paper petkar

Upload: dikky-choiy

Post on 04-Mar-2016

219 views

Category:

Documents


1 download

DESCRIPTION

cekungan salawati

TRANSCRIPT

ICSEEA 2012 Extended Abstract (Guideline)

TATANAN TEKTONIK DAN SEJARAH SEDIMENTASI CEKUNGAN SALAWATI, PAPUA INDONESIADiki Aulia 21100113120001Teknik Geologi Universitas Diponegoro, Semarang, Indonesia

AbstractCekungan Salawati terdapat di wilayah timur Indonesia. Cekungan ini terletak di bagian paling barat dari Kepala Burung, Papua, yaitu di pada tepi barat. Cekungan ini dibatasi oleh Zona Sesar Sorong di bagian utara, yang memisahkan Lempeng Australia di bagian selatan dengan Lempeng Pasific di bagian utaranya. Saat ini cekungan Salawati dibatasi oleh Misool-Onin geantiklin di bagian selatan, dataran tinggi Ayamaru di bagian timur serta sesar Sorong di bagian utara dan barat. Pola tektonik lokal di dominasi oleh lipatan dan sistem sesar kompleks berarah barat-timur yang sebagian besar dari sesar tersebut merupakan sesar normal ekstensional. Pada area blok Arar, ditemukan sesar dengan bukti pergerakan strike- slip yang diasumsikan sebagai conjugate shears yang berhubungan dengan sesar Sorong lateral mengiri.Cekungan Salawati terbentuk pada kala miosen pliosen. Basement pra- tersier dari cekungan Salawati terdiri atas batuan beku, batuan metamorf, serpih, batu dan batu bara. Secara tidak selaras di atasnya diendapkan formasi Faumai yang terdiri dari endapan karbonat laut dangkal yang setempat berasosiasi dengan silisiklastik di wilayah Irian Jaya pada kala eosen hingga miosen tengah. Cekungan ini dibentuk oleh tiga elemen utama pengendapan dan struktur (Vincelette and Suparyadi, 1976) yaitu bagian paparan yang dangkal yang berhubungan dengan tinggian Ayamaru di sebelah timur dan selatannya, daerah paparan rata yang merupakan tempat pertumbuhan terumbu dan suatu kedalaman yang meluas ke arah zona sesar Sorong di mana diendapkan lapisan tebal batuan klastik Plistosen.Cekungan Salawati terdiri dari perlipatan Plio-Plistosen yang berarah N 300 E dan merupakan berkas-berkas lipatan. Selain itu kompaksi serpih di atas terumbu tiang (pinnacle reefs) memberikan struktur permukaan berupa kubah atau antiklin yang secara geomorfologi direfleksikan sebagai beberapa anomali (foster, 1973). Secara umum zona Cekungan Salawati yang menghasilkan minyak dan gasbumi yaitu Formasi Kais dan Formasi Klasafet yang terbentuk pada kala Miosen Awal dan mengalami puncaknya yaitu pada kala Pliosen Akhir ketika proses sedimentasi, tektonik dan geokimia berlangsung. Singkapan Batugamping Kais (Visser & Hermes, 1962), membentuk sabuk yang melintasi Kepala Burung dari barat hingga timur. Formasi ini terdiri atas calcarenite dan muddy calcarenite. Patch reef yang terdapat di Cekungan Salawati dan batas bagian selatan dari Tinggian Ayamaru sebagian besar dibentuk oleh boundstone atau terumbu yang tumbuh. Perubahan ketebalan batugamping terjadi pada jarak yang dekat. Ketebalan maksimum, mencapai 557 m.Batugamping Kais mewakili kompleks terumbu yang terdiri atas platform dan patch reef facies. Umur Batugamping Kais berkisar antara Miosen Awal hingga Miosen Tengah. Batugamping Kais diendapkan secara selaras di atas Formasi Sirga dan secara tidak selaras di atas Kelompok Aifam. Batugamping Kais ini setara dengan Batugamping Klamogun, Formasi Sekau, dan Formasi Klasafet. Kasim Jaya kompleks panjangnya 7 kilometer dan lebarnya 2,5 3,5 kilometer dengan ketinggian pertumbuhan lebih dari 760 meter diatas landasannya. Kompleks ini terdapat di sebelah barat Sale.Pada Lapangan Kasim minyak terdapat pada kedalaman 945 meter dengan kolom minyak maksimum 120 meter. Porositas berkisar dari 14% - 40% dengan angka rata-rata 20% - 25%. Sumur Kasim 3 dapat menghasilkan maksimum 26.000 barel. Lapangan ini terdapat di sebelah selatan komplek Kasim-Jaya. Perangkap dan reservoir lapangan ini merupakan suatu komplek terumbu pada pinggiran suatu paparan karbonat, sepanjang 21 kilometer yang terdiri dari ganggang merah, foraminifera dan bryozoa, dan tinginya 400 meter diatas paparan. Terumbu ini terpotong-potong oleh patahan. Luas tutupan hampir 900 kaki dengan tinggi tutupan 800 kaki (267 meter) serta kolom minyak maksimum 207 meter. Cadangan minyak ditempat diperkirakan 500 juta barrel dengan produksi harian 36.000 barrel per hari dari 28 sumur.

Kata Kunci: Cekungan salawati, Sesar sorong, Formasi kais, Tinggian ayamaru, Lapangan walio, Lapangan kasim jaya.PendahuluanCekungan Salawati terdapat di wilayah timur Indonesia. Cekungan ini terletak di bagian paling barat dari Kepala Burung, Papua, yaitu di pada tepi barat. Cekungan ini dibatasi oleh Zona Sesar Sorong di bagian utara, yang memisahkan Lempeng Australia di bagian selatan dengan Lempeng Pasific di bagian utaranya. Di sebelah timur, Tinggian Ayamaru memisahkan Cekungan Salawati dengan Cekungan Bintuni. Di bagian selatan, cekungan Salawati di batasi oleh Geantiklin Misool-Onin. Zona Sesar Sorong yang menerus merupakan batas cekungan ini di bagian barat. Dobberai (Vogelkop) Peninsula, terbentuk pada kala Miosen Atas atau sekitar 10 juta tahun yl. Akibat adanya oblique subduction antara Lempeng Australia dengan Lempeng Pasific. Sebelum itu daerah ini merupakan suatu paparan karbonat yang diberi nama Paparan Ayamaru yang merupakan bagian dari kerak benua Australia. Hanya sedikit bukti struktur geologi yang ditemukan sebelum peristiwa tektonik pada Miosen Akhir yang terjadi di Irian Jaya. Bukti struktur tertua yang diketahui tercatat pada masa Paleozoikum, tapi kemunculannya di permukaan sangatlah terbatas. Sebagian besar bukti tektonik yang ada di Papua merupakan hasil dari kolisi busur kepulauan pada Miosen Akhir, peristiwa tektonik selanjutnya (< 4Ma) mengaktifkan kembali sebagian struktur-struktur yang lebih tua menjadi dominan sesar geser mengiri lateral ( Darman & Sidi, 2000). Secara keseluruhan, pola struktur di Irian Jaya terbagi menjadi tiga wilayah struktur utama, yaitu kepala, leher dan tubuh burung. Pada tubuh burung, struktur berarah barat-barat laut dominan sepanjang wilayah tengah. Di cekungan Salawati berkembang gejala struktur dan stratigrafi dengan baik, yang terjadi pada batas utara dari lempeng Australia selama miosen. Perkembangan terjadi selama miosen awal dengan penurunan lokal dan berasosiasi dengan pergerakan sepanjang zona sesar Sorong, yang membatasi cekungan kearah utara. Saat ini cekungan Salawati dibatasi oleh Misool-Onin geantiklin di bagian selatan, dataran tinggi Ayamaru di bagian timur serta sesar Sorong di bagian utara dan barat. Pola tektonik lokal di dominasi oleh lipatan dan sistem sesar kompleks berarah barat-timur yang sebagian besar dari sesar tersebut merupakan sesar normal ekstensional. Pada area blok Arar, ditemukan sesar dengan bukti pergerakan strike- slip yang diasumsikan sebagai conjugate shears yang berhubungan dengan sesar Sorong lateral mengiri.Cekungan Salawati terbentuk pada kala miosen pliosen. Basement pra- tersier dari cekungan Salawati terdiri atas batuan beku, batuan metamorf, serpih, batu dan batu bara. Secara tidak selaras di atasnya diendapkan formasi Faumai yang terdiri dari endapan karbonat laut dangkal yang setempat berasosiasi dengan silisiklastik di wilayah Irian Jaya pada kala eosen hingga miosen tengah. Ciri litologi berupa batupasir dan lanau dengan endapan evaporit. Secara selaras di atas formasi Faumai diendapkan formasi Sirga yang berumur oligosen. Formasi ini merupakan satu-satunya formasi dengan endapan sedikit batu gamping yang menunjukan siklus regresif.Pada miosen awal, terjadi penurunan dasar cekungan atau pendalaman laut. Batu gamping marin berwarna abu-abu gelap sampai kecoklatan yang dikenal sebagai formasi Klamogun, diendapkan pada bagian tengah cekungan. Vincelette dan Soepardjadi (1976) meyakini bahwa formasi ini merupakan sumber minyak dan gas untuk cekungan Salawati. Tapi menurut penelitian terakhir, tingkat kematangan termal dari batu gamping ini tidak mendukung dihasilkannya minyak dan gas. Formasi Klamogun bergradasi secara lateral ke arah pinggir cekungan menuju karbonat dengan energi tinggi yang merupakan fasa awal dari formasi Kais.Pengangkatan pada Miosen Awal Pliosen sepanjang zona sesar Sorong di utara dan dataran tinggi Ayamaru di timur, membagi cekungan menjadi cekungan Salawati di barat dan cekungan Bintuni di timur. Peristiwa pengangkatan ini mengakibatkan pengendapan sikuen klastik yang tebal dari formasi Klasaman dan mengakhiri perkembangan terumbu di cekungan Salawati. Fosil yang umumnya ditemukan pada formasi Klasaman ini adalah foraminifera pelagik dan bentonik, moluska serta bryozoa. Lalu pada kala pliosen pleistosen setelah pengangkatan secara regional cekungan, sedimen fluvial formasi Sele berupa batu pasir dan konglomerat diendapkan secara tidak selaras di atas formasi-formasi yang lebih tua.Tinjauan PustakaCekungan (basin) adalah Cekungan adalah bentuk muka bumi yang lebih rendah dari permukaan bumi di sekelilingnya. Cekungan dapat pula terjadi di puncak bukit atau gunung yang membentuk semacam kaldera luas seperti yang terdapat di Gunung Bromo. Bahkan di beberapa tempat, cekungan atau depresi dapat memiliki ketinggian di bawah permukaan air laut. Pada peta topografi, cekungan digambarkan dengan garis kontur yang semakin mengecil ke arah dalam, sehingga berlawanan dengan peggambaran gambar sebuah bukit atau juga bisa diartikan suatu daerah yang luas yang terjadi dari batuann sedimen dan karena konfigurasinya diperkirakan merupakan tempat tampungan minyak. Jumlah Cekungan di Indonesia memiliki 60 cekungan. Di antaranya 22 cekungan telah dieksplorasi secara ekstensif, dan 14 cekungan produktif menghasilkan minyak dan gas bumi. Batuan sumber yang terdapat di cekungan-cekungan Indonesia pada umumnya adalah jenis lakustrin, fluvio-deltaik, marina, dan pra-tersier.Geologi RegionalGeologi Papua dipengaruhi dua elemen tektonik besar yang saling bertumbukandan serentak aktif. Pada saat ini, Lempeng Samudera Pasifik-Caroline bergerak ke barat-baratdaya dengan kecepatan 7,5 cm/th, sedangkanLempeng Benua Indo-Australia bergerak ke utara dengan kecepatan 10,5 cm/th.Tumbukan yang sudah aktif sejak Eosen ini membentuk suatu tatanan strukturkompleks terhadap Papua Barat (Papua), yang sebagian besar dilandasi kerakBenua Indo-Australia. Periode tektonik utama daerah Papua dan bagian utara Benua Indo-Australiadijelaskan dalam empat episode (Henage, 1993), yaitu (1) periode rifting awalJura di sepanjang batas utara Lempeng Benua Indo-Australia, (2) periode riftingawal Jura di Paparan Baratlaut Indo-Australia (sekitar Palung Aru), (3) periodetumbukan Tersier antara Lempeng Samudera Pasifik-Caroline dan Indo-Australia,zona subduksi berada di Palung New Guinea, dan (4) periode tumbukan Tersierantara Busur Banda dan Lempeng Benua Indo-Australia. (Gambar 1).Periode tektonik Tersierini menghasilkan kompleks-kompleks struktur seperti Jalur Lipatan AnjakanPapua dan Lengguru, serta Antiklin Misool-Onin-Kumawa. Tektonik Papua, secara umum dapat dibedakan menjadi dua bagian, yaitu BadanBurung atau Papua bagian timur dan Kepala Burung atau Papua bagian barat.Kedua bagian ini menunjukkan pola kelurusan barat-timur yang ditunjukan olehTinggian Kemum di Kepala Burung dan Central Range di Badan Burung, keduapola ini dipisahkan oleh Jalur Lipatan Anjakan Lengguru berarah baratdayatenggaradi daerah Leher Burung dan juga oleh Teluk Cenderawasih.Daerah Kepala Burung mengalami kompresi ke selatan sejak Oligosen sampaiResen.Kompresi ini merupakan hasil interaksi konvergen miring (oblique) antaraLempeng Benua Indo-Australia dan Lempeng Samudera Pasifik-Caroline (Dowdan Sukamto, 1984). Elemen-elemen struktur utama adalah Sesar Sorong, BlokKemum Plateu Ayamaru di utara, Sesar Ransiki, Jalur Lipatan-AnjakanLengguru dan Cekungan Bintuni dan Salawati di timur dan Sesar Tarera-Aiduna,Antiklin Misool-Onin-Kumawa dan Cekungan Berau di selatan dan baratdaya.Cekungan-cekungan Bintuni, Berau dan Salawati diketahui sebagai cekungancekunganTersier.Blok Kemum adalah bagian dari tinggian batuan dasar, dibatasi oleh Sesar Sorongdi utara dan Sesar Ransiki di timur. Dicirikan oleh batuan metamorf, padabeberapa tempat diintrusi oleh granit Permo-Trias. Batas selatannya dicirikan olehkehadiran sedimen klastik tidak termetamorfosakan berumur Paleozoikum-Mesozoikum dan batugamping-batugamping Tersier (Pigram dan Sukanta, 1981;Pieters dkk., 1983).Blok Kemum terangkat pada masa Kenozoikum Akhir danmerupakan daerah sumber sedimentasi utama pengisian sedimen klastik di utaraCekungan Bintuni.Cekungan Bintuni merupakan cekungan Tersier di selatan Blok Kemum, di bagiantimurnya dibatasi oleh Jalur Lipatan Anjakan Lengguru.Cekungan ini dipisahkandari Cekungan Salawati oleh Paparan Ayamaru dan dari Cekungan Berau olehPerbukitan Sekak (Gambar 2).Plateu Ayamaru dan Pematang Sekak merupakan tinggian di tengah KepalaBurung, dicirikan oleh sedimen tipis berumur Mesozoikum dan Tersier. Kedua tinggian ini memisahkan Cekungan Bintuni dan Salawati (Visser and Hermes,1962; Pigram and Sukanta, 1981). Antiklin Misol-Onin-Kumawa merupakan bagian antiklinorium bawah laut yangmemanjang dari Peninsula Kumawa sampai ke Pulau Misool (Pigram dkk., 1982).Jalur Lipatan Anjakan Lengguru berarah baratdaya-tenggara diperlihatkan olehsuatu seri bentukan ramps dan thrust. Di bagian selatannya, jalur ini terpotongoleh Zona Sesar Tarera-Aiduna (Hobson, 1997).Tanjung Wandaman pada arah selatan-tenggara, merupakan jalur sesar yangdibatasi oleh batuan metamorf. Daerah ini dapat dibagi menjadi zonametamorfisme derajat tinggi di utara dan derajat rendah di selatan (Pigram dkk.,1982). Zona Sesar Tarera-Aiduna merupakan zona sesar mendatar mengiri di daerahselatan Leher Burung.Jalur Lipatan Anjakan Lengguru secara tiba-tiba berakhir dizona berarah barat-timur ini (Dow dkk., 1985). Sesar ini digambarkan (Hamilton,1979 dan Doutch, 1981 dalam Pigram dkk., 1982) memotong Palung Aru dansemakin ke barat menjadi satu dengan zona subduksi di Palung Seram.MetodologiDalam pembuatan paper ini menggunakan beberapa metode dalam pengambilan datanya. Diantaranya adalah pengambilan data melalui beberapa referensi tentang tatanan tektonik pulau papua, serta tatanan tektonik cekungan salawati sendiri. Dimana dari data tersebut di rangkum dari beberapa sumber, kemudian di rangkum dan di padukan dalam bentuk paper.PembahasanCekungan Salawati terletak pada daerah dengan kondisi tektonik yang kompleks di wilayah timur Indonesia, di mana terdapat pertemuan tiga buah lempeng. Cekungan ini merupakan perpaduan antara struktur dan stratigrafi, yang mulai berkembang pada batas utara Lempeng Australia pada Miosen. Struktur yang berkembang di cekungan ini merupakan akibat dari interaksi yang kompleks dari ketiga lempeng tersebut. Pergerakan Sesar Sorong merupakan faktor utama pengontrol susunan struktur yang ada pada saat ini.Cekungan ini dibentuk oleh tiga elemen utama pengendapan dan struktur (Vincelette and Suparyadi, 1976) yaitu bagian paparan yang dangkal yang berhubungan dengan tinggian Ayamaru di sebelah timur dan selatannya, daerah paparan rata yang merupakan tempat pertumbuhan terumbu dan suatu kedalaman yang meluas ke arah zona sesar Sorong di mana diendapkan lapisan tebal batuan klastik Plistosen.Cekungan Salawati terdiri dari perlipatan Plio-Plistosen yang berarah N 300 E dan merupakan berkas-berkas lipatan. Selain itu kompaksi serpih di atas terumbu tiang (pinnacle reefs) memberikan struktur permukaan berupa kubah atau antiklin yang secara geomorfologi direfleksikan sebagai beberapa anomali (foster, 1973). Lipatan yang berarah relatif barat - timur dan patahan yang kompleks mendominasi pola tektonik lokal. Unsur-unsur ini terlihat jelas di permukaan dan melalui seismik tampak menerus ke bawah permukaan. Sebagian besar patahan berarah timurlaut - baratdaya. Pada umumnya patahan memiliki kemiringan yang curam ke arah baratlaut melintasi cekungan hingga ke deposenter pada bagian selatan Pulau Salawati, sebagai hasil dari regime tarikan transtensional akibat pergerakan Sesar Sorong yang terjadi pada Akhir Miosen. Yang paling penting dari patahan-patahan tersebut adalah Patahan Line 6 yang melalui Selat Sele dan melintasi Pulau Salawati. Meskipun patahan ini mempunyai pergerakan strike-slip yang cukup besar, namun pengaruh utamanya terhadap cekungan mempercepat proses pengendapan Formasi Klasaman, yang semakin menebal ke arah deposenter. Pergerakannya menjadi lebih bersifat sinistral yang netral. Sesar Sorong merupakan unsur struktur terpenting cekungan ini. Sesar ini mulai aktif pada waktu Miosen Akhir dan mencapai puncak kegiatannya pada waktu Plio-Plistosen. Sesar ini memisahkan Pulau Salawati dengan Kepala Burung dan membuka Selat Sele. Sesar Sorong ini telah membentuk sesar-sesar sekunder di cekungan Salawati. Struktur Sekunder tersebut meliputi sesar mendatar sinistral yang membelah Pulau Salawati, sesar normal berarah Baratdaya Timurlaut yang mendominasi dan mempengaruhi semua batuan Formasi Kais. Pergerakan Sesar Sorong telah mengaktifkan kembali sesar-sesar tua yang telah terbentuk sebelum Tersier. Dalam pencarian hidrokarbon, peranan Sesar Sorong sangat dominan karena mengontrol struktur struktur yang ada di Cekungan Salawati ini. (Gambar 3), (Gambar 4) (Gambar 5) (Gambar 6)Salah satu formasi yang terdapat pada cekungan salawati adalah formasi kais. Singkapan Batugamping Kais (Visser & Hermes, 1962), membentuk sabuk yang melintasi Kepala Burung dari barat hingga timur. Formasi ini terdiri atas calcarenite dan muddy calcarenite. Patch reef yang terdapat di Cekungan Salawati dan batas bagian selatan dari Tinggian Ayamaru sebagian besar dibentuk oleh boundstone atau terumbu yang tumbuh. Perubahan ketebalan batugamping terjadi pada jarak yang dekat. Ketebalan maksimum, mencapai 557 m.Batugamping Kais mewakili kompleks terumbu yang terdiri atas platform dan patch reef facies. Umur Batugamping Kais berkisar antara Miosen Awal hingga Miosen Tengah. Batugamping Kais diendapkan secara selaras di atas Formasi Sirga dan secara tidak selaras di atas Kelompok Aifam. Batugamping Kais ini setara dengan Batugamping Klamogun, Formasi Sekau, dan Formasi Klasafet.Sejarah pengendapan

Proses sedimentasi dan sejarah tektonik cekungan Salawati mengalami proses yang cukup panjang dalam kala waktu geologi berawal pada masa Paleozoikum (silur) sampai Recent, sedangkan fase atau aktivitas tektonisme berawal pada akhir kala Pliosen. Secara umum Sesar Sorong mengontrol evolusi dari cekungan Salawati yang berawal pada saat kala Mio-Pliosen dan mengakibatkan Cekungan Salawati mengalami tektonisme polaritas diversal dan dapat dibagi menjadi 3 tahap evolusi cekungan :

1. Pre-polarity reversal (Palezoikum Miosen Akhir) yaitu pada saat deposenter cekungan berada pada bagian selatan.

2. Syn-polarity reversal (Miosen Akhir Pliosen Tengah), yaitu pada saat cekungan Salawati mengalami Polarity reversal yang didominasi pada deposenter di bagian baratlaut.

3. Post-polarity reversal (Miosen Akhir Recent), yang tampak seperti sekarang di mana deposenter dari Cekungan Salawati yaitu pada bagian utara baratlaut.

Evolusi Cekungan Salawati ini berpengaruh banyak terhadap proses sedimentasi, stratigrafi, struktur yang berkembang dan geokimia batuan yang menjadi elemen penyusun terbentuknya minyak dan gasbumi pada Cekungan Salawati. Secara umum zona Cekungan Salawati yang menghasilkan minyak dan gasbumi yaitu Formasi Kais dan Formasi Klasafet yang terbentuk pada kala Miosen Awal dan mengalami puncaknya yaitu pada kala Pliosen Akhir ketika proses sedimentasi, tektonik dan geokimia berlangsung. Sejarah sedimentasi yang teramati dimulai dari umur 35-32,5 juta tahun (Oligosen Bawah) dengan terbentuknya endapan karbonat New Guinea Limestone (NGL) di lingkungan Neritik Dalam-Tengah (20-60 meter) dan proses pengendapannya berlangsung dalam fasa trangresi seperti yang terlihat dari hubungan antara eustatik dengan paleobatometri. Kemudian mulai dari umur 32,5 30 juta tahun (Oligosin Bawah-Atas) pengendapan endapan karbonat NGL masih terus berlangsung dalam fasa regresi (yang diperlihatkan dengan adanya sea level drop dan pendangkalan paleobatimetri) dan kemudian kelompok batu gamping ini terangkat ke permukaan pada umur 30 juta tahun yang mana pengangkatan (uplift) ini diperlihatkan dengan bertambah kecilnya laju penurunan tektonik (tectonic subsidence) (Gambar 7)

Terjadinya pengangkatan (uplift) , ini ada hubungannya dengan terjadinya oblique collision antara lempeng Australia dengan sepic arc. Dengan demikian akibat adari tumbukan ini selain mengakibatkan pengangkatan (Visser dan Hermes, 1982 ; Froidavaux, 1977 ; Brash 1991) juga mengakibatkan terjadinya sea level drop (Lunt dan Djaafar , 1991)

Proses tumbukan ini terus berlangsung hingga umur 15 juta tahun dan mulai dari 30 juta tahun hingga 15 juta tahun (Oligosen Bawah/Atas-Miosen Tengah bagian bawah) seluruh kelompok Batugamping New Guinea tersingkap dipermukaan dan tererosi. Selama masa ini muka air laut purba naik kembali.Mulai dari umur 15-10 juta tahun (Miosen tengah bagianrumbu bawah-Miosen atas bagian bawah) terbentuk Formasi Kais tipe terumbu (Robinson & Soedirja , 1986) dilingkungan Neritik Dalam-Tengah (10-35 meter) dan formasi Klasafet serta formasi Klasaman bagian dilingkungan Neritik tengah (35-60 meter), selama ini muka air laut menurun, kedalaman paleobatimetri bartambah dan laju penurunan tektonik meningkat dan peningkatan ini berhubungan dengan terjadinya oblique subduction antara lempeng Australia dengan Lempeng Pasific. Dari umur 10-2,5 juta tahun (miosen atas bagian bawah-liosen) pertumbuhan formasi Kais tipe terumbu (Robinson dan Soedirdja, 1986) disumur PY001 dan pembentukan formasi Klassafet berakhir yaitu masing-masing pada umur 8,9 juta tahun (miosen atas) dan 7,6 juta tahun (miosen atas) dan digantikan dengan terbentuknya Formasi Klasaman yang tebal. Selama masa ini muka air laut purba naik umur 5 juta tahun dan menurun kembali hingga umur 2,5, juta tahun dengan kedalaman paleobatimetri yang relatif bertambah besar dan terjadinya peningkatan laju penurunan tektonik. (Gambar 8).Dari adanya peningkatan laju penurunan tektonik disimpulkan bahwa awal pembentukan Cekungan Salawati dan juga aktivitas Sesar Sorong dimulai dari umur 10 juta tahun hingga 2,5 juta tahun, selama berlangsungnya proses :oblique subduction antara Lempeng Australia dengan Lempeng Pasifik. Selama masa ini muka air laut purba meningkat kembali, kedalaman paleobatimetri berkurang dan laju penurunan tektonik juga berkurang. Hal ini menandakan bahwa aktivitas Sesar Sorong masih terus berlangsung yang mana akibat dari aktivitas tersebut menimbulkan pengangkatan dan penrunan separti yang terlihat di TBH09. Aktivitas Sesar Sorong ini diduga ada hubungannya dengan terjadinya oblique collision nantara Lempeng Australia dengan bagian dari Sunda trench dan Banda Forearc yang berlangsung hingga sekarang.

Keterdapatan Minyakbumi Pada Cekungan Salawati

Minyakbumi terdapat dalam terumbu tiang diatas Formasi Kais yang sekaligus merupakan reservoir dan perangkap stratigrafi. Terumbu seperti itu biasanya mempunyai luas tutupan (closure) kecil (berdiameter 1 2 km), tetapi mempunyai tutupan vertikal atau kolom minyak yang tinggi, sampai ratusan meter. Selain itu juga porositas yang diperoleh dapat besar sekali dan dapat mencapai 40%. Minyakbumi yang didapatkan berkadar belerang rendah dan bervariasi dari parafin (Sele) sampai aspal berat (Klamumuk).Pembentukan source rock pada Cekungan Salawati bersumber pada Formasi Klasafet dimulai pada saat batuan ini diendapkan pada lingkungan lagoon pada kala Miosen Awal Miosen Tengah. Kondisi anoxic menyebabkan kandungan kaya organik terawetkan pada batuan. Bersamaan dengan hal itu, karbonat Kais tumbuh sebagai reef build-up sepanjang cekungan Salawati sampai Miosen Akhir. Kemudian pada awal kala Pliosen, bagian utara pada cekungan Salawati yaitu pada lingkungan lagoon dari Formasi Klasafet mengalami perubahan polarity secara reversal dan sedimen dari formasi Klasaman yang tebal mengalami sedimentasi. Hal ini menyebabkan batuan sedimen pada Formasi Klasafet dan Formasi Kais mengalami suatu penurunan dan menunjukkan oil window. Pada saat 4.0 3.0 Ma (kala Pliosen Awal kala Pliosen Tengah), minyak bergerak pada kitchen, menuju kebagian utara, sehingga muncul dan bermigrasi sejak saat itu. (Gambar 9)Lapangan Kompleks Kasim-Jaya

Kompleks ini terdiri dari lapangan Kasim, Jaya, dan Kasim Utara, dan ditemukan pada tahun 1972 dan 1973. Perangkap dan reservoir merupakan kulminasi lokal terumbu yang lebih besar. Kasim Jaya kompleks panjangnya 7 kilometer dan lebarnya 2,5 3,5 kilometer dengan ketinggian pertumbuhan lebih dari 760 meter diatas landasannya. Kompleks ini terdapat di sebelah barat Sale.Pada Lapangan Kasim minyak terdapat pada kedalaman 945 meter dengan kolom minyak maksimum 120 meter. Porositas berkisar dari 14% - 40% dengan angka rata-rata 20% - 25%. Sumur Kasim 3 dapat menghasilkan maksimum 26.000 barel. Minyak yang dihasilkan berkadar 0,5%, berat jenis 380 API, dengan pour point -150 F.Lapangan Jaya, minyak ditemukan pada kedalaman 973 meter dengan 117 meter kolomminyak. Porositas rata-rata 30% dan maksimum 42% ditemukan. Minyak yang ditemukan mirip dengan minyak di Kasim dengan beratjenis sedikit lebih tinggi, yaitu 430 API. Lapangan lainnya masih ditemukan, misalnya Philips TBM-LX, lepas pantai dari Kasim (Gambar 10)Lapangan Walio

Lapangan ini terdapat di sebelah selatan komplek Kasim-Jaya. Perangkap dan reservoir lapangan ini merupakan suatu komplek terumbu pada pinggiran suatu paparan karbonat, sepanjang 21 kilometer yang terdiri dari ganggang merah, foraminifera dan bryozoa, dan tinginya 400 meter diatas paparan. Terumbu ini terpotong-potong oleh patahan. Luas tutupan hampir 900 kaki dengan tinggi tutupan 800 kaki (267 meter) serta kolom minyak maksimum 207 meter. Formasi reservoir adalah 24% dan permeabilitas matriks 13 md. Jenis minyak yang didapatkan bersifat parafin peralihan dengan berat jenis 350 API dan berkadar belerang rendah (0,5%). Cadangan minyak ditempat diperkirakan 500 juta barrel dengan produksi harian 36.000 barrel per hari dari 28 sumur.

KesimpulanCekungan ini dibatasi oleh Zona Sesar Sorong di bagian utara, yang memisahkan Lempeng Australia di bagian selatan dengan Lempeng Pasific di bagian utaranya. Di sebelah timur, Tinggian Ayamaru memisahkan Cekungan Salawati dengan Cekungan Bintuni. Di bagian selatan, cekungan Salawati di batasi oleh Geantiklin Misool-Onin. Zona Sesar Sorong yang menerus merupakan batas cekungan ini di bagian barat. Dobberai (Vogelkop) Peninsula, terbentuk pada kala Miosen Atas atau sekitar 10 juta tahun yl. Akibat adanya oblique subduction antara Lempeng Australia dengan Lempeng Pasific. Sebelum itu daerah ini merupakan suatu paparan karbonat yang diberi nama Paparan Ayamaru yang merupakan bagian dari kerak benua Australia. Hanya sedikit bukti struktur geologi yang ditemukan sebelum peristiwa tektonik pada Miosen Akhir yang terjadi di Irian Jaya. Bukti struktur tertua yang diketahui tercatat pada masa Paleozoikum, tapi kemunculannya di permukaan sangatlah terbatas. Sebagian besar bukti tektonik yang ada di Papua merupakan hasil dari kolisi busur kepulauan pada Miosen Akhir, peristiwa tektonik selanjutnya (< 4Ma) mengaktifkan kembali sebagian struktur-struktur yang lebih tua menjadi dominan sesar geser mengiri lateral ( Darman & Sidi, 2000). Secara keseluruhan, pola struktur di Irian Jaya terbagi menjadi tiga wilayah struktur utama, yaitu kepala, leher dan tubuh burung. Pada tubuh burung, struktur berarah barat-barat laut dominan sepanjang wilayah tengah. Di cekungan Salawati berkembang gejala struktur dan stratigrafi dengan baik, yang terjadi pada batas utara dari lempeng Australia selama miosen. Perkembangan terjadi selama miosen awal dengan penurunan lokal dan berasosiasi dengan pergerakan sepanjang zona sesar Sorong, yang membatasi cekungan kearah utara. Saat ini cekungan Salawati dibatasi oleh Misool-Onin geantiklin di bagian selatan, dataran tinggi Ayamaru di bagian timur serta sesar Sorong di bagian utara dan barat. Pola tektonik lokal di dominasi oleh lipatan dan sistem sesar kompleks berarah barat-timur yang sebagian besar dari sesar tersebut merupakan sesar normal ekstensional.Sesar Sorong merupakan unsur struktur terpenting cekungan ini. Sesar ini mulai aktif pada waktu Miosen Akhir dan mencapai puncak kegiatannya pada waktu Plio-Plistosen. Sesar ini memisahkan Pulau Salawati dengan Kepala Burung dan membuka Selat Sele. Sesar Sorong ini telah membentuk sesar-sesar sekunder di cekungan Salawati. Struktur Sekunder tersebut meliputi sesar mendatar sinistral yang membelah Pulau Salawati, sesar normal berarah Baratdaya Timurlaut yang mendominasi dan mempengaruhi semua batuan Formasi Kais. Pergerakan Sesar Sorong telah mengaktifkan kembali sesar-sesar tua yang telah terbentuk sebelum Tersier. Dalam pencarian hidrokarbon, peranan Sesar Sorong sangat dominan karena mengontrol struktur struktur yang ada di Cekungan Salawati ini.

Cekungan Salawati dan juga aktivitas Sesar Sorong dimulai dari umur 10 juta tahun hingga 2,5 juta tahun, selama berlangsungnya proses :oblique subduction antara Lempeng Australia dengan Lempeng Pasifik. Selama masa ini muka air laut purba meningkat kembali, kedalaman paleobatimetri berkurang dan laju penurunan tektonik juga berkurang. Hal ini menandakan bahwa aktivitas Sesar Sorong masih terus berlangsung yang mana akibat dari aktivitas tersebut. Aktivitas Sesar Sorong ini diduga ada hubungannya dengan terjadinya oblique collision nantara Lempeng Australia dengan bagian dari Sunda trench dan Banda Forearc yang berlangsung hingga sekarang.Referensi

[1] GIBSON-ROBINSON, C., HENRY, N.M., THOMPSON, S.J., RAHARJO, H. Tri, 1990, Kasim and Walio Fields - Indonesia, Salawati Basin, Irian Jaya: AAPG Treatise of Petroleum Geology, Atlas of Oil and Gas Fields, Stratigraphic Traps I, p. 257-29[2] HAINIM, J., 1984,' Stratigraphic review and carbonate development study of the Salawati Basin, Irian Jaya: Petromer Trend Internal Report (Unpub.).[3]GIBSON-ROBINSON, C., and SUDIRJA, H., 1986, Transgressive development of Miocene reefs, Salawati Basin, Irian Jaya: Proceedings, Indonesian Petroleum Association, 15th Ann. Conv., v. 1, p. 107-124.[4] http://www.Scribd. 28/2015/010/ Tektonik pulau papua/[5] http://www.Scribd. 28/2015/10/ Cekungan Salawati papua/

Lampiran

Gambar1. Elemen tektonik Indonesia dan pergerakan lempeng-lempeng tektonik (Hamilton, 1979)

GGambar 2. Elemen Tektonik Kepala Burung (dimodifikasi dari Pigram dkk., 1982).

Gambar 3. Peta Unsur-Unsur Struktur

Gambar 4. Struktur Regional Cekungan Salawati

Gambar 4. Struktur Regional Cekungan Salawati

Gambar 5. Sesar Sorong dan pengaruh terhadap daerah sekitarnya (courtesy of JOB Pertamina-PetroChina Salawati)

Gambar 7. Evolusi Cekungan Salawati

Gambar 8. Stratigrafi Regional Cekungan Salawati

Gambar 9. Hydrocarbon Play pada Cekungan Salawati

Gambar 10. Lapangan Kasim ( menurut vincelette , 1973 )Gambar 6. Beberapa penampang yang berada di bagian Barat Kepala Burung Papua