paper abortus

24
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Istilah abortus dipakai untuk menunjukkan pengeluaran hasil konsepsi sebelum janin dapat hidup diluar kandungan. Sampai saat ini janin yang terkecil, yang dilaporkan dapat hidup diluar kandungan, mempunyai berat badan 297 gram waktu lahir. Akan tetapi, karena jarangnya janin yng dilahirkan dengan berat badan dibawah 500 gram dapat hidup terus, maka abortus ditentukan sebagai pengakhiran kehamilan sebelum janin mencapai berat 500 gram atau kurang dari 20 minggu. Abortus yang berlangsung tanpa tindakan disebut abortus spontan. Abortus buatan ialah pengakhiran kehamilan sebelum 20 minggu akibat tindakan. Abortus terapeutik ialah abortus buatan yang dilakukan atas indikasi medik. Frekuensi abortus sukar ditentukan karena abortus buatan banyak tidak dilaporkan, keculi apabila terjadi komplikasi; juga karena sebagian abortus spontan hanya disertai gejala dan tanda ringan, sehingga pertolongan medik tidak diperlukan dan kejadian ini dianggap sebagai haid terlambat. Diperkirakan frekuensi abortus spontan berkisar 10-15% (Wiknjosastro, 2008).

Upload: feboraagungnugroho

Post on 29-Dec-2015

40 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: Paper Abortus

1

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Istilah abortus dipakai untuk menunjukkan pengeluaran hasil konsepsi

sebelum janin dapat hidup diluar kandungan. Sampai saat ini janin yang terkecil,

yang dilaporkan dapat hidup diluar kandungan, mempunyai berat badan 297 gram

waktu lahir. Akan tetapi, karena jarangnya janin yng dilahirkan dengan berat

badan dibawah 500 gram dapat hidup terus, maka abortus ditentukan sebagai

pengakhiran kehamilan sebelum janin mencapai berat 500 gram atau kurang dari

20 minggu. Abortus yang berlangsung tanpa tindakan disebut abortus spontan.

Abortus buatan ialah pengakhiran kehamilan sebelum 20 minggu akibat tindakan.

Abortus terapeutik ialah abortus buatan yang dilakukan atas indikasi medik.

Frekuensi abortus sukar ditentukan karena abortus buatan banyak tidak

dilaporkan, keculi apabila terjadi komplikasi; juga karena sebagian abortus

spontan hanya disertai gejala dan tanda ringan, sehingga pertolongan medik tidak

diperlukan dan kejadian ini dianggap sebagai haid terlambat. Diperkirakan

frekuensi abortus spontan berkisar 10-15% (Wiknjosastro, 2008).

Lebih dari 80% abortus terjadi pada 12 minggu pertama, dan setelah itu

angka ini cepat menurun. Kelainan kromosom merupakan penyebab lainnya,

paling sedikit separuh dari kasus abortus ini, dan insidenya setelah itu juga

menurun. Resiko abortus spontan meningkat seiring dengan paritas serta usia ibu

dan ayah. Frekuensi abortus yang secara klinis terdeteksi meningkat dari 12%

pada wanita berusia kurang dari 20 tahun menjadi 26% pada mereka yang usianya

lebih dari 40 tahun. Untuk usia ayah yang sama, peningkatan adalah dari 12%

sampai 20%. Akhirnya, isidensi abortus meningkat apabila wanita yang

bersagkutan hamil dalam 3 bulan setelah melahirkan bayi aterm (Cunningham,

2006).

Kurang lebih 10 sampai 15% kehamilan yang telah didiagnosis secara klinis

berakhir dengan keguguran. Alasan utama terjadinya keguguran pada awal

kehamilan ialah kelainan genetik, yang mencapai 75% hingga 90% total

Page 2: Paper Abortus

2

keguguran. Alasan lain terjadinya Abortus spontan adalah kadar progesteron yang

tidak normal, kelainan pada kelenjar tiroid, diabetes yang tidak terkontrol,

kelainan pada rahim, infeksi, dan penyakit autonium lain (Varney, 2007).

Page 3: Paper Abortus

3

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1     Definisi

Abortus adalah berakhirnya kehamilan melalui cara apapun sebelum janin

mampu bertahan hidup (Cunningham, 2006).

Abortus adalah berakirnya suatu kehamilan (oleh akibat tertentu) pada atau

sebelum kehamilan tersebut berusia 22 minggu atau buah kehamilan belum

mampu untuk hidup diluar kandungan (Saifuddin).

Keguguran atau abortus adalah terhentinya proses kehamilan yang sedang

berlangsung sebelum mencapai umur 28 minggu atau berat janin sekitar 500 gram

(Manuaba, 2007).

Abortus adalah suatu usaha mengakhiri kehamilan dengan mengeluarkan

hasil pembuahan secara paksa sebelum janin mampu bertahan hidup jika

dilahirkan (Varney, 2007).

2.2     Jenis Abortus

1.    Abortus spontan

Adalah terminasi kehamilan sebelum periode viabilitas janin atau sebelum

gestasi minggu ke 20 atau berat badan 500 gram (Walsh, 2008; Varney, 2007).

Abortus spontan dibagi menjadi:

a.    Abortus Imminens

1)   Terjadi perdarahan bercak yang menunjukkan ancaman terhadap kelangsungan

suatu kehamilan. Dalam kondisi seperti ini, kehamilan masih mungkin

berlanjut atau dipertahankan (Saifuddin, 2006; Wals, 2008).

2)   Ialah peristiwa terjadinya perdarahan dari uterus pada kehamilan sebelum 20

minggu, dimana hasil konsepsi masih dalam uterus, dan tanpa adanya dilatasi

servik (Wiknjosastro, 2008).

Page 4: Paper Abortus

4

b.    Abortus Insipiens

1)   Perdarahan ringan hingga sedang pada kehamilan muda dimana hasil konsepsi

masih berada dalam kavum uteri. Kondisi ini menunjukkan proses abortus

sedang berlangsung dan akan berlanjut menjadi abortus inkomplit atau komplit

(Saifuddin, 2006).

2)   Ialah peristiwa perdarahan uterus pada kehamilan sebelum 20 minggu dengan

adanya dilatasi servik uteri yang meningkat, tetapi hasil konsepsi masih dalam

uterus. Aborsi ini terjadi ketika ada pembukaan servik dan atau pecah ketuban

di sertai perdarahan dan nyeri pada abdomen bagian bawah atau pada

punggung (Wiknjosastro, 2008; Varney, 2007).

c.    Abortus Inkomplit

1)   Perdarahan pada kehamilan muda dimana sebagian dari hasil konsepsi telah

keluar dari kavum uteri melalui kanalis servikalis (Saifuddin, 2006).

2)   Ialah pengeluaran sebagian hasil konsepsi pada kehamilan sebelum 20 minggu

dengan masih ada sisa tertinggal dalam uterus. Terjadi ketika plasenta tidak

dikeluarkan bersama janin pada saat terjadi aborsi (Wiknjosastro, 2008;

Varney, 2007).

d.   Abortus Komplit

Perdarahan pada kehamilan muda dimana seluruh hasil konsepsi telah dikeluarkan

dari kavum uteri (Saifuddin, 2006).

2.    Abortus Infeksiosa

Adalah abortus yang diserta komplikasi infeksi. Adanya penyebaran kuman

atau toksin kedalam sirkulasi dan kavum peritoneum dapat menimbulkan

septikemia, sepsis atau peritonitis. Atau disebut juga abortus yang disertai infeksi

pada genetalia sedang (Saifuddin, 2006; Wiknjosastro, 2008).

Page 5: Paper Abortus

5

3.    Missed Abortion (Retensi Janin Mati)

Perdarahan pada kehamilan muda disertai dengan retensi hasil konsepsi yang

telah mati hingga 8 minggu atau lebih. Kematian janin berusia 20 minggu, tetapi

janin mati itu tidak dikeluarkan selama 8 minggu atau lebih (Saifuddin, 2006;

Wiknjosastro, 2008).

4.    Abortus Habitualis

Ialah abortus spontan yang terjadi 3 kali atau lebih berturut-urut.

(Wiknjosastro, 2008; Wiknjosastro, 2005; Walsh, 2008; Manuaba, 2007).

2.3     Etiologi

Hal-hal yang menyebabkan abortus dapat dibagi sebagai berikut:

1.    Kelainan hasil pertumbuhan konsepsi

Kelainan pertumbuhan hasil konsepsi dapat menyebabkan kematian janin atau

cacat. Kelainan berat biasanya menyebabkan kematian mudigah pada hamil

muda. Faktor yang menyebabkan kelainan dalam pertumbuhan ialah sebagai

berikut:

a.    Kelainan kromosom

Kelainan yang sering ditemukan pada abortus spontan ialah trisomi, poliploidi

dan kemungkinan pula kelainan kromosom seks

b.    Lingkungan kurang sempurna

Bila lingkungan di endometrium disekitar tempat implantasi kurang sempurna

sehingga pemberian zat-zat makanan pada hasil konsepsi tergangganggu.

c.    Pengaruh dari luar

Radiasi, virus, obat dan sebaginya dapat mempengaruhi baik hasil konsepsi

maupun lingkungan hidupnya dalan uterus. Pengaruh ini umumnya dinamakan

pengaruh teratogen

2.    Kelainan pada plasenta

Endarteritis dapat terjadi dalam villi koriales dan menyebabkan oksigenasi

plasenta tergganggu, sehingga menyebabkan gangguan pertumbuhan dan

Page 6: Paper Abortus

6

kematian janin. Keadaan ini bisa terjadi sejak kehamilan muda misalnya karena

hipertensi menahun

3.    Penyakit ibu

Penyakit mendadak, seperti pnemonia, tifus abdominalis, pielonefritis,

malaria dan lain-lain dapat menyebabkan abortus. Toksin, bakteri, virus ata

plasmodium dapat melalui plasenta masuk kejanin, sehingga menyebabkan

kematian janin, dan kemudian terjadilah abortus. Anemia berat, keracunan,

laparatomi, peritonitis umum, dan penyakit menahun sperti gruselosis,

mononukleosis infeksiosa, toksoplamosis juga dapat menyebabkan abortus

walaupun lebih jarang.

4.    Kelainan traktus genetalia

Retroversio uteri, mioma uteri, atau kelainan bawaan uterus dapat menyebabkan

abortus. Tetapi, harus dingat bahwa hanya retroversio uteri gravidi inkarserata

atau mioma submukosa yang memegang peranan penting. Sebab lain abortus

dalam trismerster kedua ialah servik inkompeten yang dapat disebabkan oleh

kelemahan bawaan pada servik, diltasi servik berlebihan, konisasi, amputasi, atau

robekan servik luas yang tidak dijahit. (Wiknjosastro, 2008; Walsh, 2008; Varney,

2007).

2.4     Patologi

Pada awal abortus terjadilah perdarahan dalam desidua basalis kemudian

diikuti oleh nekrosis jaringan disekitarnya. Hal tersebut menyebabkan

hasil konsepsi terlepas sebagian atau seluruhnya, sehingga merupakan benda asing

dalam uterus. Keadaan ini menyebabkan uterus berkontraksi untuk mengeluarkan

isinya. Pada kehamilan kurang dari 8 minggu hasil konsepsi itu biasanya

dikeluarkan seluruhnya karena villi koriales belum menembus desidua secara

mendalam. Pada kehamilan antara 8 sampai 14 minggu villi korealis menembus

desidua lebih dalam, sehingga umumnya plasenta tidak dilepaskan sempurna yang

dapat menyebabkan banyak perdarahan. Pada kehamilan 14 minggu keatas

umumnya yang dikeluarkan setelah ketuban pecah ialah janin, disusul beberapa

Page 7: Paper Abortus

7

waktu kemudian plasenta. Perdarahan tidak banyak jika plasenta segera terlepas

dengan lepas. Peristiwa aborsi ini menyerupai persalinan dalam bentuk miniatur

Hasil konsepsi pada abortus dapat dikeluarkan dalam berbagai bentuk. Ada

kalanya kantong amnion kosong atau tampak didalamnya benda kecil tanpa

bentuk yang jelas (blighted ovum); mungkin pula janin telah mati lama (missed

abortion).

Apabila mudigah yang mati tidak dikeluarkan dalam waktu singkat, maka ia

dapat diliputi oleh lapisan bekuan darah. Isi uterus dinamakan mola kruenta.

Bentuk ini menjadi mola karnosa apabila pigmen darah telah diserap dan dalam

sisanya terjadi organisasi, sehingga semuanya tampak seperti daging. Bentuk lain

adalah mola tuberosa; dalam hal ini amnion tampak berbenjol-benjol karena

terjadi hematoma antara amnion dan korion.

Pada janin yang telah meninggal dan tidak dikeluarkan dapat terjadi proses

mumifikasi: janin mengering dan karena cairan amnion menjadi kurang oleh

sebab diserap, ia menjadi agak gepeng (fetus kompressus). Dalam tingkat lebih

lanjut ia menjadi tipis seperti kertas perkamen (fetus papi raseus).

Kemungkinan lain pada janin-mati yang tidak lekas dikeluarkan ialah

terjadinya maserasi: kulit terkupas, tengkorak menjadi lembek, perut membesar

kerena terisi cairan, dan janin berwarna kemerah-merahan. (Wiknjosastro, 2008).

2.5    Diagnosis

Abortus harus diduga bila seorang wanita dalam masa reproduksi mengeluh

tentang perdarahan pervaginam setelah mengalami haid terlambat, sering terdapat

pula rasa mules. Kecurigaan tersebut diperkuat dengan ditentukannya kehamilan

muda pada pemeriksaan bimanual dan dengan tes kehamilan secara biologis atau

imunologik bilamana hal itu dikerjakan harus diperhatikan macam dan banyaknya

perdarahan, pembukaan servik dan adanya jaringan dalam kavum uteri atau

vagina.

1.    Abortus Spontan

a.    Abortus imminens

Page 8: Paper Abortus

8

Diagnosis abortus imminens ditentukan karena pada wanita hamil terjadi

perdarahan melalui ostium uteri eksternum, disertai mules sedikit atau tidak sama

sekali, terus membesar sebesar tuanya kehamilan, servik belum membuka, dan tes

kehamilan positif. Abortus imminens dapat disertai nyeri akibat kram tetapi bisa

juga tidak.

b.    Abortus insipiens

Rasa mules sering dan kuat, perdarahan bertambah. Pada trimester pertama

kehamilan, tidak ditemukan perdarahan atau nyeri berlebihan, tanda-tanda vital

dalam batas normal, tidak mengalami distres emosional yang berat, dan kadar

hertokrit mencapai 30%.

c.    Abortus inkomplit

Pada pemeriksaan vagina, kanalis servikalis terbuka dan jaringan dapat diraba

dalam kavum uteri atau kadang-kadang sudah menonjol dari ostium uteri

eksternum. Perdarahan mulai sebagai bercak dan berlanjut menjadi perdarahan

hebat, atau dapat mulai sebagai perdarahan hebat. Kram biasanya ada, dan ibu

melihat keluarnya jaringan. Ibu melihat pecah ketuban nyata bila usia gestasi

adalah 12 minggu atau lebih.

d.   Abortus komplit

Pada penderita ditemukan perdarahan sedikit, ostium uteri telah menutup dan

uterus sudah banyak mengecil. Diagnosis dapat dipermudah apabila hasil konsepsi

dapat diperiksa dan dapat dinyatakan bahwa semua sudah keluar dengan lengkap.

2.    Abortus Infeksiosa

Ditemukannya servik membesar dan diatas ostium uteri eksternum teraba

jaringan.

3.    Missed Abortion (Retensi Janin Mati)

Dahulu diagnosis biasanya tidak dapat ditentukan dalam satu kali pemeriksaan

melainkan memerlukan waktu pengamatan untuk menilai tanda-tanda tidak

tumbuhnya malahan mengecilnya uterus. Missed abortion biasanya didahului oleh

tanda-tanda abortus imminens yang kemudian menghilang secara spontan atau

Page 9: Paper Abortus

9

setelah pengobatan. Bercak mungkin ada, kurang pertumbuhan uteri dalam

pemeriksaan, tidak ada gerakan jantung janin, terlihat pada ultrasuara atau ada

jaringan janin tanpa tanda viabilitas.

4.    Abortus Habitualis

Diagnosis abortus habitualis tidak sukar ditentukan dengan anamnesis.

Khususnya diagnosis abortus habitualis karena inkompetensia menunjukkan

gambaran klinik yang khas, yaitu dalam kehamilan triwulan kedua terjadi

pembukaan servik tanpa disertai mules, ketuban menonjol dan pada suatu saat

pecah. Kemudian timbul mules yang selanjutnya diikuti oleh pengeluaran janin

yang biasanya masih hidup normal. (Wiknjosastro, 2008; Varney; walsh, 2008).

2.6     Penanganan

1.    PenilaianAwal

Untuk penanganan yang memadai, segera lakukan penilaian dari :

a.    Keadaan umum pasien

b.    Tanda–tanda syok (pucat, berkeringat banyak, pingsan, tekanan sistolik <90

mmHg, nadi > 112 x/menit)

c.    Bila syok disertai dengan masa lunak di adneksa, nyeri perut bawah, adanya

cairan bebas dalam kavum pelvis (kemungkinan kehamilan ektopik yang

terganggu)

d.   Tanda–tanda infeksi atau sepsis (demam tinggi, secret berbau vaginam,

nyeri perut bawah, dinding perut tegang, nyeri goyang porsio, dehidrasi,

gelisah atau pingsan).

e.    Tentukan melalui evaluasi medik apakah pasien dapat di tatalaksana

fasilitas kesehatan setempat atau di rujuk (setelah dilakukan stabilisasi)

2.    Penanganan Spesifik

a.    Abortus imminens

1)   Tidak diperlukan pengobatan medis yang khusus atau tirah baring secara total.

Tirah baring merupakan unsur penting dalam pengobatan, karena cara ini

Page 10: Paper Abortus

10

menyebabkan bertambahnya aliran darah ke uterus dan berkurangnya rangsang

mekanik.

2)   Anjurkan untuk tidak melakukan aktifitas fisik secara berlebihan atau

melakukan hubungan seksual.

3)   Bila perdarahan :

a)    Berhenti : lakukan asuhan antenatal terjadwal dan penilaian ulang bila

terjadi perdarahan lagi .

b)   Terus berlangsung : nilai kondisi janin (uji kehamilan atau USG). Lakukan

konfirmasi kemungkinan adanya penyebab lain (hamil ektopik atau mola).

c)    Pada fasilitas kesehatan dengan sarana terbatas, pemantuan hanya

dilakukan melalui gejala klinik dan hasil pemeriksaan gynekologi

b.    Abortus insipiens

1)   lakukan prosedur evakuasi hasil konsepsi

2)   Bila usia gestasi ≤16 minggu, evakuasi dilakukan dengan peralatan Aspirasi

Vakum Manual (AVM) setelah bagian-bagian janin dikeluarkan.

3)   Bila usia gestasi ≥16 minggu, evakuasi dilakukan dengan prosedur Dilatasi dan

Kuretase (D & K).

4)   Bila prosedur evakuasi tidak dapat segera dilaksanakan atau usia gestasi lebih

besar dari 16 minggu, lakuakn tindakan pendahuluan dengan :

a)    Infuse Oksitosin 20 unit dalam 500 ml NS atau RL, mulai dengan 8

tetes/menit yang dapat dinaikkan 40 tetes/menit, sesuai dengan kondisi

kontraksi uterus hingga terjadi pengeluaran hasil konsepsi.

b)   Ergometrin 0,2 mg IM yang diulangi 15 menit kemudian.

c)    Misoprostol 400 mg per oral dan apabila masih diperlukan, dapat di ulangi

dengan dosis yang sama setelah 4 jam dari dosis awal.

5)   Hasil konsepsi yang tersisa dalam kavum uteri dapat dikeluarkan dengan AVM

atau D & K (hati – hati resiko perforasi).

c.    Abortus Inkomplit

Page 11: Paper Abortus

11

1)   Tentukan besar uterus (taksir usia gestasi), kenali dan atasi setiap komplikasi

(perdarahan hebat, syok, infeksi/sepsis).

2)   Hasil konsepsi yang terperangkap pada servik yang disertai perdarahan hingga

ukuran sedang, dapat dikeluarkan secara digital atau vunam ovum. Setelah itu

evaluasi perdarahan :

a)    Bila perdarahan berhenti, beri ergometrin 0,2 mg IM atau misoprostol 400

mg per oral.

b)   Bila perdarahan terus berlangsung, evakuasi sisa hasil konsepsi dengan

AVM atau D&K (pilihan tergantung dari usia gestasi, pembukaan servik

dan keberadaan bagian-bagian janin)

3)   Bila tak ada tanda-tanda infeksi, beri antibiotika profilaksis (ampisilin 500 mg

oral atau doksisiklin 100 mg)

4)   Bila terjadi infeksi, beri ampisilin 1 gram dan metronidazol 500 mg setiap 8

jam.

5)   Bila terjadi perdarahan hebat dan usia gestasi dibawah 16 minggu, segera

lakukan evakuasi dengan AVM.

6)   Bila pasien tampak anemi, berikan sulfasferosus 600 mg per hari selama 2

minggu (anemia sedang) atau transfusi darah (anemia berat).

Pada beberapa kasus, abortus inkomplit erat kaitannya dengan abortus tidak

aman, oleh sebab itu perhatikan hal-hal berikut ini :

1)   Pastikan tidak ada komplikasi  berat seperti sepsis, perforasi uterus atau

cidera intra abdomen (mual/muntah, nyeri punggung, demam, perut

kembung, nyeri perut bawah, dinding perut tegang).

2)   Bersihkan ramuan tradisional, jamu, bahan kaustik, kayu atau benda-benda

lainnya dari regio genetalia.Berikan boster tetanus toksoid 0,5 ml bila

tampak luka kotor pada dinding vagina atau kanalis servisis dan pasien

pernah di imunisasi.

3)   Bila riwayat imunisasi tidak jelas, berikan serum anti tetanus (ATS) 1500

Unit IM diikuti dengan pemberian tetanus toksoid 0,5 ml setelah 4 minggu.

4)   Konseling untuk kontrasepsi pasca keguguran dan pemantuan lanjut

Page 12: Paper Abortus

12

d.   Abortus komplit

1)   Apabila kondisi pasien baik, cukup diberi tablet Ergometrin 3x1 tablet perhari

untuk 3 hari.

2)   Pasien mengalami anemia sedang, berikan tablet Sulfas Ferosus 600 mg per

hari selama 2 minggu disertai dengan anjuran mengkonsumsi makanan bergizi

(susu, sayuran segar, ikan, daging, telur). Untuk anemia berat, berikan tranfusi

darah.

3)   Apabila tidak terdapat tanda-tanda infeksi tidak perlu diberi antibiotika, atau

bila kawatir akan infeksi dapat diberi antibiotika profilaksis

e.    Abortus infeksiosa

1)   Kasus ini tinggi untuk terjadi sepsis, apabila fasilitas kesehatan setempat tidak

mempunyai fasilitas yang memadai, rujuk pasien kerumash sakit.

2)   Sebelum merujuk pasien, lakukan retorasi cairan dengan NS atau RL melalui

infus dan berikan anti biotika (misalnya ampisilin 1 g dan metronidazol  500

mg).

3)   Jika ada riwayat abortus tidak aman, beri ATS dan TT.

4)   Pada fasilitas kesehatan yang lengkap dengan perlindungan antibiotika

berspektrum luas dan upaya stabilisasi hingga kondisi pasien memadai, dapat

dilakukan pengosongan uterus sesegera mungkin.

Tabel 2.1 Kombinasi antibiotika untuk abortus infeksiosa

Kombinasi

antibiotika

Dosis Oral Catatan

Ampisilin dan

Metronidazol

3 x 1 g oral dan 3

x 500 mg

Berspektrum  luas dan mencakup

untuk gonorrhea dan bakteri an

aerob

Tertasiklin dan

Klindanisin

4 x 500 mg dan

2 x 300 mg

Baik untuk klamidia, gonorrhea dan

bakteriodes fragilis

Trinethoprim dan 160 mg dan Spectrum cukup luas dan harganya

Page 13: Paper Abortus

13

Sulfamethoksazol

800 mg

relative murah

Tabel 2.2 Antibiotika parenteral untuk abortus infeksiosa

Antibiotika Cara pemberian Dosis

Sulbenisilin

Gentamisilin

Metronidazol

IV 3 x 1 g

2 x 80  mg

2 x 1 g

Seftriaksone IV 1 x 1 g

Amoksilklin +

Klavulanik Acid

Klindamisin

IV 3 x 500 mg

3 x 600 mg

f.     Missed Abortion

Missed abortion seharusnya seharusnya ditangani di  rumah sakit atas

pertimbangan :

1)   Plasenta dapat melekat sangat erat didinding rahim, sehingga prosedur

evakuasi kuretase akan lebih sulit dan resiko perforasi lebih tinggi.

2)   Pada umumnya kanalis servisis dalam keadaan tertutup sehingga perlu

tindakan dilatasi dengan batang laminaria selama 12 jam .

3)   Tingginya kejadian komplikasi hipofibrinogenemia yang berlanjut dengan

gangguan pembekuan darah.

4)   Apabila diputuskan untuk mengeluarkan hasil konsepsi itu, pada uterus yang

besarnya tidak melebihi 12 minggu sebaiknya dilakukan pembukan serviks

uteri dengan memasukkan laminaria selama ± 12 jam dalam kanalis servikalis,

yang kemudian dapat diperbesar dengan busi Hegar sampai cunam ovum atau

jari dapat masuk ke dalam kavum uteri. Jika kehamilan lebih dari 12 minggu,

maka pengeluaran hasil konsepsi dapat dilakukan dengan infus intravena

oksitosin. Dosis oksitosin dapat dimulai dengan 20 tetes/menit dari cairan 500

ml glukosa 5% dengan 10 iu oksitosin.

Page 14: Paper Abortus

14

(Saifuddin, 2006; Wiknyosastro, 2008; Cunningham, 2006).

2.7              Komplikasi

Komplikasi yanag berbahaya pada abortus ialah perdarahan, perforasi, infeksi dan

syok

1.         Perdarahan

Perdarahan dapat diatasi dengan pengosongan uterus dari sisa-sisa hasil

konsepsi dan jka perlu pemberian tranfusi darah. Kematian karena perdarahan

dapat terjadi apabila pertolongan tidak diberikan pada waktunya.

2.         Perforasi

Perforasi uterus pada kerokan dapat terjadi terutama pada uterus dalam posisi

hiperretrofleksi. Jika terjadi peristiwa ini, penderita perlu diamati dengan

teliti. Jika ada tanda bahaya, perlu segera dilakukan laparatomi dan

tergantung dari luas dan bentuk perforasi, penjahitan luka perforasi atau perlu

histerektomi. Perforasi uterus pada abortus yang dikerjakan oleh orang awam

menimbulkan persoalaan gawat karena perlukaan uterus biasanya luas,

mungkin pula terjadi perlukaan kandung kemih atau usus. Degan adanya

dugaan atau kepastian terjadinya perforasi, laparatomi harus segera dilakukan

untuk menentukan luasnya cidera, untuk selanjutnya mengambil tindakan

seperlunya guna mengatasi komplikasi.

3.         Infeksi

Infeksi dalam uterus atau sekitarnya dapat terjadi pada tiap abortus, tetapi

biasanya ditemukan pada abortus inkomletus dan lebih sering pada abortus

buatan yang dikerjakan tanpa memperhatikan asepsis. Umumnya pada

abortus infeksius infeksi terbatas pada desidua.

4.         Syok

Syok pada abortus bisa terjadi karena perdarahan (syok hemoragik) dan

karena infeksi berat (syok endoseptik).(Wiknjosastro, 2008)

Page 15: Paper Abortus

15

Page 16: Paper Abortus

16

BAB III

KESIMPULAN

3.1 Kesimpulan

Abortus sebagai pengakhiran kehamilan sebelum masa gestasi 28 minggu

atau sebelum janin mencapai berat 1000 gram. Abortus adalah keluarnya janin

sebelum mencapai viabilitas. Dimana masa getasi belum mencapai 22 minggu dan

beratnya kurang dari 500gr (Derek liewollyn&Jones, 2002). Kelainan dalam

kehamilan ada beberapa macam yaitu abortus spontan, abortus buatan, dan

terapeutik. Biasanya abortus spontan dikarenakan kurang baiknya kualitas sel

telur dan sel sperma. Abortus buatan merupakan pengakhiran kehamilan dengan

disengaja sebelum usia kandungan 28 minggu. Pengguguran kandungan buatan

karena indikasi medik disebut abortus terapeutik.

Page 17: Paper Abortus

17

DAFTAR PUSTAKA

Cunningham, Gary, F. dkk. 2006. Obstetri Williams Vol. 2. Jakarta: EGC, 951-

964.

Manuaba, dkk. 2007. Pengantar Kuliah Obstetri. Jakarta: EGC, 697-683.

Saifuddin, Abdul Bahri. 2008. Pelayanan Kesehatan Maternal

Neonatal. Jakarta:  Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo, 145-148.