abortus jadi

37
BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Berdasarkan pasal 17 UU RI No 30 tahun 1992 tentang kesehatan yang berbunyi kesehatan anak sebagaimana dimaksud dalam ayat 1 dilakukan untuk peningkatan kesehatan anak dalam kandungan (UU Kesehatan RI tahun 1992). Peningkatan kesehatan anak dalam kandungan untuk memperoleh suatu kehamilan yang sehat sampai dengan lahirnya anak yang sehat tanpa ada kelainan. Kesehatana anak dalam kandungan dapat dipengaruhi oleh beberapa factor antara lain : gizi, keadaan ekonomi, status kesehatan ibu dan sosial budaya. Apabila factor-faktor tadi tidak diperhatikan maka dapat menganggu pertumbuhan janin dan kesehatan ibu, misalnya berat badan lahir rendah, kelainan congenital dan abortus yang dapat mengancam ibu. Abortus adalah merupakan keadaan terputusnya suatu kehamilan dimana fetus belum sanggup hidup sendiri di luar uterus, berat fetus antara 400 –1000 gram atau usia kehamilan kurang dari 29 minggu (Mochtar Rustam, 1998). Abortus sangat mengancam jiwa ibu karena dapat mengakibatkan beberapa komplikasi antara lain perdarahan, infeksi dan tetanus serta dapat pula terjadi syock. Frekuensi abortus sukar ditentukan karena banyak abortus 1

Upload: naetha21

Post on 23-Jul-2015

143 views

Category:

Documents


3 download

TRANSCRIPT

Page 1: abortus jadi

BAB I

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Berdasarkan pasal 17 UU RI No 30 tahun 1992 tentang kesehatan yang berbunyi kesehatan

anak sebagaimana dimaksud dalam ayat 1 dilakukan untuk peningkatan kesehatan anak dalam

kandungan (UU Kesehatan RI tahun 1992). Peningkatan kesehatan anak dalam kandungan untuk

memperoleh suatu kehamilan yang sehat sampai dengan lahirnya anak yang sehat tanpa ada

kelainan. Kesehatana

anak dalam kandungan dapat dipengaruhi oleh beberapa factor antara lain : gizi, keadaan

ekonomi, status kesehatan ibu dan sosial budaya. Apabila factor-faktor tadi tidak diperhatikan

maka dapat menganggu pertumbuhan janin dan kesehatan ibu, misalnya berat badan lahir rendah,

kelainan congenital dan abortus yang dapat mengancam ibu. Abortus adalah merupakan keadaan

terputusnya suatu kehamilan dimana fetus belum sanggup hidup sendiri di luar uterus, berat fetus

antara 400 –1000 gram atau usia kehamilan kurang dari 29 minggu (Mochtar Rustam, 1998).

Abortus sangat mengancam jiwa ibu karena dapat mengakibatkan beberapa komplikasi antara lain

perdarahan, infeksi dan tetanus serta dapat pula terjadi syock.

Frekuensi abortus sukar ditentukan karena banyak abortus yang tidak dilaporkan kecuali

terjadi komplikasi. Diperkirakan frekuensi abortus spontan berkisar 10-15 % (Wiknjosastro H,

1997), menurut Royston Erica, 1994 tingkat kematian ibu diperkirakan sekitar antara 450 per

100.000 kelahiran hidup, kematian maternal disebabkan oleh sepsis puerperalis, perdarahan,

gistosis toksemia gravidarum, perlukaan kelahiran serta angka kematian maternal karena trombo-

embolismus dan arena sebab-sebab di luar kehamilan seperti penyakit jantung. Dari pengertian

abortus diatas salah satu macam abortus adalah abortus iminens. Abortus immines yaitu

perdarahan per vagina pada kehamilan kurang dari 20 minggu tanpa ada dilatai servik yang

meningkat (Kapita Selekta Kedokteran, 1999).

1

Page 2: abortus jadi

Pada kasus abortus tidak menutup kemungkinan terjadinya perdarahan. Dengan adanya

perdarahan tersebut menyebabkan deficit volume cairan yang terjadi karena banyaknya

perdarahan itu sendiri. Selain itu penderita abortus imminens juga akan mengalami perubahan

aktivitas karena adanya perdarahan sehingga tubuh kekurangan cairan yang akan berakibat pada

kelemahan fisik dan akhirnya terjadi gangguan pola aktifitas. Dari masalah diatas maka peran

perawat sangat penting dalam memberikan asuhan keperawatan. Dari fenomena-fenomena diatas

maka penulis tertarik membuat makalah ini dengan judul “Asuhan Keperawatan Pada Klien

Dengan Abortus Imminens ”.

A. Tujuan Penulisan

Dalam penyusunan makalah ini, penulis mempunyai beberapa tujuan sebagai berikut;

1. Untuk mendapatkan gambaran yang lebih jelas mengenai abortus imminens.

2. Mengembangkan ilmu pengetahuan dan menambah pengalaman dalam menghadapi

masalah serta cara penyelesaian dalam memberikan asuhan keperawatan pada klien

dengan abortus imminens

3. Untuk mengetahui kesenjangan antara teori dengan kenyataan dalam memberikan asuhan

keperawatan abortus imminens.

B. Metode Penulisan

Metode yang digunakan dalam pengumpulan data untuk menyusun makalah ini adalah metode

deskriptif, yaitu pengumpulan data berdasarkan fakta-fakta yang diperoleh pada waktu aktifitas

dilakukan. Adapun tehnik yang digunakan dalam pengumpulan data ini adalah;

1. Study Kepustakaan Yaitu dengan mencari data-data mengenai abortus imminens

yang diperoleh dari buku-buku cetak, diktat, dan catatan kuliah. Observasi Partisipasi

Aktif Ikut mengadakan pengamatan langsung kepada pasien serta memberikan askep

selama pasien berada dirumah sakit.

2. Tehnik Wawancara Mengadakan Tanya jawab dengan dokter dan perawat ruangan,

pasien sendiri serta keluarga mengenai penyebab terjadinya abortus imminens serta

hal-hal yang berhubungan dengan abortus tersebut.

2

Page 3: abortus jadi

3. Study dokumentasi Dengan mempelejari catatan medik dan perawatan serta hasil

pemeriksaan lain mengenai permasalahan klien.

D. Sistematika Penulisan

Susunan makalah ini dijabarkan secara sistematika menjadi beberapa bab dan sub bab yaitu;

Bab I : Pendahuluan yang meliputi latar belakang masalah, tujuan penulisan, metode penulisan

serta sistematika penulisan.

Bab II : Konsep dasar teori yang meliputi pengertian, penyebab, tanda dan gejala, komplikasi,

patofisiologi, pathways, masalah keperawatan dan focus intervensi abortus imminens.

Bab III : Tinjauan kasus yang menguraikan data pasien, diagnosa keperawatan, rencana

keperawatan, implementasi keperawatan dan evaluasi.

Bab IV : Pembahasan kasus dengan membandingkan antara teori dan kenyataan yang

dihadapi.

Bab V : Penutup yang meliputi kesimpulan dan saran

3

Page 4: abortus jadi

BAB II

TINJAUAN TEORI

A. Pengertian

Abortus adalah ancaman atau pengeluaran hasil konsepsi pada usia kehamilan kurang dari 20

minggu atau berat janin kurang dari 500 gram. (Mansjoer Arif, 1999)

Abortus imminens adalah pengeluaran secret pervaginam yang tampak pada paruh pertama

kehamilan. (Williams Obstetri,1995)

Abortus imminens adalah keadaan dimana perdarahan berasal dari intra uteri yang timbul

sebelum umur kehamilan lengkap 20 minggu, dengan atau tanpa kolik uterus, tanpa hasil

pengeluaran hasil konsepsi dan tanpa dilatasi serviks. (Ben-zion Taber, 1992)

Abortus imminens adalah keguguran yang membakat dan akan terjadi keluarnya fetus yang maih

dapat dicegah. (Mochtar Rustam, 1998)

Abortus dapat dibagi atas dua golongan;

1. Abortus spontan adalah abortus yang terjadi dengan tidak didahului faktor-faktor mekanis atau

medisinalis, semata-mata disebabkan oleh faktor-faktor alamiah.

Abortus ini dapat dibagi menjadi;

a. Abortus imminens adalah keguguran membakat dan akan terjadi, keluarnya fetus masih dapat

dicegah.

b. Abortus insipiens adalah abortus yang sedang berlangsung dengan ostium sudah terbuka dan

ketuban sudah teraba. Kehamilan sudah tidak dapat dipertahankan lagi.

c. Abortus inkompletus adalah hanya sebagian dari hasil konsepsi yang dikeluarkan yang

tertinggal adalah desidua dan plasenta.

d. Abortus kompletus adalah seluruh hasil konsepsi dikeluarkan (desidua dan fetus), sehingga

rongga rahim kosong

4

Page 5: abortus jadi

e. Missed abortion adalah keadaan dimana janin sudah mati tetapi tetap berada dalam rahim

dan tidak dikeluarkan selama 2 bulan atau lebih.

f. Abortus habitualis adalah keadaan dimana penderita mengalami keguguran berturut-turut

3 kali atau lebih.

2. Abortus provokatus (induced abortion) adalah abortus yang disengaja baik dengan

memakai obat-obatan maupun alat-alat.

a. Abortus medisinalis (abortus therapeutika) adalah abortus karena tindakan kita sendiri,

dengan alasan bila kehamilan dilanjutkan dapat membahayakan jiwa ibu (berdasarkan aindikasi

medis)

b. Abortus kriminalis adalah abortus yang terjadi oleh karena tindakan-tindakan yang tidak

legal atau tidak berdasarkan indikasi medis.

(Mochtar Rustam, 1998)

B. Etiologi

Abortus dapat terjadi karena beberapa sebab, yaitu:

1. Kelainan pertumbuhan hasil konsepsi, biasa menyebabkan abortus pada kehamilan

sebelum usia 8 minggu. Faktor yang menyebabkan kelainan ini adalah:

a. Kelainan kromosom

b. Lingkungan sekitar tempat implantasi kurang sempurna

c. Pengaruh teratogen akibat radiasi, virus obat-obatan, tembakau dan alkohol.

2. Kelainan pada plasenta.

3. Faktor maternal

4. Kelainan traktus genetalia, seperti inkompetensi servik (untuk abortus pada trimester

kedua), retroversi uteri, mioma uteri dan kelainan bawaan uterus.

(Mansjoer Arief, 1999)

5

Page 6: abortus jadi

C. Tanda dan Gejala

Tanda dan gejala dari abortus imminens adalah:

1. Terlambat haid atau amenore kurang dari 20minggu

2. Perdarahan uterus pada kehamilan sebelum 20 minggu, hasil konsepsi masih berada

dalam uterus, tanpa adanya dilatasi serviks.

3. Perdarahan melalui ostium uteri eksternum

4. Uterus membesar sebesar tuanya kehamilan, serviks belum membuka, tes kehamilan

positif.

5. Perdarahan implitasi biasanya sedikit warnanya merah dan cepat berhenti dan tidak

disertai mules-mules. (Wiknjosastro, 1997)

D. Komplikasi

Adapun komplikasi dari abortus adalah

1. Perdarahan

Apabila perdarahan dari jalan lahir tidak segera diatasi atau pertolongan tidak diberikan tepat pada

waktunya maka akan terjadi pengeluaran hasil konsepsi.

2. Syock

Berkurangnya volume darah yang disebabkan oleh adanya perdarahan

3. Infeksi

Hal ini seharusnya jarang terjadi jika memakai tehnik asepsis dengan cermat.

E. Penatalaksanaan

Dalam penatalaksanaan abortus imminens dipakai cara konservatif, meliputi:

1. Istirahat baring

Tidur berbaring merupakan unsur penting dalam pengobatan karena cara ini menyebabkan

bertambahnya aliran darah ke uterus dan berkurangnya rangsang mekanis.

2. Coitus dilarang selama 2 minggu setelah perdarahan berhenti

3. Berikan obat penenang, biasanya fenobarbital 3x30 mg. Berikan preparat hematinik

misalnya sulfas ferosus 600-1000 mg.

4. Diet tinggi protein dan tambahan vitamin C.

6

Page 7: abortus jadi

5. Periksa denyut nadi dan suhu badan dua kali sehari bila klien tidak panas dan tiap empat

jam bila pasien panas.

6. Bersihkan vulva minimal dua kali sehari dengan cairan antiseptik untuk mencegah infeksi

terutama saat masih mengeluarkan cairan coklat.

7. Tes kehamilan dapat dilakukan. Bila hasil negatif, mungkin janin sudah mati. Pemeriksaan

USG untuk menentukan apakah janin masih hidup.

(Mansjoer Arif, 1999)

F. Patofisiologi

Pada awal abortus terjadi perdarahan desidua basalis, diikuti nekrosis jaringan sekitar yang

menyebabkan hasil konsepsi terlepas dan dianggap benda asing dalam uterus, kemudian uterus

berkontraksi untuk mengeluarkan benda asing tersebut.

Pada kehamilan kurang dari 8 minggu, Villi korialis belum menembus desidua secara dalam. Jadi

hasil konsepsi dapat dikeluarkan seluruhnya pada kehamilan 8 sampai 14 minggu, penembusan

sudah lebih dalam hingga plasenta tidak dilepaskan sempurna dan menimbulkan banyak

perdarahan. Pada kehamilan lebih dari 14 minggu, janin dikeluarkan lebih dulu dari pada plasenta.

Hasil konsepsi keluar dalam berbagai bentuk, seperti kantong kosong amnion atau benda kecil

yang tidak jelas bentuknya, janin lahir mati, janin masih hidup, mola kruenta, fetus kompresus,

maserasi atau fetus papi raseus.

Pada abortus imminens peristiwa terjadinya perdarahan dari uterus pada kehamilan sebelum 20

minggu, dimana hasil konsepsi masih dalam uterus dan tanpa adanya dilatasi serviks. Diagnosis

abortus imminens ditentukan karena pada wanita hamil terjadi perdarahan melalui ostium uteri

eksternum, disertai mules sedikit atau tidak sama sekali, uterus membesar sebesar tuanya

kehamilan, serviks belum membuka, dan tes kehamilan positif. Pada beberapa wanita hamil dapat

terjadi perdarahan sedikit pada saat haid yang semestinya datang jika tidak terjadipembuahan. Hal

ini disebaban oleh penembusan villi korialis kedalam desidua, pada saat implantasi ovum.

Perdarahan implantasi biasanya sedikit, warnanya merah dan cepat berhenti mules-mules.

7

Page 8: abortus jadi

G. Diagnosa Keperawatan

Dari alur masalah yang tertulis diatas maka dapat ditemukan masalah keperawatan diantaranya.

1. Nyeri berhubungan dengan kontraksi uterus

2. Resiko kehilangan berhubungan dengan ancaman abortus.

3. Cemas berhubungan dengan ancaman abortus.

4. Resiko kekurangan volume cairan berhubungan dengan perdarahan

5. Intoleransi aktifitas berhubungan dengan penurunan otot ektremitas sekunder terhadap

bedrest.

H. Fokus intervensi

1. Nyeri berhubungan dengan kontraksi uterus.

Tujuan: Nyeri berkurang/ hilang setelah dilaksanakan tindakan keperawatan

Kriteria:

- Nyeri daerah perut hilang atau berkurang

- Ekspresi wajah tenang, tanda-tanda vital dalam batas normal TD: 120/80 N: 84 S: 37 RR: 20

Intervensi:

a) Kaji Nyeri, Karakteristik, kualitas, frekuensi, lokasi dan intensitasnya.

b) Monitor tanda-tanda vital

c) Ajarkan tehnik relaksasi dan distraksi

d) Ciptakan lingkungan yang nyaman dan atur posisi yang nyaman.

e) Berikan informasi penyebab terhadap rasa nyeri

2. Resiko kehilangan berhubungan dengan ancaman abortus

Tujuan: Mengenal tanda ancaman aborsi

Kriteria:

-Kehilangan tidak terjadi

- Perdarahan pervagina tidak ada

intervensi:

a) Awasi Perdarahan pervagina

8

Page 9: abortus jadi

b) Berikan informasi yang jelas tentang abortus

c) Berikan lingkungan yang terbuka untuk diskusi pada pasien dan keluarga tentang

penerimaan kehilangan tanda kehamilan.

d) Kaji tanda emosional pasien

e) Terima respon pasien terhadap kehilangan dengan tenang dan tidak menghakimi

f) Kolaborasi untuk pemeriksaan USG.

3. Cemas berhubungan dengan hasil. kehamilan dan ketidak pastian untuk kehamilan

mendatang Tujuan: Meminimalkan kecemasan

Kriteria:

- Pasien mau mengungkapkan perasaannya.

- Pasien tidak gelisah

Intervensi:

a) Kaji tingkat kecemasan pasien

b) Dorong pasien untuk mengungkapkan tentang kehilangan janinnya.

c) Sediakan lingkungan yang kondusif tempat pasien sehingga dapat merasa aman untuk

mengungkapkan perasaannya.

d) Jaga frekuensi kontak dengan pasien sebagai bentuk kepedulian

e) Tingkat dukungan terhadap keluarga.

4. Resiko kekurangan volume cairan berhubungan dengan perdarahan

Tujuan: memperhatikan normalitas volume darah

Kriteria:

- Tanda-tanda vital normal

-Turgor kulit normal, membran mukosa lembab

Intervensi:

a) Monitor tanda-tanda vital dan kondisi pasien

b) Kaji perdarahan pasien tiap jam, catat warna perdarahan, jumlah pembalut yang digunakan

c) Monitor input dan output cairan

d) Monitor nilai Hb, Ht dan trombosit

e) Kolaborasi pemberian anti koagulan

9

Page 10: abortus jadi

hubungan seksual yang berlebihan ,trauma.

Kelainan ovumGangguan sirkulasi plasentakelainan pada ibu

Kelainan kromosom, lingkungan, teratogenik, kongenital, penyakit pada ibu

5. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan penurunan otot ekstremitas sekunder terhadap

bedrest. Tujuan: Kebutuhan aktivitas terpenuhi

Kriteria:

- Pasien dapat melakukan aktivitas tanpa bantuan orang lain

- Pasien dapat melakukan perawatan diri tanpa dibantu

Intervensi:

a) Anjurkan klien mengikuti aktiftias dengan istirahat yang cukup

b) Anjurkan isitrahat yang adekuat dan penggunaan posisi miring kanan dan miring kiri.

c) Anjurkan klien memodifikasi dan menghilangkan segala jenis aktifitas dan ajarkan

aktifitas di tempat tidur.

d) Tekankan pentingnya aktifitas hiburan yang tenang.

e) Anjurkan tirah baring yang dimodifikasi/komplit sesuai indikasi

(Doengoes, 2001)

WOC ABORTUS

10

Page 11: abortus jadi

BAB 3

ANALISA KASUS

3.1 Kasus

Ny. R usia 20 tahun, sudah menikah dan hamil pertama usia 20 minggu. Beberapa hari lalu Ny.

R merasa kram di perut, nyeri dan tiba-tiba mengalami perdarahan kemudian Tn. R melarikan

Ny. R ke RSCM. Sesampainya di RS, diagnosa Ny. R adalah abortus. Anamnesa Ny. R

menunjukkan suhu 39o, tekanan darah 60/40 mmHg, Nadi 50x/menit dan lemah, Ny. R juga

11

Page 12: abortus jadi

mengalami syok, dengan akral dingin, CRT > 2 detik. Dari hasil laboratorium diketahui kadar

Hb 5 gr/dL, leukosit 15.000.

3.2. Analisis Data

NO DATA ETIOLOGI PROBLEM

1 S : -

O :

- suhu 39o, hb 5 gr/dl

- Px mengeluarkan

banyak darah

- Darah yang keluar + 1

liter

Perdarahan

hipovolemik

syok

Resiko syok

hemorrhagic

2 S : px merasa lemas

O :

- nadi lemah (50 x/menit),

pasien terlihat pucat

Perdarahan

Anemia

Kelemahan

Gangguan aktivitas

Gangguan aktivitas

3 S : px mengeluh nyeri di

perut

Px merintih kesaki

O :

P= aborsi

Q= severe pain

R= abdomen

S=(skala ± 8)

Keguguran janin

Rangsangan pada uterus

Prostaglandin

Dilatasi serviks

Gangguan rasa

nyaman : nyeri

12

Page 13: abortus jadi

T=current Nyeri

4 S : -

O : leukosit 15.000,

Suhu 39oC

Keguguran janin

Lepasnya buah kehamilan

dari implantasinya

Terputusnya pembuluh darah

ibu

Perdarahan

Resiko terjadi infeksi

Resiko Tinggi

infeksi

5 S : px mengatakan

ketakutan tidak bias

memberi keturunan

O : px. Terlihat gelisah,

akral dingin

Keguguran janin

Terganggunya psikologis ibu

Kecemasan

Cemas

3.3. Asuhan Keperawatan pada Pasien dengan Abortus Immitens

3.3.1. Pemonitoran

a. Identitas klien

Meliputi nama, usia, alamat, agama ,bahasa, status perkawinan, pendidikan,

pekerjaan, golongan darah, tanggal masuk rumah sakit, dan diagnosa medis. Ibu hamil pada usia

kurang dari 20 tahun atau lebih dari 35 tahun rentang terjadi aborsi pada kandungannya.

Pendidikan dan pekerjaan yang semakin berat akan meningkatkan resiko aborsi.

b. Keluhan utama

13

Page 14: abortus jadi

Dalam kasus abortus masalah yang banyak dikeluhkan pasien pada umumnya adalah

rasa nyeri pada bagian abdomen. Tingkat nyeri yang dirasakan dapat menunjukkan jenis aborsi

yang terjadi.

c. Riwayat kesehatan

Riwayat kesehatan yang dimonitor adalah riwayat kesehatan sekarang, riwayat kesehatan

dahulu(faktor pendukung terjadinya aborsi misalnya mioma uteri) dan keluarga(faktor genetik),

riwayat pembedahan ( seksio sesaria atau tidak), riwayat penyakit yang pernah dialami(misal :

hipertensi, DM, typhoid, dll), riwayat kesehatan reproduksi, riwayat seksual, riwayat pemakaian

obat(misalnya : obat jantung), pola aktivitas sehari – hari.

3.3.2. Pemeriksaan fisik

a. B1 (Breath)

- RR= 18 x/menit

- Tidak ada suara nafas tambahan

- Tidak menggunakan alat bantu pernafasan

b. B2 (Blood)

- Tekanan darah : 60/40 mmHg

- Nadi : 50x/menit

- Suhu : 39o C

- Hb : 5 gr/Dl

- Leukosit : 15.000

- Golongan darah : A

- Akral dingin

- CRT > 2 detik

c. B3 (Brain)

- Stupor, tidak mengalami gangguan tidur

d. B4 (Bladder) : -

e. B5 (Bowel)

- Nyeri di daerah perut

- Penurunan nafsu makan

- Frekuensi BAB 1 x/hari, berbau khas, konsistensi padat

f. B6 (Bone)

14

Page 15: abortus jadi

- Turgor kulit baik

- Pergerakan dalam batas normal

g. Psikologis

- Ansietas

h. Sosial

Hubungan dengan suami dan keluarga : baik

3.3.3. Pemeriksaan laboratorium

a. darah : leukosit naik15.000

Hb : 5 gr/dL

3.3.4. Diagnosa keperawatan

a. Resiko syok hemorrhagic b.d perdarahan

b. Gangguan aktivitas b.d kelemahan, penurunan sirkulasi

c. Gangguan rasa nyaman : nyeri b.d kerusakan jaringan intrauteri

d. Resiko tinggi infeksi b.d perdarahan, kondisi vulva lembab

e. Cemas b.d kurang pengetahuan

3.3.5. Rencana asuhan keperawatan

No Diagnosa

Keperawatan

Tujuan Intervensi Rasional

1 Resiko syok

hemorrhagic

b.d Perdarahan

Tidak

terjadi

devisit

volume

cairan,

seimbang

antara

Mandiri :

1. Cek Airway,

Breathing, and

Circulation

2.Penderita

dibaringkan dalam

posisi trendelenburg,

1. Sebagai pertolongan

pertama pada keadaan syok

2. Mencegah gangguan

perfusi serebral dan untuk

auto transfusi

15

Page 16: abortus jadi

intake dan

output baik

jumlah

maupun

kualitas

yaitu posisi telentang

biasa dengan kaki

sedikit tinggi 30

derajat

3.. Monitor kondisi

TTV tiap 2 jam

4. Monitor input dan

output cairan

Kolaborasi :

1. Berikan sejumlah

cairan pengganti

harian(NaCl 0.9%,

RL, Dekstran),

plasma dan transfusi

darah

2. Evaluasi status

hemodinamika

3. Setelah kebebasan

3. Pengeluaran cairan

pervaginal sebagai akibat

abortus memiliki karekteristik

bervariasi

4. Jumlah cairan ditentukan

dari jumlah kebutuhan harian

ditambah dengan jumlah

cairan yang hilang pervaginal

1. Tranfusi mungkin

diperlukan pada kondisi

perdarahan massif

2. Penilaian dapat dilakukan

secara harian melalui

pemeriksaan fisik

3. untuk mencegah atau

menanggulangi asidosis

16

Page 17: abortus jadi

jalan nafas terjamin

untuk meningkatkan

oksigenasi dapat

diberi oksigen 100%

kira- kira 5 liter pm

melalui jalan nafas

dan bila perlu

penderita diberi

cairan bikarbonat

natricus

2 Gangguan

Aktivitas b.d

kelemahan,

penurunan

sirkulasi

Klien dapat

melakukan

aktivitas

tanpa

adanya

komplikasi

Mandiri :

1. pantau tingkat

kemampuan klien

untuk beraktivitas

2. Monitor pengaruh

aktivitas terhadap

kondisi

uterus/kandungan

3. Bantu klien untuk

memenuhi kebutuhan

aktivitas sehari-hari

1. Mungkin klien tidak

mengalami perubahan berarti,

tetapi perdarahan masif perlu

diwaspadai untuk menccegah

kondisi klien lebih buruk.

2. Aktivitas merangsang

peningkatan vaskularisasi dan

pulsasi organ reproduksi

3. Mengistiratkan klilen

secara optimal

4. Mengoptimalkan

kondisi klien, pada abortus

imminens, istirahat mutlak

sangat diperlukan

5. Menilai kondisi umum

klien

17

Page 18: abortus jadi

4. Bantu klien untuk

melakukan tindakan

sesuai dengan

kemampuan / kondisi

klien

5. Evaluasi

perkembangan

kemampuan klien

melakukan aktivitas

3 Gangguan rasa

nyaman :

Nyeri b.d

Kerusakan

jaringan

intrauteri

Klien dapat

beradaptasi

dengan

nyeri yang

dialami

Mandiri :

1. Monitor kondisi

nyeri yang dialami

klien

Edukasi:

1. Terangkan nyeri

yang diderita klien

dan penyebabnya

Kolaborasi :

1. Kolaborasi

pemberian analgetika

1.Pengukuran nilai ambang

nyeri dapat dilakukan dengan

skala maupun deskripsi

1. Meningkatkan koping klien

dalam melakukan guidance

mengatasi nyeri

1. Mengurangi onset

terjadinya nyeri dapat

dilakukan dengan pemberian

analgetika oral maupun

sistemik dalam spectrum

luas/spesifik

4 Resiko tinggi

Infeksi b.d

perdarahan,

kondisi vulva

lembab

Tidak

terjadi

infeksi

selama

perawatan

Mandiri :

1. Monitor kondisi

keluaran/dischart

yang keluar; jumlah,

warna, dan bau

1. Perubahan yang terjadi

pada dishart dimonitor setiap

saat dischart keluar. Adanya

warna yang lebih gelap

disertai bau tidak enak

18

Page 19: abortus jadi

perdarahan 2. Lakukan

perawatan vulva

Edukasi:

1. 1. Terangkan

pada klien pentingnya

perawatan vulva

selama masa

perdarahan

2. 2. Terangkan

pada klien cara

mengidentifikasi

tanda infeksi

3. 3. Anjurkan

pada suami untuk

tidak melakukan

hubungan senggama

selama masa

perdarahan

mungkin merupakan tanda

infeksi

2. Inkubasi kuman pada

area genital yang relatif cepat

dapat menyebabkan infeksi

1. Infeksi dapat timbul akibat

kurangnya kebersihan genital

2. Berbagai manivestasi

klinik dapat menjadi tanda

nonspesifik infeksi; demam

dan peningkatan rasa nyeri

mungkin merupakan gejala

infeksi

3. 3. Pengertian pada

keluarga sangat penting

artinya untuk kebaikan ibu;

senggama dalam kondisi

perdarahan dapat

memperburuk kondisi system

reproduksi ibu dan sekaligus

meningkatkan resiko infeksi

pada pasanganyang lebih luar

1. Berbagai kuman dapat

teridentifikasi melalui dischart

19

Page 20: abortus jadi

Kolaborasi:

1. Lakukan

pemeriksaan biakan

pada dischart

5 Cemas b.d

kurang

pengetahuan

Tidak

terjadi

kecemasan,

pengetahuan

klien dan

keluarga

terhadap

penyakit

meningkat

Mandiri :

1. Monitor

tingkat pengetahuan/

persepsi klien dan

keluarga terhadap

penyakit.

2. Monitor

derajat kecemasan

yang dialami klien.

3. Bantu klien

mengidentifikasi

penyebab kecemasan

4. Asistensi

klien menentukan

tujuan perawatan

1.Ketidaktahuan dapat

menjadi dasar peningkatan

rasa cemas

1. Kecemasan yang

tinggi dapat menyebabkan

penurunan penialaian objektif

klien tentang penyakit.

2. Kelibatan klien secara

aktif dalam tindakan

keperawatan merupakan

support yang mungkin

berguna bagi klien dan

meningkatkan kesadaran diri

klien.

3. Peningkatan nilai

objektif terhadap masalah

berkontibusi menurunkan

kecemasan.

1. Konseling bagi klien sangat

diperlukan bagi klien untuk

meningkatkan pengetahuan

dan membangun support

system keluarga; untuk

mengurangi kecemasan klien

20

Page 21: abortus jadi

bersama.

Edukasi :

1. Terangkan hal-hal

seputar aborsi yang

perlu diketahui oleh

klien dan keluarga

dan keluarga

21

Page 22: abortus jadi

BAB IV

PEMBAHASAN

Kasus Teori

- usia kehamilan yang kurang dari 20

minggu

- adanya perdarahan selama beberapa

hari

- Darah yang keluar + 1 liter

- nyeri berat pada perut.

- kram di perut

- suhu 39o, tekanan darah 60/40 mmHg,

Nadi 50x/menit dan lemah

- Terlambat haid atau amenore kurang

dari 20minggu

- Perdarahan uterus pada kehamilan

sebelum 20 minggu, hasil konsepsi masih

berada dalam uterus, tanpa adanya dilatasi

serviks.

- Perdarahan melalui ostium uteri

eksternum

- Uterus membesar sebesar tuanya

22

Page 23: abortus jadi

- Ny. R juga mengalami syok, dengan

akral dingin, CRT > 2 detik. Dari hasil

laboratorium diketahui kadar Hb 5 gr/dL,

leukosit 15.000.

kehamilan, serviks belum membuka, tes

kehamilan positif.

- Perdarahan implitasi biasanya sedikit

warnanya merah dan cepat berhenti dan tidak

disertai mules-mules.

Diagnosa Keperawatan kasus Diagnosa Keperawatan teori

- Resiko syok hemorrhagic b.d

perdarahan

- Gangguan aktivitas b.d

kelemahan, penurunan sirkulasi

- Gangguan rasa nyaman : nyeri

b.d kerusakan jaringan intrauteri

- Resiko tinggi infeksi b.d

perdarahan, kondisi vulva lembab

- Cemas b.d kurang pengetahuan

- Nyeri berhubungan dengan kontraksi

uterus

- Resiko kehilangan berhubungan dengan

ancaman abortus.

- Cemas berhubungan dengan ancaman

abortus.

- Resiko kekurangan volume cairan

berhubungan dengan perdarahan

- Intoleransi aktifitas berhubungan

dengan penurunan otot ektremitas sekunder

terhadap bedrest

Pada kasus Ny. R dapat digolongkan pada abortus imitens. Hal ini dapat dilihat dari Ny. R

berusia 20 tahun tergolong dalam perempuan yang masih muda dalam suatu kehidupan rumah

tangga. Setelah mengalami pemeriksaan yang lebih spesifik pada Ny. R di dapatkan data-data

obyektif berupa suhu tubuh diatas normal sebesar 39o, jumlah leukosit lebih dari 10.000,

hipotensi, dan nadi 50x/menit menunjukkan salah satu permasalahan Ny. R yaitu infeksi.

Permasalahan lainnya yaitu syok hipovolemik. Data yang mendukung permasalahan ini adalah

akral Ny. R dingin, CRT > 2 detik dan juga perdarahan yang dialami oleh Ny. R yang tidak

kunjung berhenti menyebabkan kadar Hb turun dari normal sebesar 8 gr/dL. Selain itu, keadaan

Ny. R juga kemungkinan besar mengalami kelemahan secara fisik karena jumlah darah yang

23

Page 24: abortus jadi

keluar dari tubuh sangat banyak. Kondisi ini akan membatasi aktivitas Ny. R. Secara psikologis

Ny. R juga beresiko mengalami anxietas, disebabkan keguguran dari kehamilan pertamanya.

Dengan demikian, dapat diambil kesimpulan masalah keperawatan yang diperoleh dari kasus

Ny. R antara lain : devisit volume cairan, gangguan aktivitas, gangguan rasa nyaman atau nyeri,

resiko tinggi infeksi, dan cemas.

24

Page 25: abortus jadi

BAB V

PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Ada beberapa kesimpulan yang kami temukan dalam melaksanakan asuhan keperawatan pada

ibu hamil dengan kasus abortus yaitu:

1) Pemantauan secara teratur pada ibu hamil pertama (primigravidarum), terutama pada

trimester I kehamilan sangatlah penting. Mengingat ibu primigravida cenderung mengalami

gangguan dalam proses kehamilannya seperti misalnya abortus dalam kehamilan yang akan

sangat berpengaruh terhadap psikologis ibu yang tentunya sangat berharap keselamatan bayinya

dapat dipertahankan.

2) Asuhan keperawatan pada ibu hamil dengan abortus hendaknya dilakukan secara

komprehensif meliputi seluruh aspek bio – psiko – sosial dan spiritual karena kenyamanan

psikologis ibu sangat berpengaruh terhadap kondisi janin yang dikandungnya.

3) Dalam masa kehamilan sebaiknya Ibu selalu melakukan konsultasi kepada dokter

kandungan terkait dengan perkembangan janin dan nutrisi serta aktifitas yang boleh dan tidak

boleh dilakukan selama masa kehamilan. Hal ini bisa mengurangi terjadinya abortus.

3.2 Saran

1) Sebagai seorang perawat hendaknya memberikan asuhan keperawatan dengan baik dan

benar sesuai dengan konsep teori keperawatan.

2) Penuhi asupan gizi dan nutrisi yang dibutuhkan pada masa kehamilan karena nutrisi

berperan penting dalm pembentukan dan perkembangan janin.

3) Berikan edukasi yang benar tentang abortus kepada masyarakat, sehingga bisa

memperkecil angka terjadinya abortus.

25

Page 26: abortus jadi

DAFTAR PUSTAKA

Carpenito, L.J. 2001. Buku Saku Diagnosa Keperawatan, Penerbit Buku Kedokteran. Jakarta :

EGC

Hamilton, C. M. 1995. Dasar-dasar Keperawatan Maternitas, edisi 6, EGC: Jakarta.

Mansjoer, A. 2001. Kapita Selekta Kedokteran, Jilid I. Media Aesculapius : Jakarta.

Marylin E. D. 2000. Rencana Asuhan Keperawatan: Pedoman Untuk Perencanaan dan

Pendokumentasian Perawatan Pasien edisi 3, Penerbit Buku Kedoketran. Jakarta : EGC.

Prawirohardjo, Sarwono. 2005. ILMU KEBIDANAN. Tridasa Printer : Jakarta

Smeltzer & Bare. 2001. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah Ed.8 Volume 2. Jakarta ; EGC.

Normahendi, W.A. 2007. Abortus. http://fkuii.org/tiki download_wiki_attachment.php?

attId=964&page=Wulan%20Asih%20Normahendri. 23 September 2009 pada pukul 14.27

-------.2009. Asuhan Keperawatan pada Pasien Abortus. http://mediadankomputer.co.cc//?p=424

23 September 2009 pada pukul 14.30

26