abortus provokatus medisinalis fikry edit 2

28
ABORTUS PROVOCATUS MEDICINALIS Achmad Fikry, A. Nurul Faizah Tenri Ola, Jessi Laurentius I. PENDAHULUAN Abortus adalah ancaman atau pengeluaran hasil konsepsi sebelum janin dapat hidup di luar kandungan, dimana kehamilan kurang dari 20 minggu atau berat kurang dari 500 gram. Abortus yang berlangsung tanpa tindakan disebut abortus spontan, sedangkan abortus yang terjadi dengan sengaja dilakukan tindakan disebut abortus provocatus. Abortus provocatus ini dibagi 2 kelompok yaitu abortus provocatus medisinialis dan abortus provocatus kriminalis. 1 Istilah aborsi dalam hukum pidana di Indonesia dikenal dengan tindak pidana “Pengguguran Kandungan”. Dan secara umum pengaturan mengenai aborsi tersebut terdapat dalam Pasal 299, 346, 347, 348, dan 349 KUHP. Dalam K.U.H.P. yaitu pada pasal 345, 347, dan pasal 348, tidak terdapat perkataan abortus yang tercantum di dalam pasal-pasal tersebut adalah gugur atau mati kandungannya. Dengan demikian tidak ada batasan umur kehamilan dan berat dari fetus. 2 Abortus provocatus adalah aborsi yang disengaja baik dengan memakai obat-obatan maupun alat-alat. Abortus provocatus

Upload: achmadfikry

Post on 11-Nov-2015

13 views

Category:

Documents


6 download

DESCRIPTION

wedfgsgdhefdegfsgafhbsdgbcbafbwrgnsdgfbndgbdgbsdgbhdgbsdfghdgfbsdgbsdgbwrgnhsdgbvbsdgnhgnsdgbdbgdbnrgnsdgndgngfnrhngfbvbvbsdgnryngfsdfvbzxbadfbdgnsdgbdgnwgnsdgbfdbsgdnsdg

TRANSCRIPT

ABORTUS PROVOCATUS MEDICINALISAchmad Fikry, A. Nurul Faizah Tenri Ola, Jessi Laurentius

I. PENDAHULUAN

Abortus adalah ancaman atau pengeluaran hasil konsepsi sebelum janin dapat hidup di luar kandungan, dimana kehamilan kurang dari 20 minggu atau berat kurang dari 500 gram. Abortus yang berlangsung tanpa tindakan disebut abortus spontan, sedangkan abortus yang terjadi dengan sengaja dilakukan tindakan disebut abortus provocatus. Abortus provocatus ini dibagi 2 kelompok yaitu abortus provocatus medisinialis dan abortus provocatus kriminalis.1

Istilah aborsi dalam hukum pidana di Indonesia dikenal dengan tindak pidana Pengguguran Kandungan. Dan secara umum pengaturan mengenai aborsi tersebut terdapat dalam Pasal 299, 346, 347, 348, dan 349 KUHP. Dalam K.U.H.P. yaitu pada pasal 345, 347, dan pasal 348, tidak terdapat perkataan abortus yang tercantum di dalam pasal-pasal tersebut adalah gugur atau mati kandungannya. Dengan demikian tidak ada batasan umur kehamilan dan berat dari fetus.2 Abortus provocatus adalah aborsi yang disengaja baik dengan memakai obat-obatan maupun alat-alat. Abortus provocatus medicinalis yaitu penghentian kehamilan dengan tujuan agar kesehatan ibu baik, agar nyawanya dapat diselamatkan. Abortus yang dilakukan atas dasar pengobatan atau indikasi medis, biasanya baru dikerjakan bila kehamilan mengganggu kesehatan atau membahayakan nyawa si ibu, misalnya bila si ibu menderita kanker atau penyakit lain yang akan mendatangkan bahaya maut bila kehamilan tidak dihentikan. 1,2Angka kejadian abortus sukar ditentukan karena abortus provocatus banyak yang tidak dilaporkan, kecuali bila sudah terjadi komplikasi. Sebagian besar studi menyatakan kejadian abortus spontan antara 15 20 % dari semua kehamilan. Kalau dikaji lebih jauh kejadian abortus sebenarnya bisa mencapai 50%. Hal ini dikarenakan tingginya angka chemical pregnancy loss yang tidak bisa diketahui pada 2-4 minggu setelah konsepsi. Sebagian besar kegagalan kehamilan ini dikarenakan kegagalan gamet (misalnya sperma dan disfungsi oosit). Pada 1998 Wilcox dan kawan-kawan melakukan studi terhadap 221 perempuan yang diikuti selama 707 siklus haid total. Didapatkan total 198 kehamilan, dimana 43 (22%) mengalami abortus sebelum saat haid berikutnya.1,3 Pada tahun 2000 di Indonesia diperkirakan bahwa sekitar dua juta aborsi terjadi. Angka ini dihasilkan dari penelitian yang dilakukan berdasarkan sampel yang diambil dari fasilitas-fasilitas kesehatan, dan juga termasuk jumlah aborsi spontan yang tidak diketahui jumlahnya walaupun dalam hal ini diperkirakan jumlahnya kecil. Walaupun demikian, estimasi aborsi dari penelitian tersebut adalah estimasi yang paling komprehensif yang terdapat di Indonesia sampai saat ini. 1,3

Gambar 1. Diagram pelaku aborsi Tahun 2000 3Membahas persoalan aborsi sudah bukan merupakan rahasia umum dan hal yang tabu untuk dibicarakan. Hal ini dikarenakan aborsi yang terjadi dewasa ini sudah menjadi hal yang aktual dan peristiwanya dapat terjadi dimana-mana dan bisa saja dilakukan oleh berbagai kalangan, baik itu dilakukan secara legal ataupun ilegal. Dalam memandang bagaimana kedudukan hukum aborsi di Indonesia sangat perlu dilihat kembali apa yang menjadi tujuan dari perbuatan aborsi tersebut. Sejauh ini, persoalan aborsi pada umumnya dianggap oleh sebagian besar masyarakat sebagai tindak pidana. Namun, dalam hukum positif di Indonesia, tindakan aborsi pada sejumlah kasus tertentu dapat dibenarkan apabila merupakan aborsi provocatus medikalis. Sedangkan aborsi yang digeneralisasi menjadi suatu tindak pidana lebih dikenal sebagai aborsi provocatus kriminalis.3

II. KLASIFIKASI ABORTUS

Abortus dapat terjadi secara spontan, dapat pula terjadi karena dibuat atau sengaja. Dari aspek kedokteran forensik yang diartikan dengan keguguran adalah pengeluaran hasil konsepsi pada setiap stadium perkembangannya sebelum masa kehamilan yang lengkap tercapai.4Secara garis besar abortus dapat dibagi dalam 2 kelompok, yaitu abortus spontan dan abortus provacatus.11. Abortus spontan, adalah abortus yang berlangsung tanpa tindakan. Sebagian besar studi menyatakan kejadian abortus spontan antara 15-20% dari semua kehamilan. Penyebab abortus ini bervariasi dan sering diperdebatkan. Umumnya lebih dari satu penyebab. Penyebab terbanyak diantaranya adalah sebagai berikut :1 Faktor genetik, seperti mendelian, robertsonian, dan lain-lain.

Kelainan congenital uterus, seperti anomali duktus Mulleri, septum uterus, uterus bikornis, inkompetensi serviks uterus, mioma uteri, dan lain sebagainya.

Autoimun

Defek fase luteal, seperti pada kasus sintesis LH yang tinggi

Infeksi

Hematologik

Lingkungan

Adapun macam-macam abortus spontan sesuai dengan gejala, tanda, dan proses patologi yang terjadi :1 Abortus iminens

Abortus insipiens

Abortus kompletus

Abortus inklompetus

Missed abortion Abortus habitualis Abortus septik2. Abortus provocatus, adalah abortus yang sengaja dilakukan tindakan. Abortus provocatus ini dibagi 2 kelompok yaitu abortus provocatus krimanlis dan abortus provocatus medicinalis. Disebut medicinalis bila didasarkan pada pertimbangan dokter untuk menyelamatkan ibu. Di sini pertimbangan dilakukan oleh dokter.1a. Abortus provocatus kriminalis

Abortus provocatus kriminalis sering terjadi pada wanita hamil diluar pernikahan (belum menikah atau hamil dengan pria yang bukan suaminya) atau pada kehamilan yang tidak dikehendaki (sudah banyak anak atau karena faktor sosial ekonomi). Bila pelakunya adalah wanita hamil yang bersangkutan, sering timbul akibat yang tidak diinginkan, sehingga sering pula harus berurusan dengan polisi. Sebaliknya bila dilakukan oleh tenaga medis yang ahli biasanya tidak sampai berurusan dengan pihak berwajib, karena dikerjakan dengan ahli sehingga hampir selalu berhasil dengan baik tanpa efek samping.4b. Abortus provocatus medicinalisAbortus provocatus medicinalis atau therapeuticus adalah suatu jenis pengguguran kandungan (abortus) yang sengaja dibuat oleh seseorang dengan maksud kesehatan demi menyelamatkan nyawa perempuan yang mengandung tersebut, dan sudah tentu pengguguran kandungan (abortus) ini mendapat pertimbangan medik menurut ilmu kedokteran.1III. ABORTUS PROVOCATUS MEDICINALISAbortus Provocatus Medicinalis atau Therapeuticus adalah suatu jenis pengguguran kandungan (abortus) yang sengaja dibuat oleh seseorang dengan maksud kesehatan demi menyelamatkan nyawa perempuan yang mengandung tersebut, dan sudah tentu pengguguran kandungan (abortus) ini mendapat pertimbangan medik menurut ilmu kedokteran.1Indikasi dilakukannya sebuah Abortus medicinalis adalah :1,2,51. Hamil di luar kandungan (kehamilan ektopik) Bila kehamilan tidak dikeluarkan, maka akan terjadi pendesakan robekan pada tempat dimana hasil pembuahan menempel diikuti perdarahan apabila berada dalam rongga perut yang dapat menyebabkan kematian.2. Hamil anggur (mola hidatidosa). Pada hamil anggur janin biasanya tumbuh jaringan seperti segugus buah anggur. Jaringan ini harus dikeluarkan dan selanjutnya dilakukan pemeriksaan ulang untuk mendeteksi kemungkinan timbulnya keganasan trofoblas.3. Cacat bawaan pada janin. Cacat bawaan yang berat dapat dideteksi secara dini. Kondisi janin yang tidak kompatibel dengan kehidupan termasuk anencephaly, trisomi 13, trisomi 18, agenesis renal, displasia thanatophoric, alobar holoprosencephaly, dan beberapa kasus hydrocephalis. Anomali janin yang paling umum ditemui dalam konseling aborsi termasuk paling anomali jantung janin, trisomi 2l; terbuka dan tertutup cacat tabung sarat; anggota badan, wajah, atau kelainan celah; atresia esofagus atau duodenum; dada dan cacat dinding perut, ginjal kistik atau hidronefrosis; intrakranial sugestif penyakit virus kalsitikasi; atau cacat diafragma.4. Penyakit Ibu yang berat/menahun. Penyakit-penyakit dari ibu yang sedang mengandung, misalnya : Penyakit Jantung bawaan Hipertensi. Hipertensi bisa didapati sebelum kehamilan (1-5 persen) dan menetap semasa kehamilan atau dapat terjadi dengan kehamilan. Bila wanita normotensi mengalami kehamilan, maka hipertensi dapat terjadi sebesar 5-7 persen. Karena sistemik vascular resisted yang menurun pada awal kehamilan, maka hipertensi ini sering tidak didapati hingga pertengahan kedua kehamilan. Keadaan ini disebut dengan pregnancy-induced atau gestational hypertension. Preklamsia jelas akan meningkatkan resiko pada ibu (kira-kira 1-2 persen perubahan perdarahan SSP, konvulsi atau penyakit sistemik berat lainnya) dan retardasi perkembangan janin (10-15 persen). Morbiditas dan mortalitas ibu dan janin meningkat dengan berlanjutnya eklamsia.

Penyakit ginjal kronik

Tuberkulosis paru aktif

Penyakit-penyakit metabolik, misalnya diabetes yang tidak terkontrol yang disertai komplikasi vaskuler, hipertiroid.

Penyakit keganasan pada saluran jalan lahir, misalnya kanker serviks atau jika dengan adanya kehamilan akan menghalangi pengobatan untuk penyakit keganasan lainnya pada tubuh seperti kanker payudara.

Hipertensi pulmonal baik itu primer atau sekunder yang berlangsung lama (Sindroma Eisenmenger). Jika hipertensi pulmonal diketahui pada awal kehamilan, penghentian kehamilan sangat dianjurkan.

Sindroma penyakit vascular primer (primary vascular disease) atau emboli paru berulang akan menyebabkan mortalitas sekitar 30 - 70 persen. Bila ibu selamat angka kematian janin lehih dari 40%. Kematian ibu dapat terjadi setiap saat semasa kehamilan. Saat melahirkan dan dalam minggu pertama post partum merupakan masa yang sangat rawan.

Sindroma Marfan Kemungkinan amat sulit untuk menegakkan sindroma Marfan, tetapi hal ini sangat penting dilakukan karena kehamilan sangat berbahaya pada wanita yang menderita sindroma Marfan. Pertama karena resiko kematian akibat ruptur aorta atau diseksi aorta sangat tinggi semasa kehamilan, terutama jika aorta sangat besar (lebih dari 40 mm pada ekokardiografi). Kedua angka harapan hidup wanita dengan sindroma Marfan berkurang kira-kira separuh dari normal, secara tidak langsung usia ibu akan terbatas. Ketiga setengah dari keturunannya akan dikenai sindroma ini. Alasan ini yang menyebabkan wanita dengan sindroma marfan dianjurkan untuk tidak hamil. Resiko di atas juga menjadi rekomendasi untuk menghentikan kehamilan jika telah terjadi.

5. Hamil akibat perkosaan atau incest.

6. Penyakit kelainan jiwa yang berat disertai dengan kecenderungan untuk bunuh diri. Pada kasus seperti ini, sebelum melakukan tindakan abortus harus dikonsultasikan dengan psikiater.

7. Kegagalan kontrasepsi. Seperti diketahui sampai saat ini tidak ada satu pun kontrasepsi yang bebas dari kegagalan. Kehamilan akibat kegagalan kontrasepsi yang mengandung hormon estrogen dapat menyebabkan cacat bawaan.

Dalam melakukan tindakan abortus atas indikasi medik,seorang dokter perlu mengambil tindakan-tindakan pengamanan dengan mengadakan konsultasi pada seorang ahli kandungan yang berpengalaman dengan syarat :1,2,51. Dilakukan oleh tenaga kesehatan yang memiliki keahlian dan kewenangan untuk melakukannya ( yaitu seorang dokter ahli kebidanan dan penyakit kandungan) sesuai dengan tanggung jawab profesi.

2. Harus meminta pertimbangan tim ahli ( ahli medis lain, agama, hukum, psikolog)

3. Harus ada persetujuan tertulis dari penderita atau suaminya atau keluarga terdekat.

4. Dilakukan di sarana kesehatan yang memiliki tenaga atau peralatan yang memadai yang ditunjuk oleh pemerintah.

5. Prosedur tidak dirahasiakan

6. Dokumen medik harus lengkapIV. TEKNIK-TEKNIK ABORTUS MEDICINALISDalam garis besarnya dapat dibedakan antara kehamilan dalam triwulan ke I dan dalam triwulan ke 2. Perbedaannya ialah bahwa pada kehamilan sampai 12 minggu isi kandungan belum seberapa besar, sehingga tindakan untuk melahirkannya pada umumnya dapat dilakukan dalam satu tahap sesudah kanalis servikalis dilebarkan. Pada kehamilan yang lebih tua, karena besarnya janin, hal itu tidak mungkin dilakukan sehingga uterus perlu dirangsang untuk berkontraksi.1,6A. Abortus buatan pada triwulan ke 1 (sampai 12 minggu)1. Dilatasi dan Kureatuse

Kerokan dilakukan secara sistematis menurut putaran jarum jam. Apabila kehamilan melebihi 6-7 minggu, digunakan kuret tumpul sebesar yang dapat dimasukkan. Setelah hasil konsepsi untuk sebagian besar lepas dari dinding uterus, maka hasil tersebut dapat dikeluarkan sebanyak mungkin dengan cunam abortus; kemudian dilakukan kerokan hati-hati dengan kuret tajam yang cukup besar. Apabila perlu, dimasukkan tampon ke dalam kavum uteri dan vagina, yang harus dikeluarkan esok harinya.1

Gambar 1. Memasukan busi hegar kedalam uterus2. Dilatasi dalam dua tahap

Pada seorang primigravida, atau pada seorang multipara yang memerlukan pembukaan kanalis servikalis yang lebih besar (misalnya untuk mengeluarkan mola hidatidosa) dapat dilakukan dilatasi dalam 2 tahap. Dimasukkan dahulu gagang laminaria dengan diameter 2-5 mm dalam kanalis servikalis dengan ujung atasnya masuk sedikit ke dalam kavum uteri dan ujung bawahnya masih di vagina; kemudian dimasukkan tampon kasa ke dalam vagina. Gagang laminaria mempunyai daya untuk mengabsorpsi air, sehingga diameternya bertambah dan mengadakan pembukaan dengan perlahan-lahan pada kanalis servikalis. Sesudah 12 jam gagang dikeluarkan dan pembukaan dapat dibesarkan dengan busi Hegar. Bahaya pemakaian gagang laminaria ialah infeksi dan perdarahan mendadak. 1

Gambar 2. Prosedur dilatasi dan kuretase3. Pengeluaran dengan cara penyedotan (suction curettage)

Dalam tahun-tahun terakhir cara ini makin banyak digunakan oleh karena perdarahan tidak seberapa banyak dan bahaya perforasi lebih kecil. Setelah diadakan persiapan seperlunya dan letak serta besarnya uterus ditentukan dengan pemeriksaan bimanual, bibir depan serviks dipegang dengan cunam serviks, dan sonde uterus dimasukkan untuk mengetahui panjang dan jalannya kavum uteri. Anestesia umum dengan penthotal sodium, atau anestesia paracervical block dilakukan, dan 5 satuan oksitosin disuntikan pada korpus uteri di bawah kandung kencing dekat pada perbatasannya dengan serviks. Sesudah itu, jika perlu, diadakan dilatasi pada serviks untuk dapat memasukkan kuret penyedot yang besarnya didasarkan pada tuanya kehamilan (diameter antara 6 dan ll mm). Alat tersebut dimasukkan sampai setengah panjangnya kavum uteri dan kemudian ujung luar dipasang pada alat pengisap (aspirator).1

Gambar 3. Cara memasukkan kuret penyedot kedalam uterus Abortus buatan pada triwulan kedua (kehamilan sesudah 16 minggu)1. Pemberian cairan NaCl hipertonik

Abortus buatan pada kehamilan sesudah 16 minggu diusahakan dengan menimbulkan kontraksi-kontraksi uterus, supaya janin dan plasenta dapat dilahirkan secara spontan. Cara yang dilakukan ialah mengadakan amniosentesis melalui dinding perut dan memasukkan larutan NaCl hipertonik ke dalam kantong amnion; tindakan ini dibantu dengan pemberian infus intravena dengan oksitosin. Cara ini hendaknya jangan dilakukan pada kehamilan di bawali 16 minggu, oleh karena amniosentesis dalam hal ini sering gagal. Komplikasi yang dapat timbul dengan segera ialah apabila larutan garam masuk ke dalam rongga peritoneum atau ke dalam pembuluh darah, dan menimbulkan gejala-gejala konvulsi, penghentian kerja jantung (cardiac arrest), penghentian pernapasan, atau hipofibrinogenemia. Jika diadakan pengawasan yang seksama pada pemasukan larutan garam, komplikasi-komplikasi yang berbahaya ini tidak perlu terjadi. Selanjutnya komplikasi-komplikasi lain yang dapat timbul ialah perdarahan dan infeksi. 1,2,52. Pemberian Prostaglandin dan Prostaglandin sintetik

Akhir-akhir ini dilakukan percobaan dengan pemberian prostaglandin untuk menghentikan kehamilan pada triwulan ke 2. Prostaglandin ialah suatu zat asam lemak yang terdapat pada jaringan-jaringan dan cairan-cairan dalam tubuh, dan terdiri atas beberapa jenis. Jenis PGE dan PGF dapat merangsang otot uterus. Untuk memungkinkan terjadinya abortus PGF2 a 25 mg atau PGE2 sebanyak 5 mg dalam larutan 10 ml NaCl fisiologik disuntikan trans-abdominal ke dalam kantong amnion; dengan 1 atau 2 suntikan bisa terjadi abortus dalam 24 jam. Komplikasi yang dapat timbul ialah panas, enek, muntah, dan diarea; akan tetapi semua ini tidak mengkhawatirkan. 3. Oksitosin

Obat induksi lain yang juga diberikan dengan efek kontraksi uterus, adalah oksitosin, pemberian dilakukan dengan cara drips. Lima unit oksitosin dilarutkan dalam setengah liter cairan, biasanya diberikan glukosa 5% dalam air, atau lebih baik dipakai suatu larutan garam berimbang (RL). Meskipun oleh beberapa penulis dinyatakan bahwa larutan yang lebih encer juga efektif, tetapi larutan (10 U dalam 1 liter) adalah mudah dipersiapkan, aman, efektif, dan mungkin paling sedikit memberikan keraguan dalam mempersiapkan dan pemberiannya. 1,2.54. Pemberian Antiprogestin dan Antimetabolit

Antiprogestin dikenal dengan nama pil RU 486. Pil ini menimbulkan abortus dengan cara menempati reseptor untuk progesterone yang dihasilkan oleh corpus luteum yang berfungsi mempertahankan kehamilan muda. Biasanya digabung dengan prostaglandin. Methotrexate merupakan obat golongan antimetabolit. Methotrexate bekerja dengan cara menghambat enzim dihidrofolic acid reductase, sehingga mempengaruhi sintesis, perbaikan dan replikasi DNA sel. Obat ini efektif pada sel-sel dengan aktivitas proliferasi tinggi seperti pada keganasan, sumsum tulang, sel embrional, sel mukosa buccal dan intestinal serta sel kandung kemih, biasanya dikombinasikan dengan prostaglandin. 6V. ASPEK HUKUM DAN MEDIKOLEGAL ABORTUS PROVOCATUS

Perundang-undangan pidana di Indonesia mengenai aborsi mempunyai status hukum yang illegal sifatnya karena melarang aborsi tanpa pengecualian. Dengan demikian, KUHP tidak membedakan abortus provocatus medicinalis dan abortus provocatus criminalis. Perundang-undangan pidana di Indonesia yang mengatur aborsi tanpa pengecualian sangat meresahkan dokter atau ahli medis Indonesia yang bekerja. Tujuan ahli medis yang utama untuk menyelamatkan nyawa pasien tidak akan tercapai karena jika ahli medis menggugurkan kandungan untuk keselamatan ibu maka ahli medis terancam sanksi pidana.2 Aborsi dalam perundangan medis baru diatur kemudian di dalam UU No. 23 tahun 1992 tentang kesehatan , dalam pasal 15 beserta penjelasannya. Dalam pasal tersebut dijelaskan bahwa Tenaga kesehatan dapat melakukan tindakan medis dalam keadaan darurat untuk menyelamatkan ibu hamil atau keluarganya. Ditinjau dari hukum tersebut maka abortus therapeutic tidak akan dihukum bila tujuannya perlu, yaitu menyelamatkan nyawa si ibu. Oleh karena itu perlu kriteria yang jelas dan tegas. Pada butir Penjelasan UU No.23 tahun 1992 tentang kesehatan, menjelaskan lebih lengkap mengenai abortus provocatus legal. 7Pasal 15:1. Dalam keadaan darurat sebagai upaya untuk menyelamatkan jiwa ibu hamil dan atau janinnya, dapat dilakukan tindakan medis tertentu

2. Tindakan medis tertentu sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) hanya dapat dilakukan

a. Berdasarkan indikasi medis yang mengharuskan diambilnya tindakan tersebut

b. Oleh tenaga kesehatan yang mempunyai keahlian dan kewenangan untuk itu dan dilakukan sesuai dengan tanggung jawab profesi serta berdasarkan pertimbangan tim ahli;

c. Dengan persetujuan ibu hamil yang bersangkutan atau suami atau keluarganya;

d. Pada sarana kesehatan tertentu.

3. Ketentuan lebih lanjut mengenai tindakan medis tertentu sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) dan ayat (2) ditetapkan dengan Peraturan Pemerintah.

Pada penjelasan UU no 23 tahun 1992 pasal 15 dinyatakan sebagai berikut:7Ayat (1) :

Tindakan medis dalam bentuk pengguguran kandungan dengan alasan apapun, dilarang karena bertentangan dengan norma hukum, norma agama, norma kesusilaan dan norma kesopanan. Namun dalam keadaan darurat sebagai upaya untuk menyelamatkan jiwa ibu atau janin yang dikandungnya dapat diambil tindakan medis tertentu.Ayat (2)

Butir a : Indikasi medis adalah suatu kondisi yang benar-benar mengharuskan diambil tindakan medis tertentu sebab tanpa tindakan medis tertentu itu,ibu hamil dan janinnya terancam bahaya maut.

Butir b : Tenaga kesehatan yang dapat melakukan tindakan medis tertentu adalah tenaga yang memiliki keahlian dan wewenang untuk melakukannya yaitu seorang dokter ahli kandungan seorang dokter ahli kebidanan dan penyakit kandungan.

Butir c : Hak utama untuk memberikan persetujuan ada ibu hamil yang bersangkutan kecuali dalam keadaan tidak sadar atau tidak dapat memberikan persetujuannya, dapat diminta dari semua atau keluarganya.

Butir d : Sarana kesehatan tertentu adalah sarana kesehatan yang memiliki tenaga dan peralatan yang memadai untuk tindakan tersebut dan ditunjuk oleh pemerintah.

Ayat (3) : Dalam Peraturan Pemerintah sebagai pelaksanan dari pasal ini dijabarkan antara lain mengenal keadaan darurat dalam menyelamatkan jiwa ibu hamil atau janinnya,tenaga kesehatan mempunyai keahlian dan wewenang bentuk persetujuan, sarana kesehatan yang ditunjukUU. Kesehatan No. 36 tahun 2009 pasal 75-77.8Pasal 75(1) Setiap orang dilarang melakukan aborsi

(2) Larangan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dapat dikecualikan berdasarkan: a. Indikasi kedaruratan medis yang dideteksi sejak usia dini kehamilan, baik yang mengancam nyawa ibu dan/ atau janin, yang menderita penyakit berat dan/ atau cacat bawaan, maupun yang tidak dapat diperbaiki sehingga menyulitkan bayi tersebut hidup diluar kandungan.b. Kehamilan akibat perkosaan yang dapat menyebabkan trauma psikologis bagi korban perkosaan.

(3) Tindakan sebagaimana dimaksud pada ayat (2) hanya dapat dilakukan setelah melalui konseling dan/atau penasehat pra tindakan dan diakhiri dengan konseling pasca tindakan yang dilakukan oleh konselor yang kompeten dan berwenang.(4) Ketentuan lebih lanjut mengenai indikasi kedaruratan medis dan perkosaan, sebagaimana diatur pada ayat (2) dan ayat (3) diatur dengan peraturan pemerintah.

Pasal 76

Aborsi sebagaimana dimaksud dalam pasal 75 hanya dapat dilakukan:

1. Sebelum kehamilan berumur 6 minggu dihitung dari hari pertama haid terakhir, kecuali dalam hal kedaruratan medis.2. Oleh tenaga kesehatan yang memiliki keterampilan dan kewenangan yang memiliki sertifikat yang ditetapkan oleh menteri.3. Dengan persetujuan ibu hamil.4. Dengan persetujuan suami, kecuali korban perkosaan, dan

5. Penyedia layanan kesehatan yang memenuhi syarat yang ditetapkan oleh menteri.Pasal 77

Pemerintah wajib melindungi dan mencegah perempuan dari aborsi sebagaimana dimaksud dalam pasal 75 ayat (2) dan (3) yang tidak bermutu, tidak aman, dan tidak bertanggung jawab serta bertentangan dengan norma agama dan ketentuan per- Undang-undangan. 12

VI. KESIMPULANAbortus medicinalis adalah tindakan mengakhiri kehamilan atas indikasi medik yaitu kehamilan yang dapat membahayakan jiwa ibu, misalnya karena pasien menderita penyakit jantung yang berat atau peristiwa pengakhiran kehamilan karena penyakit atau kelainan yang serius pada ibu dan jika kehamilan dilanjutkan akan membahayakan jiwa ibu. Sulit untuk mendapatkan data tentang abortus provocatus dengan atau tanpa indikasi medis (selanjutnya akan ditulis : abortus) di Indonesia. Paling sedikit ada dua sebabnya. Yang pertama, abortus dilakukan secara sembunyi. Yang kedua, bila timbul komplikasi hanya dilaporkan komplikasinya saja. Adapun indikasi abortus medicinalis, ialah: 1. Hamil di luar kandungan (kehamilan ektopik)

2. Hamil anggur (mola hidatidosa)

3. Cacat bawaan pada janin

Penyakit-penyakit dari ibu yang sedang mengandung, misalnya : Penyakit jantung organik dengan kegagalan jantung, Hipertensi, penyakit ginjal kronik, Tuberkulosis paru aktif, penyakit-penyakit metabolik, misalnya diabetes , penyakit keganasan pada saluran jalan lahir, misalnya kanker serviks, hipertensi pulmonal baik itu primer atau sekunder yang berlangsung lama, sindroma Marfan, hamil akibat perkosaan atau incest, penyakit kelainan jiwa berat disertai dengan kecenderungan untuk bunuh diri, kegagalan kontrasepsi.

Abortus buatan biasanya dilakukan dengan berbagai cara tergantung dari umur kehamilan itu sendiri. Pada triwulan pertama biasa dilakukan kuretase dan dilatasi, dilatasi dua tahap dan pengeluaran dengan cara penyedotan. Sedangkan pada triwulan kedua digunakan pemberian NaCl hipertonik, pemberian prostaglandin, prostaglandin sintetik (inisoprostol), oksitosin, pemberian antiprogestin dan antimetabolit.

Konseling menganjurkan kepada pasien untuk segera melakukan kontrasepsi yang disesuaikan dengan keadaan pasien, mengingat resiko untuk kehamilan selanjutnya. Perawatan dari segi psikis sangat diperlukan terutama karena pasien dengan abortus biasanya mengalami depresi, dimana dengan konseling dan perawatan psikologi diharapkan pasien dapat menerima konsekwensi dari keputusan dan meningkatkan kepercayaan diri dan memperbaiki stabilitas emosional.DAFTAR PUSTAKA1. Prawirohardjo Sarwono. Ilmu Kebidanan. Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo. Jakarta. 2009. Hal 460 461

2. Idries, M.Abdul dr, dr. Agung Legowo T. Penerapan Ilmu Kedokteran Forensik dalam Proses Penyidikan : Abortus dan Pembunuhan Anak. Jakarta : CV. Sagung seto. 2008. Hal. 168 1693. Guttmacher Institute. Abortion in Indonesia. New York. 2008 Series, no.2. [cited January 2013] available from URL : http://www.guttmacher.org/pubs/2008/10/15/IB_Abortion_Indonesia.pdf4. Hoediyanto, A Hariadi. Ilmu Kedokteran Forensikdan Medikolegal. Departemen Ilmu Kedokteran Forensik dan Medikolegal Fakultas Kedokteran Universitas Airlangga: Surabaya. Edisi ketujuh. Hal. 292-3015. Studdeford, William Emery,MD. The Common Medical Indication For Therapeutic Abortion. Bellevue Hospita1.1950. p 1-18.6. Trupin,Suzanne R,MD. Elective Abortion. Women And Healt Practice. Clinical Professor Of Obsterti and Gynecology. Universiti of Illionis.2010. p 1-77. Undang-Undang Republik Indonesia No. 23 Tahun 1992 Tentang Kesehatan.8. Undang-Undang Republik Indonesia No. 36 Tahun 2009 Tentang Kesehatan.