its paper 27644 2409105027 paper setyawan

13
  1 PERANCANGAN SISTEM PENGENDALIAN TEMPERATURE PADA SUPERHEATER DENGAN METODE FUZZY LOGIC DI PLTU UNIT II PT.PJB UNIT PEMBANGKITAN GRESIK ( Angga Setyawan , Bambang Lelono, Purwadi Agus Darwinto) Jurusan Teknik Fisika FTI ITS Surabaya Kampus ITS Keputih Sukolilo Surabaya 60111 Telp : +6231-5947188 Fax : +6231-5923626 E-mail : [email protected] Abstrak Superheater merupakan salah satu komponen yang terdapat pada boiler, fungsinya adalah sebagai element  pemanas kedua setelah boiler. Steam yang dihasilkan oleh boiler masih memilik i kandungan air sehingga perlu dipanaskan lagi hingga steam yang dihasilkan benar-benar uap kering, oleh karena itu superheater sangat berperan untuk menghasilkan uap kering yang akan dilewatkan ke turbin. Akan tetapi steam yang dihasilkan oleh superheater seringkali memiliki temperature diatas standart yang ditetapkan yaitu 510 o C. Saat ini superheater spray yang terdapat pada PLTU Unit II sangat lambat untuk mengantisipasi perubahan temperatur, karena itu metode fuzzy logic perlu diterapkan karena salah satu kelebihan metode fuzzy logic adalah respons yang cepat. Dari uji tracking setpoint respon terlihat bahwa ketika diberi input setpoint 150, initial value 450, dan final value 550 respon selalu dapat mencapai setpoint. Uji respon dilakukan semala 10 kali percobaan dan hasilnya setpoint selalu dapat dicapai.Setelah uji respon, control fuzzy logic dibandingkan dengan control PI yang saat ini digunakan dilapangan dan hasilnya grafik control dengan fuzzy logic lebih cepat dalam pencapaian setpoint dan grafiknya lebih stabil. Kata kunci:  Boiler, Superheater, Pengendalian Temperature,   Fuzzy Logic 1. Pendahuluan Pada proses pembangkit listrik tenaga uap (PLTU) terdapat beberapa kompenen utama, seperti boiler, turbin, dan generator. Boiler merupakan komponen yang berfungsi menghasilkan uap yang nantinya akan digunakan untuk memutar turbin, salah satu bagian dari boiler adalah superheater. Dimana superheater berfungsi sebagai second heater setelah burner, superheater akan memanaskan uap basah hingga menjadi uap kering yang mencapai suhu hingga 510 o C. Temperatur  steam  pada ruang bakar sering sekali mengalami  perubahan suhu, hal ini dikarenakan penggunaan  bahan bakar yang berlebih sehingga akan sangat  berpengaruh terhadap tempearatur  steam tersebut. Temperatur yang berlebih tersebut akan diseimbangkan dengan desuperhetaer spray agar temperatur  steam tetap pada  set point  yang dikehendaki.Jika desupehrheater  tidak bekerja, maka  superheater  akan mengalami pemecahan metal dan mengganggu proses operasi dari boiler . Semua proses dari boiler akan melalui  system control  yaitu DCS (Distribute Control Sistem) ABB MOD 300 yang menggunakan PI  (Propotional Integral) controller  untuk mengatur masukan temperatur yang akan diproses oleh  superheater . DCS juga akan memonitoring keluaran temperatur dari  superheater , sehingga dapat mengetahui performansi  superheater  tersebut melebihi set point  atau tidak. 2. Teori Penunjang 2.1 Boiler  Boiler  adalah bejana tertutup yang terdiri atas sistem air umpan, sistem  steam dan sistem  bahan bakar. Panas pembakaran dari sistem bahan  bakar dialirkan ke air sampai terbentuk air panas hingga air menghasilkan uap air atau steam. Uap air atau  steam pada tekanan tertentu kemudian digunakan untuk mengalirkan  steam ke suatu proses lainnya. Air adalah media yang digunakan oleh boiler  untuk melakukan proses penguapan disamping itu harganya juga murah dan  steam dari boiler  dapat digunakan pada proses yang lain. Oleh sebab itu boiler  merupakan peralatan yang harus dikelola dan harus dijaga dengan baik agar tetap menghasilkan tenaga yang dibutuhkan. Bagian –  bagian dari  Boiler  adalah  Feed Water Pump,  Economizer, Steam drum, Wall tube  dan Super heater . 2.2 Superheater Superheater merupakan salah satu komponen pada boiler, dimana superheater memiliki fungsi sebagai pemanas kedua setelah

Upload: zakia-puspa-ramdhani

Post on 05-Nov-2015

24 views

Category:

Documents


0 download

DESCRIPTION

ITS-paper-27644-2409105027-paper-setyawan.pdf

TRANSCRIPT

  • 1

    PERANCANGAN SISTEM PENGENDALIAN TEMPERATURE PADA SUPERHEATER DENGAN METODE

    FUZZY LOGIC DI PLTU UNIT II PT.PJB UNIT PEMBANGKITAN GRESIK

    ( Angga Setyawan , Bambang Lelono, Purwadi Agus Darwinto)

    Jurusan Teknik Fisika FTI ITS Surabaya

    Kampus ITS Keputih Sukolilo Surabaya 60111

    Telp : +6231-5947188 Fax : +6231-5923626

    E-mail : [email protected]

    Abstrak Superheater merupakan salah satu komponen yang terdapat pada boiler, fungsinya adalah sebagai element

    pemanas kedua setelah boiler. Steam yang dihasilkan oleh boiler masih memiliki kandungan air sehingga perlu

    dipanaskan lagi hingga steam yang dihasilkan benar-benar uap kering, oleh karena itu superheater sangat berperan untuk

    menghasilkan uap kering yang akan dilewatkan ke turbin. Akan tetapi steam yang dihasilkan oleh superheater seringkali

    memiliki temperature diatas standart yang ditetapkan yaitu 510o

    C. Saat ini superheater spray yang terdapat pada PLTU

    Unit II sangat lambat untuk mengantisipasi perubahan temperatur, karena itu metode fuzzy logic perlu diterapkan karena

    salah satu kelebihan metode fuzzy logic adalah respons yang cepat. Dari uji tracking setpoint respon terlihat bahwa ketika

    diberi input setpoint 150, initial value 450, dan final value 550 respon selalu dapat mencapai setpoint. Uji respon

    dilakukan semala 10 kali percobaan dan hasilnya setpoint selalu dapat dicapai.Setelah uji respon, control fuzzy logic

    dibandingkan dengan control PI yang saat ini digunakan dilapangan dan hasilnya grafik control dengan fuzzy logic lebih

    cepat dalam pencapaian setpoint dan grafiknya lebih stabil.

    Kata kunci: Boiler, Superheater, Pengendalian Temperature, Fuzzy Logic

    1. Pendahuluan Pada proses pembangkit listrik

    tenaga uap (PLTU) terdapat beberapa kompenen

    utama, seperti boiler, turbin, dan generator. Boiler

    merupakan komponen yang berfungsi menghasilkan

    uap yang nantinya akan digunakan untuk memutar

    turbin, salah satu bagian dari boiler adalah

    superheater. Dimana superheater berfungsi sebagai

    second heater setelah burner, superheater akan

    memanaskan uap basah hingga menjadi uap kering

    yang mencapai suhu hingga 510 oC. Temperatur

    steam pada ruang bakar sering sekali mengalami

    perubahan suhu, hal ini dikarenakan penggunaan

    bahan bakar yang berlebih sehingga akan sangat

    berpengaruh terhadap tempearatur steam tersebut.

    Temperatur yang berlebih tersebut akan

    diseimbangkan dengan desuperhetaer spray agar

    temperatur steam tetap pada set point yang

    dikehendaki.Jika desupehrheater tidak bekerja,

    maka superheater akan mengalami pemecahan

    metal dan mengganggu proses operasi dari boiler.

    Semua proses dari boiler akan melalui

    system control yaitu DCS (Distribute Control

    Sistem) ABB MOD 300 yang menggunakan PI

    (Propotional Integral) controller untuk mengatur

    masukan temperatur yang akan diproses oleh

    superheater. DCS juga akan memonitoring keluaran

    temperatur dari superheater, sehingga dapat

    mengetahui performansi superheater tersebut

    melebihi set point atau tidak.

    2. Teori Penunjang

    2.1 Boiler

    Boiler adalah bejana tertutup yang terdiri

    atas sistem air umpan, sistem steam dan sistem

    bahan bakar. Panas pembakaran dari sistem bahan

    bakar dialirkan ke air sampai terbentuk air panas

    hingga air menghasilkan uap air atau steam. Uap air

    atau steam pada tekanan tertentu kemudian

    digunakan untuk mengalirkan steam ke suatu proses

    lainnya. Air adalah media yang digunakan oleh

    boiler untuk melakukan proses penguapan

    disamping itu harganya juga murah dan steam dari

    boiler dapat digunakan pada proses yang lain. Oleh

    sebab itu boiler merupakan peralatan yang harus

    dikelola dan harus dijaga dengan baik agar tetap

    menghasilkan tenaga yang dibutuhkan. Bagian

    bagian dari Boiler adalah Feed Water Pump,

    Economizer, Steam drum, Wall tube dan Super

    heater.

    2.2 Superheater

    Superheater merupakan salah satu

    komponen pada boiler, dimana superheater

    memiliki fungsi sebagai pemanas kedua setelah

  • 2

    tungku boiler. Proses ini berawal dari air laut yang

    dipanaskan oleh burner di dalam tungku boiler,

    setelah air dirubah dari fasa cair ke fasa gas. Uap

    tersebut ditampung dalam wadah yang bernama

    steam drum, uap yang berada pada steam drum

    masih berupa uap basah. Oleh sebab itu uap tersebut

    dipanaskan kembali di superheater hingga menjadi

    uap kering.

    Pada umumnya uap kering berada pada suhu

    sekitar 500oC, oleh sebab itu set point temperatur

    yang diberikan oleh Pembangkit Listrik Tenaga Uap

    (PLTU) adalah 510 o

    C. Pada proses di superheater

    sendiri terdapat 2 kali proses pemanasan, yang

    pertama pada primary superheater dan yang kedua

    pada secondary superheater. Primary superheater

    memiliki satu alat kontrol temperatur, supaya

    temperatur steam yang dihasilkan tidak melebihi set

    point. Kontrol tersebut mengendalikan suatu

    aktuator yang berupa kontrol valve, yang berfungsi

    untuk menginjeksikan pendingin pada steam di

    primary superheater. Sistem pendingin tersebut

    disebut desuperheater atau superheater spray,

    desuperheater berfungsi untuk menurunkan

    temperature steam dari primary superheater ke

    secondary superheater. Pada superheater juga

    terdapat sensor yang berfungsi untuk mengukur

    temperature, sensor tersebut adalah thermocouple

    yang mengubah inputan yang berupa temperature

    menjadi tegangan.

    Pada superheater yang terdapat di lapangan

    terdapat 2 buah aktuator yang meninjeksikan spray

    pendingin karena superheater mempunyai 2 jalur.

    Temperatur yang dikendalikan adalah temperatur

    dari first superheater yang akan menuju secondary

    superheater, aktuator yang berupa control valve

    akan menembakkan spray pendingin ketika

    temperatur dari superheater melebihi set point yang

    bernilai 510 oC.

    c

    Gambar 2.1 Diagram Blok Sistem Pengendalian

    pada Superheater

    Gambar 2.1 di atas adalah gambar diagram

    blok sistem pengendalian temperature pada

    superheater. Yang terdiri dari PI (Propotional

    Integral) yang bertindak sebagai controller dengan

    Kp = 40.6, Ti = 3, untuk pembanding antara set

    point dengan feedback agar temperatur sesuai

    dengan set point. Setelah itu temperatur yang masuk

    akan melalui control valve yang bertindak sebagai

    actuator yang berfungsi untuk mengatur laju aliran

    dari temperatur yang masuk. Setelah itu diporoses

    oleh superheater yang bertindak sebagai plan atau

    tempat pemrosesan, sebelum temperatur dari

    superheater tersebut dikeluarkan untuk pemutaran

    steam turbin diproses kembali oleh sensor atau

    transmitter yang berfungsi sebagai feedback dimana

    temperature tersebut akan diproses kembali sesuai

    dengan set point yang dibutuhkan jika belum sesuai

    dengan set point yang dibutuhkan untuk pemutaran

    turbin dari generator, maka akan diproses kembali

    sehingga sesuai dengan set point.

    Gambar 2.2 P & ID Superheater

    Dapat dilihat pada gambar 2.2 yaitu P & ID

    dari superheater. Pada gambar tersebut terdapat

    desuperheater yang digunakan untuk menjaga agar

    temperatur dari superheater tidak melebihi set point

    dan tetap stabil dengan temperatur 5100C atau 998

    0F yaitu dengan menyemprotkan air atau spray dari

    sistem feedwater. Untuk penyemprotan air atau

    spray tepat mengenai sasaran maka digunakan

    nozzle. Nozzle akan menyemprotkan spray pada

    superheater dengan kekuatan tinggi jika temperatur

    tersebut melebihi set point, Desuperheater berada

    diantara 2 superheater yaitu primary superheter

    dan secondary superheater. Superheater tidak

    pernah mengalami trip, superheater hanya bisa

  • 3

    mengalami pemecahan metal jika terjadi

    penambahan temperatur steam yang begitu besar.

    Untuk mengatur agar temperatur steam tetap stabil

    dan sesuai dengan set point maka main steam

    temperatur harus selalu dikontrol, kondisi

    pembakaran harus sesuai dengan kebutuhannya,

    thermocouple keluaran harus selalu di control dan

    gas temperatur masuk daerah superheater harus

    dibatasi selama startup sampai kondisi unit normal

    operasi Jika cara menjaga kesetabilan tersebut tidak

    bisa diatasi dengan cara tersebut maka seluruh

    boiler akan dinonaktifkan. Dan akan diperbaiki

    kembali.

    1.3 ABC (AUTOMATIC BOILER CONTROL)

    Automatic boiler control adalah suatu

    sistem yang mengontrol kinerja boiler saat sedang

    melakukan operas ABC (Automatic Boiler Control)

    sistem ini berada di dalam MOD 300 Distributed

    Control System (DCS) yang diperkenalkan pada

    tahun 1984 dengan fitur seperti Integrated Control

    Bahasa CCF dan TCL, Redundant Komunikasi

    Network (DCN), Redundant Controller, Sejarah dan

    Laporan, dan Bulk Data I / O. Pada tahun 1988

    MOD 300 itu ditingkatkan dengan penambahan

    Controller SC, Taylor Ladder Logic (TLL) dan

    TRIO. Pada tahun 1992, MOD 300 sistem mulai itu

    evolusi untuk OCS advant memperkenalkan

    pengendali kapasitas tinggi dan I / O dengan skema

    redundansi diperbaiki. Juga termasuk yang modern

    UNIX workstation, dan pada tahun 1996 S800 I / O

    telah ditambahkan menyediakan modular

    fleksibel remot I/O.ABC (Automatic Boiler Control)

    sistem merupakan controller yang menggunakan

    sistem digital yang didalamnya mempunyai 7

    peralatan yang digunakan untuk menjalankan

    prosesnya yang terdapat sebuah PCU (Process

    Control Unit). Sistem ABC (Automatic Boiler

    Control) memiliki tingkat keandalan yang tinggi

    dan mudah dalam perawatan modul kontrolnya

    yang berbasis mikroprosessor dan peralatan lainnya.

    ABC (Automatic Boiler Control) ini alat yang

    dipasang di work station Pada control room di

    pasang control station untuk operasi

    manual/auto.setiap pemindahan seperti set point.

    Proses variable dapat dilihat pasa indicator. Di

    dalam setiap sistem control utama terdapat load

    control (pengatur beban / daya) yang bekerja secara

    proporsional sesuai dengan lingkupnya masing-

    masing.

    1.4 Desuperheater

    Desuperheaterisasi adalah proses menurunkan

    suhu uap dengan cara menginjeksikan air pendingin

    ke dalamnya. Proses ini terjadi dalam sebuah wadah

    yang disebut desuperheater. Ini bertujuan agar suhu

    steam yang akan masuk ke turbin sesuai dengan

    temperatur desainnya yaitu sebesar 510 C. Air

    pendingin memiliki karakteristik tetap yaitu

    tekanannya sebesar 192.77 bar dengan temperatur

    171.93 C sedangkan uap keluaran memiliki

    karakteristik tetap yaitu tekanan sebesar 182.10 bar

    dengan temperatur 425C untuk desuperheater first

    stage dan temperatur 458 C untuk desuperheater

    second stage. Proses desuperheater sangat fluktuatif

    dengan tekanan dan suhu steam yang masuk

    desuperheater. Pengambilan data dilakukan di PT

    PJB UP Gersik unit 2 yang terdiri atas data

    tekanan(Pw) dan temperatur(tw) air pendingin

    (cooling water), data tekanan (Ps) dan

    temperatur(ts) uap yang masuk ke desuperheater

    dan temperatur uap yang keluar dari desuperheater

    (td). Dari hasil analisa diperoleh hubungan bahwa

    semakin tinggi besar fluktuasi tekanan dan

    temperaturnya maka jumlah pendingin yang

    diinjeksikan juga akan semakin tinggi. Demikian

    pun sebaliknya jika tekanan dan temperaturnya

    semakin kecil maka jumlah air pendingin (cw) yang

    diinjeksikan semakin kecil. Sedangkan suhu

    merupakan fungsi tekanan, semakin tinggi

    tekanannya maka suhunya juga akan naik

    demikianpun sebaliknya.

    1.5 Konveksi

    Konveksi adalah proses berpindahnya kalor

    dengan gerakan partikel yang telah dipanaskan, bila

    perpindahannya dikarenakan perbedaan kerapatan

    disebut konveksi alami (natural convection) dan bila

    didorong, misal dengan fan atau pompa disebut

    konveksi paksa (forced convection).

    Konveksi adalah salah satu modus utama

    perpindahan panas dan perpindahan massa Panas

    konvektif dan transfer massa terjadi baik melalui

    difusi acak gerak Brown dari partikel individu

    dalam cairan - dan adveksi , di mana materi atau

    panas diangkut oleh gerakan besar-besaran arus

    dalam cairan. Dalam konteks panas dan

    perpindahan massa, istilah "konveksi" digunakan

    untuk merujuk pada jumlah transfer advective dan

    difusif. Perhatikan bahwa penggunaan umum dari

    konveksi merujuk secara khusus untuk perpindahan

  • 4

    panas secara konveksi, sebagai lawan konveksi

    pada umumnya.

    Besarnya konveksi tergantung pada :

    a. Luas permukaan benda yang bersinggungan

    dengan fluida (A).

    b. Perbedaan suhu antara permukaan benda

    dengan fluida (T).

    c. koefisien konveksi (h), yang tergantung pada:

    # viscositas fluida

    # kecepatan fluida

    # perbedaan temperatur antara permukaan dan

    fluida

    # kapasitas panas fluida

    # rapat massa fluida

    # bentuk permukaan kontak

    Konveksi : H = h x A x T

    Gambar 2.3 Perpindahan Panas Secara

    Konveksi

    Ada suatu perbedaan antara kalor (heat) dan

    energi dalam dari suatu bahan. Kalor hanya

    digunakan bila menjelaskan perpindahan energi dari

    satu tempat ke yang lain. Kalor adalah energi yang

    dipindahkan akibat adanya perbedaan temperatur..

    Sedangkan energi dalam (termis) adalah energi

    karena temperaturnya. Satuan kalor adalah kalori

    dimana, 1 kalori adalah kalor yang diperlukan untuk

    menaikkan temperatur 1 gr air dari 14,5 C menjadi

    15,5 C. Dalam sistem British, 1 Btu (British

    Thermal Unit) adalah kalor untuk menaikkan

    temperatur 1 lb air dari 63 F menjadi 64 F.

    1 kal = 4,186 J = 3,968 x 10-3

    Btu

    1 J = 0,2389 kal = 9,478 x 10-4

    Btu

    Btu = 1055 J = 252,0 kal

    1.6 Fuzzy Logic

    Logika fuzzy (logika samar) itu sendiri

    merupakan logika yang berhadapan dengan konsep

    kebenaran sebagian, dimana logika klasik

    menyatakan bahwa segala hal dapat di ekspresikan

    dalam istilah binary (0 atau 1). Logika fuzzy

    memungkinkan nilai keanggotaan antara 0 dan 1.

    Berbagai teori didalam perkembangan logika fuzzy

    menunjukkan bahwa pada dasarnya logika fuzzy

    dapat digunakan untuk memodelkan berbagai

    sistem. 2 Logika fuzzy dianggap mampu untuk

    memetakan suatu input kedalam suatu output tanpa

    mengabaikan faktorfaktor yang ada. Logika fuzzy

    diyakini dapat sangat fleksibel dan memiliki

    toleransi terhadap data-data yang ada. Dengan

    berdasarkan logika fuzzy, akan dihasilkan suatu

    model dari suatu sistem yang mampu

    memperkirakan jumlah produksi. Faktorfaktor

    yang mempengaruhi dalam menen-tukan jumlah

    produksi dengan logika fuzzy antara lain jumlah

    permintaan dan jumlah persediaan.

    2.7 Sistem Inferensi Fuzzy Metode Mamdani Metode mamdani sering juga dikenal dengan

    nama metode minmax. Metode ini diperkenalkan

    oleh Ebrahim Mamdani pada tahun 1975. Untuk

    mendapatkan output diperlukan 4 tahapan,

    diantaranya : 1. Pembentukan himpunan fuzzy

    Pada metode mamdani baik variabel input

    maupun variabel output dibagi menjadi satu

    atau lebih himpunan fuzzy. 2. Aplikasi fungsi implikasi

    Pada Metode Mamdani, fungsi implikasi yang

    digunakan adalah min.

    Pada himpunan tegas (crisp), nilai

    keanggotaan suatu item x dalam suatu himpunan A,

    yang sering ditulis dengan A [x], memiliki 2

    kemungkinan, yaitu ( Kusumadewi, 2003: 156 ) : a. Satu (1) yang berarti bahwa suatu item menjadi

    anggota dalam suatu himpunan. b. Nol (0) yang berarti bahwa suatu item tidak

    menjadi anggota dalam suatu himpunan.

    Pada himpunan crisp, nilai keanggotaan ada 2

    kemungkinan, yaitu 0 atau 1. Sedangkan pada

    himpunan fuzzy nilai keanggotaan terletak pada

    rentang 0 sampai 1. Semesta pembicaraan adalah keseluruhan

    nilai yang diperbolehkan untuk dioperasikan dalam

    suatu variabel fuzzy. Semesta pembicaraan

    merupakan himpunan bilangan real yang senantiasa

    naik (bertambah) secara monoton dari kiri ke

    kanan. Nilai semesta pembicaraan dapat berupa bilangan positif maupun negative.

    Domain himpunan fuzzy adalah keseluruhan

    nilai yang diijinkan dalam semesta pembicaraan

    dan boleh dioperasikan dalam suatu himpunan

    fuzzy.

  • 5

    2.8 Sistem Pengendalian Temperature

    Superheater

    steam yang berfungsi untuk menggerakkan

    turbin dihasilkan oleh boiler dengan ditunjang oleh

    economizer sebagai tempat untuk memanaskan air

    sebelum air masuk ke dalam ruang bakar, steam

    yang didapat dari boiler masih berupa uap basah,

    uap basah tersebut kemudian dialirkan menuju

    Superheater untuk dikeringkan tetapi sebelum

    menuju Superheater temperaturenya dikendalikan

    dengan disemprotkan air sampai suhu optimal pada

    saat kerja normal atau terjadi kenaikan beban,

    setelah itu melalui Superheater agar dihasilkan uap

    kering agar bisa menjalankan Turbin dengan baik.

    Gambar 2.4 Sistem Pengendalian Temperatur

    Superheater Steam

    Pada gambar 2.4 suhu dikendalikan dengan

    memanipulasi variable tersebut dengan cara

    memasang spray tipe direct contact attemperatori

    penurunan temperature sebelum masuk heater. Hal

    ini bertujuan agar tidak terjadi overheating pada

    blade turbin, oleh karena itu suhu sebelum

    dipanaskan oleh superheater dengan panas konstan

    dari furnace harus diturunkan terlebih dahulu

    dengan memindahkan superheater spray setelah

    superheater, maka dikhawatirkan akan

    membahayakan blade turbin karena air yang berasal

    dari nozzle spray tidak sempat menjadi steam

    sepenuhnya dan dengan specific. Volume yang

    besar, air akan menghantam blade turbin yang

    mengakibatkan keretakan bahkan terlebih lagi.

    2.9.1 Pengendali Proporsional Integral (PI)

    Pengendali ini menambahkan sisi integral

    dengan mengintegrasikan error yang terjadi setiap

    saat dalam melakukan aksi pengendalian, yaitu :

    (Pers 2.1)

    Pengendali proposal akan menghasilkan nilai

    steady state baru sesuai dengan nilai setpoint-nya.

    Tetapi kerugian model pengendali ini yaitu

    responnya lebih berosilasi.

    2.9.2 Pengendali Proporsional Integral Derivatif

    (PID)

    Sistem pengendalian PID merupakan sistem

    yang menggunakan pengendali analog PID yang

    salah satu fungsi transfernya seperti berikut ini :

    Kp + + KD S =

    Kp = proportional gain

    Ki = integral gain

    Kd = derivatif gain

    Untuk menguji validitas dan keterandalan dari hasil

    perancangan sistem pengendalian temperature

    dengan menggunakan metode Fuzzy dilakukan

    dengan prosedur simulasi. Kontroller yang

    dirancang adalah kontroler Fuzzy untuk pengendali

    temperature. Prosedur pengujian sistem dengan

    simulasi merupakan tahap yang paling penting

    sebelum menerapkan hasil perancangan tersebut

    secara real time. Pada sistem terdapat beberapa

    parameter untuk menunjukkan nilai dari

    performansi sistem tersebut secara kualitatif.

    Beberapa parameter kualitatif dari sistem tersebut

    adalah sebagai berikut :

    Persen Maksimum Overshoot (Mp)

    Overshoot maksimum yang dicapai oleh

    sistem yaitu prosentase nilai puncak dari

    tanggapan terhadap nilai set point

    Settling Time (Ts)

    Adalah waktu turun yaitu waktu yang

    diperlukan untuk respon agar tetap berada

    dalam kisaran nilai set point yang

    disederhanakan dengan prosentase mutlak

    harga set point (2% atau 5%).

    Error Steady Steate (Ess)

    Merupakan kesalahan keadaan tunak yang

    didefinisikan sebagai selisih antara nilai set

    point dan nilai actual pada keadaan tunak.

    Integrated Absolute Error (IAE)

    3.1 Diagram Blok Sistem

    Diagram blok sistem untuk pengendalian

    temperature steam pada superheater boiler dapat

    ditunjukkan pada gambar berikut ini:

  • 6

    Gambar 3.2 Diagram blok sistem pengendalian

    dengan fuzzy

    3.3 Pemodelan Sistem Dinamik Plant

    Pada dasarnya temperature pada superheater

    harus dijaga supaya selalu mencapai setpoint, jika

    temperature melebihi setpoint maka sistem akan

    menstabilkan temperatur superheater sehingga

    mencapai suhu yang diinginkan. Ketika cold steam

    dari tungku pemanas masuk ke superheater maka

    coldsteam akan dinaikan temperaturnya hingga

    menjadi hot steam pd temperature 510oC, jika

    temperatur dari primary superheater diatas setpoint

    maka desuperheater (superheater spray) akan

    mengeluarkan air yang berfungsi untuk menurunkan

    suhu hot steam hingga mencapai setpoint. Supply

    air tersebut diatur oleh aksi dari control valve,

    control valve akan membuka dan menutup sesuai

    dengan kebutuhan dari plant superheater sehingga

    selalu mencapai setpoint.

    3.3.1 Pemodelan Matematis Superheater

    Pada Proses ini terjadi pencampuran antara

    gas (steam Superheater) denag fluida (water spray)

    atau yang biasa disebut Desuperheater. Pada proses

    ini terjadi pencampuran temperature dari steam dan

    water spray, dalam proses untuk mendapatkan

    model matematis dan sistem pengendalian

    desuperheater digunakan persamaan Hukum

    Kesetimbangan Energi. Pemodelan matematisnya

    dirumuskan sebagai berikut :

    Hukum Kesetimbangan Energi :

    E in + E generate = E out + E storage 3.1 Pada desuperheater tidak ada energi yang

    dibangkitkan, sehingga persamaan 3.1 menjadi :

    E in = E out + E storage 3.2

    Hukum kesetimbangan massa persamaan diatas

    adalah :

    3.3

    Dimana :

    q = Laju perpindahan panas ke fluida (kJ/s)

    in = Jumlah energi panas yang masuk (kJ)

    out = Jumlah energi panas yang keluar (kJ)

    C = Panas pada volume konstant (kJ/kg K)

    0 = Temperature awal (oC)

    in = Temperature yang masuk (oC)

    out = Temperature yang keluar (oC)

    = Massa jenis fluida (kg/m3)

    V = Kecepatan rata-rata aliran fluida (m/s)

    Pada keadaan steady steate, dT out / dt = 0, maka

    persamaan menjadi :

    3.4

    Dimana subscrit s digunakan untuk menunjukkan

    proses dalam keadaan steady state.

    Substitusi persamaan 3.4 ke 3.3, maka :

    3.5

    Asumsi in = out = dan To = 0

    Menjadi persamaan 3.5 menjadi :

    3.6 Linearisasi variable yang berubah terhadap waktu

    dilakukan dengan pendekatan ekspansi Taylor.

    Variable deviasi taylor :

    Ti = Ti - Tis 3.7

    -Q = -(Ti Tis) 3.8

    T = T - Ts 3.9

    Dimana :

    Maka persamaan 3.6 menjadi

    3.10

    Persamaan 3.10 ditransformasikan Laplace

    sehingga menjadi :

    3.11

    3.12

    3.13

    Jika perubahan terjadi pada T in (t), maka Q(t) = 0,

    sehingga hubungan antara T out(s) dan Q (s) adalah

    sebagai fungsi transfer load T in (s).

    3.14

  • 7

    Jika perubahan terjadi pada Q(t) saja, maka T in (t)

    = 0, sehingga hubungan antara T out(s) dan Q (s)

    adalah sebagai fungsi transfer plant.

    3.15

    Dimana :

    Q(s) = m spray (s) CP water (Tspray T0),

    Sehingga persamaan 3.15 menjadi :

    3.16

    Dari data plant didapatkan nilai transfer function

    sebagai berikut :

    3.17

    3.3.2 Model Matematik Control Valve Pada

    Superheater

    Sistem kerja dari desuperheater adalah

    penginjeksian spray pendingin ke dalam proses

    pemanasan di superheater, jadi ketika temperature

    pada superheater diatas setpoint maka desuperheater

    akan memberikan pendingin ke hot steam yang ada

    pada pipa-pipa superheater. Sehingga temperatur

    yang sebelumnya diatas setpoint dapat di stabilkan

    kembali ke angka 510oC, aktuator desuperheater

    berupa control valve yang katubnya membuka

    ketika temperatur diatas setpoint dan menutup

    ketika temperature telah mencapai setpoint.

    Gambar 3.3 Sistem Kerja Desuperheater

    Control Valve yang digunakan pada

    desuperheater atau yang biasa disebut superheater

    spray adalah control valve dengan tipe ball cage,

    control valve ini akan menginjeksikan cairan

    pendingin untuk menurunkan temperature pada

    supeheater. Control valve juga disebut elemen

    pengendali akhir yang merupakan bagian akhir

    sistem pengendalian yang berfungsi mengubah

    variable yang dimanipulasi sehingga diperoleh

    kondisi yang dikehendaki. Ada bermacam-macam

    elemen pengendali akhir selain control valve.

    Adapun yang harus diketahui dalam menentukan

    control valve adalah :

    Gambar 3.4 Control Valve Desuperheater

    Fungsi transfer dari control valve dapat

    dinyatakan dalam orde satu sebagai berikut :

    3.18

    Dengan,

    Ktot = KrKs

    Tev = Tv ( V + Rv)

    Dimana :

    m = Pergeseran valve (%)

    = Tekanan sinyal

    Ktot = Gain control valve

    Kr = Gain Tranduser (I/P)

    s = Konstanta waktu control valve

    Tv = Time stroke

    v = Fraksi perubahan posisi

    Untuk itu didapatkan :

    Kv 3.19

    Gain tranduser (I/P) diperoleh dengan persamaan :

    Kr = 3.20

    3.21

    Dengan demikian :

    Ktot = Kr . Ks = (6,9375) . (0,05) = 0,35

    Sedangkan fraksi perubahan steamnya adalah :

    3.22

    Data dari plant diperoleh,

    Tv = 8 detik dan Rv = 0,03 (diafragma): 3.23

    Tcv = Tv ( V + Rv) = 8 . (0,69 + 0,03)

    = 5,76

    Untuk itu fungsi transfer katub pengendali (control

    valve) adalah :

    3.24

    Simulasi pada control valve digunakan

    untuk mengetahui nilai control valve yang

    digunakan pada plant, supaya respon control valve

  • 8

    yang ada pada plant sama seperti yang ada pada

    simulink control valve. Untuk simulasi diberikan

    display untuk membuktikan nilai output control

    valve apakah sesuai dengan yang ada pada plant

    sesungguhnya.

    Gambar 3.5 Simulink Control Valve

    Seperti pada gambar 3.5 dapat dilihat pada

    display nilai yang tampak 20.00 yang merupakan

    besarnya sinyal output control valve dalam mA,

    yang berarti bahwa nilai tersebut adalah batas

    maksimal nilai control valve. Setelah nilai keluaran

    control valve memenuhi standart output control

    valve (4-20mA), simulink control valve akan

    dipasangkan pada simulink plant superheater untuk

    proses pengujian sistem.

    3.3.3Model Matematik TemperatureTransmitter

    Superheater

    Gambar 3.6 Temperature Transmitter

    Pada plant superheater menggunakan transmitter

    fisher dimana transmitter ini mengubah besaran

    skalar ke besaran fisis, trasmitter ini akan

    menginformasikan hasil dari plant kembali ke

    setpoint. Untuk mengukur tinggi temperature pada

    superheater digunakan suatu sensor yang disebut

    temperature transmitter, yang mengukur tingkat

    tingginya temperature dalam domain waktu dan

    mentransmisikan dalam bentuk sinyal elektrik yang

    besarnya 4-20mA.

    Gambar 3.7 Diagram blok temperature transmitter

    Min Temperature +500 oC

    Max Temperature +520 oC

    Min Span 10 oC

    Span input adalah nilai kesalahan dari

    setting temperature yang digunakan transmitter ini

    pada superheater sebesar 0,04 oC. Karena output

    dari transmitter adalah 4-20 mA dan inputnya

    adalah 500 520 oC, maka gain temperature

    transmitter dapat diperoleh dengan persamaan 3. 23

    sebagai berikut :

    Elemen ukur yang digunakan untuk mensensor

    temperature yang terjadi adalah elemen sensor

    thermocouple, dimana besar Gain untuk transmitter

    temperature adalah :

    K = 3.25

    Secara umum transmisi sinyal arus listrik

    dari temperatur transmitter ke kontroller relatif jauh,

    maka besarnya time constant (TT ) yang digunakan

    adalah 0,76 detik sehingga persamaan transfer

    function temperature transmitter dengan

    menggunakan persamaan 3.24 adalah

    3.26

    Maka jika dimodelkan dalam bentuk

    simulink akan didapatkan model simulink seperti

    gambar 3.8 dibawah ini :

    Gambar 3.8 Simulink Transmitter

    Seperti pada control valve nilai yang

    dikeluarkan transfer mencapai nilai 20.00 sehingga

    transmitter yang digunakan dapat menjalankan

    fungsi secara optimal.

    3.4 Sistem Fuzzy Logic Pada Pengendalian

    Temperatur

    Pada sistem didalam fuzzy logic terdapat

    beberapa rule base yang telah ditentukan, rule-rule

    tersebut digunakan untuk mengontrol dan

    menentukan jalannya proses pada simulasi plant

    superheater. Pada rule-rule yang telah dibuat

    terdapat 2 input dan 1 output, 2 input merupakan

    nilai dari temperature superheater dan volume dari

    superheater spray flow. Sedangkan outputnya

  • 9

    berupa kecepatan pada actuator dalam menginjeksi

    pendingin pada proses pemanasan di superheater,

    kecepatan actuator dalam bekerja sangat bergantung

    pada tingginya temperature dan banyaknya volume

    pendingin yang disupply pada plant superheater.

    Ketika temperatur tidak terlalu tinggi aktuator akan

    akan membuka dan menutup dalam range waktu

    yang singkat, sedangkan ketika temperatur sangat

    tinggi aktuator akan membuka dan menginjeksi

    spray pendingin lebih lama agar temperature cepat

    kembali mencapai setpoint.

    Input 1 (Temperature SH):

    VL (Very Low)

    L (Low)

    N (Normal)

    H (High)

    VH (Very High)

    Input 2 (SH Spray Flow):

    VS (Very Slightly)

    S (Slightly)

    Egh (Enough)

    M (Much)

    VM (Very Much)

    Output (Kecepatan Respon Aktuator):

    Slw (Slow)

    Nrm (Normal)

    Fst (Fst)

    Tabel 3.1 Rule Base Pada Fuzzy Logic

    3.4.1 Sistem Control Logika Fuzzy

    Berdasarkan input dan output plant maka

    pada fuzzy yang dibuat dengan metode mamdani

    dibuat dengan 1 input berupa temperature,

    sedangkan output yang ingin di dapatkan adalah

    reaksi pengendalian aktuator untuk memberikan

    injeksi spray pendingin pada steam di superheater,

    setiap temperature yang melebihi setpoint maka

    aktuator akan bekerja. Nilai data temperature yang

    diberikan pada kolom input berdasarkan dari rule-

    rule yang telah dibuat, kemudian nilai dari rule

    rule tersebut diplot kan pada membership function.

    Pada pengendalian temperature pada superheater

    dengan control fuzzy mengambil metode mamdani,

    dimana metode ini menggunakan pendekatan dari

    model matematik plant superheater itu sendiri.

    Sehingga untuk dapat membuat simulasi control

    dibutuhkan model matematik dari plant, control

    valve, hingga transmitter. Hal ini dilakukan untuk

    mendapatkan hasil simulasi yang sesuai dengan

    plant asli, sehingga dapat dibuktikan bahwa control

    fuzzy pada plant superheater lebih baik daripada

    control PI yang saat ini masih digunakan pada plant

    superheater di PJB Gresik.

    Gambar 3.9 Fuzzyfikasi

    3.4.2 Input Membership Function Input pada membership function merupakan

    nilai dari data temperatur yang didapat, kemudian

    dibuat suatu rule-rule yang berfungsi untuk

    memberi memberi aturan pada sistem fuzzy logic.

    Input temperature pada membersip function akan

    dibagi 5 yaitu, sangat dingin, dingin, sedang, panas,

    sangat panas. Aturan tersebut diberikan sesuai

    dengan tingkat tingginya temperature pada

    superheater, set point superheater sendiri terdapat

    pada batas sedang 509-511oC. Input membership

    function terlihat pada gambar 3.10. Lima rule yang

    diberikan pada input memiliki nilai minimum

    temperature 500 oC, sedangkan nilai maksimum

    temperature adalah 520 o

    C. Setelah input dan

    batasan-batasan diberikan pada input, maka rule

    base dapat dibuat dengan memasangkan nilai input

    dengan output sehingga dapat membentuk suatu

    rule base.

  • 10

    Gambar 3.10 Membership Function Pada

    temperature

    3.4.3 Output Membership Function

    Output membership function dari kontrol

    fuzzy ini adalah respon dari aktuator yang berupa

    kontrol valve, dimana kontrol valve akan membuka

    dan menutup sesuai dengan kebutuhan agar

    temperature superheater yang mengalami overshoot

    kembali pada keadaan steady state sebesar 510oC.

    Output pada membeship function ini diberi 3 rule

    yaitu cepat, sedang, dan lama. Dimana ketika

    temperature sedikit diatas setpoint maka control

    valve akan membuka dalam waktu yang singkat,

    begitu juga sebaliknya ketika temperature

    superheater berada jauh diatas setpoint maka control

    valve akan membuka dalam waktu yang lama agar

    injeksi spray pendingin yang diberikan pada plant

    superheater menjadi lebih banyak.

    Gambar 3.11 Membership Function Pada Flow

    3.4.4 Simulasi Sistem Pengendalian Superheater

    Dengan Fuzzy Logic

    Setelah dilakukan pengujian model

    matematik dari sensor, control valve, dan

    transmitter maka dapat dibuat suatu desain plant

    pengendalian temperature pada superheater dengan

    metode fuzzy logic. Setelah desain plant

    pengendalian dibuat maka desain plant tersebut

    akan diuji dengan menggunakan mathlab 2009

    untuk dapat mengetahui respons dari sistem

    pengendalian yang telah dibuat, desain plant

    pengendalian dapat dilihat pada gambar 3.12

    Gambar 3.12 Simulink Sistem Pengendalian Pada

    Superheater

    4. Simulasi dan Analisa Data

    4.1 Simulasi Open Loop

    Simulasi pada open loop ini dilakukan untuk

    menguji sejauh mana performansi sistem tanpa

    pengendali. Uji open loop dilakukan dengan

    memberikan inputan berupa step. Adapun grafik

    open loop pada simulink yang digunakan dalam

    tugas akhir ini ditunjukkan gambar 4.1.

    Gambar 4.1 Grafik Respon Open Loop

    Gambar grafik respon diatas menunjukkan

    bahwa uji open loop tanpa adanya pengendali,

    temperature pada output superheater berada pada

    440 oC. Padahal setpoint yang diinginkan adalah

    510 oC, oleh sebab itu diperlukan sebuah sistem

    pengendali untuk menjaga temperature output

    superheater steam sesuai dengan temperature yang

    diharapkan.

    4.2 Uji Tracking Setpoint

    Pada proses pengujian setpoint akan

    dilakukan beberapa hal, yaitu uji tracking akan

    dimulai ketika proses superheater dan desuperheater

    baru diaktifkan. Hal ini dilakukan agar mengetahui

  • 11

    seberapa cepat respon dari kontroler untuk

    mencapai setpoint, maka pada pengujian akan

    dimulai pada suhu temperature 0oC dimana saat itu

    superheater dan desuperheater belum diaktifkan

    atau dalam keadaan tidak aktif. Proses pengujian

    dilakukan dengan memberi nilai setpoint yang

    nantinya akan diubah-ubah agar dapat terlihat

    respon dari kontrol temperature superheater, selain

    itu akan ditentukan juga waktu dimana nilai setpoint

    akan diubah agar tampak perbedaan proses

    pencapaian setpoint dan didapatkan suatu

    perbandingan hasil kontrol.

    Respons uji tracking setpoint dengan stop

    time 300

    Waktu Perubahan Setpoint 80

    Setpoint Temperature 300

    Perubahan Setpoint Temperature 500

    Grafik 4.2 Hasil Uji Setpoint control PI pada plant

    Grafik 4.3 Hasil Uji Setpoint Dengan Fuzzy Logic

    Pada grafik uji setpoint dengan nilai setpoint

    temperature 300, waktu perubahan setpoint 500

    serta perubahan waktu setpoint sebesar 80. Hasil

    perbandingan kontrol PI pada PLTU dan control

    fuzzy terlihat bahwa proses pencapaian setpoint

    kontrol PI lebih lama dari pada ketika menggunakan

    control fuzzy, terlebih lagi overshoot dan

    undershoot control PI lebih besar dibandingkan

    dengan hasil kontrol fuzzy.

    Respons uji tracking setpoint dengan stop

    time 300

    Waktu Perubahan Setpoint 100

    Setpoint Temperature 300

    Perubahan Setpoint Temperature 500

    Grafik 4.4 Hasil Uji Setpoint controller PI pada

    plant

    Grafik 4.5 Hasil uji setpoint dengan Fuzzy Logic

    Terlihat pada gambar 4.4 dan 4.5 grafik uji

    setpoint dengan nilai setpoint temperature 300,

    waktu perubahan setpoint 500 serta perubahan

    waktu setpoint sebesar 100. Hasil perbandingan

    kontrol PI pada PLTU dan control fuzzy terlihat

    overshoot dan undershoot control PI lebih besar dari

    grafik kontrol fuzzy, kontrol dengan menggunakan

    fuzzy logic grafik lebih cepat dalam mencapai

    setpoint, selain itu undershoot dan overshootnya

    relatif lebih kecil.

    Respons uji tracking setpoint dengan stop

    time 300

    Waktu Perubahan Setpoint 120

    Setpoint Temperature 400

    Perubahan Setpoint Temperature 550

  • 12

    Grafik 4.6 Hasil Uji Setpoint control PI pada plant

    Grafik 4.7 Hasil Uji Setpoint PJB Gersik

    Pada grafik uji setpoint dengan nilai setpoint

    temperature 400, waktu perubahan setpoint 550

    serta perubahan waktu setpoint sebesar 120. Hasil

    perbandingan kontrol PI pada PLTU yang tampak

    pada grafik 4.6 dan 4.7 terlihat bahwa grafik control

    fuzzy lebih cepat dalam mencapai setpoint

    dibandingkan dengan kontrol PI yang terlihat lebih

    lama dari pada ketika menggunakan control fuzzy,

    dan walaupun nilai setpoint temperature diubah

    grafik kontrol fuzzy tetap lebih cepat mencapai

    setpoint tanpa ada overshoot.

    Respons uji tracking setpoint dengan stop

    time 300

    Waktu Perubahan Setpoint 150

    Setpoint Temperature 450

    Perubahan Setpoint Temperature 550

    Grafik 4.8 Hasil Uji Setpoint control PI pada plant

    Grafik 4.9 Hasil Uji Setpoint PJB Gersik

    Pada gambar grafik 4.8 dan 4.9 terlihat hasil

    dari uji setpoint dengan nilai setpoint temperature

    450, waktu perubahan setpoint 550 serta perubahan

    waktu setpoint sebesar 150. Terlihat bahwa grafik

    control fuzzy hanya sedikit mengalami sedikit

    overshoot dan undershoot, dan walaupun setpoint

    temperature diubah fuzzy logic dapat mengikuti

    kenaikan tanpa ada overshoot. Sedangkan pada

    kontrol PI overshoot dan undershootnya masih lebih

    besar dari kontrol fuzzy, selain itu ketika setpoint

    temperature diubah kontrol PI tampak tidak stabil

    dalam pencapaian setpoint.

    5. Kesimpulan dan Saran

    5.1 Kesimpulan

    Dari hasil simulasi dan analisa data pada

    penelitian Tugas Akhir ini, dapat disimpulkan

    sebagai berikut :

    1. Dari hasil uji coba open loop didapatkan hasil

    dimana sistem tidak mampu memenuhi nilai

    dari setpoint tersebut yang nilainya sebesar

    510 oC, sehinga dibutuhkan pengendali yang

    mampu menjaga proses variable agar cepat

    mencapai setpoint yang diinginkan.

    2. Hasil dari desain plant dengan menggunakan

    control fuzzy logic, didapatkan performansi

    kontrol temperatur yang lebih baik dari pada

    kontrol PI yang saat ini masih digunakan di

    PT. PJB UP Gresik dalam hal kecepatan

    respon proses pencapaian setpoint.

    3. Dari hasil uji tracking setpoint dengan

    menggunakan sistem control fuzzy yang telah

    dibuat, dengan memberikan nilai Settling time

    150, Initial Value 400, Final value 550, dan

    stop time 300. Didapatkan suatu hasil respon

    yang lebih baik ketika menggunakan control

    fuzzy logic dari pada control PID yang sampai

    sekarang masih digunakan di PT.PJB UP

    Gersik.

  • 13

    5.2 Saran

    Beberapa saran yang perlu disampaikan

    dalam laporan ini dalam rangka pengembangan

    penelitian ini antara lain adalah sebagai berikut :

    1. Jika menginginkan hasil respon desuperheater

    yang responsif, maka control fuzzy logic

    sebagai pengendali temperature pada

    superheater di lakukan secara real time untuk

    melihat performansi sesungguhnya.

    2. Mengubah jenis control valve linear yang saat

    ini digunakan di lapangan dengan control

    valve quick yang dapat menunjang kecepatan

    respon aktuator sehingga setpoint yang

    diinginkan dapat dicapai lebih cepat lagi

    DAFTAR PUSTAKA [1] Ardiansyah, Bagus, Integrasi Fieldbus Pada Distributed Control

    System Centum CS3000 Yokogawa, Surabaya, 2007.

    [2] Gunterus, Frans,Falsafah Dasar Sistem Pengendalian Proses,

    Elex Media Komputindo, Jakarta.,1994

    [3] Incropera, Frank,Fundamental of Heat and Mass Transfer 3nd

    Edition, John Wiley & Son.Inc,1990

    [4] Joko Indarto, Rancang Bangun Local Control Unit (LCU) Level

    pada Distributed Control System (DCS), Surabaya 2007.

    [5] Kurnia, Dedi Nazara, Penentuan Safety Integrity Level dengan

    Fault Tree Analysis untuk mengetahui Waktu keamanan proses pada

    Boiler Steam Drum PT. Indonesia Power UBP Suralaya, Surabaya,

    2008.

    [6] Ogata, Katshuiko, Teknik Kontrol Automatik I, Prentice Hall

    Inc, 1996.

    [7] Ogata, Katshuiko, Teknik Kontrol Automatik II, Prentice Hall

    Inc, 1996.