tonsilitis difteri yg diprint

24
TONSILITIS DIFTERI Oleh: Vahdevi Kurniati Destiana Sera PS Rachmi Fadillah Pembimbing: Dr.Jusri Mahyudi, SpTHT-KL

Upload: randy-pangestu

Post on 29-Sep-2015

395 views

Category:

Documents


29 download

DESCRIPTION

Tonsilitis Difteri Yg Diprint

TRANSCRIPT

  • TONSILITIS DIFTERIOleh:Vahdevi KurniatiDestiana Sera PSRachmi Fadillah

    Pembimbing:Dr.Jusri Mahyudi, SpTHT-KL

  • TONSILAnatomimassa yang terdiri dari jaringan limfoidditunjang jaringan ikat dgn kriptus didalamnyaberbentuk bulat lonjong, melekat pada kanan dan kiri tenggorok. Tonsil terletak dalam sinus tonsilaris diantara kedua pilar fausium3 macam tonsil tonsil faringal (adenoid)tonsil palatinatonsil faringal membentuk lingkaran cincin Waldeyer. PENDAHULUAN

  • TONSILITISMerupakan inflamasi pada tonsila palatina yang disebabkan oleh infeksi virus atau bakteri. Bakteri dan virus masuk ke dalam tubuh melalui hidung atau tenggorokan sel-sel darah putih menyelimuti organisme tsb memicu sistem kekebalan tubuh membentuk antibodi.Jika tonsil sudah tidak dapat menahan infeksi dari bakteri atau virus tersebut tonsilitis.3 macam tonsilitis: - tonsilitis akut - tonsilitis membranosa : tonsilitis difteri,tonsilitis septic, serta Angina Plaut Vincent. - tonsilitis kronis.

  • Perbedaan Tonsilitis yang disebabkan oleh bakteri dan virus

  • TONSILITIS DIFTERIDisebabkan oleh bakteri gram positif Corynebacterium diphteriae.Lebih sering terjadi pada anak-anak namun dapat juga diderita oleh orang dewasa. Penundaan pengobatan akan membahayakan jiwa penderita. Untuk itu penting untuk mendiagnosis penyakit ini lebih dini dan mengetahui bagaimana mengobatinya.Referat ini akan mengulas tentang etiologi, patofisiologi, manifestasi klinis, komplikasi, diagnosis, pemeriksaan, pengobatan, pencegahan dan tes kekebalan pada tonsilitis difteri.

  • ETIOLOGI

    Penyebab penyakit tonsilitis difteri adalah Corynebacterium diphteriae yaitu suatu bakteri gram positif pleomorfik penghuni saluran pernapasan atas yang dapat menimbulkan abnormalitas toksik yang dapat mematikan bila terinfeksi bakteriofag.TINJAUAN PUSTAKA

  • Corynebacterium diphteriae

  • PATOFISIOLOGI

  • PATOFISIOLOGIBakteri masuk melalui mukosa lalu melekat serta berkembang biak pada permukaan mukosa saluran pernapasan atas dan mulai memproduksi toksin yang merembes ke sekeliling lalu menyebar ke seluruh tubuh melalui pembuluh darah dan limfe.

  • MANIFESTASI KLINISPenularan melalui udara, benda, makanan atau uang yang terkontaminasai dengan masa inkubasi 2-7 hari. Gejala umum dari penyakit ini adalahterjadi kenaikan suhu subfebrilnyeri tenggoroKnyeri kepalatidak nafsu makanbadan lemahnadi lambat.

  • Gejala lokal berupanyeri tenggoroktonsil membengkak ditutupi bercak putih kotor makin lama makin meluas dan menyatu pseudomembran/membran semu.Membran ini melekat erat pada dasar dan bila diangkat akan timbul pendarahan. Jika menutupi laring serak dan stridor inspirasi, bila menghebat sesak nafasBila infeksi tidak terbendung pembengkakan kelenjar limfa leher menyerupai leher sapi (bull neck). Gejala eksotoksin kerusakan pada jantung berupa miokarditis sampai dekompensatio kordis .

  • Pseudomembran tonsilitis difteri

  • Bull neck

  • KOMPLIKASI

    Laryngitis difteriMiokarditisKelumpuhan otot palatum moleKelumpuhan otot mata, otot faring laring sehingga suara parau.Kelumpuhan otot pernapasanAlbuminuria.

  • DIAGNOSISDibuat berdasarkan anamnesis dan pemeriksaan klinis Pemeriksaan preparat langsung diidentifikasi secara fluorescent antibody technique yang memerlukan seorang ahli.Diagnosis pasti dengan isolasi C. diphteriae dengan pembiakan pada media Loffler dilanjutkan tes toksinogenesitas secara vivo dan vitro. Cara PCR (Polymerase Chain Reaction) dapat membantu menegakkan diagnosis tapi pemeriksaan ini mahal dan belum dipergunakan secara luas.

  • PEMERIKSAANTes Laboratorium Dilakukan dengan cara preparat langsung kuman (dari permukaan bawah membran semu). Medium transport yang dapat dipakai adalah agar Mac conkey atau Loffler.Tes Schick (tes kerentanan terhadap dihpteria)Tes ini berdasarkan antitoksin dalam darah seseorang. Titer antitoksin sebesar 0,03 satuan per cc darah dapat dianggap cukup memberikan dasar imunitas.

  • PENGOBATANTujuan:Menginaktivasi toksin yang belum terikat secepatnyaMencegah dan mengusahakan agar penyulit yang terjadi minimalMengeliminasi C.diphteria mencegah penularanMengobati infeksi penyerta dan penyulit diphtheria. Secara umum dapat dilakukan dengan cara istirahat selama kurang lebih 2 minggu serta pemberian cairan.

  • Secara khusus dapat dilakukan dengan pemberian :Antitoksin : serum anti diphtheria (ADS) Anti microbial : untuk menghentikan produksi toksin, yaitu penisilin prokain 50.000-100.000 KI/BB/hari selama 7-10 hari, bila alergi diberikan eritromisin 40 mg/kg/hari. Kortikosteroid : diberikan kepada penderita dengan gejala obstruksi saluran nafas bagian atas dan bila terdapat penyulit miokardiopati toksik. Pengobatan penyulit : untuk menjaga agar hemodinamika penderita tetap baik oleh karena penyulit yang disebabkan oleh toksin umumnya reversibel. Pengobatan carrier : ditujukan bagi penderita yang tidak mempunyai keluhan.

  • PENCEGAHANMenjaga kebersihan pada diri anak Memberikan penyuluhan tentang penyakit ini pada anak-anak karena penyakit ini lebih sering menyerang anak-anak.Memberikan imunisasi yang terdiri dari imunisasi DPT dan pengobatan carrier.Trakeostomi dilakukan untuk mengatasi sumbatan jalan napas. Sedangkan tonsilektomi dilakukan pada kasus karier.

  • TES KEKEBALAN Kekebalan aktif diperoleh dengan cara inapparent infection dan imunisasi dengan toksoid diphtheria. Kekebalan hanya diperoleh selama 10 tahun setelah mendapatkan imunisasi.Kekebalan pasif diperoleh secara transplasental dari ibu yang kebal terhadap diphtheria (sampai 6 bulan) dan suntikan antitoksin (2-3 minggu).

  • Etiologi: Corynebacterium diphteriae (Bakteri gram +)Bakteri masuk melalui mukosa melekat serta berkembang biak pada permukaan mukosa saluran pernapasan atas memproduksi toksin merembes ke sekeliling menyebar ke seluruh tubuh melalui pembuluh darah dan limfe.Tonsilitis difteri ini lebih sering terjadi pada anak-anak pada usia 2-5 tahun. Kesimpulan

  • Penularan melalui udara, benda, makanan atau uang yang terkontaminasai dengan masa inkubasi 2-7 hari.Gejala umum : kenaikan suhu subfebril, nyeri tenggorok, nyeri kepala, tidak nafsu makan, badan lemah, dan nadi lambat. Gejala lokal : nyeri tenggorok, tonsil membengkak ditutupi bercak putih kotor pseudomembran. Jika menutupi laring akan menimbulkan serak dan stridor inspirasi, hingga sesak nafas. Bila infeksi tidak terbendung bull neck. Gejala eksotoksin kerusakan pada jantung.

  • Komplikasi: laryngitis difteri, miokarditis, kelumpuhan otot palatum mole, otot mata, otot faring laring,otot pernapasan, dan albuminuria. Diagnosis berdasarkan anamnesis dan pemeriksaan klinis. Diagnosis pasti dengan isolasi C. diphteriae dengan pembiakan pada media Loffler dilanjutkan tes toksinogenesitas secara vivo dan vitro.Pengobatan: istirahat + 2 minggu serta pemberian cairan. Pemberian serum anti diphtheria (ADS), anti microbial penisilin prokain atau bila alergi diberikan eritromisin, kortikosteroid.

  • Trakeostomi dilakukan untuk mengatasi sumbatan jalan napas. Sedangkan tonsilektomi dilakukan pada kasus karier.Pencegahan: menjaga kebersihan pada anak, memberikan penyuluhan tentang penyakit ini pada anak-anak, pemberian imunisasi yang terdiri dari imunisasi DPT dan pengobatan carrier. Kekebalan terhadap penyakit tonsilitis difteri dapat berupa kekebalan aktif dan pasif.