skripsi edo fprevisi+bab4+bab5 latest 4..buat diprint
TRANSCRIPT
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Penelitian
Percakapan adalah salah satu bukti bahwa manusia merupakan makhluk
sosial. Dalam bersosialisasi percakapan berfungsi untuk menyampaikan maksud
dari seseorang kepada lawan bicaranya. Untuk menyampaikan maksud kepada
lawan bicaranya seseorang harus bisa memilih dan menggunakan bahasa yang
tepat. Dalam percakapan, penutur dan lawan bicaranya berusaha untuk saling
bekerja sama, dengan maksud agar tujuan atau pesan ujaran yang mereka tuturkan
dapat dipahami oleh masing-masing partisipan komunikasi. Tujuan dan pesan ini
disampaikan dengan jelas (eksplisit) dan tersirat (implisit). Untuk mengetahui
tujuan dan pesan secara eksplisit dari sebuah ujaran bisa dilihat dengan mencari
arti semantis dari kata-kata pada ujaran tersebut. Sedangkan untuk melihat pesan
tersirat dari sebuah ujaran dibutuhkan pemahaman tentang implikatur.
Konsep mengenai implikatur ini mengacu pada maksud tersembunyi dari
sebuah ujaran, dan konsep ini berhubungan dengan perbedaan antara makna
harfiah dengan makna yang dituturkan secara implisit. Grice membagi implikatur
menjadi dua yaitu implikatur konvensional (conventional implicature) dan
implikatur percakapan (conversational implicature). Implikatur konvensional
bergantung kepada kaidah linguistik umum seperti struktur gramatik suatu tuturan
dan bukan dari konteks tuturan. Sedangkan Implikatur percakapan adalah
proposisi atau ’pernyataan’ implikatif, yaitu apa yang mungkin diartikan,
1
disiratkan, atau dimaksudkan oleh penutur, yang berbeda dari apa yang
sebenarnya dikatakan oleh penutur di dalam suatu percakapan (Grice, 1975:43).
Berdasarkan penjelasan di atas, penulis tertarik melakukan penelitian tentang
implikatur khususnya pada bagian implikatur percakapan (conversational
implicature).
Objek pada penelitian ini adalah sebuah situs humor “Overheard in New
York”. Situs ini memiliki konten kutipan percakapan absurd penduduk New York.
Percakapan pada situs ini sebagian bisa dikategorikan sebagai percakapan yang
standar atau lazim dilakukan oleh setiap orang namun yang membuatnya berbeda
adalah pemilihan waktu dan tempat terjadinya percakapan tersebut yang tidak pas.
Sebagian lagi merupakan dialog tabu dan dan jarang dijadikan bahan
perbincangan pada situasi normal. Salah satu kelebihan pada situs ini yakni
kutipan percakapan tersebut merupakan percakapan asli dan bukan merupakan
skrip. Selain itu, New York yang merupakan salah satu kota Metropolitan dunia,
pasti penduduknya terdiri dari berbagai macam ras, budaya, agama, dan kelas
sosial yang beragam sehingga percakapan antara penduduknya menjadi lebih
bervariasi. Pada penelitian ini penulis juga berusaha menganalisis faktor apa yang
menjadi pemicu terciptanya humor pada percakapan dalam situs ini.
1.2 Identifikasi Masalah:
Berdasarkan latar belakang tersebut maka penulis mengambil identifikasi
masalah sebagai berikut:
2
1. Implikatur percakapan apakah yang ditimbulkan oleh pelanggaran prinsip
kerja sama dalam situs humor “Overheard in New York “?
2. Apa faktor pemicu terciptanya humor pada situs humor “Overheard in
New York?
1.3 Tujuan Penelitian:
Setelah menetapkan identifikasi masalah, maka tujuan dari penelitian ini
adalah sebagai berikut:
1. Mendeskripsikan implikatur percakapan yang ditimbulkan oleh
pelanggaran prinsip kerja sama pada situs humor Overheard in New York.
2. Mendeskripsikan faktor yang memicu terciptanya humor pada situs humor
Overheard in New York?
1.4 Kegunaan Penelitian
Dalam penelitian ini untuk penulis ingin mendesrkipsikan serta
menganalisis Implikatur percakapan apa yang ditimbulkan oleh pelanggaran-
pelanggaran terhadap maksim yang terdapat pada situs “Overheard in New York”,
serta mendeskripsikan faktor apa yang membuat dialog pada percakapan dalam
situs “Overheard in New York” menjadi lucu. Penelitian ini penulis harapkan
dapat memberikan manfaat secara teoritis bagi penulis khususnya dan bagi
pembaca umumnya untuk memahami fenomena implikatur percakapan dalam
humor. Lebih jauh lagi, penelitian ini penulis harapkan dapat memicu timbulnya
berbagai penelitian lanjutan.
3
1.5 Kerangka Pemikiran
Pada bagian kerangka pemikiran ini, penulis menggunakan teori yang
berhubungan dengan pragmatik. Dalam menganalisis ujaran-ujaran yang terdapat
dalam percakapan tersebut penulis berlandasan pada prinsip kerjasama, dan
implikatur percakapan yang dikemukakan oleh Grice (1975), serta didukung oleh
teori implikatur percakapan Levinson (1983) dan teori konteks McManis (1988).
Teori utama yang penulis gunakan yaitu teori implikatur percakapan dan
prinsip kerjasama Grice. Teori percakapan penulis gunakan karena data yang
dianalisis merupakan bentuk dari percakapan, yaitu ujaran yang terdapat pada
humor Overheard in New York. Selain itu, penulis juga menggunakan teori
konteks yang berperan dalam menjelaskan situasi dari ujaran yang ada dalam
percakapan pada situs “Overheard in New York”. Kemudian sebagai landasan
bagi implikatur percakapan, penulis berpedoman pada Prinsip Kerja Sama oleh
Grice yang terdiri dari empat bidal atau maksim yakni relevan, kualitas, kuantitas,
dan cara. Selanjutnya untuk mengetahui jenis humor dan menganalisa faktor
pemicu terciptanya humor penulis menggunakan teori witticism yang dijabarkan
oleh Neal Norrick.
1.6 Metode Penelitian
Penelitian ini menggunakan metode deskriptif. Metode deskriptif menurut
Djajasudarma (1995:8) yaitu metode yang bertujuan mendeskripsikan, maksudnya
membuat gambaran, lukisan secara sistematis, faktual, dan akurat mengenai data.
Masalah–masalah yang terkumpul dari data dikumpulkan terlebih dahulu
4
kemudian akan dibahas pada Bab IV. Pelaksanaan metode penelitian deskriptif
tidak terbatas sampai pada pengumpulan dan penyusunan data, tetapi meliputi
analisis tentang data tersebut, sehingga semua yang dikumpulkan memungkinkan
menjadi kunci terhadap apa yang diteliti.
1.7 Lokasi dan Waktu Penelitian
Penelitian ini bersifat studi kepustakaan atau library research. Adapun
perpustakaan yang dipergunakan sebagai tempat mengambil referensi adalah
perpustakaan jurusan Sastra Inggris, perpustakaan Fakultas Sastra Universitas
Padjadjaran, perpustakaan pusat Universitas Padjadjaran serta perpustakaan
Fakultas Ilmu Budaya Universitas Indonesia.
5
BAB II
KAJIAN TEORI
2.1 Pragmatik
Pragmatik merupakan salah satu variabel yang memberikan pengetahuan
tentang cara dan bagaimana suatu bahasa digunakan. Pragmatik disesuaikan
dengan makna yang akan disampaikan sebagai representasi dari pemikiran
penutur suatu bahasa. Pengertian pragmatik seringkali tertutupi oleh pengertian
semantik yang memang mengacu pada analisis makna. Namun perbedaan itu bisa
sangat mencolok apabila dilihat dari makna dua hal tersebut, dimana pragmatik
menganalisis makna dengan dihubungkan dengan penutur bahasanya sendiri.
Sedangkan dalam semantik makna memiliki definisi hanya sebagai ciri–ciri
ungkapan dalam suatu bahasa tertentu yang tidak terpengaruhi oleh latar belakang
situasi dan kondisi. Semantik tidak menghubungkan makna dengan penutur
bahasa dan bahasa yang dituturkannya. Menurut Yule (1983:3) pragmatik
meliputi empat kajian yaitu (1) bidang yang mengkaji makna pembicara, (2)
bidang yang mengkaji makna menurut konteksnya, (3) bidang yang melebihi
kajian tentang makna yang diujarkan, mengkaji makna yang dikomunikasikan
atau terkomunikasikan oleh pembicara; dan (4) bidang yang mengkaji bentuk
ekspresi menurut jarak sosial yang membatasi partisipan yang terlibat dalam
percakapan tertentu.
Sedangkan Leech (1983:6) melihat pragmatik sebagai bidang kajian dalam
linguistik yang mempunyai kaitan dengan semantik. Keterkaitan ini ia sebut
6
semantisisme, yaitu melihat pragmatik sebagai bagian dari semantik;
pragmatisisme, yaitu melihat semantik sebagai bagian dari pragmatik; dan
komplementarisme, atau melihat semantik dan pragmatik sebagai dua bidang yang
saling melengkapi. Berdasarkan pengertian dari pragmatik yang telah disebutkan,
dapat disimpulkan bahwa pragmatik merupakan teori tentang bahasa yang
mengacu pada ujaran yang diungkapkan oleh penutur dan konteksnya.
2.1.1 Ujaran
Ujaran adalah kalimat atau bagian kalimat yang dilisankan, sedangkan
menurut Hurford dan Heasley (1983:17) ujaran adalah “any stretch of talk by one
person, before and after which there is silence on the part of that person”
maksudnya ujaran merupakan bagian percakapan seseorang ketika sebelum dan
sesudahnya terdapat kesenyapan. Ujaran berbeda dengan kalimat, seperti yang
dikatakan oleh Hurford dan Heasley (1983:15) tentang definisi kalimat “a
sentence is grammatically complete strings of words expressing a complete
thought” artinya kalimat merupakan suatu rangkaian kata yang mengungkapkan
suatu gagasan yang lengkap. Hurford dan Heasley mengklasifikasikan ciri-ciri
ujaran sebagai berikut: “an utterance is the use by a particular speaker on
particular occasion of a piece of language such as sequence of sentences of a
single phrase or even a single word” (1983: 15). Suatu ujaran digunakan oleh
penutur tertentu dalam situasi tertentu sebagai tujuan bahasa yang terdiri dari
rangkaian kalimat, frasa tunggal bahkan sebuah kata.
7
Dalam pragmatik, ujaran dapat digunakan sebagai produk suatu tindak
verbal seperti yang dimaksud dalam kutipan berikut “there is another sense in
which the word utterance can be used in pragmatics it can refer to the product of
verbal act, rather than to be the verbal act itself (Leech 1983:15). Ujaran inilah
yang dikaji dalam pragmatik dan biasanya ujaran memiliki konteks dan tujuan
tertentu yang seringkali menciptakan keragaman makna.
2.1.2 Makna Ujaran
Makna ujaran ialah apa yang dimaksud si petutur ketika ia mengatakan
suatu kalimat dalam situasi tertentu, sebagaimana yang dinyatakan oleh Hurford
dan Heasley (1983:269) “utterances meaning what a speaker means when he
makes an utterances in particular situation” contohnya pada kalimat Abdul goes
to drugstore, pada suatu tertentu ujaran ini bukan saja dianggap sebagai suatu
peryataan belaka, namun mungkin saja kalimat ini menyiratkan makna lain yang
tidak tersurat dalam kalimat tersebut. Penutur bisa menyimpulkan bahwa Abdul
adalah seseorang yang sakit-sakitan dan membeli obat secara regular di toko obat
atau Abdul adalah pegawai di toko obat itu sehingga dia harus ke toko obat itu
setiap harinya.
Bagaimanapun juga makna ujaran tidak bisa terlepas dari makna
kalimatnya secara semantis, karena intrepretasi akan sebuah makna ujaran berasal
dari analisis makna kalimatnya, dan kemudian dihubungkan dengan konteks dan
situasi kala ujaran berlangsung. Menurut Hurford dan Heasley (1983:269)
“sentence meaning in what a sentence means, regardless of the context and
8
situation in which it may be word” , maksudnya makna kalimat adalah makna
yang tersurat secara langsung pada kalimat tanpa mengindahkan konteksnya.
2.1.3 Konteks
Seperti yang telah dipaparkan sebelumnya, ujaran tidak bisa dilepaskan
dari konteksnya, setiap bahasa yang dihasilkan dapat ditafsirkan dengan tepat jika
dihubungkan dengan konteksnya atau dimana lingkungan tempat teks itu hadir.
Konteks dapat membantu dalam menafsirkan sebuah wacana, suatu ujaran yang
terdapat dalam sebuah wacana akan berbeda maknanya jika konteksnya berbeda.
Arti suatu ujaran dapat kita tafsirkan dengan tepat apabila kita mengetahui
konteksnya.
Definisi Konteks menurut Leech (1983:13) “Any background of
knowledge assumed to be shared by speaker and hearer and which contributes to
hearer’s interpretation on what speaker mean by a given utterance”, maksudnya
konteks merupakan suatu latar belakang pengetahuan yang dimiliki oleh penutur
dan petutur dan yang membantu penutur menafsirkan makna ujaran.
Hartmann menyebutkan bahwa konteks merupakan “a. the sounds, words
or phrases preceding and following a particular linguistic item in an utterance or
text, b. the features of the external world in relation in which an utterance or text
has meaning” (1972:51), definisi pertama dikenal juga dengan context of
linguistic (konteks linguistic) sedangkan definisi kedua disebut juga context of
situation atau konteks situasi.
Konteks linguistik merupakan konteks yang mencakup hubungan antara
antara unsur bahasa yang satu dengan unsur bahasa yang lain. Konteks ini
9
mencakup “konteks hubungan antara kata dengan kata dalam frasa atau kalimat,
hubungan antar frasa dalam kalimat atau wacana, dan juga hubungan antar
kalimat dalam wacana” (Keraf 1955:33). Sedangkan konteks situasi menurut
Kridalaksana (1993:120) merupakan lingkungan nonlinguistis ujaran yang
merupakan alat untuk memerinci ciri-ciri situasi yang diperlukan untuk
memahami makna ujaran. Seperti pendapat Hymes, Brown dan Yule (Soetikno
1992:38-9) bahwa ciri-ciri konteks situasi meliputi penutur, petutur, hadirin,topik,
latar, saluran dan kode. Jadi dengan kata lain konteks merupakan latar belakang
pengetahuan penutur dan petutur yang tidak bisa dilepaskan dari interpretasi
makna sebuah ujaran.
Betapa pentingnya konteks dalam menentukan suatu ujaran juga didukung
oleh pernyataan Filmore (dalam lubis, 1991:57) “The task is to determine what we
can know about the meaning and context of utterance given only the knowledge
that the utterance has occurred…I find that whenever I notice some sentences in
context, immediately find myself asking what the effect would have been if the
context had been slightly different”. Berdasaran pernyataan tersebut jelaslah
bahwa konteks sangat penting dan bila konteks berubah maka makna juga akan
ikut berubah.
Mcmanis (1987:17) membedakan empat aspek konteks. Keempat aspek
tersebut adalah sebagai berikut:
1. Konteks fisik
Konteks dimana percakapan berlangsung, objek apa yang ada, dan tindakan apa
yang dilakukan.
10
2. Konteks epistemis
Konteks yang melibatkan latar belakang pengetahuan antara penutur dan
petutur.
3. Konteks linguistik
Ujaran-ujaran sebelumnya dapat menjadi ujaran yang penuh pertimbangan.
4. Konteks sosial
Konteks yang melibatkan hubungan sosial dan setting antara penutur dan
petutur.
Konteks dapat mempengaruhi kelancaran berkomunikasi. Ciri-ciri konteks
harus dapat diidentifikasi untuk menangkap pesan penutur. Konteks sangat
berhubungan dengan Implikatur percakapan karena implikatur percakapan
ditentukan oleh situasi dan konteks, tidak hanya oleh kata-kata pendukung kalimat
itu.
2.1.4 Prinsip Kerja Sama Grice
Prinsip kerja sama atau cooperative principle, menurut Grice ini adalah:
Make your conversational contribution such as required, at the stage at which it
occurs, by the accepted purpose or direction of the talk exchange in which you
are engaged dengan kata lain “Buatlah kontribusi percakapan anda sesuai dengan
apa yang dibutuhkan pada saat berbicara dengan mengikuti tujuan percakapan
yang anda ikuti. Selanjutnya prinsip kerja sama ini dijabarkan kedalam empat
maksim, yaitu: maksim kuantitas, maksim kualitas, maksim relevansi, dan
maksim cara.
11
1. Maksim Kuantitas
Maksim kuantitas adalah maksim pertama dari prinsip kerja sama. Maksim
ini berisi anjuran bahwa kontribusi yang diberikan penutur tidaklah berlebihan.
Contoh tuturan yang melanggar maksim kuantitas ada dalam penggalan
percakapan berikut ini yakni pada tuturan B (Levinson, 1995:97-98).
A: Can you tell me the time?
B: No, I don’t know the exact time of the present moment, but I can
provide some information from which you may be able to deduce the
approximate time, namely the milkman has come.
Tuturan B itu dikatakan melanggar maksim kuantitas karena kontribusinya dalam
percakapan berlebihan. Dengan mengatakan ’ No, I don’t know the exact time of
the present moment, but I can provide some information from which you may be
able to deduce the approximate time, namely the milkman has come’, kontribusi
yang diberikan B berlebihan. Ketika A menanyakan waktu, B cukup menjawab
dengan mengatakan jam berapa pada saat itu atau katakan ’tidak tahu’ jika
memang dia tidak tahu pasti. Jawaban B yang mengatakan bahwa dia tidak tahu
secara pasti jam berapa sekarang, tetapi dia bisa memberi petunjuk bagi B untuk
bisa memperkirakan jam berapa sekarang, misalnya dengan mengatakan bahwa
tukang susu baru saja datang, dapat dikatakan berlebihan. Jawaban Y yang
berlebihan itu melanggar prinsip kerja sama maksim kuantitas.
12
2. Maksim Kualitas
Maksim kedua dari prinsip kerjasama yaitu maksim kualitas. Menurut
maksim ini penutur seharusnya memberikan kontribusi percakapan yang
memiliki nilai kebenaran dan tidak mengatakan sesuatu yang tidak mereka
yakini kebenarannya. Konsekuensi dari pernyataan ini adalah semua kontribusi
percakapan yang tidak diyakini kebenarannya dianggap melanggar maksim
kualitas. Dalam penggalan percakapan berikut ini terdapat tuturan yang
melanggar bidal kualitas, yaitu tuturan B (Levinson 1983:110)
A: Teheran’s in turkey, isn’t it teacher?
B: And London’s in Armenia, I suppose.
Ujaran B ‘And London’s in Armenia, I suppose’ merupakan ujaran yang
melanggar maksim kualitas. Ujaran B tidak menaati maksim kualitas karena
tidak mengandung nilai kebenaran dengan mengatakan bahwa London berada
di Armenia. London sejatinya merupakan ibukota Inggris sehingga tidak
mungkin berada di Armenia.
3. Maksim Relevansi
Maksim relevansi merupakan maksim ketiga dari prinsip kerjasama.
Maksim ini berisi anjuran bahwa setiap penutur seharusnya memberikan
kontribusi yang relevan dalam suatu percakapan, tuturan atau ujaran yang tidak
relevan dikatakan sebagai ujaran yang melanggar maksim relevansi, seperti
tuturan B pada penggalan percakapan berikut (Levinson, 1983:111)
A: I do think Mrs. Jenkins is an old windbag, don’t you?
13
B: Huh, Lovely weather for March, isn’t it?
Tuturan B’ Huh, Lovely weather for March, isn’t it? Dikatakan melanggar
maksim relevansi karena tuturan tersebut tidak memberikan kontribusi yang
relevan terhadap tuturan A. pada saat A mengatakan bahwa ‘Mrs. Jenkins adalah
seorang pembual’ B seharusnya memberikan respon dengan mengiyakan pertanda
setuju atau mengatakan ketidaksetujuannya. Namun pada kenyataannya B
menjawab dengan ‘Huh, Lovely weather for March, isn’t it?’ atau “cuaca bulan
maret yang menyenangkan ya?” Tuturan ini jelas melanggar maksim relevansi
karena tuturan ini tidak memberikan kontribusi yang relevan terhadap tuturan A
sebelumnya. Maksud yang ingin disampaikan B dengan melanggar maksim
relevansi ini adalah mengingatkan agar A berhati-hati karena mungkin ada
keponakan Mrs. Jenkins yang berdiri di dekatnya atau mungkin B tidak tertarik
dengan topik pembicaraan A.
4. Maksim Cara
Maksim ini berisi anjuran agar penutur memberikan kontribusi yang jelas,
yaitu kontribusi yang menghindari ketidakjelasan. Selain itu, kontribusi
kontribusi penutur ahrus singkat, tertib, dan teratur. Berikut tuturan yang
melanggar maksim cara (Levinson, 1983:112)
a. Miss Singer produced a series of sounds corresponding closely to the
score of an aria from Rigoletto.
b. Miss Singer sang an aria from Rigoletto.
Pada tuturan (a) terjadi pelanggaran maksim pada submaksim kontribusi
percakapan harus singkat. Ketika penutur mengatakan ‘Miss Singer produced a
14
series of sounds corresponding closely to the score of an aria from Rigoletto’,
maksud yang ingin disampaikan adalah sama dengan tuturan (b) yaitu ‘Miss
Singer sang an aria from Rigoletto’. Kedua ujaran (a) dan (b) sama-sama ingin
mengatakan bahwa Miss Singer menyanyikan sebuah lagu tapi pada
kenyataannya ujaran yang dihasilkan berbeda. Pada ujaran (a) penutur
mengatakan bahwa Miss Singer membuat suara-suara yang menyerupai sebuah
nyanyian. Sedangkan pada ujaran (b) menyatakan sebaliknya bahwa Miss Singer
sedang menyanyikan sebuah lagu.
2.1.5 Implikatur
Dalam suatu percakapan, ujaran-ujaran yang diproduksi baik oleh penutur
maupun mitra tutur memiliki maksud yang tidak hanya tersurat tetapi juga tersirat.
Maksud tersurat suatu tuturan atau ujaran dapat dipahami dengan mencari arti
semantis kata-kata yang membentuk ujaran tersebut dan dengan memahami aturan
sintaksis dari bahasa yang digunakan dalam tuturan itu. Sementara itu, makna
tersirat suatu ujaran tidak bisa dipahami hanya dengan aturan sintaksis maupun
aturan semantik bahasa yang bersangkutan. Untuk itulah kemudian diperkenalkan
konsep mengenai implikatur. Pada awalnya teori Implikatur dicetuskan oleh H.P
Grice dalam William James Lectures, di universitas Harvard pada tahun 1967.
Konsep mengenai teori ini dikembangkan oleh Grice dengan mengacu pada teori
bagaimana orang menggunakan bahasa dalam berkomunikasi. Suatu komunikasi
dikatakan berhasil bila terrdapat kesepakatan bersama diantara peserta komunikasi
tersebut. Kesepakatan bersama tersebut bisa berupa asumsi yang mengarahkan
15
peserta komunikasi ke cara komunikasi yang lebih efisien, diantaranya apa yang
dibicarakan harus saling berhubungan. Artinya apa yang dibicarakan si penutur
harus dimengerti oleh petutur. Namun, terkadang timbul kesulitan dalam
memahami apa yang dikatakan oleh penutur, terutama apabila makna dari ujaran
penutur lebih banyak dari apa yg ia ungkapkan. Dalam situasi percakapan seperti
inilah dibutuhkan konsep implikatur. Menurut (Grice, 1975:44) Konsep
Implikatur berhubungan dengan adanya perbedaan antara makna harfiah dan
makna yang dituturkan secara implisit.
Implikatur dipakai untuk memperhitungkan apa yang disarankan atau apa
yang dimaksud oleh penutur sebagai hal yang berbeda dari apa yang dinyatakan
secara harfiah (Brown dan Yule, 1983:31), sedangkan menurut Levinson
implikatur adalah “Provides some explicit account of how it is possible to mean
(in some general sense) more than what is actually said (i.e. more than what is
literally expressed by the conventional sense of the linguistic expression uttered)”
(1998:97). Melalui pengertian tersebut dapat dikatakan bahwa implikatur
menegaskan makna yang sebenarnya dari ujaran yang diujarkan dalam suatu
percakapan. Implikatur mengungkapkan makna yang lebih dalam dari ujaran
harfiah yang diujarkan oleh penutur dalam suatu percakapan.
Implikatur selalu bergantung kepada konteks dan kepercayaan antara
penutur dan petutur, namun Grice dan Leech menyatakan bahwa terdapat
beberapa implikatur yang sangat bergantung pada makna konvensional dari kata
itu sendiri, sebagai contoh “He is an Irish, he is therefore, brave” dalam kalimat
ini diimplikasikan bahwa karena dia adalah orang Irlandia, maka dapat
16
disimpulkan bahwa dia berani. Walaupun tidak ada pihak yang mengklaim
demikian, namun asumsi tersebut sudah terbentuk dalam kalimatnya ketika
diucapkan. Implikatur ini disebut juga Conventional Implicature atau implikatur
konvensional, yaitu implikatur yang dihasilkan dari pemahaman suatu tuturan
berdasarkan unsur-unsur yang membentuk tuturan itu sendiri. Dalam penelitian ini
penulis mencukupkan penjelasan tentang konvensional implikatur sampai disini
karena penelitian ini terfokus pada implikatur percakapan (conversational
implicature).
Selanjutnya terdapat nonconventional Implicature atau Conversational
Implicature atau implikatur percakapan. Pada Implikatur ini di dalamnya
melibatkan konteks, nada, dan juga pelanggaran terhadap maksim. Conversational
implicature memiliki makna dan pengertian yang lebih bervariasi karena
pemahaman terhadap hal ‘yang dimaksud’ sangat bergantung pada konteks
terjadinya percakapan, dimana dalam suatu percakapan ada prinsip-prinsip yang
harus ditaati. Implikatur percakapan adalah implikasi pragmatis yang terdapat di
dalam percakapan yang timbul sebagai akibat terjadinya pelanggaran prinsip
percakapan. Implikatur percakapan adalah proposisi atau ‘pernyataan’ implikatis,
yaitu apa yang mungkin diartikan, disiratkan, atau dimaksudkan oleh penutur
yang berbeda dari apa yang sebenarnya dikatakannya dalam suatu percakapan
(Grice 1975:43). Contoh dari conversational Implicature atau implikatur
percakapan yaitu:
X: When’s Aunt Rose’s birthday?
Y: It’s sometimes in April
17
Ketika X menanyakan kapan hari ulang tahun Bibi Rose, Y menjawab
dalam suatu hari di bulan April. Jawaban Y ini mengandung implikatur bahwa
hari ulang tahun Bibi Rose pasti bukan awal atau akhir April. Orang yang lahir
pada tanggal 1 April mudah diingat hari ulang tahunnya karena 1 April dikenal
juga dengan istilah April Fools day, yang mana April fools day adalah waktu
dimana semua kenakalan, kebohongan, dan kejahilan bisa dimaklumi. Selain itu,
jika ditanya mengenai ulang tahun seseorang, biasanya kita bisa menjawab secara
lebih khusus, misalnya “pada awal April, atau akhir April”. Jawaban yang
diberikan Y ini mengandung implikatur percakapan. Seandainya dia tahu dengan
pasti hari ulang tahun Bibi Rose, sudah seharusnya dia mengatakan yang
sebenarnya. Dengan memberikan jawaban yang kabur ini tentunya kita dapat
mengetahui bahwa Y menyembunyikan ‘sesuatu’ dalam tuturannya. Maksud
tersembunyi inilah yang dinamakan implikatur percakapan. Implikatur percakapan
dari tuturan Y itu adalah bahwa dia tidak tahu dengan pasti kapan hari ulang tahun
Bibi Rose.
2.2 Humor
Dalam kehidupan sehari-hari seseorang sering bercanda dan tertawa, baik
itu menertawakan hal yang berhubungan dengan dirinya ataupun menertawakan
orang lain. Secara tidak langsung hal yang dilakukan oleh seseorang itu dapat
dikategorikan sebagai sebuah humor. Humor merupakan “something that make
people laugh or smile” (Ross, 1998:1). Dengan kata lain humor merupakan
sesuatu yang dapat membuat orang tertawa atau tersenyum, salah satu contohnya
18
adalah: X: “why is dictionary dangerous?” Y: “because there’s dynamite in it”.
Namun satu hal yang perlu diingat bahwa tidak selamanya humor dapat
menciptakan tawa atau senyum, seperti yang dikatakan Ross berikut “it’s possible
to claim that something is humorous, even though no one laughed at the time and
it can often happen that people laugh but someone can claim ‘that’s not funny’
since smiling and laughter can also be a sign of fear or embarrassment”.
Walaupun dari pernyataan Ross tersebut dapat disimpulkan bahwa humor bersifat
subjektif, analisis bahasa pada humor dapat membantu menjelaskan faktor-faktor
pemicu humor secara objektif.
Salah satu teori humor mengatakan bahwa humor hadir karena
ketidakwajaran atau keganjilan (incognity) (Ross, 1998:7). Teori ketidakwajaran
menurut Ross bertumpu pada unsur kejutan. Teori ini menyatakan bahwa humor
tercipta karena adanya konflik antara apa yang diharapkan dan apa yang
sesungguhnya terjadi dalam humor. Ross juga menyampaikan bahwa timbulnya
humor dapat diakibatkan karena adanya penyelewengan suatu aturan, misalnya
tingkah laku seseorang yang secara terang-terangan keluar dari kewajaran yang
telah tertanam pada lingkungan sekitarnya. Hal tersebut karena penyelewengan
atau penyimpangan itu menumbuhkan hal yang tidak biasa dialami oleh manusia.
Penyimpangan atau penyelewengan yang dimaksudkan untuk menciptakan humor
juga bisa berupa penyimpangan terhadap kaidah bahasa yang biasa digunakan
masyarakat pada umumnya.
Menurut Raskin (1984) terdapat beberapa faktor yang mempengaruhi
pemahaman seseorang terhadap humor yang disebut dengan humor act. Hal
19
pertama yang dibutuhkan dalam pemahaman humor yakni ada penutur (speaker)
dan petutur (hearer). Selanjutnya dibutuhkan stimulus atau faktor pendorong agar
humor dapat diterima oleh seseorang dan dapat ditentukan lucu atau tidaknya.
Faktor pendorong (stimulus) yang pertama yaitu experience atau pengalaman,
pengalaman hidup merupakan faktor penting dalam humor act ini contohnya,
humor yang dulu membuat seseorang tertawa belum tentu lucu jika didengar 20
tahun kemudian karena dalam jangka waktu tertentu pengalaman hidup seseorang
dapat berkembang sehingga cara pandang dia terhadap sesuatu bisa saja berubah.
Contoh lain yaitu, sense of humor yang dimiliki oleh anak-anak berbeda dengan
yang dimiliki oleh orang dewasa karena pengalaman hidup yang didapat berbeda,
jadi humor yang lucu bagi anak-anak belum tentu lucu bagi orang dewasa, begitu
pula sebaliknya. Faktor pengalaman ini seringkali beriringan dengan faktor
psikologis yaitu perbedaan sifat dari masing-masing individu. Faktor psikologis
ini bersama dengan pengalaman mempengaruhi sejauh mana pemahaman
seseorang terhadap humor.
Faktor pendorong selanjutnya yaitu situasi, dalam hal ini situasi atau
dikenal juga dengan situational context berarti bahwa humor dapat dipahami
berdasarkan situasi ketika humor itu disampaikan. Faktor terakhir yaitu Sociology,
dalam buku the Semantics of Humor Raskin mengutip David Viktoroff “one never
laugh alone – laughter is always the laughter of a particular social group and it’s
impossible to associate oneself with it if one does not share the group’s norm,
feeling and ideas – in short, if one not part of it” maksud dari pernyataan ini
adalah humor akan sulit dipahami oleh seseorang yang bukan bagian dari
20
kelompok sosial dimana humor tersebut disampaikan. Cara untuk memahaminya
adalah dengan lebih dulu mengerti norma dan kebiasaan dari kelompok sosial itu.
2.3 Witticism
Witticism berasal dari kata dasar wit yang berarti kalimat atau ujaran yang
cerdas dan seringkali secara bersamaan memiliki unsur kelucuan. Menurut Neal
Norrick witticism adalah “is a clever and humorous textual unit interwoven into a
conversational exchange not necessarily of humorous nature” (Norrick dalam
Dynel, 2009: 1289) atau witticism merupakan salah satu unit yang terdiri dari text
atau kata-kata yang cerdas dan tidak biasa yang menciptakan sebuah percakapan
yang mengandung unsur kelucuan. Sebuah kalimat atau tuturan bisa dikategorikan
witticism apabila memiliki ciri-ciri seperti yang klasifikasikan oleh Dynel yaitu
stylistic figures, puns atau permainan kata-kata, allusion yang mencakup
distortion dan quotation, serta register clash.
a. Stylistic Figures meliputi:
Simile: Merupakan jenis majas yang membandingkan sesuatu dengan hal
lain menggunakan kata ‘as’ dan ‘like’.
Contoh: they are kissing like they were surgically attached.
Kalimat ini termasuk jenis simile karena pembandingannya menggunakan
kata like.
Metaphor: Sebuah majas yang yang membandingkan sesuatu dengan hal
lain namun tidak menggunakan kata as, like dan sebagainya.
Contoh: You make a plate of cooked spaghetti tense.
21
Kalimat ini termasuk metaphor karena dalam membandingkan tidak
menggunakan kata-kata as atau like dan sebagainya.
Hyperbole: Pengungkapan berlebih-lebihan tentang suatu hal sehingga hal
tersebut terlihat tidak nyata.
Contoh: Your cardigan is a blemish on the whole male population.
Dalam kalimat ini unsur Hyperbole terdapat pada keterangan yang
menjelaskan kata “cardigan” yang bermakna berlebihan.
Paradox: Pernyataan yang Pengungkapan dengan menyatakan dua hal
yang seolah-olah bertentangan, namun sebenarnya keduanya benar.
Contoh: I don’t believe in Astrology, I’m a sagitarius and I’m sceptical.
Pada ujaran diatas terdapat dua hal yang bertentangan yakni pada bagian
penutur mengatakan bahwa dia tidak percaya Astrologi, namun ujaran
selanjutnya dia menyebutkan “I’m a sagitarius” yang menyatakan bahwa
dia mengakui bahwa dia adalah seorang sagitarius yaitu orang yang lahir
antara tanggal 23 November sampai 25 Desember dan hal ini menurut
Astrologi mempengaruhi kehidupan seseorang. Dua hal inilah yang
bertentangan.
Irony: Pernyataan yang berisi sindiran dan disampaikan dengan cara
membalikkan fakta yang ada.
Contoh: It’s great that you’ve start to grow hair on your leg.
Irony adalah sindiran halus, dalam contoh diatas penutur bermaksud
mengatakan bahwa lawan bicaranya sebenarnya tampak jelek dengan
22
menumbuhkan bulu kaki, namun dia mengingatkannya dengan
mengatakan kebalikannya berharap lawan bicaranya mengerti.
Sarcasm: Pernyataan yang berisi sindiran kasar dan langsung.
Contoh: I know you have an open minded. I can feel the draught from
where I sitting.
Sarcasm adalah sindiran kasar yang langsung dikatakan oleh penutur
kepada lawan bicaranya.
b. Puns atau humor permainan kata-kata adalah bentuk yang paling mudah
dan sederhana, dalam permainan kata terkandung unsur-unsur kata yang
mengalami perubahan sehingga terbentuk suatu pemahaman atau persepsi
baru mengenai kata-kata yang diujarkan tersebut. Permainan kata-kata
biasanya menciptakan intrepretasi ganda yang berujung pada ambiguitas.
Jenis-jenis puns yaitu: Homonymy, polisemy, homophony, pun-metaphor,
mimetic phrase, portmanteaux, mimes (Walter Nash, 1985:140)
c. Allusion adalah pemakaian ungkapan yang sudah dikenal sebelumnya,
dalam hal ini, allusion mencakup kepada dua hal yakni distortion dan
quotation. Distortion yakni mengurangi, mengganti, atau menambahkan
kata pada sebuah ungkapan yang sudah ada sebelumnya. Distortion juga
menyebabkan pergantian makna pada ungkapan tersebut. contoh distortion
adalah “ to have loafed and lost is better than never to have loafed at all”
terjadi pergantian fonem dari ungkapan sebenarnya yaitu “to have loved
and lost is better than never to have loved at all”. Sebaliknya, quotation
tidak mengubah apa-apa pada ungkapan yang dikutip, tetap sama dengan
23
ungkapan yang sudah dikenal sebelumnya, contohnya tuturan seorang
suami kepada istrinya “I swear to tell the truth, the whole truth, and
nothing but the truth” yang mengutip kata-kata sumpah dalam pengadilan.
d. Register clash mencakup dua hal yaitu upgrading dan downgrading.
(Attardo dalam Dynel,2009:1291) Upgrading adalah penggunaan kata
yang lebih formal dalam wacana atau teks informal, contohnya “the PM
cocks his head like a Snow White listening to animals”. Sebaliknya
downgrading menggunakan item atau kata yang informal pada wacana
atau teks formal contohnya “I’d like to file charges against your improper
birthday behavior”. Pada humor penggunaan register clash sebenarnya
lebih ditekankan pada ide yang disampaikan, tidak terbatas pada dua hal
diatas.
24
BAB III
OBJEK DAN METODE PENELITIAN
3.1 Objek Penelitian
Objek pada penelitian ini adalah implikatur percakapan pada situs humor
Overheard in New York. Situs humor Overheard in New York berisi kutipan
percakapan absurd warga New York yang dihimpun dalam sebuah situs. Dialog
ini bukan merupakan skrip, ataupun sesuatu yang direkayasa melainkan dialog
yang benar-benar terjadi. Dalam situs ini penutur dan petutur diberi label atau
nama yang unik sehingga pembaca dapat membayangkan bagaimana kondisi
penutur dan petutur ketika percakapan terjadi. Beberapa contoh dalam humor
pendeskripsian penutur dan petutur dalam Humor Overheard in New York adalah:
a. Suit man/woman: untuk menggambarkan pria/wanita kantoran.
b. Hobo: gelandangan, tunawisma.
c. 20 something guy/30 something woman: menggambarkan perkiraan usia
dari penutur/petutur
d. Thug: pendeskripsikan penjahat, atau seringkali untuk mendeskripsikan
pengedar narkoba.
e. Long island guy, Brooklyn guy: mendeskripsikan asal dari penutur atau
petutur.
f. Fat girl, black guy, etc: mendeskripsikan penampilan dari penutur atau
petutur.
25
Beberapa penggambaran penutur atau petutur di atas merupakan ciri khas
dari situs “Overheard in New York”. Ciri lainnya dari situs Humor Overheard in
New York adalah pemberian judul yang menarik oleh editor. Judul ini kadang
berupa prediksi ujaran dari penutur atau petutur, atau penggambaran reaksi dari
orang yang mendengar percakapan antara penutur dan petutur. Dua hal ini yang
menjadi ciri khas yang sangat terlihat dari situs humor Overheard in New York.
Berikut ini salah satu contoh percakapan pada situs humor Overheard in
NewYork:
Truth Is Dumber Than Fiction judul percakapan
Little boy: Arnold Schwarzenegger is the president's bodyguard.
Brother: No, he's not! He's the governor of California, dumbass!
Pada contoh percakapan di atas dapat terlihat perbedaan antara judul percakapan
yang diberikan oleh editor situs Overheard in New York dengan percakapan yang
terjadi antara little boy & brother.
3.2 Metode Penelitian
Metode yang penulis gunakan dalam penelitian ini yaitu metode deskriptif.
Metode ini penulis gunakan untuk menggambarkan implikatur percakapan yang
terdapat dalam situs humor Overheard in New York serta mendeskripsikan faktor
pemicu terciptanya humor dalam situs tersebut. Penulis memilih 21 data pada
percakapan yang terdapat dalam situs Overheard in New York dari bulan
September 2009 hingga Agustus 2010. Kemudian penulis mengklasifikasikan data
berdasarkan pelanggaran maksim kerjasama yang terdapat didalamnya. Untuk
26
menjawab identifikasi masalah pertama, penulis mendeskripsikan implikatur
percakapan apa yang terdapat pada masing-masing data percakapan berdasarkan
teori conversational implicature Grice. Untuk menjawab identifikasi masalah
kedua, penulis mendeskripsikan faktor pemicu humor dalam data percakapan
tersebut berdasarkan teori witticism Neal Norrick.
27
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
Pada bab ini penulis menganalisis data yang sudah dikumpulkan, dari hasil
analisis, permasalahan yang penulis angkat pada identifikasi masalah dapat
terjawab. Sebelumnya Data akan diklasifikasikan berdasarkan implikatur
percakapan yang tercipta karena pelanggaran terhadap prinsip kerjasama.
Kemudian pada data akan dideskripsikan Implikatur percakapan apa yang
ditimbulkan karena terjadinya pelanggaran salah satu dari empat maksim
percakapan yang dijelaskan oleh Grice. Data percakapan juga akan dideskripsikan
faktor pemicu terciptanya humor dengan teori witticism yang dijelaskan oleh Neal
Norrick. Data yang dianalisis berasal dari situs Overheard in New York dan
merupakan sebuah kutipan percakapan yang diberi judul oleh editor situs tersebut.
Pada analisa, judul percakapan akan penulis tebalkan dalam penulisannya agar
dapat dibedakan dengan isi percakapan seperti pada contoh dibawah ini:
Truth Is Dumber Than Fiction judul percakapan
Little boy: Arnold Schwarzenegger is the president's bodyguard.
Brother: No, he's not! He's the governor of California, dumbass!
28
4.1 Implikatur Percakapan yang Terjadi Karena Pelanggaran Maksim
Relevansi
Data 1
Penutur: Girl
Petutur: Guy
Situasi: percakapan antara seorang gadis dan pemuda yang sedang berjalan
bersamanya.
Are Those Two Guys Stabbing Each Other with Nerf Weapons?
Girl: There's police over there! It must be a crime scene!
Guy: Gang violence is so boring these days...
Pada percakapan terdapat pelanggaran maksim relevansi sehingga
memunculkan implikatur percakapan. Data percakapan dikatakan melanggar
maksim relevansi karena antara petutur dan penutur tidak terdapat kontribusi yang
relevan dalam percakapannya. Dalam percakapan penutur mengajak petutur untuk
pergi melihat keramaian dengan mengatakan “There's police over there! It must
be a crime scene!” Penutur berasumsi ada kejadian menarik disana setelah
melihat polisi di keramaian itu dan mengira telah terjadi tindak kriminal disana.
Respon dari petutur dengan mengatakan “Gang violence is so boring these days”
menyiratkan bahwa dia tidak tertarik dengan keramaian itu. Implikatur
percakapan yang didapat karena pelanggaran maksim relevasi pada ujaran penutur
memiliki maksud ‘menolak’. Ujaran dari petutur ini menunjukkan keengganannya
mengikuti ajakan penutur, dan melakukan penolakan dengan menyatakan bahwa
pertikaian antar geng adalah peristiwa yang tidak menarik minatnya.
29
Faktor pemicu terciptanya humor pada data terdapat pada ujaran dari
petutur yakni “Gang violence is so boring these days” ujaran ini merupakan
pendapat dari petutur tentang pertikaian antar geng yang menurut petutur
merupakan peristiwa yang membosankan. Selain itu, faktor pemicu humor juga
terdapat pada pemberian judul percakapan yakni “Are Those Two Guys Stabbing
Each Other with Nerf Weapons?” yang merupakan penerapan dari kalimat yang
mempunyai unsur witticism dimana pada judul percakapan ini terdapat sarcasm
yaitu sindiran keras dan langsung. Pada judul percakapan hal ini sarcasm
didukung dengan penggunaan kata “Nerf” yang sebenarnya adalah nama dari
produsen senjata mainan anak-anak. Penggunaan kata nerf ini bertujuan untuk
mempertanyakan argumen dari petutur yang mengatakan pertikaian antar geng itu
adalah hal yang tidak menarik karenan masing-masing geng menggunakan senjata
mainan, namun pada kenyataannya pertikaian antar geng biasanya menggunakan
senjata api yang berbahaya dan bahkan terkadang menimbulkan korban jiwa.
Jadi, faktor pemicu humor terdapat pada ujaran petutur yang mengira pertikaian
antar geng merupakan peristiwa yang membosankan serta judul percakapan yang
menyindir ujaran dari petutur tersebut.
Data 2
Penutur: Guy
Petutur: Girl
Situasi: Percakapan terjadi antara seorang pemuda dengan gadis yang berpapasan
dengannya di jalan.
30
Where the Dead Look Is in Style.
Guy to girl with short skirt in freezing cold: Girl, you gonna catch your death.
Girl with short skirt: I'm in LA, bitch!
Pada percakapan terdapat pelanggaran maksim relevansi sehingga
memunculkan implikatur percakapan. Data percakapan dikatakan melanggar
maksim relevansi karena antara petutur dan penutur tidak terdapat kontribusi yang
relevan dalam percakapannya. dalam percakapan penutur memberikan saran
kepada seorang gadis yang kebetulan berpapasan dengannya di jalan dengan
mengatakan “Girl, you gonna catch your death” penutur mengatakan hal tersebut
karena keadaan ketika percakapan terjadi udara saat itu sangat dingin dan gadis itu
terlihat memakai rok mini. Hal ini dapat dilihat pada keterangan penutur ‘short
skirt in freezing cold’. Respon yang diberikan oleh petutur dalam percakapan
yaitu “I'm in LA, bitch!” ujaran ini melanggar maksim relevansi karena ujaran
yang disampaikan petutur tidak relevan dengan yang diucapkan penutur
sebelumnya. Implikatur percakapan yang ditimbulkan karena pelanggaran maksim
relevansi yang terdapat pada ujaran petutur menyiratkan ‘ketidakpedulian’. Ujaran
petutur mengimplikasikan bahwa dia ‘tidak peduli’ dengan komentar dari penutur
dan dia tidak senang ada orang yang mengomentari penampilannya.
Ketidaksukaannya terlihat dengan pemakaian kata bitch, yang merupakan kata
makian, pada akhir ujarannya.
Faktor pemicu terciptanya humor pada data percakapan terdapat pada
ujaran dari petutur yakni “I'm in LA, bitch!” ujaran ini merupakan respon yang
tidak biasa oleh petutur. Humor tercipta karena adanya ketidak sinambungan
31
antara ujaran penutur dengan respon dari petutur. Selain itu faktor pemicu
terciptanya humor juga terdapat pada pemberian judul percakapan tersebut. Judul
percakapan pada data yaitu “where the dead look in style” yang merupakan
penerapan dari witticism dimana pada judul terdapat sebuah kalimat irony yaitu
pernyataan yang berisi sindiran dan disampaikan dengan cara membalikkan fakta
yang ada. Pemberian irony pada judul percakapan bertujuan untuk menyingung
ujaran dari penutur yang lebih memilih membahayakan kesehatannya demi
memakai pakaian yang modis.
Data 3
Penutur: Son
Petutur: Father
Situasi: Seorang anak yang sedang berbicara dengan ayahnya tentang pakaian
yang cocok untuk sang anak.
Grandma Still Does
Son, pointing at magazine: I like those pants.
Father: But those look tight.
Son: That's what's in style right now.
Father, after a pause: Did I ever tell you when I used to take you to Tompkins
Square Park as a baby; everyone thought you were a girl?
Pada data berisi pelanggaran maksim relevansi sehingga tercipta
implikatur percakapan. Data tersebut dikatakan melanggar maksim relevansi
karena antara penutur dan petutur tidak terdapat kontribusi yang relevan dalam
percakapannya. Percakapan dimulai dengan ujaran penutur sambil menunjuk ke
32
isi sebuah majalah “I like those pants”, penutur menyatakan pendapatnya tentang
sebuah celana pendek yang ada di majalah dan berharap petutur setuju dengan
pendapatnya. Namun petutur merespon dengan ujaran “but those look tight”.
Implikatur percakapan yang ditimbulkan dari pelanggaran maksim relevansi yang
terdapat pada ujaran petutur menyiratkan ‘tidak setuju’. Ujaran petutur
menunjukkan petutur mengira celana pendek itu terlalu ketat dan penutur tidak
akan cocok memakainya. Kemudian penutur merespon dengan berujar “That's
what's in style right now”, ujaran ini menjelaskan bagaimana penutur
mempertegas kesukaannya akan celana pendek tersebut dan ketertarikan untuk
memilikinya. Kemudian petutur merespon dengan berujar “Did I ever tell you
when I used to take you to Tompkins Square Park as a baby; everyone thought
you were a girl?” menjelaskan bahwa dulu ketika masih kecil orang-orang sering
mengira bahwa penutur tersebut adalah anak perempuan. Ujaran ini melanggar
maksim relevansi karena untuk melawan argumen penutur, petutur memberikan
informasi yang sebenarnya tidak relevan dengan ujaran sebelumnya dikatakan
penutur. Pada ujaran terakhir petutur menjelaskan bahwa dulunya ketika penutur
masih kecil orang-orang sering mengira bahwa penutur adalah anak perempuan
dan dengan mengenakan celana pendek ketat itu penutur akan semakin terlihat
seperti perempuan.
Faktor pemicu terciptanya humor pada data terdapat pada ujaran terakhir
dari petutur yakni “Did I ever tell you when I used to take you to Tompkins
Square Park as a baby; everyone thought you were a girl” dalam ujaran ini
petutur menyampaikan ketidaksetujuannya dengan cara yang tidak biasa, petutur
33
sebenarnya bisa saja menyampaikan ketidaksetujuannya secara langsung dengan
kalimat “You’ll look like a girl in those pants” atau kalimat lainnya. Kemudian
faktor pemicu humor selanjutnya terdapat pada judul percakapan yang diberikan
editor yakni “Grandma still does” yang merupakan tindak lanjut dari dari ujaran
terakhir petutur yang mengandung Hyperbole atau melebih-lebihkan sesuatu hal,
dan memiliki arti bahwa sampai sekarang nenek dari penutur bahkan masih
menganggap penutur seorang gadis. Penggunaan hyperbole pada judul merupakan
penerapan dari witticism.
Data 4
Penutur: Man selling candy #1 & #2
Petutur: Pretty but overweight girl
Situasi: Penutur merupakan dua orang penjual coklat, sedangkan petutur adalah
seorang gadis cantik namun tampak kelebihan berat badan.
This Could Be an Entire Episode of Keeping Up with the Kardashians
Man selling candy #1 to very pretty but overweight girl: Hey miss, you wanna buy
a candy bar?
Pretty but overweight girl: Do I look like I need any more candy?!
Man selling candy #2: You look good to me!
Pada percakapan terdapat pelanggaran maksim relevansi sehingga
memunculkan implikatur percakapan. Data percakapan dikatakan melanggar
maksim relevansi karena antara petutur dan penutur tidak terdapat kontribusi yang
relevan dalam percakapannya. Dalam percakapan, penutur menawarkan kepada
petutur apakah dia ingin membeli coklat yang dijual oleh penutur dengan berkata
34
“hey miss, you wanna buy a candy bar?” kemudian petutur merespon dengan
ujaran “Do I look like I need any more candy?!” maksud dari ujaran itu adalah
petutur ingin menolak tawaran penutur dengan balik bertanya menandakan
kegusarannya kepada petutur. Implikatur percakapan yang ditimbulkan dari
pelanggaran maksim relevansi yang didapat pada ujaran petutur menyiratkan
‘penolakan’. Petutur yang pada data digambarkan adalah seorang gadis yang
memiliki kelebihan berat badan merasa tersinggung dengan tawaran coklat dari
penutur, karena menurut petutur dia sudah tidak butuh coklat lagi untuk
membuatnya gemuk karena kondisi tubuhnya sekarang yang memang sudah
kelebihan berat badan. Petutur tidak mau bertambah gemuk lagi dengan
mengkonsumsi coklat yang mengandung banyak lemak. Pada akhir percakapan,
respon dari penutur yang mengatakan “You look good to me” bermakna walaupun
gadis itu memiliki kelebihan berat badan, namun menurut penutur coklat dia tetap
terlihat cantik, dan memakan coklat tidak akan berefek apapun kepada petutur.
Faktor pemicu humor pada percakapan terdapat pada judul yaitu “This
could be an entire episode of keeping up with the Kardashians” yang
menggunakan jenis kalimat witticism dimana terdapat quotation didalamnya.
Dalam judul percakapan terdapat quotation pada bagian “Keeping of with
Khardasians” yang sejatinya merupakan nama sebuah program televisi yang
meliput keseharian selebritis keluarga Kardashian. Judul percakapan ini diberikan
karena percakapan antara penutur dan petutur serupa dengan percakapan yang
biasanya terdapat pada program televisi “Keeping up with Khardasians” yang
35
membahas tentang berat badan, diet dan hal-hal yang berhubungan dengan
kecantikan.
Data 5
Penutur: Little Jewish girl
Petutur: Jewish Mother
Situasi: Percakapan yang terjadi antara anak kecil keturuanan Yahudi dengan
ibunya
Said There Was No Point in Both of Us Suffering
Little Jewish girl: Where's my brother? Does daddy know where he is?
Jewish mother: Sweetie, your daddy went to get a latte while mommy was giving
birth to your brother that shows how much he cares.
Pada data berisi pelanggaran maksim relevansi sehingga tercipta
implikatur percakapan. Data tersebut dikatakan melanggar maksim relevansi
karena antara penutur dan petutur tidak terdapat kontribusi yang relevan dalam
percakapannya. Percakapan berawal dengan ujaran penutur “Where's my brother?
Does daddy know where he is?” pada ujaran ini penutur menanyakan tentang
keberadaan kakak laki-lakinya. Respon petutur yang mengatakan “Sweetie, your
daddy went to get a latte while mommy was giving birth to your brother, that
shows how much he cares” melanggar maksim relevansi karena ujaran yang
dikatakan petutur tidak memberikan informasi yang relevan dengan ujaran
penutur. Implikatur percakapan yang ditimbulkan dari pelanggaran maksim
relevansi yang terdapat pada ujaran petutur menyiratkan ‘ketidak tahuan’. Makna
tersirat yang terdapat pada ujaran petutur adalah ayah dari penutur tidak akan tahu
36
dimana kakak laki-laki penutur berada sekarang, bahkan ketika kakak laki-laki
tersebut dilahirkan, sang ayah tidak menemani ibunya. Hal ini menunjukkan
ketidak pedulian sang ayah.
Faktor pemicu humor terdapat pada ujaran petutur yakni “Sweetie, your
daddy went to get a latte while mommy was giving birth to your brother, that
shows how much he cares” ujaran ini merupakan respon petutur atas pertanyaan
penutur tentang keberadaan kakak dari petutur. Dalam ujaran ini, petutur
menjelaskan situasi dengan cara yang tidak biasa dan hal ini menimbulkan efek
kelucuan. Selain itu faktor pemicu humor juga terdapat pada judul percakapan
“Said There Was No Point in Both of Us Suffering” yang merupakan penegasan
dari ujaran petutur sebelumnya menurut editor. Ujaran penutur dan judul sama-
sama merupakan bentuk Irony yang bermakna tidak ada gunanya bagi penutur dan
petutur untuk sedih tentang kenyataan bahwa sang ayah tidak peduli dengan
keadaan mereka. Percakapan ini merupakan salah satu penerapan dari witticism
karena terdapat irony di dalamnya.
Data 6
Penutur: Physics teacher
Petutur: Girl
Situasi: seorang guru fisika yang meminta salah seorang muridnya untuk
membaca pelajaran.
Britney Always Gets "A's" in Sulk and Sarcasm
Physics teacher: Who wants to read problem five?
Girl in front of room: Who wants to drink cyanide for breakfast?
37
Pada data berisi pelanggaran maksim relevansi sehingga tercipta
implikatur percakapan. Data tersebut dikatakan melanggar maksim relevansi
karena antara penutur dan petutur tidak memberikan kontribusi yang relevan
dalam percakapannya. percakapan dimulai dengan ujaran penutur “Who wants to
read problem five?” yaitu penutur menanyakan kepada murid-murid yang
diajarnya siapa yang mau membacakan pertanyaan nomor lima. Namun respon
yang diberikan oleh petutur adalah “Who wants to drink cyanide for breakfast?”
Hal ini merupakan pelanggaran maksim relevansi dimana antara penutur dan
petutur tidak ada kontribusi yang relevan. Implikatur percakapan yang
ditimbulkan dari pelanggaran maksim relevansi yang terdapat pada ujaran petutur
memiliki maksud ‘menolak’. Ujaran yang dikatakan petutur menyiratkan bahwa
petutur menolak menjawab pertanyaan yang diberikan oleh penutur. Ujaran
petutur merupakan sebuah sarkasme yaitu majas yang digunakan untuk menyindir
atau menghina sesuatu secara langsung.
Faktor pemicu humor pada data percakapan terdapat pada ujaran petutur
“Who wants to drink cyanide for breakfast” yang merupakan respon yang tidak
biasa atas pertanyaan penutur. Selain itu pemicu humor pada percakapan ini juga
terdapat pada pemberian judul yakni “Britney Always Gets A's in Sulk and
Sarcasm” yang merupakan contoh dari witticism karena terdapat metaphor yaitu
menyetarakan suatu hal dengan membandingkannya dengan hal lain. Pada judul
terjadi perbandingan antara sikap gadis yang menjadi petutur dengan Britney
Spears yang seorang selebritis papan atas dunia namun dikenal juga memiliki
emosi yang labil dan sering melontarkan perkataan yang mengandung sarkasme.
38
Data 7
Penutur: Woman with take-out container
Petutur: Woman sitting next to her
Situasi: percakapan antara seorang wanita dengan wanita lain yang duduk
disebelahnya.
So Yes
Woman with take-out container: Excuse me, do you mind if I eat this here?
Woman sitting next to her: You wouldn't be asking me that question if you were
from New York.
Pada data berisi pelanggaran maksim relevansi sehingga tercipta
implikatur percakapan. Data tersebut dikatakan melanggar maksim relevansi
karena antara penutur dan petutur tidak terdapat kontribusi yang relevan dalam
percakapannya. Percakapan diawali dengan ujaran penutur “Excuse me, do you
mind if I eat this here?”, penutur menanyakan kepada petutur apakah tidak
mengganggu jika dia makan disamping petutur. Respon yang diberikan oleh
petutur dengan berkata “You wouldn't be asking me that question if you were from
New York” merupakan pelanggaran maksim relevansi karena petutur tidak
memberikan kontribusi yang relevan dalam percakapan. Implikatur percakapan
yang ditimbulkan dari pelanggaran maksim relevansi yang terdapat pada ujaran
petutur bermaksud ‘mempersilahkan’. Secara harfiah, petutur mengatakan bahwa
penutur bukanlah orang yang berasal dari New York. Hal ini menyiratkan bahwa
orang-orang di New York biasanya tidak meminta izin dengan orang yang duduk
39
didekatnya jika ingin makan. Selain itu dalam percakapan ini petutur menyiratkan
bahwa tidak masalah jika penutur ingin makan disebelah petutur.
Percakapan ini sebenarnya merupakan percakapan biasa antara satu orang
yang meminta ijin kepada orang lainnya. Namun, terdapat unsur kelucuan pada
percakapan ini yang dipicu dari ujaran dari petutur yang mengatakan “You
wouldn't be asking me that question if you were from New York” yang
merupakan cara yang tidak biasa dalam merespon pertanyaan dari penutur.
Normalnya, petutur cukup mengatakan “Yes, off course” dalam menjawab
penutur yang meminta izin untuk makan di sebelahnya. Ujaran dari petutur ini
mengarahkan kepada pemberian judul “So Yes?” oleh editor. Pemberian judul ini
merupakan prediksi editor terhadap ujaran penutur selanjutnya apabila percakapan
dilanjutkan. Selain itu ujaran petutur juga mengandung sebuah irony atau sindiran.
Dalam hal ini sindiran terhadap suatu keadaan karena secara tidak langsung
petutur mengatakan bahwa orang New York tidak akan meminta ijin untuk makan
kepada orang yang ada disebelahnya. Jadi secara tidak langsung, petutur
menyindir keadaan sosial New York.
Data 8
Penutur: Teenage girl
Petutur: Mother
Situasi: percakapan antara seorang anak gadis yang menanyakan pendapat tentang
pakaiannya kepada ibunya.
40
Goth Kids Plan Way Ahead
Teenage girl, showing mother some clothes: What do you think of these?
Mother: Are you planning to attend a funeral?
Teenage girl: Well, we have a lot of old people in our family.
Pada data berisi pelanggaran maksim relevansi sehingga tercipta
implikatur percakapan. Data tersebut dikatakan melanggar maksim relevansi
karena antara penutur dan petutur tidak terdapat kontribusi yang relevan dalam
percakapannya. Percakapan diawali dengan ujaran penutur “What do you think of
these?” ujaran penutur bertujuan menanyakan pendapat petutur apakah dia cocok
berpakaian seperti itu. Kemudian mendapat respon dari petutur “Are you planning
to attend a funeral?” ujaran ini melanggar maksim relevansi karena petutur tidak
memberikan kontribusi yang relevan. Seharusnya petutur bisa menjawab dengan
“Yes, it suits you well” atau “No, you look weird with that dress” atau ujaran-
ujaran lain yang menjawab yes/no question. Implikatur percakapan yang
ditimbulkan dari pelanggaran maksim relevansi yang terdapat pada ujaran petutur
menyiratkan “ketidaksetujuan’. Pada ujaran tersebut petutur berpikir bahwa
menurut dia pakaian yang dipakai penutur tidak bagus dan tampak tidak sesuai.
Ujaran selanjutnya dari penutur “Well, we have a lot of old people in our family”
merupakan argumen tambahan dari penutur bahwa dia yakin dia cocok berdandan
seperti itu.
Faktor pemicu humor pada data terdapat pada pemberian judul pada
percakapan yang menghubungkan antara ujaran petutur “Are you planning to
41
attend a funeral?” dengan ujaran terakhir penutur “Well, we have a lot of old
people in our family”, secara harfiah petutur menanyakan kepada penutur apakah
dengan pakaian itu dia berencana pergi ke pemakaman. Kemudian direspon
penutur dengan mengatakan bahwa ada banyak anggota keluarga yang sudah tua,
hal ini menyiratkan bahwa akan terjadi banyak pemakaman di dalam keluarga
mereka dan dia akan sering berpakaian seperti itu. Hal ini merupakan salah satu
satu bentuk witticism yaitu irony dimana alasan petutur untuk membantah
pendapat ibunya dengan menyiratkan kematian dalam keluarga mereka.
Data 9
Penutur: Woman
Petutur: Large black guy
Situasi: Percakapan antara seorang wanita yang menanyakan tentang lokasi
gerbong kereta kepada seorang Pria kulit hitam.
Number Four: Mom Jeans?? Really?
Woman, staring at the train subway map: Excuse me, how do you get to the 1
train?
Large black guy: Number one, you get an education.
Woman: No no, how do you get to the 1 train?
Large black guy: Number one, you get an education. Number two, you look at the
map. Number three, don't talk to strangers.
42
Percakapan pada data berisi pelanggaran terhadap maksim relevansi
sehingga tercipta implikatur percakapan. Data tersebut dikatakan melanggar
maksim relevansi karena antara penutur dan petutur tidak terdapat kontribusi yang
relevan dalam percakapannya. Percakapan diawali dengan ujaran penutur “Excuse
me, how do you get to the 1 train?” yakni penutur menanyakan dimana gerbong
kereta no 1 berada. Kemudian dijawab oleh petutur dengan “Number one, you get
an education” yang mana ujaran ini membingungkan penutur sehingga penutur
kembali menanyakan pertanyaan yang sama kepada petutur. Kali ini petutur
memberikan respon dengan berujar “Number one, you get an education. Number
two, you look at the map. Number three, don't talk to strangers”. Ujaran dari
petutur ini melanggar maksim relevansi karena petutur memberikan kontribusi
yang tidak relevan dalam percakapan. Jawaban yang diberikan petutur ini tidak
memiliki hubungan dengan ujaran dari penutur. Implikatur percakapan yang
ditimbulkan dari pelanggaran maksim relevansi yang terdapat pada ujaran petutur
menyiratkan ‘ketidaktahuan’. Seharusnya jawaban yang diberikan oleh petutur
berhubungan dengan pertanyaan penutur, atau setidaknya petutur mengatakan “I
don’t know ma’m” jika petutur tidak mengetahui jawaban dari apa yang
ditanyakan oleh penutur. Ujaran petutur memiliki implikasi bahwa dia tidak tahu
jawaban dari pertanyaan penutur dan mungkin dia sedang tidak ingin diganggu
oleh siapapun ketika penutur menanyakan hal tersebut. Hal ini dapat disimpulkan
dari ujaran petutur “Number three, don't talk to strangers”, namun petutur tidak
sepenuhnya menghindar dari jawaban yang diminta penutur hal ini dapat dilihat
berdasarkan petunjuk yang petutur katakan dalam ujarannya “Number two, you
43
look at the map”. Implikatur percakapan lain yang dapat disimpulkan dari ujaran
petutur yaitu, petutur sebenarnya juga tidak mengetahui dimana letak kereta no 1.
Faktor pemicu terciptanya humor pada data percakapan terdapat pada
ujaran petutur dalam menjawab pertanyaan penutur. Ujaran petutur yakni
“Number one, you get an education” serta dilanjutkan dengan “Number one, you
get an education. Number two, you look at the map. Number three, don't talk to
strangers” merupakan cara yang tidak biasa dalam menjawab pertanyaan kepada
seseorang. Hal ini lah yang memicu terciptanya humor dalam percakapan tersebut.
Kemudian faktor pemicu humor juga terdapat pada judul percakapan yakni
“Number four: Mom Jeans?? Really?”yang menurut editor merupakan perkiraan
dari ujaran petutur selanjutnya. Pada ujaran-ujaran sebelumnya petutur
memberikan informasi yang sama sekali tidak berhubungan dengan pertanyaan
penutur, sehingga editor memberikan prediksi ujaran apa yang akan muncul jika
petutur melanjutkan ujarannya. Ujaran “number four: Mom Jeans?? Really?”
bermakna sama dengan ujaran-ujaran yang diucapkan petutur sebelumnya dan
sama-sama tidak ada hubungannya dengan pertanyaan penutur.
Data 10
Penutur: Lost college girl
Petutur: 20 something staff
Situasi: Percakapan yang terjadi antara seorang mahasiswi dan wanita penjaga
toko buku
44
We're Saddened That We Understand This Quote.
Lost college girl to staff: Excuse me, I came in here to find a textbook but I
spent all my money on that New Moon shit. Can I get a college discount?
20-something staff: Um, Edward or Jacob?
Lost college girl: Jacob.
20-something staff: Yeah, I think we can get you a discount.
45
Percakapan pada data berisi pelanggaran terhadap maksim relevansi
sehingga tercipta implikatur percakapan. Data tersebut dikatakan melanggar
maksim relevansi karena antara penutur dan petutur tidak memberikan kontribusi
yang relevan dalam percakapannya.Percakapan diawali dengan ujaran
penutur” Excuse me, I came in here to find a textbook but I spent all my money
on that New Moon shit. Can I get a college discount?” pada ujaran ini penutur
menanyakan apakah status dia sebagai mahasiswa dapat memberinya keringanan
dalam membeli sebuah buku. Ujaran penutur itu direspon dengan sebuah
pertanyaan “Um, Edward or Jacob?” yang menyatakan petutur menanyakan
pendapat penutur tentang tokoh manakah yang lebih dia sukai dari novel
itu,mengingat New Moon mempunyai dua tokoh pria yang bertolak belakang dan
memiliki popularitas yang sebanding di mata para wanita. Ujaran dari petutur
ini melanggar maksim relevansi karena petutur memberikan kontribusi yang
tidak relevan dalam percakapan. Seharusnya petutur menjawab pertanyan
itu dengan “yes” atau “no” serta memberikan alasannya. Pada ujaran
berikutnya penutur memberikan jawaban atas pertanyaan petutur tentang
tokoh mana yang dia sukai dalam novel New Moon dan penutur memilih
“Jacob”. Kemudian percakapan diakhiri dengan ujaran petutur “Yeah, I
think we can get you a discount“yang bermakna penutur bisa mendapat
diskon dalam pembelian novel. Implikatur percakapan yang ditimbulkan dari
pelanggaran maksim relevansi yang dapat disimpulkan yaitu ‘kesamaan
pendapat’ dalam hal ini penutur dan petutur sama-sama menyukai tokoh
46
Jacob, sehingga berdasarkan kesaaman itu petutur memberikan diskon
kepada penutur.
Faktor pemicu terciptanya humor terdapat pada judul percakapan ini
yakni pada ujaran petutur “Um, Edward or Jacob? “yaitu dimana petutur
menanyakan pendapat tentang tokoh pria mana yang lebih dia sukai dari
novel New Moon. Kemudian ketika penututr menjawab “Jacob” petutur setuju
memberikan diskon kepada penutur karena mereka sama-sama menyukai tokoh
Jacob pada novel New Moon. Selanjutnya faktor pemicu terciptanya humor
terdapat pada pemberian judul oleh editor yakni “We're saddened that we
understand this quote” bermakna bahwa sebagian besar orang yang mendengar
dan mengerti percakapan antara penutur dan petutur akan berpikir bahwa alasan
petutur memberikan diskon cukup konyol. Seharusnya petutur memberikan
diskon karena status penutur yang mahasiswa bukan karena persamaan tokoh
favorit mereka dalam novel Twilight. Hal ini disebabkan oleh Twilight yang
seringkali dicap sebagai novel buruk di mata pembaca, terutama pembaca pria.
Karena itu judul yang diberikan editor menyiratkan bahwa percakapan antara
penutur dan petutur didasari alasan yang konyol.
Data 11
Penutur: Mother
Petutur: Five year old daughter
Situasi: Percakapan antara ibu dengan anak perempuannya yang berumur lima
tahun
47
..I Just Can't Read Yet
Mother: What do you have there?
Five-year-old daughter: My schedule.
Mother: Do you know what class you have first?
Five-year-old daughter: Mom, I'm not retarded.
Percakapan pada data berisi pelanggaran terhadap maksim relevansi
sehingga tercipta implikatur percakapan. Data tersebut dikatakan melanggar
maksim relevansi karena antara penutur dan petutur tidak terdapat kontribusi yang
relevan dalam percakapannya. Percakapan diawali dengan pertanyaan penutur
“What do you have there?” tujuan penutur adalah untuk mengetahui apa yang
sedang dilakukan anaknya, petutur menjawab “my schedule”. Ujaran selanjutnya
yaitu pertanyaan penutur “do you know what class you have first” yang kemudian
dijawab dengan ujaran “Mom, I’m not retarded” Ujaran dari petutur ini
melanggar maksim relevansi karena petutur memberikan kontribusi yang tidak
relevan dalam percakapan. Berdasarkan pertanyaan yang diberikan penutur
jawaban yang seharusnya diberikan petutur yakni “yes/no” namun pada ujaran
petutur menjawab dengan berujar “Mom, I’m not retarded” yang memberikan
implikasi bahwa dia bisa mengerti jadwal itu dengan seksama walaupun dia masih
berumur lima tahun. Jadi implikatur percakapan yang ditimbulkan dari
pelanggaran maksim relevansi ‘menenangkan hati’.
Faktor pemicu terciptanya humor terdapat pada ujaran petutur “Mom, I’m
not retarded” ujaran ini merupakan jawaban yang tidak biasa dimana pada ujaran
ini petutur menyatakan bahwa dia mengerti dengan isi dari jadwal yang sedang
48
dia lihat. Kemudian pemicu humor selanjutnya terdapat pada pemberian judul
pada percakapan ini yakni “I just can't read yet” yang merupakan prediksi ujaran
selanjutnya yang akan dikatakan oleh petutur. Judul ini bertolak belakang dengan
ujaran terakhir yang dikatakan oleh petutur. Pada ujaran sebelumnya petutur
mengatakan bahwa dia bukanlah anak yang keterbelakangan mental sehingga dia
bisa mengerti apa yang tertulis pada jadwalnya. Namun pada judul ini editor
menyiratkan bahwa perkataan petutur yang mengatakan bahwa dia mengerti apa
yang dimaksud dalam jadwal tersebut dapat diragukan karena petutur yang masih
berumur lima tahun dan terdapat kemungkinan bahwa petutur sebenarnya masih
belum bisa membaca.
Data 12
Penutur: Student
Petutur: Professor
Situasi: percakapan antara murid dan professornya tentang ujian yang akan
berlangsung.
So, Not Jeopardy-Style, Like the Midterm.
Student: Can you tell us the format of the test?
Professor: There will be questions.
Percakapan pada data berisi pelanggaran terhadap maksim relevansi
sehingga tercipta implikatur percakapan. Data tersebut dikatakan melanggar
49
maksim relevansi karena antara penutur dan petutur tidak terdapat kontribusi yang
relevan dalam percakapannya. Percakapan diawali dengan pertanyaan
penutur”can you tell us the format of the test?” Pada ujaran ini penutur bertujuan
menanyakan kepada professor-nya bagaimana format pada ujian yang akan
berlangsung. Jawaban dari petutur yaitu “There will be question” melanggar
maksim relevansi karena petutur memberikan kontribusi yang tidak relevan dalam
percakapan. Implikasi yang terdapat pada ujaran ini menyiratkan ‘penolakan’.
Pada kasus ini sebenarnya jawaban dari petutur sudah memenuhi syarat, namun
jika dilihat konteks dari percakapan tersebut dimana penutur mengharapkan
jawaban yang lebih spesifik maka tuturan dari petutur ini terbilang telah
melanggar maksim relevansi. Implikasi percakapan yang ditimbulkan dari
pelanggaran maksim relevansi pada ujaran petutur adalah “tidak mau’ dalam hal
ini petutur tidak mau memberi informasi yang detail kepada penutur tentang ujian
yang akan berlangsung. Contoh jawaban yang spesifik dan tidak melanggar
maksim relevansi yakni “there will be 100 questions and an essay”.
50
Faktor pemicu terciptanya humor terdapat pada ujaran dari petutur
yakni “There will be questions “ujaran dari petutur ini sebenarnya menjawab
pertanyaan dari penutur, namun tidak sesuai dengan apa yang diharapkan
oleh penutur. Ujaran yang tidak biasa ini menjadi salah satu pemicu humor
pada percakapan di atas. Selain itu, pemberian judul pada percakapan
dalam data merupakan penerapan humor permainan kata pun-metaphor
yaitu permainan kata yang mengandung metafora menyetarakan suatu hal dengan
membandingkannya dengan hal lain. Judul yang diberikan editor “So, not
Jeopardy-style, like the midterm” merupakan perkiraan ujaran dari penutur
selanjutnya setelah mendengar jawaban dari petutur, namun editor menggunakan
witticism yakni pun-metaphor dalam perkiraannya. Pun-metaphor terdapat pada
kata jeopardy-style, kata jeopardy sebenarnya merupakan sebuah nama dari
program televisi di Amerika yakni sebuah acara kuis yang memiliki cara yang
khas dalam memberikan pertanyaan kepada pesertanya. Dalam Jeopardy
pertanyaan muncul dalam bentuk petunjuk atau keterangan yang merujuk pada
jawaban atau biasannya disebut trivia.
Data 13
Penutur: Guy 1
Petutur: Guy 2
Situasi: percakapan antara seorang pemuda dan temannya.
51
The Only Difference Is That We Have Video Of One Of These Things.
Guy #1: I have never peed on anyone!
Guy #2: Yeah, and Abraham Lincoln never told a lie.
Percakapan pada data berisi pelanggaran terhadap maksim relevansi
sehingga tercipta implikatur percakapan. Data tersebut dikatakan melanggar
maksim relevansi karena antara penutur dan petutur tidak terdapat kontribusi yang
relevan dalam percakapannya. Percakapan diawali dengan ujaran penutur “I have
never peed on anyone!” maksudnya penutur berkata bahwa dia tidak pernah
mengencingi siapapun. Kemudian dijawab oleh petutur dengan ujaran “Yeah, and
Abraham Lincoln never told a lie” ujaran ini melanggar maksim relevansi karena
petutur memberikan kontribusi yang tidak relevan dalam percakapan. Implikatur
percakapan yang ditimbulkan dari pelanggaran maksim relevansi yang terdapat
pada ujaran ini menyiratkan “ketidaksetujuan”. Petutur tidak setuju dengan
pernyataan penutur yang mengatakan bahwa dia tidak pernah mengencingi
siapapun.
Faktor pemicu humor terdapat pada respon yang diberikan petutur atas
ujaran penutur yakni “Yeah and Abraham Lincoln never told a lie” yang mana
pada hal ini petutur membandingkan ujaran penutur dengan mantan Presiden
Amerika Serikat yaitu Abraham Lincoln. Petutur menyiratkan bahwa jika dia
percaya ucapan penutur, sama saja dengan dia percaya bahwa Abraham Lincoln
tidak pernah berbohong, karena sebenarnya Abraham Lincoln punya sejarah yang
cukup kelam dengan kebohongannya terkait perang sipil di Amerika Serikat. Hal
52
ini merupakan bentuk witticism yakni metaphor yaitu membandingkan sesuatu
dengan hal lain. Pemberian judul pada percakapan ini yaitu “The only difference is
that we have video of one of these things” adalah salah satu prediksi dari lanjutan
percakapan antara petutur dan penutur dimana mungkin saja petutur memiliki
rekaman video ketika penutur mengencingi orang lain.
Data 14
Penutur: Tatto guy
Petutur: Conductor
Situasi: percakapan antara seorang pemuda bertato dengan seorang kondektur.
I Speak Mostly in Clichés and Advertising Slogans
Tattoo guy on platform: Where are all the F trains?
Conductor: The early bird catches the worm...
Tattoo guy: What?
Conductor: The early bird catches the worm...
Tattoo guy: You better start fuckin making sense, asshole.
Conductor: Sorry, I don't come from that way.
Percakapan pada data berisi pelanggaran terhadap maksim relevansi
sehingga tercipta implikatur percakapan. Data tersebut dikatakan melanggar
maksim relevansi karena antara penutur dan petutur tidak terdapat kontribusi yang
relevan dalam percakapannya. Percakapan diawali dengan ujaran penutur “Where
are all the F trains?” Pada ujaran ini penutur menanyakan tentang keberangkatan
53
kereta bawah tanah. Kemudian petutur menjawab dengan “The early bird catches
the worm”. Jawaban dari petutur ini melanggar maksim relevansi karena petutur
memberikan kontribusi yang tidak relevan dalam percakapan. Penutur
menanyakan kembali dengan berujar “what?” menunjukkan ketidakpahamannya,
yang kembali dijawab petutur dengan ujaran yang sama. Pada akhir percakapan,
penutur tampak kesal dan berujar “You better start fuckin making sense, asshole”
yang menunjukkan bahwa penutur tidak puas dan kesal dengan jawaban petutur.
Hal ini terlihat dengan penggunaan kata makian “fuckin’ dan asshole”.
Percakapan diakhiri dengan jawaban petutur “Sorry, I don't come from that way”
implikatur percakapan yang ditimbulkan dari pelanggaran maksim relevansi dari
ujaran-ujaran petutur diatas adalah ‘tidak mau’, petutur tidak ingin menjawab
pertanyaan dari penutur.
54
Faktor pemicu humor pada percakapan diatas yaitu pada ujaran
petutur “The early bird catches the worm” yang merupakan penerapan dari
witticism karena ujaran tersebut adalah sebuah quotation dari sebuah
ungkapan bahasa inggris yang sebenarnya berbunyi “The early bird catcheth
the worm” dan berarti kesuksesan datang pada orang yang berusaha dan
memiliki persiapan yang matang. Hal inilah yang sebenarnya dimaksud oleh
petutur dalam ujarannya yakni, penutur terlambat dan kereta yang dia
tanyakan sudah berangkat. Pemberian judul pada percakapan ini “I speak
mostly in clichés and advertising slogans” merupakan lanjutan dari ujaran petutur
versi editor. Pada judul ini editor melanjutkan ujaran tersebut dengan mengatakan
bahwa cara berbicara petutur klise dan mirip slogan iklan karena mengutip sebuah
ungkapan.
Data 15
Penutur: Girl
Petutur: Guy
Situasi: percakapan antara seorang gadis dengan seorang pemuda.
I've Made My Peace with Explosive Dismemberment
Girl: What are all these cops doing here?
Guy: Oh, there was a bomb threat.
55
Girl: That's not good, we should get out of here.
Guy: If bomb threats make you nervous, than the terrorists have already won.
Percakapan pada data berisi pelanggaran terhadap maksim relevansi
sehingga tercipta implikatur percakapan. Data tersebut dikatakan melanggar
maksim relevansi karena antara penutur dan petutur tidak terdapat kontribusi yang
relevan dalam percakapannya. Percakapan diawali dengan ujaran penutur yaitu
“What are all these cops doing here?” dalam ujaran ini penutur menanyakan
kenapa ada banyak polisi ditempat yang mereka kunjungi. Kemudian dijawab
oleh petutur dengan “Oh, there was a bomb threat”. Petutur menyampaikan
bahwa ada ancaman bom ditempat yang sedang mereka kunjungi tersebut. Penutur
langsung merespon dengan berujar”That's not good, we should get out of here”
maksudnya penutur ingin segera meninggalkan tempat tersebut. Pada akhir
percakapan petutur menjawab dengan berujar “if bomb threats make you nervous,
than the terrorists have already won” ujaran petutur ini melanggar maksim
relevansi petutur memberikan kontribusi yang tidak relevan dalam percakapan.
Implikatur percakapan yang ditimbulkan dari pelanggaran maksim relevansi dari
ujaran petutur adalah ‘menolak’, petutur menolak meninggalkan tempat tersebut
dan mengatakan kepada penutur bahwa jika mereka takut akan ancaman bom
tersebut maka teroris telah menang atas mereka.
Pada ujaran terakhir petutur berujar “if bomb threats make you nervous,
than the terrorists have already won” yang bertujuan untuk menenangkan penutur
dan berharap dengan ujarannya penutur menjadi tidak panik. Berdasarkan tuturan
itu, editor memprediksi ujaran selanjutnya yang akan dikatakan petutur yaitu “I've
56
made my peace with explosive dismemberment” hal inilah yang menjadi pemicu
humor pada percakapan. Pada judul tersebut, editor menambahkan hyperbole atau
melebih-lebihkan yaitu pada bagian dimana petutur menjelaskan bahwa dia sudah
berdamai dengan bom atau ledakan. Apabila judul ini digabungkan dengan ujaran
petutur sebelumnya maka ujaran tersebut berubah menjadi aneh dan konyol.
Data 16
Penutur: Barnard girl
Petutur: Tisch Girl
Situasi: percakapan antara dua mahasiswi.
The Haircuts Are Remarkably Similar
Barnard girl: Does anyone here like Naruto?
Tisch girl: I looooove 90210!
Percakapan pada data berisi pelanggaran terhadap maksim relevansi
sehingga tercipta implikatur percakapan. Data tersebut dikatakan melanggar
maksim relevansi karena antara penutur dan petutur tidak terdapat kontribusi yang
relevan dalam percakapannya. Percakapan diawali dengan ujaran penutur “Does
anyone here like Naruto?” maksudnya penutur menanyakan kepada orang-orang
disekitarnya apakah ada diantara mereka yang menyukai Naruto sebuah kartun
tentang ninja yang diproduksi oleh orang Jepang. Kemudian petutur menjawab
dengan “I looooove 90210”, jawaban dari petutur ini melanggar maksim relevansi
57
karena petutur tidak memberikan kontribusi yang relevan dalam percakapan.
Berdasarkan jawaban petutur, terdapat beberapa kemungkinan implikatur
percakapan yang ditimbulkan dari pelanggaran maksim relevansi dalam
percakapan ini yaitu, petutur ‘tidak tahu’ dengan apa yang ditanyakan penutur,
atau petutur ‘tidak suka’ dengan kartun Naruto yang ditanyakan oleh penutur.
Faktor pemicu humor terdapat pada kesalahpahaman antara penutur dan
petutur karena persamaan bunyi (homophone) pada akhiran kedua kata tersebut.
Penutur bermaksud menanyakan tentang “naruto” namun petutur mengira yang
dimaksud petutur adalah “90210” atau “Beverly Hills 90210” yaitu sebuah serial
remaja. Pemberian judul pada percakapan ini yaitu “The haircuts are remarkably
similar” menjelaskan bahwa satu-satunya persamaan dari Naruto dan 90210
adalah kesamaan potongan rambut yang dimiliki tokoh utamanya.
4.2 Pelanggaran Prinsip Kerja Sama Maksim Kualitas
58
Data 1
Penutur: Barista
Petutur 1: client
Petutur 2: chasier
Situasi: Percakapan antara pelayan bar, pengunjung dan kasir tentang lamanya
siang.
Park Avenue Being the Land of the Midnight Sun
Barista to client: Today is the first day of summer, so it's the longest day of the
year!
Client: Oh, yeah, how long is it exactly?
Cashier: I dunno, like 27 hours or something.
Pada data berisi pelanggaran maksim kualitas sehingga tercipta implikatur
percakapan. Data tersebut dikatakan melanggar maksim kualitas karena penutur
atau petutur tidak memberikan kontribusi percakapan yang memiliki nilai
kebenaran. Percakapan dimulai dengan ujaran oleh penutur “Today is the first day
of summer, so it's the longest day of the year!” yang menyatakan bahwa hari ini
merupakan hari pertama di musim panas dan matahari akan lebih lama bersinar.
Kemudian direspon oleh petutur 2 dengan pertanyaan “Oh, yeah, how long is it
exactly?” yang menanyakan berapa lama siang hari di musim panas. Petutur 2
menjawab pertanyan itu dengan berujar “I dunno, like 27 hours or something”
jawaban yang diberikan oleh petutur 2 melanggar maksim kualitas karena
59
memberikan kontribusi percakapan yang tidak memiliki nilai kebenaran. Jawaban
petutur 2 yang mengatakan bahwa terdapat 27 jam pada hari pertama di musim
panas salah karena faktanya satu hari di musim panas tetap 24 jam, yang
membedakan lamanya hari di musim panas adalah lamanya matahari bersinar.
Karena itu pada musim panas matahari bersinar lebih lama daripada musim-
musim lainnya. Implikatur percakapan yang ditimbulkan dari pelanggaran
maksim kualitas pada ujaran petutur 2 adalah ‘ketidaktahuan’.
Faktor pemicu terciptanya humor terdapat pada ujaran dari petutur 2 yang
berisi kesalahan informasi yakni petutur 2 mengatakan bahwa pada hari pertama
musim panas satu hari akan berjumlah 27 jam, dan hal ini salah. Hal ini didukung
dengan pemberian judul pada percakapan ini yaitu “Park Avenue being the land
of the midnight sun” merupakan penerapan dari witticism karena terdapat
quotation atau pengutipan ungkapan yang sudah ada sebelumnya. Pada judul
terdapat frasa “land of the midnight sun” yang arti sebenarnya merujuk kepada
daerah belahan bumi utara yang berada persis sebelum kutub utara. Pada daerah
tersebut sering terjadi fenomena matahari yang bersinar lebih lama bahkan sampai
24 jam. Pada judul “Park Avenue” yang juga merupakan tempat terjadinya
percakapan disamakan dengan daerah “midnight sun” tersebut.
60
Data 2
Penutur: Little girl
Petutur: Mom
Situasi: Seorang anak gadis kecil yang bertanya kepada ibunya tentang dinginnya
cuaca.
Tonight's Movie: She Got Blame
Little girl with large nose and pink jacket: Mommy, why is it cold out?
Mom with large nose wearing blue parka: Because your father is an asshole!
Pada data berisi pelanggaran maksim kualitas sehingga tercipta implikatur
percakapan. Data tersebut dikatakan melanggar maksim kualitas karena penutur
atau petutur tidak memberikan kontribusi percakapan yang memiliki nilai
kebenaran. Percakapan dimulai dengan ujaran “Mommy, why is it cold out?”
yakni penutur bertujuan menanyakan kepada petutur kenapa udara terasa dingin
sekali. Kemudian direspon oleh petutur dengan “because your father is an
asshole!” ujaran ini melanggar maksim kualitas, karena petutur memberikan
kontribusi percakapan yang tidak memiliki nilai kebenaran. Implikatur percakapan
yang ditimbulkan dari pelanggaran maksim kualitas yang terdapat pada ujaran
petutur menyiratkan ‘ketidaktahuan’. Jawaban yang diberikan petutur ini
sebenarnya tidak memiliki hubungan dengan ujaran dari penutur. Jawaban yang
diharapkan oleh penutur adalah sebuah penjelasan kenapa udara terasa dingin
sekali. Implikasi yang bisa didapat dari percakapan pada data yaitu petutur sedang
61
tidak ingin ditanya tentang apapun. Sepertinya sebelum percakapan terjadi,
petutur mengalami pertengkaran dengan suaminya hal ini dapat dilihat dari
pemilihan kata-kata petutur dalam ujaran “Because your father is an asshole!”
penggunaan kata asshole yang merupakan kata makian membuktikan bahwa
petutur benar-benar marah kepada suaminya.
Faktor pemicu terciptanya humor yang ada pada percakapan terdapat pada
penggunaan judul yang memprediksikan bagaimana nasib penutur sepanjang
malam karena penutur akan selalu bersama petutur. Penggunaan judul “Tonight's
Movie: She Got Blame” merupakan penerapan dari quotation yaitu mengutip
ungkapan yang sudah ada sebelumnya. Pada judul percakapan terdapat ujaran
“Tonight movie” yang mana ujaran ini biasanya digunakan oleh stasiun televisi
dalam menyampaikan program apa yang akan ditayangkan. Selain itu, secara
keseluruhan judul percakapan merupakan penerapan dari metaphor, karena editor
dalam hal ini mengandaikan nasib penutur sebagai sebuah film.
4.3 Pelanggaran Prinsip Kerja Sama Maksim Kuantitas
Data 1
Penutur: Boy
Petutur: Black boy
Situasi: Seorang anak kulit putih yang menegur anak laki-laki kulit hitam yang
ribut ketika dia sedang mempresentasikan suatu pelajaran dis depan kelas.
And the Ancient Greeks Owned Slaves!
62
Boy giving presentation: Guys, shut up! Everybody has to be quiet during my
presentation.
Black boy: Man, your people kept my people down for hundreds of years. I ain't
being quiet for your presentation!
Boy giving presentation: I'm not white, dude. I'm fucking Greek.
Pada data percakapan terdapat pelanggaran maksim kuantitas sehingga
tercipta implikatur percakapan. Data dikatakan melanggar maksim kuantitas
karena petutur memberikan kontribusi yang berlebihan. Ujaran pertama yang
dikatakan oleh penutur yaitu “Guys, shut up! Everybody has to be quiet during my
presentation” Ujaran penutur bertujuan agar teman-teman sekelasnya tidak ribut
karena dia sedang memberikan presentasi di depan kelas. Respon yang dia dapat
dari seorang temannya yaitu “Man, your people kept my people down for
hundreds of years. I ain't being quiet for your presentation!” Implikatur
percakapan yang ditimbulkan dari pelanggaran maksim kuantitas yang terdapat
pada ujaran petutur menyiratkan ‘penolakan’. Ujaran petutur merupakan bentuk
penolakan dari permintaan penutur agar teman-temannya tidak ribut. Petutur
memberikan alasan bahwa kaumnya sejak dulu selalu diperintah oleh kaum kulit
putih, karena itu dia tidak akan menuruti permintaan penutur. Ujaran ini
melanggar maksim kuantitas, karena petutur memberikan informasi yang
berlebihan. Seharusnya petutur cukup dengan menjawab secukupnya saja. Ujaran
terakhir dari penutur yakni “I'm not white, dude. I'm fucking Greek” menjelaskan
bahwa dia merupakan keturunan Yunani yang bukan bagian dari kaum yang
63
pernah menjajah kaum kulit hitam. Hal ini merupakan pembelaan penutur atas
tuduhan petutur.
Faktor pemicu terciptanya homor terdapat pada judul yang menggunakan
sarcasm yaitu sindiran keras dan langsung yang merupakan penerapan dari
witticism. Judul “And the Ancient Greeks Owned Slaves!” merupakan bantahan
atas ujaran penutur “I’m fucking Greek”. Ujaran penutur itu terbantahkan karena
jika dilihat sejarahnya perbudakan di muka bumi sebenarnya sudah dimulai sejak
jaman Yunani kuno. Berdasarkan hal ini, ujaran penutur yang berisi pembelaan
bahwa dia sebagai keturunan Yunani tidak ada hubungannya dengan perbudakan
bisa dikatakan salah.
Data 2
Penutur 1: Harridan
Penutur 2: Bro
Petutur: Hobo
Situasi: Percakapan dilakukan oleh seorang perempuan yang digambarkan
pemarah, dan seorang pemuda, dengan seorang gelandangan yang sedang
merokok.
..Now Correct Your Posture or I'll Burn You.
Harridan: Put out that cigarette! Put it out! You can't smoke on the subway! Put it
out!
Hobo: (puffs)
Bro: Sir, would you please put out the cigarette?
Hobo: Sure.
64
Bro: Thank you.
Harridan: You wouldn't put it out for me! Why did you put it out for him? Do you
hate women? Was it your mother?
Hobo: He said "please" and "thank you."
Pada data berisi pelanggaran maksim kuantitas sehingga tercipta
implikatur percakapan. Data tersebut dikatakan melanggar maksim kuantitas
karena kontribusi yang diberikan antara petutur tidak memenuhi kebutuhan dari
ujaran penutur. Percakapan dimulai dengan ujaran penutur 1 “Put out that
cigarette! Put it out! You can't smoke on the subway! Put it out!” pada ujaran ini
penutur 1 meminta petutur untuk mematikan rokoknya karena dilarang merokok
di area kereta bawah tanah. Penutur 1 meminta berulang-ulang dan dengan nada
yang tidak ramah. Respon yang diberikan petutur atas ujaran penutur 1 dengan
“(puffs)” yang merupakan onomatopoeia dari suara menghela nafas berat,
merupakan pelanggaran maksim kuantitas karena dengan kontribusi yang
diberikan petutur tidak sesuai dengan yang diharapkan oleh penutur. Implikatur
percakapan yang ditimbulkan dari pelanggaran maksim kuantitas yang terdapat
pada tuturan petutur bermakna ‘menolak’. Suara “(puffs)” yang diproduksi
petutur menyiratkan bahwa dia tidak senang dengan ujaran dari penutur 1.
Kemudian penutur 2 mengatakan “Sir, would you please put out the cigarette?”
merupakan ujaran yang memiliki tujuan sama dengan penutur 1 namun dengan
cara yang lebih sopan. Diakhir percakapan penutur 1 berujar “You wouldn't put it
out for me! Why did you put it out for him? Do you hate women? Was it your
mother?” yang direspon oleh petutur dengan “He said ‘please’ and ‘thank you’.”
65
Hal ini menyiratkan bahwa penutur 2 memintanya mematikan rokok dengan cara
yang jauh lebih ramah dari penutur 1.
Faktor pemicu humor pada data percakapan terletak pada ujaran dari
penutur 1 yakni You wouldn't put it out for me! Why did you put it out for him?
Do you hate women? Was it your mother?” pada ujaran ini penutur 1
menanyakan kenapa petutur lebih memilih mematuhi permintaan dari penutur 2,
karena sebelumnya penutur 1 juga meminta hal yang sama namun tidak dipatuhi
oleh petutur. Jawaban petutur yakni “He said "please" and "thank you."
Menjawab pertanyaan dari penutur 1, petutur memenuhi permintaan dari penutur
2 karena dia meminta dengan cara yang lebih ramah daripada penutur 1 yang
memberi perintah dengan kasar. Pemberian judul percakapan yakni “Now Correct
Your Posture or I'll Burn you” merupakan bentuk penerapan dari Witticism
karena terdapat sarcasm yaitu sindiran keras dan langsung yang terdapat pada
judul percakapan. Pada judul ini editor berusaha memprediksi ujaran selanjutnya
yang akan dituturkan oleh petutur dan ujaran tersebut berisi sarcasm yang
menunjukkan perlawanan petutur atas tuturan dari penutur 1 yang semena-mena.
Data 3
Penutur: Older Black man
Petutur: 20-something white man
Situasi: Percakapan antara seorang laki-laki kulit hitam dengan seorang pemuda.
66
In a Totally Unrelated Question, What Gets Out Blood?
Older black man: How's you mother?
20-something white man: She died in January.
Older black man: I'm very sorry to hear that.
20-something white man: Thanks. She left me her rent-controlled apartment!
Pada data berisi pelanggaran maksim kuantitas sehingga tercipta
implikatur percakapan. Data tersebut dikatakan melanggar maksim kuantitas
karena kontribusi yang diberikan antara petutur tidak memenuhi kebutuhan dari
ujaran penutur. Percakapan dimulai dengan ujaran penutur “how’s you mother?”
yang bermaksud menanyakan kabar ibu dari petutur. Kemudian petutur menjawab
dengan “she died in January”. Ujaran selanjutnya adalah “I’m very sorry to hear
that” yang dikatakan penutur untuk menunjukan rasa turut berdukanya atas
meninggalnya ibu petutur. Kemudian petutur merespon dengan berujar “Thanks.
She left me her rent-controlled apartment!” ujaran ini melanggar maksim
kuantitas karena terdapat keterangan yang tidak perlu yaitu “she left me her rent-
controlled apartment” sehingga kontribusi dalam percakapan menjadi berlebihan.
Implikatur yang yang ditimbulkan dari pelanggaran maksim kuantitas pada ujaran
petutur adalah ‘menyatakan gurauan’. Dalam ujaran terakhir seharusnya petutur
cukup mengucapkan “thank you very much” tanpa tambahan informasi lagi.
Keterangan tambahan dari petutur membuat dia terlihat tidak sedih dengan
kematian ibunya.
67
Faktor pemicu terciptanya humor pada percakapan ini berasal dari tuturan
terakhir dari petutur “Thanks. She left me her rent-controlled apartment!” yang
merupakan salah satu bentuk ujaran yang mengandung paradox yaitu pernyataan
yang berisi pengungkapan dengan menyatakan dua hal yang kontradiktif namun
kedua pernyataan itu benar. Dalam percakapan ini seharusnya petutur tidak perlu
mengatakan hal itu karena seperti menyiratkan petutur bahagia atas kematian
ibunya yang membuat petutur mendapatkan hak atas rumah sewaan yang dulu
dikelola ibunya. Selain itu humor juga tercipta karena pemberian judul yang tidak
berhubungan langsung dengan topik percakapan. Judul percakapan “In a Totally
Unrelated Question, What Gets Out Blood?” menyiratkan bagaimana petutur
bisa mendapatkan hak atas pengendalian apartemen sewaan milik mendiang
ibunya.
68
BAB V
SIMPULAN dan SARAN
5.1 Simpulan
Berdasarkan analisis dan pembahasan yang dilakukan pada data tersebut,
didapatkan simpulan sebagai berikut:
1. Pada situs Overheard in New York terdapat 3 pelanggaran maksim yaitu
relevansi, kuantitas serta kualitas. Rincian pelanggaran maksim yang terdapat
pada situs humor Overheard in New York yaitu:
Pelanggaran terhadap maksim relevansi terdapat pada 16 data
percakapan, masing-masing data menyiratkan ‘menolak’ atau
‘penolakan’, ‘ketidakpedulian’, ‘tidak setuju’, ‘mempersilahkan’,
‘kesamaan pendapat’ serta “menenangkan hati’.
Pelanggaran terhadap maksim kuantitas terdapat pada 3 data
percakapan, masing-masing data menyiratkan ‘menolak’ atau
‘penolakan’ dan ‘menyatakan gurauan’
Pelanggaran terhadap maksim kualitas terdapat pada 2 data
percakapan, masing-masing data memiliki makna ‘ketidaktahuan’.
2. Faktor pemicu terciptanya humor pada situs humor Overheard in New
York yaitu berasal dari beberapa hal yaitu:
Terdapat jenis percakapan Witticism yang masing-masing
mengandung Metaphor pada 2 data percakapan, irony pada 4 data
69
percakapan, Hyperbole pada 2 data percakapan, sarcasm pada 3 data
percakapan, menggunakan quotation pada 4 data percakapan, serta
menggunakan paradox, pun-metaphor, dan homophone pada 1 data
masing-masingnya.
Faktor pemicu humor pada data adalah ujaran dari petutur yang tidak
biasa dan diluar dugaan penutur. Ujaran tersebut juga menciptakan
implikatur percakapan. Ujaran dari petutur itu seringkali menciptakan
kesalah pahaman antara penutur dan petutur, sehingga timbulah
kelucuan dalam percakapan tersebut. Selain itu editor juga memiliki
peran besar memunculkan humor dengan memberikan judul yang
menggambarkan isi percakapan atau judul yang berisi perkiraan ujaran
selanjutnya dari penutur atau petutur.
5.2 Saran
Penelitian ini hendaknya berguna untuk penelitian lebih lanjut tentang
kajian pragmatis khususnya tentang implikatur percakapan pada humor, dalam
hal ini pada situs humor Overheard in New York. Tulisan ini hendaknya juga bisa
menjadi referensi bagi penelitian-penelitian sejenis khususnya penelitian yang
menjadikan humor sebagai objek. Penulis berharap kedepannya bisa muncul
penelitian-penelitian lanjutan yang menjadikan humor sebagai objek, karena
ranah humor masih luas dan cukup jarang dijadikan objek penelitian.
70
SYNOPSIS
This thesis, entitled “Implikatur Percakapan pada Situs Humor Overheard
in New York (Conversational Implicatures in humor sites Overheard in New
York), aims to describe the conversational implicatures on its conversation and to
describe the trigger of the humor.
Communication happens if only all participants obey the conversational
principles consisting of cooperative principles. In fact, these principles are
violated and conversational implicatures are resulted. Conversational
implicatures have important roles in communication because sometimes in
conversation what people said isn’t always what people mean.
In this research, the writer uses descriptive method. These are some steps
that are done in this method: collecting data from Overheard in New York sites
and analyze the conversational implicature of the data that was taken with
Grice’s cooperative principle (1975) which are maxims of quantity, maxims of
quality, maxims of relation, and maxims of manner. After finding the
conversational impicature from the utterance, the writer describes the real
meaning from the utterance. Furthermore, this research also tries to describe the
trigger of humor on the conversation by using Neal Norrick’s witticims theory.
Finally, in this research, the writer found several conversational
implicature which caused by violating the cooperative principle which are
maxims of quantity, maxims of quality, and maxims of relevance. The writer found
that there are some different implicatures resulted from the violating of
conversational principles which are: refusing, indifferent, agree, disagree, given
permission, uncertain, and joking. The writer also found that the trigger of humor
are using of hyperbole, irony, sarcasm, metaphor, quotation, paradox,
homophone and pun-metaphor which are the applied of witticism.
71
DAFTAR PUSTAKA
Brown & Yule. 1983. Discourse Analysis, Cambridge University Press.Djajasudarma, T. Fatimah. 1994, Wacana : Pemahaman dan Hubungan Antar
Unsur. Bandung : Eresco.
Grice, H.P. 1975 Logic and Conversation, Essay
Hartman, R. R. K, F. C. Stork. 1972. The Dictionary of Language and Linguistic. Applied Science Publishers
Hurford & Heasley. 1983. Semantics: A Course Book: Cambridge University Press.
Keraf, Gorys. 1991. Diksi dan Gaya Bahasa, Jakarta: Gramedia Pustaka Utama.
Kridalaksana, Harimurti. 1993. Kamus Linguistik, Jakarta: Gramedia Pustaka Utama.
Leech, Geoffrey. 1983. Principles of Pragmatic. New York: Longman.
Levinson, Stephen C. 1983.Pragmatics. Cambridge, England: Cambridge University Press
McManis, et al. 1987. Language files Materials for an Introduction to language.Ohio: The Ohio State.
Nash, Walter. 1985. The Language of Humour, New York, Longman.
Ross, Allison. 1998. The Language of Humor, London, Routledge.
Raskin, Victor. 1984. Semantic mechanism of humor. Dordrecht: D. Dreidel Publishing Company
Soetikno, I. 1996. Analisa Wacana. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama.
Jurnal:Amelia, Rosaria Mita. 2008. Speech Act dan Implicit Meaning (Grice’s Theory of
Conversational Implicature and Sperber and Wilson’s Relevance Theory)
Carston, Robyn. 1998. Informativeness, Relevances anda Scalar Implicature
Dynel, Martha. 2009. Beyond a joke: types of conversational humour
72
DAFTAR KAMUS
Hornby, A.S. 2000. Oxford Advanced Learner’s Dictionaryof Current English.
New York: Oxford University Press
Kridalaksana, Harimurti. 2008. Kamus Linguistik Edisi Keempat. Jakarta:
Gramedia Pustaka Utama
Hartman, R. R. K, F. C. Stork. 1972. The Dictionary of Language and Linguistic.
Applied Science Publishers
http//:www.overheardinnewyork.com
http//www.urbandictionary.com
73
LAMPIRAN
4.1 Pelanggaran Prinsip Kerja Sama Maksim Relevansi
Data 1:
Are Those Two Guys Stabbing Each Other with Nerf Weapons?
Girl: There's police over there! It must be a crime scene!
Guy: Gang violence is so boring these days...
Data 2:
Where the Dead Look Is in Style.
Guy to girl with short skirt in freezing cold: Girl, you gonna catch your death.
Girl with short skirt: I'm in LA, bitch!
Data 3:
Grandma Still Does
Son, pointing at magazine: I like those pants.
Father: But those look tight.
Son: That's what's in style right now.
Father, after a pause: Did I ever tell you when I used to take you to Tompkins
Square Park as a baby; everyone thought you were a girl?
Data 4:
This Could Be an Entire Episode of Keeping Up with the Kardashians
Man selling candy #1 to very pretty but overweight girl: Hey miss, you wanna buy
a candy bar?
74
Pretty but overweight girl: Do I look like I need any more candy?!
Man selling candy #2: You look good to me!
Data 5:
Said There Was No Point in Both of Us Suffering
Little Jewish girl: Where's my brother? Does daddy know where he is?
Jewish mother: Sweetie, your daddy went to get a latte while mommy was giving
birth to your brother that shows how much he cares.
Data 6:
Britney Always Gets "A's" in Sulk and Sarcasm
Physics teacher: Who wants to read problem five?
Girl in front of room: Who wants to drink cyanide for breakfast?
Data 7:
So Yes
Woman with take-out container: Excuse me, do you mind if I eat this here?
Woman sitting next to her: You wouldn't be asking me that question if you were
from New York.
Data 8:
75
Goth Kids Plan Way Ahead
Teenage girl, showing mother some clothes: What do you think of these?
Mother: Are you planning to attend a funeral?
Teenage girl: Well, we have a lot of old people in our family.
Data 9:
Number Four: Mom Jeans?? Really?
Woman, staring at the train subway map: Excuse me, how do you get to the 1
train?
Large black guy: Number one, you get an education.
Woman: No no, how do you get to the 1 train?
Large black guy: Number one, you get an education. Number two, you look at the
map. Number three, don't talk to strangers.
Data 10:
76
We're Saddened That We Understand This Quote.
Lost college girl to staff: Excuse me, I came in here to find a textbook but I
spent all my money on that New Moon shit. Can I get a college discount?
20-something staff: Um, Edward or Jacob?
Lost college girl: Jacob.
20-something staff: Yeah, I think we can get you a discount.
Data 11:
..I Just Can't Read Yet
Mother: What do you have there?
Five-year-old daughter: My schedule.
Mother: Do you know what class you have first?
Five-year-old daughter: Mom, I'm not retarded.
Data 12:
So, Not Jeopardy-Style, Like the Midterm.
Student: Can you tell us the format of the test?
Professor: There will be questions.
Data 13:
77
The Only Difference Is That We Have Video Of One Of These Things.
Guy #1: I have never peed on anyone!
Guy #2: Yeah, and Abraham Lincoln never told a lie.
Data 14:
I Speak Mostly in Clichés and Advertising Slogans
Tattoo guy on platform: Where are all the F trains?
Conductor: The early bird catches the worm...
Tattoo guy: What?
Conductor: The early bird catches the worm...
Tattoo guy: You better start fuckin making sense, asshole.
Conductor: Sorry, I don't come from that way.
Data 15:
I've Made My Peace with Explosive Dismemberment
Girl: What are all these cops doing here?
Guy: Oh, there was a bomb threat.
Girl: That's not good, we should get out of here.
Guy: If bomb threats make you nervous, than the terrorists have already won.
78
Data 16:
The Haircuts Are Remarkably Similar
Barnard girl: Does anyone here like Naruto?
Tisch girl: I looooove 90210!
4.2 Pelanggaran Prinsip Kerja Sama Maksim Kualitas
Data 1:
Park Avenue Being the Land of the Midnight Sun
Barista to client: Today is the first day of summer, so it's the longest day of
the year!
Client: Oh, yeah, how long is it exactly?
Cashier: I dunno, like 27 hours or something.
Data 2:
Tonight's Movie: She Got Blame
Little girl with large nose and pink jacket: Mommy, why is it cold out?
Mom with large nose wearing blue parka: Because your father is an asshole!
4.3 Pelanggaran Prinsip Kerja Sama Maksim Kuantitas
Data 1:
79
And the Ancient Greeks Owned Slaves!
Boy giving presentation: Guys, shut up! Everybody has to be quiet during my
presentation.
Black boy: Man, your people kept my people down for hundreds of years. I ain't
being quiet for your presentation!
Boy giving presentation: I'm not white, dude. I'm fucking Greek
Data 2:
..Now Correct Your Posture or I'll Burn You.
Harridan: Put out that cigarette! Put it out! You can't smoke on the subway! Put it
out!
Hobo: (puffs)
Bro: Sir, would you please put out the cigarette?
Hobo: Sure.
Bro: Thank you.
Harridan: You wouldn't put it out for me! Why did you put it out for him? Do you
hate women? Was it your mother?
Hobo: He said "please" and "thank you."
Data 3:
In a Totally Unrelated Question, What Gets Out Blood?
Older black man: How's you mother?
20-something white man: She died in January.
80
Older black man: I'm very sorry to hear that.
20-something white man: Thanks. She left me her rent-controlled apartment!
81