makalah abortus 2

49
1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Salah satu komplikasi terbanyak pada kehamilan ialah terjadinya perdarahan. Perdarahan dapat terjadi pada setiap usia kehamilan. Pada kehamilan muda sering dikaitkan dengan kejadian abortus, misscarriage, early pregnancy loss. Perdarahan yang terjadi pada umur kehamilan yang lebih tua terutama setelah melewati trimester III disebut perdarahan antepartum. Perdarahan pada kehamilan muda dikenal beberapa istilah sesuai dengan pertimbangan masing- masing, tetapi setiap kali kita melihat terjadinya perdarahan pada kehamilan kita harus selalu berfikir tentang akibat dari perdarahan ini yang menyebabkan kegagalan kelangsungan kehamilan itu sendiri. Dikenal beberapa batasan tentang peristiwa yang ditandai dengan perdarahan pada kehamilan muda, salah satunya adalah abortus. Abortus merupakan ancaman atau pengeluaran hasil konsepsi sebelum janin dapat hidup diluar kandungan. Sebagai batasan ialah kehamilan kurang

Upload: nana-meong

Post on 01-Feb-2016

224 views

Category:

Documents


1 download

DESCRIPTION

cgd

TRANSCRIPT

Page 1: makalah abortus 2

1

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Salah satu komplikasi terbanyak pada kehamilan ialah terjadinya

perdarahan. Perdarahan dapat terjadi pada setiap usia kehamilan. Pada

kehamilan muda sering dikaitkan dengan kejadian abortus, misscarriage,

early pregnancy loss. Perdarahan yang terjadi pada umur kehamilan yang

lebih tua terutama setelah melewati trimester III disebut perdarahan

antepartum.

Perdarahan pada kehamilan muda dikenal beberapa istilah sesuai

dengan pertimbangan masing-masing, tetapi setiap kali kita melihat

terjadinya perdarahan pada kehamilan kita harus selalu berfikir tentang

akibat dari perdarahan ini yang menyebabkan kegagalan kelangsungan

kehamilan itu sendiri. Dikenal beberapa batasan tentang peristiwa yang

ditandai dengan perdarahan pada kehamilan muda, salah satunya adalah

abortus.

Abortus merupakan ancaman atau pengeluaran hasil konsepsi

sebelum janin dapat hidup diluar kandungan. Sebagai batasan ialah

kehamilan kurang dari 20 minggu atau berat janin kurang dari 500 gram.

Angka kejadian abortus sukar ditentukan karena abortus provokatus

banyak yang tidak dilaporkan, kecuali bila sudah terjadi komplikasi.

Sementara itu, dari kejadian yang diketahui 15-20% merupakan abortus

spontan atau kehamilan ektopik. Sekitar 5% dari pasangan yang mencoba

hamil akan mengalami keguguran 2 kali yang berurutan, dan sekitar 1% dari

pasangan mengalami 3 atau lebih keguguran berurutan. Rata-rata terjadi 114

kasus abortus per jam. Sebagian besar studi menyatakan kejadian abortus

Page 2: makalah abortus 2

2

spontan antara 15-20% dari semua kehamilan. Kalau dikaji lebih jauh

kejadian abortus sebenarnya bisa mendekati 50%.

Abortus disebabkan oleh beberapa faktor baik dari ibu maupun dari

janin, oleh sebab itu kita sebagai tenaga kesehatan harus memberikan

wawasan dan HE pada ibu hamil untuk selalu memeriksakan kehamilannya

dan waspada terhadap komplikasi yang terjadi.

1.2 Rumusan Masalah

1. Apakah pengertian abortus?

2. Apa saja penyebab abortus?

3. Bagaimana patofisiologi abortus?

4. Apa saja macam-macam abortus?

5. Apa saja diagnosa banding perdarahan kehamilan muda?

6. Bagaimana komplikasi akibat abortus?

1.3 Tujuan

1. Menjelaskan pengertian abortus

2. Menjelaskan penyebab abortus

3. Menjelaskan patofisiologi abortus

4. Menyebutkan macam-macam abortus

5. Menjelaskan diagnosa banding perdarahan kehamilan muda

6. Menjelaskan komplikasi akibat abortus

Page 3: makalah abortus 2

3

BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Abortus

Abortus merupakan ancaman atau pengeluaran hasil konsepsi

sebelum janin dapat hidup diluar kandungan. Sebagai batasan ialah

kehamilan kurang dari 20 minggu atau berat janin kurang dari 500 gram,

(prawirohardjo, 2009).

Abortus adalah ancaman atau pengeluaran hasil konsepsi pada usia

kehamilan kurang dari 20 minggu atau berat janin kurang dari 500 gram,

(Mansjoer,dkk, 2000).

Abortus adalah terminasi kehamilan yang tidak diinginkan melalui

metode obat-obatan atau bedah, (Morgan, 2009).

Berakhirnya kehamilan sebelum anak dapat hidup di dunia luar

disebut abortus.Anak baru mungkin hidup di dunia luar kalau beratnya telah

mencapai 1000 gram atau umur kehamilan 28 minggu.Ada juga yang

mengambil sebagai batas untuk abortus berat anak yang kurang dari 500

gram. Jika anak yang lahir beratnya antara 500 – 999 gram disebut juga

dengan immature.

Abortus adalah berakhirnya suatu kehamilan (oleh akibat-akibat

tertentu) pada atau belum kehamilan tersebut berusia 22 minggu atau buah

kehamilan belum mampu untuk hidup diuar kandungan, (prawirohardjo,

2010).

Page 4: makalah abortus 2

4

2.2 Penyebab Abortus

1.Kelainan pertumbuhan hasil konsepsi.

Biasanya menyebabkan abortus pada kehamilan sebelum usia 8

minggu. Kelainan hasil konsepsi yang berat dapat menyebabkan kematian

mudigah pada kehamilan muda. Faktor yang menyebabkan kelainan ini

adalah :

1) Kelainan kromosom, terutama trimosoma dan monosoma X

Abnormalitas embrio atau janin merupakan penyebab paling sering

untuk abortus dini dan kejadian ini kerap kali disebabkan oleh cacat

kromosom. Kelainan yang sering ditemukan pada abortus spontan adalah

trisomi,poliploidi dan kemungkinan pula kelainan kromosom seks.

2) Lingkungan sekitar tempat implantasi kurang sempurna.

Bila lingkungan di endometrium di sekitar tempat implantasi kurang

sempurna sehinga pemberian zat-zat makanan pada hasil konsepsi

terganggu. Endometrium belum siap untuk menerima implasi hasil

konsepsi. Bisa juga karena gizi ibu kurang karena anemia atau terlalu

pendek jarak kehamilan.

3) Pengaruh teratogen akibat radiasi, virus, obat-obatan tembakau dan

alcohol.

Radiasi, virus, obat-obatan, dan sebagainya dapat mempengaruhi baik

hasil konsepsi maupun lingkungan hidupnya dalam uterus. Pengaruh ini

umumnya dinamakan pengaruh teratogen. Zat teratogen yang lain

misalnya tembakau, alkohol, kafein, dan lainnya.

2. Kelainan pada plasenta,

Misalnya endarteritis vili korialis karena hipertensi menahun.

Page 5: makalah abortus 2

5

Endarteritis dapat terjadi dalam vili koriales dan menyebabkan

oksigenisasi plasenta terganggu, sehingga menyebabkan gangguan

pertumbuhan dan kematian janin. Keadaan ini biasa terjadi sejak

kehamilan muda misalnya karena hipertensi menahun.

Infeksi pada plasenta dengan berbagai sebab, sehingga palsenta tidak

dapat berfungsi.

Gangguan pembuluh darah plasenta, diantaranya pada diabetes

melitus. Hipertensi menyebabkan gangguan peredaran darah palsenta

sehingga menimbulkan keguguran.

3. Faktor maternal

Seperti pneumonia, typus, anemia berat, keracunan dan toksoplasmosis.

Penyakit-penyakit maternal dan penggunaan obat : penyakit

menyangkut infeksi virus akut, panas tinggi dan inokulasi, misalnya pada

vaksinasi terhadap penyakit cacar . nefritis kronis dan gagal jantung dapat

mengakibatkan anoksia janin. Kesalahan pada metabolisme asam folat

yang diperlukan untuk perkembangan janin akan mengakibatkan kematian

janin. Obat-obat tertentu, khususnya preparat sitotoksik akan mengganggu

proses normal pembelahan sel yang cepat. Prostaglandin akan

menyebabkan abortus dengan merangsang kontraksi uterus.

Penyakit infeksi dapat menyebabkan abortus yaitu pneumonia,

tifus abdominalis, pielonefritis, malaria, dan lainnya. Toksin, bakteri,

virus, atau plasmodium dapat melalui plasenta masuk ke janin, sehingga

menyebabkan kematian janin, kemudian terjadi abortus.

Kelainan endokrin misalnya diabetes mellitus, berkaitan dengan

derajat kontrol metabolik pada trimester pertama.selain itu juga

hipotiroidism dapat meningkatkan resiko terjadinya abortus, dimana

autoantibodi tiroid menyebabkan peningkatan insidensi abortus walaupun

tidak terjadi hipotiroidism yang nyata.

Page 6: makalah abortus 2

6

4. Kelainan traktus genetalia

Seperti inkompetensi serviks (untuk abortus pada trimester kedua),

retroversi uteri, mioma uteri dan kelainan bawaan uterus.

Abnoramalitas uterus yang mengakibatkan kalinan kavum uteri atau

halangan terhadap pertumbuhan dan pembesaran uterus, misalnya fibroid,

malformasi kongenital, prolapsus atau retroversio uteri.

Kerusakan pada servik akibat robekan yang dalam pada saat

melahirkan atau akibat tindakan pembedahan (dilatasi, amputasi).

Rahim merupakan tempat tumbuh kembangnya janin dijumpai

keadaan abnormal dalam bentuk mioma uteri, uterus arkatus, uterus

septus, retrofleksi uteri, serviks inkompeten, bekas operasi pada serviks

(konisasi, amputasi serviks), robekan serviks postpartum.

5. Trauma.

Tapi biasanya jika terjadi langsung pada kavum uteri. Hubungan

seksual khususnya kalau terjadi orgasme, dapat menyebabkan abortus pada

wanita dengan riwayat keguguran yang berkali-kali.

6. Faktor-faktor hormonal.

Misalnya penurunan sekresi progesteron diperkirakan sebagai

penyebab terjadinya abortus pada usia kehamilan 10 sampai 12 minggu,

yaitu saat plasenta mengambil alih funngsi korpus luteum dalam produksi

hormon.

7. Sebab-sebab psikosomatik.

Stress dan emosi yang kat diketahui dapat mempengarhi fungsi uterus

lewat hipotalamus-hipofise.

8. Penyebab dari segi Maternal

1) Penyebab secara umum:

Page 7: makalah abortus 2

7

(1) Infeksi

a. Virus, misalnya cacar, rubella, hepatitis.

b. Infeksi bakteri, misalnya streptokokus.

c. Parasit, misalnya malaria.

(2) Infeksi kronis

a. Sifilis, biasanya menyebabkan abortus pada trimester kedua.

b. Tuberkulosis paruaktif.

c. Keracunan, misalnya keracunan tembaga, timah, air raksa, dll.

d. Penyakit kronis, misalnya : Hipertensi, nephritis , diabetes , anemia

berat, penyakit jantung, toxemia gravidarum

e. Gangguan fisiologis, misalnya Syok, ketakutan, dll.

f. Traumafisik.

2) Penyebab yang bersifat lokal:

(1) Fibroid, inkompetensia serviks.

(2) Radang pelvis kronis, endometrtis.

(3) Retroversi kronis .

(4) Hubungan seksual yang berlebihan sewaktu hamil, sehingga

menyebabkan hiperemia dan abortus.

9. Penyebab dari segi Janin

1) Kematian janin akibat kelainan bawaan.

2) Mola hidatidosa .

Page 8: makalah abortus 2

8

3) Penyakit plasenta dan desidua, misalnya inflamasidan degenerasi.

4) Pemeriksaan USG janin dan histopatologis selanjutnya menunjukkan

bahwa pada 70% kasus, ovum yang telah dibuahi gagal untuk

berkembang atau terjadi malformasi pada tubuh janin.

5) Pada 40% kasus, diketahui bahwa latar belakang kejadian abortus adalah

kelainan chromosomal.

6) Pada 20% kasus, terbukti adanya kegagalan trofoblast untuk melakukan

implantasi dengan adekuat.

2.3 Patofisiologi

Pada awal abortus terjadi perdarahan desiduabasalis, diikuti dengan

nerkrosis jaringan sekitar yang menyebabkan hasil konsepsi terlepas dan

dianggap benda asing dalam uterus. Kemudian uterus berkontraksi untuk

mengeluarkan benda asing tersebut.

Pada kehamilan kurang dari 8 minggu, villi korialis belum menembus

desidua secara dalam jadi hasil konsepsi dapat dikeluarkan seluruhnya. Pada

kehamilan 8 sampai 14 minggu, penembusan sudah lebih dalam hingga

plasenta tidak dilepaskan sempurna dan menimbulkan banyak perdarahan.

Pada kehamilan lebih dari 14 minggu janin dikeluarkan terlebih dahulu

daripada plasenta hasil konsepsi keluar dalam bentuk seperti kantong kosong

amnion atau benda kecil yang tidak jelas bentuknya (blightes ovum),janin

lahir mati, janin masih hidup, mola kruenta, fetus kompresus, maserasi atau

fetus papiraseus.

Page 9: makalah abortus 2

9

2.4 Macam-macam Abortus

1. Abortus imminens - threatened abortion (kegugurang mengancam).

Peristiwa terjadinya perdarahan dari uterus pada kehamilan

sebelum 20 minggu, dimana hasil konsepsi masih dalam uterus, dan

tanpa adanya dilatasi serviks.

Pada tipe ini terlihat perdarahan pervaginam. Pada 50% kasus,

perdarahan tersebut hanya sedikit serta berangsur-angsur akan berhenti

setelah berlangsung beberapa hari dan kehamilan berlangsung secara

normal. Meskipun demikian, wanita yang mengalaminya mungkin tetap

merasa khawatir akan akibat perdarahan pada bayi. Biasanya

kekhawatirannya akan dapat diatasi dengan menjelaskan kalu janin

mengalamin gangguan, maka kehamilannya tidak akan berlanjut.

Abortus imminens merupakan abortus yang paling banyak terjadi.

Pada abortus ini, perdarahan berupa bercak yang menunjukkan ancaman

terhadap kelangsungan kehamilan. Namun, pada prinsipnya kehamilan

masih bisa berlanjut atau dipertahankan.

Setengah dari abortus ini akan menjadi abortus inkomplit atau

komplit, sedangkan sisanya kehamilan akan berlangsung. Beberapa

kepustakaan menyatakan bahwa abortus ini terdapatadanya risiko untuk

terjadinya prematuritas atau gangguan pertumbuhan dalam rahim.

1) Diagnosa pada abortus imminent adalah :

(1) Perdarahan flek-flek (bisa sampai beberapa hari).

(2) Rasa sakit seperti saat menstruasi bisa ada atau tidak .

(3) Serviks dan OUE masih tertutup.

(4) PP test (+).

2) Penanganan abortus imminens meliputi :

Page 10: makalah abortus 2

10

(1) Istirahat baring. Tidur berbaring merupakan unsur penting dalam

pengobatan, karena cara ini menyebabkan bertambahnya aliran darah

ke uterus dan berkurangnya rangsang mekanik.

(2) Terapi hormon progesteron intramuskular atau dengan berbagai zat

progestasional sintetik peroral atau secara intramuskular.Walaupun

bukti efektivitasnya tidak diketahui secara pasti.

(3) Pemeriksaan ultrasonografi untuk menentukan apakah janin masih

hidup.

2. Abortus insipiens - inevitable abortion(Keguguran Berlangsung)

Peristiwa perdarahan uteruspada kehamilan sebelum 20 minggu

dengan adanya dilatasi serviks uteriyang meningkat, tetapi hasil konsepsi

masih dalam uterus.

Abortus insipiens diatandai oleh kehilangan darah sedang hingga

berat, kontraksi uterus yang menyebabkan nyeri kram pada abdomen

bagian bawah dan dilatasi serviks.

Abortus insipiens merupakan keadaan dimana perdarahan

intrauteri berlangsung dan hasil konsepsi masih berada di dalam cavum uteri.

Abortus ini sedang berlangsung dan tidak dapat dicegah lagi, OUE terbuka, teraba

ketuban, dan berlangsung hanya beberapa jam saja.

1) Diagnosa abortus insipiens :

(1) Perdarahan banyak, kadang-kadang keluar gumpalan darah.

(2) Nyeri hebat disertai kontraksi rahim.

(3) Serviks atau OUE terbuka dan/atau ketuban telah pecah.

(4) Ketuban dapat teraba karena adanya dilatasi serviks.

Page 11: makalah abortus 2

11

(5) PPtest dapat positif atau negatif .

2) Penanganan Abortus Insipiens meliputi :

(1) Jika usia kehamilan kurang 16 minggu, lakukan evaluasi uterus dengan

aspirasi vakum manual. Jika evaluasi tidak dapat, segera lakukan :

a. Berikan ergomefiin 0,2 mg intramuskuler (dapat diulang setelah 15

menit bila perlu) atau misoprostol 400 mcg per oral (dapat

diulang sesudah 4 jam bila perlu).

b. Segera lakukan persiapan untuk pengeluaran hasil konsepsi dari

uterus.

(2) Jika usia kehamilan lebih 16 minggu :

a. Tunggu ekspulsi spontan hasil konsepsi lalu evaluasi sisa-sisa hasil

konsepsi.

b. Jika perlu, lakukan infus 20 unit oksitosin dalam 500 ml cairan

intravena (garam fisiologik atau larutan ringer laktat dengan

kecepatan 40 tetes permenit untuk membantu ekspulsi hasil

konsepsi.

(3) Pastikan untuk tetap memantau kondisi ibu setelah penanganan.

3. Abortus inkompletus (keguguran tidak lengkap)

Pengeluaran sebagian hasil konsepsi pada kehamilan sebelum 20

minggu dengan masih ada sisa tertinggal dalam uterus. Abortus inkompletus

berkaitan dengan retensi sebagian produk pembuahan (hampir selalu

plasenta) yang tidak begitu mudah terlepas pada kehamilan dini seperti

halnya pada kehamilan aterm. Dalam keadaan ini perdarahan tidak segera

berkurang sementar serviks tetap terbuka.

Abortus inkompletus merupakan suatu abortus di mana hasil konsepsi

telah lahir atau teraba pada vagina (belum keluar semua) dan masih ada

sisa-sisa jaringan yang tertinggal (biasanya jaringan plasenta).

Page 12: makalah abortus 2

12

1) Diagnosa abortus inkomplit adalah:

a. Umur kehamilan biasanya diatas 12 minggu, atau bisa

kurang.š

b. Perdarahan sedikit kemudian banyak, disertai keluarnya hasil

konsepsi, tidak jarang pasiendatang dalam keadaan syok.š

c. Serviks terbuka (1-2 jari, sering teraba sisa jaringan).

d. PP test positif atau negatif, anemia.

2) Penanganan abortus inkomplit :

A. Jika perdarahant idak seberapab anyak dan kehamilan kurang 16

minggu, evaluasi dapat dilakukan secara digital atau dengan

cunam ovum untuk mengeluarkan hasil konsepsi yang keluar

melalui serviks. Jika perdarahan berhenti, beri ergometrin 0,2 mg

intramuskulera taum iso prostol4 00 mcg per oral.

B. Jika perdarahan banyak atau terus berlangsungd an usia kehamilan

kurang 16 minggu, evaluasi hasil konsepsi dengan :

a. Aspirasi vakum manual merupakan metode evaluasi yang

terpilih. Evakuasi dengan kuret tajam sebaiknya hanya

dilakukan jika aspirasi vakum manual tidak tersedia.

b. Jika evakuasi belum dapat dilakukan segera beri ergometrin 0,2

mg intramuskuler (diulang setelah 15 menit bila perlu) atau

misoprostol 400 mcg peroral (dapat diulang setelah 4 jam bila

perlu).

Jika kehamilan lebih dari 16 minggu:

a. Berikan infus oksitosin 20 unit dalam 500 ml cairan intravena (garam

fisiologik atau ringer laktat) dengan k ecepatan 40 tetes permenit

sampai terjadi ekspulsi hasil konsepsi

Page 13: makalah abortus 2

13

b. Jika perlu berikan misoprostol 200 mcg per vaginam setiap 4 jam

sampai terjadi ekspulsi hasil konsepsi (maksimal 800 mcg)

c. Evaluasi sisa hasil konsepsi yang tertinggal dalam uterus.

(4) Pastikan untuk tetap memantau kondisi ibu setelah penanganan.

4. Abortus kompletus(Keguguran Lengkap)

Pada abortus jenis ini, hasil konsepsi telah keluar semua dari cavum

uteri. Perdarahan segera berkurang setelah isi rahim dikeluarkan dan

selambat-lambatnya dalam 10 hari perdarahan berhenti sama sekali karena

dalam massa ini luka rahim telah sembuh dan epitelisasi telah selesai

Semua hasil konsepsi sudah dikeluarkan.

Abortus kompletus terjadi kalau semua produk pembuahan – janin,

selaput ketuban dan plasenta sudah keluar. Perdarahan dan rasa nyeri

kemudian akan berhenti, serviks menutup dan uterus mengalami involusi.

1) Diagnosa abortus komplets adalah :

(1) Perdarahan yang sedikit

(2) Ostium uteri telah menutup

(3) Uterus telah mengecil

2) Penanganan abortus komplit :

(1) Tidak perlu evaluasi lagi.

(2) Observasi untuk melihat adanya perdarahan banyak.

(3) Pastikan untuk tetap memantau kondisi ibu setelah penanganan.

(4) Apabila terdapat anemia sedang, berikan tablet sulfas ferrosus 600 mg

per hari selama 2 minggu. Jika anemia berat berikan transfusi darah.

(5) Konseling asuhan pasca keguguran dan pemantauan lanjut.

Page 14: makalah abortus 2

14

5. Abortus habitualis

Abortus habitualis adalah abortus spontan yang terjadi 3 kali atau

lebih berturut-turut. Etiologi abortus habitualis pada dasarnya sama dengan

penyebab abortus spontan. Selain itu telah ditemukan sebab imunologik

yaitu kegagalan reaksi terhadap antigen lymphocyte trophoblast cross

reactive (TLX). Pasien dengan reaksi lemah atau tidak ada akan mengalami

abortus.

1) Diagnosa abortus habitualis adalah :

a. Kehamilan triwulan kedua terjadi pembukaan serviks tanpa disertai

mulas.

b. Ketuban menonjol dan pada suatu saat pecah.

c. Timbul mulas yang selanjutnya diikuti dengan melakukan

pemeriksaan vaginal tiap minggu.

d. Penderita sering mengeluh bahwa ia telah mengeluarkan banyak

lender dari vagina

e. Diluar kehamilan penentuan serviks inkompeten dilakukan dengan

histerosalfingografi yaitu ostium internum uteri melebar lebih dari 8

mm.

2) Penanganannya terdiri atas :

a. Memperbaiki keadaan umum.

b. Pemberian makanan yang sempurna.

c. Anjuran istirahat cukup banyak.

d. Larangan koitus dan olah raga.

e. Terapi dengan hormon progesteron, vitamin, hormon tiroid, dan

lainnya mungkin hanya mempunyai pengaruh psikologis.

Page 15: makalah abortus 2

15

6. Missed abortion

Kalau janin muda yang telah mati tertahan di dalam rahim selama 2

bulan atau lebih, maka keadaan itu disebut missed abortion. Sekitar

kematian janin kadang-kadang ada perdarahan per vaginam sedikit hingga

menimbulkan gambaran abortus imminens.

Kalau tidak terjadi abortus dengan pitocin infus ini,sekurang

kurangnya terjadi pembukaan yang memudahkan curettage. Dilatasi dapat

juga dihasilkan dengan pemasangan laminaria stift.

1) Gejala-gejala selanjutnya ialah :

a. Rahim tidak membesar, malahan mengecil karena absorbsi air

ketuban dan macerasi janin.

b. Buah dada mengecil kembali.

c. Gejala-gejala lain yang penting tidak ada, hanya ammenorhoe

berlangsung terus. Biasanya keadaan ini berakhir dengan abortus

yang spontan selambat-lambatnya 6 minggu setelah janin mati.

Kalau janin mati pada kehamilan yang masih muda sekali, maka

janin lebih cepat dikeluarkan. Sebalikya kalau kehamilan lebih

lanjut retensi janin lebih lama. Sebagai batas maksimal retensi

janin diambil 2 bulan, kalau dalam 2 bulan belum lahir disebut

missed abortion (abortus tertunda).

2) Diagnosa missed abortion adalah :

a. Gejala subyektif kehamilan menghilang

b. Mammae agak mengendor lagi

c. Uterus tidak membesar lagi bahkan mengecil

d. Tes kehamilan menjadi negatif, serta denyut jantung janin

menghilang.

Page 16: makalah abortus 2

16

e. Dengan ultrasonografi (USG) dapat ditentukan segera apakah

janin sudah mati dan besarnya sesuai dengan usia kehamilan.

f. Perlu diketahui pula bahwa missed abortion kadang-kadang

disertai gangguan pembekuan darah karena hipofibrinogenemia,

sehingga pemerikaan kearah ini perlu dilakukan.

3) Penatalaksanaan :

Setelah diagnosis missed abortion dibuat, timbul pertanyaan apakah

hasil konsepsi perlu segera dikeluarkan. Tindakan pengeluaran itu

tergantung dari berbagai faktor, seperti apakah kadar fibrinogen dalam

darah sudatr mulai turun. Hipofibrinogenemia dapat terjadi apabila janin

yang mati lebih dari I bulan tidak dikeluarkan. Selain itu faktor mental

penderita perlu diperhatikan karena tidak jarang wanita yang bersangkutan

merasa gelisah, mengetahui ia mengandung janin yang telah mati, dan

ingin supaya janin secepatnya dikeluarkan

7. Abortus infeksiosa, abortus septik

Abortus infeksiosa adalah abortus yang disertai infeksi pada genitalia,

sedangkan abortus septik adalah abortus infeksiosa berat disertai

penyebaran kuman atau toksin ke dalam peredaran darah atau peritoneum.

Penyulit serius pada abortus umumnya terjadi akibat abortus

kriminalis. Perdarahan hebat, sepsis, syok bakterial, dan gagal ginjal akut

pernah terjadi pada abortus legal tetapi dengan frekuensi yang jauh lebih

kecil. Hasil biasanya adalah metritis, tetapi dapat juga terjadi parametritis,

peritonitis, endokarditis, dan septikemia. Dari 300 abortus septik di

Parkland Hospital, bahkan darah posotif pada seperempatnya. Hampir dua

pertiga adalah bakteria anaerob sedangkan koliform juga sering dijumpai.

Organisme lain yang dilaporkan menjadi penyebab abortus septik antara

lain adalah haemophilus influenzae, campylobacter jejuni, dan

streptokokus grup A. Terapi infeksi antara lain adalah evakuasi segera

Page 17: makalah abortus 2

17

produk konsepsi disertai anti mikroba spektrum luas secara intravena.

Apabila timbul sepsis dan syok, perlu diberikan terapi suportif. Abortus

septik juga pernah dilaporkan menyebabkan koagulopati intravaskular

diseminata.

1) Diagnosa abortus infeksiosa adalah :

a. Abortus yang disertai dengan gejala dan tanda infeksi alat genitalia,

seperti panas, takikardi, perdarahan pervaginam yang berbau, uterus

yang membesar, lembek serta nyeri tekan, dan adanya leukositosis.

b. Apabila terdapat sepsis, penderita tampak sakit berat, kadang-

kadang menggigil.

c. Demam tinggi, dan tekanan darah menurun.

d. Untuk mengetahui kuman penyebab perlu dilakukan pembiakan

darah dan getah pada serviks uteri.

Abortus Sepsis akibat tindakan abortus yang terinfeksi

(misalnya dilakukan oleh dukun atau awam). Bahaya

terbesar adalah kematian ibu.

Abortus septik harus dirujuk kerumah sakit

A. Penanggulangan infeksi :

a. Obat pilihn pertama : penisilin prokain 800.000 IU

intramuskular tiap 12 jam ditambah kloramfenikol 1

gr peroral selanjutnya 500 mg peroral tiap 6 jam

b. Obat pilihan kedua : ampisilin 1 g peroral selanjutnya

500 g tiap 4 jam ditambahmetronidazol 5000 mg tiap

6 jam

Page 18: makalah abortus 2

18

c. Obat pilihan lainnya : ampisilin dan kloramfenikol,

penisilin, dan metronidazol, ampisilin dan gentamisin,

penisilin dan gentamisin.

B. Tingkatkan asupan cairan

C.  Bila perdarahan banyak , lakukan transfusi darah

D. Dalam 24 jam sampai 48 jam setelah perlindungan antibiotik

atau lebih cepat lagi bila terjadi perdarahan, sisa konsepsi

harus dikeluarkan dari uterus.

8. Abortus provokatus (abortus yang sengaja dibuat) : 80 % dari semua

abortus, Yaitu:

Abortus provokatus adalah pengakhiran kehamilan sebelum 20 minggu

akibat suatu tindakan.

Menghentikan kehamilan sebelum janin dapat hidup di luar tubuh ibu.

Pada umumnya dianggap bayi belum dapat hidup diluar kandunganapabila

kehamilan belum mencapai umur 28 minggu, atau berat badanbayibelum

1000 gram, walaupun terdapat kasus bahwa bayi dibawah 1000 gram dapat

terus hidup.

Macam-macam abortus provokatus :

1) Abortus provocatus artificialis atau abortus therapeuticus.

Abortus provocatus artificialis adalah Pengguguran kehamilan,

biasanya dengan alat-alat, dengan alasan bahwa kehamilan

membahayakan membawa maut bagi ibu, misalnya karena ibu

berpenyakit berat.

Abortus provocatus pada hamil muda (di bawah 12minggu)

dapat dilakukan dengan pemberian prostaglandin atau curettage dengan

penyedotan (vakum) atau dengan sendok curet.

Page 19: makalah abortus 2

19

Pada hamil yang tua (di atas 12 minggu) dilakukan hysterotomi

juga dapat disuntikkan garam hypertonis (20%) atau prostaglandin intra-

amnial.

Indikasi untuk abortus therapeuticus misalnya : penyakit

jantung (rheuma), hypertensi essensial, carcinoma daro cervik.

Merupakan terminasi kehamilan secara medis atau bedah

sebelum janin mampu hidup (viabel). Beberapa indikasi untuk abortus

terapeutik diantaranya adalah penyakit jantung persisten dengan riwayat

dekompensasi kordis dan penyakit vaskuler hipertensi tahap lanjut. Yang

lain adalah karsinoma serviks invasif. American College Obstetricians

and Gynecologists (1987) menetapkan petunjuk untuk abortus terapeutik

:

(1) Apabila berlanjutnya kehamilan dapat mengancam nyawa ibu atau

mengganggu kesehatan secara serius. Dalam menentukan apakah

memang terdapat resiko kesehatan perlu dipertimbangkan faktor

lingkungan pasien.

(2) Apabila kehamilan terjadi akibat perkosaan atau incest. Dalam hal

ini pada evaluasi wanita yang bersangkutan perluditerapkan

kriteria medis yang sama.

(3) Apabila berlanjutnya kehamilan kemungkinan besar menyebabkan

lahirnya bayi dengan retardasi mental atau deformitas fisik yang

berat.

2) Abortus provocatus criminalis.

Abortus provocatus criminalis adalah pengguguran kehamilan

tanpa alasan medis yang syah dan dilarang oleh hukum.

Abortus provokatus kriminalis adalah interupsi kehamilan

sebelum janin mampu hidup atas permintaan wanita yang bersangkutan,

tetapi bukan karena alasan penyakit janin atau gangguan kesehatan ibu.

Page 20: makalah abortus 2

20

Sebagian besar abortus yang dilakukan saat ini termasuk dalam katagori

ini.

Penatalaksanaan Abortus provokatus kriminalis

a. Memperbaiki keadaan umum, bila perdarahan banyak berikan transfusi

darah dan cairan yang cukup

b. Pemberian antibiotika yang cukup tepat

c. Suntikkan penisilin 1 juta satuan tiap 6 jam

d. Suntikkan streptomisin 500 mg setiap 12 jam atau suntikkan antibiotika

spektrum luas lainnya

e. Dua puluh empat sampai empat puluh delapan jam setelah dilindungi

dengan antibiotika atau lebih cepat bila terjadi perdarahan yang banyak

lakukan dilatasi dan kuretase untuk mengeluarkan hasil konsepsi.

f. Peberian infus dan antibiotika diteruskan menurut kebutuhan dan

kemajuan penderita.

g. Semua pasien abortus disuntik serap tetanus 0,5 cc IM. Umumnya setelah

tindakan kuretase pasien abortus dapat segera pulang kecuali  bila ada

komplikasi seperti perdarahan banyak yang menyebabkan anemia berat

dan infeksi.

h. Pasien dianjurkan istirahat selama 1 atau 2 hari. Pasien dianjurkan

kembali kedokter bila pasien mengalami kram demam yang memburuk

atau nyeri setelah perdarahan baru yang ringan atau gejala yang lebih

berat.

Page 21: makalah abortus 2

21

2.5 Tabel diagnosa banding perdarahan kehamilan muda

Perdarahan Serviks Uterus Gejala/ tanda Diagnosis Tindakan

Bercak

hingga

sedang

Tertutup Sesuai

dengan usia

gestasi

Kram perut

bawah

Uterus lunak

Abortus

imminens

Obserasi

perdarahan

Istirahat

Hindarkan

koitus

Sedikit

membesar

dari normal

Limbung

atau pingsan

Neri perut

bawah

Nyeri goyang

porsio

Masa

adneksa

Cairan bebas

intraabdomen

Kehamilan

ektopik

yang

terganggu

Laparotomi

dan parsial

Salpingekto

mi

Salpingosto

mi

Tertutup/terbuka Lebih kecil

dari usia

gestasi

Sedikit/tanpa

nyeri perut

bawah

Riwayat

ekspulsi hasil

konsepsi

Abortus

komplit

Tidak perlu

terapi

spesifik

kecuali

perdarahan

berlanjut

atau terjadi

infeksi

Page 22: makalah abortus 2

22

Sedang

hingga

masif/

banyak

Terbuka Sesuai usia

kehamilan

Kram atau

nyeriperut

bawah

Belum terjadi

ekspulsi hasil

konsepsi

Abortus

insipiens

Evakuasi

Kram atau

nyeri perut

bawah

Ekspulsi

sebagian

hasil

konsepsi

Abortus

inkomplit

Evakuasi

Terbuka Lunak dan

lebih besar

dari usia

gestasi

Mual/

muntah

Kram perut

bawah

Sindroma

mirip

preeklamsi

Tak ada janin

keluar

jaringan

seperti

anggur

Abortus

mola

Evakuasi

Tatalaksana

mola

Page 23: makalah abortus 2

23

2.6 Komplikasi Akibat Abortus

Komplikasi yang berbahaya pada abortus adalah perdarahan,

perforasi, infeksi, dan syok.

1. Perdarahan

Perdarahan dapat diatasi dengan pengosongan uterus dari sisa-sisa hasil

konsepsi dan jika perlu diberikan transfusi darah. Kematian karena

perdarahan dapat terjadi apabila pertolongan tidak diberikan pada waktunya.

2. Perforasi

Perforasi uterus pada kerokan dapat terjadi terutama pada uterus dalam

posisi hiperretrofleksi. Jika terjadi peristiwa ini, penderita perlu diamati

dengan teliti. Jika ada tanda bahaya, perlu segera dilakukan laparatomi dan

tergantung dari luas dan bentuk perforasi, penjahitan luka perforasi atau

perlu histerektomi.

3. Infeksi

Sejumlah penyakit kronik diperkirakan dapat menyebabkan abortus.

Brucella abortusdan Campylobacter fetus merupakan kausa abortus pada

sapi yang telah lama dikenal,tetapi keduanya bukan kausa signifikan pada

manusia. Bukti bahwa toxoplasma gondiimenyebabkan abortus pada

manusia kurang meyakinkan.tidak terdapat bukti bahwa Listeria

monocytogenesatau Chlamydia trachomatismenyebabkan abortus pada

manusia. Herpes simpleks dilaporkan berkaitan dengan peningkatan

insidensi abortus setelah terjadi infeksi genital pada awal kehamilan.

Abortus spontan secara independen berkaitan dengan antibodi virus

imunodefisiensi manusia (HIV-1) dalam darah ibu, seroreaktivitas sifilis

pada ibu, dan kolonisasi vagina pada ibu oleh streptokokus grup B.

Page 24: makalah abortus 2

24

4. Syok

Syok pada abortus dapat terjadi karena perdarahan (syok

hemoragik) dank karena infeksi berat (syok endoseptik).

Page 25: makalah abortus 2

25

BAB III

ASUHAN KEPERAWATAN

3.1 PENGKAJIAN

A. Identitas Klien

a. Nama: Sebagai identitas bagi pelayanan kesehatan/Rumah Sakit/Klinik atau

catat apakah klien pernah dirawat disini atau tidak.

b. Umur :Digunakan sebagai pertimbangan dalam memberikan terapi

dantindakan, juga sebagai acuan pada umur berapa penyakit/kelainantersebut

terjadi. Pada keterangan sering terjadi pada usia produktif 25 - 45 tahun

(Prawiroharjo S, 1999 ; 251).

c. Alamat : Sebagai gambaran tentang lingkungan tempat tinggal klien

apakahdekat atau jauh dari pelayanan kesehatan khususnya dalam pemeriksaan

kehamilan.

d. Pendidikan :  Untuk mengetahui tingkat pengetahuan klien sehingga

akanmemudahkan dalam pemberian penjelasan dan pengetahuan tentanggejala /

keluhan selama di rumah atau Rumah Sakit.

e. Status pernikahan, Dengan status perkawinan mengetahui berapa kali klien

mengalamikehamilan (KET) atau hanya sakit karena penyakit lain yang

tidak ada hubungannya dengan kehamilan.

f. Pekerjaan, Untuk mengetahui keadaan aktivitas sehari-hari dari klien,

sehingga memungkinkan menjadi faktor resiko terjadinya KET.

B. Keluhan Utama: Sakit perut, perdarahan, nyeri pada luka jahitan, takut

bergerak.

C. Riwayat Kesehatan, terdiri dari:

a. Kesehatan sekarang

b. Kesehatan masa lalu

c. Riwayat Pembedahan

d. Riwayat penyakit yang pernah dialami

e. Riwayat kesehatan keluarga

Page 26: makalah abortus 2

26

f. Riwayat kesehatan reproduksi: Kaji tentang mennorhoe, siklus

menstruasi, lamanya, banyaknya, sifat darah, bau, warna dan adanya

dismenorhoe serta kaji kapan menopause terjadi, gejala serta keluahan

yang menyertainya

g. Riwayat Kehamilan, persalinan, dan nifas: Kaji bagaimana keadaan

anak klien mulai dari dalam kandungan hingga saat ini, bagaimana

keadaan kesehatan anaknya.

h. Riwayat seksual: Kaji mengenai aktivitas seksual klien, jenis

kontrasepsi yang digunakan serta keluahn yang menyertainya.

i. Riwayat pemakaian obat: Kaji riwayat pemakaian obat-obatan

kontrasepsi oral, obat digitalis dan jenis obat lainnya.

j. Pola aktivitas sehari-hari: Kaji mengenai nutrisi, cairan dan

elektrolit, eliminasi (BAB dan BAK), istirahat tidur, hygiene,

ketergantungan, baik sebelum dan saat sakit.

D. Pemeriksaan Fisik

1. Inspeksi

Hal yang diinspeksi antara lain : mengobservasi kulit terhadap

warna, perubahan warna, laserasi, lesi terhadap drainase, pola

pernafasan terhadap kedalaman dan kesimetrisan, bahasa tubuh,

pergerakan dan postur, penggunaan ekstremitas, adanya

keterbatasan fisik, dan seterusnya.

2. Palpasi

Sentuhan : merasakan suatu pembengkakan, mencatat suhu, derajat

kelembaban dan tekstur kulit atau menentukan

kekuatan kontraksi uterus.

Tekanan : menentukan karakter nadi, mengevaluasi edema,

memperhatikan

posisi janin atau mencubit kulit untuk mengamati turgor.

Page 27: makalah abortus 2

27

Pemeriksaan dalam : menentukan tegangan/tonus otot atau respon

nyeri yang abnormal

3. Perkusi

Menggunakan jari : ketuk lutut dan dada dan dengarkan bunyi yang

menunjukkan ada tidaknya cairan , massa

atau konsolidasi.

Menggunakan palu perkusi : ketuk lutut dan amati ada tidaknya

refleks/gerakan pada kaki bawah,

memeriksa refleks kulit perut

apakah ada kontraksi dinding perut

atau tidak

4. Auskultasi

mendengarkan di ruang antekubiti untuk tekanan darah, dada

untuk bunyi jantung/paru abdomen untuk bising usus atau denyut

jantung janin.(Johnson & Taylor, 2005 : 39)

E. Pemeriksaan psikososial

a.Respon dan persepsi keluarga

b.Status psikologis ayah, respon keluarga terhadap bayi

3.2 Diagnosa Keperawatan

1. Nyeri akut berhubungan dengan kontraksi uterus

2. Resiko tinggi syok hemorarge berhubungan dengan perdarahan aktif

3. Risiko tinggi infeksi berhubungan dengan adanya pendarahan dan proses

kuretase

4. Ansietas berhubungan dengan kurang pengetahuan (kurang

informasi/tidak mengenalnya sumber-sumber informasi) tentang

prosedur kuretase

Page 28: makalah abortus 2

28

3.3 Intervensi

N

o.Tujuan Intervensi Rasional

1 Nyeri klien berkurang

dalam 3 × 24 jam

perawatan dengan

kriteria evaluasi

- Skala nyeri 0 (tidak

ada)

- Klien tidak mengeluh

nyeri lagi

- Raut muka klien tidak

menangis lagi

- TTV dalam batas

normal

TD : Sistol <140 mHg

Diastol <90 mHg

N : 80 – 90 x/menit

R : 16 – 24 x/menit

T : 36 – 37 oC

1. Tentukan sifat lokasi

dan durasi nyeri serta

kaji kontraksi uterus

2. Kaji stress psikologi

klien/pasangan dan

respon emosional

terhadap kejadian.

3. Berikan lingkungan

yang tenang dan

instruksikan klien

untuk /menggunakan

metode relaksasi

4. Ukur TTV : TD, nadi,

respirasi dan temperatur

5. Berikan obat analgetik

yang tepat

6. Siapkan untuk prosedur

kuretase

1. Membantu dalam

mendiagnosa dan memilih

tindakan keperawatan yang

tepat

2. Ketidaknyamanan

dihubungkan dengan aborsi

spontan biasanya karena

kontraksi uterus

3. Dapat membantu dalam

memenurunkan tingkat nyeri

dan ansietas serta

meningkatkan koping yang

dapat membantu

menghilangkan rasa nyeri.

4. Penemuan awal dapat

dijadikan indikator untuk

Intervensi lanjut

5. Mengurangi fokus klien

terhadap rangasangan nyeri

6. Tindakan terhadap

penyimpangan dasar akan

menghilangkan nyeri

Page 29: makalah abortus 2

29

2. Resiko tinggi syok

hemorarge berhubungan

dengan perdarahan aktif

dapat dicegah atau tidak

terjadi setelah 3 × 24 jam

perawatan.

dengan kriteria hasil :

- Pasien

mengungkapkan

tidak lemah, dan

tidak merasa haus

lagi

- Mukosa bibir lembab

- Turgor kulit normal

- Mata tidak cekung

1. Observasi TTV

2. Kaji output cairan

harian

3. Berikan pengganti

output cairan harian.

4. Posisikan ibu dengan

tepat (semi fowler).

5. Lakukan tirah baring

dan menghindari ibu

untuk valsava

manufer.

6. Laporkan serta catat

jumlah dan sifat

kehilangan darah

1. Mengetahui keadaan umum

klien

2. Jumlah cairan ditentukan dari

jumlah kebutuhan harian

ditambah dengan jumlah

cairan yang hilang

pervagina

3. Tranfusi mungkin diperlukan

pada kondisi perdarahan

massif

4. Menjamin keadekuatan

darah yang tersedia untuk

otak, peninggian panggul

menghindari kompresi

vena.

5. Pendarahan dapat berhenti

dengan reduksi aktivitas

6. Untuk mengetahui perkiraan

banyak nya kehilangan

darah

3. Rasiko infeksi tidak

terjadi atau berkurang

dalam 3 × 24 jam

perawatan dengan

kriteria hasil :

- TTV dalam batas

normal

1. Pantau suhu nadi dan

sel darah putih

(SDP)

2. Gunakan aseptic bedah

pada persiapan

peralatan

3. Anjurkan klien

1. Peningkatan suhu atau nadi

lebih normal dapat

menandakan infeksi

perlindungan norlmal

leukosit dengan jumlah SDP

25.000 /mm3dapat dibedakan

dari peningkatan SDP

Page 30: makalah abortus 2

30

TD: Sistol <140

mmHg

Diastol <90 mmHg

N : 80 – 90 x/menit

R : 16 – 24 x/menit

T : 36 – 37 oC

- Pasien

mendemonstrasikan

kemampuan untuk

meningkatkan

kesehatan diri seperti

personal hygiene

- Tidak terdapat tanda

Inflamasi :

- Rubor (kemerahan)

- Tumor

(pembengkakan)

- Kalor (panas)

- Dolor (nyeri)

- Fungsi laesa

(gangguan fungsi)

melakukan personal

hygiene contohnya:

ganti balutan

4. Anjurkan klien makan-

makanan berprotein

tinggi

5. Berikan antibiotik

sesuai indikasi

Kolaborasi :

terhadap infeksi

2. Menurunkan resiko

kontaminasi

3. Mencegah infeksi

4. Mempercepat proses

penyembuhan

5. Membantu mencegah infeksi

4. Rasa cemas berkurang/

hilang dalam 3 × 24 jam

perawatan dengan

kriteria hasil :

1. Kaji tingkat ansietas

yang dialami klien

2. Dengarkan masalah

klien dan dengarkan

1. Mengetahui sejauh mana

tingkat ansietas dapat diatasi

2. Meningkatkan rasa kontrol

terhadap situasi dan

Page 31: makalah abortus 2

31

- Melaporkan adanya

penurunan penurunan

ansietas sampai pada

tahap dapat diatasi

- Memeperlihatkan

keadaaan relaksasi

klien memahami

tentang kondisi

penyakit dan prosedur

kuretase

- TTV dalam batas

normal

secara aktif

3. Ukur TTV: TD, nadi,

respirasi dan temparatur

4. Jelaskan prosedur

kuretase dan arti gejala

serta prognosis abortus

5. Evaluasi/validasi

tentang informasi yang

diberikan

memberikan kesempatan

pada klein untuk

mengembangkan solusi

sendiri

3. Keadaan ansietas yang berat

dapat di manifestasikan dari

TTV

4. Pengetahuan dapat membantu

menurunkan ansietas dan

meningkatkan rasa kontrol

terhadap situasi

5. Mengetahui sejauh mana

informasi/cara dapat diterima

klien

3.4 Implementasi Keperawatan

Implementasi merupakan tindakan yang sesuai dengan yang telah

direncanakan mencakup tindakan mandiri dan kolaborasi.

Tindakan mandiri adalah tindakan keperawatan berdasarkan analisa dan

kesimpulan perawat, serta bukan atas petunjuk tenaga kesehatan yang lain

Tindakan kolaborasi adalah tindakan keperawatan yang berdasarkan oleh

hasil keputusan bersama dengan dokter atau petugas kesehatan lain.

3.5 Evaluasi Keperawatan

Page 32: makalah abortus 2

32

Evaluasi keperawatan merupakan penilaian perkembangan ibu hasil

implementasi keperawatan dengan berpedoman pada hasil dan tujuan yang

hendak di capai.

BAB IV

Page 33: makalah abortus 2

33

PENUTUP

4.1 Kesimpulan

Abortus merupakan ancaman atau pengeluaran hasil konsepsi sebelum

janin dapat hidup diluar kandungan. Sebagai batasan ialah kehamilan kurang

dari 20 minggu atau berat janin kurang dari 500 gram.

Adapun berbagai macam penenyebab abortus yaitu, kelainan hasil konsepsi,

kelainan plasenta, faktor maternal, kelainan traktus genitalia, trauma, faktor-

faktor hormonal, sebab-sebab psikosomatik, sebab dari janin, dan lain-lain

4.2 Saran

Berhati-hatilah dalam menjaga kandungan dan harus waspada terhadap setiap

komplikasi yang terjadi

Page 34: makalah abortus 2

34

DAFTAR PUSTAKA

Mansjoer,Arif,dkk. 2000. Kapita Selekta Kedokteran Edisi ketiga, jilid I, FKUI.

Jakarta: Media Aesculapius.

Morgan, geri & Carole hamilton. 2009. Obstetri & Ginekologi. Jakarta : EGC.

Prawirohardjo, sarwono. 2009. Ilmu Kebidanan. Jakarta : PT. Bina Pustaka.

Prawirohardjo, sarwono. 2010. Buku Acuan Nasional Pelayanan Kesehatan

Maternal dan Neonatal. Jakarta : PT. Bina Pustaka

http://ningretnosshi.blogspot.com/2014/03/makalah-abortus.html