makalah tentang abortus

Upload: luke-silva

Post on 09-Oct-2015

58 views

Category:

Documents


1 download

DESCRIPTION

makalah tentang abortus

TRANSCRIPT

makalah hyperemesis gravidarum,abortus dan anemia

BAB 1PENDAHULUAN1.1 LATAR BELAKANG

Kehamilan merupakan suatu keadaan fisiologis yang menjadi dambaan setiap pasangan suami istri. Setiap kehamilan diharapkan adalah lahirnya bayi yang sehat dan sempurna secara jasmaniah dengan berat badan yang cukup. Masa kehamilan adalah salah satu fase penting dalam pertumbuhan anak karena calon ibu dan bayi yang di kandungnya membutuhkan gizi yang cukup banyak. (Depkes RI, 2004). Kekurangan gizi pada pertumbuhan janin akan mengakibatkan beberapa keadaan seperti Kekurangan Energi Protein (KEP), anemia.

Salah satu komplikasi kehamilan yang mempengaruhi status kesehatan ibu dan tumbuh kembang janin adalah Hyperemesis Gravidarum dimana kejadian ini dapat dideteksi dan dicegah pada masa kehamilan, mual dan muntah merupakan gangguan yang paling sering dijumpai pada kehamilan trimester I sekitar 60 80 % pada primigravida dan 40 60 % pada multi gravida (Wiknjosastro, 2006). Mengingat bahaya Hyperemesis Gravidarum yang cukup banyak dan sering tidak diketahui dan diperhatikan ibu hamil karena dianggap sebagai hal yang wajar pada kehamilan muda dan tanpa disadari komplikasi tersebut dapat mempengaruhi status kesehatan ibu dan janin bahkan dapat menyebabkan kematian ibu.

Tingginya angka anemia pada ibu hamil mempunyai kontribusi terhadap tingginya angka bayi lahir dengan bayi berat lahir rendah di Indonesia yang diperkirankan mencapai 350.000 bayi setiap tahunnya. Oleh karena itu, penanggulangan anemia gizi menjadi salah satu program potensial untuk meningkatkan kualitas sumber daya manusia yang telah dilaksanakan pemerintah sejak pembangunan jangka panjang.

Salah satu sasaran yang ditetapkan pada Indonesia sehat 2010 adalah menurunkan angka kematian maternal. Penurunan Angka Kematian Ibu (AKI) merupakan salah satu masalah besar di negeri ini. Pasalnya, angka kematian ini menunjukan gambaran derajat kesehatan di suatu wilayah, sebagai gambaran indeks pembangunan manusia Indonesia. Angka Kematian Ibu di Indonesia paling tinggi di Asia tenggara 307/100.000 kalahiran. Sementara Indonesia menetapkan target AKI 125/100.000 pada 2015. Karena itu, profesi bidan dalam pelayanan kesehatan sangat penting terutama pada kehamilan yaitu mempersiapkan fisik dan mental ibu dan pasangannya dalam menghadapi persalinan dan kehadiran bayi di tengah-tengah keluarga, dengan menggunakan manajemen kebidanan yaitu, metode pendekatan pemecahan masalah ibu dan anak mencakup pemberian asuhan kepada individu, keluarga dan masyarakat serta menekan Angka Kematian Ibu tersebut.

Angka kematian ibu (kematian ibu yaitu sejak masih hamil sampai 42 hari setelah persalinan) menurut WHO diperkirakan paling sedikit 600.000 ibu meninggal per tahun. Kematian ini merupakan akibat langsung dari kehamilan dan persalinan. Di Indonesia masih terdapat 18.000 ibu yang meninggal setiap tahun akibat komplikasi hamil dan melahirkan. Dari hasil penelitian yang di lakukan di seluruh dunia bahwa 99 % dari seluruh kematian ibu terjadi di negara sedang berkembang termasuk di Indonesia, dan bagi Negara maju pesat maka kematian ibu sangat sedikit atau hampir tidak ada. Hal ini memberi kejelasan bahwa setiap kematian ibu sesungguhnya dapat dihindari atau dicegah.

Penyebab utama kematian ibu di Indonesia: perdarahan sebanyak 45,2 %, eklampsia 12,9 %, komplikasi aborsi 11,1 %, sepsis post partum 9,6 %, persalinan 6,5 % anemia 1,6 % lain- lain termasuk penyebab tak langsung 14,1 %.

Mortalitas dan morbiditas pada wanita hamil adalah masalah besar di Negara berkembang. Di negara miskin sekitar 25 50 % kematian wanita usia subur disebabkan hal yang berkaitan dengan kehamilan. Kematian saat melahirkan biasanya menjadi faktor utama mortalitas utama wanita muda pada masa puncak produktivitasnya. Tahun 1996, WHO memperkirakan lebih dari 580.000 ibu pertahunnya meninggal saat hamil atau bersalin (Saifuddin A. B, 2000). Sasaran yang ditetapkan untuk tahun 2015 adalah menurunkan Angka Kematian Ibu untuk mencapai sasaran tersebut ditetapkan pedoman operasionalisasi strategi antara lain adanya Making Pregnancy Safer (MPS), yang merupakan salah satu strategi nasional agar kehamilan dan persalinan berlangsung aman serta bayi yang dilahirkan sehat (Saifuddin A. B, 2000).1.2 Rumusan masalah

Ruang lingkup permasalahan yang di paparkan dalam makalah ini meliputi :

Apa definisi dari hyperemesis gravidarum, anemia dan abortus ?

Apa penyebab atau etiologinya ?

Apa manifestasi klinis pada penderita hyperemesis gravidarum, anemia dan abortus?

Bagaimana penatalaksana penderita hyperemesis gravidarum, anemia dan abortus?

Bagaimana diagnostic penderita hyperemesis gravidarum, anemia dan abortus?

1.3 Tujuan penulisan

Tujuan yang hendak dicapai dalam penulisan ini adalah untuk mengetahui gambaran tentang asuhan kebidanan dengan komplikasi, kelainan, penyakit dalam masa kehamilan trimester I dan II selain itu untuk mengetahui penyebab dan gejala yang ditimbulkan oleh penderita.

1.4 Manfaat penulisan

1.4.1 Bagi Institusi Pendidikan

Sebagai bahan masukan bagi institusi pendidikan untuk menjadi kepustakaan untuk penyusunan karya ilmiah lainnya.

1.4.2 Bagi mahasiswa

1. Agar dapat menambah wawasan mengenai anemia kehamilan, hyperemesis gravidarum dan abortus pada wanita sehingga dapat menerapkan dilapangan.

2. Agar dapat meningkatkan pengetahuan bagi calon tenaga bidan (mahasiswa kebidanan) yang nantinya dapat menjadi bekal ilmu untuk bekerja secara professional sebagai tenaga paramedis.

1.5 Metode penulisan

Metode pengumpulan data yang kami gunakan yaitu dengan metode kepustakaan yaitu dengan membaca dan mengutip dari beberapa buku serta mengunduh gambaran dari internet yang berhubungan dengan anemia kehamilan, hyperemesis gravidarum dan abortus.

Bab IITinjauan TeoriHYPEREMESIS GRAVIDARUM

A. DefinisiHyperemesis Gravidarum adalah mual dan muntah yang berlebihan pada wanita hamil sampai mengganggu pekerjaan sehari-hari karena keadaan umumnya menjadi buruk, karena terjadi dehidrasi (Sinopsis Obstetri : 195)Hyperemesis Gravidarum adalah keadaan dimana seorang dimana seorang ibu memuntahkan segala apa yang dimakan dan yang diminum sehingga berat badan sangat turun, turgor kulit kurang, timbul aseton dalam kencing (Manuaba, 1998).

B. EtiologiSebab pasti belum diketahui. Frekuensi kejadian adalah 2 per 1000 kehamilan. Beberapa faktor yang telah ditemukan yaitu :a. Faktor presdisposisi yang sering dikemukakan adalah primigravida, mola hidatidosa dan kehamilan ganda. Frekuensi yang tinggi pada mola hidatidosa dan kehamilan ganda menimbulkan dugaan faktor hormon memegang peranan karena pada kedua keadaan tersebut hormon khoroniak gonadotropin dibentuk berlebihan.

b. Faktor organik masuknya vili khorialis dalam sirkulasi maternal dan perubahan metabolik akibat hamil serta resistensi yang menurun dari pihak ibu terhadap perubahan, ini merupakan faktor organik. Alergi sebagai salah satu respons dari jaringan ibu terhadap anaknya juga disebut sebagai salah satu faktor organik.c. Faktor psikologi memegang peranan penting pada penyakit ini, rumah tangga retak, kehilangan pekerjaan, takut terhadap kehamilan dan persalinan. Takut terhadap tanggung jawab sebagai ibu, dapat menyebabkan konflik mental yang dapat memperberat mual dan muntah sebagai ekspresi terhadap keengganan menjadi hamil atau sebagai pelarian kesukaran hidup (Wiknjosastro, 2005).

d. Hubungan psikologik dengan Hyperemesis Gravidarum belum diketahui pasti. Tidak jarang dengan memberikan suasana baru, sudah dapat membantu mengurangi frekuensi muntah (http//www.medika.blogspot.com. Diakses 27 Mei 2011).e. Faktor endokrin lainnya : hipertiroid, diabetes dan lain lainC. Gejala dan tingkatBatas mual dan muntah berapa banyak yang disebut hiperemesis gravidarum tidak ada kesepakatan. Ada yang mengatakan bisa lebih dari 10x muntah, akan tetapi apabila keadaan umum ibu terpengaruh dianggap sebagai hiperemesisa. Tingkat I : ringanMual muntah terus menerus menyebabkan penderita lemah, tidak mau makan, berat badan turun dan rasa nyeri diepigastrium, nadi sekitar 100x/menit, tekanan darah turun, turgor kulit kurang, lidah kering, dan mata cekungb. Tingkat II : sedangMual dan muntah yang hebat menyebabkan keadaan umum penderita lebih parah, lemah, apatis, turgor kulit mulai jelek, lidah kering dan kotor, nadi kecil dan cepat, suhu badan naik (dehidrasi), ikterus ringan, berat badan turun, mata cekung, tensi turun, hemokonsentrasi, oliguri dan konstipasi, dapat pula terjadi asetonuria dan dari nafas keluar bau asetonc. Tingkat III : beratKeadaan umum jelek, kesadaran sangat menurun, somnolen sampai koma, nadi kecil halus dan cepat, dehidrasi hebat, suhu badan naik dan tensi turun sekali, ikterus, komplikasi yang dapat berakibat fatal terjadi pada susunan saraf pusat (ensefalopati wernikel) dengan adanya : nistagmus, diplopia, perubahan mentalD. PatologiDari otopsi wanita yang meninggal karena hiperemesis gravidarum diperoleh keterangan bahwa terjadi kelainan pada organ organ tubuh sebagai berikut :a. Hepar : pada tingkat ringan hanya ditemukan degenerasi lemak sentrilobuler tanpa nekrosisb. Jantung : jantung atrofi, kecil dari biasa, kadang kala dijumpai perdarahan sub-endokardialc. Otak : terdapat bercak perdarahan pada otakd. Ginjal : tampak pucat, degenerasi lemak pada tubuh kontortiE. Patofisiologi Hyperemesis GravidarumAda yang menyatakan bahwa perasaan mual adalah akibat dari meningkatnya kadar estrogen, oleh karena keluhan ini terjadi pada trimester I. Pengaruh fisiologik hormon estrogen ini tidak jelas, mungkin berasal dari sistem saraf pusat atau akibat berkurangnya pengosongan lambung (Wiknjosastro, 2005).

Hyperemesis gravidarum yang merupakan komplikasi mual dan muntah pada hamil muda, bila terjadi terus menerus dapat menyebabkan dehidrasi dan tidak imbangnya elektrolit dengan alkalosis hipokloremik. Belum jelas mengapa gejala-gejala ini hanya terjadi pada sebagian kecil wanita, tetapi faktor psikologik merupakan faktor utama, di samping pengaruh hormonal. Yang jelas, wanita sebelum kehamilan yang sudah menderita lambung spastik dengan gejala tak suka makan dan mual, akan mengalami emesis gravidarum yang lebih berat (Wiknjosastro, 2005).

Hyperemesis gravidarum ini dapat mengakibatkan cadangan karbohidrat dan lemak habis terpakai untuk keperluan energi. Karena oksidasi lemak yang tidak sempurna, terjadilah ketosis dengan tertimbunnya asam aseton - asetik, asam hidroksi buitirik dan aseton dalam darah. Kekurangan cairan yang diminum dan kehilangan cairan karena muntah menyebabkan dehidrasi, sehingga cairan ekstraseluler dan plasma berkurang. Natrium dan khlorida darah turun, demikian pula khlorida kemih. Selain itu, dehidrasi menyebabkan hemokonsentrasi, sehingga aliran darah ke jantung berkurang. Hal ini menyebabkan jumlah zat makanan dan oksigen ke jaringan mengurang pula dan tertimbunnya zat metabolik yang toksik.

Kekurangan kalium sebagai akibat dari muntah dan bertambahnya eksresi lewat ginjal, menambah frekuensi muntah yang lebih banyak, dapat merusak hati dan terjadilah lingkaran setan yang sulit untuk dipatahkan. Di samping dehidrasi dan terganggunya keseimbangan elektrolit, dapat terjadi robekan pada selaput lendir esophagus dan lambung dengan akibat perdarahan dapat berhenti sendiri. Jarang sampai diperlukan transfusi atau tindakan operatif (Wiknjosastro, 2005).

F. Diagnosis Hyperemesis Gravidarum

Menetapkan kejadian Hyperemesis gravidarum tidak sukar, dengan menentukan kehamilan, muntah berlebihan sampai menimbulkan gangguan kehidupan sehari-hari dan dehidrasi. Muntah terus-menerus tanpa pengobatan dapat menimbulkan gangguan tumbuh kembang janin dalam rahim dengan manifestasi kliniknya. Oleh karena itu, Hiperemesis gravidarum berkelanjutan harus dicegah dan harus mendapat pengobatan yang adequate (Manuaba, 1998).

Adapun diagnosa lain dari Hyperemesis gravidarum yaitu :

a. Amenorhoe yang disertai muntah yang hebat, pekerjaan sehari-hari terganggu dan haus yang hebat. (Wiknjosastro, 2005).

b. Fungsi vital

Nadi meningkat 100 kali/menit, tekanan darah turun, pada keadaan berat subfebris dan gangguan kesadaran (apatis/koma).

c. Fisik

Pada keadaan berat kulit pucat, ikterus, sianosis, berat badan turun, vaginal thoucher portio lunak, uterus besar sesuai kehamilan.

G. Penatalaksanaan Hiperemesisi Gravidaeuma. Penanganan1. Pencegahan dengan memberikan informasi dan edukasi tentang kehamilan kepada ibu ibu dengan maksud menghilangkan faktor psikis rasa takut, juga tentang diet ibu hamil, makan jangan sekaligus banyak, tetapi dalam porsi sedikit sedikit namun sering, jangan tiba tiba berdiri waktu bangun pagi, akan terasa oyong, mual dan muntah, defekasi hendaknya diusahakan teratur2. Terapi obat, menggunakan sedative (luminal, stesolid), vitamin (B1 dan B6), anti muntah (mediamer B6, drammamin, avopreg, avomin, torecan), antasida dan anti mulas3. Hiperemesis gravidarum tingkat II dan III harus dirawat inap dirumah sakit :a. Kadang kadang pada beberapa wanita hanya tidur dirumah sakit saja, telah banyak mengurangi mual muntahnyab. Isolasi, jangan terlalu banyak tamu, kalau perlu hanya perawat dan dokter saja yang boleh masuk, kadang kala hal ini saja tanpa pengobatan khusus telah mengurangi mual dan muntahc. Terapi psikologik. Berikan pengertian bahwa kehamilan adalah suatu hal yang wajar, normal dan fisiologis, jadi tak perlu takut dan khawatir. Cari dan coba hilangkan faktor psikologis seperti keadaan sosio ekonomi dan pekerjaan serta lingkungand. Penambahan cairan. Berikan infuse dekstrosa / glukosa 5% sebanyak 2-3 liter dalam 24 jame. Berikan obat obatan seperti telah dikemukakan diatasb. Pengobatan (Manuaba, 1998).

Memberikan obat pada hiperemesis gravidarum sebaiknya berkonsultasi dengan dokter, sehingga dapat dipilih obat yang tidak bersifat teratogenik (dapat menyebabkan kelainan kongenital cacat bawaan bayi).

Adapun komponen (susunan obat) yang dapat diberikan adalah :

1) Sedativa ringan

2) Phenobarbital (luminal) 30 mgr.

3) Valium.

4) Anti alergi

5) Anthistamin

6) Dramamin

7) Avomin

8) Obat anti mual muntah

9) Mediamer B6

10) Vitamin C

11) Terutama vitamin B kompleks

c. Isolasi dan pengobatan psikologis (terapi)

Dengan melakukan isolasi di ruangan sudah dapat meringankan wanita hamil karena perubahan suasana dari lingkungan rumah tangga. Petugas dapat memberikan komunikasi, informasi dan edukasi tentang berbagai masalah yang berkaitan dengan kehamilan.

d. Penambahan cairan

Dalam keadaan darurat diberikan cairan pengganti sehingga keadaan dehidrasi dapat diatasi. Cairan pengganti yang diberikan adalah glukosa 5% sampai 10% dengan keuntungan dapat mengganti cairan yang hilang dan berfungsi sebagai sumber energi, sehingga terjadi perubahan metabolisme dari lemak dan protein menuju ke arah pemecahan glukosa. Dalam cairan dapat ditambahkan vitamin C, B kompleks atau kalium yang diperlukan untuk kelancaran metabolisme.Selama pemberian cairan harus mendapat perhatian tentang keseimbangan cairan yang masuk dan keluar melalui kateter, nadi, tekanan darah, suhu dan pernapasan. Lancarnya pengeluaran urine memberikan petunjuk bahwa keadaan wanita hamil berangsur-angsur baik. e.Menghentikan kehamilan

Pada beberapa kasus, pengobatan hyperemesis gravidarum tidak berhasil malah terjadi kemunduran dan keadaan semakin menurun sehingga diperlukan pertimbangan untuk melakukan gugur kandung. Keadaan yang memerlukan pertimbangan gugur kandung yaitu :

1) Gangguan kejiwaan

2) Gangguan penglihatan

3) Gangguan faal

H. Prognosis

Dengan penanganan yang baik, pengobatan hyperemesis gravidarum yang dirawat di rumah sakit hampir seluruhnya dapat dipulangkan dengan sangat memuaskan, sehingga kehamilannya dapat diteruskan.

ANEMIAA. Definisi

Anemia adalah kondisi ibu dengan kadar haemoglobin (Hb) dalam darahnya kurang dari 12 gr% (Wiknjosastro, 2002).

Anemia dalam kehamilan adalah kondisi ibu dengan kadar haemoglobin dibawah 11 gr% pada trimester I dan III atau kadar 2% dan HbA 2 yang abnormal akan menentukan jenis thalasemia.

L. PENANGANAN

Terapi anemia defisiensi ialah dengan preparat besi oral atau parenteral. Terapi oral ialah dengan pemberian preparat besi : fero sulfat, fero gluconat atau Na-fero bisitrat.

Pemberian preparat 60 mg/hari dapat menaikkan kadar Hb sebanyak 1 g%/bulan. Efek samping pada traktus gastrointestinal relative kecil pada pemberian preparat Na-fero bisitrat dibandingkan dengan fero sulfat.

Kini program nasional menganjurkan kombinasi 60 mg besi dan 50 g asam folat untuk profilaksis anemia.

Pemberian preparat parental yaitu dengan ferum dextran sebanyak 1000 mg (20 ml) intravena atau 2 10 ml/im pada gluteus, dapat meningkatkan Hb relatif lebih cepat yaitu 2 g%. Pemberian parenteral ini mempunyai indikasi : intoleransi besi pada traktus gastrointestinal, anemia yang berat, dan kepatuhan yang buruk. Efek samping utama ialah reaksi alergi, untuk mengetahuinya dapat diberikan dosis 0,5 cc/im dan bila tak ada reaksi dapat diberikan seluruh dosis.

ABORTUSA. Definisi

Abortus adalah berakhirnya suatu kehamilan (oleh akibat tertentu) pada atau sebelum kehamilan tersebut berusia 22 minggu atau buah kehamilan belum mampu untuk hidup di luar kandungan.

Abortus spontan adalah abortus yang terjadi secara alamiah tanpa intervensiluar (buatan) untuk mengakhiri kehamilan tersebut.Terminologi umum untuk masalah ini adalah keguguran atau miscarriage.Abortus buatan adalah abortus yang terjadi akibat intervensi tertentu yang bertujuan untuk mengakhiri proses kehamilan. Terminologi untuk keadaan ini adalah pengguguran, aborsi, atau abortus provokatus.

B. Masalah :

Perdarahan bercak hingga derajat sedang pada kehamilan muda

Perdarahan massif atau hebat pada kehamilan muda

C. Penanganan umum :

Lakukan penilaian awal untuk segera menentukan kondisi pasien (gawat, darurat, komplikasi berat atau masih cukup stabil)

Pada kondisi gawat darurat, segera upayakan stabilisai pasien sebelum melakukan tindakan lanjutan (evaluasi medik atau merujuk)

Penilaian medik untuk menentukan kelainan tindakan di fasilitas kesehatan setempat atau dirujuk kerumah sakit

- Bila pasien syok atau kondisinya memburuk akibat perdarahan hebat, segera atasi komplikasi tersebut

- Gunakan jarum infuse besar (16 G atau lebih besar) dan berikan tetesan cepat (500 ml dalam 2 jam pertama) larutan garam fisiologis atau Ringer

- Periksa kadar Hb, golongan darah dan uji pandanan-silang (crossmatch)

Ingat : kemungkinan hamil ektopik pada pasien hamil muda dengan syok berat

Bila terdapat tanda tanda sepsis, berikan antibiotika yang sesuai

Temukan dan hentikan dengan segera sumber perdarahan

Lakukan pemantauan ketat tentang kondisi pasca tindakan atau perkembangan lanjutan

D. Diagnosa dan penatalaksanaan perdarahan pada kehamilan muda

Perdarahan Serviks UterusGejala/tandaDiagnosisTindakan

Bercak hingga sedang

Tertutup

Sesuai dengan usia kehamilan

Kram perut bawah

Uterus lunak

Abortus imminens

Observasi perdarahan

Istirahat

Hindarkan coitus

Sedikit membesar dari normal

Limbung atau pingsan

Nyeri perut bawah

Nyeri goyang porsio

Massa adneksa

Cairan bebas intraabdomenKehamilan ektopik yang terganggu

Laparotomi dan parsial salpingektomi atau salpingostomi

Tertutup/terbukaLebih kecil dari usia kehamilan

Sedikit/tanpa nyeri perut bawah

Riwayat ekspulsi hasil konsepsi

Abortus komplitTidak perlu terapi spesifik kecuali perdarahan berlanjut atau terjadi infeksi

Sedang hingga masif /banyakTerbukaSesuai usia kehamilanKram atau nyeri perut bawah

Belum terjadi akspelsi hasil konsepsiAbortus insipiensEvakuasi

Kram atau nyeri perut bawah

Ekspulsi sebagian hasil konsepsiAbortus inkomplitevakuasi

Terbuka

Lunak dan lebih besar dari usia kehamilan

Mual/muntah

Kram perut bawah

Sindroma mirip pre eklampsia

Tak ada janin ke luar jaringan seperti anggurAbortus molaEvakuasi tatalaksana mola

PENILAIAN KLINIK

E. Jenis abortus

Abortus spontan Abortus imminens

Terjadi perdarahan bercak yang menunjukkan ancaman terhadap kelangsungan suatu kehamilan. Dalam kondisi seperti ini, kehamilan masih mungkin berlanjut atau di pertahankan.

Abortus insipiens

Perdarahan ringan hingga sedang pada kehamilan muda dimana hasil konsepsi masih berada dalam kavum uteri. Kondisi ini menunjukkan proses abortus sedang berlangsung dan akan berlanjut menjadi abortus inkomplit atau kompit.

Abortus inkomplit

Perdarahan pada kehamilan muda dimana sebagian dari hasil konsepsi telah keluar dari kavum uteri melalui kanalis servikalis.

Abortus komplit

Perdarahan pada kehamilan muda dimana seluruh hasil konsepsi telah dikeluarkan dari kavum uteri.Abortus infeksiosaabortus infeksiosa adalah abortus yang disertai komplikasi infeksi. adanya penyebaran kuman atau toksin ke dalam sirkulasi dan kavum peritoneum dapat menimbulkan deptikemia, sepsis, atau peritonitis.

Retensi janin mati (Missed abortion)Perdarahan pada kehamilan muda disertai dengan retensi hasil konsepsi yang telah mati hingga 8 minggu atau lebih. Biasanya diagnosis tidak dapat ditentukan hanya dalam satu kali pemeriksaan, melainkan memerlukan waktu pengamatan dan pemeriksaan ulangan.

Abortus tidak aman (Unsafe abortion)Upaya untuk terminasi kehamilan muda dimana pelaksanaan tindakan tersebut tidak mempunyai cukup keahlian dan prosedur standar yang aman sehingga dapat membahayakan keselamatan jiwa pasien.

F. PENANGANAN

a. Penilaian awal

Untuk penanganan yang memadai, segera lakukan penilaian dari :

Keadaan umum pasien

Tanda tanda syok (pucat, berkeringat banyak, pingsan, tekanan sistolik < 90 mmHg, nadi >112 x/menit)

Bila syok disertai massa lunak di adneksa, nyeri perut bawah, adanya cairan bebas dalam kavum pelvis; pikirkan kemungkinan kehamilan ektopik yang terganggu

Tanda tanda infeksi atau sepsis (demam tinggi, secret berbau pervaginam, nyeri perut bawah, dinding perut tegang, nyeri goyang porsio, dehidrasi, gelisah atau pingsan)

Tentukan melalui evaluasi medik apakah pasien dapat ditatalaksanakan pada fasilitas kesehatan setempat atau di rujuk (setelah dilakukan stabilisasi)

b. Penanganan spesifik

Abortus imminens Tidak diperlukan pengobatan medik yang khusus atau tirah baring secara total

Anjurkan untuk tidak melakukan aktifitas fisik secara berlebihan atau melakukan hubungan seksual

Bila perdarahan :

- Berhenti : lakukan asuhan antenatal terjadwal dan penilaian ulang bila terjadi perdarahan lagi

- Terus berlangsung : nilai kondisi janin (uji kehamilan/USG). Lakukan konfirmasi kemungkinan adanya penyebab lain (hamil ektopik atau mola)

- Pada fasilitasi kesehatan dengan sarana terbatas, pemantauan hanya dilakukan melalui gejala klinik dan hasil pemeriksaan ginekologik

Abortus insipiens Lakukan prosedur evakuasi hasil konsepsi

Bila usia gestasi 16 minggu, evakuasi dilakukan dengan peralatan Aspirasi Vakum Manual (AVM) setelah bagian bagian janin dikeluarkan

Bila usia gestasi 16 minggu, evakuasi dilakukan dengan prosedur Dilatasi dan Kuretase (D&K)

Bila prosedur evakuasi tidak segera dilaksanakan atau usia gestasi lebih besar dari 16 minggu, lakukan tindakan pendahuluan dengan :

- Infus Oksitosin 20 unit dalam 500 ml NS atau RL mulai dengan 8 tetes/menit yang dapat dinaikkan hingga 40 tetes/menit, sesuai dengan kondisi kontraksi uterus hingga terjadi pengeluaran hasil konsepsi

- Ergometrin 0,2 mg IM yang diulangi 15 menit kemudian

- Misoprostol 400 mg per oral dan apabila masih diperlukan, dapat diulangi dengan dosis yang sama setelah 4 jam dari dosis awal.

Hasil konsepsi yang tersisa dalam kavum uteri dapat dikeluarkan dengan AVM atau D&K (hati hati resiko perforasi)

Abortus inkomplit Tentukan besar uterus (taksir usia kehamilan), kanali dan atasi setiap komplikasi (perdarahan hebat, syok, infeksi/sepsis)

Hasil konsepsi yang terperangkap pada serviks yang disertai perdarahan hingga ukuran sedang, dapat dikeluarkan secara digital atau cunam ovum. Setelah itu evaluasi perdarahan :

- Bila perdarahan berhenti, beri ergometrin 0,2 mg IM atau misoprostol 400 mg per oral

- BIla perdarahan terus berlangsung, evakuasi sisa hasil konsepsi dengan AVM atau D&K (pilihan tergantung dari usia gestasi, pembukaan serviks dan keberadaan bagian bagian janin)

Bila tak ada tanda tanda infeksi, beri antibiotika profilaksis (ampisilin 500 mg oral atau doksisiklin 100 mg)

Bila terjadi infeksi, beri ampisilin 1 g dan metronidazol 500 mg setiap 8 jam

Bila terjadi perdarahan hebat dan usia kehamilan dibawah 16 minggu, segera lakukan evakuasi dengan AVM

Bila pasien tampak anemik, berikan sulfas ferosus 600 mg per hari selama 2 minggu (anemia sedang) atau tranfusi darah (anemia berat).

Pada beberapa kasus, abortus inkomplit erat kaitannya dengan abortus tidak aman, oleh sebab itu, perhatikan hal hal berikut ini :

Pastikan tidak ada komplikasi berat seperti sepsis, perforasi uterus atau cedera intra abdomen (mual/muntah, nyeri punggung, demem, perut kembung, nyeri perut bawah, dinding perut tegang, nyeri ulang lepas)

Bersihkan ramuan tradisional, jamu, bahan kaustik

Berikan boster tetanus toksoid 0,5 ml bila tampak luka kotor pada dinding vagina atau kanalis servisis dan pasien pernah di imunisasi

Bila riwayat pemberian imunisasi tidak jelas, berikan serum anti tetanus (ATS) 1500 Unit IM diikuti dengan pemberian tetanus toksoid 0,5 ml setelah 4 minggu

Konseling untuk kontrasepsi pasca keguguran atau pemantauan lanjut

Abortus Komplit Apabila kondisi pasien baik, cukup beri tablet Ergometrin 31 tablet/hari untuk 3 hari

Apabila pasien mengalami anemia sedang, berikan tablet Sulfas Ferosus 600 mg/hari selama 2 minggu diserai dengan anjuran mengkonsumsi makanan bergizi (susu, sayuran segar, ikan, daging, telur). Untuk anemia berat, berikan transfusi darah.

Apabila tidak terdapat tanda tanda infeksi tidak perlu diberi antibiotika atau apabila khawatir akan infeksi dapat diberi antibiotika profilaksis.

Abortus infeksiosa Kasus ini berisiko tinggi untuk terjadi sepsis, apabila fasilitas kesehatan setempat tidak mempunyai fasilitas yang memadai, rujuk pasien ke rumah sakit.

Sebelum merujuk pasien lakukan restorasi cairan yang hilang dengan NS atau RL melalui infuse dan berikan antibiotika (misalnya : ampisilin 1 g dan metronidazol 500 mg).

Jika ada riwayat abortus tidak aman, beri ATS dan TT.

Pada fasilitas kesehatan yang lengkap, dengan perlindungan antibiotika berspektrum luas dan upaya stabilisasi hingga kondisi pasien memadai, dapat dilakukan pengosongan uterus sesegera mungkin (lakukan secara hati hati karena tingginya kejadian perforasi pada kondisi ini).

Kombinasi antibiotika untuk abortus Infeksiosa Kombinasi antibiotika Dosis oral Catatan

Ampisilin dan

metronidazol

3 1 g oral dan 3 500 mg

Berspektrum luas dan mencakup untuk gonorrhea dan bakteri anaerob

Tetrasiklin dan

Klindamisin4 500 mg dan 2 300 mgBaik untuk klamidia, gonorrhea dan bakteroides fragilis

Trimethoprim dan

Sulfamethoksazol160 mg dan 800 mgSpectrum cukup luas dan harganya relatif murah

Antibiotika parenteral untuk abortus septikAntibiotika Cara pemberian Dosis

Sulbenisilin

Gentamisin

Metronidazol IV

3 1 G

2 80 MG

2 1 G

Seftriaksone IV1 1 G

Amoksisiklin + Klavulanik Acid

Klindamisin IV3 500 MG

3 600 MG

Missed abortionMissed abortion seharusnya di tangani di rumah sakit atas pertimbangan :

Plasenta dapat melekat sangat erat di dinding rahim, sehingga prosedur evakuasi (kuretase) akan lebih sulit dan risiko perforasi lebih tinggi.

Pada umumnya kanalis servisis dalam keadaan tertutup sehingga perlu tindakan dilatasi dengan batang laminaria selama 12 jam.

Tingginya kejadian komplikasi hipofibrinogenemia yang berlanjut denga gangguan pembukaan darah.

Bab IIIPembahasanDalam bab ini penulis akan membahas tentang tinjauan kasus pada Ny. S usia kehamilan 10 minggu 4 Hari dengan Hyperemesis Gravidarum Tingkat II di Rb Damayanti, tanggal 31 maret 2012. Pembahasan ini dibuat berdasarkan teori dan asuhan yang nyata dengan pendekatan proses manajemen soap yaitu : subyektif, obyektif, assasmant, planning.Analisa data dasar :

Sebagai langkah awal pengumpulan data dilakukan melalui anamnese yang meliputi data subyektif dan obyektif pada ny S

Data subyektif :

1. Ibu mengeluh mual muntah 10 x lebih dalam sehari sudah satu minggu dan merasa Lemas

2. Ibu mengatakan ini kehamilan pertamanya tidak pernah keguguran.

Data obyektif :

1. Ibu tampak lebih lemas2. Mata cekung, konjungtiva pucat, skelera ikterik3. Bibir tampak lebih kering dan pecah-pecah4. Lidah kering dan kotor5. Berat badan turun dari 45 kg menjadi 42 kgDengan demikian apa yang dijelaskan pada teori dan ditemukan pada tinjauan kasus secara garis besar tidak ada perbedaanMerumuskan Diagnosa / Masalah Aktual :Dalam penegakkan suatu diagnosa kebidanan atau masalah kebidanan berdasarkan pendekatan asuhan kebidanan didukung oleh beberapa data baik data obyektif maupun data subyektif yang diperoleh dan hasil pengkajian yang telah dilaksanakan.Sedangkan pada kasus Ny. S di dapatkan keluhan berupa mual muntah terus menerus, ibu lebih lemas, mata cekung konjungtiva pucat dan scelera ikterik, bibir tampak kering dan pecah-pecah, lidah kering dan kotor, berat badan menurun dari 45 kg menjadi 42 kg.Dengan penjelasan tinjauan teori dan tinjauan asuhan kebidanan ternyata terdapat kesamaan pada beberapa aspek sehingga memudahkan dalam pengambilan keputusan untuk tindakan selanjutnya. Adapun diagnosa / masalah aktual yang dapat diidentifikasi pada Ny. S yaitu :Diagnosa : GI A0 P0, usia kehamilan 10 minggu 4 hari (ballotement), keadaan ibu dengan hyperemesis gravidarum tingkat II.Dan dapat disimpulkan bahwa Ny. S dengan kasus hyperemesis gravidarum tingkat II.

Merumuskan Diagnosa / Masalah Potensial

Berdasarkan teori yang diperoleh bahwa setiap diagnosa / masalah aktual memiliki potensial atau kemungkinan untuk menjadi berat. Oleh karena itu, perlu dilakukan antisipasi sebelum keadaan itu terjadi, pada kasus hyperemesis gravidarum tingkat II pada Ny. S diagnosa / masalah potensial yang dapat terjadi adalah potensial terjadi hyperemesis gravidarum tingkat III dan gangguan pertumbuhan serta perkembangan janin. Apabila tidak ditangani dengan baik maka akan mengancam jiwa ibu dan bayinya.

Pada kasus Ny. S setiap kali makan selalu dimuntahkan jika tidak mendapat penanganan yang baik makan akan terjadi hyperemesis gravidarum tingkat III yang menyebabkan dehidrasi yang berat yang dapat mengancam jiwa ibu dan janinnya. Dengan demikian, penulis menyimpulkan bahwa tidak ada kesenjangan antara tinjauan teori dengan kasus yang ditemukan, karena dalam tinjauan pustaka hyperemesis gravidarum tingkat II bila tidak ditangani segera akan berlanjut menjadi hyperemesis gravidarum tingkat III (Wiknjosastro, 2005).

Tindakan Segera dan Kolaborasi

Berdasarkan tinjauan teori, bahwa penanganan atau tindakan yang harus dilakukan pada kasus Hyperemesis Gravidarum adalah pemberian caiaran infus intravena yaitu : Dextrose 5%: 20 tts/mnt serta pemberian obat-obatan .

Pada kasus Ny. S, tindakan segera telah dilakukan oleh dan tenaga kesehatan yaitu pemasangan infus dan pemberian obat-obatan.

Rencana tindakan asuhan kebidanan

Menyusun suatu rencana tindakan aktual dan potensial dengan menetapkan tujuan yang ingin dicapai. Dalam perencanaan ini disusun berdasarkan teori dan disesuaikan dengan kebutuhan ibu.

Pada tinjauan teori perencanaan tindakan dengan hyperemesis gravidarum tingkat II yaitu dengan pencegahan, obat-obatan, terapi psikologis dan pemberian cairan perenteral.

Sedangkan perencanaan tindakan berdasarkan tujuan yang akan dicapai dan kriteria keberhasilan yang telah ditetapkan. Pada tinjauan asuhan kebidanan pada Ny. S yang telah dilakukan di lahan praktik meliputi :

1. Menyampaikan hasil pemeriksaan pada ibu dan jelaskan tentang kondisi yang di alaminya.

2. Mengobservasi keadaan umum dan tanda-tanda vital3. Mengobservasi mual dan muntah

4. Anjurkan ibu makan sedikit tapi sering.

5. Hindarkan makanan dan minuman yang dapat merangsang mual dan muntah

6. Pertahankan kebersihan mulut sebelum dan sesudah makan.7. Membatasi pengunjung.

8. Memberikan dukungan psikologi pada ibu dengan melibatkan suami atau keluarga.

9. Mempertahankan intake dan output sesuai kebutuhan10. Penatalaksanaan pemberian cairan intravena yaitu Dextrose 5 % 11. Penatalaksanaan pemberian obat - obatan.

Namun demikian dari perencanaan yang dilakukan pada kasus Ny. S. Hal tersebut disebabkankarena belum adanya fasilitas khusus yang disiapkan oleh pihak rumah sakit. Hanya saja keluargapasien dan pembesuk dibatasi agar ibu dapat istirahat dengan tenang. Implementasi Asuhan Kebidanan

Pada tahap asuhan kebidanan pada Ny. S bidan melaksanakan sesuai dengan rencana dan seluruh tindakan yang dilakukan sudah berorientasi pada kebutuhan ibu sehingga tujuan dapat dicapai. Hal ini ditunjang oleh ibu yang kooperatif dalam menerima saran dan tindakan yang diberikan. Dalam hal ini intake makanan, pemberian diet sudah diatur dengan kebutuhan ibu, hanya saja ibu tidak dapat menghabiskan porsi makan yang diberikan, nafsu makan ibu sangat kurang. Mengenai keseimbangan cairan, di dalam teori mengatakan bahwa jika terjadi dehidrasi, kolaborasi dengan pemberian infus Dextrose 5 % dan ternyata ibu mengalami dehidrasi ditandai dengan mata cekung, konjungtiva pucat, sklera ikterik, bibir pecah-pecah, lidah kering dan kotor, penurunan BB 3 kg dari BB sebelumnya. Sehingga pemberian infus dengan Dextrose 5 % : 20 tetes / menit tetap dilanjutkan untuk mengganti cairan yang keluar. Evaluasi :Pada proses evaluasi merupakan langkah akhir dari proses manajemen asuhan kebidanan. Evaluasi akhir pada Ny. S menunjukkan adanya kemajuan dan keberhasilan dalam mengatasi hyperemesis gravidarum tingkat II yang dihadapi oleh ibu. Evaluasi merupakan tahapan dalam asuhan kebidanan yang penting guna mengetahui sejauh mana kemajuan yang telah dicapai. Dalam evaluasi selama 3 kali pemeriksaan pada Ny. S yang telah dilakukan untuk kasus hyperemesis gravidarum tingkat II menunjukkan adanya perubahan dengan hasil evaluasi masalah yang telah teratasi antara lain :

1. Hyperemesis gravidarum teratasi ditandai dengan mual dan muntah sudah berkurang, nafsu makan baik.2. Tidak terjadi dehidrasi berat.

Dengan demikian pada tinjauan teori dan studi kasus pada Ny. S dilakukan praktik secara garis besar tampak adanya persamaan dan sesuai prosedur. Hal ini dibuktikan karena masalah sudah dapat teratasi dengan baikBab IVPenutupKesimpulan Hyperemesis gravidarum yang merupakan komplikasi mual dan muntah pada hamil muda, bila terjadi terus menerus dapat menyebabkan dehidrasi dan tidak imbangnya cairan dan elektrolit dalam tubuh. Mengingat bahaya Hyperemesis Gravidarum yang cukup banyak dan sering tidak diketahui dan diperhatikan ibu hamil karena dianggap sebagai hal yang wajar pada kehamilan muda dan tanpa disadari komplikasi tersebut dapat mempengaruhi status kesehatan ibu dan janin bahkan dapat menyebabkan kematian ibu. Pada kasus Ny S tindakan segera yang dilakukan pada kasus Hyperemesis Gravidarum adalah pemberian cairan infus intravena yaitu : Dextrose 5% : 20 tts/mnt serta pemberian obat-obatan. Asuhan yang diberikan pada Ny S yaitu : pada kehamilan kehamilan 10 Minggu 2 Hari dengan hyperemesis gravidarum tingkat II sesuai dengan rencana tindakan dengan dilakukan pemberian obat-obatan, dan cairan parenteral.

Selain hyperemesis gravidarum penyakit dalam masa kehamilan seperti anemia dan abortus juga dapat memiliki resiko kematian ibu dan bayi. Kejadian anemia pada ibu hamil harus selalu di waspadai mengingat anemia dapat meningkatkan resiko angka prematuritas, BBLR, dan angka kematian bayi. Untuk mengetahui kejadian anemia pada kehamilan, seorang ibu harus mengetahui gejala anemia pada ibu hamil, yaitu cepat lelah, sering pusing, mata berkunang kunang, nafsu makan turun (anoreksia), napas pendek (pada anemia berat). Abortus adalah pengeluaran hasil konsepsi dengan usia kehamilan kurang dari 20 22 minggu dan berat kurang dari 500 gram.

Gejala abortus :

1. Terlambat haid atau amenore kurang dari 20 minggu.

2. Pada pemeriksaan fisik : Keadaan umum tampak lemah atau kesadaran menurun, tekanan darah normal atau menurun, denyut nadi normal atau cepat dan kecil, suhu badan normal atau meningkat.

3. Perdarahan pervaginam, mungkin disertai keluarnya jaringan hasil konsepsi

4. Rasa mulas atau keram perut di daerah atas simfisis, sering disertai nyeri pinggang akibat kontraksi uterus

Saran : Menganjurkan ibu untuk melakukan pemeriksaan secara teratur agar dapat terdeteksi secara dini bila ada kelaianan sehubungan dengan kehamilannya. Pentingnya kesiapan mental dan fisik dalam setiap kehamilan agar status kesehatan ibu dan janin tetap optimal. Menganjurkan ibu untuk segera ke rumah sakit atau puskesmas terdekat bila mengalami salah satu dari tanda bahaya kehamilan. Diharapkan tenaga kesehatan mampu melaksanakan asuhan kebidanan khususnya pada ibu hamil DAFTAR PUSTAKAMochtar, R. 1998. Sinopsis Obstetri. Delfi Lutan. Penerbit Buku Kedokteran Jakarta : EGC.Manuaba IBG, 1998. Ilmu Kebidanan, Penyakit Kandungan dan Keluarga Berencana untuk Pendidikan Bidan. Penerbit Buku Kedokteran. Jakarta : EGC.

Nurlaela, 2010. Buku Ajar : Asuhan Kebidanan I (Kehamilan). Untuk digunakan di lingkungan sendiri. Program D III Kebidanan. Makassar.Saifuddin, A.B. 2002. Buku Acuan Nasional Pelayanan Kesehatan Maternal dan Neonatal. Edisi 1 Cetakan 1. Jakarta : YBP

Mansjoer, A. 2000. Kapita Selekta Kedokteran. Edisi Ketiga. Cetakan Kedua. Jakarta : Media AesculapiusWasnidar, 2007, Buku Saku Anemia Pada Ibu Hamil, Konsep dan Penatalaksanaan, Jakarta : Trans Info Media

Manuaba IBG, 2007, Pengantar Kuliah Obstetri, Jakarta : EGC

Mansjoer A, dkk, 2008, Kapita Selekta Kedokteran, Jakarta : Media Acsulapius

Wiknjosastro. H, 2005. Ilmu Kandungan. Edisi 3 Cetakan 7. Jakarta : YBP SPhttp://xa-dewie.blogspot.com/2010/10/komplikasi-dan-penyulit-kehamilan.html

www.medika.blogspot.com. Hubungan_psikologik_hiperemesis_gravidar um_html. Di akses pada tanggal 27 Mei 2011.