abortus provocatus medicinalis edit

34
ABORTUS PROVOKATUS MEDISINALIS I. PENDAHULUAN Istilah abortus digunakan untuk menunjukkan fetus yang mati atau nonviable yang beratnya kurang dari 500 gram ketika lahir. (1) Penelitian Faisal dan Ahmad (1997) menemukan bahwa walaupun aborsi dilarang oleh hukum, praktek aborsi di Indonesia, baik oleh dokter, bidan, maupun dukun tergolong tinggi, dan cenderung meningkat dari tahun ke tahun. Sampai 1997 diperkirakan dalam setahun di Indonesia terjadi 750.000 – 1.000.000 aborsi yang disengaja atau dengan risiko 16,7 – 22,2 aborsi per kelahiran hidup. Menurut Data Survei Demografi dan Kesehatan Indonesia (SDKI) yang mencakup perempuan kawin usia 15 – 49 tahun menemukan bahwa tingkat aborsi pada tahun 1997 diperkirakan 12 persen dari seluruh kehamilan yang terjadi. Angka tersebut tidak jauh berbeda dengan hasil analisa data Survei Demografi dan Kesehatan Indonesia (SDKI) tahun 2002 – 2003, yang menunjukkan bahwa 7,2 persen kelahiran tidak diinginkan (SDKI, 2002). (2, 3) Namun menurut Darwin (2000), sejak tahun 2000 diperkirakan kasus aborsi terjadi sebanyak 2 juta kasus per tahun. Hal ini tidak sesuai dengan KUHP yang 1

Upload: muh-rizal

Post on 08-Aug-2015

507 views

Category:

Documents


19 download

TRANSCRIPT

Page 1: Abortus Provocatus Medicinalis Edit

ABORTUS PROVOKATUS MEDISINALIS

I. PENDAHULUAN

Istilah abortus digunakan untuk menunjukkan fetus yang mati atau

nonviable yang beratnya kurang dari 500 gram ketika lahir. (1)

Penelitian Faisal dan Ahmad (1997) menemukan bahwa walaupun aborsi

dilarang oleh hukum, praktek aborsi di Indonesia, baik oleh dokter, bidan, maupun

dukun tergolong tinggi, dan cenderung meningkat dari tahun ke tahun. Sampai

1997 diperkirakan dalam setahun di Indonesia terjadi 750.000 – 1.000.000 aborsi

yang disengaja atau dengan risiko 16,7 – 22,2 aborsi per kelahiran hidup. Menurut

Data Survei Demografi dan Kesehatan Indonesia (SDKI) yang mencakup

perempuan kawin usia 15 – 49 tahun menemukan bahwa tingkat aborsi pada tahun

1997 diperkirakan 12 persen dari seluruh kehamilan yang terjadi. Angka tersebut

tidak jauh berbeda dengan hasil analisa data Survei Demografi dan Kesehatan

Indonesia (SDKI) tahun 2002 – 2003, yang menunjukkan bahwa 7,2 persen

kelahiran tidak diinginkan (SDKI, 2002). (2, 3)

Namun menurut Darwin (2000), sejak tahun 2000 diperkirakan kasus aborsi

terjadi sebanyak 2 juta kasus per tahun. Hal ini tidak sesuai dengan KUHP yang

melarang aborsi tanpa pengecualian, sementara UU No. 23 Tahun 1992 tentang

kesehatan (UUK) melarang dilakukannya aborsi kecuali ada indikasi medis dan

dalam keadaan darurat untuk menyelamatkan jiwa ibu. (2)

Perkiraan bahwa sejak tahun 2000 terjadi 2 juta kasus aborsi di Indonesia

dipertegas oleh hasil penelitian yang dilakukan pada tahun 2000 (Utomo dkk,

2001) di 10 kota besar (Jakarta, Bandung, Semarang, Surabaya, Yogyakarta,

Medan, Banjarmasin, Denpasar, Manado, dan Makassar), dan 6 kabupaten

(Sukabumi, Jepara, Lampung, Tana Toraja, Lombok Timur, dan Kupang) di

Indonesia oleh Pusat Penelitian Kesehatan Universitas Indonesia bekerjasama

dengan Pusat Kajian Pembangunan Masyarakat Universitas Atma Jaya, Fakultas

Kedokteran Universitas Udayana, Kelompok Kesehatan Reproduksi Fakultas

1

Page 2: Abortus Provocatus Medicinalis Edit

Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, Persatuan Obstetri dan Ginekolog

(POGI), Ikatan Bidan Indonesia, dan Perkumpulan Keluarga Berencana Indonesia

(PKBI). Hasil penelitian ini menemukan angka kejadian 2 juta tiap kasus aborsi

per tahun berarti 37 aborsi per 100 wanita usia 15 – 19 tahun, atau 43 aborsi per

100 kelahiran hidup, atau 30% dari kehamilan. Angka ini menunjukkan betapa

besar jumlah kehamilan yang tidak diinginkan (KTD). (2)

II. DEFINISI

Kata abortion dalam Blaks’s Law Dictionary, yang diterjemahkan menjadi

aborsi dalam bahasa Indonesia mengandung arti: “The spontaneous or artifcially

induced expulsion of an embrio or featus. As used in illegal context refers to

induced abortion. Keguguran dengan keluarnya embrio atau fetus tidak semata –

mata karena terjadi secara alamiah, akan tetapi juga disengaja atau terjadi karena

adanya campur tangan (provokasi) manusia. (4)

Abortus provokatus adalah istilah latin yang secara resmi dipakai dalam

kalangan kedokteran dan hukum, yang artinya adalah dengan sengaja mengakhiri

kehidupan kandungan dalam rahim seorang wanita hamil. Berbeda dengan abortus

spontan yaitu kandungan seorang wanita hamil yang gugur secara spontan. Untuk

itu perlu dibedakan antara pengguguran kandungan dan keguguran. Pengguguran

kandungan dilakukan dengan sengaja, sedangkan keguguran terjadi tidak

disengaja. Untuk menunjukkan pengguguran kandungan, istilah yang sering

digunakan sekarang adalah aborsi. (4)

Sedangkan dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia aborsi adalah

terpencarnya embrio yang tidak mungkin lagi hidup sebelum habis bulan keempat

dari kehamilan atau aborsi bisa didefinisikan pengguguran janin embrio setelah

melebihi masa dua bulan kehamilan. Menurut perspektif medis aborsi adalah

penghentian kehamilan setelah tertanamnya telur (ovum) yang telah dibuahi dalam

rahim (uterus) sebelum usia janin (fetus) mencapai 20 minggu. (4)

Aborsi menurut konstruksi yuridis peraturan perundang – undangan di

Indonesia adalah tindakan mengugurkan atau mematikan kandungan yang

dilakukan dengan sengaja oleh seorang wanita atau orang yang disuruh

melakukan untuk itu. Wanita hamil dalam hal ini adalah wanita yang hamil atas

2

Page 3: Abortus Provocatus Medicinalis Edit

kehendaknya ingin mengugurkan kandungannya, sedangkan tindakan yang

menurut KUHP dapat disuruh untuk lakukan itu adalah tabib, bidan atau juru obat.

Pengguguran kandungan atau pembunuhan janin yang ada di dalam kandungan

dapat dilakukan dengan berbagai cara, misalnya: dengan obat yang diminum atau

dengan alat yang dimasukkan ke dalam rahim wanita melalui lubang kemaluan

wanita. (4)

III. INSIDEN

Menurut Badan Kesehatan Dunia (WHO) diperkirakan 4,2 juta abortus

dilakukan setiap tahun di Asia Tenggara, dengan perincian :

1,3 juta dilakukan di Vietnam dan Singapura

Antara 750.000 sampai 1,5 juta di Indonesia

Antara 155.000 sampai 750.000 di Filipina

Antara 300.000 sampai 900.000 di Thailand (5)

Sebanyak 83% dari seluruh kasus aborsi terjadi di negara berkembang dan

17% terjadi di negara maju. Hasil survei yang diselenggarakan oleh suatu lembaga

penelitian di New York yang dimuat dalam International Family Planning

Perspectives, Juni 1997, memberikan gambaran lebih lanjut tentang abortus di

Asia Selatan dan Asia Tenggara, termasuk Indonesia. Abortus di Indonesia

dilakukan baik di daerah perkotaan maupun pedesaan dan dilakukan tidak hanya

oleh mereka yang mampu tapi juga oleh mereka yang kurang mampu. (5)

3

Page 4: Abortus Provocatus Medicinalis Edit

Tabel 1. Pelaku abortus di perkotaan dan pedesaan

(Dikutip dari kepustakaan nomor 5)

Cara abortus yang dilakukan oleh dokter dan bidan/perawat adalah berturut –

turut: kuret isap (91%), dilatasi dan kuretase (30%), prostaglandin/suntikan (4%).

Abortus yang dilakukan sendiri atau dukun memakai obat/hormon (8%),

jamu/obat tradisional (33%), alat lain (17%) dan pemijatan (79%). (5)

Survei yang dilakukan di beberapa klinik di Jakarta, Medan, Surabaya dan

Denpasar menunjukkan bahwa abortus dilakukan 89% pada wanita yang sudah

menikah, 11% pada wanita yang belum menikah dengan perincian: 45% akan

menikah kemudian, 55% belum ada rencana menikah. Sedangkan golongan umur

mereka yang melakukan abortus: 34% berusia antara 30 – 46 tahun, 51% berusia

antara 20 – 29 tahun dan sisanya 15% berusia di bawah 20 tahun. (5)

IV. PEMBAGIAN ABORTUS MENURUT PROSES TERJADINYA

A) Abortus Spontan

Abortus spontan adalah abortus yang terjadi tanpa didahului faktor –

faktor mekanis ataupun medicinalis, semata – mata disebabkan oleh faktor

alamiah. (6)

B) Abortus Provokatus (Induced Abortion)

Abortus provokatus (induced abortion) adalah abortus yang disengaja,

baik dengan memakai obat – obatan maupun alat – alat. Abortus provokatus

terbagi menjadi dua:

a. Abortus Provokatus Medicinalis (Abortus provocatus therapeutica)

Abortus provokatus medicinalis adalah abortus yang dilakukan

dengan alasan bila kehamilan dilanjutkan, dapat membahayakan jiwa ibu

(berdasarkan indikasi medis). (6)

b. Abortus Provokatus Kriminalis

4

Page 5: Abortus Provocatus Medicinalis Edit

Abortus provokatus kriminalis adalah abortus yang terjadi karena

tindakan – tindakan yang tidak legal atau tidak berdasarkan indikasi

medis. (6)

V. TAHAP PERKEMBANGAN JANIN

Proses kehamilan adalah proses dimana bertemunya sel telur dengan sel

sperma hingga terjadi pembuahan. Proses kehamilan (gestasi) berlangsung selama

40 minggu atau 280 hari dihitung dari hari pertama menstruasi terakhir. Usia

kehamilan sendiri adalah 38 minggu, karena dihitung mulai dari tanggal konsepsi

(tanggal bersatunya sperma dengan telur), yang terjadi dua minggu setelahnya.(7)

A) Trimester Pertama (Minggu 0 – 12)

Dalam fase ini ada tiga periode penting pertumbuhan mulai dari periode

germinal sampai periode terbentuknya fetus. (7)

1. Periode Germinal (Minggu 0 – 3)

Pembuahan terjadi pada akhir minggu kedua. Sel telur yang telah

dibuahi membelah dua 30 jam setelah dibuahi. Sambil terus membelah, sel

telur bergerak di dalam lubang falopi menuju rahim. Setelah membelah

menjadi 32, sel telur disebut morula. Sel – sel mulai berkembang dan hingga

blastocyst tertanam pada endometrium. (7)

2. Periode Embrio (Minggu 3 – 8 )

Pada minggu keempat, embrio mulai terbentuk dan memproduksi

hormon kehamilan, Human Chorionic Gonadotropin hormone. Janin mulai

membentuk struktur manusia. Saat ini telah terjadi pembentukan otak dan

tulang belakang serta jantung dan aorta. Proses terbentuknya sistem saraf

pusat, organ – organ utama dan struktur anatomi seperti mata, mulut dan

lidah, sedangkan hati mulai memproduksi sel darah. (7)

Pada minggu kelima, terbentuk 3 lapisan yaitu ectoderm, mesoderm

dan endoderm. Ectoderm adalah lapisan yang paling atas yang akan

membentuk sistem saraf pada janin tersebut yang seterusnya membentuk

otak, tulang belakang, kulit serta rambut. Lapisan mesoderm berada pada

lapisan tengah yang akan membentuk organ jantung, tulang dan organ

5

Page 6: Abortus Provocatus Medicinalis Edit

reproduktif. Lapisan endoderm yaitu lapisan paling dalam yang akan

membentuk usus, hati, pankreas dan kandung kemih. (7)

Pada minggu keenam hingga kedelapan, sistem pencernaan dan

pernafasan mulai dibentuk, bagian wajah mulai terbentuk, anggota tangan

serta kaki juga terbentuk walaupun belum sempurna. (7)

3. Periode Fetus (Minggu 9 – 12)

Periode dimana semua organ penting terus bertumbuh dengan cepat

dan saling berkaitan dan aktivitas otak sangat tinggi. Semua organ penting

yang telah terbentuk mulai bekerjasama. Pertumbuhan otak meningkat

dengan cepat, hampir 250.000 sel saraf baru diproduksi setiap menit. Janin

mulai tampak seperti manusia kecil dengan panjang 32-43 mm dan berat 7

gram. Pada akhir trimester pertama, plasenta berkembang untuk menyediakan

oksigen, nutrisi dan pertukaran hasil metabolisme janin. (7)

Gambar 1. Perkembangan Janin Trimester I

Dikutip dari kepustakaan nomor 7

B) Trimester kedua (Minggu 12 – 24)

Bayi telah terbentuk sepenuhnya dan membutuhkan nutrisi melalui plasenta.

Bayi telah mempunyai tulang yang kuat dan mulai bisa mendengar suara. Dalam

proses pembentukan ini sistem peredaran darah adalah yang pertama terbentuk

dan berfungsi. Pada trimester kedua ini terjadi peningkatan perkembangan janin.

Pada minggu ke-18 kita bisa melakukan pemeriksaan dengan ultrasongrafi (USG)

untuk mengecek kesempurnaan janin, posisi plasenta dan kemungkinan bayi

6

Page 7: Abortus Provocatus Medicinalis Edit

kembar. Jaringan kuku, kulit dan rambut berkembang dan mengeras pada minggu

ke 20 – 21. Indera penglihatan dan pendengaran janin mulai berfungsi. Kelopak

mata sudah dapat membuka dan menutup. Janin (fetus) mulai tampak sebagai

sosok manusia dengan panjang 30 cm. (7)

Gambar 2. Perkembangan Janin Trimester II

Dikutip dari kepustakaan nomor 7

C) Trimester ketiga (24 -40)

Dalam trimester ini semua organ tubuh tumbuh dengan sempurna. Janin

menunjukkan aktivitas motorik yang terkoordinasi seperti menendang serta sudah

memiliki periode tidur dan bangun. Masa tidurnya jauh lebih lama dibandingkan

masa bangun. Paru – paru berkembang pesat menjadi sempurna.

Pada bulan ke – 9 ini, janin mengambil posisi kepala di bawah dan siap untuk

dilahirkan. Berat bayi lahir berkisar antara 3 – 3,5 kg dengan panjang 50 cm. (7)

VI. METODE PELAKSANAAN ABORTUS PROVOKATUS MEDISINALIS

Abortus provokatus medisinalis yang dilakukan meski dilakukan dengan

prosedur lege artis, tetap saja mengandung risiko kesehatan baik bagi si ibu.

Dapat dilakukan melalui manipulasi vagina atau uterus.

Cara melakukan abortus buatan dalam garis besarnya dibedakan antara

kehamilan triwulan ke – 1 dan triwulan ke – 2. Perbedaannya ialah pada

kehamilan sampai 12 minggu isi kandungan belum besar, sehingga tindakan untuk

7

Page 8: Abortus Provocatus Medicinalis Edit

mengeluarkan janin pada umumnya dapat dilakukan dalam satu tahap sesudah

kanalis servikalis dilebarkan. Pada kehamilan yang lebih tua, karena besarnya

janin, hal ini tidak mungkin dilakukan sehingga uterus perlu dirangsang untuk

berkontaksi dan mengeluarkan janin dan plasenta seperti pada persalinan biasa.

Cara melakukan abortus tersebut yaitu:

A) Abortus buatan pada triwulan ke 1 (sampai 12 minggu)

1) Metode Penyedotan (Suction Curretage)

Pada 1 – 3 bulan pertama dalam kehidupan janin, aborsi dilakukan

dengan metode penyedotan. Teknik inilah yang paling banyak dilakukan

untuk kehamilan usia dini. Mesin penyedot bertenaga kuat dengan ujung

tajam dimasukkan ke dalam rahim lewat mulut rahim yang sengaja

dimekarkan. Penyedotan ini mengakibatkan tubuh bayi berantakan dan

menarik ari – ari (plasenta) dari dinding rahim. Hasil penyedotan berupa

darah, cairan ketuban, bagian – bagian plasenta dan tubuh janin terkumpul

dalam botol yang dihubungkan dengan alat penyedot ini. Penggunaan metode

ini harus teliti dan hati – hati untuk menghindari robeknya rahim. Kesalahan

penyedotan dapat mengakibatkan pendarahan hebat yang terkadang berakhir

pada operasi pengangkatan rahim. Peradangan dapat terjadi jika masih ada

sisa – sisa plasenta atau bagian dari janin yang tertinggal di dalam rahim. Hal

inilah yang paling sering terjadi yang dikenal dengan komplikasi pasca

aborsi. (8)

2) Dilatasi dan Kuretasi (D&C)

Dalam teknik ini, mulut rahim dibuka atau dimekarkan dengan paksa

untuk memasukkan pisau baja yang tajam. Bagian tubuh janin dipotong

berkeping – keping dan diangkat, sedangkan plasenta dikerok dari dinding

rahim. Darah yang hilang selama dilakukannya metode ini lebih banyak

dibandingkan dengan metode penyedotan. Komplikasi yang paling sering

terjadi adalah inflamasi dan robeknya rahim yang dapat berlanjut hingga ke

vesika urinaria. (8)

8

Page 9: Abortus Provocatus Medicinalis Edit

Gambar 3. Dilatasi dan Evakuasi Pada Aborsi

Dikutip dari kepustakaan nomor (9)

3) Pil RU 486

Teknik ini menggunakan 2 hormon sintetik yaitu mifepristone dan

misoprostol untuk secara kimiawi menginduksi kehamilan usia 5 – 9 minggu.

Di Amerika Serikat, prosedur ini dijalani dengan pengawasan ketat dari klinik

aborsi yang mengharuskan kunjungan sedikitnya 3 kali ke klinik tersebut.

Pada kunjungan pertama, wanita hamil tersebut diperiksa dengan seksama.

Jika tidak ditemukan kontra – indikasi (seperti perokok berat, penyakit asma,

darah tinggi, kegemukan) yang dapat mengakibatkan kematian pada wanita

hamil itu, maka ia diberikan pil RU 486. (8)

Kerja RU 486 adalah untuk memblokir hormon progesteron yang

berfungsi vital untuk menjaga jalur nutrisi ke plasenta tetap lancar. Karena

pemblokiran ini, maka kebutuhan nutrisi janin tidak terpenuhi sehingga janin

bisa mati. Pada kunjungan kedua, yaitu 36-48 jam setelah kunjungan pertama,

wanita hamil ini diberikan suntikan hormon prostaglandin, biasanya

misoprostol, yang mengakibatkan terjadinya kontraksi rahim dan membuat

janin terlepas dari rahim. Kebanyakan wanita mengeluarkan isi rahimnya itu

dalam 4 jam saat menunggu di klinik, tetapi 30% dari mereka mengalami hal

9

Page 10: Abortus Provocatus Medicinalis Edit

ini di rumah, di tempat kerja, di kendaraan umum, atau di tempat – tempat

lainnya, ada juga yang perlu menunggu hingga 5 hari kemudian. Kunjungan

ketiga dilakukan kira – kira 2 minggu setelah pengguguran kandungan, untuk

mengetahui apakah aborsi telah berlangsung. Jika belum, maka operasi perlu

dilakukan (5 – 10% dari seluruh kasus). Ada beberapa kasus serius dari

penggunaan RU 486, seperti aborsi yang tidak terjadi hingga 44 hari

kemudian, pendarahan hebat, pusing, muntah – muntah, rasa sakit hingga

kematian. Sedikitnya seorang wanita Perancis meninggal sedangkan beberapa

lainnya mengalami serangan jantung. (8)

Di Amerika Serikat, percobaan penggunaan RU 486 diadakan pada

tahun 1995. Seorang wanita diketahui hampir meninggal setelah kehilangan

separuh dari volume darahnya dan akhirnya memerlukan operasi darurat.

Efek jangka panjang dari RU 486 belum diketahui secara pasti, tetapi

beberapa alasan yang dapat dipercaya mengatakan bahwa RU 486 tidak saja

mempengaruhi kehamilan yang sedang berlangsung, tetapi juga dapat

mempengaruhi kehamilan selanjutnya, yaitu kemungkinan keguguran spontan

dan cacat pada bayi yang dikandung. (8)

4) Suntikan Methotrexate (MTX)

Prosedur dengan MTX sama dengan RU 486, hanya saja obat ini

disuntikkan ke dalam badan. MTX pada mulanya digunakan untuk menekan

pertumbuhan pesat sel – sel, seperti pada kasus kanker, dengan menetralisir

asam folat yang berguna untuk pemecahan sel. MTX ternyata juga menekan

pertumbuhan pesat trophoblastoid, selaput yang menyelubungi embrio yang

juga merupakan cikal bakal plasenta. Trophoblastoid tidak saja berfungsi

sebagai 'sistem penyanggah hidup' untuk janin yang sedang berkembang atau

mengambil oksigen dan nutrisi dari darah calon ibu serta membuang

karbondioksida dan produk – produk buangan lainnya, tetapi juga

memproduksi hormon hCG (human chorionic gonadotropin), yang

memberikan tanda pada corpus luteum untuk terus memproduksi hormon

progesteron yang berguna untuk mencegah gagal rahim dan keguguran. (8)

10

Page 11: Abortus Provocatus Medicinalis Edit

MTX menghancurkan integrasi dari lingkungan yang menopang,

melindungi dan menyuburkan pertumbuhan janin, sehingga janin akan

kekurangan nutrisi. Sekitar 3 – 7 hari kemudian, tablet misoprostol

dimasukkan ke dalam kelamin wanita hamil tersebut untuk memicu

terlepasnya janin dari rahim. Terkadang, hal ini terjadi beberapa jam setelah

masuknya misoprostol, tetapi sering juga terjadi perlunya penambahan dosis

misoprostol. Hal ini membuat cara aborsi dengan menggunakan suntikan

MTX dapat berlangsung berminggu – minggu. Si wanita hamil itu akan

mendapatkan pendarahan selama berminggu – minggu (42 hari dalam sebuah

studi kasus), bahkan terjadi perdarahan hebat. Wanita yang masih

mengandung pada kunjungan ke klinik aborsi selanjutnya, harus menjalani

operasi untuk mengeluarkan janin itu. (8)

Efek samping yang tercatat dalam studi kasus adalah sakit kepala, rasa

sakit, diare, penglihatan yang menjadi kabur, dan yang lebih serius adalah

depresi sumsum tulang belakang, kekurangan darah, kerusakan fungsi hati.

Meski para dokter aborsi yang menggunakan MTX menepis efek – efek

samping MTX dan mengatakan MTX dosis rendah baik untuk digunakan

dalam proses aborsi, dokter – dokter aborsi lainnya tidak setuju karena pada

paket injeksi yang digunakan untuk aborsi juga tertera peringatan bahaya

racun walau MTX digunakan dalam dosis rendah.(8)

B) Abortus buatan pada trimester kedua (kehamilan sesudah 16 minggu)

1) Metode Dilatasi dan Evakuasi (D&E)

Metode ini digunakan untuk membuang janin hingga usia 24 minggu.

Metode ini sejenis dengan D&C, hanya dalam D&E digunakan tang penjepit

(forsep) dengan ujung pisau tajam untuk merobek – robek janin. Hal ini

dilakukan berulang – ulang hingga seluruh tubuh janin dikeluarkan dari

rahim. Karena pada usia kehamilan ini tengkorak janin sudah mengeras, maka

tengkorak ini perlu dihancurkan supaya dapat dikeluarkan dari rahim. Jika

tidak berhati – hati dalam pengeluarannya, potongan tulang – tulang yang

runcing mungkin dapat menusuk dinding rahim dan menimbulkan luka rahim

yang bisa meangakibatkan perdarahan. (8)

11

Page 12: Abortus Provocatus Medicinalis Edit

2) Metode Racun Garam (Saline)

Caranya ialah dengan meracuni air ketuban. Teknik ini digunakan saat

kandungan berusia 16 minggu, saat air ketuban sudah cukup melingkupi

janin. Jarum disuntikkan ke dalam uterus dan 50 – 250 ml (kira – kira

secangkir) air ketuban dikeluarkan, diganti dengan larutan konsentrasi garam.

Janin yang sudah mulai bernafas, menelan garam dan teracuni. Larutan kimia

ini juga membuat kulit janin terbakar dan memburuk. Biasanya, setelah kira –

kira satu jam, janin akan mati. Sekitar 33 – 35 jam setelah suntikan larutan

garam itu bekerja, wanita hamil itu akan melahirkan anak yang telah mati

dengan kulit hitam karena terbakar. Kira-kira 97% dari wanita yang memilih

aborsi dengan cara ini melahirkan anaknya 72 jam setelah suntikan diberikan.

Suntikan larutan garam ini juga memberikan efek samping pada wanita yang

menggunakannya yang disebut "Konsumsi Koagulopati" (pembekuan darah

yang tak terkendali di seluruh tubuh), juga dapat menimbulkan pendarahan

hebat dan efek samping serius pada sistem saraf pusat. Serangan jantung

mendadak, koma, atau kematian mungkin juga dihasilkan oleh suntikan saline

lewat sistem pembuluh darah. (8)

3) Urea

Karena bahaya penggunaan saline, maka suntikan lain yang biasa

dipakai adalah hiperosmolar urea, walau metode ini kurang efektif dan

biasanya harus disertai dengan asupan hormon oxytocin atau prostaglandin

agar dapat mencapai hasil maksimal. Gagal aborsi atau tidak tuntasnya aborsi

sering terjadi dalam menggunakan metode ini, sehingga operasi pengangkatan

janin dilakukan. Seperti teknik suntikan aborsi lainnya, efek samping yang

sering ditemui adalah pusing atau muntah – muntah. Masalah umum dalam

aborsi pada trimester kedua adalah perlukaan rahim, yang berkisar dari

perlukaan kecil hingga perobekan rahim. Antara 1 – 2% dari pasien pengguna

metode ini terkena endometriosis/peradangan dinding rahim. (8)

4) Prostaglandin

Prostaglandin merupakan hormon yang diproduksi secara alami oleh

tubuh dalam proses melahirkan. Injeksi dari konsentrasi buatan hormon ini ke

12

Page 13: Abortus Provocatus Medicinalis Edit

dalam air ketuban memaksa proses kelahiran berlangsung, mengakibatkan

janin keluar sebelum waktunya dan tidak mempunyai kemungkinan untuk

hidup sama sekali. Sering juga garam atau racun lainnya diinjeksi terlebih

dahulu ke cairan ketuban untuk memastikan bahwa janin akan lahir dalam

keadaan mati, karena tak jarang terjadi janin lolos dari trauma melahirkan

secara paksa ini dan keluar dalam keadaan hidup. Efek samping penggunaan

prostaglandin tiruan ini adalah bagian dari plasenta yang tertinggal karena

tidak luruh dengan sempurna, trauma rahim karena proses kalahiran yang

dipaksa, infeksi, pendarahan, gagal pernafasan, gagal jantung, perobekan

rahim.(8)

5) Partial Birth Abortion

Metode ini sama seperti melahirkan secara normal, karena janin

dikeluarkan lewat jalan lahir. Aborsi ini dilakukan pada wanita dengan usia

kehamilan 20 – 32 minggu, mungkin juga lebih tua dari itu. Dengan bantuan

alat USG, forsep (tang penjepit) dimasukkan ke dalam rahim, lalu janin

ditangkap dengan forsep itu. Tubuh janin ditarik keluar dari jalan lahir (kecuali

kepalanya). Pada saat ini, janin masih dalam keadaan hidup. Lalu, gunting

dimasukkan ke dalam jalan lahir untuk menusuk kepala bayi itu agar terjadi

lubang yang cukup besar. Setela itu, kateter penyedot dimasukkan untuk

menyedot keluar otak bayi. Kepala yang hancur lalu dikeluarkan dari dalam

rahim bersamaan dengan tubuh janin yang lebih dahulu ditarik keluar. (8)

C) Abortus pada kehamilan trimester ketiga

Sejenis dengan metode operasi caesar, metode ini digunakan jika cairan kimia

yang digunakan/disuntikkan tidak memberikan hasil memuaskan. Sayatan dibuat

di perut dan rahim.(8)

Bayi beserta ari-ari serta cairan ketuban dikeluarkan. Terkadang, bayi

dikeluarkan dalam keadaan hidup, yang membuat satu pertanyaan bergulir:

bagaimana, kapan dan siapa yang membunuh bayi ini? Metode ini memiliki resiko

tertinggi untuk kesehatan wanita, karena ada kemungkinan terjadi perobekan

13

Page 14: Abortus Provocatus Medicinalis Edit

rahim. Dalam 2 tahun pertama legalisasi aborsi di kota New York, tercatat 271,2

kematian per 100.000 kasus aborsi dengan cara ini.(8)

VII. ASPEK MEDIKOLEGAL ABORTUS PROVOKATUS MEDICINALIS

KODEKI BaB II butir 7d

“Seorang dokter harus senantiasa mengingat akan kewajiban melindungi hidup

makhluk insani.” (10)

Sumpah Hiprocates

“Saya tidak akan memberikan obat yang mematikan kepada siapa pun meskipun

diminta, atau menganjurkan kepada mereka untuk tujuan itu. Atas dasar yang

sama, saya tidak akan memberikan obat untuk menggugurkan kandungan”.

Lafal Sumpah Kedokteran

“Saya akan menghormati setiap hidup insani mulai saat pembuahan”.

Deklarasi Oslo (1970)

- Abortus buatan legal hanya dilakukan sebagai suatu tindakan terapeutik yang

keputusanya disetujui secara tertulis oleh 2 orang dokter yang dipilih berkat

kompetensi profesional mereka dan prosedur operasionalnya dilakukan oleh

seorang dokter yang kompeten diinstalasi yang diakui suatu otoritas yang sah,

dengan syarat tindakan tersebut disetujui oleh ibu hamil bersangkutan, suami, atau

keluarga.

- Jika dokter yang melaksanakan tindakan tersebut merasa bahwa hati nuraninya

tidak membenarkan ia melakukan pengguguran itu, ia berhak mengundurkan diri

dan menyerahkan pelaksanaan tindakan medik itu kepada teman sejawat lain yang

kompeten.

- Yang dimaksud indikasi medis dalam abortus buatan legal ini adalah suatu

kondisi yag benar-benar mengharuskan diambil tindakan tersebut sebab tanpa

tindakan tersebut dapat membahayakan jiwa ibu atau adanya ancaman gangguan

fisik, mental, dan psikososial jika kehamilan dilanjutkan, atau resiko yang sangat

14

Page 15: Abortus Provocatus Medicinalis Edit

jelas bahwa anak yang akan dilahirkan menderita cacat mental, atau cacat fisik

yang berat.

Hukum

UU. Kesehatan No. 36 tahun 2009 pasal 75-77

1. Pasal 75

- Setiap orang dilarang melakukan aborsi

- Larangan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dapat dikecualikan berdasarkan:

Indikasi kedaruratan medis yang dideteksi sejak usia dini kehamilan, baik yang

mengancam nyawa ibu dan/ atau janin, yang menderita penyakit berat dan/ atau

cacat bawaan, maupun yang tidak dapat diperbaiki sehingga menyulitkan bayi

tersebut hidup diluar kandungan.

- Tindakan sebagaimana dimaksud pada ayat (2) hanya dapat dilakukan setelah

melalui konseling dan/atau penasehat pra tindakan dan diakhiri dengan konseling

pasca tindakan yang dilakukan oleh konselor yang kompeten dan berwenang.

2. Pasal 76

Aborsi sebagaimana dimaksud dalam pasal 75 hanya dapat dilakukan:

- Sebelum kehamilan berumur 6 minggu dihitung dari hari pertama haid terakhir,

kecuali dalam hal kedaruratan medis.

- Oleh tenaga kesehatan yang memiliki keterampilan dan kewenangan yang

memiliki sertifikat yang ditetapkan oleh menteri.

- Dengan persetujuan ibu hamil.

- Dengan persetujuan suami, kecuali korban perkosaan, dan

- Penyedia layanan kesehatan yang memenuhi syarat yang ditetapkan oleh menteri.

3. Pasal 77

Pemerintah wajib melindungi dan mencegah perempuan dari aborsi

sebagaimana dimaksud dalam pasal 75 ayat (2) dan (3) yang tidak bermutu, tidak

aman, dan tidak bertanggung jawab serta bertentangan dengan norma agama dan

ketentuan per- Undang-undang-an.

15

Page 16: Abortus Provocatus Medicinalis Edit

KUHP

Pasal 299,

1. Barang siapa dengan sengaja mengobati seorang wanita atau menyuruhnya supaya

diobati, dengan diberitahukan atau ditimbulkan harapan, bahwa karena

pengobatan itu hamilnya dapat digugurkan, diancam dengan pidana penjara paling

lama empat tahun atau denda paling banyak tiga ribu rupiah.

2. Jika yang bersalah, berbuat demikian untuk mencari keuntungan, atau menjadikan

perbuatan tersebut sebagai pencarian atau kebiasaan, atau jika dia seorang tabib,

bidan, atau juru obat, pidananya ditambah sepertiga.

3. Jika yang bersalah, melakukan kejahatan tersebut, dalam menjalani pencarian

maka dapat dicabut haknya untuk melakukan pencarian itu.

Pasal 346

“Seorang wanita yang sengaja menggugurkan atau mematikan kandungannya atau

menyuruh orang lain untuk itu, diancam dengan pidana penjara paling lama

empat tahun”.

Pasal 347

1. Barang siapa dengan sengaja menggugurkan atau mematikan kandungan seorang

wanita tanpa persetujuannya, diancam dengan pidana penjara paling lama dua

belas tahun.

2. Jika perbuatan itu mengakibatkan matinya wanita tersebut, diancam dengan

pidana penjara paling lama lima belas tahun.

Pasal 348

1. Barang siapa dengan sengaja menggunakan atau mematikan kandungan

seorang wanita dengan persetujuannya, diancam dengan pidana penjara paling

lama lima tahun enam bulan.

2. Jika perbuatan itu mengakibatkan matinya wanita tersebut, diancam dengan

pidana penjara paling lama tujuh tahun.

Pasal 349

16

Page 17: Abortus Provocatus Medicinalis Edit

“Jika seorang dokter, bidan atau juru obat membantu melakukan kejahatan

berdasar kan pasal 346, ataupun membantu melakukan salah satu kejahatan dalam

pasal 347 dan 348, maka pidana yang ditentukan dalam pasal itu dapat dditambah

dengan sepertiga dan dapat dicabut hak untuk menjalankan pencaharian dalam mana

kejahatan dilakukan”.

UU No.23 Tahun 1992 Tentang Kesehatan

Pasal 15 ayat (1) dan ayat (2) dipidana dengan pidana penjara paling lama 15

(lima belas) tahun dan pidana denda paling banyak Rp. 500.000.000 (lima ratus

juta rupiah). 10,13

Pada penjelasan UU No.23 Tahun 1992 Pasal 15 dinyatakan sebagai berikut :

Ayat (1) : “Tindakan medis dalam bentuk pengguguran kandungan dengan alasan

apapun, dilarang karena bertentangan dengan norma hukum, norma agama, norma

kesusilaan dan norma kesopanan”. Namun dalam keadaan darurat sebagai upaya

untuk menyelamatkan jiwa ibu atau janin yang dikandungnya dapat diambil

tindakan medis tertentu.

Ayat (2)

Butir (a) : Indikasi medis adalah suatu kondisi yang benar – benar mengharuskan

diambil tindakan medis tertentu, sebab tanpa tindakan medis tertentu itu, ibu

hamil dan janinnya terancam bahaya maut.

Butir (b) : Tenaga kesehatan yang dapat melakukan tindakan medis tertentu

adalah tenaga yang memiliki keahlian dan kewenangan untuk melakukannya,

yaitu seorang dokter ahli kebidanan dan penyakit kandungan.

Butir (c) : Hak utama untuk memberikan persetujuan ada pada ibu hamil yang

bersangkutan, kecuali dalam keadaan tidak sadar atau tidak dapat memberikan

persetujuannya, dapat diminta dari suami atau keluarganya.

Butir (d) : Sarana kesehatan tertentu adalah sarana kesehatan yang memiliki

tenaga dan peralatan yang memadai untuk tindakan tersebut dan telah ditunjuk

oleh pemerintah.

Ayat (3) : Dalam Peraturan Pemerintah sebagai pelaksanaan dari pasal ini

dijabarkan antara lain mengenal keadaan darurat dalam menyelamatkan jiwa ibu

17

Page 18: Abortus Provocatus Medicinalis Edit

hamil atau janinnya, tenaga kesehatan mempunyai keahlian dan kewenagan

bentuk persetujuan, sarana kesehatan yang ditunjuk.

Abortus buatan legal, yaitu abortus buatan yang sesuai dengan ketentuan –

ketentuan sebagaimana diatur dalam pasal 15 UU No.23 Tahun 1992 tentang

kesehatan, yakni harus memenuhi hal sebagai berikut :

a. Berdasarkan indikasi medis yang mengharuskan diambilnya tindakan tersebut;

b. Oleh tenaga kesehatan yang mempunyai keahlian dan kewenangan;

c. Dengan persetujuan ibu hamil yang bersangkutan atau suami atau keluarganya;

d. Pada sarana kesehatan tertentu.

Berdasarkan hukum yang berlaku di Indonesia, maka tindakan aborsi tidak

diperbolehkan apapun alasannya di luar alasan medis. Ketentuan dalam KUHP

Bab XIX Pasal 346, 347, 348, 349 dan Pasal 299 tersebut dilandasi suatu

pemikiran atau paradigma bahwa anak yang masih dalam kandungan merupakan

subjek hukum sehingga berhak untuk mendapatkan perlindungan hukum. Selain

itu, apabila dilihat dari aspek hak asasi manusia bahwa setiap orang berhak untuk

hidup maupun mempertahankan hidupnya sehingga pengakhiran kandungan

(aborsi) dapat dikualifikasikan sebagai tindakan yang melanggar hak asasi

manusia. Dengan kata lain paradigma yang digunakan adalah paradigma yang

mengedepankan hak anak (pro-life). Oleh karena itu dalam KUHP tindakan aborsi

dikualifikasikan sebagai kejahatan terhadap nyawa. Adapun yang dapat dikenai

sanksi pidana berkaitan dengan perbuatan aborsi adalah perempuan yang

menggugurkan kandungannya itu sendiri dan juga mereka yang terlibat dalam

proses terjadinya aborsi seperti dokter, bidan atau juru obat.

Aborsi apabila ditinjau dari prespektif hak perempuan diatur dalam

Undang – Undang Republik Indonesia Nomor 36 Tahun 2009 Tentang Kesehatan.

Ada kasus-kasus tertentu yang membuat perempuan hamil harus memutuskan

untuk melakukan aborsi. Sebagai contoh hamil karena perbuatan kriminal yaitu

akibat terjadinya kehamilan yang tidak dikehendaki karena perkosaan. Hal ini

juga didukung dengan pasal 15 ayat (1) dan (2) Undang-Undang Kesehatan

Nomor 13 tahun 1992 dipahami sebagai wujud adanya perlindungan terhadap hak

perempuan, maka logikanya alasan medis sebagai upaya untuk meyelamatkan

18

Page 19: Abortus Provocatus Medicinalis Edit

jiwa ibu hamil harus dapat pula diberikan kepada perempuan yang mengalami

trauma psikis akibat kejahatan seksual. Bila Undang – Undang Kesehatan

memberikan kewenangan tenaga kesehatan untuk menyatakan seorang perempuan

yang sedang hamil harus diaborsi dengan alasan medis dan untuk pelaksanaannya

harus dengan persetujuan perempuan yang bersangkutan, suami atau keluarganya,

maka tentunya perempuan itu sendiri sebagai orang yang mempunyai hak atas

fungsi reproduksinya juga berwenang untuk mengambil keputusan atas dirinya

sendiri apabila dirasakan kehamilan itu membawa penderitaan atau trauma

berkepanjangan. Keputusan untuk melakukan aborsi dalam kasus seperti ini baru

dapat dikatakan legal atau dibenarkan oleh hukum apabila ada persetujuan dari

tenaga ahli seperti Psikiater atau Psikolog.

VIII. SYARAT-SYARAT ABORSI DILEGALKAN

Berdasarkan deklarasi OSLO 1970

- Abortus buatan legal hanya dilakukan sebagai suatu tindakan terapeutik

yang keputusanya disetujui secara tertulis oleh 2 orang dokter yang dipilih

berkat kompetensi profesional mereka dan prosedur operasionalnya

dilakukan oleh seorang dokter yang kompeten diinstalasi yang diakui

suatu otoritas yang sah, dengan syarat tindakan tersebut disetujui oleh ibu

hamil bersangkutan, suami, atau keluarga.

- Jika dokter yang melaksanakan tindakan tersebut merasa bahwa hati

nuraninya tidak membenarkan ia melakukan pengguguran itu, ia berhak

mengundurkan diri dan menyerahkan pelaksanaan tindakan medik itu

kepada teman sejawat lain yang kompeten.

- Yang dimaksud indikasi medis dalam abortus buatan legal ini adalah

suatu

kondisi yag benar-benar mengharuskan diambil tindakan tersebut sebab

tanpa tindakan tersebut dapat membahayakan jiwa ibu atau adanya

ancaman gangguan fisik, mental, dan psikososial jika kehamilan

dilanjutkan, atau resiko yang sangat jelas bahwa anak yang akan

dilahirkan menderita cacat mental, atau cacat fisik yang berat.

19

Page 20: Abortus Provocatus Medicinalis Edit

Berdasarkan UU. NO. 36 tahun 2009 pasal 75

- Setiap orang dilarang melakukan aborsi

- Larangan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dapat dikecualikan

berdasarkan: Indikasi kedaruratan medis yang dideteksi sejak usia dini

kehamilan, baik yang mengancam nyawa ibu dan/ atau janin, yang

menderita penyakit berat dan/ atau cacat bawaan, maupun yang tidak dapat

diperbaiki sehingga menyulitkan bayi tersebut hidup diluar kandungan.

- Tindakan sebagaimana dimaksud pada ayat (2) hanya dapat dilakukan

setelah melalui konseling dan/atau penasehat pra tindakan dan diakhiri

dengan konseling pasca tindakan yang dilakukan oleh konselor yang

kompeten dan berwenang.

Menurut UU kesehatan pasal 76 abortus provocatus dapat dilakukan

dengan syarat sebagai berikut :

- Sebelum kehamilan berumur 6 minggu dihitung dari hari pertama haid

terakhir, kecuali dalam hal kedaruratan medis.

- Oleh tenaga kesehatan yang memiliki keterampilan dan kewenangan yang

memiliki sertifikat yang ditetapkan oleh menteri.

- Dengan persetujuan ibu hamil.

- Dengan persetujuan suami, kecuali korban perkosaan, dan

- Penyedia layanan kesehatan yang memenuhi syarat yang ditetapkan oleh

menteri.

Menurut ACOG indikasi medis untuk aborsi therapeutik adalah:

- Kehamilan akan sangat mengganggu kesehatan fisik dan mental ibu

- Anak yang lahir adalah cenderung memiliki cacat fisik danmental kuburan

- Kehamilan itu adalah hasil dari pemerkosaan atau incest

VIII. KOMPLIKASI ABORTUS MEDISINALIS

20

Page 21: Abortus Provocatus Medicinalis Edit

1. Komplikasi yang paling banyak terjadi setelah aborsi antara lain nyeri,

pendarahan karena evakuasi yang tidak lengkap dan atonia uteri, dan

infeksi dan luka karena alat yang dipergunakan selama prosedur aborsi.

Pada sepsis akibat aborsi, infeksi biasanya dimulai dari endometritis.

Jika tidak ditangani, infeksi dapat menyebar ke myometrium dan

parametrium. Parametritis bisa berubah menjadi peritonitis. Pasien bisa

mengalami bakteremia dan sepsis. Pelvic inflammatory disease adalah

komplikasi yang paling sering dari sepsis akibat aborsi.

2. Syok servikal. Vasovagal syncope dihasilkan dari stimulasi kanalis

servikalis yang dapat terlihat setelah blok paraservikal. Penggunaan

atropin dengan anestesi paracervical atau penggunaan sedatif bisa

mencegah syok servikal.

3. Perdarahan masif mengindikasikan adanya atonia uteri atau perforasi.

4. Hematometra. Nyeri perut bawah dengan intensitas yang meningkat

pada 30 menit pertama mengindikasikan adanya hematometra. Jika

tidak disertai demam atau jika perdarahannya berlangsung cepat, dan

pada pemeriksaan uterus membesar, globular, tegang, dapat

mengindikasikan adanya suatu hematometra. Penanganannya adalah

dengan reevakuasi segera.

5. Emboli.

REFERRENSI

1. Kumala P. Kamus Saku Kedokteran Dorland. Jakarta: EGC; 1998. 3 p.2. Soge P. Ringkasan Disertai Untuk Ujian Promosi Dokter Dari Dewan Penguji

Program Dokter Ilmu Hukum Fakultas Hukum. Yogyakarta: Universitas Gadjah Mada; 2008.

3. Aborsi SN. Seminar Nasional Kedokteran 8 SKP : Mengupas Aborsi 2009. FK UII.4. Hardianto J. Tinjauan Terhadap Konstruksi Hukum Dakwaan dalam Penuntutan

Perkara Aborsi dan Implikasi Yuridis Terhadap Penjatuhan Sanksi Pidana. Surakarta: Universitas Sebelas Maret Surakarta; 2010.

21

Page 22: Abortus Provocatus Medicinalis Edit

5. Azhari. Masalah Abortus dan Kesehatan Reproduksi Perempuan. Palembang: UNSRI/RSMH; 2002.

6. Subaidah Ratna Juita BRH. Abortus Provocatus Pada Korban Perkosaan Dalam Perspektif Hukum Pidana. Semarang: Universitas Semarang; 2010.

7. Healt W. Proses Kehamilan dan Perkembangan Janin dalam Kandungan [cited 2010 July]; Available from: http://sweetspearls.com/education/proses-kehamilan-dan-perkembangan-janin-dalam-kandungan/.

8. Dunia G. Metode dan Proses Aborsi lengkap Available from: http://www.gallerydunia.com/2011/04/metode-dan-proses-aborsi-full-picture.html.

9. Ndie. Foto Janin Hasil Aborsi. Available from: http://ndie-online.blogspot.com/2011/12/foto-janin-hasil-aborsi-kejam.html.

10. KODEKI. Surat Keputusan Pengurus Besar Ikatan Dokter Indonesia NO 221 /PB/A4/04/2002 Tentang Penerapan Kode Etik Kedokteran Indonesia.

22