paper gilut2
DESCRIPTION
Gigi dan MulutTRANSCRIPT
BAB I
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Ekstraksi gigi dilakukan untuk sejumlah alasan, termasuk karies, trauma,
penyakit periodontal, impaksi dan kebutuhan perawatan ortodontik.Ekstraksi dicapai
dalam dua tahap. Pada tahap pertama, gigi dipisahkan dari jaringan lunak yang
mengelilinginya menggunakan desmotom atau elevator; selama tahap kedua, gigi
diangkat dari soket menggunakan tang atau elevator.
Sejumlah prosedur dalam kedokteran gigi (termasuk ekstraksi gigi) dapat
menyebabkan perdarahan baik secara primer maupun sekunder.Perdarahan primer
didefinisikan sebagai perdarahan yang terjadi sampai dua puluh empat jam dari
pembedahan. Sedangkan perdarahan sekunder terjadi setelah 24 jam prosedur
pembedahan. Hal tersebut diakibatkan oleh hemostasis yang tidak adekuat saat operasi.
Perdarahan primer dan sekunder dapat menyebabkan syok hipovolemik. Penyebab
paling umum dari hipotensi post-operatif adalah hipovolemia yang berarti kurangnya
volume intravaskular.
Tehnik non-operatif awal dapat dilakukan untuk menghentikan perdarahan
seperti memberikan tekanan secara lokal.Cara yang paling efektif untuk mencapai
hemostasis adalah dengan mengaplikasikan tampon secara langsung pada soket
ekstraksi dengan tekanan yang adekuat, kemudian pasien diinstruksikan untuk tetap
menggigit tampon tersebut selama beberapa waktu. Untuk kasus yang lebih sulit,
dapat dilakukan penjahitan serta aplikasi trombin topikal pada sepotong spons gelatin
yang dapat diserap di dalam soket ekstraksi.
1
Perdarahan juga dapat diatasi dengan menggunakan bahan alam seperti daun
teratai (Nymphaea rubra Roxb.).Masyarakat telahmenggunakan secara empiris
berbagai tanaman obat, antara lain daun bandotan (Ageratum conyzoides L.) sebagai
tanaman herbal tradisional untuk penyembuhan luka, anti-inflamasi, analgesik dan agen
emostatik.
Rumusan Masalah
Permasalahan yang akan dibahas pada paper ini adalah:
1. Mekanisme perdarahan pasca ekstraksi gigi.
2. Patologi yang diakibatkan dari pendarahan pasca ekstraksi gigi
3. Penatalaksanaan perdarahan pasca ekstraksi gigi.
Tujuan
Tujuan penulisan paper ini adalah:
1. Memahami mekanisme terjadinya perdarahan pasca ekstraksi gigi.
2. Mengetahui apa saja patol;ogi yang disebabkan dari pendarahan ekstraksi gigi
3. Mengetahui pencegahan dan penatalaksanaan perdarahan pasca ekstraksi gigi.
2
BAB II
PEMBAHASAN
Definisi Perdarahan :
Menurut Woodruff (1974), perdarahan adalah keluarnya darah dari sistem vascular.
Perdarahan mungkin merupakan komplikasi yang paling ditakuti karena bisa mengancam
kehidupan pasien dan menyebabkan kematian. Perdarahan dapat dikatakan normal apabila
terjadi selama 5 hingga 20 menit setelah pencabutan, meskipun dalam beberapa jam
setelahnya masih terjadi sedikit perdarahan. Sedangkan Pedlar dan Frame (2001)
menyatakan bahwa perdarahan normal pasca ekstraksi akan berhenti setelah tidak lebih dari
10 menit.
Perdarahan dikatakan eksternal apabila perdarahan terlihat pada permukaan atau
pada salah satu lubang pada tubuh. Sedangkan perdaraha internal merupakan perdarahan
yang terjadi kemudian masuk dalam jaringan.
Perdarahan dibagi menjadi 3 macam, yaitu : perdarahan primer, reaksioner dan
perdarahan sekunder. Perdarahan primer terjadi saat mengalami luka pada suatu jaringan
sebagai akibat langsung dari rusaknya pembuluh darah. Perdarahan reaksioner terjadi
dalam 48 jam setelah operasi. Menurut Starshak (1980), perdarahan reaksioner ini terjadi
ketika tekanan darah mengalami peningkatan tokal, yang membuka dengan paksa
pembuluh darah yang dilapisi oleh sesuatu yang natural maupun artifisial. Sedangkan
menurut Woodruff (1974), perdarahan reaksioner terjadi pada 24 jam setelah terjadinya
luka. Perdarahan ini dapat terjadi karena pergeseran benang jahit atau pergeseran bekuan
darah dan mengakibatkan meningkatnya tekanan darah yang menyebabkan terjadinya
perdarahan. Perdarahan sekunder terjadi setelah 7-10 hari setelah luka atau operasi.
Perdarahan sekunder ini terjadi akibat infeksi yang menghancurkan bekuan darah atau
3
mengulserasi dinding pembuluh darah. Karena perdarahan ini disebabkan oleh infeksi,
maka agen-agen antibakteria perlu diberikan kepada pasien.
Woodruff (1974) juga mengatakan bahwa perdarahan dapat diklasifikasikan
menjadi perdarahan pada arteri, vena, ataupun pada pembuluh kapiler. Perdarahan arteri
dapat dikenali dari warna darah yang keluar berwarna merah cerah atau semburan darahnya
bersamaan dengan detak jantung. Perdarahan vena darahnya berwarna merah gelap,
alirannya kontinu, dan ritmeya sesuai pernafasan, bukan detak jantung. Pada perdarahan
kapiler darah keluar secara perlahan dari permukaan yang kasar.
Etiologi Perdarahan :
Pendarahan pasca ekstrakksi gigi dapat berupa :
Primer – terjadi sewaktu pencabutan.
Reaksioner – terjadi jika arteriole membesar sewaktu efek adrenalin dalam anastesi local
hilang.
Sekunder – sebagai akibat dari infeksi. Hanya infeksi virulen yang menyebabkan
perdarahan dalam waktu 24 jam setelah pencabutan gigi. Soket yang tidak
infeksi biasanya tidak mengalami pendarahan selama 48 jam.
Atau mungkin ada faktor-faktor lokal yang lain, seperti :
1. Peradangan gingival yang sudah ada akan menyebabkan pasokan darah meningkat
pada pembuluh yang membesar.
2. Gingiva terkoyak. Pembuluh yang terkoyak tidak bisa mengecil dan retraksi.
3. Fraktur processus alveolar (tuberositas). Sebagian disebabkan oleh koyaknya
pembuluh darah, dan sebagian lagi disebabkan mobilitas pada bagian yang fraktur.
4
4. Fraktur rahang (jarang).
5. Tumor yang tidak dikenal (sangat jarang).
Perdarahan adalah salah satu komplikasi pencabutan yang harus diperhatikan oleh dokter
gigi ketika melakukan pencabutan gigi. Oleh karena itu, pencegahan perdarahan sangat
perlu untuk dikuasai oleh seorang dokter gigi. Dalam hal ini pasien harus dianamnesis
terlebih dahulu apakah pada pencabutan sebelumnya pernah terjadi perdarahan. Jika ada
sejarah perdarahan post ekstraksi yang ditemukan, maka sangat penting untuk memastikan
dalam berapa lama perdarahan terjadi dan bagaimana menghentikan perdarahan
Perdarahan pasca ektraksi dapat terjadi karena factor lokal maupun factor sistemik.
Sekitar 90% kasus perdarahan pasca ekstraksi diakibatkan oleh factor lokal. Faktor lokal
dapat berupa kesalahan dari operator ataupun juga kesalahan yang dilakukan oleh pasien
ekstraksi sendiri. Faktor lokal akibat kesalahan operator dapat berupa trauma yang
berlebihan (pada jaringan lunak khususnya) akibat tindakan ekstraksi yang dilakukan
secara tidak hati-hati atau traumatik. Sedangkan factor lokal yang sibebakan oleh kesalahan
pasien dapat berupa tidak dipatuhinya instruksi pasca ekstraksi oleh pasien, tindakan pasien
seperti penekanan soket dengan menggunakan lidah atau kebiasaan pasien menghisap-hisap
area soket gigi, serta kumur-kumur berlebihan oleh pasien pasca ekstraksi.
Selain factor lokal, perdarahan pasca operasi juga dapat dipengaruhi factor sistemik.
Faktor sistemik ini merupakan keadaan pasien dengan kelainan-kelainan sistemik tertentu,
yang dapat meningkatkan resiko terjadinya perdarahan, seperti pasien dengan kelainan
hemoragik, seperti : hemophilia atau terjadi gangguan pembekuan darah; pasien Diabetes
Mellitus, pasien dengan hipertensi, pasien dengan kelainan kardiovaskular; pasien dengan
penyakit hati dan menderita sirosis; pasien yang sedang mengkonsumsi obat-obatan anti-
koagulan; atau pasien yang sedang mengkonsumsi agen-agen nonsteroid.
5
Pencegahan :
Pencegahan kemungkinan komplikasi perdarahan karena faktor-faktor sistemik
Anamnesis yang baik dan riwayat penyakit yang lengkap
Kita harus mampu menggali informasi riwayat penyakit pasien yang memiliki tendensi
perdarahan yang meliputi :
Bila telah diketahui sebelumnya bahwa pasien memiliki tendensi perdarahan
Mempunyai kelainan-kelainan sistemik yang berkaitan dengan gangguan
hemostasis (pembekuan darah)
Pernah dirawat di RS karena perdarahan
Spontaneous bleeding, misalnya haemarthrosis atau menorrhagia dari penyebab
kecil
Riwayat keluarga yang menderita salah satu hal yang telah disebutkan di atas,
dihubungkan dengan riwayat penyakit dari pasien itu sendiri
Mengkonsumsi obat-obatan tertentu seperti antikoagulan atau aspirin
Penyebab sistemik seperti defisiensi faktor pembekuan herediter,misalnya von
Willebrand’s syndrome dan hemophilia
Kita perlu menanyakan apakah pasien pernah diekstraksi sebelumnya, dan apakah ada
riwayat prolonged bleeding (24-48 jam) pasca ekstraksi. Penting untuk kita ketahui
bagaimana penatalaksanaan perdarahan pasca ekstraksi gigi sebelumnya. Apabila setelah
diekstraksi perdarahan langsung berhenti dengan menggigit tampon atau dengan penjahitan
dapat disimpulkan bahwa pasien tidak memiliki penyakit hemoragik. Tetapi bila pasca
ekstraksi gigi pasien sampai dirawat atau bahkan perlu mendapat transfusi maka kita perlu
berhati-hati akan adanya penyakit hemoragik.
Bila ada riwayat perdarahan dalam (deep haemorrhage) didalam otot, persendian atau kulit
dapat kita curigai pasien memiliki defek pembekuan darah (clotting defect). Adanya tanda
dari purpura pada kulit dan mukosa mulut seperti perdarahan spontan dari gingiva,
petechiae .
6
Penatalaksanaan Perdarahan pasca Ekstraksi Gigi :
Yang pertama harus kita lakukan adalah tetap bersikap tenang dan jangan panik.
Berikan penjelasan pada pasien bahwa segalanya akan dapat diatasi dan tidak perlu
khawatir. Alveolar oozing adalah normal pada 12-24 jam pasca ekstraksi gigi. Penanganan
awal yang kita lakukan adalah melakukan penekanan langsung dengan tampon kapas atau
kassa pada daerah perdarahan supaya terbentuk bekuan darah yang stabil. Sering hanya
dengan melakukan penekanan, perdarahan dapat diatasi.
Jika ternyata perdarahan belum berhenti, dapat kita lakukan penekanan dengan
tampon yang telah diberi anestetik lokal yang mengandung vasokonstriktor (adrenalin).
Lakukan penekanan atau pasien diminta menggigit tampon selama 10 menit dan periksa
kembali apakah perdarahan sudah berhenti. Bila perlu, dapat ditambahkan pemberian bahan
absorbable gelatine sponge (alvolgyl / spongostan) yang diletakkan di alveolus serta
lakukan penjahitan biasa.
Bila perdarahan belum juga berhenti, dapat kita lakukan penjahitan pada soket gigi
yang mengalami perdarahan tersebut. Teknik penjahitan yang kita gunakan adalah teknik
matras horizontal dimana jahitan ini bersifat kompresif pada tepi-tepi luka. Benang jahit
yang digunakan umumnya adalah silk 3.0, vicryl® 3.0, dan catgut 3.0.Perdarahan yang
sangat deras misalnya pada terpotongnya arteri, maka kita lakukan klem dengan hemostat
lalu lakukan ligasi, yaitu mengikat pembuluh darah dengan benang atau dengan kauterisasi.
Pada perdarahan yang masif dan tidak berhenti, tetap bersikap tenang dan siapkan
segera hemostatic agent seperti asam traneksamat. Injeksikan asam traneksamat secara
intravena atau intra muskuler.
Apabila setelah ekstraksi gigi terjadi perdarahan, kita harus bersikap tenang dan
mampu berpikir jernih untuk menganalisis penyebab perdarahan. Lihat kondisi pasien, cek
7
tanda vital, dan bila semua dalam keadaan normal, segera periksa daerah yang mengalami
perdarahan. Bersihkan soket secara cermat dan lakukan tindakan sesuai kondisi yang ada.
Apabila terjadi perdarahan, maka ada beberapa tindakan yang dapat dilakukan untuk
mengontrol perdarahan :
• Tekanan adalah tindakan segera,baik tekanan dengan tangan atau tekanan tidak
langsung dengan perban.
• Menutupnya dengan sepon kasa atau Gelfoam bertekanan
• Klem atau pengikatan digunakan untuk mengontrol pendarahan dari pembuluh darah
• Klip hemostatik, digunakan untuk mengontrol perdarahan dari pembuluh yang sulit
diikat.
• Elektrokauterisasi, untuk pendarahan dari pembuluh yang kecil atau rembesan
Bahan-bahan hemostatik:
• Spon gelatine penyerap (Gelfoam) yang menyerap darah dengan aksi kapiler dan
menimbulkan beku darah.
• Selulosa yang dioksidasi (Surgicel), yang secara fisik mempercepat pembekuan
darah.
• Haemostat kolagen mikrofibrilar (Avitene, Helistat) yang memicu agregasi platelet.
• Thrombin hewan topical (trombinar, thrombostat) yang membekukan fibrinogen
dengan segera.
Jika terjadi perdarahan, maka ada beberapa golongan obat-obatan yang perlu untuk diingat
dan diperhatikan, antara lain :
8
1. Antikoagulan. Beberapa pasien menggunakan obat antikoagulan karena berbagai
alas an; pada wanita muda untuk thrombosis vena dalam yang berulang, pria usia
pertengahan untuk infark miokardium atau penggantian katup jantung, orang tua
untuk menghindari stroke. Periksa riwayatnya.
2. Aspirin adalah antikoagulan ringan. Beberapa pasien mendapat dosis aspirin yang
teratur untuk mengurangi agregasi platelet dan menghindari thrombosis. Dosis ini
demikian kecil sehingga tidak membuat perbedaan yang nyata pada pendarahan dari
lesi di dalam mulut. Contohnya, dosis besar yang diberikan pada penderita arthritis
rumatoid, akan memberikan efek yang nyata dalam memperpanjang waktu bekuan.
Pasien yang kesakitan bisa saja meminum dosis yang lebih besar dari dosis yang
disarankan, dan tidak menyadari kandungan preparat analgesiknya. Periksa riwayat
penyakit.
3. Hemofilia atau penyakit Crismas. Bila kondisi ini cukup parah sehingga
menimbulkan perdarahan spontan dari dalam mulut, pasien kemungkinan besar
telah mengetahui bahwa mereka menderita penyakit tersebut. Namun, bentuk yang
ringan, dapat disamarkan oleh perdarahan dari pencabutan gigi dan umumnya
timbul berupa perdarahan reaksioner.
4. Kelainan darah. Leukimia dan trombositopenia dapat menyebabkan perdarahan
spontan dari gingival atau perdarahan yang membingungkan sehabis pencabutan
gigi. Umumnya, ada tanda-tanda lain dari penyakit ini dan jarang sekali pasien
dating ke dokter gigi tanpa mengetahui keberadaan penyakit ini. Walaupun
demikian, rembesan darah dari gingival yang terus menerus, sebaiknya
dipertimbangkan dengan serius dan semua tindakan bedah ditunda sampai kondisi
medis pasien yang sebenarnya diketahui.
5. Pasien menjadi sangat cemas karena mengalami perdarahan dalam mulut. Hal ini
sendiri dapat menaikkan tekanan darah dan membantu terjadinya perdarahan. Selain
itu, rasa cemas meningkatkan kadar fibrinolisin. Yang lebih penting lagi, mencuci
9
mulut berulang-ulang, gangguan dari lidah, atau pertemuan dengan pasien atau
kerabat yang mengalami perdarahan soket gigi dapat membuat perdarahan sulit
berhenti.
Tindakan local adalah dasar dari seluruh perawatan pada perdarahan pasca pencabutan
walaupun terdapat penyebab sistemik. Segala usaha harus dilakukan untuk membuat
kondisi setempat yang ideal bagi proses pembekuan darah. Sebaiknya dipakai teknik
pencabutan yang hati-hati, tetapi walaupun sudah sangat berhati-hati tetap saja bisa terjadi
luka pada gingival.
Bereaksilah dengan tenang dan percaya diri dan ambil alih situasi. Umumnya pasien
sebaiknya dipisahkan dari kerabat atau teman. Sebaiknya dudukkan pasien di kursi klinik di
bawah penerangan yang baik dengan bantuan dari asisten kompeten. Aspirator harus selalu
tersedia, bersama dengan seluruh instrument yang diperlukan (contohnya, kaca mulut,
ujung aspirator kecil, tang cabut, gunting jaringan, penjepit jarum, dan benang yang kuat).
1. Periksa luka itu – beri pasien larutan kumur dan buang semua beku darah pada
daerah perdarahan dengan menggunakan aspirator.
2. Letakkan kasa yang lembab di atas luka dan minta pasien menekannya dengan cara
menutup mulutnya. Kasa tersebut haruslah terbuat dari bahan tenun dan dilipat agar
ukurannya tidak lebih dari dua kali ukuran gigi yang dicabut, sehingga memberi
tekanan pada tepi gingival. Masukkan kasa secara hati-hati di atas soket, dan bila
diperlukan, instruksikan pasien untuk menggigitnya selama 20 menit tanpa
pemeriksaan selanjutnya. Jika perdarahan masih terjadi maka kasa harus diganti.
Jika perdarahan terus berlangsung, ulangi hal ini. Jika berlanjut terus, maka
lakukan:
• Infiltrasi sekeliling daerah soket dengan anastesi local yang mengandung adrenalin,
dan tunggu selama dua sampai tiga menit. Sekarang dibutuhkan bantuan seorang
asisten. Buang darah beku yang berlebihan dan periksa tepi-tepi luka. Apabila
perdarahan berasal dari luka koyak atau insisi, eksisi tepi luka yang bergerak, atau
10
yang pasokan darahnya meragukan (sianotik dan dengan pedikel sempit). Buat jahitan
yang dalam pada jaringan melalui daerah yang koyak atau bagian yang diinsisi, tempat
asal perdarahan, dan ikat dengan kencang untuk menekan jaringan tersebut. Tarik
mukosa melalui soket dengan menggunakan matres horizontal, bilamana mungkin ikat
jahitan dengan kencang sampai jaringan gingival memutih. Letakkan kasa pada soket,
instruksikan pasien untuk memberikan tekanan selama 5 menit dan periksa kembali
luka tersebut.
• Tutupi soket dengan kasa. Baik apakah anastesi local masih efektif atau tidak,
infiltrasikan anastesi local yang mengandung adrenalin di sekeliling tepi-tepi luka
sekali lagi. Buka jahitan dan ganti, tetapi jangan disimpul. Suatu cara yang cukup
membantu adalah dengan mengaitkan benang jahitan melewati soket ke gigi di
dekatnya sehingga bisa ditempatkan kasa pada soket. Kasa dapat terbuat dari bahan
yang bisa diserap maupun tidak, dengan konsistensi yang dapat ditekankan ke luka,
misalnya surgicel atau kasa ribbon yang tidak diserap yang direndam dalam varnish
white head. Jangan gunakan sponge yang bisa diserap. Lepaskan ikatan benang pada
gigi tetangga dan tempatkan di atas kasa. Ikat jahitan tersebut.
Hanya sedikit dokter gigi yang tidak berhasil melakukan hal ini. Jika mukosa luka
sangat parah, mungkin disertai dengan kerusakan pada tepi-tepi soket, lakukan hal seperti
di atas tetapi tempatkan jahitan jauh dari soket dan letakkan 2-3 lapis surgicel pada soket.
Luka distabilisasikan oleh bentangan benang jahit yang menyilang dari jahitan itu.
Pada kasus yang sangat jarang, yaitu jika titik perdarahan yang bisa dilihat, jahit
kembali dengan jahitan kecil atau dengan pola seperti angka delapan. Bila tahap terakhir
akan dilaksanakan pertimbangkan untuk memberikan obat penenang pada pasien. Pada
bedah mulut, diazepam 5-10 mg atau temazepam 10 mg sudah cukup, walaupun pasien
yang sangat gugup membutuhkan dosis sampai 3 kali lipat. Diazepam akan diberikan
secara intramuscular atau intravena 5-10 mg asalkan pasien tidak mempunyai penyakit
pernapasan bagian atas. Sebagai pilihan lain adalah midazolam 5-10 mg. Semua pasien
11
yang menerima obat penenang harus ditemani, dan tidak boleh mengendarai mobil,
menjalankan mesin, atau memakai peralatan dapur selama 24 jam.
12
BAB III
KESIMPULAN
Berdasarkan pembahasan di atas dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut :
1. Sebelum mengadakan suatu tindakan terhadap pasien harus selalu dicurigai mengenai
akan terjadinya komplikasi pendarahan. Seorang dokter gigi harus bisa menganamnesis
dengan cermat untuk mengungkapkan adanya riwayat penyakit atau riwayat pendarahan
sebelaum melakukan pencabutan gigi serta perlunya penanganan awal seorang dokter
gigi, yaitu:
a. Periksa tekanan darah
b. Periksa laporan darah untuk pendarahan, waktu bekuan, ESR, gula darah.
c. Jika memakai aspirin hentikan pada waktu pencabutan gigi
d. Berikan riwayat kesehatan yang sesuai pada dokter gigi sebelum pencabutan
dilakukan
2. Pendarahan pasca ekstraksi gigi dapat berupa : pedarahan primer, sekunder, dan
reaksioner.
3. Bila terjadi perdarahan, seorang dokter gigi harus bisa bertindak dengan benar,
mempertimbangkan keadaan apa yang harus dilakukan untuk mencegah perdarahan yang
banyak dengan menggunakan tindakan sebagai berikut: tutup luka dengan menggunakan
perban atau kain, jepit dengan haemostat atau klem, tutup luka dengan gelfoam yang
menyerap perdarahan,dan berikan tindakan penjahitan bila diperlukan
13
DAFTAR PUSTAKA
Hawkesford JE. and Banks JG.; Maxillofacial and Dental Emergencies; Oxford
University Press; Oxford; 1994.
Malamed SF.; Medical Emergencies in the Dental Office; 5th ed.; Mosby, Inc.; St.Louis;
2000.
Nurhidayat O, Tunggul EP, Wahyono B. Perbandingan media power point dengan
flip chart dalam meningkatakan pengetahuan kesehatan gigi dan mulut. Unnes
Journal of Public Healt 2012; 1: 31-5.
Pederson W. Gordon. Buku ajar praktis bedah mulut. 1st ed. Jakarta: EGC, 1996: 29-
83
Rahardjo Anton. Karies dominasi masalah kesehatan gigi. 2006.
http://www.jurnalnet.com/konten.php. (08 Agustus 2012)
Riawan Lucky. Penanggulangan Komplikasi Pencabutan Gigi. Dipresentasikan pada
Pembinaan Peningkatan Dokter Gigi Melalui Quality Assurance. Bandung. 2002
Scully C. and Cawson RA.; Medical Problems in Dentistry; 4th ed.; Wright; London;
1998.
Setengah Baya Info. Bedah flep pada proses pencabutan gigi. 2010.
http://www.bedah-flap-pada-proses-pencabutangigi. Html. (08 Agustus 2012).
14