makalah abortus

Upload: mahendracool4512

Post on 15-Jul-2015

509 views

Category:

Documents


3 download

TRANSCRIPT

BAB 2 KONSEP TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Definisi Abortus Beberapa ahli mengemukakan definisi mengenai abortus yaitu sebagai berikut: 2.1.1 Berakhirnya masa kehamilan sebelum anak dapat hidup di duia luar (Bagian Obgyn Unpad, 1999). Anak baru mungkin hidup di dunia luar kalau beratnya telah mencapai 1000 gram atau umur kehamilan 28 minggu. Pengeluaran atau ekstraksi janin atau embrio yang berbobot 500 gram atau kurang dari ibunya yang kira kira berumur 20 sampai 22 minggu kehamilan (Hacker and Moore, 2001).

Jenis AbortusSpontan (terjadi dengan sendiri, keguguran) merupakan 20% dari semua abortus.

Macam AbortusAbortus imminens.

Definisi(keguguran mengancam). Abortus ini baru mengancam dan ada harapan untuk mempertahankan. -

Tanda dan GejalaPerdarahan per vaginam sebelum minggu ke 20. Kadang nyeri, terasa nyeri tumpul pada perut bagian bawah menyertai perdarahan. Nyeri terasa memilin karena kontraksi tidak ada atau sedikit sekali. Tidak ditemukan kelainan pada serviks. Serviks tertutup. darah. Nyeri perut bagian bawah seperti kejang karena kontraksi rahim kuat. telah keluar. Serviks sering melebar sebagian akibat kontraksi. Perdarahan per vaginam berlangsung terus walaupun jaringan Perdarahan per vaginam masif, kadang kadang keluar gumpalan

Abortus incipiens.

(keguguran berlangsung). Abortus sudah berlangsung dan tidak dapat dicegah lagi. (keguguran tidak lengkap). Sebagian dari buah kehamilan telah dilahirkan tetapi sebgaian (biasanya jaringan palsneta) masih etrtinggal di rahim. (keguguran lengkap). Seluruh buah kehamilan telah dilahirkan lengkap.

Abortus incompletus.

Abortus completus.

Nyeri perut bawah mirip kejang. Dilatasi serviks akibat masih adanya hasil konsepsi di dalam uterus yang dianggap sebagai corpus allienum. Keluarnya hasil konsepsi (seperti potongan kulit dan hati). keluar. Kontraksi rahim dan perdarahan mereda setelah hasil konsepsi Serviks menutup. Rahim lebih kecil dari periode yang ditunjukkan amenorea. Gejala kehamilan tidak ada. Uji kehamilan negatif.

Missed abortion.

(keguguran tertunda). Missed abortion ialah keadaan dimana janin telah mati sebelum minggu ke 22 tetapi tertahan di dalam rahim selama 2 bulan atau lebih setelah janin mati. (keguguran berulang ulang). Ialah abortus yang telah berulang dan berturut turut terjadi sekurang kurangnya 3 kali berturut turut. Abortus incompletus atau incipiens yang disertai infeksi. abortus

-

Abortus habitualis.

Rahim tidak emmbesar, malahan mengecil karena absorpsi air ketuban dan macerasi janin. Buah dada mengecil kembali. Gejala kehamilan tidak ada, hanya amenorea terus berlangsung.

Abortus febrilis.

Abortus provocatus (disengaja, digugurkan) merupakan 80% dari semua abortus. Abortus provocatus artificialis atau abortus therapeutics. Pengguguran kehamilan dengan alat alat dengan alasan bahwa kehamilan membahayakan membawa maut bagi ibu, misal ibu berpenyakit berat. Indikasi pada ibu dengan penyakit jantung (rheuma), hypertensi essensialis, carcinoma cerviks. Adalah pengguguran kehamilan tanpa alasan medis yang syah dan dilarang oleh hukum.

Demam kadang kadang menggigil. Lochea berbau busuk.

Abortus provocatus criminalis.

2.3 Etiologi Abortus 2.3.1 Kelainan telur Kelainan telur menyebabkan kelainan pertumbuhan yang sedinikian rupa hingga janin tidak mungkin hidup terus, misalnya karena faktor endogen seperti kelainan chromosom (trisomi dan polyploidi). 2.3.2 Penyakit ibu Berbagai penyakit ibu dapat menimbulkan abortus, yaitu: 1) Infeksi akut yang berat: pneumonia, thypus dapat mneyebabkan abortus dan partus prematurus. 2) Kelainan endokrin, misalnya kekurangan progesteron atau disfungsi kelenjar gondok. 3) Trauma, misalnya laparatomi atau kecelakaan langsung pada ibu. 4) Gizi ibu yang kurang baik. 5) Kelainan alat kandungan: - Hypoplasia uteri. - Tumor uterus - Cerviks yang pendek - Retroflexio uteri incarcerata - Kelainan endometrium 6) Faktor psikologis ibu. 2.3.3 Faktor suami Terdapat kelainan bentuk anomali kromosom pada kedua orang tua serta faktor imunologik yang dapat memungkinkan hospes (ibu) mempertahankan produk asings ecara antigenetik (janin) tanpa terjadi penolakan. 2.3.4 Faktor lingkungan Paparan dari lingkungan seperti kebiasaan merokok, minum minuman beralkohol serta paparan faktor eksogen seperti virus, radiasi, zat kimia, memperbesar peluang terjadinya abortus.

2.4 Patofisiologi Abortus

Etiologi: - Faktor kelainan telur. - Faktor penyakit pada ibu - Faktor suami - Faktor lingkungan

Buah kehamilan pada usia 20 minggu dan berat < 500 gram

Janin dapat beradaptasi

Janin tidak dapat beradaptasi

Usia kehamilan dapat dipertahankan > 37 minggu atau BB janin > 2500 gram

Janin gugur

Rangsangan pada uterus Kontraksi uterus

Lepasnya buah kehamilan dari implantasinya

Terganggunya psikologis ibu Kecemasan

Terputusnya pembuluh darah ibu Prostaglandin Perdarahan dan nekrose desidua Dilatasi serviks Nyeri Resiko defisit volume cairan Kelemahan Resiko gawat janin Resiko terjadi infeksi

Defisit knowledge

2.5 Penatalaksanaan Abortus 2.5.1 Abortus imminens Karena ada harapan bahwa kehamilan dapat dipertahankan, maka pasien: 1) Istirahat rebah (tidak usah melebihi 48 jam). 2) Diberi sedativa misal luminal, codein, morphin. 3) Progesteron 10 mg sehari untuk terapi substitusi dan mengurangi kerentanan otot-otot rahim (misal gestanon). 4) Dilarang coitus sampai 2 minggu.

2.5.2 Abortus incipiens Kemungkinan terjadi abortus sangat besar sehingga pasien: 1) Mempercepat pengosongan rahim dengan oxytocin 2 satuan tiap jam sebnayak 6 kali. 2) Mengurangi nyeri dengan sedativa. 3) Jika ptocin tidak berhasil dilakukan curetage asal pembukaan cukup besar. 2.5.3 Abortus incompletus 1) Harus segera curetage atau secara digital untuk mengehntikan perdarahan. 2.5.4 Abortus febrilis 1) pelaksanaan curetage ditunda untuk mencegah sepsis, keculai perdarahan banyak sekali. 2) Diberi atobiotika. 3) Curetage dilakukan setelah suhu tubuh turun selama 3 hari. 2.5.5 Missed abortion 1) Diutamakan penyelesaian missed abortion secara lebih aktif untuk mencegah perdarahan dan sepsis dengan oxytocin dan antibiotika. Segera setelah kematian janin dipastikan, segera beri pitocin 10 satuan dalam 500 cc glucose. 2) Untuk merangsang dilatasis erviks diberi laminaria stift. 2.6 Penyulit Abortus 1) perdarahan hebat. 2) Infeksi kadang-kadang sampai terjadi sepsis, infeksi dari tuba dapat menimbulkan kemandulan. 3) Renal failure disebabkan karena infeksi dan shock. 4) Shock bakteri karen atoxin. 5) Perforasi saat curetage KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN IBU DENGAN ABORTUS 1. berikut: Tidak enak badan. Badan panas, kadang- kadang panas disertai menggigil dan panas tinggi. Sakit kepala dan penglihatan terasa kabur. Keluar perdarahan dari alat kemaluan, kadang-kadang keluar flek-flek PENGKAJIAN DATA FOKUS Pada Ibu hamil dengan kasus abortus pada umumnya mengalami keluhan sebagai

darah atau perdarahan terus-menerus.

-

Keluhan nyeri pada perut bagian bawah, nyeri drasakan melilit menyebar Keluhan perut dirasa tegang, keras seperti papan, dan kaku. Keluhan keluar gumpalan darah segar seperti kulit mati dan jarinagn hati Perasaan takut dan khawatir terhadap kondisi kehamilan. Ibu merasa cemas dan gelisah sebelum mendapat kepastian penyakitnya. Nadi cenderung meningkat, tekanan darah meningkat, respirasi meningkat

sampai ke punggung dan pinggang.

dalam jumlah banyak.

dan suhu meningkat. Pemeriksaan Penunjang: Pada pemeriksaan dalam ditemukan terdapat pembukaan serviks atau pada kasus abortus imminens sering ditemukan serviks tertutup dan keluhan nyeri hebat pada pasien. Porsio sering teraba melunak pada pemeriksaan dalam, terdapat jaringan ikut keluar pada pemeriksaan. Pemeriksaan kadar hemoglobin cenderung menurun akibat perdarahan. Pemeriksaan kadar HCG dalam urine untuk memastikan kehamilan masih berlangsung. Pemeriksaan auskultasi dengan funduskop dan doppler untuk memastikan kondisi janin. Pemeriksaan USG untuk memastikan kondisi janin. 2. DIAGNOSA KEPERAWATAN Nyeri b/d adanya kontraksi uterus, skunder terhadap pelepasan separasi plasenta.

Resiko deficit volume cairan b/d kehilangan berlebihan melalui rute normal danatau abnormal (perdarahan).

Kelemahan b/d penurunan produksi energi metabolic, peningkatan kebutuhanenergi (status hipermetabolik); kebutuhan psikologis/emosional berlebihan; perubahan kimia tubuh; perdarahan.

Resiko terjadi gawat janin intra uteri (hipoksia) b/d penurunan suplay O2 dannutrisi ke jaringan plasenta skunder terhadap perdarahan akibat pelepasan separasi plasenta. Ketakutan/ansietas b/d krisis situasi (perdarahan); ancaman/perubahan pada status kesehatan, fungsi peran, pola interaksi; ancaman kematian; perpisahan dari keluarga (hospitalisasi, pengobatan), transmisi/penularan perasaan interpersonal.

Defisit knowledge / Kurang pengetahuan (kebutuhan belajar), mengenai penyakit,prognosis dan kebutuhan pengobatan b/d kurang pemajanan/mengingat; kesalahan interpretasi informasi, mitos; tidak mengenal sumber informasi; keterbatasan kognitif. Resiko tinggi terhadap infeksi b/d ketidakadekuatan pertahanan skunder akibat perdarahan; prosedur invasif. 3. RENCANA INTERVENSI DAN RASIONAL

DIAGNOSA KEPERAWATAN Nyeri b/d adanya kontraksi uterus, skunder terhadap pelepasan separasi plasenta

TUJUAN DAN KRITERIA HASIL Pasien dapat mendemonstrasikan hilang dari ketidaknyamanan. Kriteria evaluasi: menyangkal nyeri, melaporkan perasaan nyaman, ekspresi wajah dan postur tubuh rileks.

RENCANA INTERVENSI Tentukan riwayat nyeri, mis. Lokasi nyeri, frekuensi, durasi dan intesitas (skala 0-10) dan tindakan penghilangan yang digunakan. Pantau: TD, nadi, RR setiap 4 jam bila tidak menerima agen osmotic secara intravena, setiap 2 jam bila menerima agen osmotic. Pantau masukan dan haluaran setiap 8 jam bila menerima agen osmotic intravena. Berikan analgesic sesuai pesanan dan mengevaluasi keefektifannya. Beri tahu doketr bila nyeri menetap atau memburuk setelah pemberian obat. Berikan tindakan kenyamanan dasar, mis. Reposisi, gosokan punggung, dan aktifitas hiburan, mis. Musik, televisi. Donog penggunaan keterampilan manajmeen nyeri, mis. Teknik relaksasi, visualisasi, bimbingan imajinasi, tretawa, sentuhan terapeutik. Evaluasi penghilangan nyeri. Informasi memberikan data dasar untuk mengevaluasi kebutuhan/keefektifan intervensi.

RASIONAL Menentukan intervensi selanjutnya.

Mengidentifikasi penyimpangan diharapkan.

kemajuan dari hasil

atau yang

Analgesik memblok jaras nyeri. Ketidaknyamnan mata berat menandakan perkembangan komplikasi dan perlunya perhatian medis segera. Meningkatkan relaksasi dan membantu memfokuskan kembali perhatian. Memungkinkan pasien untuk berpartisipasi secara aktif dan meningkatkan rasa control. Tujuannya adalah control nyeri maksimum dengan pengaruh minimum pada AKS. Mengidentifikasi penyimpangan indikasi kemajuan atau penyimpangan dari hasil yang diharapkan. Menunjukkan keadekuatan volume sirkulasi. Temuan-temuan ini mennadakan

Resiko deficit volume cairan b/d kehilangan berlebihan melalui rute normal dan atau abnormal (perdarahan).

Pasien dapat mendemostrasikan status cairan; Kekurangan volume cairan tidak terjadi. Kriteria evaluasi: tak ada manifestasi dehidrasi, resolusi oedema, elektrolit serum dalam batas normal, haluaran urine di atas 30 ml/jam.

Pantau:

-

Tanda-tanda vital, evaluais nadi perifer, pengisian kapiler. Warna urine. Masukan dan haluaran. Status umum setiap 8 jam.

Beritahu dokter bila: haluaran urine < 30

ml/jam, haus, takikardia, gelisah, TD di bawah rentang normal, urine gelap atau encer gelap. Konsultasi doketr bila manifestasi kelebihan cairan terjadi. Kaji turgor kulit dan kelembaban membrane mukosa. Perthanakn kleuhan haus. Dorong pemasukan cairan sampai 3000 cc/24 jam sesuai toleransi tubuh. Kolaborasi: Berikan cairan IV sesuai indikasi.

hipovolemia dan perlunya peningkatan cairan. Pada lka bakar luas, perpindahan cairan dari ruang intravaskular ke ruang interstitial menimbukan hipovolemi. Indikator tidak langsung dari status hidrasi/derajat kekurangan. Membantu dalam memelihara kebuthan cairan dan menurunkan resiko efek samping yang membahayakan. Diberikan untuk hidrasi umum serta mengencerkan obat antineoplastik dan menurunkan efek samping merugikan, mis. Mual/muntah atau nefrotoksitas. Mencegah kelelahan yang berlebihan. Periode istirahat sering diperlukan untuk memperbaiki/mengurangi pemakaiann neergi. Perencanaan akan memungkinkan pasien menjadi ektif selama waktu dimana tingkat energi lebih tinggi, yang dapat memperbaiki perasaan sejahtera dan rasa kontrol. Meningkatkan kekuatan stamina dan memampukan pasien manjadi lebih aktif tanpa kelelahan berarti. Masukan/penggunaan nutrisi adekuat perlu untuk memenuhi kebutuhan energi untuk aktifitas.

Kelemahan b/d penurunan produksi energi metabolic, peningkatan kebutuhan energi (status hipermetabolik); kebutuhan psikologis/emosional berlebihan; perubahan kimia tubuh; perdarahan.

Klien dapat mengontrol kelemahan yang timbul dan dapat memenuhi aktifitas secara mandiri. Kriteria hasil: Menunjukkan peningkatan dalam beraktifitas. Kelemahan dan kelelahan berkurang. Kebutuhan ADL terpenuhi secara mandiri atau dengan bantuan. frekuensi jantung/irama dan Td dalam batas normal. kulit hangat, merah muda dan kering

Berikan aktifitas alternatif dengan periode istirahat tanpa diganggu. Rencanakan perawatan untuk memungkinkan periode istirahat. Jadwalkan aktifitas periodic bila pasien mempunyai energi banyak. Libatkan pasien/orang terdekat dalam jadwal perencanaan.

Dorong masukan nutrisi.

Anjurkan keluarga untuk membantu Teknik penghematan energi pemenuhan kebutuhan ADL pasien. menurunkan penggunaan energi dan membantu keseimbangan suplai dan kebutuhan oksigen.

Jelaskan pola peningkatan bertahap dari Aktifitas yang maju memberikan kontrol aktifitas, contoh: posisi duduk ditempat tidur jantung, meningaktkan regangan dan bila tidak pusing dan tidak ada nyeri, bangun mencegah aktifitas berlebihan. dari tempat tidur, belajar berdiri dst. Resiko terjadi gawat janin intra uteri (hipoksia) b/d penurunan suplay O2 dan nutrisi ke jaringan plasenta skunder terhadap perdarahan. Gawat janin tidak terjadi, bayi dapat dipertahankan sampai umur 37 minggu dan atau BBL 2500 gr. Kriteria hasil: - Gerakan janin aktif. - DJJ 120-140 x/mnt. - Kontraksi uterus /his tidak ada. - Kehamilan dapat dipertahankan sampai umur 37 minggu dan atau BBL 2500 gr. - Perdarahan berhenti atau tidak ada. - Flek-flek tidak ada. Anjurkan penderita untuk tidur miring ke kiri. Meminimalkan tekanan pada aorta sehingga O2 yang disuplay ke plasenta dan janin lebih lancar. Deteksi dini terhadap adanya penyimpangan pada kehamilan.

Anjurkan pasien untuk melakukan ANC secara teratur sesuai dengan masa kehamilan: - 1 x/bln pada trimester I - 2 x/bln pada trimester II - 1 x/minggu pada trimester III. Pantau DJJ, kontraksi uterus/his, gerakan janin. Motivasi pasien untuk meningkatkan fase istirahat.

Penurunan DJJ dan gerakan janin sebagai prediksi adanya asfiksia janin. Fase istirahat yang lebih akan membantu meminimalkan pemakaian energi dan O2 sekaligus dapat mengistirahatkan bayi sampai cukup bulan. Sebagai kontrol langsung dari pasien terhadap kondisi kehamilannya.

Jelaskan pada pasien untuk segera memeriksakan kehamilannya bila terdapat: - Gerakan janin berkurang/menurun. - Kontraksi/his terus-menerus. - Perdarahan - Nyeri abdomen. - Perut mengeras dan sangat nyeri. Ketakutan/ansietas b/d krisis situasi (perdarahan); ancaman/perubahan pada status kesehatan, fungsi peran, pola interaksi; ancaman kematian; perpisahan dari keluarga (hospitalisasi, pengobatan), Pasien dapat mendemonstrasikan hilangnya ansietas. Kriteria hasil: - Pasien melaporkan hilangnya / berkurangnya perasaan cemas/khawatir. Kaji derajat ansietas. Biarkan pasien mengekspresikan perasaan tentang kondisinya. Pertahankan cara yang

Menentukan selanjutnya.

intervensi

keperawatan

Pengekspresian perasaan membantu pasein mngidentifikasi sumber ansietas

transmisi/penularan perasaan interpersonal.

-

Pasien tenang. Pasien kooperatif dalam pengobatan. Postur tubuh rileks. Ekspresi wajah tenang. Skala HARS: < 5

tenang dan efisien. Jelaskan semua tujuan tindakan yang ditentukan.

dan penggunaan respon koping. Pendekatan tenang oleh pemberi perawatan menyampaikan kepercayaan dan control. Pengetahuan apa yang diperkirakan membantu mengurangi ansietas. Nyeri adalah sumber ansietas. Memberikan keyakinan bahwa pasien tidak sendiri atau ditolak, berikan respek dan penerimaan individu, mengembangkan kepercayaan. Pasien dapat menggunakan mekansime pertahanan dari menyangkal dan mengekspresikan harapan dimana diagnosis tidak akurat. Persaan bersalah, distress spiritual, gejala fisik atau kurang erawatan diri dapat menyebabkan pasien menjadi menarik diri dan yakin bahwa bunuh diri adalah pilihan tepat. Menjamin system pendukung untuk pasien dan memungkinkan orang terdekat terlibat degna tepat. Memudahkan istirahat, menghemat energi dan meningkatkan kemmapuan koping. Mengidentiifkasi masalah individu dam memberikan dukungan pada pasien/orang terdekat dalam menggunakan keterampilam koping efektif. Memvalidasi tingkat pemahaman saat ini, mengidentifkasi kebutuhan belajar

Pertahankan control nyeri efektif. Pertahankan kontak sering dengan pasien. Bicara dengan menyentuh pasien bila tepat.

Waspada pada tanda menyangkal/depresi, mis. Menarik diri, marah, tanda tidak tepat. Tentukan adanya ide bunuh diri dan kaji potensial nyeri pada skala 0-10.

Libatkan orang terdekat sesuai indikasi bila keputusan mayor akan dibuat. Tingkatakan rasa tenang dan lingkungan tenang. Perhatikan koping takefektif, mis. Interaksi social buurk, tidak berdaya, fungsi menyerah setiap hari dan kepuasan sumber.

Defisit knowledge / Kurang pengetahuan (kebutuhan belajar), mengenai penyakit,

Pasien dapat memenuhi kebutuhan belajar secara mandiri, memahami penyakit dan

Tentukan persepsi pasien tentang kondisi kehamilan sekarang, tanyakan tentang

prognosis dan kebutuhan pengobatan b/d kurang pemajanan/mengingat; kesalahan interpretasi informasi, mitos; tidak mengenal sumber informasi; keterbatasan kognitif.

pengobatan yang diberikan. Kriteria hasil: Pasien memahami regimen terapeutik dan perawatan yang diberikan. Pasien kooperatif terhadap tindakan pengobatan dan perawatan yang diberikan. Pasien taat terhadap program pengobatan dan perawatan yang diberikan.

pengalaman pasien sendiri/sebelumnya.

dan memberikan dasar pengetahuan dimana pasien membuat keputusan berdasarkan informasi. Membantu penilaian diagnos akanker, memberikan informasi yang diperlukan selama waktu menyerapnya. Pasien mempunyai hak untuk tahu dan beraprtisipasi dalam mengambil keputusan tentang perawatan dan pengobatan yang diterima. Informasi akurat dan detail membantu menghilangkan rasa takut dan ansietas. Memperbaiki keadaan umum ibu sehingga membantu mengurangi akibat perdarahan. Mencegah timbulnya rangsangan pada uterus sehingga kontraksi uterus tidak terjadi. Membantu dalam transisi ke lingkungan rumah dengna memberikan informasi tentang kebutuhan perubahan pada situasi fisik, penyediaan bahan yang diperlukan. Cemas berkelanjutan dapat terjadi dalam berbagai derajat selama beberapa waktu dan dapat dimanifestasikan oleh gejala depresi. Perkiraan dan informasi dapat menurunkan kecemasan pasien. Peningkatan kemandirian dari pasien

Berikan informasi yang jelas dan akurat dalam cara yang nyata, jawab pertayaan dengan jelas. Berikan pedoman antisipasi pada pasien tentang protocol pengobatan, hasil yang diharapkan, kemungkinan janin dapat dipertahankan. Bersikap jujur dengan pasien.

Anjurkan meningkatkan masukan cairan minimal 2500 ml/24 jam dan diet tinggi kalori serta membatasi aktifitas. Anjurkan ibu untuk tidak melakukan hubungan seksual dengan suami sampai kehamilan berusia 16 minggu (4 bulan). Lakukan evalausi sebelum pulang ke rumah sesuai indikasi.

Identifikasi dan ketahui persepsi pasien thd ancaman/situasi. Dorong mengekspresikan dan jangan menolak perasaan marah, takut dll. Orientasikan klien/keluarga thd prosedur rutin dan aktifitas. Tingkatkan partisipasi bila mungkin. Dorong kemandirian, perawatan diri, libatkan

keluarga secara aktif dalam perawatan.

dan keluarga meningkatkan rasa percaya diri dan kemampuan untuk melakukan perawatan diri secara aktif. Membantu potensial infeksi/pertumbuhan skunder. sumber

Resiko tinggi terhadap infeksi b/d ketidakadekuatan pertahanan skunder akibat perdarahan; prosedur invasif.

Pasien mendemonstrasikan tidak adanya tanda dan gejala infeksi yang terjadi. Kriteria hasil: - Tanda dan gejala infeksi tidak ada (rubor, dolor, color, penurunan fungsiolesa, painless) - Vital sign dalam batas normal. - Perdarahan berkurang/berhenti. - Kondisi janin dalam rahim baik (gerakan janin, djj, kontraksi berkurang).

Tingkatkan prosedur mencuci tangan yang baik Tekankan higienen personal. Pantau suhu.

Peningkatan suhu terjadi karena berbagai factor, mis. infeksi. Identifikasi dini proses infeksi memungkinkan terapi yang tepat untuk dimulai dengan segera. Pengenalan dini dan intervensi segera dapat mencegah progresi pada situasi/sepsis yang lebih serius. Membatasi keletihan. Menurunkan resiko kontaminai, membatasi entri portal terhadap agen infeksius.

Kaji semua system, mis. Kulit, pernafasan, genitourinaria, terhadap tanda/gejala infeksi secara kontinyu. Tingkatkan istirahat adekuat. Hindari/batasi prosedur invasive, taati teknik septic.

DAFTAR PUSTAKA

1. Barbara C. Long (1996), Perawatan Medikal Bedah: Suatu Pendekatan Proses Keperawatan,The C.V Mosby Company St. Louis, USA. 2. Barbara Engram (1998), Rencana Asuhan Keperawatan Medikal Bedah Jilid II Penerbit Buku Kedokteran EGC, Jakarta. 3. Donna D. Ignatavicius (1991), Medical Surgical Nursing: A Nursing Process Approach, WB. Sauders Company, Philadelphia. 4. Guyton & Hall (1997), Buku Ajar Fisiologi Kedokteran Edisi 9, Penerbit Buku Kedoketran EGC, Jakarta 5. Marylin E. Doenges (2000), Rencana Asuhan Keperawatan: Pedoman Untuk Perencanaan dan Pendokumentasian Perawatan Pasien edisi 3, Penerbit Buku Kedoketran EGC, Jakarta. 6. Bagian Obstetri dan Ginekologi FK Unpad (1994), Obstetri Patologi, Bagian Obstetri dan Ginekologi FK Unpad, Bandung. 7. Hacker Moore (1999), Esensial Obstetri dan Ginekologi Edisi 2, Penerbit Buku Kedokteran EGC, Jakarta. 8. Hanifa Wikyasastro (1997), Ilmu Kebidanan, Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawiroharjo, Jakarta. 9. Marylin E. Doengoes, Mary Frances Moorhouse, Alice C. Geissler (2000), Rencana Asuhan Keperawatan: Pedoman Untuk Perencanaan dan Pendokumentasian Perawatan Pasien Edisi 3, Penerbit Buku Kedokteran EGC, Jakarta 10. Hanifa Wikyasastro (1997), Ilmu Kandungan, Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawiroharjo, Jakarta.

BAB 3 ASUHAN KEPERAWATAN MATERNITAS PADA NY. P DENGAN ABORTUS IMMINENS DI RUANG POLIKLINIK KANDUNGAN RSUD DR. SOETOMO SBY TANGGAL 22 APRIL 2002Tanggal masuk Ruang Pengkajian tanggal : 22 April 2002 : Poliklinik Kandungan : 22 April 2002 Jam masuk : 12.30 WIB No. Register : 1056649 Jam : 12.30 WIB.

PENGKAJIAN A.

IDENTITASNama : Tn. S Umur : 27 tahun Suku/bangsa : Jawa/Indonesia Agama : Islam Pendidikan : SMA Pekerjaan : Swasta ( Rp.700.000,-) Alamat : Banjar Sugihan 7 Sby. Status perkawinan : Kawin

Nama : Ny. M Umur : 23 tahun Suku/bangsa : Jawa/Indonesia Agama : Islam Pendidikan : SMA Pekerjaan : -Alamat : Banjar Sugihan 7 Sby. Status perkawinan : Kawin

B. 1.

STATUS KESEHATAN SAAT INI

Alasan masuk ke rumah sakit: ibu mengeluh terlambat menstruasi sejak 4 bulan yang lalu, lalu sejak tadi pagi dirasakan keluar darah sedikit dari kemaluan serta ibu merasakan nyeri pada perut bagian bawah. Ibu mengatakan tidak melakukan hubungan seksual kemarin malam dan tidak habis mengerjakan pekerjaan berat. 2. Keluhan utama saat ini: ibu takut kalau kehamilannya tidak bisa dipertahankan atau terdapat apa-apa dengan janin yang dikandungnya. 3. Timbulnya keluhan: mendadak. 4. Faktor yang memperberat: jika ibu beraktifitas atau berjalan, perdarahan dirasakan semakin banyak. 5. Upaya yang dilakukan untuk mengatasi: istirahat dan duduk. 6. Diagnosa medik: Abortus imminens.

C.1.

RIWAYAT KEPERAWATANRiwayat obstetri: a. Riwayat menstruasi: 1) Menarche umur 12 tahun 2) Banyak darah menstruasi sedang 3) Siklus teratur 4) Lama menstruasi: 5 -7 hari. 5) HPHT: 27 Desember 2001 6) Keluhan selama menstruasi tidak ada. b. Riwayat perkawinan: Ibu menikah 6 bulan yang lalu dan ini adalah pernikahan yang pertama. c. Riwayat kehamilan, persalinan, nifas yang lalu: Ibu pada saat ini hamil pertama dan tidak ada riwayat abortus/keguguran sebelumnya. d. Genogram:

Hamil ini Keterangan: = laki-laki = perempuan 2. a. tidak dikaji. 3. = hipertensi = Ny.P abortus = meninggal = tinggal dlm satu rumah

Riwayat Keluarga berencana: Ibu tidak melaksanakan KB, karenanya data lain

Riwayat kesehatan: Penyakit yang pernah dialami ibu: tidak ada, ibu tidak pernah menderita penyakit infeksi seperti typhus, pneumonia, penyakit pada kandungan. b. Pengobatan yang didapat: tidak ada. c. Riwayat penyakit keluarga: Hipertensi (ibu Ny.P). 4. Riwayat lingkungan: a. Kebersihan: menurut ibu kebersihan rumah dan lingkungannya cukup bersih. b. Bahaya: bahaya dalam rumah dan sekitar rumah seperti pabrik dekat rumah tidak ada, lantai licin tidak ada. Ibu mengatakan tidak pernah mendapat kecelakaan atau trauma selama masa kehamilan ini.

a.

5.

Aspek psikososial: a. Persepsi ibu tentang keluhan/penyakit: Ibu merasa akan mengalami keguguran. b. Apakah keadaan ini menimbulkan perubahan terhadap kehidupan sehari-hari? Tidak karena ibu memang harus beristirahat. c. Ibu berharap kehamilannya dapat diperthanakan karena ibu sangat ingin punya anak. Ibu mengatakan sangat khawatir dengan keselamatan bayinya dan bertanya bagaimana caranya supaya bayinya dapat dipertahankan. d. Orang terpenting bagi ibu adalah keluarga. e. Sikap anggota keluarga terhadap keadaan saat ini adalah sangat mendukung. f. Kesiapan mental untuk menjadi ibu: siap. a. Kebutuhan dasar khusus: Pola nutrisi: 1) Frekuensi makan: 3 kali sehari. 2) Nafsu makan baik. 3) Jenis makanan rumah: nasi, lauk, sayur dan buah. Ibu mengatakan tidak begitu suka minum susu. 4) Makanan yang tidak disukai/alergi/pantangan: tidak ada.

6.

b. Pola eleminasi: 1) BAK: - Frekuensi: 5 kali sehari. - Warna: kuning jernih. - Keluhan saat BAK: tidak ada. 2) BAB: - Frekuensi: 1 kali sehari. - Warna: kuning khas feses. - Bau: khas feses. - Konsistensi: padat. - Keluhan: tidak ada. c. Pola personal hygiene:

1) Mandi: - Frekuensi: 2 kali sehari. - Penggunaan sabun: ya. 2) Oral hygiene: - Frekuensi: 2 kali sehari. - Waktu: pagi dan sore. 3) Cuci rambut: - Frekuensi: 3 kali seminggu. - Penggunaan shampo: ya.

d. Pola istirahat dan tidur: 1) Lama tidur: 8 jam sehari. 2) Kebiasaan sebelum tidur: tidak ada. 3) Keluhan tidur; tidak ada. e. Pola aktifitas dan latihan: 1) Kegiatan dalam pekerjaan: membantu memasak. Ibu tinggal dengan mertua, sehingga banyak pekerjaan rumah tangga yang diselesaikan oleh ibu mertua seperti mencuci, menyetrika, bersih-bersih rumah dan memasak. 2) Waktu bekerja: tidak tentu. 3) Olahraga: ya, jalan-jalan pagi, frekuensi kadang-kadang. 4) Kegiatan waktu luang: tidak ada. 5) Keluhan dalam aktifitas: tidak ada. f. Pola kebiasaan yang mempengaruhi kesehatan: 1) Merokok: tidak. 2) Minuman keras; tidak. 3) Ketergantungan obat: tidak. 7. Pemeriksaan fisik: a. Umum: - Keadaan umum: baik. - Kesadaran: CM, E4V5M6 - Tekanan darah: 110/70 mmHg. - Respirasi: 20 x/mnt. - Nadi: 88 x/mnt - Suhu: 36,20C. - Berat badan: 48 kg. - Tinggi badan: 153 cm. b. Khusus: 1) Kepala: - Bentuk: normal. - Tidak ada lesi. - Rambut : warna hitam,lurus. - Keluhan: tidak ada. 2) Mata: - Kelopak mata: simetris, oedem palpebra tidak ada. - Gerakan mata: normal. - Konjungtiva: merah muda. - Sklera: putih, anikterik - Pupil: normal, isokor. - Akomodasi: baik (tidak memakai kacamata). 3) Hidung: - Reaksi alergi: tidak ada. - Sinus: normal. - Tidak ada nyeri tekan - Tidak ada polip. 4) Mulut dan tenggorokan: - Gigi geligi: lengkap, 32 buah,tidak ada caries. - Mukosa bibir lembab.

-

Kesulitan menelan: tidak ada.

5) Dada dan axilla:- Mamae: membesar - Areolla mamae: hiperpigmentasi. - Papila mamae: menonjol. - Colostrum: belum keluar. 6) Pernafasan: - jalan nafas: bebas. - Suara nafas: bersih, tidak ada suara nafas tambahan. - Menggunakan otot-otot bantu pernafasan: tidak.

7) Sirkulasi jantung:- Kecepatan denyut apikal: 88 x/mnt. - Irama: reguler. - Kelainan bunyi jantung: tidak ada. - Sakit dada: tidak ada. 8) Abdomen: - Mengecil: tidak - Linea dan striae: ada, tidak ada massa, tidak ada nyeri tekan. - Luka bekas operasi: tidak ada. - Kontraksi: tidak ada. - TFU: 1 jari bawah pusat, djj: (-) 9) Genitourinary: - Perineum: intak. - Vesika urinaria: kosong. 10) Ekstremitas: - Turgor kulit: baik. - Warn akulit: sawo matang. - Kontraktur pada persendian ekstremitas: tidak ada. - Kesulitan dalam pergerakan: tidak ada.

D. 1. 2.

DATA PENUNJANGlaboratorium: tanggal 5 januari 2012

WBC Lympho Mid Gran Lymph % Gran % Hemoglobin

: 6,6 :2 : 4,2 : 30 : 5,9 : 6,4 : 11,7

(4,5-11) (1,0-3,6) (0,1-0,9) (2,2-6,8) (2,0-4,5) (12-16)

USG tanggal 4 Januari 2012 Hasil pemeriksaan: masih ada sisa hasil kehamilan di dalam uterus Diagnosa Medis : Abortus Incomplitus 3. Rontgen: -4. Pemeriksaan dalam (vaginal toucher): a. Vulva: fleks ada sedikit, fluxus tidak ada. b. Vagina: fleks ada sedikit, fluxus tidak ada. c. Porsio: lunak, nyeri goyang (-), Pembukaan 1 Cm d. Cavum uteri: TFU l.k 8 10 Cm e. Adnexa parametrium ka: soepel, mass (-), nyeri (-). f. Adnexa parametrium ki: soepel, mass (-), nyeri (-). g. Cavum douglas: tidak menonjol. 5. Terapi yang didapat: Ringer Laktat : 30 tts/mnt Syntosinon : 1 ampul / hari (drip)

E.

DATA TAMBAHAN:1. bisa diselamatkan. 2. Ibu sangat menginginkan anak dan berharap kandungannya Ibu menyakan apakah kondisi janinnya baik.

3. Saat dilakukan pemeriksaan, ibu tampak gelisah, ekspresi wajah tegang dan postur tubuh kaku dan tegang.

ANALISA DATAData S: Ibu mengatakan keluar darah dari kemaluan sejak tadi pagi, perut bagian bawah dirasakan nyeri, Ibu mengatakan tidak nyeri waktu dilakukan periksa dalam. O: Ibu hamil 18-20 minggu, TFU 2 jbpst, djj: 12-1212, kontraksi tidak ada, gerakan janin aktif, fleks (+), fluxus (-). VT: ditemukan porsio tertutup, TD: 120/80 mmHg, N: 88 x/mnt, RR: 16 x/mnt. S: Ibu mengatakan sangat khawatir denagn perdarahan yang dialami, ibu bertanyatanya mengenai keselamatan bayi yang dikandungnya. Ibu mengatakan sangat ingin punya bayi dan ini adalah kehamilan yang pertama. O: Ibu tampak gelisah, saat dilakukan pemeriksaan ibu banyak bertanya kepada petugas. Ekspresi wajah ibu tampak tegang, postur tubuh saat dilakukan pemeriksaan kaku dan tegang. S: Ibu banyak bertanya tentang kemungkinan bayi dapat diselamatkan. Ibu juga bertanya tentang pantangan yang harus dilakukan supaya bayinya selamat. Ibu berkali-kali mengatakan sangat ingin punya bayi. O: Ibu banyak bertanya kepada petugas dan mahasiswa. Pendidikan ibu SMA, ibu tidak bekerja. Ibu baru menikah 6 bulan, ini adalah kehamilan pertama dan usia ibu 23 tahun. Etiologi Penurunan suplay O2 dan nutrisi ke jaringan plasenta skunder terhadap terlepasnya separasi plasenta. Patofisiologi Implantasi plasenta di endometrium lepas. Suplay O2 dan nutrisi ke jaringan plasenta terputus Janin kekurangan O2 dan nutrisi Gawat janin (Hipoksia) Kematian janin intra uteri/abortus Krisis situasi (perdarahan dan ancaman terhadap keselamatan bayi yang dikandungnya). Perdarahan Perubahan respon psikologis ibu Ansietas. Masalah Resiko terjadi gawat janin intra uteri (hipoksia).

Maladaptif Cemas meningkat

Kurang informasi.

Kurang informasi mengenai penyakit, prognosis, kebutuhan pengobatan Ketidakmampuan mengenal informasi Ketidaktahuan tentang kondisi dan pengobatan. Tidak taat terhadap program pengobatan. Program pengobatan tidak berhasil.

Defisit knowledge (kebutuhan belajar) mengenai penyakit, prognosis dan kebutuhan pengobatan.

DIAGNOSA KEPERAWATAN

1. plasenta. Data penunjang:

Resiko terjadi gawat janin intra uteri (hipoksia) b/d penurunan

suplay O2 dan nutrisi ke jaringan plasenta skunder terhadap terlepasnya separasi

S: Ibu mengatakan keluar darah dari kemaluan sejak tadi pagi, perut bagian bawah dirasakan nyeri, Ibu mengatakan tidak nyeri waktu dilakukan periksa dalam. O: Ibu hamil 18-20 minggu, TFU 2 jbpst, djj: 12-12-12, kontraksi tidak ada, gerakan janin aktif, fleks (+), fluxus (-). VT: ditemukan porsio tertutup, nyeri tidak ada, TD: 120/80 mmHg, N: 88 x/mnt, RR: 16 x/mnt. 2. Data penunjang: S: Ibu mengatakan sangat khawatir denagn perdarahan yang dialami, ibu bertanya-tanya mengenai keselamatan bayi yang dikandungnya. Ibu mengatakan sangat ingin punya bayi dan ini adalah kehamilan yang pertama. O: Ibu tampak gelisah, saat dilakukan pemeriksaan ibu banyak bertanya kepada petugas. Ekspresi wajah ibu tampak tegang, postur tubuh saat dilakukan pemeriksaan kaku dan tegang. 3. Data penunjang: S: Ibu banyak bertanya tentang kemungkinan bayi dapat diselamatkan. Ibu juga bertanya tentang pantangan yang harus dilakukan supaya bayinya selamat. Ibu berkali-kali mengatakan sangat ingin punya bayi. O: Ibu banyak bertanya kepada petugas dan mahasiswa. Pendidikan ibu SMA, ibu tidak bekerja. Ibu baru menikah 6 bulan, ini adalah kehamilan pertama dan usia ibu 23 tahun. Defisit knowledge (kebutuhan belajar) mengenai penyakit, prognosis dan kebutuhan pengobatan b/d kurang informasi. Ansietas b/d krisis situasi (perdarahan dan ancaman terhadap keselamatan bayi yang dikandungnya).

RENCANA INTERVENSI, RASIONAL DAN IMPLEMENTASI

No 1. Diagnosa Keperawatan Resiko terjadi gawat janin intra uteri (hipoksia) b/d penurunan suplay O2 dan nutrisi ke jaringan plasenta skunder terhadap terlepasnya separasi plasenta. Data penunjang: S: Ibu mengatakan keluar darah dari kemaluan sejak tadi pagi, perut bagian bawah dirasakan nyeri, Ibu mengatakan tidak nyeri waktu dilakukan periksa dalam. O: Ibu hamil 18-20 minggu, TFU 2 jbpst, djj: 12-1212, kontraksi tidak ada, gerakan janin aktif, fleks (+), fluxus (-). VT: ditemukan porsio tertutup, nyeri tidak ada, TD: 120/80 mmHg, N: 88 x/mnt, RR: 16 x/mnt.

Intervensi Keperawatan Tujuan dan Kriteria Hasil Rencana Intervensi Tujuan: setelah diberikan a. Pantau DJJ, kontraksi askep, gawat janin tidak uterus/his, gerakan terjadi, bayi dapat janin. dipertahankan sampai umur 37 minggu dan atau b. Jelaskan penyebab BBL 2500 gr. terjadinya perdarahan Kriteria hasil: dan akibat bila - Gerakan janin perdarahan terus aktif. berlangsung (keguguran, - DJJ 120-160 janin meninggal). x/mnt. - Kontraksi uterus /his tidak c. Anjurkan penderita untuk tidur miring ke kiri. ada. - Kehamilan dapat dipertahankan sampai umur 37 d. Mo minggu dan atau tivasi pasien untuk BBL 2500 gr. meningkatkan fase - Perdarahan istirahat. berhenti atau tidak ada. - Flek-flek tidak ada.

Rasional Penurunan DJJ dan gerakan janin sebagai prediksi adanya distres janin. Meningkatkan pemahamana kerjasama pengobatan. ibu dan dalam

Implementasi Keperawatan Implementasi Evaluasi Tgl 22 April 2002: 12.40 Memantau djj, Djj (+) 12-12-12; kontraksi uterus/his, kontraksi uterus tidak gerakan janin. ada; gerakan janin aktif. 13.00 - Menjelaskan penyebab terjadinya perdarahan dan akibat bila perdarahan terus berlangsung (keguguran, bayi akan meninggal). - Menganjurkan ibu untuk tidur miring ke arah kiri selama di rumah. - Memotivasi ibu untuk lebih banyak istirahat minimal 8 jam sehari dan kurangi beraktifitas agak berat seperti olahraga. - Menganjurkna ibu untuk teratur ANC yaitu: - 1 x/bln pada trimester I - 2 x/bln pada trimester II - 1 x/minggu pada trimester III. Ibu mengatakan mengerti dengan penjelasan yang diberikan mahasiswa.

Meminimalkan tekanan pada aorta sehingga O2 yang disuplay ke plasenta dan janin lebih lancar. Fase istirahat yang lebih akan membantu meminimalkan pemakaian energi dan O2 sekaligus dapat mengistirahatkan bayi sampai cukup bulan.

e.

Anj urkan pasien untuk melakukan ANC secara teratur sesuai dengan masa kehamilan: - 1 x/bln pada trimester I - 2 x/bln pada trimester II - 1 x/minggu pada trimester III.

Deteksi dini terhadap adanya penyimpangan pada kehamilan.

- Mengingatkan ibu untuk segera kontrol bila terdapat:: - Gerakan janin berkurang/menurun. - Kontraksi/his terus-

Ibu mengatakan akan mentaati semua petunjuk yang diberikan.

f. Jelaskan pada pasien untuk segera memeriksakan kehamilannya bila terdapat: - Gerakan janin berkurang/menurun. - Kontraksi/his terusmenerus. - Perdarahan - Nyeri abdomen. - Perut mengeras dan sangat nyeri. g. Anjurkan meningkatkan masukan cairan minimal 2500 ml/24 jam dan diet tinggi kalori serta membatasi aktifitas. h. Anjurkan ibu untuk tidak melakukan hubungan seksual dengan suami sampai kehamilan berusia 20 minggu (5 bulan) atau selama terjadi perdarahan i. Tanyakan pada ibu tentang pemahaman terhadap penjelasan yang diberikan. Lkaukan pengulangan bila perlu.

Sebagai kontrol langsung dari pasien terhadap kondisi kehamilannya.

menerus. - Perdarahan - Nyeri abdomen. - Perut mengeras dan sangat nyeri. - Menganjurkan ibu untuk banyak makan makanan yang bergizi untuk meningkatkan keadaan kesehatan ibu dan minum air minimal 2500 cc /hari. - Menyarankan ibu dan suami untuk tidak melakukan hubngan seksual selama perdarahan terjadi dan sampai umur kehamilan minimal 5 bulan atau selama perdarahan berlangsung. 13.30 Menanyakan ibu mengenai penjelasan yang sudah diberikan. Ibu mengatakan akan mentaati semua petunjuk yang diberikan.

Memperbaiki keadaan umum ibu sehingga membantu mengurangi akibat perdarahan.

Koitus dapat merangsang produksi prostaglandin eningkat sehingga dapat terjadi rangsangan pada uterus dan menimbulkan kontraksi. Meningkatkan pemahaman ibu dan pesanan sebelum ibu pulang.

Ibu mengatakan sudah memahami semua penjelasan yang diberikan dan berjanji akan mentaati semua petunjuk yang diberikan.

2.

Ansietas b/d krisis situasi (perdarahan dan ancaman terhadap keselamatan bayi yang dikandungnya). Data penunjang: S: Ibu mengatakan sangat khawatir denagn perdarahan yang dialami, ibu bertanyatanya mengenai keselamatan bayi yang dikandungnya. Ibu mengatakan sangat ingin punya bayi dan ini adalah kehamilan yang pertama. O: Ibu tampak gelisah, saat dilakukan pemeriksaan ibu banyak bertanya kepada petugas. Ekspresi wajah ibu tampak tegang, postur tubuh saat dilakukan pemeriksaan kaku dan tegang.

Tujuan: setelah diberikan askep, ibu dapat menunjukkan hilangnya ansietas. Kriteria hasil: 3) Ibu melaporkan hilangnya / berkurangnya perasaan cemas/khawatir. 4) Ibu tenang. 5) Ibu kooperatif dalam pengobatan. 6) Postur tubuh rileks. 7) Ekspresi wajah tenang.

a.

Biarkan pasien mengekspresikan perasaan tentang kondisinya. Pertahankan cara yang tenang dan efisien.

Pengekspresian perasaan membantu pasein mngidentifikasi sumber ansietas dan penggunaan respon koping. Pendekatan tenang oleh pemberi perawatan menyampaikan kepercayaan dan control. Pengetahuan apa yang diperkirakan membantu mengurangi ansietas. Fase istirahat yang lebih akan membantu meminimalkan pemakaian energi dan O2 sekaligus dapat mengistirahatkan bayi sampai cukup bulan. Menjamin system pendukung untuk pasien dan memungkinkan orang terdekat terlibat degna tepat. Memudahkan istirahat, menghemat energi dan meningkatkan kemmapuan koping.

Tgl 22 April 2002. 12.30 Memberiakn kesempatan kepada ibu untuk menceritakan perasaanya dan riwayat terjadinya perdarahan. 12.40 Menjelaskan kepada ibu bahwa akan dilakukan tindakan VT (periksa dalam). 12.45 mengatur posisi ibu, menyalakan kipas angin, mengurangi jumlah petugas dalam ruang periksa dan menutup gorden. 13.00 Mendiskusikan tentang kemungkinan bayi dpaat dipertahankan bersama ibu dan suami denagn syarat ibu mentaati semua petunjuk yang diberikan. - Memotivasi ibu untuk tetap tenang dan tidak gelisah serta lebih banyak berdoa sehingga harapan untuk punya bayi dapat tercapai.

Ibu bercerita tentang perasaan cemasnya saat terjadi perdarahan.

Ibu mau dilakukan pemeriksaan dalam.

b. Jelaskan semua tujuan tindakan yang ditentukan. c. Motivasi pasien untuk meningkatkan fase istirahat.

Posisi ibu rileks, ekspresi wajah tampak cemas.

d. Libatkan orang terdekat sesuai indikasi bila keputusan mayor akan dibuat. e. Tingktakan rasa tenang dan lingkungan tenang (tutup gorden pada saat pemeriksaan berlangsung, batasi jumlah petugas dalam ruangan pemeriksaan, nyalakan kipas angina, sediakan selimut penutup dll).

Ibu tampak lega dengan penjelasan yang diberikan.

Ibu berjanji akan tetap tenang dan tabah.

f. Motivasi ibu untuk tetap tenang, tidak gelisah terhadap kondisinya. g. Anjurkan ibu untuk tetap berdoa untuk keselamatan bayinya.

Kondisi psikologis ibu sangat berpenagruh terhadap kondisi janin. Berdoa lebih mendekatkan ibu kepada Than dan memberikan ketenangan secara spiritual. Memvalidasi tingkat pemahaman saat ini, mengidentifkasi kebutuhan belajar dan memberikan dasar pengetahuan dimana pasien membuat keputusan berdasarkan informasi. Membantu penilaian diagnos akanker, memberikan informasi yang diperlukan selama waktu menyerapnya. Pasien mempunyai hak untuk tahu dan beraprtisipasi dalam mengambil keputusan tentang perawatan dan pengobatan yang diterima. Informasi akurat dan detail membantu menghilangkan rasa takut dan ansietas. Perkiraan dan informasi dapat menurunkan kecemasan pasien. Tgl 22 April 2002. 13.00 Menanyakan perasaan ibu denagn adanya perdarahan dan sakit pada perutnya.

3.

Defisit knowledge (kebutuhan belajar) mengenai penyakit, prognosis dan kebutuhan pengobatan b/d kurang informasi. Data penunjang: S: Ibu banyak bertanya tentang kemungkinan bayi dapat diselamatkan. Ibu juga bertanya tentang pantangan yang harus dilakukan supaya bayinya selamat. Ibu berkali-kali mengatakan sangat ingin punya bayi. O: Ibu banyak bertanya kepada petugas dan mahasiswa. Pendidikan ibu SMA, ibu tidak bekerja. Ibu baru menikah 6 bulan, ini adalah kehamilan pertama dan usia ibu 23 tahun.

Tujuan: setelah diberikan askep, ibu dapat memenuhi kebutuhan belajar secara mandiri, memahami penyakit dan pengobatan yang diberikan. Kriteria hasil: 8) Ibu memahami regimen terapeutik dan perawatan yang diberikan. 9) Ibu kooperatif terhadap tindakan pengobatan dan perawatan yang diberikan. 10) Ibu taat terhadap program pengobatan dan perawatan yang diberikan.

a.

Tentukan persepsi pasien tentang kondisi kehamilan sekarang, tanyakan tentang pengalaman pasien sendiri/sebelumnya.

b. Berikan informasi yang jelas dan akurat dalam cara yang nyata, jawab pertayaan dengan jelas. c. Berikan pedoman antisipasi pada pasien tentang protocol pengobatan, hasil yang diharapkan, kemungkinan janin dapat dipertahankan. Bersikap jujur dengan pasien. Orientasikan klien/keluarga thd prosedur rutin dan aktifitas. Tingkatkan partisipasi bila mungkin.

Ibu mengatakan sangat cemas denagn perdarahan yang terjadi dan takut kalau bayinya meninggal. Ibu mengatakan perdarahan terjadi tibatiba dan ibu tidak tahu sebabnya. Ibu dan suami mengatakan akan mentaati beberapa pantanagn yang diberikan.

d.

13.30 - Mendiskusikan dengan ibu dan suami tentang penyakit yang diderita ibu dan kemungkinan bayi dapat dipertahankan. - Menjelaskan beberapa hal yang perlu ditaati oleh ibu dan suami yaitu: - Periksa teratur sesuai petunjuk yang diberikan. - Tidur miring ke kiri. - Tidak hubungan seksual selama 5 bualn kehamilan. - Makan makanan yang bergizi. - Lebih banyak istirahat.

e.

Dorong kemandirian, perawatan diri, libatkan keluarga secara aktif dalam perawatan. Lakukan evalausi sebelum pulang ke rumah sesuai indikasi.

f.

Peningkatan kemandirian dari pasien dan keluarga meningkatkan rasa percaya diri dan kemampuan untuk melakukan perawatan diri secara aktif. Membantu dalam transisi ke lingkungan rumah dengna memberikan informasi tentang kebutuhan perubahan pada situasi fisik, penyediaan bahan yang diperlukan.

13.45 Melakukan evaluasi sebelum ibu pulang tentang pemahaman ibu mengenai penjelasan yang sudah diberikan.

Ibu dan mengatakan dapat penjelasan petunjuk diberikan.

suami sudah mengerti dan yang

EVALUASITanggal/ jam Tgl 22 April 2002 Pukul 14.00 WIB Diagnosa Keperawatan Resiko terjadi gawat janin intra uteri (hipoksia) b/d penurunan suplay O2 dan nutrisi ke jaringan plasenta skunder terhadap terlepasnya separasi plasenta. Data penunjang: S: Ibu mengatakan keluar darah dari kemaluan sejak tadi pagi, perut bagian bawah dirasakan sakit melilit. O: Ibu hamil 18-20 minggu, TFU 2 jbpst, djj: 12-12-12, kontraksi tidak ada, gerakan janin aktif, fleks (+), fluxus (-). VT: ditemukan porsio tertutup, nyeri tidak ada, TD: 120/80 mmHg, N: 88 x/mnt, RR: 16 x/mnt. Evaluasi S: Ibu mengatakan gerakan janin dirasa aktif, perdarahan agak berkurang, serta sakit pada perut bawah agak berkurang. O: Kontraksi uterus tidak ada, gerakan janin aktif, djj (+) 12-12-12; fleks (-), fluxus (-); porsio tertutup, nyeri tekan (-), TD: 120/80 mmHg, N: 88 x/mnt. A: Masalah tidak terjadi. P: Lanjutkan semua rencana dengan memberikan pesanan pada ibu sebelum pulang seperti: - Periksa teratur sesuai petunjuk yang diberikan. - Tidur miring ke kiri. - Tidak melakukan hubungan seksual selama terjadi perdarahan. - Makan makanan yang bergizi. - Lebih banyak istirahat. - Segera kontrol bila ditemukan gerak janin menurun, nyeri semakin hebat, perdarahan terus-menerus.

Tgl 22 April 2002 Pukul 14.00 WIB

Ansietas b/d krisis situasi (perdarahan dan ancaman terhadap keselamatan bayi yang dikandungnya). Data penunjang: S: Ibu mengatakan sangat khawatir denagn perdarahan yang dialami, ibu bertanya-tanya mengenai keselamatan bayi yang dikandungnya. Ibu mengatakan sangat ingin punya bayi dan ini adalah kehamilan yang pertama. O: Ibu tampak gelisah, saat dilakukan pemeriksaan ibu banyak bertanya kepada petugas. Ekspresi wajah ibu tampak tegang, postur tubuh saat dilakukan pemeriksaan kaku dan tegang.

S: Ibu mengatakan agak tenag denag penjelasan yang diberikan bahwa janinnya masiih dapat dipertahankan. O: Wajah ibu tampak tenang, postur tubuh rileks, ibu banyak tersenyum, ibu kooperatif dalam diskusi yang dilakukan. A: Masalah teratasi. P: Pertahankan kondisi psikologis ibu dengan memberikan pesanan sebelum ibu pulang yaitu: - Ibu agar tetap tenag dan tidak gelisah dengan kondisinya. - Ibu banyak istirahat. - Ibu banyak berdoa.

Tgl 22 April 2002 Pukul 14.00 WIB

Defisit knowledge (kebutuhan belajar) mengenai penyakit, prognosis dan kebutuhan pengobatan b/d kurang informasi. Data penunjang: S: Ibu banyak bertanya tentang kemungkinan bayi dapat diselamatkan. Ibu juga bertanya tentang pantangan yang harus dilakukan supaya bayinya selamat. Ibu berkali-kali mengatakan sangat ingin punya bayi. O: Ibu banyak bertanya kepada petugas dan mahasiswa. Pendidikan ibu SMA, ibu tidak bekerja. Ibu baru menikah 6 bulan, ini adalah kehamilan pertama dan usia ibu 23 tahun.

S: Ibu dan suami mengatakan lebih dapat mengerti dengan penjelasan yang diberikan mengenai kondisi penaykit dan rencana pengobatan yang akan dilakukan. O: Ibu dan suami tampak puas denagn penjelasan yang diberikan dan saat ditanyakan kembali ibu dapat menyebutkan pantangan yang harus dilakukan di rumah. A: Masalah teratasi. P: --

BAB 4

PEMBAHASAN

Setelah mempelajari konsep teori asuhan keperawatan pada ibu dengan gangguan sistem reproduksi yaitu kehamilan dengan abortus, maka berdasarkan pengamatan dan asuhan yang telah diberikan, ada beberapa hal yang perlu menjadi pembahasan yaitu: A. PENGKAJIAN Prinsip yang harus diperhatikan dalam melakukan pengkajian pada ibu hamil dengan abortus adalah melakukan pengkajian secara lengkap dan sistematis sehingga dalam merumuskan data fokus yang menjadi permasalahan pasien dapat lebih mudah. Namun hal tersebut agak sulit dilakukan mengingat mobilitas pasien yang datang berkunjung ke poliklinik sangat tinggi sehingga untuk mendapatkan data yang lengkap dan sistematis pun sulit untuk didapatkan. Sementara pasien datang berkunjung sudah siang (pukul 12.30 WIB) sehingga data pun terkumpul seadanya sesuai dengan data fokus yang cenderung timbul pada ibu hamil pertama dengan kasus abortus. B. DIAGNOSA KEPERAWATAN Berdasarkan teori asuhan keperawatan mengenai ibu dengan abortus, dalam merumuskan diagnosa keperawatan ada beberapa kendala yang kami hadapi, yaitu tidak adanya literatur mengenai asuhan keperawatan pada ibu hamil dengan abortus sehingga perumusan diagnosa keperawatan diadopsi dari beberapa literatur yang ada yang disesuaikan dengan permasalahan yang mungkin timbul. Sementara dari 7 diagnosa keperawatan yang mungkin timbul pada ibu hamil dengan abortus, hanya 3 diagnosa keperawatan yang diangkat dengan alasan: 1) Pengkajian yang dilakukan hanya sesaat pada saat pasien datang dan pengkajian dilakukan dengan lebih memfokuskan pada permasalahan yang ditemukan oleh mahasiswa yang dihadapi oleh ibu pada saat datang berkunjung. 2) Beberapa diagnosa keperawatan seperti nyeri, resiko defisit volume cairan, kelemahan dan resiko terjadi infeksi tidak diangkat karena data yang menunjang terhadap timbulnya diagnosa tersebut tidak ditemukan. C. RENCANA INTERVENSI DAN RASIONAL Pada perumusan rencana intervensi keperawatan, mahasiswa merumuskan rencana intrevensi sesuai dengan kondisi pasien yang datang berkunjung ke poliklinik dan perencanaan yang memungkinkan untuk dilakukan implementasi dan evaluasi keperawatan. Tidak semua perencanaan yang ada dalam konsep teori dapat diangkat dalam kasus karena mengingat kontak waktu mahasiswa dengan pasien sangat terbatas sehingga hanya perencanaan yang mungkin untuk diangkat yang kami utamakan.

D.

IMPLEMEN TASI KEPERAWATAN Implementasi yang dapat dilakukan pada kasus lebih banyak terfokus pada KIE

dengan harapan pasien dapat menerapkan anjuran dan petunjuk yang diberikan di rumah secara taat. Hanya dalam pelaksanaan tersebut mahasiswa melakukan beberapa pengulangan untuk mendapatkan keyakinan bahwa pasien memang sudah mengerti dengan penjelasan yang diberikan sehingga evaluasi pundapat lebih mudah dilakukan. E. EVALUASI KEPERAWATAN Evaluasi yang dilakukan hanya evaluasi tindakan pada saat itu juga mengingat sifat kunjungan pasien adalah rawat jalan sehingga monitoring selanjutnya tidak dapat dilakukan. Sehingga untuk evaluasi kunjungan berikutnya diserahkan kepada petugas poliklinik.

BAB 5

PENUTUP

A.

KESIMPULAN Ada beberapa kesimpulan yang penulis temukan dalam melaksanakan asuhan

keperawatan pada ibu hamil dengan kasus abortus yaitu: 1) Pemantauan secara teratur pada ibu hamil pertama (primigravidarum) terutama pada trimester I kehamilan sangatlah penting. Mengingat ibu primigravida cenderung mengalami gangguan dalam proses kehamilannya seperti misalnya abortus dalam kehamilan yang akan sangat berpengaruh terhadap psikologis ibu yang tentunya sangat berharap keselamatan bayinya dapat dipertahankan. 2) Asuhan keperawatan pada ibu hamil dengan abortus hendaknya dilakukan secara komprehensif meliputi seluruh aspek bio psiko sosial dan spiritual karena kenyamanan psikologis ibu sangat berpengaruh terhadap kondisi janin yang dikandungnya. B. SARAN Ada beberapa saran yang dapat penulis sampaikan dalam upaya meningkatkan asuhan keperawatan pada ibu hamil dnegan abortus yaitu: 1) Kepada mahasiswa PSIK yang sedang melaksanakna tahap profesi agar lebih aktif dalam menerapkan asuhan keperawatan sesuai dengan konsep teori dan lebih memperhatikan kondisi pasien sehingga pelaksanaan praktek keperawatan dapat berjalan sesuai dengan target yang ingin dicapai.

2) Kepada pembimbing ruangan dan pembimbing akademik mohon agar lebihmeningkatkan bimbingan langsung kepada pasien (bed side teaching) sehingga mahasiswa mendapatkan model asuhan keperawatan yang tepat sesuai dengan konsep teori dan kebijakan tertentu yang berlaku di ruangan.

LAPORAN KASUS KEPERAWATAN MATERNITAS ASUHAN KEPERAWATAN MATERNITAS

PADA NY. P DENGAN ABORTUS IMMINENS UK. 18 20 MINGGU DI RUANG POLIKLINIK KANDUNGAN RSUD DR. SOETOMO SURABAYA TANGGAL 22 APRIL 2002( Disusun Sebagai Bahan Makalah Seminar Kelompok Keperawatan Maternitas Pada Praktek Keperawatan Profesi Unit Maternitas)

Disusun Oleh:

Launnu Ni Wayan Dewi Tarini Anita joeliantina Sr. Arnoldin E. S. Sp. S

PROGRAM STUDI S1 ILMU KEPERAWATAN FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS AIRLANGGA SURABAYA 2002

DAFTAR ISI

Halaman Judul......................................................................................................................... Daftar isi................................................................................................................... Bab 1 Pendahuluan.................................................................................................. 1.2 Tujuan Penulisan.................................................................................... 1.3 Manfaat Penulisan.................................................................................. 1.4 Sistematikan Penulisan.......................................................................... Bab 2 Konsep Tinjauan Pustaka.............................................................................. Konsep Abortus............................................................................................ 2.1 Definisi Abortus....................................................................................... 2.2 Jenis Abortus, Macam, Definisi, Tanda dan Gejala................................. 2.3 Etiologi Abortus....................................................................................... 2.4 Patofisiologi Abortus............................................................................... 2.5 Penatalaksanaan Abortus...................................................................... 2.6 Penyulit Abortus..................................................................................... Konsep Asuhan Keperawatan Ibu Dengan Abortus..................................... 1. Pengkajian Data Fokus ........................................................................... 2. Diagnosa Keperawatan............................................................................ 3. Rencana Intervensi dan Rasional............................................................ Bab 3 Asuhan keperawatan Ibu Dengan Abortus.................................................... Pengkajian.................................................................................................... Diagnosa Keperawatan................................................................................. Rencana Intervensi, Rasional dan Implementasi......................................... Evaluasi Keperawatan.................................................................................. Bab 4 Pembahasan.................................................................................................. Bab 5 Penutup......................................................................................................... Daftar Pustaka......................................................................................................... i ii 1 2 2 3 4 4 4 4 7 8 8 9 9 9 10 11 17 17 21 23 28 29 31 iii

DAFTAR PUSTAKA

11. Barbara C. Long (1996), Perawatan Medikal Bedah: Suatu Pendekatan Proses Keperawatan,The C.V Mosby Company St. Louis, USA. 12. Barbara Engram (1998), Rencana Asuhan Keperawatan Medikal Bedah Jilid II Penerbit Buku Kedokteran EGC, Jakarta. 13. Donna D. Ignatavicius (1991), Medical Surgical Nursing: A Nursing Process Approach, WB. Sauders Company, Philadelphia. 14. Guyton & Hall (1997), Buku Ajar Fisiologi Kedokteran Edisi 9, Penerbit Buku Kedoketran EGC, Jakarta 15. Marylin E. Doenges (2000), Rencana Asuhan Keperawatan: Pedoman Untuk Perencanaan dan Pendokumentasian Perawatan Pasien edisi 3, Penerbit Buku Kedoketran EGC, Jakarta. 16. Bagian Obstetri dan Ginekologi FK Unpad (1994), Obstetri Patologi, Bagian Obstetri dan Ginekologi FK Unpad, Bandung. 17. Hacker Moore (1999), Esensial Obstetri dan Ginekologi Edisi 2, Penerbit Buku Kedokteran EGC, Jakarta. 18. Hanifa Wikyasastro (1997), Ilmu Kebidanan, Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawiroharjo, Jakarta. 19. Marylin E. Doengoes, Mary Frances Moorhouse, Alice C. Geissler (2000), Rencana Asuhan Keperawatan: Pedoman Untuk Perencanaan dan Pendokumentasian Perawatan Pasien Edisi 3, Penerbit Buku Kedokteran EGC, Jakarta 20. Hanifa Wikyasastro (1997), Ilmu Kandungan, Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawiroharjo, Jakarta.