paper kohort

33
1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Jika ditinjau dari asal kata Epidemiologi berasal dari bahasa Yunani yang terdiri dari 3 kata dasar yaitu EPI yang berarti PADA atau TENTANG, DEMOS yang berati PENDUDUK dan kata terakhir adalalah LOGOS yang berarti ILMU PENGETAHUAN. Jadi EPIDEMILOGI adalah ILMU YANG MEMPELAJARI TENTANG PENDUDUK. Sedangkan dalam pengertian modern pada saat ini EPIDEMIOLOGI adalah : “Ilmu yang mempelajari tentang Frekuensi dan Distribusi (Penyebaran) serta Determinat masalah kesehatan pada sekelompok orang/masyarakat serta Determinannya (Faktor – factor yang mempengaruhinya). Suatu ilmu yang awalnya mempelajari timbulnya, perjalanan, dan pencegahan pada penyakit infeksi menular. Tapi dalam perkembangannya hingga saat ini masalah yang dihadapi penduduk tidak hanya penyakit menular saja, melainkan juga penyakit tidak menular, penyakit degenaratif, kanker, penyakit jiwa, kecelakaan lalu lintas, dan sebagainya. Oleh karena itu, epidemiologi telah menjangkau hal tersebut. Studi epidemiologi dibagi menjadi 2 yaitu: studi epidemiologi deskriptif dan analitik. Studi epidemiologi deskriptif yaitu studi cross sectional atau studi potong lintang atau studi prevalensi, dan studi studi epidemiologi analitik adalah studi penelitian di bidang

Upload: hartini-sri-utami

Post on 15-Jan-2016

63 views

Category:

Documents


3 download

DESCRIPTION

Studi epidemiologi kohort

TRANSCRIPT

Page 1: Paper Kohort

1

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Jika ditinjau dari asal kata Epidemiologi berasal dari bahasa Yunani yang

terdiri dari 3 kata dasar yaitu EPI yang berarti PADA atau TENTANG, DEMOS

yang berati PENDUDUK dan kata terakhir adalalah LOGOS yang berarti ILMU

PENGETAHUAN. Jadi EPIDEMILOGI adalah ILMU YANG MEMPELAJARI

TENTANG PENDUDUK. Sedangkan dalam pengertian modern pada saat ini

EPIDEMIOLOGI adalah : “Ilmu yang mempelajari tentang Frekuensi dan Distribusi

(Penyebaran) serta Determinat masalah kesehatan pada sekelompok

orang/masyarakat serta Determinannya (Faktor – factor yang mempengaruhinya).

Suatu ilmu yang awalnya mempelajari timbulnya, perjalanan, dan pencegahan pada

penyakit infeksi menular. Tapi dalam perkembangannya hingga saat ini masalah

yang dihadapi penduduk tidak hanya penyakit menular saja, melainkan juga penyakit

tidak menular, penyakit degenaratif, kanker, penyakit jiwa, kecelakaan lalu lintas,

dan sebagainya. Oleh karena itu, epidemiologi telah menjangkau hal tersebut.

Studi epidemiologi dibagi menjadi 2 yaitu: studi epidemiologi deskriptif dan

analitik. Studi epidemiologi deskriptif yaitu studi cross sectional atau studi potong

lintang atau studi prevalensi, dan studi studi epidemiologi analitik adalah studi

penelitian di bidang epid yang bertujuan untuk melihat hubungan beberapa sifat yang

terdapat pada suatu masalah kesehatan. Penelitian epidemiologi analitik terdiri atas 2,

yaitu: studi observasional yang terdiri atas studi potong lintang/ cross sectional

study, studi kohort/ follow up/ incidensi/ longitudinal/ prospektif studi, studi case

control study/ studi retrospektif, dan studi eksperimen yang terdiri atas true

eksperimental dan quasy eksperimental.

Pada makalah ini, akan dibahas khusus mengenai studi epidemiologi analitik

observasional yaitu studi kohort atau studi prospektif yang bertujuan mencari

1.2 Tujuan

1.2.1 Tujuan Umum

Memahami dan mempraktikkan studi epidemiologi kohort

1

Page 2: Paper Kohort

2

1.2.2 Tujuan Khusus

1. Mengetahui definisi studi kohort

2. Mengetahui karakteristik studi kohort

3. Mengetahui bentuk-bentuk studi kohort

4. Mengetahui tahapan studi kohort

5. Mengetahui kelebihan studi kohort

6. Mengetahui kekurangan studi kohort

1.3 Sistematika Penulisan

Adapun sistematika penulisan makalah ini adalah: BAB 1 Pendahuluan yang

terdiri atas latar belakang, tujuan umum dan khusus, sistematika penulisan, manfaat,

BAB 2 Pembahasan yang terdiri atas definis studi kohort, karakteristik studi kohort,

bentuk-bentuk studi kohort, tahapan studi kohort, kelebihan, dan kekurangan studi

kohort, BAB 3 yang terdiri atas kesimpulan dan saran.

1.4 Manfaat

1.4.1 Manfaat Teoritis

Dapat mengetahui hubungan antara paparan dan penyakit dengan cara

membandingkan kelompok terpapar dan kelompok tak terpapar dari kelompok yang

memiliki karakteristik tertentu dengan follow up variabel sebab yang saat ini ada

diikuti akibatnya pada saat nanti dalam waktu tertentu, khususnya dalam kasus

kesehatan reproduksi.

1.4.2 Manfaat Praktis

Dapat menerapkan studi kohort pada kasus kesehatan reproduksi yang sering

terjadi di masayarakat.

Page 3: Paper Kohort

3

BAB 2

PEMBAHASAN

2.1 Definisi Studi Epidemiologi Kohort

Penelitian Observasional kohort merupakan penelitian epidemiologis analitis

noneksperimental yang didasarkan pada pengamatan sekelompok penduduk tertentu

dalam satu jangka waktu tertentu. Kelompok kohort adalah sekelompok penduduk

yang memiliki persamaan dalam hal tertentu dan merupakan kelompok yang diamati

sampai batas waktu tertentu. Dalam epidemiologi, subjek dalam studi kohort dipilih

berdasarkan beberapa karakteristik tertentu yang dianggap sebagai faktor risiko

terjadinya penyakit atau gangguan kesehatan tertentu. Pada dasarnya studi kohort

didasarkan pada pertanyaan "apa yang akan terjadi?" sehingga dengan demikian

pengamatan ini bersifat prospektif.

Kelompok penduduk yang diamati/diteliti (kelompok kohort) merupakan

kelompok penduduk dengan dua kategori tertentu yakni yang terpapar dan yang tidak

terpapar terhadap factor yang dicurigai sebagai faktor risiko atau penyebab. Pada

awal penelitian, semua anggota kelompok kohort harus bebas/tidak menderita

penyakit atau mengalami gangguan kesehatan yang sedang diteliti, artinya semua

yang menderita atau yang dicurigai menderita penyakit/out put yang akan diteliti

harus dikeluarkan dari kelompok kohort.

Pengamatan (studi) kohort dapat bersifat deskriptif maupun analitis. Kohort

deskriptif adalah pengamatan kohort yang bertujuan hanya untuk menjelaskan

insidensi atau akibat yang terjadi terhadap populasi kohort setelah diamati dan diikuti

selama jangka waktu tertentu. Sedangkan pengamatan kohort analitis bertujuan untuk

menganalisis hubungan antara faktor risiko (efek keterpaparan) dengan kejadian

penyakit atau gangguan kesehatan yang terjadi selama/setelah waktu pengamatan.

Sesuai dengan sifat pengamatannya, studi kohort disebut juga sebagai follow

up study, atau longitudinal prospective study. Dalam merancang studi kohort analitis,

peneliti harus menetapkan hipotesis penelitian serta menentukan faktor-faktor risiko

yang akan diamati, hasil kejadian atau hasil luaran (penyakit atau gangguan

kesehatan) yang diharapkan terjadi, serta lamanya waktu pengamatan.

3

Page 4: Paper Kohort

4

2.2 Karakteristik Studi Epidemiologi Kohort

Pada studi kohort, pemilihan subjek dilakukan berdasarkan status paparannya,

kemudian dilakukan pengamatan dan pencatatan apakah subyek mengalami outcome

yang diamati  atau tidak. Studi kohort memiliki karakteristik:

1. Studi kohort bersifat observasional

2. Pengamatan dilakukan dari sebab ke akibat

3. Studi kohort sering disebut sebagai studi insidens

4. Terdapat kelompok kontrol

5. Terdapat hipotesis spesifik

6. Dapat bersifat prospektif ataupun retrospektif

7. Untuk kohort retrospektif, sumber datanya menggunakan data

sekunder

2.3 Bentuk-Bentuk Studi Kohort

Studi kohort pada dasarnya dapat dibagi dalam dua kelompok utama yakni

kohort prospektif dan kohort retrospektif (historical cohort study). Di samping itu,

dikenal pula suatu modifikasi studi kohort yakni nested case-control study yakni

suatu bentuk pengamatan kohort yang menggunakan analisis bentuk kasus-kelola

(case control study).

2.3.1 Kohort prospektif

Bentuk pengamatan ini merupakan bentuk studi kohort yang murni sesuai

dengan sifatnya. Pengamatan dimulai pada saat populasi kohort belum mengalami

akibat yang diteliti dan hanya diketahui kelompok yang terpapar (berisiko) dan yang

tidak terpapar. Bentuk ini ada dua macam yaitu (1) kohort prospektif dengan

pembanding internal, di mana kelompok yang terpapar dan yang tidak terpapar

(sebagai kelompok pembanding atau kontrol) berasal dari satu populasi yang sama;

(2) kohort prospektif dengan pembanding eksternal di mana kelompok terpapar dan

kelompok pembanding tidak berasal dari satu populasi yang sama.

Pada bentuk pertama, populasi kohort dibagi dalam dua kelompok yakni yang

terpapar dan yang tidak terpapar sebagai kelompok pembanding. Kedua kelompok

tersebut diikuti secara prospektif sampai batas waktu penelitian, di mana akan

muncul dari kelompok terpapar dua subkelompok yakni subkelompok yang

mengalami akibat/efek (a) dan yang tidak mengalami akibat (b). Sedangkan dari

kelompok yang tidak terpapar akan muncul juga dua subkelompok yakni yang

mengalami akibat (c) dan yang tidak mengalami akibat (d). Dari hasil pengamatan

Page 5: Paper Kohort

5

kohort tersebut, peneliti dapat menghitung insiden kejadian dari kelompok yang

terpapar dan insiden kejadian dari kelompok yang tidak terpapar dan kemudian dapat

dihitung; angka resiko relatif hasil pengamatan.

Pada bentuk kedua dari kohort prospektif adalah populasi kohort terdiri dari dua

populasi yang berbeda, dengan satu populasi mengalami keterpaparan (ada faktor

risiko) dan populasi lainnya tanpa faktor risiko.

Bentuk studi kohort dengan pembanding eksternal ini harus memperhatikan sifat

kedua populasi awal (populasi yang terpapar dan pembanding) yakni sifat-sifat

populasi di luar faktor keterpaparan atau faktor risiko yang diteliti. Hasil luaran

terjadinya efek yang diamati pada kedua populasi ini, memberikan nilai rate insiden

populasi yang terpapar dan rate insiden populasi yang tidak terpapar.

2.3.2 Kohort retrospektif

Umumnya studi kohort bersifat prospektif, di mana peneliti memula

pengamatan dengan mengidentifikasi kelompok dengan faktor risiko (terpapar) dan

Page 6: Paper Kohort

6

kelompok tanpa faktor risiko (tidak terpapar), kemudian diamati akibat yang

diharapkan terjadi sepanjang waktu tertentu. Namun demikian, studi kohort dapat

pula dilakukan dengan menggunakan data yang telah dikumpulkan pada waktu yang

lalu yang tersimpan dalam arsip atau bentuk penyimpanan data lainnya.

Umpamanya seorang peneliti yang ingin menganalisis faktor-faktor risiko dari

78 orang penderita stroke yang berasal dari kelompok pegawai perusahaan tertentu

yang dijumpainya dalam dua tahun terakhir, dengan menelusuri catatan kesehatan

penderita tersebut sejak bekerja pada perusahan yang dimaksud. Contoh lain adalah

pengamatan terhadap sejumlah pegawai bagian produksi dari suatu pabrik semen

tertentu yang sedang menderita sejenis penyakit gangguan pernapasan. Peneliti

mencoba mengamati faktor risiko yang berhubungan dengan penyakit tersebut

dengan menelusuri data kesehatan dan faktor lingkungan tempatnya bekerja sejak

pegawai tersebut mulai bekerja pada pabrik tadi.

Prinsip studi kohort retrospektif tetap sama dengan kohort biasa, namun pada

bentuk ini, pengamatan dimulai pada saat akibat (efek) sudah terjadi. Yang

terpenting dalam bentuk ini adalah populasi yang diamati tetap memenuhi syarat

populasi kohort dan yang diamati adalah faktor risiko masa lalu yang diperoleh

melalui pencatatan data yang lengkap. Dengan demikian, bentuk penelitian

retrospektif kohort hanya dapat dilakukan bila data tentang faktor risiko tercatat

dengan baik sejak terjadinya keterpaparan pada populasi yang sama dengan efek

yang ditemukan pada awal pengamatan.

Pada dasarnya keunggulan studi kohort prospektif dijumpai pula pada kohort

retrospektif, namun kohort retrospektif membutuhkan biaya yang lebih rendah.

Kelemahannya terletak pada kualitas pengukuran dan pencatatan faktor risiko yang

Page 7: Paper Kohort

7

telah berlalu sehingga sangat ditentukan oleh kualitas data yang telah dikumpulkan

pada waktu yang lalu.

2.4 Langkah-Langkah Kegiatan Pada Studi Kohort

Untuk melaksanakan suatu studi kohort, dianjurkan melakukan persiapan

disertai dengan tahapan-tahapan kegiatan yang sistematis untuk memudahkan

pelaksanaannya.

2.4.1 Merumuskan pertanyaan penelitian

Langkah awal dari suatu studi kohort adalah merumuskan masalah atau

pertanyaan penelitian yang kemudian akan mengantar peneliti merumuskan hipotesis

penelitian yang lebih tepat/sesuai. Dari formulasi hipotesis tersebut, akan tercermin

berbagai variabel yang menjadi variabel penelitian, baik yang bersifat variabel bebas,

variabel terikat (dependent) maupun variabel-variabel lainnya yang harus menjadi

perhatian peneliti, antara lain variabel kendali (kontrol), variabel pengganggu serta

variabel lainnya yang harus dipertimbangkan.

2.4.2 Penetapan populasi kohortDalam memilih populasi kohort harus diperhatikan beberapa hal tertentu

seperti berikut:

Populasi kohort sedapat mungkin agak stabil

Populasi kohort dapat bekerja sama selama penelitian;

Populasi kohort mudah diamati dan mudah terjangkau untuk follow up selama

penelitian;

Populasi kohort memiliki derajat keterpaparan yang cukup

Anggota kohort tidak sedang menderita penyakit yarig akan diamati.

Dalam hal ini peneliti harus yakin bahwa kelompok kohort dan kelompok

kontrol betul-betul tidak sedang menderita atau dicurigai sedang menderita (suspect

case) efek yang akan diteliti. Subjek yang terpilih dari populasi harus memenuhi

kriteria pemilihan, meliputi kriteria inklusif dan eksklusif. Disebut kriteria inklusif

adalah karakteristik umum subjek penelitian pada populasi target dan populasi

kontrol. Sering terdapat kendala untuk mendapatkan kriteria yang sesuai dengan

masalah penelitian yang telah ditetapkan. Untuk menghadapi hal tersebut dapat

dilakukan penyimpangan ilmiah sampai batas-batas tertentu, tetapi hal ini harus

dijelaskan dalam laporan penelitian tentang penyimpangan tersebut yang merupakan

jarak antara idealis ilmiah dengan kondisi yang dihadapi. Kriteria eksklusif bila

Page 8: Paper Kohort

8

dalam memilih subjek penelitian, sebagian subjek yang telah memenuhi kriteria

inklusif, namun harus dikeluarkan dari pengamatan karena beberapa hal antara lain.

1. Terdapat keadaan atau penyakit lain pada subjek yang dapat mengganggu

pengukuran maupun interpretasi hasil penelitian, umpamanya bila terdapat

predisposisi atau faktor genetis yang dapat mempengaruhi hasil pengamatan.

2. Terdapat keadaan yang dapat mengganggu pelaksanaan studi, umpamanya

mereka yang tidak mempunyai alamat yang tetap sehingga sulit diamati.

3. Adanya hambatan etis, kultur atau kepercayaan individual maupun masyarakat

untuk dapat berpartisipasi.

4. Kemungkinan subjek yang akan diteliti, akan menolak berpartisipasi.

Sumber populasi kohor dapat berasal dari berbagai kelompok populasi.

1. Kelompok penduduk yang tergabung/berada dalam satu wilayah pelayanan

kesehatan

2. tertentu.

3. Kelompok pekerja pada satu perusahaan tertentu/atau instansi tertentu.

4. Kelompok penduduk dengan kondisi kesehatan yang menggunakan pelayanan

tertentu

5. seperti kelompok akseptor, kelompok dengan pengobatan radiasi dan lain-lain.

6. Kelompok penduduk dengan asuransi kesehatan tertentu.

7. Untuk populasi yang tidak terpapar (sebagai pembanding) dapat berasal dari :

penduduk kelompok kohor yang sama,

populasi umum asal populasi kohor,

populasi lain yang memiliki keadaan yang sama dengan populasi kohor yang

terpapar (populasi target), tetapi tidak terpapar.

Semua anggota kelompok tersebut harus diperiksa sebelum pengamatan dimulai.

Dalam memilih populasi kohor ada beberapa faktor yang secara rinci perlu

diperhatikan pula;

1. Komparabilitas sampel, artinya sedapat mungkin kelompok studi memiliki

atribut yang sama (tidak berbeda atau sebanding) dengan kelompok kontrol untuk

menghindari bias seleksi yang dapat mempengaruhi hasil penelitian.

2. Frekuensi faktor risiko, artinya bila faktor risiko tinggi maka diusahakan

memilih populasi penelitian yang berasal dari masyarakat umum (komunitas).

Sebaliknya, bila faktor risiko rendah atau jarang diketemukan, maka populasi

Page 9: Paper Kohort

9

penelitian dapat dipilih dari orang-orang (individu) yang mempunyai risiko tinggi

untuk menderita penyakit yang diteliti.

3. Frekuensi penyakit di mana semakin kecil atau rendah frekuensi kejadian

penyakit dalam masyarakat, semakin besar sampel yang diperlukan, yang disertai

dengan waktu follow up yang lebih lama.

4. Derajat sensitivitas pengamatan dimana setiap peningkatan faktor risiko

dengan presisi yang tinggi akan menyebabkan ukuran besarnya sampel yang

diperlukan akan menjadi bertambah besar pula.

5. Representatif populasi penelitian, artinya populasi yang dipilh sedapat

mungkin mendekati ciri-ciri yang diinginkan untuk dianalisis, baik untuk

kelompok studi maupun untuk kelompok kontrol.

6. Tingkat asesibilitas, artinya populasi yang dipilih harus mampu memberikan

informasi lengkap mengenai segala sesuatunya yang berhubungan dengan faktor

risiko dan proses terjadinya penyakit.

2.4.3 Besarnya sampel

Sebagaimana diketahui bahwa pada hipotesis nol (Ho) biasanya dinyatakan

bahwa besarnya kelompok yang akan menderita penyakit yang diteliti pada

kelompok terpapar tidak berbeda dengan kelompok yang tidak terpapar sehingga

nilai Risiko Relatifnya menjadi satu (RR = 1). Sedangkan hipotesis alternant dapat

bersifat satu sisi atau dua sisi dengan RR > 1 atau RR < 1 atau tidak sama dengan

satu (RR ≠ 1). Dalam menentukan besarnya sampel pada penelitian ini, umumnya

pada sebagian kasus, besarnya RR dan P2 ditentukan terlebih dahulu sedangkan P1

dihitung dari kedua nilai tersebut. Besarnya sampel untuk pengujian dua sisi

menjadi:

2.4.4 Sumber keterangan keterpaparan

Sumber keterangan tentang adanya dan besarnya derajat keterpaparan dapat

diperoleh dari berbagai sumber yang dapat dipercaya kebenarannya.

1. Dari status/kartu pemeriksaan kesehatan berkala dengan berbagai sifat tertentu

seperti tekanan darah, kadar kolesterol, dan lain lain.

Page 10: Paper Kohort

10

2. Dari kartu pelayanan kesehatan khusus seperti kartu KB, kartu pengobatan

radiologis dan lain lain.

3. Wawancara langsung dengan anggota kohor, terutama tentang kebiasaan sehari

hari seperti merokok, pola makanan, kebiasaan olah raga dan lain lain.

4. Keterangan hasil pemeriksaan Lingkungan (fisik, biologis dan sosial) termasuk

lingkungan kerja, tempat tinggal, dan lain lain.

2.4.5 Identifikasi Subjek

Subjek pada pengamatan kohor dapat dengan efek negatif maupun dengan efek

positif. Pada studi kohor prospektif umpamanya, kedua kondisi ini dapat terjadi pada

akhir pengamatan di mana efek positif dan negatif dapat dijumpai baik pada

kelompok terpapar (kelompok target) maupun pada kelompok yang tidak terpapar

(kelompok kontrol). Pada pengamatan kohor prospektif dengan kontrol internal,

kelompok kontrol terbentuk secara alamiah, artinya diambil dari populasi kohor yang

tidak terpapar dengan faktor resiko yang diamati.

Pada bentuk kohor dengan pembanding internal seperti ini, mempunyai

keuntungan tersendiri karena: pertama, kedua kelompok (target dan kontrol) berasal

dari populasi yang sama, dan kedua, terhadap kedua kelompok tersebut dapat

dilakukan follow-up dengan tata cara dan waktu yang sama.

Dalam pelaksanaannya, perbedaan adanya faktor risiko pada kelompok target

dan absennya pada kelompok kontrol dapat berupa taktor risiko internal (seperti

rentannya kelompok target terhadap gangguan kesehatan atau penyakit tertentu),

dapat pula sebagai faktor risiko eksternal (umpamanva adanya faktor lingkungan

atau perilaku maupun kepercayaan kelompok tertentu yang dapat mempermudah

seseorang terkena penyakit atau gangguan kesehatan tertentu). Di samping itu, pada

kelompok kontrol internal. Perbedaan faktor risiko antara dua kelompok yang

diamati dapat pula hanya berbeda pada intensitas, kualitas, dan waktu keterpaparan,

umpamanva perokok aktif dan mereka yang berada di sekitar perokok aktif tersebut.

Pada penelitian kohor, pemilihan anggota kelompok kontrol biasanya tidak

diperlukan teknik matching (penyesuaian) dengan anggota kelompok target, terutama

bila subjek yang diteliti jumlahnya cukup besar, atau bila proporsi subjek dengan

faktor risiko (kelompok target) jauh lebih besar bila dibanding dengan kelompok

kontrol. Namun dalam beberapa keadaan tertentu, teknik matching perlu

dipertimbangkan, misalnya apabila peneliti ingin mengetahui besarnya pengaruh

Page 11: Paper Kohort

11

pemapaparan yang lebih akurat, pada penelitian dengan besarnya sampel terbatas,

atau pada keadaan di mana proporsi kelompok target lebih kecil bila dibanding

dengan kelompok kontrol. Namun demikian, bila variabel luar cukup banyak

ragamnya, teknik matching akan sulit dilakukan, dan apabila tetap dipaksakan, akan

mengakibatkan jumlah subjek akan lebih kecil sehingga sulit mengambil kesimpulan

yang definitif.

Untuk penelitan kohor, perlu mendapatkan perhatian utama dalam menentukan

hasil luaran secara standar, apa positif atau negatif (menderita atau tidak menderita

penyakit yang diteliti). Pada penelitian ini kemungkinan timbulnya negatif palsu

cukup besar bila tidak dilakukan standar penentuan diagnosis.

2.4.6 Memilih kelompok kontrol (pembanding)

Kelompok kontrol dalam penelitian kohor adalah kumpulan subjek yang tidak

mengalami pemaparan atau pemaparannya berbeda dengan kelompok target.

Perbedaan antara kelompok target dengan kelompok kontrol dapat dalam beberapa

bentuk.

Pada subjek dengan taktor risiko internal maka kelompok target dengan variabel

taktor risiko tersebut, sedangkan kelompok kontrol tanpa variabel tersebut pada

populasi vang sama.

Subjek dengan faktor risiko eksternal yang biasanya berupa variabel lingkungan,

di mana kelompok target berada/hidup pada lingkungan tersebut sedangkan

kelompok kontrol bebas dari pengaruh lingkungan bersangkutan.

Bila keduanya mengandung faktor risiko maka kelompok kontrol dipilih dari

mereka dengan dosis faktor risiko yang lebih sedikit (intensitas, kualitas,

kuantitas, dan waktu pemaparan yang lebih rendah) dibanding kelompok target.

Sebagaimana disebutkan di atas bahwa pemilihan kelompok kontrol pada

rancangan kohor biasanya tidak disertai dengan teknik matching. Keadaan tanpa

teknik matching biasanya pada pemilihan kelompok kontrol seperti berikut.

Penelitian yang melibatkan subjek yang besar.

Penelitian dalam satu populasi atau sampel yang proporsi kelompok yang

terpapar dengan faktor risiko jauh lebih besar dibanding dengan kelompok tanpa

risiko (kontrol).

Sedangkan yang dianjurkan melakukan teknik matching pada pemilihan

kelompok kontrol adalah pada kondisi berikut.

Page 12: Paper Kohort

12

Penelitian yang bertujuan untuk mengetahui pengaruh faktor risiko secara teliti

dan mendalam.

Penelitian yang subjeknya sangat terbatas jumlahnya.

Penelitian dengan proporsi subjek yang terpapar jauh lebih kecil.

2.4.7 Pengamatan hasil luaran (timbulnya kejadian)

Pengamatan terhadap kedua kelompok (target dan kontrol) dilakukan secara

bersamaan selama jangka waktu tertentu. Lamanya waktu pengamatan prospektif

kohor tergantung pada karakteristik penyakit atau kejadian yang diharapkan timbul,

dan hal ini sangat dipengaruhi oleh sifat patogenesis serta perkembangan

penyakit/masalah kesehatan yang diteliti. Untuk jenis penyakit keganasan, misalnya

timbulnya kanker hati pada kelompok target dengan faktor risiko adanya HBs-Ag

positif, diperlukan periode pengamatan yang cukup lama (dapat sampai puluhan

tahun), sedangkan sebaliknya hubungan antara perokok pasif (asap rokok sebagai

faktor risiko) dengan keadaan kelahiran bayi (BBLR) dari satu proses kehamilan

dibutuhkan masa pengamatan hanya 9 bulan untuk setiap subjek.

Pengamatan terhadap timbulnya akibat, dapat dilakukan dengan hanya

pengamatan tunggal yakni menunggu sampai terjadinya efek sebagai hasil akhir,

tetapi dapat pula dengan pengamatan berkala, caranya setiap subjek diamati secara

periodik menurut interval waktu tertentu, termasuk pengamatan pada akhir

penelitian. Di samping itu, dapat pula dilakukan analisis perbandingan antara

kelompok target dan kelompok kontrol dengan memperhitungkan unsur waktu

sebagai unit analisis sehingga dengan demikian perbandingannya menggunakan

skala rasio.

Penentuan hasil akhir yakni penentuan tentang timbulnya akibat harus

dilakukan berdasarkan kriteria baku yang telah disusun pada awal penelitian. Untuk

mengurangi bias, sebaiknya penilaian dilakukan dengan sistem "blind" di mana

penilai tidak mengetahui apakah yang dinilainya adalah kelompok target atau

kelompok kontrol, walaupun hal demikian agak sulit diterapkan.

Salah satu masalah yang sering terjadi pada pengamatan bentuk kohor adalah

hilangnya subjek dari pengamatan (lost to follow up), terutama pada pengamatan

yang membutuhkan waktu yang cukup lama. Oleh sebab itu bila sejak awal diketahui

bahwa ada subjek yang akan berpindah tempat, sebaiknya tidak diikutsertakan pada

penelitian. Bila subjek dipilih dengan teknik matching, maka setiap subjek yang

hilang dari pengamatan, pasangannya harus dihapus pula dari pengamatan. Apabila

Page 13: Paper Kohort

13

jumlah subjek yang hilang dari pengamatan cukup besar, pengamatan harus

dihentikan.

Untuk mengantisipasi adanya mereka yang hilang dari pengamatan, dapat

dilakukan perhitungan person years pada akhir pengamatan.

1. Subjek menolak ikut/drop-out selama penelitian, sedangkan kegiatan penelitian

tetap teruskan, dapat dilakukan analisis hasil sebagai berikut :

usahakan keterangan tentang keadaan insiden mereka yang drop-out/menolak

ikut;

bandingkan sifat karakteristik tertentu mereka yang menolak/drop out dengan

populasi kohor

follow up mereka yang menolak drop out melalui sarana lain; dan

melakukan pemeriksaan berkala yang lebih sering pada kelompok kohor untuk

menilai kecenderungan penyakit yang diteliti dari waktu ke waktu.

2. Perhitungan person years dilakukan terutama pada:

anggota kohor memasuki kelompok penelitian tidak bersamaan waktunya;

sejumlah anggota kohor meninggal atau drop-out selama masa penelitian

3. Perhitungan hasil akhir pada mereka yang drop out :

adakan perhitungan nilai rate maksimal (mereka yang ; drop out dianggap

menderita semua);

adakan perhitungan dengan rate minimal (mereka yang drop out dianggap

tidak

menderita);

adakan perhitungan dengan menganggap yang drop out sama keadaannya

dengan yang tidak drop out; dan

adakan perhitungan dengan menambahkan penyebut sebesar setengah dari

jumlah drop out.

Follow-up terhadap subjek, baik sebelum, selama, atau setelah mengalami

keterpaparan merupakan hal yang cukup penting dan sangat mempengaruhi hasil

luaran penelitian kohor. Penentuan dimulainya follow-up merupakan hal yang

penting dan berbagai hasil yang diamati sangat dipengaruhi oleh waktu awal follow-

up tersebut. Hal ini erat hubungannya dengan awal keterpaparan maupun awal setiap

anggota kelompok memasuki pengamatan. Hal lain yang juga sangat penting dalam

penelitian ini adalah lamanya masa pengamatan. Sebagaimana dikatakan

Page 14: Paper Kohort

14

sebelumnya, bahwa lama pengamatan sangat tergantung pada sifat dan jenis penyakit

yang diamati.

2.4.8 Perhitungan hasil penelitian (insinden dan risiko)

Hasil penelitian kohort biasanya dianalisis berdasarkan besarnya insiden

kejadian pada akhir pengamatan terhadap kelompok yang terpapar dibandingkan

dengan kelompok kontrol. Dalam analisis demikian ini, selain mereka yang tidak

terpapar sebagai kelompok kontrol, juga dimungkinkan membandingkan tingkat

keterpaparan yang berbeda antara kelompok target dengan kelompok kontrol. Hasil

perhitungan adalah dengan menentukan besarnya pengaruh keterpaparan atau

hubungan tingkat keterpaparan dengan hasil luaran (efek).

Ukuran yang sering digunakan untuk menilai besarnya pengaruh taktor

keterpaparan terhadap kejadian adalah tingkat risiko relatif (RR).

Risiko relatif (RR) disebut juga Rasio Insiden Kumulatif (Cumulatif Incidence

Ratio) adalah ukuran yang menunjukkan berapa kali (lebih besar atau lebih kecil)

risiko secara relatif untuk mengalami kejadian (penyakit atau kematian) pada

populasi terpapar bila dibandingkan dengan mereka yang tidak terpapar. Perhitungan

RR dapat dilihat pada contoh tabel di atas tadi.

Besarnya rate insiden (IR) umum : Jumlah penderita/jumlah yang diamati (ingat

perhitungan terhadap drop out dan Iain-lain):

Page 15: Paper Kohort

15

Besarnya rate insiden kelompok terpapar (IRT): Jumlah penderita dari kelompok

terpapar/ jumlah semua anggota kohor yang terpapar:

Besarnya rate insiden yang tidak terpapar (IR ) : Jumlah penderita dari kelompok

yang tidak terpapar/jumlah anggota kohor yang tidak terpapar.

Besarnya risk relatif (RR) : rate insiden yang terpapar/rate insiden yang tidak

terpapar.

Nilai RR menyatakan besarnya risiko (kemungkinan) untuk menderita bagi

mereka yang terpapar dibanding dengan mereka yang tidak terpapar atau

memperlihatkan besarnya pengaruh keterpaparan terhadap timbulnya penyakit.

Risiko relatif merupakan nilai perbandingan (rasio) antara rate insiden kelompok

terpapar dengan rate insiden kelompok yang tidak terpapar, pada akhir pengamatan.

Bila nilai RR = 1 artinya tidak ada pengaruh antara keterpaparan dengan kejadian

penyakit. Bila nilai RR > 1 artinya ada pengaruh positif di mana faktor keterpaparan

mempunyai peranan dalam timbulnya kejadian yang diamati. Makin besar nilai RR,

makin besar pula nilai kelipatan pengaruh tersebut. Sedangkan bila nilai RR < 1,

artinya faktor keterpaparan bukan merupakan risiko kejadian penyakit, tetapi

mempunyai efek pencegahan terjadinya penyakit.

Selain nilai risiko relatif tersebut di atas, dikenal pula nilai perbedaan rate

insiden dari kedua kelompok yang diamati, dan nilai ini disebut risiko atribut

(Attributable Risk). Besarnya risiko atribut (RA) adalah selisih antara rate insiden

kelompok terpapar dengan rate insiden kelompok yang tidak terpapar.

Page 16: Paper Kohort

16

Nilai RA ini menunjukkan besarnya pengaruh bila faktor keterpaparan

dihilangkan atau untuk melihat besarnya kemungkinan dalam usaha pencegahan

penyakit. Kedua nilai tersebut di atas mempunyai arti tersendiri yaitu risiko relatif

menunjukkan berapa besarnya pengaruh faktor keterpaparan terhadap kejadian

penyakit maupun kematian, sedangkan risiko atribut mempunyai kepentingan dalam

kesehatan masyarakat di mana frekuensi kejadian dapat diperki-rakan pada suatu

populasi tertentu.

Untuk menganalisis hasil akhir suatu pengamatan kohort, harus dianalisis

apakah setiap nilai yang diperoleh pada pengamatan, memenuhi syarat serta betul-

betul sesuai dengan ketentuan penelitian. Di samping itu, nilai yang dicapai harus

memberikan gambaran hubungan penyebab (causality associated) dengan

memperhatikan syarat-syarat yang telah dikemukakan terdahulu. Di bawah ini

diberikan suatu contoh perbandingan antara nilai risiko relatif dengan risiko atribut

antara perokok ringan dengan perokok berat untuk penyakit kanker paru-paru dengan

penyakit jantung kardiovaskuler.

Dari tabel tersebut tampak bahwa risiko relatif kanker paru-paru dengan

perokok berat sampai 32 kali dan jauh lebih besar bila dibanding dengan penyakit

jantung kardiovaskuler, tetapi resiko atribut keduanya hampir sama.

Contoh: Penelitian tentang hubungan antara kehamilan di luar rahim dengan

pemakaian IUD. Untuk penelitian ini diambil sebanyak 100 orang yang memakai

IUD dan 100 orang bukan pemakai IUD sebagai kelompok kontrol. Dari hasil

pengamatan selama 5 tahun menunjukkan bahwa dari 100 orang akseptor IUD

terdapat insidens kehamilan di luar rahim sebanyak 15 orang dan pada kelompok

kontrol sebanyak 7 orang. Hitunglah besarnya resiko relatifnya!

Kehamilan Di Luar Rahim

Pemakaian IUDHamil di luar rahim

Hamil tidak di luar rahim

Memakai IUD 15 85

Page 17: Paper Kohort

17

Tidak memakai IUD 7 93

RR =

aa+b

cc+d

=

15100

7100

= 2,142

RR > 1 artinya ada pengaruh positif di mana faktor keterpaparan (pemakaian IUD)

mempunyai peranan dalam timbulnya kejadian yang diamati (kehamilan di luar

rahim).

2.5 Kelebihan Studi Kohort

Ada beberapa kelebihan dari penelitian kohor bila dibanding dengan bentuk

penelitian epidemiologi lainnya;

1. Pada prinsipnya, penelitian ini memberikan gambaran yang cukup lengkap

tentang pengaruh dan sifat keterpaparan (hubungan keterpaparan dengan kejadian

penyakit serta sifat penyakit yang diteliti).

2. Memungkinkan mengamati/meneliti pengaruh efek ganda dari suatu sifat

keterpaparan (penyebab) sehingga dapat memberikan gambaran besarnya

pengaruh taktor keterpaparan seperti halnya pengaruh taktor risiko.

3. Memungkinkan perhitungan rate secara langsung yakni insiden penyakit pada

kelompok terpapar dan tidak terpapar.

4. Memungkinkan mencatat berbagai variabel yang dapat ditemukan/diamati secara

jelas dan sistematis.

5. Memungkinkan melakukan quality control (pengawasan kualitas) dalam setiap

pengukuran variabel yang diamati.

2.6 Kekurangan Studi Kohort

Adapun keterbatasan studi ini, yaitu:

1. Membutuhkan jumlah penduduk yang cukup besar untuk pengamatan penyakit

yang jarang terjadi dalam masyarakat (rate insidennya rendah).

2. Membutuhkan waktu yang relatif lama untuk follow up pengamatan.

3. Kemungkinan pada faktor keterpaparan, sifat karakteristik penduduk atau jenis

kegiatan kelompok yang diamati mengalami perubahan selama pengamatan,

yang; dapat menyebabkan hasil akhir kurang relevan.

4. Biaya penelitian umumnya relatif mahal.

5. Dalam pelaksanaan follow up yang cukup lama, berbagai kesulitan dapat timbul

sehingga mengganggu follow up.

Page 18: Paper Kohort

18

6. Kontrol terhadap variabel eksternal/variabel yang tidak diperhitungkan mungkin

kurang lengkap dan mempengaruhi hasil penelitian.

BAB 3

PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Studi kohort merupakan salah satu studi analitik observasional

noneksperimental yang beertujuan mempelajari hubungan antara paparan dan

penyakit dengan cara membandingkan kelompok terpapar dan kelompok tak

terpapar. Kelompok-kelompok studi dengan karakteristik tertentu yang sama (yang

pada awalnya bebas penyakit) tetapi memiliki tingkat paparan yang berbeda

kemudian dibandingkan insidensi penyakit yang dialaminya selama periode waktu

tertentu. Istilah lain adalah penelitian kohort/forward study/follow up variabel sebab

yang saat ini ada, diikuti akibatnya pada saat nanti dalam waktu tertentu. Ada 2 studi

kohort yaitu kohort prospektif dan kohort retrospektif. Dalam menentukan hasil studi

ditentukan nilai resiko relatif (RR) yang menyatakan besarnya risiko (kemungkinan)

untuk menderita bagi mereka yang terpapar dibanding dengan mereka yang tidak

terpapar atau memperlihatkan besarnya pengaruh keterpaparan terhadap timbulnya

penyakit. Bila nilai RR = 1 artinya tidak ada pengaruh antara keterpaparan dengan

kejadian penyakit. Bila nilai RR > 1 artinya ada pengaruh positif di mana faktor

keterpaparan mempunyai peranan dalam timbulnya kejadian yang diamati. Makin

besar nilai RR, makin besar pula nilai kelipatan pengaruh tersebut. Sedangkan bila

nilai RR < 1, artinya faktor keterpaparan bukan merupakan risiko kejadian penyakit,

tetapi mempunyai efek pencegahan terjadinya penyakit. Studi kohort khususnya

digunakan dalam penelitian epidemiologi memiliki kelebihan dan kekurangan yang

dapat disesuaikan dengan studi yang kita lakukan.

3.2 Saran

3.2.1 Studi kohort digunakan dengan melihat adanya kelebihan dan kekurangan sehingga

dapat disesuaikan dengan penelitian yang akan dilakukan khususnya dalam kasus

kesehatan reproduksi.

Page 19: Paper Kohort

19

3.2.2 Perlu diberikan contoh kasus studi kohort yang lebih bervariasi khususnya dalam

kesehatan reproduksi

DAFTAR PUSTAKA

Gordis, Leon. 2004. Epidemiology. Philadelphia : Elsevier SaundersBudiarto, Eko. 2003. Metodologi Penelitian Kedokteran. Jakarta : Penerbit EGCSastroasmoro, Sudigdo dkk. 1995. Dasar-dasar Metodologi Penelitian Klinis. Jakarta :

Binarupa AksaraNoor, Nur Nasry. 2000. Pengantar Epidemiologi. Makasar : Fakultas Kesehatan

Masyarakat, Universitas Hasanuddin

18

Page 20: Paper Kohort

20

STUDI EPIDEMIOLOGI KOHORT

TUGAS MATA KULIAH EPIDEMIOLOGI

Dosen Pengampu: Dr. Hj. Susilowati Andajani, dr., MS.

Oleh:

Hartini Sri Utami(011314653010)

19

Page 21: Paper Kohort

21

PASCA SARJANA ILMU KESEHATAN REPRODUKSIFAKULTAS KEDOKTERAN

UNIVERSITAS AIRLANGGA SURABAYA2015

KATA PENGANTAR

Assalamualaikum Wr. Wb.

Puji syukur ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa karena atas rahmat dan hidayah-Nya

makalah Studi Epidemiologi Kohort telah disusun sebagai tugas mata kuliah Epidemiolgi

Program Pasca Sarjana Ilmu Kesehatan Reproduksi Fakultas Kedokteran Universitas

Airlangga Surabaya.

Kami sampaikan terima kasih kepada Dr. Hj. Susilowati Andajani, dr., MS. selaku

dosen pengampu mata kuliah Epidemiologi yang telah memberikan tambahan ilmu dan

menjadi fasilitator diskusi kami untuk mengembangkan ilmu mengenai Epidemiologi.

Kami menyadari dalam penyusunan makalah ini masih banyak kekurangan baik

dalam penulisan maupun isi. Oleh karena itu, penyusun memohon maaf dan mengucapkan

banyak terima kasih atas masukan serta saran untuk kesempurnaan makalah ini. Semoga

makalah ini dapat bermanfaat baik bagi kami selaku penyusun maupun para pembaca.

Wassalamualaikum Wr. Wb.

Sidoarjo, 20 April 2015

Penyusun

Page 22: Paper Kohort

22

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL...........................................................................................................iKATA PENGANTAR.........................................................................................................iiDAFTAR ISI.......................................................................................................................iiiBAB 1 PENDAHULUAN ................................................................................................1

1.1 Latar Belakang...............................................................................................11.2 Tujuan.............................................................................................................1

1.2.1 Tujuan Umum.......................................................................................11.2.2 Tujuan Khusus......................................................................................2

1.3 Sistematika Penulisan.....................................................................................21.4 Manfaat...........................................................................................................2

BAB 2 PEMBAHASAN....................................................................................................32.1 Definisi Studi Kohort.....................................................................................32.2 Karakteristik Studi Kohort.............................................................................42.3 Bentuk-Bentuk Studi Kohort..........................................................................42.4 Langkah-Langkah Studi Kohort.....................................................................72.5 Kelebihan Studi Kohort..................................................................................172.6 Kekurangan Studi Kohort...............................................................................17

BAB 3 PENUTUP.............................................................................................................183.1 Kesimpulan.....................................................................................................183.2 Saran...............................................................................................................18

DAFTAR PUSTAKA..........................................................................................................19