuasai dan dibangun bangunan serta disertifikasikan oleh PT. Rajawali Citra Televisi Indonesia secara melawan hukum tanpa suatu hak yang sah.

Hal-hal yang akan menjadi wewenang penerima kuasa yang diberikan oleh pemberi kuasa ada 23 poin, mulai dari menghadap dimuka pengadilan sampai mengajukan Banding, Kasasi. Surat Kuasa ini berlaku pada tingkat Pengadilan Negeri Medan, Pengadilan Tinggi Medan, Mahkamah Agung RI, dan semua instansi Pemerintah yang berhubungan dengan perkara tersebut.

Jika dilihat dari syarat formilnya maka surat kuasa ini sudah memenuhi syarat formil yang disebutkan dalam SEMA Nomor 2 Tahun 1959.

II. Surat Kuasa 2

SURAT KUASA

Nomor : ---

Dasar hukum dari surat kuasa berdasarkan pasal 1792-1813 KUHPerdata dan Pasal 143 Rbg. Sedangkan untuk surat kuasa khusus, dasar hukumnya diatur dalam Putusan MA Nomor 531K/Sip/1973 dimana disebutkan bahwa untuk beracara di pengadilan harus dilakukan dengan surat kuasa khusus. Lebih lanjut, Mahkamah Agung (MA) telah mengeluarkan beberapa praturan mengenai surat kuasa khusus. Salah satunya adalah SEMA Nomor 2 Tahun 1959. Dalam SEMA tersebut disebutkan tentang syarat formil dari surat kuasa khusus, yaitu :

Menyebutkan kompetensi relatif, di PN mana kuasa itu dipergunakan mewakili kepentingan pemberi kuasa;

Menyebutkan identitas dan kedudukan para pihak (sebagai penggugat dan tergugat);

Meyebutkan secara ringkas dan konkret pokok dan objek sengketa yang diperkarakan antara pihak yang berperkara.

Syarat formil di atas bersifat kumuatif. Apabila salah satu syarat formil tersebut tidak dipenuhi maka akan berakibat :

Surat kuasa khusus cacat formil Kedudukan kuasa dan segala tindakan kuasa yang terdapat dalam surat

kuasa tersebut tidak sah.

Berdasarkan syarat formil di atas, kompetensi relatif dari surat kuasa tersebut adalah Pengadilan Negeri Medan. Sedangkan identitas dan kedudukan para pihak terdiri dari Jhonloe Lusman, pekerjaan wiraswata, beralamat di Jl. Plangkaraya No. 130, Kelurahan Pasar Baru, Kecamatan Medan Kota, Kota Medan sebagai Pemberi Kuasa. Serta, Ayub, S.H., Tarmin, S.H. M.H., dan M. Jahuri, S.HI., M.H., Suriono, S.H., dan M. Citra Ramadhan, S.H., M.H. beralamat di Jalan Prof. H.M. Yamin, SH/ Bukit Barisan Dalam No. 8-Q, Medan sebagai Penerima Kuasa.

Dalam surat kuasa tersebut disebutkan juga mengenai Hak Substitusi. Dengan adanya hak substitusi ini berarti penerima kuasa berhak untuk mengalihkan sebagian/seluruh wewenang yang diberikan oleh pemberi kuasa kepada orang lain. Jadi apabila salah satu penerima kuasa dalam surat kuasa tersebut berhalangan untuk hadir dalam persidangan atau dalam melaksanakan hal-hal yang diberikan oleh pemberi kuasa, maka penerima kuasa bisa mengalihkannya kepada orang lain (yang juga berprofesi sebagai advokat).

Selain itu, dalam surat kuasa ini penerima kuasa juga diberikan Hak Retensi yaitu penerima kuasa berhak untuk menahan segala apa kepunyaan si pemberi kuasa yang berada di tangannya, sekian lamanya,hingga kepadanya dibayar lunas segala apa yang dapat dituntutnya sebagai akibat pemberian kuasa

(Pasal 1812 KUHPerdata). Jadi apabila pemberi kuasa belum membayar apa yang dapat dituntut akibat pemberian kuasa ini maka penerima kuasa dapat menahan apa yang menjadi kepunyaan pemberi kuasa yang ada ditangan penerima kuasa sampai pemberi kuasa membayar lunas.

Pada surat kuasa tersebut tidak dijelaskan secara rinci mengenai pokok perkara dan objek sengketa yang menjadi alasan pemberian kuasa. Sebagai pengganti rincian pokok perkara, pada surat kuasa tersebut mencantumkan nomor register perkara dengan Nomor 223/Pdt.G/2010/PN.Mdn.

Hal-hal yang akan menjadi wewenang penerima kuasa yang diberikan oleh pemberi kuasa ada 12 poin, mulai dari menghadap dimuka pengadilan sampai mengajukan Banding, Kasasi. Surat Kuasa ini berlaku pada tingkat Pengadilan Negeri Medan, Pengadilan Tinggi Medan, Mahkamah Agung RI, dan semua instansi Pemerintah yang berhubungan dengan perkara tersebut.

Jika dilihat dari syarat formilnya terdapat beberapa hal yang belum dicakup dalam surat kuasa tersebut, yaitu tidak dibubuhinya surat kuasa tersebut dengan materai sebagaimana UU No. 13 Tahun 1985 tentang Bea Materai dan PP No. 24 Tahun 2000 tentang Perubahan Bea Tarif Materai dan Besarnya Batas Pengenaan tentang Nominal yang Dikenakan Bea Materai. Karena menurut ketentuan pada peraturan tersebut, surat kuasa yang akan ditunjukkan di muka pengadilan harus dibubuhi materai. Ketidakadaannya materai pada surat kuasa yang akan ditunjukkan dimuka pengadilan menjadikan surat kuasa tersebut tidak sah.

DAFTAR PUSTAKA

Buku:

Budiarto, Ali. Kompilasi Abstrak Hukum Putusan Mahkamah Agung tentang

Hukum Hutang Piutang. 2000 Jakarta: Ikahi

Subekti, R. Aneka Perjanjian. 1995. Bandung: Citra Aditya Bakti.

Sutantio , Retnowulan dan Iskandar Oeripkartawinata. Hukum Acara Perdata

dalam Teori dan Praktik. 2005. Bandung: CV. Mandar Maju

Indonesia, Kitab Undang-Undang Hukum Perdata, LN No. 12 Tahun 1975

Internet:

Surat Kuasa, http://jdih.bpk.go.id/informasihukum/Surat_Kuasa.pdf, (Diakses

pada tanggal 17 September 2010 pukul 14.10 WIB)