yg diprint

Upload: fingga-prahasti

Post on 14-Jan-2016

281 views

Category:

Documents


1 download

DESCRIPTION

yg diprint

TRANSCRIPT

BAB IPENDAHULUANPterigium adalah pertumbuhan jaringan fibrovaskular yang berbentuk sayap pada konjungtiva bulbi, kelainan ini berupa pertumbuhan segitiga horizontal dari jaringan abnormal yang invasi ke kornea dari regio kantus pada konjungtiva bulbi. (1) Pterigium sering dan berdistribusi pada daerah dengan iklim panas. Prevalensi kejadian pterigium pada banyak negara didunia berkisar antara 0,3-29%. (2) Pterigium tersebar diseluruh dunia, tetapi lebih banyak terjadi didaerah iklim panas dan kering. Prevalensi juga tinggi didaerah berdebu dan kering. Prevalensi tinggi sampai 22% didaerah dekat ekuator dan kurang dari 2% didaerah diatas 40 lintang. (3) Prevalensi pterigium meningkat dengan umur, terutama dekade ke 2 sampai ke 3 dari kehidupan. Insiden tinggi pada umur antara 20-49 tahun. Rekuren lebih sering pada umur muda daripada umur tua. Laki-laki 4 kali lebih risiko daripada perempuan dan berhubungan dengan merokok dan riwayat paparan lingkungan diluar rumah. (3,4) Kejadian pterigium di Australia, 44x lebih banyak terjadi didaerah tropis, 11 x lebih banyak pekerja yang berhubungan dengan pasir, 9x lebih banyak pada pasien dengan riwayat tanpa kacamata dan 2x lebih banyak pada pasien yang tidak memakai topi saat melakukan aktivitas diluar rumah. (5) Sedangkan untuk kejadian pterigium di Indonesia sendiri, pterigium lebih banyak terjadi didaerah sumatera dengan rata-rata umur kejadian diatas 40 tahun (6) dengan prevalensi kejadian di Indonesia sekitar 13,1%. (7) Penanganan dari pterigium terdiri dari penangan medikamentosa, yang diberikan bila gejala yang ditimbulkan pterigium masih ringan dan tidak mengganggu penglihatan. Sedangkan, untuk terapi pembedahan dilakukan bila gejala dari pterigium sudah semakin progresif, sehingga mengganggu penglihatan, menyebabkan penglihatan ganda dan menimbulkan keluhan kosmetik. (8)BAB IITINJAUAN PUSTAKAI. Konjungtiva

Gambar 1. Anatomi Konjungtiva (9)Konjungtiva merupakan lapisan terluar dari mata yang terdiri dari membran mukosa tipis yang melapisi kelopak mata, kemudian melengkung melapisi permukaan bola mata dan berakhir pada daerah transparan pada mata yaitu kornea. Secara anatomi, konjungtiva dibagi atas 3 bagian yaitu konjungtiva palpebra, konjungtiva bulbaris dan konjungtiva forniks. Namun, secara letak areanya, konjungtiva dibagi menjadi 6 area yaitu area marginal, tarsal, orbital, forniks, bulbar dan limbal. Konjungtiva bersambungan dengan kulit pada tepi kelopak (persambungan mukokutan) dan dengan epitel kornea pada limbus. (10)Secara anatomi, konjungtiva terdiri atas 3 bagian, diantaranya : (11)a. Konjungtiva palpebraMulai dari mucocutaneus junction, yang terletek diposterior kelopak mata yaitu dimana epidermis bertransformasi menjadi konjungtiva. Dari sini, konjungtiva melapisi erat permukaan dalam kelopak mata. Konjungtiva pelpebra dibagi atas zona marginal,tarsal dan orbital. Konjungtiva marginal dimulai pada mucocutaneus junction hingga konjungtiva proper. Punktum bermuara pada sisi medial dari zona marginal konjungiva palpebra sehingga terbentuk komunikasi antara konjungtiva dan sistem lakrimalis. Zona tarsal merupakan zona yang melekat erat pada tarsus konjungtiva yang sangat vaskuler dan translusen. Terakhir zona orbita, yang dimulai dari ujung perifer tarsus hingga forniks. b. Konjungtiva bulbiMenutupi sklera dan mudah digerakkan dari skelra dibawahnya. Konjungtiva bulbi dimulai dari forniks ke limbus dan bersifat sangat translusen sehingga sklera dibawahnya dapat dilihat. Konjungtiva bulbi melekat longgar dengan sklera melalui jaringan alveolar, yang memungkinkan mata bergerak kesegala arah. c. Konjungtiva ForniksMerupakan tempat peralihan antara konjungtiva tarsal dan bulbi. Aliran darah konjungtiva berasal dari arteri siliaris anterior dan arteri palpebralis. Kedua arteri ini beranastomosis bebas dan bersama-sama dengan banyak vena konjungtiva yang umumnya mengikuti pola arteri membentuk jaring-jaring vaskular konjungtiva yang banyak sekali. Pembuluh limfe konjungtiva tersusun dalam lapisan superfisial dan lapisan profundus dan bersambung dengan pembuluh limfe palpebralis sehingga membentuk pleksus limfatikus yang banyak. Konjungtiva mendapat persarafan dari percabangan pertama (oftalmik) nervus trigeminus dan relatif sedikit memiliki saraf nyeri. (10)Fungsi dari konjungtiva sendiri adalah memproduksi air mata, menyediakan kebutuhan oksigen ke kornea dan melindungi mata dengan mekanisme pertahanan non-spesifik berupa barier epitel, aktivitas lakrimasi dan menyuplai darah. Selain itu, juga terdapat pertahanan spesifik berupa mekanisme imunologis seperti sel mast, leukosit, adanya jaringan limfoid pada mukosa dan antibodi dalam bentuk IgA. (11)Pada konjungtiva juga terdapat beberapa jenis kelenjar yang dibagi menjadi dua grup besar yaitu : (1)a. Penghasil musin1. Sel goblet ; terletak dibawah epitel dan paling banyak ditemukan pada daerah inferonasal.2. Crypts of Henle ; terletak sepanjang sepertiga atas dari konjungtiva tarsalis superior dan sepanjang sepertiga bawah dari konjungtiva tarsalis inferior.3. Kelenjer Manz ; mengelilingi daerah limbusb. Kelenjer asesori lakrimalis, kelenjer Krause dan kelenjer Wolfring termasuk didalamnya yang terletak dibawah substansi propia.

II. Pterigium2.1 Pengertian Pterigium adalah pertumbuhan jaringan fibrovaskular berbentuk segitiga yang tumbuh dari arah konjungtiva menuju kornea pada daerah intrapalpebra. Pterigium tumbuh berbentuk sayap pada konjungtiva bulbi. Asal kata pterygium adalah dari bahasa yunani, yang berarti pteron yang artinya wing atau sayap. Pterigium umumnya berkembang pada pasien yang tinggal pada iklim panas (iklim tropis dan subtropis), pasien dengan pinguecula, pasien yang sering terkena paparan sinar ultraviolet (UV) atau faktor lain seperti mata kering kronis. (1,8,12,13,14,2,6,15) Pterigium memiliki karakteristik lesi yang proliferatif, infiltrat inflamasi, fibrosis, angiogenesis, neovaskularisasi, dan remodelling ekstraseluler matriks. (13)2.2 EpidemiologiPrevalensi kejadian pterigium pada banyak negara didunia berkisar antara 0,3-29%. (2) Pterigium tersebar diseluruh dunia, tetapi lebih banyak terjadi didaerah iklim panas dan kering. Prevalensi juga tinggi didaerah berdebu dan kering. Faktor yang sering mempengaruhi adalah daerah dekat ekuator, yakni daerah 3-4 mm dan pertumbuhan yang progresif menuju tengah kornea atau aksis visual dan adanya gangguan pergerakan bola mata. (8,21)Eksisi pterigium bertujuan untuk mencapai keadaan normal, gambaran permukaan bola mata yang licin. Teknik bedah yang sering dilakukan untuk mengangkat pterigium menggunalan pisau yang datar untuk mendiseksi pterigium kearah limbus. Walupun memisahkan pterigium dengan bare sclera kearah limbus lebih disukai, namun ini tidak penting untuk memisahkan jaringan tenon secara berlebihan didaerah medial, karena kadang-kadang dapat timbul perdarahan. Oleh karena itu, trauma tidak sengaja didaerah jaringan otot. Setelah eksisi, kauter sering digunakan untuk mengontrol perdarahan. (16)Beberapa pilihan untuk menutup luka pterigium, diantaranya : (8,21,22) 1. Bare Sclera : tidak ada jahitan atau benang absorbable digunakan untuk meletakkan konjungtiva ke superfisial sclera didepan insersi rektus.2. Simple closure : pinggir dari konjungtiva yang bebas dijahit bersama (efektif jika hanya defek kecil dikojungtiva)3. Sliding flap : suatu insisi bentuk L dibuat sekitar luka untuk membentuk flap konjungtiva, untuk menutup luka.4. Rotational Flap : Insisi berbentuk U dibuat disekitar luka untuk membentuk lidah dari konjungtiva yang diputar untuk menutup luka.5. Conjungtiva Graft : suatu free graft yang biasanya dari konjungtiva superior dieksisi sesuai dengan besar luka dan kemudian dipindahkan dan dijahit. 6. Amnion Menbran Tranplantasi : mengurangi fkeuensi rekuren pterigium, mengurangu fibrosis atau scar pada permukaan bola mata dan penelitian baru mengungkapkan menekan TGF- pada konjungtiva dan fibroblas pterigium. Pemberian mytomicin C dan -irridiation dapat diberikan untuk mengurangi rekuren.7. Lamellar keratoplasty excimer laser phototheraupetic keratectomi dan terbaru dengan menggunakan gabungan angiostatic steroid.

Gambar 7. Pembedahan Pterigium (21)9. KomplikasiKomplikasi pterigium : (16)a. Distorsi atau penglihatan sentral berkurangb. Mata Kemerahanc. Iritasid. Scar/parut pada konjungtiva dan sklerae. Diplopia atau penglihaan ganda.Komplikasi pasca operasi : (23) a. Nyeri dan tidak nyaman pada padab. Kosmetikc. Penglihatan berkurangd. Pterigium yang berulange. Oembengkakan dan perdarahan akibat jahitan graft yang terbukaf. Ulserasi kornea atau infeksig. Conjungtiva scar10. PrognosisDari segi penglihatan dan kosmetik pasien yang telah dilakukan eksisi pterigium berptognosis baik. Rasa tidak nyaman pada hari petama post-operasi masih bisa ditoleransi oleh pasien, dan kebanyakan pasien setelah 48 jam pertama post-operasi bisa beraktivitas kembali. Pasien dengan rekuren pterigium dapat dilakukan eksisi ulang dan graft dengan conjungtiva graft atau transplantasi membran amnion. (16)Pasien dengan risiko tinggi rimbulnya pterigium deperti riwayat keluarga atau jarena seringnya terkena paparan sinar matahari sangan dianjurkan menggunakan pelindung seperti kacamata sunblock dan mengurangi paparan debu atau bhan iritan lainnya. (16,22)

BAB IILAPORAN KASUSI. Identitas PasienNama: Cut Hazlina YusmanUmur : 52 tahunJenis Kelamin : perempuanAgama : IslamPekerjaan : Ibu Rumah TanggaAlamat : Ulee-KarengNo CM : 0-79-56-27Tanggal Pemeriksaan : 29 September 2014

II. AnamnesisKeluhan Utama : Rasa mengganjal dikedua mata dan berair.Riwayat penyakit SekarangPasien datang dengan keluhan tidak nyaman dikedua mata/rasa mengganjal dikedua mata. Keluhan ini sudah dirasakan sejak 6 bulan belakangan. Selain itu, pasien juga mengeluhkan matanya berair (+), dan berlendir (+), dan silau bila terkena cahaya/photopobia(+). Mata merah (+), mata berasa berpasir (+), nyeri (+), mata gatal minimal (+), dan penglihatan kabur (+). Riwayat trauma -).Riwayat Penyakit DahuluPasien menyangkal tidak pernah mengalami keluhan seperti ini sebelumnya dan menyangkal memiliki penyakit jantung, hipertensi, diabetes mellitus dan asma.Riwayat Pengobatan SebelumnyaPasien biasa menggunakan obat tetes mata untk mengurangi gejala pada matanya

Riwayat KebiasaanPasien merupakan ibu rumah tangga. Pasien melakukan kebiasaan ibu rumah tangga sebagaimana semestinya dan pasien memiliki hobi merawat bunga.III. Pemeriksaan Fisik Pemeriksaan Umum Keadaan umum : tampak sakit ringanKesadaran : compos mentis Pemeriksaan Oftalmologi

KananPemeriksaanKiri

5/12Visus5/12

Normal palpasiTIONormal Palpasi

OrtoforiaHirshbergOrtoforia

Kesegala arahGerak Bola MataKesegala arah

Dalam batas normalPalpebraDalam batas normal

Ada bercak dan berairKonjungtiva BulbiAda bercak dan berair

Dalam batas normalKonjungtiva TarsalDalam batas normal

JernihKorneaJernih

CukupCOACukup

Coklat, bulat, isokor, RCL(+), RCTL(+)Iris/PupilCoklat, bulat, isokor, RCL(+), RCTL(+)

JernihLensaJernih

-Vitreous-

-Funduscopy-

IV. Diagnosa : OS PterigiumV. Terapi : Asam Mefenamat 500 mg tab 2x1 Paracetamol 500 mg tab 3x 1VI. Anjuran : Eksisi Pterigium OSVII. Diagnosa post operasi : Pterigium derajat IIVIII. Terapi post-operasi : Cendoxytrol 1 tts/2 jam Cefadroxyl 2x500 mg Asam mefenamat 2x500 mg Natrium diklofenat 2x1IX. PrognosisOcular dextraOcular sinistra

Qua ad visamBonam

Qua ad sanamBonam

Qua ad vitamBonam

Qua ad cosmetikanBonam

X. PembahasanPterigium adalah pertumbuhan jaringan fibrovaskular berbentuk segitiga yang tumbuh dari arah konjungtiva menuju konjungtiva menuju kornea pada daerah intraplapebra. Pterigium tumbu berbentuk sayap pada konjungtiva bulbi. Pterigum umumnya berkembang pada pasien yang tinggal diiklim panas (iklim tropis dan subtropis). Secara prevalensi, pterigium lebih banyak terjadi pada laki-laki dengan faktor risiko merokok, seringnya paparan dengan lingkungan luar dan sering terjadi pada keadaan berdebu dan kering. Insiden pterigium tertinggi pada umur 20-49 tahun. Kejadian pterigiu sangat berhubungan erat dengan paparan sinar matahari, dan juga bisa disebabkan oleh udara yang kering, inflamasi dan paparan terhadap debu dan angin serta zat iritan lainnya. Selain dari proses paparan sinar ultraviolet, pterigium juga terjadi akibat proses mutagenik. Ultraviolet-B (UV-B) yang merupakan faktor mutagenic bagi tumor supresor gene p53 yang terdapat pada sel basal limbus. Ekspresi berlebihan sitokin seperti TGF- dan VEGF (vascular endothelial growth factors) menyebabkan regulasi kolagenase, migrasi dan angiogenesis. Pasien dengan visus OD/OS 5/12 dengan keluhan rasa tidak nyaman atau mengganjal pada mata, mata berair (+), mata merah (+), mata berlendir (+), silau/photopobia (+), mata berpasir (+), nyeri minimal (+), mata gatal minimal (+) dan riwayat trauma (+). Pada mata kiri ditemukan selaput segitiga dinasal dengan apeks melewati limbus dan belum mencapai limbus.Palpebra dan konjungtiva tarsal dalam batas normal. Kornea dan lensa jernih, iris/pupil berwarna coklat, bulat, isokor, RCL (+) dan RCTL (+). Pemeriksaan funduscopy tidak dilakukan.Berdasarkan hasil anamnesis dan hasil pemeriksaan oftalmologis tersebut dapat disimpulkan bahwa pasien menderita OS Pterigium Derajat II.Penanganan pada pasien pterigium terdiri dari penanganan medikamentosa dan pembedahan. Pengobatan medikamentosa bisa berupa obat tetes mata, dekongestan tetes, vasokontriktor dan kortikosteroid. Sedangkan pembedahan diindikasikan bila terjadi ketidaknyamanan yang menetap, gejala yang makin memberat, gangguan penglihatan, ukurannya >3-4 mm dan pertumbuhan yang progresif menuju tengah atau aksis visual dan adanya gangguan pergerakan bola mata. Umumnya pterigium tumbuh secara perlahan dan jarang sekali menyebabkan kerusakan yang bermakna, dan karena itu prognosis adalah baik.

BAB IIIDAFTAR PUSTAKAxx1.Kanski JJ, Bowling B. Pterigium: Clinical Opthalmology A Systemetic Approach 7th edition BUtterworth Heinemann: Elsevier; 2011.2.Leonard PK, Jocelyn LL, Donald THT. Current Concepts abd Technique in Pterygium Teratment. Current Opinion in Opthalmology. 2007; 18: p. 308-313.3.Donald TT. Pterygium, Clinical Opthalmology-An Asian Perspective, Chapter 3.2 Singapore: Saunders Elsevier; 2005.4.Waller SG, Adams PA. Pterygium, Duane's Clinical Opthalmology, Chapter 35, Vol 6: Lippincott William and Wilkins; 2004.5.Waller GS, Adams PA. Pterigium, Duane's Clinical Opthalmology, Chapter 35, Vol 6. Lippincot Williams and Wilkins. 2004;: p. 1-10.6.Gazzard S, Saw SM, Farook M, Koh D, Widjaja D, Chia SE, et al. Pterygium in Indonesia :prevalence, severity and risk factors. British Journal Opthalmology. 2022 July; 86: p. 1341-1346.7.Gondhowiardjo TD, Simanjuntak GW. Pterigium:Panduan Manjaemen Klinis Perdami Jakarta: CV Ondo; 2006.8.Aminlari A, Singh R, Liang D. Management Of Pterygium. Ophthalmic Pearls. 2010 NOvemver;: p. 37-38.9.Lang GK. Conjungtiva In:Opthalmology A Pocket Textbook Atlas New York: Thieme Stutgart; 2000.10.Riodan PE. Conjungtiva in Vuhgan and Asbury General Opthalmology, Chapter 5,6 th Singapore: Mc Graw Hill; 2004.11.Sihota R, Tandon R. Parsons's Disease Of The Eye India: Elsevier; 2007.12.Pendergrast D. Pterygia and Pinguecula. Continuing Medical Education. 2006 December; 33(6).13.Chui J, Girolamo DN, Wakefield D, Coreneo MT. The Pathogenesis of Pterygium:Current Concepts and Their Therapeutic Implications. The Ocular Surface. 2008 January; 6(1).14.Tradjutrisno N. Pterygium: degeneration, exuberant wound healing or benign neoplasm? UNiversa Medicina. 2008 September; 28(3).15.Solomon AS. Pterygium. British Journal OPthalmology. 2006 June; 90.16.Laszuarni. Prevalensi Pterigium Di Kabupaten Langkat. Thesis. Medan : Universitas Sumatera Utara, Fakultas Kedokteran; 2009.17.Subramaniam R. Pterygium. [Online].; 2008 [cited 2014 October. Available from: www.opthalmology.com.18.Jerome PF. Medical Scape. [Online].; 2011 [cited 2014 September. Available from: http://emedicine.medscape.com/article/1192527-overview.19.Center AE. Pterigium dan Pinguecula. [Online].; 2010 [cited 2014 October. Available from: http://aec.com/patient-resources/corneal-external-disease/pterygium-and-pingu/.20.Mata PDS. Ilmu Penyakit Mata Jakarta: Sagung Seto; 2002.21.Opthalmology AAo. Basic and Clinical Science Course, Section 8, External Disease And Cornea. 20005-2006;: p. 344-405.22.Hossain P. Pterygium Surgery. Focus : The Royal College Of Opthalmologist. 2011.23.Pterygium :patient Information. Pterygium/Opthalmology/SDHCNHSFT/13/11/review date11/15. .

x

x