paper diprint

Upload: deny-lais

Post on 10-Feb-2018

227 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

  • 7/22/2019 Paper Diprint

    1/11

    1

    BAB 1

    PENDAHULUAN

    1.1. Latar Belakang

    Stroke merupakan masalah kesehatan yang utama.1Menurut National Center for

    Health Statistics (2000), stroke menempati urutan ketiga penyebab kematian

    setelah penyakit jantung dan kanker pada orang Amerika dan Inggris.2 Stroke

    merupakan penyebab terbesar ketidakmampuan fisik di negara-negara

    berkembang, dan menyebabkan kematian.3Menurut data Riset Kesehatan Dasar

    (RISKESDAS, 2007), stroke merupakan sindrom yang menempati urutan nomor

    satu dari penyakit tidak menular di Indonesia yang menyebabkan kematian dan

    kecatatan.4

    Penelitian yang berskala cukup besar di Indonesia dilakukan oleh survey

    ASNA (ASEAN Neurological Association) di 28 rumah sakit di seluruh Indonesia.

    Penelitian ini dilakukan pada penderita stroke akut yang dirawat di rumah sakit

    (hospital based study). Penderita laki-laki lebih banyak dari perempuan dan profil

    usia kurang dari 45 tahun yaitu 12,9% dan lebih dari 65 tahun sebanyak 35,8%.4

    Secara umum, stroke dapat dibagi menjadi stroke iskemik dan stroke

    hemoragik. Stroke hemoragik lebih berbahaya dan dapat menyebabkan kerusakan

    yang lebih dibandingkan stroke iskemik, dengan tingkat mortalitas yang tinggi

    pada penderita dengan kecacatan neurologis.3 Dari data penderita rawat inap di

    bangsal neurologi Rumah Sakit H. Adam Malik Medan pada tahun 2009 diperoleh

    bahwa dari 622 orang yang opname, (250) orang merupakan stroke iskemik dan

    (96) orang merupakan stroke hemoragik.5 Sementara dari data penderita rawat

    inap di bangsal neurologi Rumah Sakit H. Adam Malik Medan pada tahun 2011

    diperoleh bahwa 281 orang penderita stroke iskemik dan 108 orang penderita

    stroke hemoragik.6

    1.2. Tujuan

    Tujuan dari pembuatan refarat ini adalah untuk lebih mengerti dan

    memahami tentang obat trombolitik pada stroke iskemik dan untuk memenuhi

    persyaratan dalam mengikuti kegiatan Kepaniteraan Klinik Senior (KKS) Rumah

  • 7/22/2019 Paper Diprint

    2/11

    2

    Sakit Umum Pusat Haji Adam Malik, Departemen Neurologi, Fakultas

    Kedokteran Universitas Sumatera Utara.

    1.3. Manfaat

    Refarat ini diharapkan dapat memberikan manfaat kepada penulis dan

    pembaca khususnya yang terlibat dalam bidang medis dan masyarakat secara

    umum agar dapat lebih mengetahui dan memahami lebih dalam mengenai obat

    trombolitik pada stroke iskemik.

  • 7/22/2019 Paper Diprint

    3/11

    3

    BAB 2

    TINJAUAN PUSTAKA

    2.1. Penatalaksanaan Stroke Iskemik

    2.1.1. Trombolitik7

    Obat-obat trombolitik digunakan untuk melarutkan gumpalan darah (trombus).

    Gumpalan darah dapat terbentuk pada semua pembuluh darah, namun ketika

    terbentuk di pembuluh darah koroner, serebral atau pulmonal, akan mengancam

    hidup, trombus koroner dapat menyebabkan infark miokard, trombus pembuluh

    darah serebral dapat menyebabkan stroke, tromboemboli pulmoner dapat

    menyebabkan gagal jantung dan gagal napas. Oleh karena itu, penting untuk

    mendiagnosis cepat dan menangani gumpalan darah.

  • 7/22/2019 Paper Diprint

    4/11

  • 7/22/2019 Paper Diprint

    5/11

    5

    mengaktifkan plasminogen yang terikat di fibrin. Mekanisme tPA menghancurkan

    gumpalan yaitu tPA terikat ke fibrin di permukaan gumpalan darah, mengaktivasi

    plasminogen yang terikat ke fibrin. Plasmin dilepaskan dari plasminogen yang

    terikat fibrin, kemudian molekul fibrin dihancurkan oleh plasmin dan gumpalan

    terlarut.Plasmin adalah protease yang dapat menghancurkan molekul fibrin,

    sehingga dapat melarutkan gumpalan. Namun, penting dicatat bahwa plasmin juga

    menghancurkan protein sistemik lain termasuk fibrinogen. Namun karena

    spesifitas fibrin yang dihancurkan oleh tPA, pelarutan gumpalan dari fibrinogen

    sirkulasi lebih sedikit daripada streptokinase dan urokinase. Meskipun tPA

    cenderung selektif untuk plasminogen yang terikat pada fibrin, tPA mengaktifkan

    plasminogen sirkulasi dengan melepaskan plasmin yang menyebabkan

    penghancuran fibrinogen sirkulasi dan menimbulkan keadaan fibrinolitik sistemik.

    Dalam keadaan normal, 2-antiplasmin yang bersirkulasi dalam darah

    menginaktifkan plasmin tetapi dosis terapetik tPA dan Streptokinase

    menyebabkan pembentukan plasmin berkurang untuk mengatasi konsentrasi 2-

    antiplasmin yang bersirkulasi. Secara ringkas, meskipun tPA relatif selektif

    bekerja pada fibrin gumpalan darah, tetapi dapat memicu keadaan lisis sistemik

    dan perdarahan yang tidak diharapkan.

    Streptokinase bukan protease dan tidak memiliki aktivitas enzimatik,

    namun membentuk kompleks dengan plasminogen yang melepaskan plasmin.

    Berbeda dengan tPA, streptokinase tidak terikat terutama pada fibrin gumpalan

    darah dan oleh karena itu terikat secara seimbang pada plasminogen yang

    bersirkulasi maupun yang tidak bersirkulasi. Oleh karena itu, streptokinase

    memproduksi fibrigenolisis dan fibrinolisis gumpalan signifikan. Karena alasan

    ini, tPA lebih disukai sebagai agen trombolitik daripada streptokinase, terutama

    untuk melarutkan gumpalan di koroner dan pembuluh darah serebral. Karena

    streptokinase dibuat dari streptococci, pasien yang memiliki riwayat infeksi

    streptococci membutuhkan dosis streptokinase yang lebih tinggi untuk

    memproduksi trombolisis. Penting dicatat bahwa efektivitas obat trombolitik

    bergantung pada umur gumpalan. Gumpalan yang lebih lama memiliki fibrin yang

    berhubungan silang dan lebih padat. Oleh karena itu, gumpalan lebih sulit

  • 7/22/2019 Paper Diprint

    6/11

    6

    dilarutkan. Untuk mengobati infark miokardial akut, obat trombolitik idealnya

    diberikan dalam 2 jam pertama. Lebih dari itu, efektivitasnya berkurang dan dosis

    yang lebih tinggi dibutuhkan untuk mencapai lisis yang diharapkan.

    2.1.3. Obat Thrombolitik Spesifik7

    Tissue Plasminogen Activator

    Kelompok obat trombolitik digunakan pada infark miokardial akut, stroke

    thrombotik serebrovaskular dan embolisme pulmoner. Untuk infark miokardial

    akut, aktivator plasminogen jaringan secara umum lebih disukai dari

    streptokinase.

    Alteplase (Activase; rtPA) adalah bentuk rekombinan dari tPA manusia.

    Alteplase memiliki waktu paruh pendek (5 menit) dan oleh karena itu diberikan

    secara bolus intravena diikuti dengan infus. Obat ini dapat menjadi terapitrombolitik pada myocardial infraction akut dan pada massive pulmonary

    embolism akut dengan haemodynamic instability. Terapi pada ischemic stroke

    akut. Terapi harus dilakukan selama tiga (3) jam onset terjadinya simptom dan

    setelah dipastikan tidak mengalami intracranial hemorrage stroke dengan CT scan.

    Obat ini juga sama halnya dengan senyawa trombolitik, rtPA tidak boleh

    digunakan pada pasien yang mengalami resiko tinggi haemorhage, pasien yang

    menerima antikoagulan oral (warfarin), menunjukkan atau mengalami perburukan

    pendarahan, punya riwayat stroke atau kerusakan susunan saraf pusat,

    Haemorhage retinopathy, sedang mengalami trauma pada external jantung (

  • 7/22/2019 Paper Diprint

    7/11

    7

    efektif dalam membatasi perluasan infark dan melindungi j a r i n ga n o t ak d a r i

    i sk emia d an k emat i an se l d en g an meres to ras i a l i r an d a rah .

    Dosis yang direkomendasikan 0,9mg/kg (dosis maksimal 90 mg) secara

    intravena selama 60 menit dan 10% dari total dosis diberikan secara bolus selama

    1 menit. Pemasukan dosis 0,09 mg/kg (10% dari dosis 0,9mg/kg) secara iv bolus

    selama 1 menit, diikuti dengan 0,81 mg/kg (90% dari dosis 0,9mg/kg) sebagai

    kelanjutan infus selama lebih dari 60 menit. diberikan sesegera mungkin dalam 3

    jam onset simptom. Efek sampingnya yaitu 1% sampai 10% : kardiovaskular

    (hipotensi), susunan saraf pusat (demam), dermatologi (memerah(1%)),

    gastrointestinal (GI hemorrhage (5%), nausea, vomiting), hemotologi (pendarahan

    mayor (0,5%), pendarahan minor (7%)), reaksi alergi (anaphylaxis,

    urticaria(0,02%), intracranial haemorrhage (0,4% sampai 0,87%, jika dosis

    100mg)

    Tabel 1.1.Karateristik Pasien yang dapat diterapi dengan Alteplase8No Karateristik Pasien yang dapat diterapi dengan Alteplase

    1. Terdiagnosis ischemic stroke

    2. Tanda-tanda neurologis tidak bisa terlihat jelas secara spontan

    3. Simptom stroke tidak mengarah pada subarachnoid hemorrhage.

    4. Onset simptom kurang dari 3 jam sebelum dimulai terapi dengan

    Alteplase

    5. Tidak mengalami trauma kepala dalam 3 bulan terakhir

    6. Tidak mengalami myocardial infarction dalam 3 bulan terakhir7. Tidak terjadi gastrointestinal hemorrhage atau hemorrhage pada saluran

    kencing dalam 21 hari terakhir

    8. Tidak melakukan operasi besar dalam 14 hari terakhir

    9. Tidak mengalami arterial puncture pada tempat-tempat tertentu dalam 7

    hari terakhir

    10. Tidak mempunyai riwayat intracranial hemorrhage

    11. Tidak terjadi peningkatan tekanan darah (sistolik kurang dari 185 mmHg

  • 7/22/2019 Paper Diprint

    8/11

    8

    dan diastolik kurang dari 110 mmHg)

    12. Tidak terbukti mengalami pendarahan aktif atau trauma akut selama

    pemeriksaan

    13. Kadar glukosa darah >50 mg/dL

    14. Hasil CT scan tidak menunjukkan terjadinya multilobar infarction

    (hypodensity kurang dari 1/3 cerebral hemisphere

    Retaplase (Retavase) dibuat secara genetik, turunan yang lebih kecil dari

    tPA rekombinan yang telah ditingkatkan potensinya dan bekerja lebih cepat dari

    rTPA. Retaplase biasanya diberikan sebagai injeksi bolus IV. Retaplase

    digunakan pada infark miokardial akut dan embolisme paru.

    Tenecteplase (TNK-tPA) memiliki waktu paruh yang lebih panjang dan

    afinitas ikatan yang lebih besar untuk fibrin daripada rTPA. Karena kwatu paruh

    yang lebih panjang, dapat diberikan secara IV bolus. TNK-TPA hanya digunakan

    pada infark miokardial akut.

    Streptokinase7

    Streptokinase dan anistreplase digunakan pada infark miokardial akut, thrombosis

    vena dan aterial, dan embolisme paru. Ikatan ini antigenik karena diturunkan dari

    bakteri streptokokus.

    Streptokinase alami (SK) bekerja kurang spesifik sehingga kurang

    diminati sebagai obat trombolitik daripada tPA karena menyebabkan banyak

    fibrigenolisis.

    Anistreplase (Eminase) adalah kompleks SK dan plasminogen.

    Anistreplase lebih memiliki spesifitas bekerja pada fibrin dan aktivitas yang lebih

    lama daripada SK alami. Namun, menyebabkan fibrigenolisis.

    Urokinase7

    Urokinase (Abbokinase; UK) aktivator plasminogen tipe urine (uPA) karena

    dibentuk di ginjal dan ditemukan di urine. Urokinase jarang digunakan karena

    seperti SK, UK menyebabkan fibrigenolisis. Satu kelebihan UK dari SK adalah

    nonantigen.

  • 7/22/2019 Paper Diprint

    9/11

    9

    Efek samping dari semua obat trombolitik adalah komplikasi perdarahan

    yang disebabkan fibrigenolisis sistemik dan lisis sumbatan hemostatik normal.

    Perdarahan sering terjadi pada tempat kateterisasi, meskipun perdarahan

    gastrointestinal dan otak pun dapat terjadi. Oleh karena itu, pasien yang pernah

    mengalami trauma atau yang memiliki riwayat stroke perdarahan serebral

    biasanya tidak diberi trombolitik.

  • 7/22/2019 Paper Diprint

    10/11

    10

    BAB 3

    KESIMPULAN

    Terapi yang diberikan pada pasien-pasien dengan stroke iskemik salah

    satunya adalah terapi trombolitik. Obat-obat trombolitik digunakan untuk

    melarutkan gumpalan darah (trombus). Gumpalan darah dapat terbentuk pada

    semua pembuluh darah, namun ketika terbentuk di pembuluh darah koroner,

    serebral atau pulmonal, akan mengancam hidup, trombus koroner dapat

    menyebabkan infark miokard, trombus pembuluh darah serebral dapat

    menyebabkan stroke, tromboemboli pulmoner dapat menyebabkan gagal jantung

    dan gagal napas. Jenis-jenis obat trombolitik yang dapat digunakan adalah Tissue

    Plasminogen Activator (TPA), Streptokinase, Urokinase.

  • 7/22/2019 Paper Diprint

    11/11

    11

    DAFTAR PUSTAKA

    1. Kalache, A. & Aboderin, I., 1995. Stroke: The Global Burden. Available from:http://heapol.oxfordjournals.org/content/10/1/1.abstract [Accessed 6 May 2012]

    {abstrak}.

    2. Emanuel, E.J. & Emanuel, L.L., 2005. Palliative and End-of-Life Care. In:Kasper, D.L., Fauci, A.S., Longo, D.L., Braunwald, E., Hauser, S.L., Jameson,

    J.L., ed. Harrisons Principles of Internal Medicine. 16th Edition. United States

    of America: McGraw-Hill.

    3. Wilkinson, I. & Lennox, G., 2005. Essential Neurology. Fourth Edition. UK:Blackwell.

    4. Misbach, J., 2011. Stroke Aspek Diagnosis, Patofisiologi, Manajemen. Jakarta:Balai Penerbit FKUI.

    5. Nasution, I.K., 2011. Perbedaan Nilai GFR Pada Penderita Stroke dengan atauTanpa Sindroma Metabolik. Program Studi Ilmu Penyakit Saraf Fakultas

    Kedokteran USU RSUP H. Adam Malik Medan.

    6. Departemen Neurologi RSUP H. Adam Malik Medan, 2011. Data PenderitaRawat Inap Tahun 2011

    7. http://www.cvpharmacology.com/thrombolytic/thrombolytic.htm[Accessed 24 Oktober 2013]

    8. Adam, H. P., et.al., 2007. Guidelines for the Early Management of Adults WithIschemic Stroke: A Guideline From the American Heart Association/ American

    Stroke Association Stroke Council, neurologists. Available from :

    http://www.stroke.ahajournal.org.diakses tanggal 25 Oktober 2013

    http://heapol.oxfordjournals.org/content/10/1/1.abstracthttp://www.cvpharmacology.com/thrombolytic/thrombolytic.htmhttp://www.stroke.ahajournal.org/http://www.stroke.ahajournal.org/http://www.cvpharmacology.com/thrombolytic/thrombolytic.htmhttp://heapol.oxfordjournals.org/content/10/1/1.abstract