paper paru

33
BAB I PENDAHULUAN 1. Latar belakang Paru mempunyai fungsi utama untuk melakukan pertukaran gas, yaitu mengambil O 2 dari udara luar dan mengeluarkan CO 2 dari badan ke udara luar. Apabila paru berfungsi secara normal, tekanan parsial O 2 dan CO 2 di dalam darah akan dipertahankan seimbang, sesuai dengan kebutuhan tubuh. Pemeriksaan analisis gas darah merupakan pemeriksaan laboratorium yang penting sekali di dalam penatalaksanaan penderita akut maupun kronis, terutama penderita penyakit paru. Pemeriksaan analisis gas darah penting baik untuk menegakkan diagnosis, menentukan terapi, maupun untuk mengikuti perjalanan penyakit setelah mendapat terapi. Sama halnya dengan pemeriksaan EKG pada penderita jantung dan pemeriksaan gula darah penderita diabetes millitus. Dengan majunya ilmu pengetahuan, terutama setelah ditemukan alat astrup, tekanan parsial O 2 dan CO 2 serta pH darah dapat diukur dengan mudah. Pemeriksaan gas darah dan pH digunakan sebagai pegangan dalam penanganan pasien-pasien penyakit berat dan menahun. Pemeriksaan analisa gas darah dikenal juga 1

Upload: disoo

Post on 13-Jul-2016

28 views

Category:

Documents


1 download

DESCRIPTION

j

TRANSCRIPT

Page 1: Paper Paru

BAB I

PENDAHULUAN

1. Latar belakang

Paru mempunyai fungsi utama untuk melakukan pertukaran gas, yaitu mengambil

O2 dari udara luar dan mengeluarkan CO2 dari badan ke udara luar. Apabila paru

berfungsi secara normal, tekanan parsial O2 dan CO2 di dalam darah akan

dipertahankan seimbang, sesuai dengan kebutuhan tubuh. Pemeriksaan analisis gas

darah merupakan pemeriksaan laboratorium yang penting sekali di dalam

penatalaksanaan penderita akut maupun kronis, terutama penderita penyakit paru.

Pemeriksaan analisis gas darah penting baik untuk menegakkan diagnosis,

menentukan terapi, maupun untuk mengikuti perjalanan penyakit setelah mendapat

terapi. Sama halnya dengan pemeriksaan EKG pada penderita jantung dan

pemeriksaan gula darah penderita diabetes millitus. Dengan majunya ilmu

pengetahuan, terutama setelah ditemukan alat astrup, tekanan parsial O2 dan CO2 serta

pH darah dapat diukur dengan mudah.

Pemeriksaan gas darah dan pH digunakan sebagai pegangan dalam penanganan

pasien-pasien penyakit berat dan menahun. Pemeriksaan analisa gas darah dikenal

juga pemeriksaan ASTRUP yaitu suatu pemeriksaan gas darah yang dilakukan

melalui darah arteri. Gas darah arteri memungkinkan untuk pengukuran pH (dan juga

keseimbagan asam basa), oksigenasi, kadar karbondioksida, kadar biokarbonat,

saturasi oksigen, dan kelebihan atau kekurangan basa. Pemeriksaan gas darah arteri

dan pH sudah secara luas digunakan sebagai pegangan dalam penatalaksanaan pasien-

pasien penyakit berat yang akut dan mlenahun. Pemeriksaan gas darah juga dapat

menggambarkan hasil berbagai tindakan penunjang yang dilakukan, tetapi kita tidak

dapat Hmenegakkan suatu diagnosa hanya dari penelitian analisa gas darah dan

keseimbangan asam-basa saja, kita harus menghubungkan dengan riwayat penyakit,

pemeriksaan fisik, dan data-data laboratorium lainnya.

1

Page 2: Paper Paru

Gas darah memberikan informasi tentang oksigenasi,homeostasis CO2,dan

keseimbangan asam basa,dank arena itu merupakan alat terpenting yang digunakan

dalam mengevaluasi adekuasi fungsi paru.

Pada pemeriksaan Analisa Gas Darah ( AGD), cara pengambilan sample darah

arteri harus diperhatikan, sebab pada pengambilan darah arteri resiko komplikasi

lebih berbahaya daripada pengambilan darah vena. Oleh sebab itu seorang analis

harus mengerti tentang indikasi pengambilan darah arteri, persiapan alat yang akan

digunakan.

         

2

Page 3: Paper Paru

BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Defenisi

Analisa gas darah adalah suatu pemeriksaan melalui darah arteri dengan tujuan

mengetahui keseimbangan asam basa dalam tubuh, mengetahui kadar oksigen dalam

tubuh dan mengetahui kadar karbon oksida dalam tubuh.

Prosedur memerlukan beberapa keterampilan tetapi bila dikerjakan dengan tepat

akan hanya sedikit berisiko. Komplikasi, terjadi 0,58% dari waktu termasuk episode

vasovagal, nyeri lokal, dan hematoma kecil. Pemeriksaan gas darah arteri dan pH

sudah secara luas digunakan sebagai pegangan dalam penatalaksanaan pasien-pasien

penyakit berat yang akut dan menahun. Meskipun biasanya pemeriksaan ini

menggunakan spesimen dari darah arteri,jika sampel darah arteri tidak dapat

diperoleh suatu sampel vena campuran dapat digunakan.Pemeriksaan analisa gas

darah (AGD) penting untuk menilai keadaan fungsi paru-paru.

Ukuran-ukuran dalam analisa gas darah:

1. PH normal 7,35-7,45

2. Pa CO2 normal 35-45 mmHg

3. Pa O2 normal 80-100 mmHg

4. Total CO2 dalam plasma normal 24-31 mEq/l

5. HCO3 normal 21-30 mEq/l

6. Base Ekses normal -2,4 s.d +2,3

7. Saturasi O2 lebih dari 90%.

Pemeriksaan analisa gas darah dikenal juga dengan nama pemeriksaan

“ASTRUP”, yaitu suatu pemeriksaan gas darah yang dilakukan melalui darah arteri.

Lokasi pengambilan darah yaitu: Arteri radialis, A. brachialis, A. Femoralis

Lokasi pengambilan darah untuk AGD :

3

Page 4: Paper Paru

1. Arteri Radialis, merupakan pilihan pertama yang paling aman dipakai untuk

fungsi arteri kecuali terdapat banyak bekas tusukan atau haematoem juga

apabila Allen test negatif.

2. Arteri Dorsalis Pedis, merupakan pilihan kedua.

3. Arteri Brachialis, merupakan pilihan ketiga karena lebih banyak resikonya

bila terjadi obstruksi pembuluh darah.

4. Arteri Femoralis, merupakan pilihan terakhir apabila pada semua arteri diatas

tidak dapat diambil. Bila terdapat obstruksi pembuluh darah akan

menghambat aliran darah ke seluruh tubuh / tungkai bawah dan bila yang

dapat mengakibatkan berlangsung lama dapat menyebabkan kematian

jaringan. Arteri femoralis berdekatan dengan vena besar, sehingga dapat

terjadi percampuran antara darah vena dan arteri.

2.2 Kontraindikasi dan Indikasi

1. Denyut arteri tidak terasa, pada pasien yang mengalami koma.

2. Modifikasi Allen tes negatif , apabila test Allen negative tetapi tetap dipaksa

untuk dilakukan pengambilan darah arteri lewat arteri radialis, maka akan terjadi

thrombosis dan beresiko mengganggu viabilitas tangan.

3. Selulitis atau adanya infeksi terbuka atau penyakit pembuluh darah perifer pada

tempat yang akan diperiksa

4. Adanya koagulopati (gangguang pembekuan) atau pengobatan dengan

antikoagulan dosis sedang dan tinggi merupakan kontraindikasi relatif.

Indikasi dilakukannya pemeriksaan Analisa Gas Darah (AGD) yaitu :

1. Pasien dengan penyakit obstruksi paru kronik

Penyakit paru obstruktif kronis yang ditandai dengan adanya hambatan

aliran udarah pada saluran napas yang bersifat progresif non reversible ataupun

4

Page 5: Paper Paru

Hreversible parsial. Terdiri dari 2 macam jenis yaitu bronchitis kronis dan

emfisema, tetapi bisa juga gabungan antar keduanya.

2. Pasien dengan edema pulmo

Pulmonary edema terjadi ketika alveoli dipenuhi dengan kelebihan cairan

yang merembes keluar dari pembuluh-pembuluh darah dalam paru sebagai

gantinya udara. Ini dapat menyebabkan persoalan-persoalan dengan pertukaran

gas (oksigen dan karbon dioksida), berakibat pada kesulitan bernapas dan

pengoksigenan darah yang buruk. Adakalanya, ini dapat dirujuk sebagai "air

dalam paru-paru" ketika menggambarkan kondisi ini pada pasien-pasien.

Pulmonary edema dapat disebabkan oleh banyak faktor-faktor yang berbeda.

Ia dapat dihubungkan pada gagal jantung, disebut cardiogenic pulmonary edema,

atau dihubungkan pada sebab-sebab lain, dirujuk sebagai non-cardiogenic

pulmonary edema.

3. Pasien akut respiratori distress sindrom (ARDS)

ARDS terjadi sebagai akibat cedera atau trauma pada membran alveolar

kapiler yang mengakibatkan kebocoran cairan kedalam ruang interstisiel alveolar

dan perubahan dalarn jaring- jaring kapiler , terdapat ketidakseimbangan

ventilasi dan perfusi yang jelas akibat-akibat kerusakan pertukaran gas dan

pengalihan ekstansif darah dalam paru-.paru. ARDS menyebabkan penurunan

dalam pembentukan surfaktan , yang mengarah pada kolaps alveolar .

Komplians paru menjadi sangat menurun atau paru- paru menjadi kaku

akibatnya adalah penurunan karakteristik dalam kapasitas residual fungsional,

hipoksia berat dan hipokapnia ( Brunner & Suddart 616).

4. Infark miokard

Infark miokard adalah perkembangan cepat dari nekrosis otot jantung yang

disebabkan oleh ketidakseimbangan antara suplai dan kebutuhan oksigen

(Fenton, 2009). Klinis sangat mencemaskan karena sering berupa serangan

5

Page 6: Paper Paru

mendadak umumya pada pria 35-55 tahun, tanpa gejala pendahuluan (Santoso,

2005).

5. Pneumonia

Pneumonia merupakan penyakit dari paru-paru dan sistem dimana

alveoli(mikroskopik udara mengisi kantong dari paru yang bertanggung jawab

untuk menyerap oksigen dari atmosfer) menjadi radang dan dengan penimbunan

cairan.Pneumonia disebabkan oleh berbagai macam sebab,meliputi infeksi

karena bakteri,virus,jamur atau parasit. Pneumonia juga dapat terjadi karena

bahan kimia atau kerusakan fisik dari paru-paru, atau secara tak langsung dari

penyakit lain seperti kanker paru atau penggunaan alkohol

6. Pasien syok

Syok merupakan suatu sindrom klinik yang terjadi jika sirkulasi darah arteri tidak adekuat

untuk memenuhi kebutuhan metabolisme jaringan. Perfusi jaringan yang adekuat tergantung

pada 3 faktor utama, yaitu curah jantung, volume darah, dan pembuluh darah. Jika salah

satu dari ketiga faktor penentu ini kacau dan faktor lain tidak dapat melakukan

kompensasi maka akan terjadi syok. Pada syok juga terjadi hipoperfusi jaringan yang

menyebabkan gangguan nutrisi dan metabolism sel sehingga seringkali menyebabkan

kematian pada pasien.

7. Post pembedahan coronary arteri baypass

Coronary Artery Bypass Graft adalah terjadinya suatu respon inflamasi

sistemik pada derajat tertentu dimana hal tersebut ditandai dengan hipotensi

yang menetap, demam yang bukan disebabkan karena infeksi, DIC, oedem

jaringan yang luas, dan kegagalan beberapa organ tubuh. Penyebab inflamasi

sistemik ini dapat disebabkan oleh suatu respon banyak hal, antara lain oleh

karena penggunaan Cardiopulmonary Bypass (Surahman, 2010).

6

Page 7: Paper Paru

8. Resusitasi cardiac arrest

Penyebab utama dari cardiac arrest adalah aritmia, yang dicetuskan oleh

beberapa faktor,diantaranya penyakit jantung koroner, stress fisik (perdarahan

yang banyak, sengatan listrik,kekurangan oksigen akibat tersedak, tenggelam

ataupun serangan asma yang berat), kelainan bawaan, perubahan struktur jantung

(akibat penyakit katup atau otot jantung) dan obat-obatan.Penyebab lain cardiac

arrest adalah tamponade jantung dan tension pneumothorax. Sebagai akibat dari

henti jantung, peredaran darah akan berhenti. Berhentinya peredaran

darahmencegah aliran oksigen untuk semua organ tubuh. Organ-organ tubuh

akan mulai berhenti berfungsi akibat tidak adanya suplai oksigen, termasuk otak.

Hypoxia cerebral atau ketiadaan oksigen ke otak, menyebabkan korban

kehilangan kesadaran dan berhenti bernapas normal.Kerusakan otak mungkin

terjadi jika cardiac arrest tidak ditangani dalam 5 menit dan selanjutnyaakan

terjadi kematian dalam 10 menit. Jika cardiac arrest dapat dideteksi dan

ditangani dengansegera, kerusakan organ yang serius seperti kerusakan otak,

ataupun kematian mungkin bisa dicegah.

2.2 Tujuan

Analisa gas darah memiliki tujuan sebagai berikut

1. Mengetahui keseimbangan asam dan basa dalam tubuh.

2. Mengevaluasi ventilasi melalui pengukuran pH, tekanan parsial oksigen arteri

(PaO2), dan tekanan parsial karbon dioksida (PaCO2).

3. Mengetahui jumlah oksigen yang diedarkan oleh paru-paru melalui darah yang

ditunjukkan melalui PaO2.

4. Mengetahui kapasitas paru-paru dalam mengeliminasikan karbon dioksida yang

ditunjukkan oleh PaCO2.

5. Menganalisa isi oksigen dan pemenuhannya, serta untuk mengetahui jumlah

bikarbonat.

7

Page 8: Paper Paru

2.4 Sistem Buffer

Untuk mencegah terjadinya fluktuasi dari [H+], tubuh kita memiliki 3 sistem utama

yang akan mengatur konsentrasi H+ dalam cairan tubuh yaitu :

1. Sistem buffer asam-basa kimiawi dalam cairan tubuh yang akan segera

bergabung dengan asam dan basa untuk mencegah perubahan konsentrasi H+

yang berlebihan

2. Pusat pernapasan yang mengatur pembuangan CO2 dari cairan ekstrasel

3. Ginjal yang dapat mengeksresikan urine asam ataupun basa sehingga

menyesuaikan kembali konsentrasi H+ cairan ekstrasel menuju normal

selama asidosis atau alkalosis

Sistem buffer merupakan garis pertama pertahanan tubuh dalam menghadapi

perubahan konsentrasi H+. Jika terjadi perubahan dalam konsentrasi H+, dalam

sepersekian detik sistem buffer cairan tubuh akan bekerja untuk memperkecil perubahan

ini. Sistem ini tidak mengeluarkan H+ dari tubuh ataupun menambahkan H+ ke dalam

tubuh namun hanya menjaga agar ion H+ tetap terikat sampai keseimbangan tercapai

kembali.

Garis pertahanan kedua adalah sistem pernapasan yang juga bekerja dengan cukup

cepat. Sistem penapasan akan bekerja dalam beberapa menit untuk mngeluarkan

karbondioksida (CO2) dari dalam tubuh yang berarti mengeluarkan H2CO3 dari tubuh.

Kedua garis pertahanan tadi bekerja menjaga konsentrasi H+ dari perubahan yang

terlalu banyak sampai garis pertahanan ketiga yang bekerja lebih lambat yaitu ginjal

mengeluarkan kelebihan asam atau basa dari dalam tubuh. Walaupun ginjal memberikan

respons yang relatif lambat dibandingkan garis pertahanan lainnya, beberapa jam sampai

beberapa hari, ginjal merupakan sistem pengatur asam-basa yang paling kuat dalam

tubuh.

8

Page 9: Paper Paru

2.4.1 Sistem Buffer Ion Hidrogen dalam Cairan Tubuh

Sistem Buffer adalah campuran dua zat kimia dalam larutan yang dapat

meminimalisasi perubahan pH saat asam atau basa ditambahkan atau dikeluarkan dari

larutan tersebut. Sistem buffer ini terdiri dari pasangan substansi yang bekerja dalam

reaksi reversibel. Substansi pertama dapat melepaskan H+ bebas saat [H+] menurun dan

substansi lainnya dapat mengikat H+ saat [H+] meningkat. Tubuh kita memiliki 4 sistem

buffer yaitu :

a. Sistem buffer bikarbonat

b. Sistem buffer fosfat

c. Sistem buffer protein

1. Sistem buffer bikarbonat

Sistem buffer bikarbonat merupakan sistem buffer yang paling penting pada cairan

eksraseluler yang terdiri dari larutan air yang mengandung dua unsur yaitu asam lemah

H2CO3 dan garam bikarbonat seperti NaHCO3.

H2CO3 dibentuk dari reaksi CO2 dengan H2O dengan bantuan enzim karbonik

anhidrase. Enzim ini sangat banyak terutama di dinding alveoli paru tempat CO2

dilepaskan. Karbonik anhidrase juga terdapat di sel epitel tubulus ginjal tempat CO2

bereaksi dengan H2O untuk membentuk H2CO3.

Garam bikarbonat terdapat secara dominan sebagai natrium bikarbonat (NaHCO3)

dalam cairan ekstrasel. NaHCO3 berionisasi hampir secara lengkap membentuk ion

bikarbonat dan ion natrium dengan reaksi :

Jika dimasukkan bersama-sama akan didapatkan reaksi:

9

Page 10: Paper Paru

Bila asam kuat seperti HCl ditambahkan ke dalam larutan penyangga bikarbonat,

peningkatan ion hidrogen yang dilepaskan oleh asam akan disangga oleh HCO3-

Sebagai hasilnya lebih banyak H2CO3 yang terbentuk menyebabkan peningkatan

produksi CO2 dan H2O. CO2 yang berlebihan akan merangsang pernapasan yang akhirnya

mengeluarkan CO2 dai cairan ekstrasel.

Reaksi berlawanan terjadi jika suatu basa kuat seperti natrium hidroksida (NaOH)

ditambahkan ke larutan buffer bikarbonat.

Dalam reaksi ini OH- dari NaOH bergabung dengan H2CO3 membentuk HCO3-

tambahan. Jadi basa lemah NaHCO3 menggantikan basa kuat NaOH. Pada waktu yang

sama konsentrasi H2CO3 turun menyebabkan lebih banyak CO2 bergabung dengan H2O

untuk menggantikan H2CO3.

Hasil akhirnya adalah kecenderungan penurunan kadar CO2 dalam darah tetapi

penurunan CO2 dalam darah menghambat pernapasan dan menurunkan laju eksiprasi

CO2. Peningkatan HCO3- yang terjadi dalam darah dikompensasi dengan peningkatan

eksresi HCO3- oleh ginjal.

2. Sistem buffer fosfat

Sistem buffer fosfat berperan penting pada cairan tubulus ginjal dan cairan intrasel.

Elemen utama dari sistem buffer fosfat adalah H2PO4- dan HPO4

-. Bila asam kuat seperti

HCl ditambahkan dalam campuran kedua zat ini maka hidrogen akan diterima oleh

HPO42- dan diubah menjadi H2PO4

-.

Hasil dari reaksi ini adalah HCl digantikan asam lemah NaH2PO4 sehingga

penurunan pH minimal. Bila suatu basa kuat seperti NaOH yang ditambahkan ke dalam

sistem buffer, OH- akan disangga oleh H2PO4- untuk membentuk HPO4

2- dengan air.

10

Page 11: Paper Paru

Dalam keadaan ini basa kuat NaOH ditukar dengan suatu basa lemah Na2HPO4

sehingga pH hanya meningkat sedikit.

3. Sistem buffer protein

Sistem buffer protein merupakan salah satu sistem buffer paling kuat dalam tubuh

karena konsentrasinya yang tinggi terutama dalam sel. pH sel memiliki perubahan yang

kira-kira sebanding dengan pH cairan ekstrasel meskipun pH sel sedikit lebih rendah dari

cairan ekstrasel. Terdapat sedikit H+ dan HCO3- yang berdifusi melalui membran sel

walaupun ion-ion ini membutuhkan waktu beberapa jam untuk menjadi seimbang dengan

cairan ekstrasel. Akan tetapi CO2 dapat dengan cepat berdifusi melalui semua membran

sel.

Difusi elemen sistem buffer bikarbonat ini menyebabkan pH dalam cairan intrasel

berubah ketika terjadi perubahan pH cairan ekstrasel. Karena alasan ini sistem buffer

intrasel akan membantu mencegah perubahan pH cairan ekstrasel namun dibutuhkan

waktu beberapa jam untuk menjadi efektif secara maksimal.

Mekanisme kerja buffer protein :

a. Bila terjadi peningkatan pH, COOH akan berdisosiasi menjadi asam lemah

sebagai donor H+

b. Bila terjadi penurunan pH, NH2 (gugus amino) bertindak sebagai basa lemah ®

akseptor H+ ® NH3+ (ion amino)

2.4.2 Pengaturan Pernapasan Terhadap Keseimbangan Asam-Basa

Garis pertahanan kedua terhadap gangguan asam-basa adalah pengaturan konsentrasi

CO2 ekstrasel oleh paru. Berdasarkan persamaan Henderson-Hasselbach, pembentukan

CO2 berbanding terbalik dengan pH akibatnya jika CO2 meningkat akan menurunkan pH.

Jika pembentukan CO2 metabolik (asidosis metabolik) meningkat, paru – paru akan

mengimbanginya dengan meningkatkan ventilasi alveolus yang akan mempercepat

pengeluaran CO2 dari tubuh. Peningkatan ventilasi akan mengeluarkan CO2 dari cairan

ekstrasel yang melalui kerja secara besar-besaran akan mengurangi konsentrasi H+. Dan

11

Page 12: Paper Paru

sebaliknya jika pembentukan CO2 metabolik menurun akan menurunkan ventilasi

alveolus. Penurunan ventilasi akan meningkatkan CO2 yang berefek pada peningkatan

konsentrasi H+ dalam cairan ekstrasel.

2.4.3 Pengaturan Keseimbangan Asam-Basa oleh Ginjal

Ginjal mengatur keseimbangan asam basa dengan mengekskresikan urine yang asam

atau basa. Mekanisme ekskresi urine asam atau basa oleh ginjal adalah sebagai berikut :

a. Sejumlah besar HCO3- difiltrasi secara terus menerus ke dalam tubulus. Bila

HCO3- ini diekskresikan ke dalam urine, keadaan ini menghilangkan basa dari

dalam darah

b. Sejumlah besar H+ juga disekresikan ke dalam lumen tubulus oleh sel epitel

tubulus sehingga menghilangkan asam dari darah.

Bila lebih banyak H+ yang disekresikan daripada HCO3- yang difiltrasi, akan terjadi

kehilangan asam dari cairan ekstrasel, sedangkan bila lebih banyak HCO3- yang difiltrasi

daripada H+ yang disekresikan, akan terjadi kehilangan basa.

Bila terjadi pengurangan konsentrasi H+ cairan ekstrasel (alkalosis), ginjal gagal

mengabsorbsi semua bikarbonat yang difiltrasi sehingga meningkatkan ekskresi

bikarbonat. Karena HCO3- ini normalnya menyangga hidrogen dalam cairan ekstrasel,

kehilangan bikarbonat ini sama dengan penambahan satu H+ ke dalam cairan ekstrasel.

12

Page 13: Paper Paru

Pada asidosis, ginjal tidak mengekskresikan bikarbonat ke dalam urine tetapi

mereabsorbsi semua bikarbonat yang difiltrasi dan menghasilkan bikarbonat baru yang

kemudian ditambahkan ke cairan ekstrasel. Hal ini mengurangi konsentrasi H+ cairan

ekstrasel kembali menuju normal.

Sehingga disimpulkan ginjal mengatur konsentrasi H+ dengan 3 mekanisme dasar

yaitu :

1. Sekresi ion H+

2. Reabsorbsi HCO3-

3. Produksi HCO3-

2.5 Cara Pemeriksaan Analisa Gas Darah

1. Arteri Radialis dan Arteri Ulnaris (sebelumnya dilakukan allen’s test)

Test Allen’s merupakan uji penilaian terhadap sirkulasi darah di tangan, hal ini

dilakukan dengan cara yaitu: pasien diminta untuk mengepalkan tangannya,

kemudian berikan tekanan pada arteri radialis dan arteri ulnaris selama beberapa

menit, setelah itu minta pasien unutk membuka tangannya, lepaskan tekanan pada

arteri, observasi warna jari-jari, ibu jari dan tangan. Jari-jari dan tangan harus

memerah dalam 15 detik, warnamerah menunjukkan test allen’s positif. Apabila

tekanan dilepas, tangan tetap pucat, menunjukkan test allen’s negatif. Jika

pemeriksaan negative, hindarkan tangan tersebut dan periksa tangan yang lain.

2. Arteri Dorsalis pedis

Merupakan arteri pilihan ketiga jika arteri radialis dan ulnaris tidak bisa

digunakan.

13

Page 14: Paper Paru

3. Arteri Brakialis

Merupakan arteri pilihan keempat karena lebih banyak resikonya bila terjadi

obstruksi pembuluh darah. Selain itu arteri femoralis terletak sangat dalam dan

merupakan salah satu pembuluh utama yang memperdarahi ekstremitas bawah.

4. Arteri Femoralis

Merupakan pilihan terakhir apabila pada semua arteri diatas tidak dapat diambil.

Bila terdapat obstruksi pembuluh darah akan menghambat aliran darah ke seluruh

tubuh / tungkai bawah dan bila yang dapat mengakibatkan berlangsung lama dapat

menyebabkan kematian jaringan. Arteri femoralis berdekatan dengan vena besar,

sehingga dapat terjadi percampuran antara darah vena dan arteri.

Selain itu arteri femoralis terletak sangat dalam dan merupakan salah satu

pembuluh utama yang memperdarahi ekstremitas bawah.

Arteri Femoralis atau Brakialis sebaiknya jangan digunakan jika masih ada

alternative lain karena tidak memiliki sirkulasi kolateral yang cukup untuk mengatasi

bila terjadi spasme atau thrombosis. Sedangkan arteri temporalis atau axillaris

sebaiknya tidak digunakan karena adanya resiko emboli ke otak.

Prosedur pada tindakan analisa gas darah ini adalah sebagai berikut (McCann, 2004):

1. Siapkan peralatan dan bahan yang dibutuhkan sebelum memasuki

ruangan pasien.

2. Cuci tangan dengan menggunakan tujuh langkah benar.

3. Bila menggunakan peralatan AGD yang sudah siap, buka peralatan

tersebut serta pindahkan label contoh dan tas plastik (plastic bag).

4. Catat label nama pasien, nomor ruangan, temperatur suhu pasien,

tanggal dan waktu pengambilan, metode pemberian oksigen, dan nama

perawat yang bertugas pada tindakan tersebut.

14

Page 15: Paper Paru

5. Beritahu pasien alasan dalam melakukan tindakan tersebut dan jelaskan

prosedur ke pasien untuk membantu mengurangi kecemasan dan

meningkatkan kooperatif pasien dalam melancarkan tindakan tersebut.

6. Cuci tangan dan setelah itu gunakan sarung tangan.

7. Lakukan pengkajian melalui metode tes Allen.Cara allen’s tes. Minta

klien untuk mengepalkan tangan dengan kuat, berikan tekanan langsung

pada arteri radialis dan ulnaris, minta klien untuk membuka tangannya,

lepaskan tekanan pada arteri, observasi warna jari-jari, ibu jari dan

tangan. Jari-jari dan tangan harus memerah dalam 15 detik, warna

merah menunjukkan test allen’s positif. Apabila tekanan dilepas, tangan

tetap pucat, menunjukkan test allen’s negatif. Jika pemeriksaan negatif,

hindarkan tangan tersebut dan periksa tangan yang lain.

8. Bersihkan daerah yang akan di injeksi dengan alkohol atau

povidoneiodine pad.

9. Gunakan gerakan memutar (circular) dalam membersihkan area injeksi,

dimulai dengan bagian tengah lalu ke bagian luar.

10. Palpasi arterti dengan jari telunjuk dan tengah satu tangan ketika tangan

satunya lagi memegang syringe.

11. Pegang alat pengukur sudut jarum hingga menunjukkan 30-45 derajat.

Ketika area injeksi arteri brankhial, posisikan jarum 60 derajat.

12. Injeksi kulit dan dinding arterial dalam satu kali langkah.

13. Perhatikan untuk blood backflow di syringe.

14. Setelah mengambil contoh, tekan gauze pad pada area injeksi hingga

pedarahan berhenti yaitu sekitar 5 menit.

15. Periksa syringe dari gelembung udara. Jika muncul gelembung udara,

pindahkan gelembung tersebut dengan memegang syringe ke atas dan

secara perlahan mengeluarkan beberapa darah ke gauze pad.

16. Masukan jarum ke dalam penutup jarum atau pindahkan jarum dan

tempatkan tutup jarum pada jarum yang telah digunakan tersebut.

17. Letakkan label pada sampel yang diambil yang sudah diletakkan pada

ice-filled plastic bag.

15

Page 16: Paper Paru

18. Ketika pedarahan berhenti, area yang di injeksi diberikan balutan kecil

dan direkatkan.

19. Pantau tanda vital pasien, dan observasi tanda dari sirkulasi. Pantau atau

perhatikan risiko adanya pedarahan di area injeksi.

2.6 Hasil Analisa Gas Drah

1. Interpretasi Hasil Pemeriksaan pH

Serum pH menggambarkan keseimbangan asam basa dalam tubuh. Sumber ion

hidrogen dalam tubuh meliputi asam volatil dan campuran asam (seperti asam laktat

dan asam keto).

Nilai normal pH serum :

Nilai normal     : 7.35 - 7.45

Nilai kritis       :  < 7.25 - 7.55

Implikasi Klinik

1. Umumnya nilai pH akan menurun dalam keadaan asidemia (peningkatan

pembentukan asam)

2. Umumnya nilai pH meningkat dalam keadaan alkalemia (kehilangan asam)

3. Bila melakukan evaluasi nilai pH, sebaiknya PaCO2 dan HCO3 diketahui

juga untuk memperkirakan komponen pernafasan atau metabolik yang

mempengaruhi status asam basa

2. Interpretasi Hasil Tekanan Parsial Karbon Dioksida (PaCO2 )

PaCO2 menggambarkan tekanan yang dihasilkan oleh CO2 kyang terlarut dalam

plasma. Dapat digunakan untuk menetukan efektifitas ventilasi dan keadaan asam

basa dalam darah.

Nilai Normal   : 35 - 45 mmHg         SI     : 4.7 - 6.0 kPa

16

Page 17: Paper Paru

Implikasi Klinik :

1. Penurunan nilai PaCO2 dapat terjadi pada hipoksia, anxiety/ nervousness dan

emboli paru. Nilai kurang dari 20 mmHg perlu mendapatkan perhatiaan

khusus.

2. Peningkatan nilai PaCO2 dapat terjadi pada gangguan paru atau penurunan

fungsi pusat pernafasan. Nilai PaCO2  > 60 mmHg perlu mendapat perhatian

khusus.

3. Umumnya peningkatan PaCO2 dapat terjadi pada hipoventilasi sedangkan

penurunan nilai menunjukkan hiperventilasi.

4. Biasanya penurunan 1 mEq HCO3 akan menurunkan tekanan PaCO2 sebesar

1.3 mmHg.

3.  Interpretasi Hasil Tekanan Parsial Oksigen (PaO2 )

PaO2 adalah ukuran tekanan parsial yang dihasilkan oleh sejumlah oksigen yang

terlarut dalam plasma. Nilai ini menunjukkan kemampuan paru-paru dalam

menyediakan oksigen bagi darah.

Nilai Normal (suhu kamar, tergantung umur) ; 75 - 100 mmHg   SI   : 10 - 13.3 kPa

Implikasi Klinik

1. Penurunan nilai PaO2 dapat terjadi pada penyakit paru obstruksi kronik

(PPOK), penyakit obstruksi paru, anemia, hipoventilasi akibat gangguan fisik

atau neoromuskular dan gangguan fungsi jantung. Nilai PaO2 kurang dari 40

mmHg perlu mendapatkan perhatian khusus.

2. Peningkatan nilai PaO2 dapat terjadi pada peningkatan penghantaran O2 oleh

alat bantu (contoh; nasal prongs, alat ventilasi mekanik) hiperventilasi dan

polisitemia (peningkatan sel darah merah dan daya angkut oksigen)

17

Page 18: Paper Paru

4. Interpretasi Hasil Saturasi Oksigen (SaO2)

Jumlah oksigen yang diangkut oleh hemoglobin, ditulis sebagai persentasi total

oksigen yang terikat pada hemoglobin.

Nilai Normal   : 95 - 99 % O2

Implikasi Klinik

1. Saturasi oksigen digunakan untuk mengevaluasi kadar hemoglobin dan

kecakupan oksigen pada jaringan

2. Tekanan parsial oksigen yang terlarut di plasma menggambarkan jumlah

oksigen yang terikat pada hemoglobin sebagai ion bikarbonat 

5. Interpretasi Hasil Pemeriksaan Karbon Dioksida (CO2)

Dalam plasma normal, 95% dari total CO2 terdapat sebagai ion bikarbonat, 5%

sebagai larutan gas CO2 terlarut dan asam karbonat. Kandungan CO2 plasma

terutama adalah bikarbonat, suatu larutan yang bersifat basa dan diatur oleh ginjal.

Gas CO2 yanhg larut ini terutama bersifat asam dan diatur oleh paru-paru. Oleh

karena itu nilai CO2 plasma menunjukkan konsentrasi bikarbonat.

Nilai Normal Karbon Dioksida (CO2) : 22 - 32 mEq/L  SI    : 22 - 32 mmol/L

Kandungan CO2 plasma terutama adalah bikarbonat, suatu larutan yang bersifat

basa dan diatur oleh ginjal. Gas CO2 yang larut ini terutama yang bersifat asam dan

diatur oleh paru-paru. oleh karena itu nilai CO2 plasma menunjukkan konsentrasi

bikarbonat.

Implikasi Klinik :

1. Peningkatan kadar CO2 dapat terjadi pada muntah yang parah, emfisema, dan

aldosteronisme

2. Penurunan kadar CO2 dapat terjadi pada gagal ginjal akut, diabetik asidosis

dan hiperventilasi

3. Peningkatan dan penurunan dapat terjadi pada penggunaan nitrofurantoihn.

18

Page 19: Paper Paru

2.7 Gangguan Keseimbangan Asam-Basa

2.7.1. Asidosis,

Asidosis merupakan suatu keadaan pada saat dara mengandung terlalu banyak asam

dan mengakibatkan menurunnya PH darah.

a. Asidosis Respiratorik

Asidosis respiratori

k terjadi akibat penurunan ventilasi pulmonal melalui pengeluaran sedikit

karbon dioksida oleh paru-paru. Peningkatan selanjutnya dalam pCO2

arteri dan asam karbonat akan meningkatkan kadar ion hydrogen dalam

darah.

Penyebab : Kondisi klinis yang dapat menyebabkan rertensi karbon

dioksida dalam darah,meliputi pneumonia, emfisema, penyakit paru

obstruktif kronis, stroke, trauma. Obat obatan tertentu atau

penyalahgunaan obat akan menekan frekuensi pernafasan mengakibatkan

asidosis respiratorik.

b. Asidosis Metabolik

Asidosis metabolic merujuk pada setiap asidosis selain asidosis yang

disebabkan peningkatan kadar co2 pada cairan tubuh.

Penyebab : Asidosis metabolik paling umum terjadi akibat ketoasidosis

diabetic, akumulasi asam laktat akibat aktivitas otot rangka akibat

konvulsi, atau penyakit ginjal. Diare berat dan berkepanjangan juga dapat

menyebabkan asidosis.

2.7.2 Alkalosis

Alkalosis adalah suatu keadaan dimana darah mengandung terlalu banyak basa

sehngga mengakibatkan naiknya pH darah.

a. Alkalosis Respiratorik

19

Page 20: Paper Paru

Alkalosis Respiratorik merujuk pada kondisi saat CO2 dikeluarkan

terlalu cepat dari paru-paru sehingga kadar CO2 darah juga menurun.

Penyebab : Hiperventilasi dapat disebabkan oleh kecemasan overdosis

dari aspirin pada pusat pernafasan, akibat hipoksia karena tekanan udara

yang rendah di dataran tinggi.

b. Alkalosis Metabolik

Alkalosis Metabolik adala suatu kondisi dimana tubuh mengalami

kelebihan bikarbonat. Hal ini terjadi akibat pengeluaran berlebih ion

hydrogen atau peningkatan berlebih ion bikarbonat dalam cairan tubuh.

Penyebab : Muntah berkepanjangan, disfungsi ginjal, pengobatan diuretic

yang menyebabkan hipokalemi dan pemakaian antasida yang berlebihan.

20

Page 21: Paper Paru

BAB III

PENUTUP

A.      Kesimpulan

Berdasarkan tujuan yang ada dapat disimpulkan bahwa, Pemeriksaan Analisa

Gas Darah (Astrup) adalah  salah satu tindakan pemeriksaan laboratorium yang ditujukan

ketika dibutuhkan informasi yang berhubungan dengan keseimbangan asam basa (Ph),

jumlah oksigen, dan karbondioksida dalam darah pasien.  Pemeriksaan ini digunakan

untuk menilai fungsi kerja paru-paru dalam menghantarkan oksigen kedalam  sirkulasi

darah dan mengambil karbondioksida dalam darah. Analisa gas darah meliputi PO2, Ph,

HCO3, dan seturasi O2. Analisa Gas Darah ( AGD ) atau sering disebut Blood Gas

Analisa (BGA) merupakan pemeriksaan penting untuk penderita sakit kritis yang

bertujuan untuk mengetahui atau mengevaluasi pertukaran Oksigen (O2),Karbondiosida (

CO2) dan status asam-basa dalam darah arteri.

21

Page 22: Paper Paru

DAFTAR PUSTAKA

1. Sloane, Ethel. Anatomi dan Fisiologi untuk pemula. Jakarta : EGC.2003. Hal :

338-342

2. Guyton and Hall. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran. Jakarta : EGC 2012 Hal : 401-

420

3. Horne, Mima. Pamela L. Keseimbangan Cairan, Elektrolit, Asam Basa.Jakarta :

EGC 2001.135-151

4. Irwin S. Richard. James M. Rippe. Procedures, Tehnique and minimally Insasive

Monitoring in Intensive Care Unit. Philadelphia : 2008. 108-111

22

Page 23: Paper Paru

23